• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK) DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS DI RUMAH SAKIT X DI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK) DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS DI RUMAH SAKIT X DI SIDOARJO."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

P

ERANCANGAN ALAT BANTU JALAN (KRUK)

DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMIS

DI RUMAH SAKIT X DI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

LATIF SOBIRIN

NPM. 0732015018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis mampu

menyelesaikan Tugas Akhir ini dan menuntaskan pendidikan sebagai Sarjana

Teknik Industri di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

PembangunanNasional

Semoga Tugas Akhir ini mampu memberikan sedikit sumbangsih.

Memang Tugas Akhir ini masih kurang sempurna dan masih membutuhkan

banyak perbaikan, penulis memohon adanya saran dan kritik untuk

membenahinya. Apabila ada pihak-pihak yang berminat mengembangkan,

memperbaiki, dan menyempurnakannya, penulis akan dengan senang hati

membantu

Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali bimbingan dan bantuan

yang telah diterima oleh penulis. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan terima

kasihnya kepada:

1. Semua Dosen yang telah mengajarkan semua ilmunya selama kuliah di

Teknik Industri UPN “veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Enny Ariyani ST, MT, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih

telah membimbing dan banyak membantu dalam pembuatan tugas akhir

ini.

3. Bapak Suseno Budi P. ST,MT. selaku dosen pembimbing II. Terima

kasih atas bimbinganya dan masukan yang diberikan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP selaku Rektor UPN “veteran”

(3)

5. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Falkutas Teknologi Industri.

6. Bapak Ir. Minto Waluyo, MMT selaku Kajur Teknik Industri.

7. Ibu Endang P.W, MMT., Bapak Ir.Hari Purwadi, .MM. dan Bapak

Ir.Joumil Aidil SZS,MT selaku Dosen Penguji Seminar.

8. Ibu Ir.Yustina Ngatilah MT dan Bapak Ir.Tri Susilo, MM selaku Dosen

penguji Ujian Lisan.

9. Seluruh keluarga. Ayah, Ibu, Kakak dan adikku yang selalu memberikan

dukungan hingga selesainya kuliah.

10.Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2007 (Sore) yang selalu

saling memberi semangat dan dukungan informasi yang selalu

ter-update di grup jejaring sosial facebook (TI Nol Tu7uh Mumet Skripsi).

11.Dan seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta

semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

akhir ini.

Surabaya, Desember 2011

(4)

ABSTRAKSI

Kekurangan yang banyak dialami suatu produk adalah kurang fleksibelnya

suatu alat atau produk terhadap ukuran tubuh pengguna. Di dunia kesehatan kita telah

mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu suatu alat bantu jalan yang berupa tongkat

dengan pegangan ditengah supaya dapat digunakan sebagai pegangan. Pemakaiannya

dengan cara dijepit diketiak, alat ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang baru saja

mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya sakit (patah) atau mereka yang

mengalami cacat sehingga sulit dalam berjalan atau dalam kata lain kruk adalah alat

penopang kaki pemakainya.

Dari survei awal yang telah dilakukan pada pengguna kruk, mereka

mengeluhkan sakit setelah menggunakan kruk, ketiaknya merasa sakit dikarenakan

penopang yang keras dan ukuran jangkauan tangan pada saat digunakan, serta

kesulitan pada saat akan membawa karena alat yang panjang atau dengan ukuran

yangbesar ataupun saat akan menyimpan kruk di mobil dikarenakan ukuran alat yang

masih panjang pada saat pengguna akan bepergian.

Maka dengan adanya masalah tersebut muncullah ide untuk merancang ulang

alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan serta

praktis dalam penyimpanan dari alat bantu jalan (kruk) yang sebelumnya.

Berdasarkan analisa data perancangan kruk usulan adalah sebagai berikut:

Untuk merancang kruk usulan adalah:

dengan tinggi kruk 125 cm – 135 cm,

jangkauan tangan kruk 46 cm – 54 cm, tebal penopang kruk 14 cm, dengan berlapis

busa, diameter genggaman 4 cm, sehingga memberikan kenyamanan terhadap

pengguna kruk dan memenuhi unsur ergonomis

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekurangan yang banyak dialami suatu produk adalah kurang fleksibelnya

suatu alat atau produk terhadap ukuran tubuh pengguna, serta banyak produk yang

tidak memiliki nilai tambah dari produk tersebut. Di dunia kesehatan kita telah

mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu berupa tongkat yang dilengkapi penopang

ketiak dan genggaman tangan , Pemakaiannya dengan cara dijepit diketiak, alat

ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang baru saja kecelakaan yang mengakibatkan

kakinya sakit (patah) atau mereka yang cacat sehingga sulit dalam berjalan atau

dalam kata lain kruk adalah alat penopang kaki pemakainya.

Dari survei awal yang telah dilakukan pada pengguna kruk yang sudah ada

mengeluhkan setelah menggunakan kruk, ketiaknya merasa sakit dikarenakan

penopan ketiak yang keras dan ukuran jangkauan tangan pada saat digunakan ,

serta meraka kesulitan pada saat akan membawaa karena ukuran alat yang

panjang atau dengan ukuran yang besar ataupun saat akan menyimpan kruk di

mobil dikarenakan ukurannya yang masih panjang pada saat pengguna akan

bepergian.

Dalam menggunakan suatu produk kita akan selalu mencari yang lebih

praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan

sangat meringankan beban kita dalam menggunakannya. Seiring dengan

(6)

persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan

produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut

dalam merespon perubahan keinginan konsumennya.

Maka dengan adanya masalah tersebut muncullah ide untuk merancang

ulang alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis, sehingga memberikan kenyamanan

serta praktis dalam penyimpanan dari alat bantu jalan (kruk) yang sebelumnya.

1.2. Per umusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : “ Bagaimana merancang ulang alat bantu jalan (kruk) yang

ergonomis ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Produk yang dirancang ulang adalah alat bantu jalan (kruk)

2. Persentil yang digunakan 5% , 50% , dan 95%

3. Penambahan fungsi pada alat bantu jalan (kruk) sesuai dengan yang

diinginkan oleh pengguna sesuai dengan permasalahan yang ada.

4. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian 5%

5. Produk (kruk) yang dapat digunakan oleh remaja dan dewasa Indonesia

(7)

1.4. Asumsi-asumsi

Asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jawaban dari tiap kuisioner sesuai dengan kondisi yang ada.

2. Data–data yang diperoleh dapat dipercaya

3. Semua responden dalam menjawab kuesioner dapat menjawab dengan baik.

4. Desain alat bantu kruk disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta

kebutuhan pengguna alat bantu (kruk)

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memeiliki tujuan sebagai berikut :

Merancang ulang alat bantu jalan (kruk) yang dapat digunakan oleh remaja

dan dewasa Indonesia yang ergonomis serta praktis dalam penyiampanan sesuai

dengan permasalahan yang ada.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Memudahkan pemakai dalam penggunaan alat bantu jalan (kruk).

2. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam inovasi produk yang telah ada.

3. Memperoleh kemudahan perhitungan melalui komputasi pada analisa simulasi

(8)

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang

diberikan pada satiap bab yang berurutan untuk memudahkan pembahasannya.

Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti

dijelaskan dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian,pembahasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai

landasan dalam penyelesaian masalah terkait langsung dengan

metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka pemecahan

masalah. Pencarian sumber informasi tersebut dapat buku,jurnal

penelitian,sumber literature lain, dan studi terhadap penelitian

terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang uraian langka-langka penelitian yang

dilakukan,selain juga merupakan gambaran kerangka berfikir

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengidentifikasi seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian

serta pengolahan data yang berhubungan dengan perbaikan sistem

kerja tersebut untuk mendapatkan standart operasi yang lebih baik.

Menganalisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan

sebelumnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian, yakni pengolahan data

dan analisis permasalahan maka dapat disimpulkan suatu usulan

perbaikan ukuran & bentuk desain sebuah alat bantu jalan.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Pr oduk

Produk adalah keluaran yang diperoleh dari sebuah proses produksi dan

merupakan pertambahan nilai dari bahan baku dan merupakan komoditi yang

dijual perusahaan kepada konsumen. Produk adalah suatu barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Unsur yang

terpenting dalam produk adalah mutu/kualitas. Kualitas Produk seharusnya tidak

hanya dilihat dari sisi pandang si produsen, tetapi yang lebih penting adalah dari

segi pandangan si pemakai atau konsumen tersebut. Dalam hal ini kualitas produk

harus dapat mencerminkan tingkat kemampuan produk untuk memberikan

kemanfaatan yang diharapkan oleh si pemakai atau konsumen tersebut.

Harapan tersebut didasarkan pada janji yang diperoleh si konsumen bagi

kepuasan fungsional, pengalaman dan simbol yang tercipta melalui objek fisik

produk tersebut. Dengan terdapatnya kepuasan dari suatu produk oleh konsumen,

maka semakin baik posisi produk itu dalam persaingan, karena semakin banyak

dicari dan diminta produk tersebut oleh konsumen.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam persaingan untuk memasarkan

produknya, secara simultan merupakan suatu fungsi dari dan sekaligus pembatas

oleh kemampuan untuk membuat dan melakukan (Assauri,2008) :

(11)

2.1.1 Per a n Research & Development Dalam Peningka tan Kualitas Pr oduk

Yang dimaksud dengan Research & Development (R&D) menurut

negara-negara maju (OECD) adalah pekerjaan yang kreatif yang silakukan atas dasar

yang sistematik, untuk meningkatkan persediaan-persediaan ilmiah dan teknik

serta menggunakan persediaan pengetahuan tersebut untuk mendukung aplikasi

baru. Pengembangan produk sebagai hasil dari kegiatan Research & Development

terlihat dari mutu atau kualitas produk yang lebih baik, atau manfaat produk

menjadi lebih luas, ataupun desain dan penampilan yang lebih menarik.

Sedangkan Pengembangan Teknologi sebagai hasil dari kegiatan Research &

Development terlihat dari pengembangan bahan baku yang dapat digunakan lebih

hemat dengan mutu yang lebih baik, pengembangan proses yang lebih efektif dan

efisien serta pengembangan peralatan produksi yang lebih canggih. Salah satu

yang terpenting dari kegiatan Research & Development adalah peningkatan

kualitas produk melalui pengembangan ilmu dan teknologi.

Setiap perusahaan dalam meningkatkan posisi produknya dalam persaingan,

harus dapat memanfaatkan peluang yang terdapat dalam keunggulan kompetitif.

Keunggulan kompetitif yang diperoleh tercermin dalam kemampuan kualitas

produk yang dihasilkan dan tingkat biaya yang relatif rendah, serta memenuhi

waktu delivery yang dijanjikan. (Assauri, 2008).

2.1.2 Pr oduk alat bantu jalan (kr uk )

Di dunia kesehatan kita telah mendengar alat bantu jalan (kruk) yaitu

berupa tongkat yang dilengkapi penopang ketiak dan genggaman tangan,

(12)

mereka yang baru saja kecelakaan yang mengakibatkan kakinya sakit (patah) atau

mereka yang cacat sehingga sulit dalam berjalan atau dalam kata lain kruk adalah

alat penopang kaki pemakainya, biasanya digunakan secara ber-pasangan yang

diciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan berjalan.

Ada beberapa macam kruk misalnya kruk dengan satu tongkat namun

memiliki empat kaki penyangga, digunakan untuk pengguna terapi stroke yang

dalam tahap penyembuhan syaraf–syaraf motoriknya atau dengan kata lain untuk

merangsang syaraf-syaraf pengguna. Kemudian kruk dengan penyangga depan

dan samping yang melingkar pada depan dan samping pengguna yang menyerupai

rangka lemari, yang berfungsi sebagai pegangan pengguna untuk terapi para

pengguna yang mengalami sakit post stroke (pasien dengan kelemahan kaki)

digunakan oleh pengguna yang mengalami penyakit post stroke (pasien dengan

kelemahan kaki) yang mengakibatkan matinya syaraf–syaraf otot, sehingga

kesulitan untuk berjalan. Kemudian kruk dengan penyangga tangan tempat

menaruh tangan atau menopang tangan, digunakan pada pengguna yang

mengalami patah tangan dan dilakukan perawatan gipp atau diplester (

penyambungan tulang yang retak atau patah ) yang berfungsi agar tidak rusak

sruktur penyambungnya dan tulangnya cepat tersambung kembali .

Seiring perkembangan jaman, model dan macam alat bantu jalan (kruk)

sangat berfariatif, namun fungsi dari alat bantu jalan sendiri bisa dikatakan sama,

yaitu untuk membantu penggunanya untuk berjalan (memudahkan para

(13)

2.2 Ergonomi

2.2.1 Konsep Dasar Ergonomi

Untuk mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat

menggunakan konsep umum dari cara berpikir rasional yang biasa kita gunakan.

Mengadopsi istilah (5W + 1H) dapat mempermudah kita berpikir secara

sistematis didalam memahami dan menerapkan ergonomi 5W dan 1H tersebut

adalah : (Tarwaka; 2004)

1. What is ergonomics ? Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

dari dua kata yaitu “ ergon “ berarti kerja dan “ nomos “ berarti aturan atau

hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam

system kerja. Di Indonesia memakai istilah ergonomi tetapi di beberapa

Negara seperti skandinavia menggunakan istilah “ Bioteknologi “ sedangkan

di Negara Amerika menggunakan istilah “ Human Engineering “. Namun

demikian, semuanya membahas hal yang sama yaitu tentang optimalisasi

fungsi manusia terhadap aktivitas yang dilakukan.

2. Why is ergonomic ? Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas

atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan

mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit

akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada penurunan

efisiensi dan daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomic disegala

bidang adalah suatu keharusan.

3. Where is ergonomic applied ? Secara umum penerapan ergonomi dapat

dilakukan dimana saja, baik dilingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan

(14)

4. When is ergonomic applied ? Ergonomi dapat diterapkan kapan saja dalam

putaran 24 jam sehari semalam, sehingga baik pada saat bekerja, istirahat,

maupun dalam berinteraksi sosial kita dapat melakukan dengan sehat, aman

dan nyaman.

5. Who must apply ergonomics ? Setiap komponen masyarakat baik masyarakat

pekerja maupun masyarakat sosial harus menerapkan ergonomi dalam upaya

menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja

yang setinggi – tingginya.

6. How is ergonomic applied ? Untuk dapat menerapkan ergonomi secara benar

dan tepat, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail.

Dalam penerapan ergonomi diperlukan suatu seni agar apa yang akan

diterapkan dapat diterima oleh pemakainya dan memberikan manfaat yang

besar kepadanya.

Dengan demikian ergonomic dapat didefinisikan sebagai berikut : (Tarwaka;

2004) “ Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik

fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih

baik “. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,

keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat

rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia,

fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu

(15)

Ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan yaitu :

1. Penyelidikan tentang display

Yang dimaksud tentang display disini adalah bagian dari lingkungan yang

berkomunikasikan keadaannya kepada manusia. Contohnya, kalau kita ingin

mengetahui berapa kecepatan motor yang sedang kita kemudikan maka

dengan melihat jarum speedometer, kita akan mengetahui keadaan lingkungan

dalam hal ini kecepatan motor.

2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas–aktifitas manusia ketika bekerja

dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.

3. Penyelidikan mengenai tempat kerja

Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, Hal–hal yang bersangkutan dengan

tubuh manusia ini dipelajari dalam Antrophometri.

4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan

fasilitas–fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia serta kondisi lingkungan

kerja yang kedua–duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.2.2 Tujuan Er gonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : (Tarwaka, 2004)

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan kerja fisik dan mental,

(16)

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.3 Sistem Ker angka dan Otot Manusia

Dalam rangka memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru

pekerjaan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, maka

diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang karakteristik otot dan kerangka

manusia terutama dimensi dan kapasitasnya. Anatomi faal manusia merupakan

ilmu dasar yang mempelajari karakteristik otot dan sistem kerangka manusia. Hal

ini perlu kita uraikan sebelumnya untuk menjadi landasan bagi penerapan

ergonomi lebih lanjut: (Nurmianto; 2008)

1. Kerangka dan Sambungan Kerangka

a) Kerangka

Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh,

penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak,

jantung, hati) sebagai tempt untuk melekatnya otot–otot, mengganti sel–sel

yang telah rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali

(17)

berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi gaya atau

tegangan yang ada padanya.

b) Sambungan Cartilagenous

Sambungan Cartilagenous adalah sambungan yang berfungsi untuk

pergerakan yang relatif kecil, seperti misalnya : sambungan antara tulang

iga dan pangkal tulang iga

c) Sambungan Synovial

Sambungan Synovial adalah sambungan yang terdapat paling

banyak pada tangan dan kaki, dan berfungsi untuk pergerakan atau

perputaran bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut amat terbatas

pergerakannya, misalnya arah dan rentang gerakannya.

d) Ligamen

Ligamen adalah berfungsi untuk membentuk bagian sambungan

dan menempel pada tulang, Ligament juga berfungsi untuk membatasi

rentang gerakan.

2. Sistem Sambungan Kerangka

Panjang tulang untuk menentukan tinggi badan seseorang, sedangkan

batas jangkuan dapat menentukan ruang gerak atau aktivitas yang

digambarkan oleh system sambungan tulang. Selain dari itu dimensi ruang

yang terbentuk tersebut amat penting untuk penempatan pengendali dan

desain stasiun kerja. Sifat masing–masing sambungan tulang pada pergerakan

adalah sangat kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada

(18)

3. Otot

Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks, selain itu otot

juga sebagai penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot

yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk

mngendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya.

4. Jaringan Penghubung

Jaringan–jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka otot

adalah ligamen dan tendon. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot

dan tulang sedangkan Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang

dengan tulang.

2.4 Anthr opometr i

Istilah Anthropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan

“metri“ yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan

sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain–lain yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas akan digunakan

sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi

manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan

produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

(19)

Manusia pada umumnya akan berbeda–beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Disini akan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk

harus memperhatikan faktor–faktor tersebut yang antara lain adalah :

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai

dengan umur sekitar 20 tahunan. Selanjutnya tidak lagi akan terjadi

pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan

ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.

2. Jenis Kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki–laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu sperti pinggul

dan sebagainya.

3. Suku / Bangsa

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik

fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Usia

Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin

berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir

sampai umur ± 20 tahun untuk pria dan ± 17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia

(20)

disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan

dan kaki.

5. Pakaian

Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia

memakai pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada

waktu musim dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran

relatif besar.

6. Faktor Kehamilan pada Wanita

Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila

dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak

hamil.

7. Cacat Tubuh secara Fisik

Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur

tubuh dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (struktural body dimensions). - Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).

- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, panjang lengan, dsb.

- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.

(21)

2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions).

- Tubuh diukur dalam posisi melakukan gerakan kerja atau posisi dinamis (dynamic anthropometri).

- Banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas/ ruang kerja.

Gambar 2.2. Pengukur an Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai Posisi Ger akan Ker ja

2.5 Aplikasi Distr ibusi Nor mal Dalam Penetapan Data Anthr opometr i

Untuk penetapan data antropometri, diterapkan pemakaian distribusi

normal. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean,

X) dan standar deviasi (SD, σx). Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau

lebih rendah dari 5 persentil.

Rumus umum persentil adalah sebagai berikut:

Px = data ke

100 ) 1 (n+ x

PX = Persentil ke x yang akan dihitung

Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh

berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika

(22)

persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Seperti tampak pada diagram

berikut ini : (Nurmianto; 2008)

Gambar 2.3 Distr ibusi Nor mal Dengan Data Anthr opometr i 95-th per sentil

Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi

normal dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Per hitungan Per sentil Per sentil Ka lkulasi

1st x - 2.325σx

2.5 th x - 1.96σx

5 th x - 1.645σx

10 th x - 1.280σx

50 th x

90 th x + 1.280σx

95 th x + 1.645σx

97.5 th x - 1.96σx

99 th x - 2.325σx

Adapun pendekatan data untuk antropometri adalah sebagai berikut:

a) Pilihlah standart deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud.

b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk

populasi yang sesuai.

c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.

(23)

Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh

manusia sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh

manusia agar lebih nyaman dan menyenangkan.

2.5.1 Aplikasi Data Anthr opometr i dalam Per ancangan Pr oduk/ Fasilitas

Ker ja

Data–data dari hasil pengukuran atau dapat juga disebut sebagai data

anthropometri, digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses

perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi

manusia.

Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasi secara luas,

antara lain :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil dan lain–lain)

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya.

3. Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, meja, kursi dan lain–

lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan dan menggunakan

produk tersebut. Dalam hal ini maka perancang harus mampu mengakomodasikan

dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil

rancangan itu. Secara umum sekurang–kurangnya 90% - 95% dari populasi yang

menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk harus dapat

(24)

Mengingat bahwa keadaan dan cirri fisik dipengaruhi oleh banyak faktor

sehingga berbeda satu sama lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian

data–data tersebut yaitu :

a. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan

dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagaian

besar orang–orang yang akan memakainya. (biasanya minimal oleh 95%

pemakai)

b. Perancangan fasilitas yang dapat digunakan

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas

tersebut bisa menampung atau dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh

semua orang yang memerlukannya. Misalnya kursi pengemudi yang bisa

diatur maju mundur dan kemiringan sandarannya.

c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata–rata pemakai

Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak

mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika tidak menggunakan prinsip

perancangan fasilitas yang bias disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim

tidak mungkin dilakukan apabila lebih banyak rugi daripada untungnya,

artinya hanya sebagaian kecil dari orang–orang yang merasa enak dan nyaman

ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan fasilitas tersebut dirancang

berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak layak karena mahal biayanya.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam

proses perancangan produk atau fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah

(25)

1. Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh yang nantinya akan difungsikan

dalam mengoperasikan rancangan tersebut.

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut

(fungsional atau struktural).

3. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasi dan menjadi

target utama pemakai rancangan produk tersebut.

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah untuk ukuran individual

yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata.

5. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai

persentil yang lain yang dikehendaki.

6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih atau

tetapkan nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai.

Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari

populasi yang akan menggunakan peralatan hasil rancangan tersebut. Dalam hal

ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90% sampai 95% dari populasi

yang harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam

proses perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :

1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((struktural body dimensions atau

functional body dimensions).

3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.

4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran

(26)

5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain).

6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai, aplikasikan

data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.

Gambar 2.4, data anthropometri yang diaplikasikan dalam perancangan dan

pengukuran kerja.

Gambar 2.4. Data Anthr opometr i Untuk Per ancangan Pr oduk/ Fasilitas Ker ja

Keterangan :

1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala). 2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

(27)

5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat sampai dengan kepala).

7 = tinggi mata dalam posisi duduk. 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 = tebal atau lebar paha.

11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.

12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis. 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 = lebar pinggul/ pantat.

17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 = lebar perut.

19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 = lebar kepala.

21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 = lebar telapak tangan.

23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal). 25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya

no. 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar). 26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai

(28)

Tabel 2.2.

Per kir aan Anthr opometr i Untuk Masyar akat Hongkong, Dewasa, dapat Diekivalensikan Sementar a Untuk Masyar akat Indonesia (Kesamaan Etnis

Asia) (mm)

Dimensi Tubuh Pr ia Wanita

5% X 95% S.D 5% X 95% S.D

1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri

tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60

2. Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57

3. Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51

4. Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41

5. Tinggi Genggaman Tangan

(knuckle) pada posisi relaks kebawah

685 750 815 40 650 715 780 41

6. Tinggi Badan pada Posisi

Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37

7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35

8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38

9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38

10. Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14

11. Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30

12. Jarak dari Lipat Lutut

(popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29

13. Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27

14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29

15. Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29

16. Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21

17. Tebal Dada 155 195 235 25 160 215 270 34

18. Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39

19. Jarak dari siku ke ujung jari 410 445 480 22 360 400 400 24

20. Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8

21. Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9

22. Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5

23. Jarak Bentang dari ujung jari

tangan kanan ke kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80

24. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas & berdiri tegak

1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86

25. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas & duduk

1.110 1.205 1.3 58 855 940 1.025 51

26. Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan

(29)

Tabel 2.3.

Anthr opometr i Masyar akat Indonesia Yang Didiapat Dar i Inter polasi Masyar akat Br itish dan Hongkong (Phesant, 1286) Ter hadap Masyar akat

Indonesia (mm)

Dimensi Tubuh Pr ia Wanita

5% X 95% S.D 5% X 95% S.D

1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60

2. Tinggi Mata 1.425 1.52 1.615 58 1.35 1.446 1.542 58

3. Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54

4. Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43

5. Tinggi Genggaman Tangan

(knuckle) pada posisi relaks kebawah

655 718 782 39 646 708 771 38

6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36

7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33

8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30

9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33

10. Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15

11. Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30

12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)

ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30

13. Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27

14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28

15. Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26

16. Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29

17. Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30

18. Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34

19. Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 409 287 34

20. Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7

21. Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9

22. Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4

23. Jarak Bentang dari ujung jari

tangan kanan ke kiri 1.52 1.663 1.806 87 1.4 1.523 1.646 75

24. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas

& berdiri tegak 1.795 1.923 2.051 78 1.713 1.841 1.969 79

25. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas & duduk

1.065 1.169 1.273 63 945 1.03 1.115 52

26. Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horisontal)

(30)

Tabel 2.4.

Anthr opometr i Telapak Tangan Or ang Indonesia (mm)

Dimensi Tubuh Pr ia Wanita

5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D

1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8

2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4

3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2

4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3

5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

6. Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3

7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2

8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1

9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1

10. Lebar Jari telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1

11. Tebal jari telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1

12. Lebar telapak tangan

(Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13. Lebar telapak tangan (sampai

ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar telapak tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

15. Tebal telapak tangan

(Metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16. Tebal telapak tangan (sampai ibu

jari 41 48 47 2 41 44 47 2

17. Diameter genggam (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1

18. Lebar maksimum (ibu jari ke jari

kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9

19. Lebar fungsional maksimum

(ibu jari ke jari lain) 122 132 142 6 113 123 134 6

20. Segiempat minimum yang dapat

dilewati telapak tangan 57 62 67 3 51 56 61 3

(Nurmianto; 2008)

(31)

Tabel 2.5.

Anthr opometr i Kepala Or ang Indonesia

Dimana : Lebar Kepala = 9,2% Tinggi Badan Pr ia dan 9,3% Tinggi Badan Wanita (mm)

Dimensi Tubuh Pr ia Wanita

5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D

1. Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6

2. Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5

3. Diameter maksimum dari dagu 217 230 243 8 198 209 221 7

4. Dagu ke puncak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7

5. Telinga ke puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3

6. Telinga ke belakang kepala 62 67 72 3 59 64 69 3

7. Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2

8. Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 2 1

9. Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1

10. Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1

11. Hidung ke puncak kepala 16 18 20 1 13 15 17 1

12. Hidung ke belakang kepala 74 81 88 4 68 73 78 3

13. Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4

14. Lebar mulut 68 75 82 4 64 59 74 3

2.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik menghitung

maupun mengukur, kualitatif maupun kuantitatif, daripada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Sampel adalah sebagian

data yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara–cara tertentu

Untuk keperluan perhitungan data dalam penelitian ini digunakan

beberapa rumus tertentu. Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi

adalah pengguna meja dan kursi khususnya orang dewasa.

2.7 Pengujian Kecukupan Data

Perhitungan kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan jumlah

sampel minimum yang dapat diolah untuk proses perhitungan selanjutnya.

(32)

sudah cukup atau belum. Bila data yang didapat sudah cukup, maka perhitungan

penelitian dapat dilanjutkan tetapi jika data yang didapat tidak atau belum cukup,

maka proses pengambilan dan pengumpulan data harus dilakukan lagi.

Uji kecukupan data dilakukan pada data external. Uji kecukupan data ini

dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah

cukup atau belum.

Rumus pengujian kecukupan data, adalah sebagai berikut :

2 2 2

' 40. .( ( ) ( ) )

        =

i i i x x x n N

( 1) ) ( )

( 2 2

− Σ − =

N N X X N x

σ atau

1 ) ( 2 − − =

N X X x

σ

2.8 Pengujian Keser agaman Data

Pengujian keseragaman data ini perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum

kita melakukan pengolahan data lebih lanjut, untuk memastikan data yang kita

pakai seragam. Pengujian ini bias dilakukan dengan menggunakan peta kontrol,

dimana rumus yang kita pakai untuk menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan

Batas Kontrol Bawah (BKB) adalah sebagai berikut :

BKA= x + 3σx BKB = x - 3

x

σ

Dimana :

x = nilai rata - rata

(33)

2.9 Penelitian Pendahulu

Hasil – hasil penelitian sebelumnya tentang ergonomis adalah :

1. Atim puji lesmono, (Puji , 2007) Perancangan ulang kursi restoran siap saji

sebagai upaya untuk memperoleh rancangan alternatif yang lebih

ergonomis, UPN ”Veteran” Jatim, 2007. Penelitian tersebut dilakukan

bertujuan untuk memperoleh desain kursi restoran siap saji sebagai salah

satu desain alternatif dalam upaya mengembangkan desain yang telah ada.

Pengambilan data dimensi tubuh manusia diambil dari Mahasiswa UPN

“Veteran” Jatim. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian

dilakukan uji keseragaman data dan uji kecukupan data, setelah data cukup

menentukan persentil, kemudian dilakukan perancangan kursi, pembuatan

kursi, membandingkan kursi lama dengan kursi hasil rancangan, apakah

kursi hasil rancangan sudah lebih mempunyai nilai-nilai ergonomi yang

tinggi dibandingkan dengan kursi sebelumnya.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data 30 sampel dimensi tubuh manusia (anthropometri) pada

remaja dan orang dewasa yang digunakan sebagai dasar analisa perancangan

ulang alat bantu jalan (kruk), pada bulan desember 2011, yang dilakukan di rumah

sakit x di Sidoarjo.

3.2 Identifikasi Var iabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang mempunyai besaran

variasi nilai. Jadi identifikasi variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang

terlibat dalam penelitian ini, dimana terbagi menjadi dua variabel adalah :

1. Var iabel Ter ikat adalah : variabel yang di pengaruhi variabel bebas, dalam

hal ini adalah : alat bantu jalan (kruk) yang ergonomis.

2. Var iabel Bebas adalah : variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dimana

variabel bebas ini terdiri dari :

a. Tinggi ketiak dengan posisi berdiri (TKB) : tinggi ketiak berdiri di

ukur dalam posisi , yang di ukur dari telapak kaki sampai ketiak

b. Jangkauan Tangan (JT) : di ukur dari Jangkauan diukur dalam posisi

berdiri mengepal sampai ketiak.

c. Tebal Dada (TD), Yaitu besarnya Lebar lengan pemakai.

d. Diameter Genggaman (DG) adalah besarnya genggaman tangan

(35)

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang

diaplikasikan ditetapkan dengan cara:

a. Untuk suatu dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu produk

umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90, 95 atau 99.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

percentile yang paling rendah yaitu 1, 5 atau 10 dari distribusi data anthropometri.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun

fasilitas kerja akan menetapkan nilai percentile 5 untuk dimensi maksimum dan

percentile 95 untuk dimensi minimum. Diameter Genggaman (DG).

3.3 Langka h-Langkah Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya

langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang

ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.

Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah

bagi peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur

yang jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu

sebelum mengerjakan tahapan penelitian yang lain. Secara sistematis

(36)

Studi lapangan Studi Pustaka Perumusan

Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Desain kruk awal

Pengumpulan data

- Tinggi Ketiak Berdiri - Tebal Dada

- Jangkauan Tangan - Diameter Genggaman

Uji keseragaman data

Buang Data ekstrim

Uji kecukupan data

Menentukan persentil 5% dan 95% Gambar

kruk awal

Data seragam

? ?****

Data cukup ?

A

B

Sisa data ekstrim

Y

Y T

T Desain kruk

(37)

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

A B

Perancangan desain kruk usulan

Membandingkan desain kruk yang telah ada dengan desain kruk usulan

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

selesai

Gambar kruk usulan

Desain Ergonomis ?

?

Y T

Pembuatan kruk usulan

Simulasi/ uji coba pemakaian kruk

(38)

Penjelasan tentang langkah – langkah identifikasi masalah :

1. Mulai

2. Studi lapangan

Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu rumah sakit x di

daerah Sidoarjo

3. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menambah bobot dan menunjang hasil

penelitian

4. Perumusan masalah

Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi literature

5. Penetapan tujuan

Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir

6. Identifikasi variabel

Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir

7. Pengumpulan data Anthropometri

Melakukan pengumpulan terhadap obyek ( manusia ) untuk mendapatkan

ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain ulang dari alat

bantu jalan (kruk). Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau

statis (static anthropometri).

8. Desain alat bantu jalan (kruk) awal

Mengamati desain dari alat bantu jalan (kruk) beserta dengan pengukuran

(39)

9. Gambar desain alat bantu jalan (kruk) yang telah ada

Dari ukuran yang diperoleh desain alat bantu jalan (kruk) digambar beserta

ukurannya dilihat dari beberapa sudut yang telah ada.

10.Uji Keseragaman data

Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam.

Untuk mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta

kontrol dapat terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data

ekstrim. Data ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari

batas control yang selanjutnya data itu harus dibuang.

11.Uji kecukupan data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang

diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan

pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N > N’) maka harus

dilakukan pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi

12.Menentukan persentil

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi

P5, P50 dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk

menentukan dimensi desain alat bantu jalan (kruk) yang baru

13.Perancangan desain alat bantu jalan (kruk) yang baru

Merancang desain alat bantu jalan (kruk) dengan memperhatikan hasil

perhitungan persentil dan data – data lain yang ada.

14.Gambar desain alat bantu jalan (kruk) yang baru

Dari perancangan desain alat bantu jalan (kruk) yang baru dapat digambar

(40)

15.Membandingkan desain alat bantu jalan (kruk) yang telah ada dengan

desain baru alat bantu jalan (kruk).

Desain lama beserta ukurannya dengan desain baru beserta ukurannya

dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi.

Pengaturan alat bantu jalan (kruk) yang lama dibandingkan dengan

pengaturan alat bantu jalan (kruk) yang baru.

16.Ergonomis

Apakah alat bantu jalan (kruk) yang baru sudah berada dalam pendekatan

secara ergonomis.

17.Pembahasan

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Antr opometr i Pengguna

Ukuran untuk perancangan Kruk yang baru ini diambil dari data

antropometri pengguna tersebut yaitu dimensi tubuh orang dewasa Indonesia

sebanyak 30 orang. Dalam pengukuran kruk ini juga memperhatikan aspek-aspek

ergonomis dan dimensi tubuh yang sesuai dengan alat kerja yang akan di rancang.

Adapun dimensi tubuh besesuaian yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Tinggi ketiak dengan posisi berdiri (TKB) : tinggi ketiak berdiri di ukur dalam

posisi, yang di ukur dari telapak kaki sampai ketiak.

2. Jangkauan Tangan (JT) yaitu dari Jangkauan diukur dalam posisi berdiri

mengepal sampai ketiak.

3. Tebal Dada (TD), Yaitu besarnya Lebar lengan pemakai.

(42)

Tabel 4.1. Pengumpulan Data Antr opometr i Pengguna Pr oduk

NO Data yang diukur dalam (cm)

TKB JT TD DG

1 135 53 10 4

2 131 50 9 10

3 133 53 10.5 9

4 136 54 12 9.5

5 135 49 13 10

6 136 52 9 12

7 134 48 12.5 11

8 128 48 9 9

9 131.5 50 13 9

10 130 47 12.5 11

11 134 49 9 10

12 129 54 12 8

13 131 51 13 11

14 133 54 11.5 9.5

15 135 50 13 8.5

16 128 47 13 9.5

17 128 47 11.5 10.5

18 134,5 50 13.5 9

19 132 52.5 9 10

20 130 52 11 9

21 132 48 9.5 12

22 129 54 12 9

23 136 53 10 8

24 134 46 9 8.5

25 132 48 11.5 11

26 129 49 10 9

27 132 47 11 8

28 134 48 11.5 12

29 130,5 47 14 8.5

30 129 50 9 10

3696.5 1500.5 334.5 110,5

Keterangan :

TKB : Tinggi Ketiak Berdiri JT : Jangkauan Tangan

TD : Tebal Dada DG : Diameter Genggam.

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Antr opometr i Pengguna

Ukuran untuk perancangan (kruk) yang baru ini diambil dari data

antropometri pengguna tersebut yaitu dimensi tubuh orang dewasa Indonesia

sebanyak 30 orang. Ukuran dari pengguna karena alat ini nantinya tidak hanya

digunakan oleh ukuran tubuh tertentu saja, melainkan dapat juga digunakan

oleh siapa saja kecuali anak-anak. Dalam pengukuran (kruk) juga memperhatikan

aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang sesuai dengan alat kerja yang

akan dirancang. Dalam pembuatan rancangan alat bantu jalan (kruk) perlu

diperhatikan.

Adapun dimensi tubuh besesuaian yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Tinggi ketiak dengan posisi berdiri (TKB) adalah tinggi ketiak berdiri

diukur dalam posisi, yang diukur dari telapak kaki sampai ketiak.

2. Jangkauan tangan (JT) adalah diukur dari Jangkauan diukur dalam posisi

berdiri mengepal sampai ketiak.

3. Tebal dada (TD) adalah Lebar dari dada dalam keadaan membusung.

4. Diameter genggaman tangan (DG) adalah diukur dari besarnya genggaman

(44)

4.2.2 Analisis perhitungan presentil dan penentuan dimensi perancangan

Untuk persentil yang digunakan dalam pembuatan produk adalah sebagai berikut :

NO Deskripsi data P5 P10 P50 P90 P95 P99

1 Tinggi ketiak berdiri 1 122.2 124.38 132.02 139.66 141.84 145.9

2 Tinggi ketiak berdiri 2 95.68 98.78 109.65 120.52 123.62 129.39

3 Jangkauan tangan 1 40.66 42.74 50.02 57.3 59.38 63.25

4 Jangkauan tangan 2 34.82 36.19 40.99 45.79 47.16 49.71

5 Tebal dada 3.52 5.19 11.01 16.83 18.49 21.59

6 Lebar genggaman tangan 4.4 5.57 9.65 13.73 14.9 17.07

Untuk pengelompokan keinginan dan kebutuhan pemakai adalah sebagai berikut :

1. Desain yang praktis digunakan dan dibawa

2. Desain yang praktis dan alat yang dapat di stel

4. Harga yang murah

5. Kenyamanan dalam penggunaan (alat yang ergonomis dan alas tidak licin )

6. Bahan penyusun yang berkualitas dan kuat

4.3 Pengembangan dan Pemilihan Konsep

4.3.1. Desain konsep

Konsep produk merupakan gambaran secara ringkas bagaimana produk yang

dibuat dapat memuaskan akan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan.

Sehingga konsep produk dapat diartikan sebagai perkiraan prinsip kerja dan

bentuk produk. Dalam suatu konsep biasanya ditampilkan dalam bentuk template

(45)

1. Konsep awal

Dalam konsep awal ini ditawarkan produk kruk seperti yang ada di pasaran.

Dalam pemakaian alat kruk tersebut terdapat keluhan-keluhan dari para pelanggan

setelah pemakaian diantaranya ketiak terasa sakit, produk yang kurang praktis

dalam penyimpanan, tidak dapat distel panjang pendeknya ukuran kruk dan desain

kurang menarik.

2. Konsep Perbaikan

Berdasarkan analisis konsep yang ada, kemudian dipilih satu konsep yang dapat

dianggap mewakili criteria produk yang terbaik dari pembangkitan konsep yang

telah dilakukan. Proses ini bertujuan untuk mengetahui dominasi yang sesuai

dengan kebutuhan konsumen .

Dari analisis kebutuhan pelanggan dapat disimpulkan kriteria produk yang

diinginkan konsumen. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. Alat yang dapat distel.

b. Alat yang ringan .

c. Mudah dalam penyimpanan.

d. Penopang ketiak yang empuk

(46)

4.3.2 Bahan penyusun alat kruk

1. Alat yang dapat distel

Alternatif alat yang dapat distel disini dimaksudkan dapat diatur sesuai dengan

ukuran pemakai. Untuk itu dari tiap part batang harus ada pengencang untuk

pengaturan panjang pendeknya batang tersebut. Untuk pengencang disini

menggunakan alternatif jenis klem dan baut.

2. Alat yang ringan

Alternatif bahan yang digunakan terbuat dari almunium. Dari bahan tersebut

tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pemakaiannya. Untuk

kekurangan dan kelebihan dari bahan tersebut dapat dilihat dibawah ini:

Kelebihan dari bahan alumunium :

1. Kuat

2. Ringan

3. Tidak berkarat

Kekurangan dari bahan alumunium :

1. Harga relatif mahal

2. Ukuran yang sudah ditentukan dipasaran

(47)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain ( k r uk ) Awal

4.2.1.1 Gambar Desain ( kr uk ) Awal

Gambar ( kruk ) awal bisa di lihat pada gambar 4.1 di bawah ini :

Di pasaran telah dikembangkan berbagai macam kruk mulai yang terbuat

dari alumunium dan ada juga yang terbuat dari besi, sehingga dapat memudahkan

konsumen untuk memilih diantara model kruk yang ada. Produk tersebut

biasanya sudah disediakan oleh dinas rumah sakit terkait tempat pemakai

dirawat. Beberapa rumah sakit sudah ada yang membuat kruk sendiri tetapi,

kebanyakan masih dikerjakan oleh pengrajin. Dari beberapa model yang tersedia

mempunyai bentuk yang hampir sama .

4.2.2 Desain ( k r uk ) usulan

4.2.2.1Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data

(48)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi ketiak berdiri (TKB) dari tabel 4.1

diperoleh data untuk mencari Xdan xσ adalah sebagai berikut:

Untuk perhitungan (Tkb ): 130 30 129 ... 133 131 135 = + + + + = X 1 30 ) 132.01 133 ( ... ) 132.01 131 ( ) 132.01 135

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 3,25

Uji keseragaman data tinggi ketiak berdiri (TKB) dengan tingkat kepercayaan

yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA= + .σ

BKA = 130 + 2 (3,25) = 136,5

x k X BKB= − .σ

BKB = 130 - 2 (3,25) = 123,5

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi ketiak berdiri (TKB) dari tabel 4.1

diperoleh data untuk mencari X dan xσ adalah sebagai berikut:

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi ketiak berdiri (TKB)

sebagai berikut :

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Tt Dewas a Tt B K A B K B

(49)

Dari grafik atas dan batas control bawah berarti bahwa pengukuran untuk

dimensi (TKB) dari ke-30 sampel tersebut telah seragam.

• Uji keseragaman data jangkauan tangan (JT) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

50 30 50 ... 53 50 53 = + + + + = X 1 30 ) 50 53 ( ... ) 50 50 ( ) 50 53

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 2,56

• Uji keseragaman data jangkauan tangan (JT) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA= + .σ

BKA = 50 + 2 (2,56) = 55,12

x k X BKB= − .σ

BKB = 50 - 2 (0,86) = 44,88

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman jangkauan tangan (JT)

pada halaman berikut :

35 36 37 38 39 40 41

1 3 5 7 9 11 13 15 71 19 21 23 25 27 29

jt

Dewasa

L b

(50)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai pada halaman berikut :

• dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan xσ adalah sebagai berikut:

15 , 11 30 9 ... 5 , 10 9 10 = + + + + = X 1 30 ) 1 , 34 9 ( ... ) 1 , 34 5 , 11 ( ) 1 , 34 10

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 1,70

• Uji keseragaman data Lebar pinggul (Lp) d pada halaman berikut dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X

BKA= + .σ

BKA = 11,15+ 2 (1,70) = 14,04

x k X BKB= − .σ

BKB = 11,15- 2 (1,70) = 8,26

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tebal dada (Td) sebagai

berikut : 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 TD Dewasa L p B K A

(51)

• Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tebal dada (Td) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan σx adalah sebagai berikut:

57 , 48 30 48 ... 50 47 47 = + + + + = X 1 30 ) 57 , 48 48 ( ... ) 57 , 48 47 ( ) 57 , 48 47

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 1,14

• Uji keseragaman data tebal dada (Td) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA= + .σ

BKA = 48,57 + 2 (1,14) = 50,85

x k X BKB= − .σ

BKB = 48,57 - 2 (1,14) = 46,29

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tebal dada (Td) sebagai

berikut :

(52)

• Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tebal dada (Td) dari tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan σx adalah sebagai berikut:

65 , 73 30 5 , 72 ... 75 72 72 = + + + + = X 1 30 ) 65 , 73 5 , 72 ( ... ) 65 , 73 72 ( ) 65 , 73 72

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 1,16

• Uji keseragaman data tebal dada (Td) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA= + .σ

BKA = 73,65 + 2 (1,16) = 75,97

x k X

BKB= − .σ

BKB = 73,65 - 2 (1,16) = 71,33

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji tebal dada (Td) sebagai berikut :

Gambar 4.7 Uji Keser agaman Dimensi Td

(53)

28 , 66 30 65 ... 68 64 64 = + + + + = X 1 30 ) 28 , 66 65 ( ... ) 28 , 66 64 ( ) 28 , 66 64

( 2 2 2

− − + + − + − = x

σ

= 1,66

• Uji keseragaman data diameter genggaman (Dg) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

x k X BKA= + .σ

BKA = 66,28 + 2 (1,66) = 69,6

x k X

BKB= − .σ

BKB = 66,28 - 2 (1,66) = 62,96

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman diameter genggaman (Dg)

sebagai berikut :

Gambar 4.8 Uji Keser agaman Dimensi Dg

Berdasarkan grafik uji keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh

(54)

Tabel 4.2 Hasil Uji Keser agaman Data

Dimensi

Tubuh BKA BKB

(cm) Simp. Baku Data min. Data

max. Keter angan

Tkb 136,5 123,5 132 1,03 128 136 Data seragam Jt 55,12 44,88 50 2,56 46 54 Data seragam Td 14,04 8,26 38,7 1,70 9 14 Data seragam Dg 4,55 2,98 3,77 0,39 3 4 Data seragam

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran

apakah sudah representative, dimana tujuannnya membuktikan bahwa data

sampel yang diambil sudah dapat mewakili populasi.

Untuk uji kecukupan data digunakan tinkat ketelitian sebesar 5 % dan

tingkat keyakinan 95 % maka persamaan uji kecukupan data adalah:

( )

2

2 2 / '         =

X X X N s k N

Nilai k = 2 & nilai s = 0,05

Jika, N`

N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan

N` > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan. • Data Tinggi ketiak berdiri (Tkb) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:

∑ X =3960,5

(55)

N’ = 1,87 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk

melakukan perancangan produk.

• Data Jangkauan tangan (Jt) dari tabel 4.1 diperoleh nilai:: ∑ X = 1500,5

∑ X2 = 2251500 Maka : 59 , 2 5 , 1500 (1500,5) ) 2251500 ( 30 40 ' 2 2 =         = N Kesimpulan:

N’ = 2,59 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk

melakukan perancangan produk.

• Data Tebal dada (Td) dari tabel 4.1 diperoleh nilai: ∑ X = 349

∑ X2 = 121801 Maka : 52 , 7 349 (349) ) 121801 ( 30 40 ' 2 2 =         = N Kesimpulan:

(56)

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk

melakukan perancangan produk.

• Data Diameter genggam (Dg) dari tabel 4.1 diperoleh nilai: ∑ X = 110,5

∑ X2 = 12210,25 Maka : 52 , 7 5 , 110 (110,5) ) 25 , 12210 ( 30 40 ' 2 2 =         = N Kesimpulan:

N’ = 7,52 < N data = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk

melakukan perancangan produk.

Berdasarkan hasil uji kecukupan data yang diperoleh pada masing-masing

elemen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data

No. Ukur an N N` Keter angan 1. Tinggi ketiak berdiri (Tkb) 30 1,87 Data Cukup 2. Jangakauan tangan (Jt) 30 2,59 Data Cukup 3. Tebal dada (Td) 30 8,43 Data Cukup 4. Dimeter genggam (Dg) 30 7,52 Data Cuku

Gambar

Gambar 2.2. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam  Berbagai Posisi Gerakan Kerja
Tabel  2.1 Perhitungan Persentil
Gambar 2.4. Data Anthropometri Untuk Perancangan Produk/ Fasilitas
Tabel 2.2. Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah membangun aplikasi sistem pakar berbasis android untuk membantu mengetahui infertilitas pada wanita yang sudah menikah dengan

Suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau metode

Penutupan A: Semasa penutupan satu lorong sepanjang 250-meter di Persiaran APEC (Arah Cyberjaya dan Puchong/Putrajaya), pengguna jalan raya masih boleh menggunakan satu

Pasar modern tidak jauh berbeda dari pasar tradisional, namun pasar modern terdapat penjual dan pembeli yang tidak bertransaksi secara langsung melainkan konsumen

Komposisi kimia yang terkandung di dalam zeolit baik tanpa maupun dengan dealuminasi dapat diketahui melalui hasil karakterisasi menggunakan XRF seperti yang

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,

Setiap pasangan hujan dengan pun- cak banjir dan konsentrasi sedimen terla- rut aliran sungai pada saat puncak banjir dianalisis dengan bantuan grafik hubung- an antara