• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dimensi praktik SDM dan intensi turnover pada karyawan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara dimensi praktik SDM dan intensi turnover pada karyawan."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI PRAKTIK SDM DAN INTENSI

TURNOVER PADA KARYAWAN

Francsisa Dina Aryani P.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Praktik SDM dan Intensi Turnover pada karyawan. Hipotesis penelitian ini adalah dimensi-dimensi praktik SDM memiliki hubungan negatif dengan intensi turnover .Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling, jumlah subjek penelitian sebanyak 131 karyawan. Subjek penelitian ini adalah karyawan yang berusia maksimal 30 tahun dengan masa kerja maksimal 5 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan dua jenis skala yaitu, skala prakek SDM dan skala intensi turnover. Skala Praktik SDM memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,944 dan skala Intensi Turnover memperoleh koefisien Alpha

Cronbach sebesar 0,952. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil

penelitian menunjukkan dimensi kesempatan berkembang memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,680 dengan taraf signifikansi 0,000. Dimensi keamanan kerja dan kompensasi memperoleh koefisien korelasi sebesar (r) -0,654 dengan taraf signifikansi 0,000 dan pelatihan memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,584 dengan taraf signifikansi 0,000. Dimensi yang terakhir yaitu, partisipasi dan dukungan supervisor memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,467 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil ini menunjukkan dimensi-dimensi praktik SDM memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan intensi turnover.

(2)

THE CORRELATION BETWEEN DIMENSIONS OF HR PRACTICE AND TURNOVER INTENTION ON EMPLOYEES

Fransisca Dina Aryani P.

ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between HR practice and turnover intention on employees. Hyphotesis of this research was that the dimensions of HR practice have a negative correlation with turnover intention. Sample was taken by convenience sampling, total of research sample was 131 employees. Subject of this research were employee who maximal 30 years old with maximal 5 years period of employment. Data were taken by using two scales, those were HR Practice scale and Turnover Intention scale. HR Practices had 0,944 alpha reliability coefficients and Turnover Intention scale was 0,952. Data were analyzed using product moment correlation. The result shown that growth opportunities dimension was obtain coefficient correlation (r) -0,680 with 0,000 significances. Dimensions of job security and compensation was obtain coefficient correlation (r) -0,654 with 0,000 significances and training dimension was obtain coefficient correlation (r) -0,584 with 0,000 significances.The last dimension, namely participation and supervisor support was obtain coefficient correlation (r) -0,467 with 0,000 significances. The result shown dimensions of HR practice have a negative correlation and significant with turnover intention.

(3)

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI PRAKTIK SDM DAN

INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fransisca Dina Aryani P. NIM: 099114013

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)

v

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI PRAKTIK SDM DAN INTENSI

TURNOVER PADA KARYAWAN

Francsisa Dina Aryani P.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Praktik SDM dan Intensi

Turnover pada karyawan. Hipotesis penelitian ini adalah dimensi-dimensi praktik SDM memiliki

hubungan negatif dengan intensi turnover .Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience

sampling, jumlah subjek penelitian sebanyak 131 karyawan. Subjek penelitian ini adalah karyawan

yang berusia maksimal 30 tahun dengan masa kerja maksimal 5 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan dua jenis skala yaitu, skala prakek SDM dan skala intensi turnover. Skala Praktik SDM memiliki koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,944 dan skala Intensi Turnover memperoleh koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,952. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Product

Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan dimensi kesempatan berkembang memperoleh

koefisien korelasi (r) sebesar -0,680 dengan taraf signifikansi 0,000. Dimensi keamanan kerja dan kompensasi memperoleh koefisien korelasi sebesar (r) -0,654 dengan taraf signifikansi 0,000 dan pelatihan memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,584 dengan taraf signifikansi 0,000. Dimensi yang terakhir yaitu, partisipasi dan dukungan supervisor memperoleh koefisien korelasi (r) sebesar -0,467 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil ini menunjukkan dimensi-dimensi praktik SDM memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan intensi turnover.

(8)

vi

THE CORRELATION BETWEEN DIMENSIONS OF HR PRACTICE AND TURNOVER INTENTION ON EMPLOYEES

Fransisca Dina Aryani P.

ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between HR practice and turnover intention on employees. Hyphotesis of this research was that the dimensions of HR practice have a negative correlation with turnover intention. Sample was taken by convenience sampling, total of research sample was 131 employees. Subject of this research were employee who maximal 30 years old with maximal 5 years period of employment. Data were taken by using two scales, those were HR Practice scale and Turnover Intention scale. HR Practices had 0,944 alpha reliability coefficients and Turnover Intention scale was 0,952. Data were analyzed using product moment correlation. The result shown that growth opportunities dimension was obtain coefficient correlation (r) -0,680 with 0,000 significances. Dimensions of job security and compensation was obtain coefficient correlation (r) -0,654 with 0,000 significances and training dimension was obtain coefficient correlation (r) -0,584 with 0,000 significances.The last dimension, namely participation and supervisor support was obtain coefficient correlation (r) -0,467 with 0,000 significances. The result shown dimensions of HR practice have a negative correlation and significant with turnover intention.

(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas semua

berkat, penyertaan, dan petunjuk yang selalu diberikan-Nya kepada penulis

sehingga dapat menuntun penulis meyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dimensi Praktik SDM Dan Intensi Turnover Pada Karyawan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Universitas Sanata Dharma Fakultas Psikologi.

Penyusunan skripsi ini tentun

ya tidak terlepas dari dukungan, doa, bantuan, dan bimbingan dari dosen

dan berbagai pihak disekitar penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pantas

kiranya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menyertai perjalanan hidupku hingga

saat ini dan memberikan berkat yang begitu luar biasa.

2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ibu Ratri Sunar A., M. Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membantu dan

memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi, M.A. selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan saran dan

masukkan serta mau bersabar dalam membimbing penulis selama

(11)

ix

5. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan, bimbingan, mengarahkan, dan memberikan

saran serta masukkan.

6. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi, M.Si. yang telah memberikan saran dan

masukkan.

7. Ibu Dewi A., M. Psi. selaku dosen penguji yang telah memberikan

dukungan, bantuan, saran dan masukkan.

8. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan dukungan, bantuan, saran dan masukkan.

9. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang

berharga bagi masa depan penulis.

10. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

(Mas Gandung, Mbak Nanik, Bapak Giyanto, Mas Muji dan Mas Doni)

yang telah memfasilitasi, memberikan informasi dan mendukung

kelancaran studi penulis.

11. Segenap pihak Hotel Aria Barito Banjarmasin, PT. Mitra Cakrawala

International dan PT. Nissan Indomobil Solobaru serta seluruh

karyawannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian dan bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner.

12. Orang tuaku tersayang, bapak dan ibu yang selalu mendoakan,

(12)

x

lakukan baik langsung maupun tidak langsung, mengingatkan jika aku

salah, mengingatkan untuk selalu mengerjakan skripsi dan selalu

bersabar dengan segala sikapku.

13. Keluarga yang selalu dikangenin, Mas Ari, Mas Bambang, Mas Edi,

Mbak Lia, Mbak Nina, Mbak Rahma dan keponakan-keponakanku

yang bandel dan lucu yang telah memberikan dukungan, bantuan,

memberikan saran serta masukkan dan mengingatkan aku untuk cepat

menyelesaikan skripsi.

14. Pacarku mas Genta serta keluarganya yang selalu memberikan

semangat, dukungan, doa walaupun jauh dan mengingatkan agar lebih

memprioritaskan skripsi.

15. Sahabat-sahabat di Banjarmasin, Rizka, Shabrina, Ozzy, Che-che, Ellisa

dll yang selalu bertanya perkembangan skripsiku, memberi semangat

dan doa agar cepat selesai walaupun tempat kita sedang berjauhan.

16. Teman-teman di Jogja, Ayu Gede, Ayu Kecil, Tifany, Edwi, Odil dan

Samira yang telah memberikan dukungan satu sama lain baik langsung

maupun tidak langsung.

17. Teman-teman Psikologi angkatan 2009 yang telah bekerja sama,

membantu dan mendukung selama perkuliahan.

(13)

xi

19. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung.

Penulis

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

(15)

xiii

1. Pengertian Intensi ... 9

2. Pengertian Turnover ... 10

3. Pengertian Intensi Turnover ... 11

4. Aspek-aspek Intensi Turnover ... 12

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi Turnover ... 14

B. Praktik Sumber Daya Manusia ... 16

1. Pengertian Praktik Sumber Daya Manusia ... 16

2. Dimensi-dimensi Praktik SDM ... 18

3. Implikasi Praktik SDM ... 22

C. Dinamika Hubungan Antara Praktik SDM dan Intensi Turnover ... 23

(16)

xiv

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 40

(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Blueprint Skala Dimensi Praktik SDM ... 33

Tabel 2. Skor Pernyataan Berdasarkan Pilihan Jawaban Subjek ... 33

Tabel 3. Blueprint Skala Intensi Turnover ... 34

Tabel 4. Skor Pernyataan Berdasarkan Pilihan Jawaban Subjek ... 34

Tabel 5. Spesifikasi Skala Praktik SDM ... 36

Tabel 6. Subjek Penelitian Berdasarkan Usia dan Masa Kerja ... 41

Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ... 42

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas ... 44

Tabel 9. Hasil Uji Linearitas ... 46

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 62

Lampiran 2. Analisis dan Seleksi Aitem Dimensi Praktik SDM ... 70

Lampiran 3. Analisis dan Seleksi Aitem Intensi Turnover ... 74

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dimensi Praktik SDM ... 76

Lampiran 5. Hasil Uji Realibilitas Skala Intensi Turnover ... 78

Lampiran 6. Hasil Uji t Mean Empiris dan Mean Teoretis Skala Praktik SDM ... 80

Lampiran 7. Hasil Uji t Mean Empiris dan Mean Teoretis Skala Intensi Turnover ... 83

Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas ... 85

Lampiran 9. Hasil Uji Linearitas ... 87

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 89

Lampiran 11. Hasil Analisis Tambahan ... 92

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah organisasi atau perusahaan memiliki tujuan mampu menjadi

usaha yang maju dan berkembang di negaranya. Tetapi menurut Sembiring

(2010) dalam menjalankan fungsi dan tujuannya, organisasi memiliki

permasalahan eksternal dan permasalah internal. Permasalahan eksternal

adalah permasalahan yang terjadi, yang dipengaruhi oleh faktor dari luar

perusahaan, misalnya kebijaksanaan pemerintah di bidang politik dan tingkat

persaingan yang semakin ketat. Permasalahan internal adalah permasalahan

yang umum terjadi karena dalam perusahaan terdiri atas berbagai manusia

dengan berbagai macam karakter, sifat dan pemikiran sehingga hal ini

menimbulkan gesekan dan pertentangan yang akhirnya menimbulkan konflik.

Salah satu permasalahan internal yang dihadapi oleh perusahaan adalah

turnover. Survey Hay Group dan Centre for Economics and Business

Research (2013) mengungkapkan rata-rata turnover karyawan secara global

adalah 22,2% atau sekitar 162.000.000 jiwa, jumlah ini meningkat 0,3% dari

tahun 2012.

Seorang HRD yang berasal dari sebuah perusahaan di Indonesia

menyatakan bahwa telah terjadi kasus turnover karyawan sebanyak 31,25 %

sepanjang tahun 2012 dalam perusahaan mereka sehingga membuat

(21)

perusahaan mengeluh karena banyak mendapat kerugian dari turnover

karyawan seperti, kerugian waktu dan tenaga (PT. A, hasil wawancara, 26

Januari 2013).

Kasus yang serupa terjadi pula pada perusahaan lain, HRD pada

perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 25% dari karyawan

mereka berhenti dari perusahaan sehingga membuat perusahaan perlu

mengeluarkan banyak waktu untuk melakukan rekrutmen. Di sisi lain

menurut perusahaan, karyawan merupakan sebuah aset penting perusahaan

(Hotel AB, hasil wawancara, 27 Maret 2013). Permasalahan pada

perusahaan-perusahaan tersebut menunjukkan bahwa turnover masih menjadi

sebuah trend di organisasi-organisasi sehingga membuat organisasi perlu

mencari cara untuk mempertahankan karyawannya.

Berhentinya karyawan bekerja dalam sebuah organisasi disebut dengan

turnover. Mobley (1986) memberikan batasan untuk turnover sebagai

berhentinya individu dari suatu organisasi yang disertai dengan imbalan

keuangan. Menurut Mathias dan Jackson (2006) turnover dapat terjadi secara

sukarela atas keinginan individu sendiri atau tidak sukarela atas keinginan

organisasi karena kinerja yang buruk atau melanggar peraturan. Turnover

sukarela maupun tidak sukarela merupakan fenomena penting dalam

organisasi (Mobley, 1986). Lee dan Maurer (dalam Riggio, 2008)

mengungkapkan organisasi perlu memahami alasan karyawan yang bekerja

(22)

perlu dilakukan karena turnover bisa berdampak mahal untuk organisasi

karena mengeluarkan biaya yang banyak.

Turnover dalam praktiknya memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak positif dari turnover yaitu, mutasi karyawan yang kurang berprestasi,

pembaharuan, fleksibilitas, kemampuan menyesuaikan diri, pengurangan

dalam perilaku pengunduran diri lainnya dan berkurangnya konflik (Mobley,

1986). Menurut Riggio (2008) dampak negatif dari turnover yaitu, dapat

membuat produktivitas organisasi berkurang dan biaya meningkat. Organisasi

perlu menyiapkan waktu dan biaya tambahan untuk mencari pengganti

karyawan yang telah keluar dan perlu memberikan pelatihan kembali pada

karyawan baru, yang berarti organisasi perlu juga mengeluarkan biaya untuk

melakukan pelatihan. Selain itu kinerja karyawan yang baru belum tentu

sebaik kinerja karyawan yang terdahulu. Mobley (1986) menambahkan

turnover juga dapat mempengaruhi masalah pola komunikasi dan sosial,

merosotnya semangat kerja, strategi-strategi pengendalian yang kaku dan

biaya-biaya peluang strategik. Strategi-strategi pengendalian yang kaku

adalah tanggapan manajemen yang kurang tepat, kurang efektif atau kurang

produktif dikarenakan tidak memperoleh informasi yang cukup tentang sebab

dan akibat dari turnover (misalnya, kenaikan gaji yang dipukul rata).

Biaya-biaya peluang strategik adalah penundaan atau pembatalan usaha-usaha yang

mempunyai laba yang cukup besar.

Karyawan yang akan melakukan turnover terlebih dahulu telah melalui

(23)

Model hubungan perantara Mobley (1986) menjelaskan bahwa niat karyawan

untuk keluar dari pekerjaan berawal dari dari rasa tidak puas terhadap

organisasi. Karyawan yang tidak puas melakukan refleksi kembali kemudian

menimbulkan pikiran-pikiran untuk keluar sehingga mendorong pada

pengevaluasian perilaku turnover dan berbagai alternatif pekerjaan lain.

Selanjutnya muncul niat karyawan untuk mencari berbagai pekerjaan

alternatif lain dan kemudian keluar dari perusahaan.

Spector (2008) menyatakan bahwa niat seringkali merupakan perintis

terhadap perilaku turnover sehingga niat dapat menjadi prediksi untuk

turnover. Menurut Poza dan Hennerberger (dalam Triyanto dan Santosa,

2009) niat keluar atau turnover intention merupakan refleksi secara subjektif

seorang karyawan yang akan merubah pekerjaannya dalam periode waktu

tertentu. Hal tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Tett dan Meyer

(dalam Elci, Sener, Aksoy, dan Alpkan, 2012) bahwa intensi turnover adalah

keinginan secara sadar dan terencana untuk meninggalkan organisasi.

Karyawan memiliki alasan tertentu yang menyebabkan karyawan

berniat melakukan turnover. Dardar, Jusoh dan Rasli (2012) menemukan

bahwa pekerjaan alternatif merupakan salah satu penyebab seseorang

memilih meninggalkan pekerjaannya sekarang. Banyak alasan karyawan

memilih pekerjaan yang lain, antara lain harapan mendapat kehidupan yang

lebih baik atau tempat kerja yang lebih dekat dengan keluarga. Hasil

penelitian Lehong dan Hongguang (2012) menunjukkan faktor yang

(24)

bara di Cina adalah kepuasan kerja, kompensasi, kesempatan, pekerjaan

membosankan, tingkat dukungan rekan serta dukungan teman sederajat dan

hal-hal tersebut dapat dicegah dengan pengelolaan atau yang dikenal dengan

praktik SDM. Allen, Shore dan Griffeth (2003) mempertegas bahwa praktik

Sumber Daya Manusia (SDM) membantu untuk mempertahankan karyawan

sehingga mengurangi tingkat turnover melalui persepsi karyawan terhadap

praktek SDM yang mendukung. Praktik-praktik SDM seperti gaji, tunjangan

dan pelatihan berhubungan negatif dengan turnover karena memotivasi

karyawan dan mempertahakan karyawan pada pekerjaan mereka (Lazear;

Madrian; Gruber & Madrian, dalam Bawa dan Jantan, 2005)

Menurut Cahayani (2005) praktik SDM adalah pengelolaan manusia

yang berada dalam suatu organisasi. Wayne, Shore dan Liden (1997)

mengungkapkan praktik SDM berfungsi sebagai sinyal kepada karyawan

sejauh mana nilai-nilai organisasi dan kepedulian kepada mereka sebagai

individu. Individu yang merasa mendapat dukungan besar dari organisasi

yang mempekerjakan mereka kemudian akan lebih merasa berkewajiban

untuk membalas dukungan organisasi (Eisenberger et al; Einsenberger,

Fasolo & Davis-LaMastro; Shore & Wayne, dalam Allen et al, 2003).

Bawa dan Jantan (2005) dalam penelitiannya tentang praktik SDM

menyebutkan bahwa dimensi praktik SDM terdiri dari proses kepegawaian

dan pemantauan karyawan, deskripsi pekerjaan, pelatihan, penilaian kinerja,

partisipasi, keamanan kerja dan kompensasi. Sementara itu Allen et al (2003)

(25)

penelitiannya, yaitu partisipasi dalam mengambil keputusan, keadilan

penghargaan/pengakuan dan kesempatan berkembang. Serupa dengan

penelitian-penelitian tersebut, Bergiel, Nguyen, Clenney dan Taylor (2009)

mengungkapkan dimensi praktik SDM meliputi pelatihan, dukungan

supervisor, kesempatan berkembang dan kompensasi.

Penelitian Bawa dan Jantan (2005) pada perusahaan perkebunan di

Malaysia menemukan dua hasil mengenai praktik SDM, yang pertama yaitu,

proses kepegawaian dan pemantauan karyawan berhubungan negatif dengan

turnover tidak sukarela. Hasil yang kedua adalah deskripsi pekerjaan

berhubungan positif dengan turnover sukarela, namun tidak ditemukan

hubungan negatif yang signifikan antara praktik SDM dalam mengurangi

turnover sukarela. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa faktor kondisi

ekonomi negara yang mempengaruhi tingkat turnover ditunjukkan melalui

tingkat pengangguran dan tersedianya pekerjaan. Pada Agustus tahun 2013

jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 6,25% meningkat dari

sebelumnya 5, 92% dan jumlah pengangguran di Malaysia mencapai 2,8%

menurun dari jumlah sebelumnya yaitu sebesar 3,3%

(http://id.tradingeconomics.com/unemployment-rate). Mobley (1986)

menyatakan apabila pengangguran meningkat, maka tingkat turnover

karyawan menurun dan sebaliknya.

Huselid (1995) dalam penelitiannya menemukan bahwa praktik SDM

berkontribusi terhadap pengembangan karyawan atau motivasi karyawan

(26)

tingkat turnover organisasi. Tetapi menurut Campbell (dalam Allen et al,

2003) penting untuk menjelaskan hubungan antara jenis praktik SDM dan

keputusan turnover pada tingkat individu yang buktinya masih terbatas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

antara praktik SDM dengan intensi turnover.

Berdasarkan penjelasan yang dijabarkan, praktik SDM dapat dinilai

sebagai bentuk dukungan untuk karyawan atas pekerjaan yang telah

dilakukan. Karyawan yang merasakan manfaat dari praktik SDM melalui

dimensi-dimensi praktik SDM yang berjalan dengan baik, maka akan

membentuk kesetiaan dalam diri individu pada organisasi tempat mereka

bekerja yang akhirnya dapat mengurangi intensi turnover pada individu

tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara Dimensi Praktik SDM dan Intensi Turnover pada karyawan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Dimensi

(27)

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan memberi sumbangan dalam pengembangan ilmu Psikologi Industri

dan Organisasi mengenai kaitan antara Dimensi Praktik SDM dan Intensi

Turnover.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Organisasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan umpan balik

bagi organisasi mengenai penerapan dimensi praktik SDM yang ada

dalam perusahaan.

b. Bagi Karyawan

Hasil penelitian ini dapat menjadi umpan balik dan bahan

evaluasi bagi karyawan, khususnya mengenai hubungan dimensi praktik

(28)

9

komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk

melakukan tingkah laku tertentu. Ajzen (1991) menyatakan bahwa intensi

seseorang untuk berperilaku sesuatu dapat menjadi perilaku yang

sebenarnya. Azjen dan Fishbein (dalam Ajzen, 1991) menjelaskan

munculnya perilaku pada diri seseorang dalam teori perilaku terencana

(theory of planned behavior).

Teori perilaku dan terencana menjelaskan bahwa faktor utama dari

suatu perilaku individu adalah intensi untuk menampilkan perilaku tertentu.

Intensi merupakan indikasi seberapa banyak usaha seseorang untuk

menampilkan suatu perilaku. Intensi untuk berperilaku dapat menjadi

perilaku yang sebenarnya jika berada di bawah kontrol individu tersebut.

Menurut Ajzen (1991) seberapa jauh individu akan menampilkan perilaku

tergantung pada faktor motivasional yaitu intensi dan non motivasional,

misalnya ketersediaan kesempatan dan sumber yang dimiliki (uang, waktu,

dll).

Berdasarkan teori perilaku dan terencana, ada tiga konsep sebagai

determinan dari intensi. Pertama adalah sikap terhadap perilaku yang

(29)

evaluasi yang sifatnya favorabel atau unfavorabel terhadap suatu perilaku.

Selanjutnya konsep kedua, norma subjektif, mengarah pada tekanan sosial

yang dihadapi individu untuk dapat menampilkan perilaku tertentu ataupun

tidak menampilkannya. Determinan yang ketiga adalah tingkatan atas

kontrol perilaku dipersepsikan yang mengarah pada kemudahan atau

kesulitan untuk menampilkan perilaku tertentu serta asumsi yang dibuat

oleh individu yang mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai bahan

antisipasi dalam mengahadapi rintangan. Semakin favorabel suatu sikap dan

norma subjektif terhadap perilaku, serta semakin besar kontrol terhadap

perilaku yang diterima maka akan semakin besar intensi individu untuk

melakukan sesuatu.

Berdasarkan definisi-definisi yang diuraikan, peneliti menyimpulkan

bahwa intensi adalah keinginan individu untuk menampilkan suatu perilaku

yang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan kontrol terhadap perilaku

yang diterima.

2. Pengertian Turnover

APA Dictionary of Psychology (2006) memberikan definisi turnover

dalam seting industri dan organisasi sebagai jumlah karyawan yang

meninggalkan pekerjaan mereka selama periode tertentu. Menurut Mobley

(1986) turnover adalah berhentinya individu dari suatu organisasi yang

disertai dengan imbalan keuangan. Hal senada juga disampaikan oleh

(30)

kerja secara resmi dari kesatuan atau organisasi di mana mereka bekerja

atau dikenal dengan pemutusan hubungan kerja.

Mathias dan Jackson (2006) menyatakan turnover dapat terjadi secara

tidak sukarela (involuntary) dan sukarela (voluntary) dan. Turnover tidak

sukarela terjadi karena keinginan organisasi karena kinerja karyawan yang

buruk atau karyawan tersebut melanggar peraturan sehingga memungkinkan

organisasi untuk memberhentikan karyawan ketika kontribusinya kurang

diinginkan (Bawa dan Jantan, 2005). Turnover sukarela terjadi karena atas

keinginan individu sendiri yang dipengaruhi oleh peluang karir, gaji,

pengawasan, geografi dan alasan pribadi/keluarga. (Mathias dan Jackson,

2006).

Berdasarkan definisi-definisi turnover yang telah diuraikan, peneliti

menyimpulkan bahwa turnover adalah perilaku karyawan melepaskan dan

meninggalkan hubungan kerja dengan organisasi tempat mereka bekerja.

3. Pengertian Intensi Turnover

Mobley (1986) menyatakan bahwa niat merupakan faktor peramal

turnover yang paling baik. Hal tersebut didukung hasil penelitian Allen,

Shore dan Griffeth (2003) yang menunjukkan secara signifikan intensi

turnover berhubungan positif dengan perilaku turnover yang sebenarnya.

Menurut Spector (2008) hal tersebut karena niat seringkali menjadi perintis

terhadap perilaku yang mengarah ke turnover.

Keinginan karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya atau

(31)

tersebut muncul sebagai bentuk dari refleksi subjektif karyawan (Poza &

Hennerberger (dalam Triyanto & Santosa, 2009). Hasil refleksi subjektif

karyawan menyebabkan karyawan secara sadar dan terencana memiliki

keinginan untuk meninggalkan organisasi (Tett dan Meyer, dalam Elci,

Sener, Aksoy, dan Alpkan, 2012).

Berdasarkan definisi-definisi yang diuraikan, peneliti menyimpulkan

bahwa intensi turnover adalah keinginan karyawan yang disadari untuk

meninggalkan pekerjaan di organisasinya.

4. Aspek-aspek Intensi Turnover

Model hubungan perantara Mobley (1986) menjelaskan bahwa niat

karyawan untuk keluar dari pekerjaan berawal dari rasa tidak puas terhadap

organisasi. Karyawan yang tidak puas melakukan refleksi kembali

kemudian menimbulkan pikiran-pikiran untuk keluar sehingga mendorong

pada pengevaluasian perilaku turnover dan berbagai alternatif pekerjaan

lain. Selanjutnya muncul niat karyawan untuk mencari berbagai pekerjaan

(32)

Gambar 1. Model Hubungan Perantara Mobley (1986)

Berdasarkan model hubungan perantara Mobley (1986) dapat diambil

kesimpulan bahwa intensi turnover terdiri dari 3 aspek, yaitu :

a. Berpikir untuk keluar dari perusahaan tempat bekerja yaitu, pikiran

karyawan untuk keluar dari organisasi tempat bekerja setelah

melakukan pertimbangan.

b. Intensi untuk mencari pekerjaan lain yaitu, keinginan karyawan untuk

mencari pekerjaan lain atau tempat kerja baru setelah melakukan

pertimbangan.

c. Intensi untuk keluar dari tempat bekerja yaitu, keinginan karyawan

untuk berhenti dari organisasinya setelah melakukan pertimbangan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi turnover

terdiri dari tiga aspek yaitu, berpikir untuk keluar, intensi untuk mencari

pekerjaan lain dan intensi untuk keluar dari tempat bekerja.

Evaluasi terhadap pekerjaan yang ada

Mempertimbangkan akibat yang terjadi bila keluar dari perusahaan

Niat untuk mencari alternatif-alternatif lain

Kepuasan terhadap pekerjaan yang dirasakan-perasaan tidak puas

Berpikir Keluar

Mencari alternatif-alternatif lain

Mempertimbangkan alternatif-alternatif lain

Membandingkan alternatif-alternatif lain dengan pekerjaan yang sekarang

Niat untuk keluar atau tinggal

a

b .

(33)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi Turnover

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi turnover pada

karyawan (Mobley,1986; Hurlock, 1991; Smither, 1994; Wijono, 2010;

Allen, Shore dan Griffeth, 2003 serta Bawa dan Jantan, 2005), yaitu:

a. Usia

Para peneliti sebelumnya menyatakan ada hubungan negatif

antara usia dan turnover, karyawan yang lebih muda lebih besar

kemungkinannya untuk keluar dari perusahaan (Mobley et al ;

Muchinsky dan Tuttle; Porter dan Steers dan Price, dalam Mobley,

1986). Karyawan berusia muda yang paling banyak merasakan tidak

puas dan cenderung keluar dari pekerjaannya (Wijono, 2010).

Karyawan yang lebih muda juga mempunyai kesempatan yang lebih

banyak untuk mendapatkan pekerjaan baru dan memiliki tanggung

jawab kekeluargaan yang lebih kecil (Mobley, 1986). Menurut

Hurlock (1991) kecenderungan orang yang melakukan turnover

adalah orang pada masa tahap dewasa dini yaitu, antara 18 hingga 40

tahun. Hurlock (1991) menjelaskan lebih lanjut bahwa seseorang yang

melakukan perubahan jenis pekerjaan pada saat menjelang akhir usia

tigapuluhan dianggap terlambat karena pilihan jenis pekerjaan yang

sesuai dengan bidang minat dan keterampilan lebih terbatas setelah

(34)

b. Masa kerja

Pergantian karyawan jauh lebih banyak terdapat pada

karyawan-karyawan dengan masa kerja yang lebih singkat (Mobley, 1986). Hal

tersebut menurut Smither (1994) karena karyawan baru belum

membuat komitmen yang kuat untuk organisasi. Lehong dan

Hongguang (2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa

karyawan dengan usia kerja di bawah 5 tahun, lebih kuat untuk

turnover. Menurut Cotton dan Tuttle (dalam Smither 1994) karyawan

yang lebih mungkin untuk berhenti adalah karyawan yang lebih muda

dan kurang dalam masa kerja sehingga kurang berkomitmen untuk

organisasi.

c. Praktik SDM

Penelitian Bawa dan Jantan (2005) di Malaysia menemukan

bahwa Praktik SDM yang meliputi deskripsi pekerjaan berhubungan

negatif dengan turnover sukarela dan proses kepegawaian dan

pemantauan kinerja berhubungan dengan turnover tidak sukarela.

Hasil penelitian Bergiel, Nguyen, Clenney & Taylor (2009) yang

menemukan kompensasi, dukungan supervisor, kesempatan

berkembang dan pelatihan berhubungan negatif dengan turnover.

Karyawan yang telah dipersiapkan kemampuannya melalui pelatihan,

mendapatkan gaji yang sesuai dengan kemampan, mendapatkan

dukungan dari atasan berupa bantuan, pujian dan saran, dan

(35)

gaji dan posisi yang lebih baik sehingga membuat karyawan bertahan

dengan organisasi. Menurut Wayne et. al serta Hom dan Griffeth

(dalam Allen, Shore dan Griffeth, 2003) praktik SDM berfungsi

sebagai sinyal kepada karyawan tentang sejauh mana nilai-nilai

organisasi dan peduli tentang mereka sebagai individu, yang

kemudian berkontribusi dalam proses penarikan diri. Pada pada

penelitian Bawa dan Jantan (2005) dijelaskan bahwa faktor kondisi

ekonomi negara dapat mempengaruhi fenomena turnover. Mobley

(1986) mengungkapkan faktor ekonomi ditunjukkan oleh tingkat

pengangguran dan tersedianya pekerjaan.

B. Praktik Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Praktik Sumber Daya Manusia

Pengelolaan manusia merupakan salah satu bidang yang rumit dalam

organisasi karena heterogenitasnya sumber daya dalam segala aspek (Sirait,

2006). Berdasarkan hal tersebut organisasi perlu melakukan pengelolaan

manusia yang berada dalam suatu organisasi atau yang dikenal dengan

Praktik sumber daya manusia (Cahayani, 2005). Praktik SDM tersebut

berbentuk rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk

memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien (Mathias

dan Jackson, 2006). Allen, Shore dan Griffeth (2003) dalam penelitiannya

(36)

terhadap organisasi melalui persepsi karyawan bahwa organisasi

mendukung dan peduli terhadap mereka.

Hariandja (2002) menjelaskan praktik SDM meliputi keseluruhan

penentuan dan pelaksanaan aktivitas, policy, dan program dengan cara yang

etis dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut bertujuan untuk

mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan dalam usaha

meningkatkan dukungan karyawan terhadap peningkatan efektivitas

organisasi. Selain itu sasaran dari penerapan praktik SDM adalah karyawan

dapat mencapai produktivitas yang tinggi, karyawan mampu bertahan dalam

organisasi dalam waktu yang lama, rendahnya tingkat ketidakhadiran dan

karyawan merasa puas dalam menjalankan tugas (Sirait, 2006).

Terdapat dua pendekatan dalam praktik SDM yaitu, keras dan lunak

(Cahayani, 2005). Pendekatan keras artinya pemimpin akan berlaku baik

jika karyawan bermanfaat untuk organisasi, sedangkan pendekatan lunak

artinya pemimpin memperlakukan karyawan dengan menekankan

pentingnya komunikasi, motivasi dan kepemimpinan. Hal tersebut

dilakukan agar pembuatan dan pelaksanaan peraturan-peraturan dan

kebijakan dapat diterima baik oleh karyawan secara menyeluruh dan

individual (Sirait, 2006).

Menurut Sembiring (2010) kesalahan dalam pengelolaan manusia

dalam organisasi akan berakibat fatal yakni, kehancuran organisasi seperti

kehilangan karyawan yang bekerja dengan baik. Oleh karena itu, praktik

(37)

Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan, peneliti

menyimpulkan bahwa praktik SDM adalah persepsi karyawan terhadap

pengelolaan bakat manusia yang berada dalam organisasi secara efektif dan

efisien guna meningkatkan efektivitas organisasi.

2. Dimensi-dimensi Praktik SDM

Bawa dan Jantan (2005) dalam penelitiannya tentang praktik SDM

menyebutkan bahwa dimensi praktik SDM terdiri dari proses kepegawaian

dan pemantauan karyawan, deskripsi pekerjaan, pelatihan, penilaian kinerja,

partisipasi, keamanan kerja dan kompensasi. Sementara itu Allen et al

(2003) juga mengungkapkan dimensi praktik SDM yang digunakan dalam

penelitiannya, yaitu partisipasi dalam mengambil keputusan, keadilan

penghargaan/pengakuan dan kesempatan berkembang. Serupa dengan

penelitian-penelitian tersebut, Bergiel, Nguyen, Clenney dan Taylor (2009)

juga mengungkapkan dimensi praktik SDM meliputi pelatihan, dukungan

supervisor, kesempatan berkembang dan kompensasi.

Peneliti menggunakan dimensi-dimensi praktik SDM tersebut sebagai

acuan untuk mengukur praktik SDM dalam sebuah perusahaan melalui

persepsi karyawan. Peneliti menggunakan dimensi praktik SDM yang

meliputi pelatihan, partisipasi dan dukungan supervisor, kesempatan

berkembang dan keamanan kerja dan kompensasi. Dimensi-dimensi tersebut

(38)

a. Persepsi terhadap Pelatihan

Hardjana (2001) menjelaskan pelatihan adalah kegiatan yang

dirancang untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang

diserahkan kepada mereka dan berlangsung dalam jangka pendek antara

dua sampai tiga hari hingga dua sampai tiga bulan. Pelatihan penting

untuk keberhasilan setiap organisasi modern karena organisasi harus

memiliki kompetensi dan rangkaian khusus terutama tentang

pengetahuan dan keahlian yang akan memberikan perusahaan

keunggulan dari pesaingnya (Long, Perumal dan Ajagbe, 2012). Menurut

Hariandja (2002) pelatihan berguna untuk mempersiapkan kemampuan

karyawan sepenuhnya sesuai keinginan organisasi sehingga siap untuk

ditempatkan.

Berdasarkan definisi yang diuraikan, peneliti menyimpulkan

pelatihan adalah persepsi karyawan terhadap kegiatan yang dirancang

oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan yang berlangsung

dalam jangka pendek sehingga siap untuk ditempatkan.

b. Partisipasi dan persepsi terhadap dukungan supervisor

Siagian (2009) mengungkapkan partisipasi adalah keikutsertaan

karyawan untuk membahas, menganalisis dan menyampaikan ide mereka

tentang perubahan yang akan terjadi menyangkut nasib, karier dan

pekerjaan mereka. Dukungan supervisor adalah pemberian motivasi oleh

organisasi agar karyawan tetap bekerja dengan baik dan selalu

(39)

Kottke dan Sharafinski (dalam Bergiel et al, 2009) mengungkapkan

supervisor yang mendukung adalah mereka yang menganggap karyawan

dengan menghargai kontribusi mereka dan peduli tentang keberadaan

mereka dengan baik. Penelitian Bergiel et al (2009) menyatakan bahwa

supervisor yang memberikan pedoman, saran, bantuan, kepercayaan dan

pujian untuk bawahannya akan membantu karyawan menjadi lebih baik

sesuai dengan pekerjaan dan organisasi, serta membangun hubungan

yang lebih baik dengan rekan-rekan. Menurut Lehong dan Hongguang

(2012) hal-hal tersebut merupakan bentuk komunikasi internal dalam

organisasi yang mampu menjaga karyawan bertahan lama di organisasi.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, peneliti menyimpulkan

partisipasi dan dukungan supervisor adalah persepsi karyawan terhadap

keikutsertaan karyawan untuk membahas, menganalisis dan

menyampaikan ide mereka tentang perubahan yang akan terjadi

menyangkut nasib, karier dan pekerjaan mereka dan pemberian motivasi

oleh organisasi sebagai bentuk kepedulian terhadap karyawan.

c. Persepsi terhadap kesempatan berkembang

Kesempatan berkembang yang akan diberikan untuk karyawan

adalah dalam bentuk pengembangan karier. Pengembangan karier adalah

proses dan kegiatan mempersiapkan seorang karyawan untuk menduduki

jabatan dalam organisasi atau perusahaan yang akan dilakukan di masa

yang akan datang (Kadarisman, 2012). Penelitian Bergiel et al (2009)

(40)

memiliki posisi, gaji, atau lingkungan kerja yang lebih baik dan hal ini

akan menjadi pertimbangan bagi karyawan untuk meninggalkan

organisasi yang menawarkan kesempatan berkembang yang baik.

Kesempatan berkembang membuat karyawan memiliki kesempatan

untuk mengembangkan dan menunjukkan potensinya dan berguna

membuat mereka lebih sesuai pekerjaan mereka dan organisasi. Hal

tersebut akan memberikan implikasi dukungan untuk masa depan

organisasi.

Berdasarkan definisi yang diuraikan, peneliti menyimpulkan

kesempatan berkembang melalui pengembangan karier adalah persepsi

karyawan terhadap proses dan kegiatan mempersiapkan seorang

karyawan oleh organisasi untuk menduduki jabatan dalam perusahaan

yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

d. Persepsi terhadap keamanan kerja dan kompensasi

Menurut Huselid (1995) keamanan kerja dan kompensasi

merupakan penentu penting dalam organisasi. Hariandja (2002)

mengungkapkan karyawan diberi kompensasi dan program kesejahteraan

dalam bekerja untuk mempertahankan mereka dan melindungi karyawan

dari akibat buruk yang mungkin timbul dari pelaksanaan pekerjaan, serta

menjaga kesehatan karyawan. Menurut Long et al (2012) karyawan

dalam bekerja menginginkan sistem kompensasi yang mereka anggap

adil dan sesuai dengan keahlian, pengalaman dan pengetahuan yang

(41)

karyawan dan “mengunci” mereka dalam pekerjaannya (Lazear;

Madrian; Gruber & Madrian, dalam Bawa dan Jantan, 2005). Hal

tersebut dipertegas dengan hasil penelitian Roya et al. (dalam Long et al,

2012) yang mengungkapkan bahwa kompensasi menyebabkan komitmen

organisasi karena sebagai bentuk pemenuhan kontrak psikologis sehingga

kecil kemungkinannya karyawan meninggalkan organisasi.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, peneliti menyimpulkan

keamanan kerja dan kompensasi adalah persepsi karyawan terhadap

bentuk perlindungan karyawan dari akibat buruk dalam pekerjaan serta

menjaga kesehatan karyawan dan persepsi karyawan terhadap bentuk

mempertahankan karyawan melalui pemberian gaji dan tunjangan.

3. Implikasi Praktik SDM

Menurut Cahayani (2005) praktik SDM yang berjalan sesuai dengan

dimensi-dimensi yang ditetapkan membuat organisasi dapat

menyeimbangkan dan beradaptasi dengan kebutuhan dan kepentingan

karyawan melalui terkelolanya tenaga kerja yang beragam dalam hal

perbedaan kebutuhan penempatan, gaya kerja, dan aspirasi. Keseimbangan

organisasi dengan kebutuhan karyawan menyebabkan tercipta kesamaan

kesempatan dalam aspirasi dan perkembangan karir sehingga karyawan

merasa prestasinya dinilai dan dihargai. Sistem kerja juga menjadi

berkembang melalui praktik SDM yang terjadi melalui prosedur perekrutan

dan seleksi yang ketat, kompensasi dan insentif yang disesuaikan dengan

(42)

keinginan organisasi. Sistem kerja yang berkembang membuat kapasitas

yang dimiliki karyawan meningkat dan lebih baik serta kesejahteraan fisik

dan mental karyawan menjadi lebih baik. Praktik SDM juga membuat

berkembang dengan baik iklim kerjasama tim dan fleksibilitas serta

kepercayaan, iklim yang produktif dan harmonis dalam bekerja melalui

asosiasi antara manajemen dan karyawan. Pada akhirnya, praktik SDM

menyebabkan karyawan memiliki motivasi tinggi dan organisasi dapat

mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya.

Penerapan praktik SDM dalam organisasi tidak semuanya berjalan

mengikuti dimensi-dimensi yang ditetapkan. Sirait (2006) mengungkapkan

ada dampak dari praktik SDM yang kurang baik yaitu, organisasi menjadi

mempekerjakan orang yang tidak tepat pada suatu pekerjaan. Hal tersebut

membuat organisasi menyia-nyiakan waktu dengan interview yang tidak

bermanfaat. Praktik SDM yang kurang baik dalam bentuk karyawan merasa

menerima gaji yang tidak sesuai dengan harapan atau prestasi kerja yang

diberikan dan kurang merasakan adanya pengembangan karyawan akan

menimbulkan ketidakpuasan kerja dan tingginya tingkat turnover pada

karyawan.

C. Dinamika Hubungan Antara Praktik SDM dan Intensi Turnover

Pengelolaan sumber daya manusia adalah salah satu masalah rumit

yang dihadapi sebuah organisasi. Setiap karyawan dalam organisasi memiliki

(43)

berbeda satu sama lain. Jika terjadi kesalahan dalam mengelola manusia di

suatu organisasi akan berakibat fatal yaitu, kehancuran bagi organisasi

(Sembiring, 2010). Oleh karena itu organisasi perlu melakukan praktik SDM.

Praktik SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi

untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien

(Mathias dan Jackson, 2006). Praktik SDM terdiri dari dimensi yang meliputi,

persepsi terhadap pelatihan, partisipasi dan persepsi terhadap dukungan

supervisor, persepsi terhadap kesempatan berkembang serta persepsi terhadap

keamanan bekerja dan kompensasi. Ketika organisasi mampu memberikan

dimensi-dimensi tersebut maka karyawan memiliki persepsi bahwa organisasi

dinilai menerapkan praktik SDM yang baik, sebaliknya ketika dimensi-dimensi

tersebut tidak dilaksanakan dengan baik maka persepsi karyawan adalah

organisasi dinilai belum mampu menerapkan praktik SDM dengan baik.

Organisasi yang diniliai menerapkan praktik SDM yang baik membuat

karyawan merasa senang dan memiliki keterikatan afektif terhadap organisasi

karena karyawan beranggapan bahwa organisasi mendukung dan peduli

terhadap mereka. Ketika karyawan telah memiliki komitmen organisasi maka

membuat karyawan menerima tujuan organisasi, memiliki kemauan untuk

bekerja keras dan keinginan untuk tinggal dengan organisasi. Sebaliknya,

praktik SDM yang dinilai karyawan kurang baik misalnya karyawan merasa

menerima gaji yang tidak sesuai dengan harapan atau prestasi kerja yang

(44)

perasaan tidak senang dalam bekerja dan meningkatkan turnover karyawan

(Bergiel et al, 2009).

Martoyo (2000) mendefinisikan turnover sebagai lepasnya hubungan

kerja secara resmi dari kesatuan atau organisasi di mana mereka bekerja atau

dikenal dengan pemutusan hubungan kerja. Terjadinya turnover karena tidak

terpenuhinya motivasi karyawan untuk bekerja sehingga menimbulkan

perasaan tidak senang dalam bekerja sehingga tidak terbentuk komitmen dalam

diri karyawan untuk loyal kepada organisasi. Ketika karyawan merasa tidak

kuat lagi atau stres dengan pekerjaannya dan memperoleh kesempatan bekerja

ditempat lain maka akan menimbulkan intensi turnover.

Intensi turnover adalah niat atau keinginan karyawan secara sadar dan

terencana untuk meninggalkan organisasi (Tett dan Meyer, dalam Elci, Sener,

Aksoy, dan Alpkan, 2012). Menurut Mobley (1986) intensi atau niat

merupakan faktor peramal turnover yang paling baik. Hal tersebut karena

intensi seseorang untuk berperilaku sesuatu dapat menjadi perilaku yang

sebenarnya (Ajzen, 1991).

Gambar 2. Hubungan Praktik SDM dan Intensi Turnover

(45)

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini ada empat, yaitu hipotesis pertama adalah

dimensi persepsi terhadap pelatihan dan intensi turnover berhubungan negatif.

Hipotesis yang kedua adalah dimensi partisipasi dan persepsi terhadap

dukungan supervisor berhubungan negatif dengan intensi turnover. Hipotesis

ketiga adalah ada hubungan negatif antara dimensi persespsi terhadap

kesempatan berkembang dan intensi turnover. Hipotesis yang keempat adalah

dimensi persepsi terhadap keamanan kerja dan kompensasi berhubungan

negatif dengan intensi turnover. Hubungan masing-masing dimensi praktik

SDM tersebut berarti semakin baik masing-masing dimensi praktik SDM maka

semakin rendah intensi turnover karyawan dan sebaliknya semakin buruk

masing-masing dimensi praktik SDM maka semakin tinggi intensi turnover

(46)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel

berkaitan dengan variasi pada suatu atau lebih variabel lain, berdasarkan

koefisien korelasi (Azwar, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mengetahui hubungan antara Dimensi Praktik SDM dan Intensi Turnover pada

karyawan.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yang diteliti, yaitu :

1. Variabel X : Dimensi-dimensi Praktik SDM

2. Variabel Y : Intensi Turnover

C. Definisi Operasional 1. Praktik SDM

Praktik SDM adalah persepsi karyawan terhadap pengelolaan bakat

karyawan yang berada dalam organisasi secara efektif dan efisien guna

meningkatkan efektivitas organisasi. Praktik SDM diukur menggunakan

(47)

a. Persepsi Terhadap Pelatihan

Pelatihan adalah persepsi karyawan terhadap kegiatan yang

dirancang oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja karyawan yang

berlangsung dalam jangka pendek sehingga siap untuk ditempatkan.

Semakin tinggi hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi

pelatihan menunjukkan bahwa semakin baik pelatihan yang dialami

karyawan tersebut. Semakin rendah hasil yang diperoleh karyawan pada

dimensi pelatihan menunjukkan bahwa semakin buruk pelatihan yang

dialami karyawan.

b. Partisipasi dan Persepsi Terhadap Dukungan Supervisor

Partisipasi dan dukungan supervisor adalah persepsi karyawan

terhadap keikutsertaan karyawan untuk membahas, menganalisis dan

menyampaikan ide mereka tentang perubahan yang akan terjadi

menyangkut nasib, karier dan pekerjaan mereka dan persepsi karyawan

terhadap pemberian motivasi oleh organisasi sebagai bentuk kepedulian

terhadap karyawan.

Semakin tinggi hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi

partisipasi dan dukungan supervisor menunjukkan bahwa semakin baik

dimensi partisipasi dan dukungan supervisor yang dialami karyawan

tersebut. Semakin rendah hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi

partisipasi dan dukungan supervisor menunjukkan bahwa semakin buruk

(48)

c. Persepsi Terhadap Kesempatan Berkembang

Kesempatan berkembang melalui pengembangan karier adalah

persepsi karyawan terhadap proses dan kegiatan organisasi dalam

mempersiapkan seorang karyawan untuk menduduki jabatan dalam

perusahaan yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

Semakin tinggi hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi

kesempatan berkembang menunjukkan bahwa semakin baik kesempatan

berkembang yang dialami karyawan tersebut. Semakin rendah hasil yang

diperoleh karyawan pada dimensi kesempatan berkembang menunjukkan

bahwa semakin buruk kesempatan berkembang yang dialami karyawan.

d. Persepsi Terhadap Keamanan kerja dan Kompensasi

Keamanan kerja dan kompensasi adalah persepsi karyawan terhadap

bentuk perlindungan karyawan dari akibat buruk dalam pekerjaan serta

menjaga kesehatan karyawan dan persepsi karyawan terhadap bentuk

mempertahankan karyawan melalui pemberian gaji dan tunjangan.

Semakin tinggi hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi

keamanan kerja dan kompensasi menunjukkan bahwa semakin baik

keamanan kerja dan kompensasi yang dialami karyawan tersebut.

Semakin rendah hasil yang diperoleh karyawan pada dimensi keamanan

kerja dan kompensasi menunjukkan bahwa semakin buruk keamanan

(49)

2. Intensi Turnover

Intensi Turnover adalah keinginan karyawan yang disadari untuk

meninggalkan pekerjaan di organisasinya. Intensi turnover diukur

menggunakan skala intensi turnover yang disusun berdasarkan 3 aspek

intensi turnover yaitu, :

a. Berpikir untuk keluar dari tempat bekerja

b. Niat untuk mencari pekerjaan lain

c. Niat untuk keluar dari tempat bekerja

Semakin tinggi skor pada skala intensi turnover, maka menunjukkan

semakin tinggi intensi turnover yang dimiliki oleh karyawan. Sebaliknya,

semakin rendah skor pada skala intensi turnover, maka menunjukkan

semakin rendah intensi turnover yang dimiliki oleh karyawan tersebut.

D. Subjek Penelitian

Peneliti menggunakan karyawan yang berasal dari PT. Mitra Cakrawala

International, Hotel Aria Barito dan PT. Indomobil Nissan sebagai subjek

penelitian. Peneliti menggunakan tiga perusahaan karena Bergiel, Nguyen,

Clenney dan Taylor (2009) menyatakan bahwa keterbatasan penelitiannya

adalah menggunakan sampel tunggal dan menyarankan untuk penelitian

selanjutnya menggunakan sampel yang lebih beragam untuk mencapai

generalisasi hasil yang lebih baik.

Subjek yang digunakan berusia maksimal 30 tahun, hal tersebut karena

menurut Mobley (1986) usia mempengaruhi intensi turnover dan rentang usia

(50)

banyak untuk mendapatkan pekerjaan baru dan memiliki tanggung jawab

kekeluargaan yang lebih kecil.

Masa kerja subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, maksimal 5

tahun. Hal tersebut karena karyawan yang mempunyai masa kerja yang pendek

memiliki kemungkinan melakukan turnover dibandingkan yang memiliki masa

kerja yang panjang (Mobley, 1986). Lehong dan Hongguan (2012) dalam

penelitiannya juga menunjukkan bahwa karyawan yang masa kerjanya lebih

pendek (maksimal 5 tahun) lebih kuat dalam intensi turnover.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah convenience

sampling yaitu, dilakukan dengan cara memilih anggota dari populasi yang

dianggap sesuai oleh peneliti untuk dijadikan sampel (Kountur, 2003).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta ijin untuk

melakukan penelitian kepada pihak perusahan. Peneliti memberikan surat

keterangan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan

proposal skripsi kepada HRD PT. Indomobil Nissan pada tanggal 30 Juni 2013

dan kepada HRD PT. Mitra Cakrawala International dan Hotel Aria Barito

pada tanggal 6 Juli 2013. Surat keterangan penelitian dan proposal skripsi

diberikan kepada pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi

perusahaan agar memberikan ijin melakukan penelitian.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala. Skala digunakan sebagai alat ukur aspek afektif dengan stimulusnya

(51)

atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari

atribut yang bersangkutan (Azwar, 2010). Skala yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala Dimensi-dimensi Praktik SDM dan skala Intensi

Turnover. Skala-skala tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan pada teori

yang digunakan.

Skala penelitian ini menggunakan skala model Likert. Skala sikap berisi

pernyataan-pernyataan mengenai objek untuk mengungkapkan sikap pro dan

kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju karyawan terhadap suatu

objek sosial yang berlaku sebagai objek sikap (Azwar, 2009).

1. Skala Dimensi Praktik SDM

Skala Dimensi Praktik SDM digunakan untuk mengetahui persepsi

karyawan terhadap praktik SDM yang dialami oleh karyawan dalam sebuah

organisasi. Skala tersebut disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang

diungkapkan oleh Bawa dan Jantan (2005), Allen, Shore dan Griffeth

(2003) dan Bergiel, Nguyen, Clenney & Taylor (2009) yaitu, persepsi

terhadap pelatihan, partisipasi dan persepsi terhadap dukungan supervisor,

persepsi terhadap kesempatan berkembang serta persepsi terhadap

keamanan dan kompensasi. Skala dimensi praktik SDM terdiri dari 40

pernyataan yang terbagi menjadi 20 pernyataan favorabel dan 20 pernyataan

(52)

Tabel 1. Blueprint Skala Dimensi Praktik SDM

Skor terhadap pilihan jawaban subjek dalam skala Dimensi Praktik

SDM adalah:

Tabel 2. Skor Pernyataan Berdasarkan Pilihan Jawaban Subjek Jenis Pilihan Respon Favorabel Unfavorable

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

Hasil yang diperoleh subjek akan menggambarkan baik-buruknya

persepsi karyawan terhadap Praktik SDM yang dialami subjek. Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek dalam Dimensi-dimensi Praktik SDM,

maka menunjukkan semakin baik Dimensi-dimensi Praktik SDM yang

dialami subjek. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh

subjek dalam Dimensi-dimensi Praktik SDM, maka menunjukkan semakin

buruk Dimensi-dimensi Praktik SDM yang dialami subjek.

2. Skala Intensi Turnover

Skala Intensi Turnover digunakan untuk mengetahui tingkat intensi

(53)

Model Hubungan Perantara Mobley (1986) yaitu, berpikir untuk keluar dari

tempat bekerja, intensi untu mencari pekerjaan, intensi untuk keluar dari

tempat bekerja. Skala tersebut berisi 30 butir pernyataan yang terbagi

menjadi 15 pernyataan favorabel dan 15 penyataan unfavorabel.

Tabel 3. Blueprint Skala Intensi Turnover

No Aspek Nomor Aitem Bobot Jumlah

Aitem Favorabel Unfavorabel

1. Berpikir untuk Keluar dari Tempat Bekerja

Skor terhadap pilihan jawaban subjek dalam skala Intensi Turnover

adalah:

Tabel 4. Skor Pernyataan Berdasarkan Pilihan Jawaban Subjek Jenis Pilihan Respon Favorabel Unfavorable

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam intensi turnover,

maka menunjukkan semakin tinggi tingkat intensi turnover yang dimiliki

subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek dalam

intensi turnover, maka menunjukkan semakin rendah tingkat intensi

(54)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Menurut Arikunto (2006) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen, suatu instrumen

yang valid mempunyai validitas yang tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Azwar (2010) mengungkapkan untuk mengetahui apakah skala psikologi

mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya,

diperlukan suatu uji validitas. Tipe validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi diuji lewat analisis rasional

terhadap isi tes serta didasarkan penilaian yang bersifat subjektif

(professional judgement) (Supratiknya, 1998). Peneliti melakukan

konsultasi pada dosen pembimbing skripsi untuk menguji isi skala dalam

penelitian ini.

2. Seleksi Aitem

Penelitian ini menggunakan try out terpakai atau menggunakan try out

sebagai bahan untuk penelitian. Hal ini karena keterbatasan jumlah subjek

dan akses untuk masuk dan melakukan penelitian dibatasi oleh pihak

perusahaan. Peneliti membagikan skala kepada 131 subjek. Skala yang

telah disusun oleh peneliti digunakan untuk penelitian yang sebenarnya,

namun peneliti hanya menggunakan aitem yang sahih dalam analisis data.

Seleksi item bertujuan untuk memilih aitem yang mengukur hal yang

sama dengan yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan dengan dilakukan

(55)

skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total

(Azwar 2010). Kriteria pemilihan aitem dalam skala ini berpedoman pada

batasan koefisien korelasi aitem total 0,30. Azwar (2010) menyatakan

bahwa semua aitem yang mencapai koefisen korelasi min 0,30 daya

pembedanya dianggap memuaskan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat

dua aitem gugur pada skala dimensi praktik SDM dikarenakan kurang

dari 0,30. Aitem yang gugur tersebut adalah aitem nomor 19 dan 23.

Tabel dibawah ini menunjukkan spesifikasi aitem skala Dimensi

dimensi Praktik SDM yang telah dilakukan seleksi aitem dan digunakan

untuk pengolahan data penelitian.

Tabel 5. Spefikasi Skala Dimensi Praktik SDM

No Dimensi Nomor Aitem Bobot Jumlah

Penelitian yang dilakukan pada skala intensi turnover memperoleh

hasil bahwa tidak terdapat aitem yang gugur. Hal tersebut karena yang

(56)

3. Reliabilitas

Reliabilitas menurut Arikunto (2006) adalah data dari hasil suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Azwar

(2010) reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur.

Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya

berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00 karena semakin mendekati 1,0

maka semakin tinggi reliabilitasnya dan semakin mendekati angka 0 maka

semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2010). Reliabilitas skala psikologi

dalam penelitian ini diuji dengan Alpha Cronbach dari program SPSS for

windows versi 18.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi-dimensi praktik SDM

menggunakan SPSS diperoleh koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,773

untuk dimensi pelatihan, 0,852 untuk dimensi partisipasi dan dukungan

supervisor, 0,840 untuk dimensi kesempatan berkembang dan 0,838 untuk

dimensi keamanan kerja dan kompensasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

skala Dimensi Praktik SDM memiliki reliabilitas yang baik. Skala Intensi

Turnover memperoleh koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,952 yang berarti

skala tersebut juga memiliki reliabilitas yang baik.

G. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson dengan program SPSS for windows versi 18. Akan

(57)

asumsi. Uji asumsi berguna untuk menilai seberapa akurat hasil analisis yang

sedang dilakukan (Santoso, 2010). Hal tersebut membuat uji asumsi menjadi

syarat untuk melakukan pengujian statistik selanjutnya.

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengecek apakah data penelitian

berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Data

yang menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5%,

berarti data yang dimiliki sebaran datanya tidak normal. Data yang

menunjukkan signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5%, berarti data

yang kita miliki sebaran datanya normal. Penelitian ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dari program SPSS for windows versi 18 untuk

melakukan uji normalitas.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan

antar variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini mengikuti

garis lurus atau tidak. Menurut Santoso (2010) mengikuti garis lurus

berarti peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel, akan

diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di

variabel lainnya. Uji linearitas tersebut dilakukan dengan program

(58)

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan

Dimensi-dimensi Praktik SDM dan Intensi Turnover maka peneliti perlu

melakukan uji hipotesis. Pengujian tersebut dilakukan dengan melakukan

analisis data-data dari penelitian ini. Teknik analisis data dalam penelitian

ini menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan program

Gambar

Gambar 1. Model Hubungan Perantara Mobley (1986)
Gambar 2. Hubungan Praktik SDM dan Intensi Turnover
Tabel 2. Skor Pernyataan Berdasarkan Pilihan Jawaban Subjek
Tabel 3. Blueprint  Skala Intensi Turnover
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup pekerjaan : Pengadaan Printer, Printer Besar, Printer Laser Nilai total HPS : Rp.115,000,000,-( Seratus Lima Belas Juta Rupiah ) Sumber pendanaan : APBD Kota Bandar

Relevan dengan hal tersebut Rudy Prasetyo mengemukakan bahwa korporasi merupakan istilah yang lazim dipergunakan oleh kalangan pakar pidana untuk menyebut apa yang

[r]

Form barang berisi tentang data admin dan user, jika pengguna ingin. menambahkan user atau admin dapat klik tambah user lalu

Ukur contoh dan larutan standar pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm atau 600 nm). Pada panjang gelombang 600 nm, gunakan blanko yang tidak direfluks sebagai larutan

produk yang ditawarkan ceragem adalah alat kesehatan dengan strategi pemasaran yang cukup baik yaitu dengan promosi konsumen boleh saja mencoba tanpa berkewajiban membeli produk

Th is is a problem of application design an d tran saction demarcation ; we discuss it again in ch apter 8, section 8.1, “Design in g layered application s.” H owever, your

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BERGENRE ADVENTURE DENGAN TEKNIK WIDE ANGLE TENTANG SAFETY RIDING YANG BERJUDUL “RIDING HABITS” MENGGUNAKAN ACTION CAM..