OPNI
Tahtm
LXXFb
05
RABU pON
1OKTOBER
2014(6
BESAR 1s471
,'KEDAULATAN
RAIffAT'
HALAMAN
1
2
Pancasila
(Hanrs
Kembali)
Sakti
'T'TARI
Kesaktian Pancasila
diperi-.ff
nm*i:,*1"ffi:irffi*t
an Gerakan 30 September 1965. Pada masa
pe--meri+tahan
kesiden
Soeharto, Hari KesaktianPancasilarutin diperingati. Saat itu pemerintah berhasil memaksakan Hari IGsaktian Pancasi-la sebagai momentum bersejarah yang lebih
ke-ramat'
daripadahari
kelahirannya,
1Juni.
Memasuki Reformasi, seiring digulingkannya
pemerintahan Orde Ram, peringatan
Hari
Ke-saktian
Pancasilamenimbulkan
pro kontra.Persoalannya tak lepas dari sejarah Gerakan 30 September 1965 yang hingga
kini
belum jelas benangmerahnya.Pandangan umum meyakini tanggal 1
Okto-ber1965 merupakan penanda penting bagi te-gaknya Pancasila. Gerakan 30 September 1965 yang disebuLsebut hendak mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis berhasil
digagal-kan. Di sisi lain dalang sesungguhnya dari
Ge-rakan 30 September 1965 hingga kini masih
pe-nuh kontroversi. Sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, pernah menganalisis dari berbagai versi yang menyimpulkan
tidak
ada pelaku tunggalperistiwa tersebut.
IGsimpangsiuran sejarah dalam
titik
inime-munculkan pendapat lain. Tanggal 1 Oktober
1965 disebut menjadi awal dimulainya pertum-pahan darah di antara anak bangsa sendiri. Thk
disangkal memang sqjak saat itu sampai sekitar tahun 1970-an pembasmian terhadap PKI mau-pun orang-orarlg yang dituding komunis gencar
dilakukan
sampai ke pelosok-pelosok negeri. Bagaimana mungkin tragedi kemanusiaanse-macam
ini
harusterjadi
atas nama tegaknyaPancasila?
Sekianbanyak
dan anali-sis yang muncul tentu harus dihargai sebagaimang-ruang diskusi
ilmiah
dalam kebebasan berpendapat seperti sekarang ini.Memang pada akhirnya kebenaran sejarah
tetapmenantiuntuk diungkap, namun perlu
di-ingat bahwa sejarah juga mengajarkan manu-sia agar lebih bljak (wise man). Upaya rekonsili-asi dan sikap saling memaafl<an perlu
diwujud-,,;i.,
Hendra
Kur,niawan
'.,
.
-
,kan. Memaafl<an
blkan
berarti melupakan(for-giuei
but rnt forgoltcn). Banyak peristiwa pahit yang mewarnai perjalanan sejarah bangsaini
yangbelum terselesaikan. Jangan sampai
tra-gedilelam kemanusiaan seperti itu terulang.
"
RefleksiKebangsaau
Tbrlepas dari berbagai hal yang mengganjal
terkbit
peringatanHari
Kesaktian Pancasila, ada baiknya peringatanini
dijadikanmomen-hrm refleksi kebangsaan. Tidak ada bangsa
lain
di dunia ini yang memiliki ideologi seperti Pan-casila. Banyak negara yang tidak hanya
memu-ji
namun juga ingrn belajar tentang Pancasila. Ironisnya, bangsa kita sendiri justru mulai kehi-langan jiwa Pancasila. Lantas benarkahPanca-sila yang
sakti
itu
telah
mengakarkuat
dan menjiwai setiap langkah kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini?Seiring dengan semangat Reformasi, Pancasi-la seolah menjadi 'buku tua' di atas rak yang
pa-ling tinggi, semakin
tak
terjangkau danberde-bu. Jarang dibuka, dibaca, apalag diamalkan ajarannya. Tergerusnya ideologi Pancasila
se-makin nyata dengan berkurangnya rasa
toler-a1rsi, nasionalisme, kecendenlngan masa bodoh, mementingkan
diri
sendiri, hinggasibukbere-but sumber-sumber ekonomi dan kekuasaan de' ngan menghalalkan segala cara. Tidak
terba-yang generasi selanjutnya apabila Pancasila
ti-dak lagi menjadi pedoman dan penuntun arah
(leitstar) dalam kehidupan bersama.
Merangseknya propaganda Islami.c State
in
Iraq and. Syria. (ISIS) atau y,ang sekarang
men-jadrlslamic
Stote (IS) ke Indonesiamemr-rjuk-kan lemahnya benteng ideologi negara. Belum lagi gempuran sistem ekonomi kapitalis, gaya
hidup dan budaya yang tidak sesuai kepribadi-an bkepribadi-angsa
kita
saatini
telah berada padatitik
nadir. Tak ketinggalan berbagai manuver yang dilal<ukan para elitepolitik
akhir-akhirini
me-nunjukkan kegagalan dalam memaknai
Panca-sila dan ULID 1945. Apabila hai-hal semacam
ini tidak segera disikapi dengan bijak, maka nis-caya lambat laun Pancasila akan kehilangan
peranannya sebagai sumber
jati
diri, kepribadi-an, moralitas dan haluan keselamatan bangsa.John Gardner pernah mengrrngkapkan bah-wa "No rwtinn can. achieue greatness unless it be-li.eues in somcthing, and unless that som.ething hns mnral dimerxinrx to sustain a great
ciuiliza-tinn."
\dak
ada bangsa yang dapat mencapai kebesaranjika bangsa itu tidak percaya kepada sesuatu danjika
tidak sesuatu yang dipercayai-nyaitu
memiliki
dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar. Untuk itulah bang-saini
dalam kemajemukannya sungguh rne-merlukan Pancasila sebagai basis moralitasser-ta
haluan dalam
berbangsadan
bernegara.NI{RI
adalah harga,mati
yang harus
terus dipertahankan. Sejalan dengan cita-citarevo-lusi
mental yang digagas oleh pemerintahan baru maka bukan tawar-menawar lagikesak-bian Pancasila hanrs terejawantahkan! tr -
g
,
*) Hend.raKu.rni.afu:anMPd"DosenPend.id.ikan Sejarah FKIP [Jniuersitas
S annta Dha.rma Yogy aharta.
o
u,
o
F
z
(t,
o