• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. Ibuprofen yang diformulasikan sebagai gel anhidrat diduga mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes. Penambahan propilen glikol dalam formula ditujukan untuk meningkatkan pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, viskositas dan pelepasan obat dari gel anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan parameter sifat fisik yang telah ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz Diffusion Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan cycle test untuk melihat ada tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada luka eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing formula pada semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan bahwa gel anhidrat dengan kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus dan uji histopatologi menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan luka diabetes.

(2)

ABSTRACT

Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in diabetics. Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound Healing" aims to determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic wound healing gel with the active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated as anhydrous gel allegedly able to accelerate wound healing in diabetics. The addition of propylene glycol in the formula is intended to enhance the drug release from the dosage. The physical properties of anhydrous gel tested for conformity with the parameters of physical properties that have been set. Drug release was tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test. Viscosity and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results showed no statistically significant differences in the viscosity and spreadability on all cycle from stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen glycol show the highest drug release. The result of wound healing activity test in rats and histopathological assay showed that the gel are able to accelerate healing of diabetic wounds.

(3)

FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN

FORMULATION OF IBUPROFEN ANHYDROUS GEL DIABETIC WOUND HEALING Bernadus Dhuta Wibowo

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia

Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529 dhutawibowo@gmail.com

ABSTRACT

Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in diabetics. Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound Healing" aims to determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic wound healing gel with the active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated as anhydrous gel allegedly able to accelerate wound healing in diabetics. The addition of propylene glycol in the formula is intended to enhance the drug release from the dosage. The physical properties of anhydrous gel tested for conformity with the parameters of physical properties that have been set. Drug release was tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test. Viscosity and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results showed no statistically significant differences in the viscosity and spreadability on all cycle from stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen glycol show the highest drug release. The result of wound healing activity test in rats and histopathological assay showed that the gel are able to accelerate healing of diabetic wounds. Keywords: diabetic ulcer, diabetic wound healing, anhydrous gel, ibuprofen

ABSTRAK

Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound

healing dengan zat aktif ibuprofen. Ibuprofen yang diformulasikan sebagai gel anhidrat diduga

mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes. Penambahan propilen glikol dalam formula ditujukan untuk meningkatkan pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, viskositas dan pelepasan obat dari gel anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan parameter sifat fisik yang telah ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz Diffusion Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan

cycle test untuk melihat ada tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada luka eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing formula pada semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan bahwa gel anhidrat dengan kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus dan uji histopatologi menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan luka diabetes.

(4)

FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING

DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

Oleh:

Bernadus Dhuta Wibowo NIM: 138114098

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

ii

FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING

DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi

Oleh:

Bernadus Dhuta Wibowo NIM: 138114098

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Say this ‘I’m the miracle itself’. So, do it

and make it happen.”

(9)
(10)
(11)

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” dapat dikerjakan dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerahnya atas

penyusunan skripsi ini;

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma;

3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi

dan dosen pembimbing yang selalu menuntun, memberikan saran, dan memotivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi;

4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini;

5. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., yang telah mendukung dan memberi

banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt., yang juga telah mendukung dan

memberikan banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak bersabar dalam mendampingi

penelitian, selalu mendukung, memotivasi, dan meluangkan waktu, tempat, dan tenaga demi kelancaran penelitian ini;

(12)

ix

9. Penelitian ini sebagian didanai oleh DP2M DIKTI berdasarkan kontrak Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah No.010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15 Maret 2016;

10. Keluarga tercinta, Andreas Bowo Srimulat, Yuliana Ponisah, Brigita Fides Dewanty, Cicilia Gloria Arum Maharani dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, perhatian, dan motivasi demi kelancaran studi dan

penyusunan naskah skripsi;

11. Ivana Tunggal sebagai partner skripsi sekaligus sahabat terbaik yang telah

memberikan waktu, bantuan, perhatian, dan motivasi selama penelitian dan penyusunan naskah skripsi;

12. Kenny dan Tya yang sama-sama merasakan suka duka selama penelitian

hingga penulisan naskah skripsi ini;

13. Teman-teman seperjuangan: Nilla, Hesti, Dipta, Ryan, Elwy, Fidel yang telah

membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian;

14. Teman-teman FST 2013, FSM C 2013, dan seluruh angkatan 2013; 15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 18 Januari 2017

(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK... xv

ABSTRACT ... xvi

PENDAHULUAN ... 2

METODE PENELITIAN ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Formulasi Sediaan Gel Anhidrat ... 7

Uji Sterilitas ... 8

Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen ... 9

Evaluasi Sifat Fisik ... 9

Uji Stabilitas Gel Anhidrat ... 11

Uji Aktivitas pada Hewan Uji ... 11

Waktu Penyembuhan Luka ... 11

Uji Histopatologi ... 12

KESIMPULAN ... 14

UCAPAN TERIMA KASIH ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(14)

xi

(15)

xii

DAFTAR TABEL

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proposal Penelitian ...17

Lampiran 2. Ethical Clearance ...31

Lampiran 3. Certificate of Analysis ...32

Lampiran 4. Data Sifat Fisis Gel ...38

Lampiran 5. Data Kurva Baku Ibuprofen ...41

Lampiran 6. Data Pelepasan Obat ...43

Lampiran 7. Data Wound Closure ...49

Lampiran 8. Uji Statistika ...50

Lampiran 9. Gambar Histopatologi ...63

(18)

xv ABSTRAK

Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. Ibuprofen yang diformulasikan sebagai gel anhidrat diduga mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes. Penambahan propilen glikol dalam formula ditujukan untuk meningkatkan pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, viskositas dan pelepasan obat dari gel anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan parameter sifat fisik yang telah ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz Diffusion Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan cycle test untuk melihat ada tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada luka eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing formula pada semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan bahwa gel anhidrat dengan kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus dan uji histopatologi menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan luka diabetes.

(19)

xvi

ABSTRACT

Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in diabetics. Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound Healing" aims to determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic wound healing gel with the active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated as anhydrous gel allegedly able to accelerate wound healing in diabetics. The addition of propylene glycol in the formula is intended to enhance the drug release from the dosage. The physical properties of anhydrous gel tested for conformity with the parameters of physical properties that have been set. Drug release was tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test. Viscosity and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results showed no statistically significant differences in the viscosity and spreadability on all cycle from stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen glycol show the highest drug release. The result of wound healing activity test in rats and histopathological assay showed that the gel are able to accelerate healing of diabetic wounds.

(20)

1

FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN

FORMULATION OF IBUPROFEN ANHYDROUS GEL DIABETIC WOUND HEALING

Bernadus Dhuta Wibowo

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia

Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529

dhutawibowo@gmail.com

ABSTRACT

Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in diabetics. Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound Healing" aims to determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic wound healing gel with the active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated as anhydrous gel allegedly able to accelerate wound healing in diabetics. The addition of propylene glycol in the formula is intended to enhance the drug release from the dosage. The physical properties of anhydrous gel tested for conformity with the parameters of physical properties that have been set. Drug release was tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test. Viscosity and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results showed no statistically significant differences in the viscosity and spreadability on all cycle from stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen glycol show the highest drug release. The result of wound healing activity test in rats and histopathological assay showed that the gel are able to accelerate healing of diabetic wounds.

Keywords: diabetic ulcer, diabetic wound healing, anhydrous gel, ibuprofen

ABSTRAK

Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing

dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. Ibuprofen yang diformulasikan sebagai gel anhidrat diduga mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes. Penambahan propilen glikol dalam formula ditujukan untuk meningkatkan pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, viskositas dan pelepasan obat dari gel anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan parameter sifat fisik yang telah ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz Diffusion Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan cycle test untuk melihat ada tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada luka eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan tidak ada perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing formula pada semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan bahwa gel anhidrat dengan kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus dan uji histopatologi menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan luka diabetes.

(21)

2 PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi peningkatan gula darah yang diasosiasikan dengan tidak ada atau tidak cukupnya sekresi insulin oleh pankreas, baik dengan atau tanpa adanya perusakan dari aksi insulin ini (Katzung et al., 2012). Prevalensi dari diabetes melitus pada penduduk usia produktif di Indonesia adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Ulkus kaki pada penderita diabetes diperkirakan dapat terjadi pada 15% penderita diabetes serta menjadi penyebab awal 84% dari semua amputasi kaki bagian bawah yang berhubungan dengan diabetes (Brem & Canic 2007).

Obat anti-inflamasi diketahui mampu mepercepat penyembuhan luka diabetes (McKelvey et al., 2012). Ibuprofen merupakan salah satu obat yang memiliki kemampuan sebagai anti-inflamasi (Katzung et al., 2012).

Menurut Aly (2012), bentuk sediaan berbasis gel anhidrat memiliki kemampuan yang lebih cepat dalam menutup luka pada penderita diabetes dibandingkan dengan sediaan berbasis mikroemulsi gel, hidrogel, alcoholic gel, dan hydroalcoholic gel. Dalam formulasi gel anhidrat tidak terdapat air, sehingga dapat mengurangi laju degradasi dari zat aktif yang terkandung di dalamnya (Proniuk & Blanchard, 2002). Namun dari penelitian Aly (2012)

yang sama, gel anhidrat menunjukan pelepasan obat yang lebih kecil untuk obat yang sifatnya hidrofobik jika dibandingkan dengan hidrogel, gel alkoholik, dan gel hidroalkoholik. Salah satu zat yang bisa ditambahkan ke dalam gel untuk meningkatkan pelepasan obat adalah propilen glikol (Amnuaikit et al., 2008). Propilen glikol mampu menjadi solven bagi obat yang tidak larut air, namun dapat larut dalam air (Rowe et al., 2009). Ibuprofen relatif tidak larut air (Cayman Chemical Company, 2014), sehingga ibuprofen dapat diformulasikan menjadi gel anhidrat dan dilakukan optimasi kadar propilen glikol dalam formula untuk meningkatkan laju pelepasan obat sehingga didapatkan gel anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat penyembuhkan luka diabetes secara efektif (Bushra & Aslam, 2010).

(22)

3 METODE PENELITIAN

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni sederhana dengan rancangan acak lengkap pola searah. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain Ibuprofen grade farmasetis (Kalbe Farma), working standard Ibuprofen (Sanbe Farma), aloksan monohidrat (Sigma), gliserin (Aldrich), propylene glycol, carbopol (Brataco), etanol 96% (Aldrich), etanol 70%, Nutrien Agar (Oxoid), kloroform teknis, ketamine 10%, krim depilatori (Reckitt Bensckiser), kapas, formalin 10% (Aldrich), larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alcohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alcohol 1%, larutan working Eosin, larutan dapar fosfat pH 7,4, akuabides, heparin, reagen Glucose GOD FS (Diasys, Germany), akuabides, larutan standar glukosa, dan darah subjek uji.

Alat dan instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beaker, hotplate magnetic stirrer, stirrer, skalpel, termometer, gelas ukur, plat stainless steel, corong, sentrifugator, aluminium foil, kapas, batang pengaduk, kabinet LAF, jarum ose, labu ukur, tabung sentrifugasi, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, biopsy punch, kaca objek dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, mikrolab-200 (Merck), mikropipet (Socorex), tabung reaksi, Rheosys Merlyn VR, timbangan analitik (Ohaus),

vortex (Wilten), dan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang), Franz Diffusion Cell Logan VTC-300 (Instrument Corp.), Durapore® DVWP02500 PVDF membrane filter 0,22 µm.

Subjek uji pada penelitian ini adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar berusia 2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memiliki berat badan pada rentang 150-180 g dan kondisi yang sehat (Katno et al., 2011).

Pembuatan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing

Formula gel anhidrat yang diacu yakni:

R/ Carbopol 0,15

Metanol 0,7918

Gliserin 9

Atrovastatin 0,1

(23)

4 Formula gel anhidrat hasil modifikasi:

Tabel 1. Formula Gel Anhidrat

Formula (% w/w) Basis FI FII FIII

Carbopol 1,5 1,5 1,5 1,5

Etanol 7,89 7,89 7,89 7,89

Propylene Glycol 0 10 25 50

Ibuprofen 0 1,25 1,25 1,25

Gliserin Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Gel dibuat terlebih dahulu kemudian zat aktif ditambahkan kemudian secara aseptis. Pembuatan gel diawali dengan melarutkan carbopol dengan setengah bagian dari etanol

dalam formula. Kemudian propilen glikol dan gliserin ditambahkan kedalam mortir, lalu aduk hingga homogen. Setelah itu dipindahkan ke dalam beker untuk diaduk menggunakan

stirrer selama 24 jam. Kemudian disimpan selama 48 jam didalam suhu ruangan. Setelah itu, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C selama 15 menit pada tekanan 1 kgf/cm2. Setengah bagian etanol digunakan untuk melarutkan ibuprofen. Kemudian dicampurkan ke dalam gel secara aseptis di dalam LAF.

Uji Sterilitas

Uji sterilitas dilakukan dengan menggoreskan gel anhidrat ke media Nutrient Agar pada cawan petri menggunakan jarum ose secara zig-zag. Tiap petri kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24 jam (Australian Society for Microbiology, 2012).

Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen

Dibuat larutan Ibuprofen 200 µg/ml dengan cara menimbang Ibuprofen sebanyak 20 mg yang kemudian dilarutkan dengan 1 ml etanol untuk membantu kelarutan yang kemudian di tambahkan larutan PBS pH 7,4 hingga 100 ml. Dibuat larutan intermediet dengan konsentrasi 20 µg/ml. Setelah itu dibuat seri larutan baku 1, 3, 5 ,7, 9, 11, 13, 15, 17 µg/ml dengan 3 kali replikasi. Diukur dengan spektrofotmeter UV pada panjang gelombang 222 nm. LOD dihitung dengan rumus :

� � =3 �

(24)

5 Evaluasi Sifat Fisik

Uji daya sebar Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan di tengah kaca bundar. Kaca bundar

lainnya dan pemberat dengan total bobot 125 gram diletakkan di atas kaca bundar pertama dan didiamkan selama 1 menit. Diameter sediaan yang telah menyebar diukur (dengan mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari 4 arah berbeda) dan diulangi sebanyak 3 kali.

Uji homogenitas Sediaan secukupnya diletakkan pada kaca objek lalu letakkan kaca objek

lain di atas kaca objek pertama, tekan hingga keduanya merapat. Homogenitas sebarannya diamati. Ulangi sebanyak 3 kali.

Uji viskositas Viskositas dan rheologi sediaan gel anhidrat diukur menggunakan instrumen

Rheosys Merlin VR dengan sistem cone and plate. Sediaan secukupnya diletakkan di atas plate, lalu cone diturunkan hingga menghimpit gel pada plate. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan putar 50 rpm.

Uji pelepasan obat Sekitar 0,1 g gel anhidrat dikemas ke dalam chamber pendonor pada

franz difusion cell, dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara antara gel dan permukaan chamber pendonor pada membran selofan. Fase reseptor dipenuhi dengan dapar fosfat pH 7,4 sambil terus diaduk dengan magnetik stearer pada kecepatan putaran yang konstan dan

sama selama percobaan untuk memastikan homogenitas dan suhu dipertahankan pada 37 ± 0,50 C. Sampel ditarik tiap 15 menit selama 90 menit dan dianalisa spektrofotometri pada 222 nm (Csizmazia, 2011). Blank gel juga diuji untuk melihat ada tidaknya interferensi dari senyawa lain dalam pengukuran kadar ibuprofen (Aly, 2012).

Penentuan model kinetika pelepasan obat Untuk menganalisa bagaimana obat lepas dari

sediaan maka beberapa plot berikut dibuat : % kumulatif pelepasan obat vs waktu (zero order); log % kumulatif obat yang tersisa disediaan vs waktu (first order); % kumulatif pelepasan obat vs akar dari waktu (model Higuchi). Korelasi digunakan sebagai indikator kesesuaian dengan salah satu model (Aly, 2012).

Uji Stabilitas Gel Anhidrat Ibuprofen

Freeze thaw cycle Uji Freeze Thaw dilakukan dengan cara masing-masing formula disimpan

pada suhu -4ºC selama 24 jam, lalu kembali disimpan pada suhu ±25ºC selama 24 jam (untuk 1 siklus). Penyimpanan dilakukan sebanyak 6 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan pengamatan sifat fisik dari setiap formula gel seperti pH, organoleptis, daya sebar dan viskositas (Barasa, 2016).

Uji viskositas Viskositas dan rheologi sediaan gel anhidrat diukur menggunakan instrumen

(25)

6

plate, lalu cone diturunkan hingga menghimpit gel pada plate. Pengukuran viskositas dilakukan pada kecepatan putar 50 rpm. Uji viskositas dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze thaw cycle.

Uji daya sebar Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan di tengah kaca bundar dan ditutup dengan

kaca penutup yang sudah ditimbang dan ditambahkan dengan pemberat hingga total pemberat diatas gel sebesar 125 gram, didiamkan selama 1 menit dan diameter penyebaran gel dari 4 bagian sisi dicatat. Uji daya sebar dilakukan pada tiap siklus freeze thaw.

Uji pH Masing-masing formula diukur nilai pH-nya menggunakan kertas indikator pH.

Sedikit gel dioleskan pada pH universal dan warna yang didapatkan dibandingkan hasilnya dengan standar. Nilai pH yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit tidak teriritasi karena perbedaan pH.Uji pH dilakukan pada tiap siklus freeze thaw.

Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Induksi aloksan pada tikus Larutan aloksan monohidrat 5% diinjeksikan secara

intraperitonial ke tikus jantan galur Wistar (umur 2 bulan dengan berat 150-180 gram) yang telah dipuasakan selama 15 jam dengan dosis 150 mg/kgBB selama 2-3 hari berturut-turut. Darah diambil dari orbital plexus 24 jam setelah injeksi dan kadar gula darah tikus diukur

(Pirbalouti, et al., 2010).

Pengukuran kadar gula darah tikus Kadar glukosa darah tikus diukur dengan instrumen

mikrolab-200 pada panjang gelombang 546 nm. Pengukuran kadar glukosa darah tikus dilakukan dengan metode GOD-PAP (Glucose Oxidase - Phenol Aminoantypiryn Peroxidase) pada hari ke- 0, 1, dan akhir penelitian. Tiga ekor tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk penelitian sebagai kelompok perlakuan (diabetes) (Pirbalouti, et al., 2010).

Perlakuan pemberian luka dan pemberian gel anhidrat ibuprofen pada tikus Enam ekor

(26)

7

penutupan luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia dengan injeksi ketamin dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.

Uji histopatologi pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Sampel jaringan kulit tikus dari

perlakuan diambil, dilakukan pengecatan dengan Hematoxylin Eosin, kemudian diamati histopatologinya secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan kamera Optilab v.2.1 (Micronos, Indonesia). Pembuatan preparat sampel jaringan kulit dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tata cara analisis hasil

Analisis kuantitatif Pengukuran data kuantitatif yaitu kecepatan penyembuhan luka pada

tikus dihitung dengan persamaan:

% wound closure = area u a ar e−0−area u a ar e−n

area u a ar e−0 X 100 %

Pengukuran % penutupan luka menggunakan aplikasi Image J dilakukan setiap hari dari awal pemberian luka hingga luka menutup. Kecepatan penyembuhan luka dianalisis secara statistik menggunakan software R i.386 3.2.5. Data sifat fisik yang diperoleh, dihitung

rata-rata dan dicari standar deviasinya, serta dibuat kurva % kumulatif pelepasan obat dari sediaan terhadap waktu untuk melihat laju pelepasan obat dari sediaan. Dari data stabilitas fisik, viskositas, % kumulatif pelepasan obat dan daya sebar dianalisis secara statistik menggunakan software R i368 3.2.3.

Analisis kualitatif Pengamatan pada uji histopatologi memberikan perbandingan hasil

secara mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Formulasi Sediaan Gel anhidrat

(27)

8

mikroorganisme di dalamnya akan mati akibat degradasi asam nukleat dan denaturasi enzim (Adji, Zuliyanti, dan Larashanty, 2007).

Penambahan zat aktif ibuprofen ke dalam sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dilakukan dalam suasana aseptis di dalam LAF yang telah dibersihkan dengan etanol dan didiamkan di bawah sinar UV selama 24 jam. Ibuprofen yang ditambahkan telah steril karena telah dilarutkan dalam etanol terlebih dahulu. Tidak dilakukan sterilisasi terminal dalam proses pembuatan gel anhidrat karena dikhawatirkan zat aktif ibuprofen akan rusak pada suhu tinggi.

Uji Sterilitas

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1. Hasil uji sterilitas: Basis (a); Formula 1 (b); Formula 2 (c); dan Formula 3 (d)

(28)

9

Hasil uji sterilitas terhadap basis gel, gel Formula 1, gel Formula 2, dan gel Formula 3 menunjukkan keempat sediaan ini steril dengan tidak ditemukan adanya pertumbuhan mikroorganisme pada media nutrient agar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen

Kurva baku ibuprofen yang dihasilkan memiliki persamaan linier y = 0.0428x + 0.1734 dengan nilai linieritas (r) sebesar 0.999171018. Rentang SD pada semua titik konsentrasi kurva baku yaitu 0,000577 - 0,001528 dan untuk % RSD (CV) berada pada rentang 0,0612 – 0,487 %. Nilai LOD yang dihasilkan yaitu 0,011 µg/ml dan LOQ sebesar 0,887 µg/ml.

Evaluasi Sifat Fisik

Evaluasi sifat fisik yang dilakukan meliputi uji viskositas, uji daya sebar, dan uji homogenitas. Uji viskositas yang dilakukan dengan instrumen Rheosys Merlin VR pada 50 rpm, bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas dan rheologi sediaan gel yang dibuat pada penelitian ini. Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sediaan yang dibuat untuk menyebar ketika diaplikasikan pada luka. Uji homogenitas memastikan bahwa sediaan gel anhidrat yang dibuat homogen. Uji organoleptis dan pH

dilakukan untuk mengetahui penampilan fisik dari sediaan dan pH. Uji pelepasan obat dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan untuk melepaskan zat aktifnya selama waktu tertentu. Data hasil evaluasi sifat fisik sediaan dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Hasil Evaluasi Sifat Fisik

Sediaan Basis Formula 1

(F1)

Formula 2 (F2)

Formula 3 (F3) Viskositas ± SD

(Pa.s) 3.407 ± 0,075 2,984 ± 0,158 2,841 ± 0,163 2,128 ± 0,077

Daya sebar ± SD

(cm) 6,110 ± 0,008 6,200 ± 0,203 6,460 ± 0,049 6,763 ± 0,056

Viskositas ± SD

(Pa.s) siklus 6 3,389 ± 0,013*

2,873 ± 0,164* 2,697 ± 0,147* 2,003 ± 0,070* Daya sebar ± SD

(cm) siklus 6 6,084 ± 0,012*

6,280 ± 0,063* 6,433 ± 0,053* 6,695 ± 0,073*

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen

Organoleptis Bening, tidak

berbau Bening agak putih, tidak berbau Bening agak putih, tidak berbau Bening agak putih, tidak berbau

(29)

10 % kumulatif obat

yang terlepas selama 90 menit melalui membran

seluas 1,77 cm2

- 40,995 ±

0,426

43,323 ± 0,502

52,078 ± 0,628

Orde 0 - 0,9211 0,9655 0,9771

Orde 1 - 0,9343 0,9484 0,9873

Model Higuchi - 0,9381 0,9323 0,9912

*Perubahan viskositas dan dayasebar tidak menujukan perbedaan yang bermakna (p>0,05)

Gambar 2. Grafik pelepasan obat

Dari Tabel II tampak bahwa peningkatan kadar propilen glikol menyebabkan penurunan viskositas. Sedangkan untuk % kumulatif obat yang terlepas selama 90 menit, semakin meningkat seiring dengan peningkatan kadar propilen glikol. Melalui grafik pelepasan obat dapat dilihat bahwa urutan pelepasan obat dari yang paling besar ke yang kecil adalah F3, F2, F1. Pelepasan obat dipengaruhi oleh viskositas, semakin besar viskositas suatu sediaan maka akan semakin kecil obat yang dilepaskan. Hal ini dijelaskan melalui rumus konstanta difusi yang memiliki rumus sebagai berikut :

� = 6���

Dimana R adalah konstanta gas, T adalah temperature absolut, η adalah viskositas, Na adalah bilangan Avogadro, ra adalah jari-jari solute yang sperish. Peningkatan viskositas akan menyebabkan penurunan dari nilai D. Penurunan nilai D akan menyebabkan jumlah obat yang terlepas dari sediaan semakin berkurang (Florence & Attwood, 2005; Steffansen et al., 2010). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(30)

11

Kinetika pelepasan dari masing-masing formula digambarkan dari Tabel II. Kinetika pelepasan obat F1 dan F3 mengikuti model Higuchi. Sedangkan untuk F2 mengikuti model orde 0. Orde 0 menggambarkan bahwa obat dilepaskan dalam jumlah yang sama sepanjang waktu percobaan (Ramteke et al., 2014). Orde 1 menggambarkan bahwa laju pelepasan obat proporsional dengan jumlah obat yang ada dalam sediaan (Jeon et al., 2005). Model Higuchi menggambarkan bahwa rate limiting step dalam pelepasan obat adalah difusi melalui matriks sediaan (Duangjit et al., 2015). Adanya perbedaan kinetika pelepasan obat pada formula 2 bisa dikarenakan oleh komposisi antara gliserin dan propilen glikol yang terdapat didalamnya. Gliserin dan propilen glikol memiliki perbedaan kepolaran (National Center for Biotechnology Information, 2017). Campuran antara keduanya akan menghasilkan tingkat kepolaran yang berbeda. Perubahan tingkat kepolaran ini akan berpengaruh pada kelarutan ibuprofen dalam gel serta bagaimana ibuprofen dapat lepas dari sediaan (Loden & Wessman, 2001).

Uji Stabilitas Gel Anhidrat

Dari hasil uji stabilitas fisik tidak ada menunjukan perubahan yang bermakna pada semua formula, baik dalam hal viskositas, daya sebar, maupun pH (P > 0,05). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa semua formula tahan terhadap perubahan suhu ekstrim. Uji Aktivitas pada Hewan Uji

Gel anhidrat formula 3 dipilih untuk uji aktivitas pada punggung tikus yang diberi luka eksisi karena memberikan stabilitas yang baik dan memiliki pelepasan obat paling besar dibandingkan formula lainnya.

Waktu Penyembuhan Luka

(31)

12 Uji Histopatologi

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g)

Gambar 3. Hasil uji histopatologi pengecatan Hematoxylin Eosin : Tikus normal luka

kontrol (a); Tikus normal basis (b); Tikus normal formula 3 (c); Tikus diabetes luka kontrol (d); Tikus diabetes basis (e); Tikus diabetes formula 3 (f); Kulit tikus tanpa perlakuan (g)

Keterangan : 1 = lapisan epidermis 4 = pembuluh darah

2 = jaringan granulasi 5 = inti sel

3 = serat kolagen 6 = jaringan ikat

Tabel III. Waktu Penyembuhan Luka dan Intepretasi Hasil Histopatologi

Perlakuan Hari Penyembuhan Keterangan

Tikus normal (hari)

Tikus Diabetes

(hari)

Tikus normal Tikus diabetes

Kontrol 13,33 ± 0,577 12,67 ± 2

Kolagen yang

terbentuk tidak

rapat, terdapat

jaringan ikat;

Adanya pembuluh darah dan jaringan

Kolagen sudah

mulai terbentuk

namun tidak rapat, terdapat jaringan

ikat; Adanya

[image:31.595.84.521.132.710.2]
(32)

13

granulasi

menunjukan proses penyembuhan luka sudah pada tahap proliferasi.

dan jaringan

granulasi yang

banyak

menunjukan proses penyembuhan luka

mencapai tahap

proliferasi.

Basis 13.33 ± 0,577 12.33 ± 2

Serat kolagen tidak rapat dan tersebar

tidak teratur,

lapisan epidermis

belum menutup

sempurna; Terdapat jaringan granulasi menunjukan proses penyembuhan luka

mencapai tahap

proliferasi

Serat kolagen tidak rapat dan teratur,

bagian epidermis

belum terbentuk

sempurna, masih

terdapat jaringan

granulasi yang

menunjukan proses penyembuhan luka

mencapai tahap

proliferasi

Gel

Formula 3 11 ± 0 11 ± 2

Bagian-bagian struktur kulit sudah lengkap; Tidak ada jaringan granulasi yang terlihat yang menunjukan proses penyembuhan luka

telah mencapai

tahap remodeling

akhir

Serat kolagen telah

terbentuk sudah

mulai rapat;

Terdapat sedikit

jaringan granulasi yang menunjukan penyembuhan luka mulai berada di

tahap remodeling

awal Tanpa

perlakuan

Bagian-bagian struktur kulit tikus lengkap (tanpa jaringan granulasi) karena tidak mengalami proses luka

Luka tikus normal dan diabetes yang diberikan gel anhidrat formula 3 dapat

mencapai tahap remodeling, sedangkan luka lainnya hanya mencapai tahap proliferasi. Hal ini menunjukan bahwa gel anhidrat ibuprofen mampu mempercepat penyembuhan luka dengan memberikan struktur kulit yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol maupun basis.

(33)

14

terhambatnya enzim siklooksigenase oleh ibuprofen maka pembentukan PGE2 akan terhenti, dengan terhentinya pembentukan PGE2 maka dapat menurunkan ekspresi dari MMP-9.

KESIMPULAN

Hasil uji pelepasan obat dan stabilitas menunjukkan formula yang optimum adalah gel

dengan kadar propilen glikol sebesar 50% w/w. Pada uji aktivitas terhadap penentuan kecepatan penyembuhan luka, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tikus diabetes, tetapi pada tikus normal terdapat perbedaan signifikan antara perlakuan dengan kontrol maupun basis. Berdasarkan hasil uji histopatologi menunjukkan bahwa formula gel anhidrat ibuprofen memberikan struktur kulit yang paling baik dibandingkan dengan kontrol dan basis. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah area luka diperluas sehingga bisa dilihat perbedaan kecepatan penyembuhan antar luka serta dapat dikembangkan basis lainnya yang dapat memberikan pelepasan obat yang lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih ditujukan kepada PT. Sanbe Farma atas working standard ibuprofen dan DP2M DIKTI atas bantuan dana penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, D., Zuliyanti, dan Larashanty, H., 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol 70%, Inframerah, Otoklaf, dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtillis. Jurnal Sain Veteriner, 25(1), 17-24.

Aly, U. F., 2012. Preparation and Evaluation of Novel Topical Gel Preparations for Wound Healing in Diabetic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 4, 11.

Amnuakit, T., Ingkatawornwong, S., Maneenuan, D., Worachotekamjorn, K., 2008. Caffein Topical Gel Formulation. IJPS, 4, 16-24.

Australian Society for Microbiology, 2012. Guidelines for Assuring Quality of Medica Microbiological Culture Media. Available from http://www.theasm.org.au/ assets/ASM-Society/Guidelines-for-the-Quality-Assurance-of-Medical-Micro biological-culture-media-2nd-edition-July-2012.pdf [Accessed 16 January 2017].

Barasa, M., 2016. Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin. Skripsi (S.Farm). Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Brem, H., Canic, M. T., 2007, A Cellular And Molecular Basis of Wound Healing In

Diabetes, The Journal of Clinical Investigation, volume 17(5), 1219.

(34)

15

Cayman Chemical Company, 2014, Safety Data Sheet Ibuprofen, 1-7. Available from : https://www.caymanchem.com/msdss/70280m.pdf [Accesed 31 Mei 2016]. Csizmazia, E., 2011. Drug Permeation Study Through Biological Membran Barriers. Thesis

(PhD). Faculty of Pharmacy, University of Szeged, Szeged.

Duangjit, S., Buacheen, P., Priebrpom, P., Limpanickhul, S., Asavapichayont, P., Chaimanee,P., et al., 2015. Development and Evaluation of Tamarind Seed Xyloglucan for Transdermal Patch of Clindamycin. Advanced Materials Research, 1060 (2015), 21-24.

Florence, A., Attwood, D., 2005. Physicochemical Principles of Pharmacy. 4th ed. London: Pharmaceutical Press.

ICH, 2005. Validation of Analitycal Procedures : Text and Methodology Q2 (R1).

Jeon, O., Kang, S.W., Lim, H.W., Chung, J.H., Kim, B.S., 2005. Long-Term and Zero-Order Release of Basic Fibroblast Growth Factor from Heparin-Conjugated Poly(L-lactide-co-glycolide) Nanospheres and Fibrin Gel. Biomaterial, 27, 1598-1607. Katno, Anistyani, D., Saryanto, 2011. Uji Aktivitas Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun The (Camellia sinensis L.). Available from : download.portalgaruda.org/article.php? article=134358&val=5638.

Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J., 2012. Basic & Clinical Pharmacology. San Francisco : The McGraw-Hill.

Leung, P. C., 2007. Diabetic Foot Ulcer – A Comprehensive Review. Surgeon, 5(4),219-31. Liu, Y., Min, D., Bolton, T., Nube, V., Twigg, S.M., Yue, D.K. et al., 2009. Increased Matrix Metalloproteinase-9 Predict Poor Wound Healing in Diabetic Foot Ulcer. Diabetes Care, 32(1).

Loden, M., Wessman, C., 2001. The Influence of A Cream Containing 20% Glycerin ItsVehicle on Skin Barrier Properties. International Journal of Cosmetic Science, 23, 115-119.

McKelvey, K., Xue, M., Whitmont, K., Shen, K., Cooper, A., Jacson, C., 2012. Potential Anti-Inflamatory Treatments for Chronic Wounds. Wound Practice and Research, 20(2), 86-89.

Mihardja, L, Soetrisno, U, & Soegondo, S., 2014. Prevalence and clinical profile of diabetes mellitus in productive aged urban Indonesians. Journal of Diabetes Investigation, 5(5), 507–512.

National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database; CID=1030. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/1030 [Accessed 16 January 2017].

National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database; CID=753. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/753 [Accessed 16 January 2017].

(35)

16

National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database; CID=753. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3672 [Accessed 27 January 2017].

Pirbalouti, A.G., Azizi, S., Koohpayeh, A., Hamedi, B., 2010, Wound Healing Activity of Malvasylvestris and Punica Granatum in Alloxan-Induced Diabetic Rats, 67(5), 511-516.

Proniuk, S., Blachard, J., 2002. Anhydrous Carbopol Polymer Gel for the The Topical Delivery of Oxygen /Water Sensitive Compounds. Pharmaceutical Development and Technology, 7(2), 249-255.

Ricciotti, E., FitzGerald, G. A., 2011, Prostaglandins and Inflammation, Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology, 31, 986–1000.

Steffansen, B., Brodin, B., Nielsen, C.U., 2010. Passive diffusion of drug subtances: the concepts of flux and permeability. In: B. Brodin, ed. Molecular Biopharmaceutics : Aspects of drug characterization, drug delivery and dosage form evaluation. London: Pharmaceutical Press, 135-151.

(36)

17 Lampiran 1. Proposal Penelitian

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi peningkatan gula darah yang diasosiasikan dengan tidak ada atau tidak cukupnya sekresi insulin oleh pankreas, baik dengan atau tanpa adanya perusakan dari aksi insulin ini (Katzung et al., 2012). Ada beberapa jenis dari diabetes, namun jenis diabetes yang paling sering adalah diabetes tipe 2 atau biasa disebut diabetes melitus (Finkel et al., 2009).

Menurut WHO pada tahun 2012, diabetes melitus berada pada urutan ke-7 pada survey WHO mengenai 10 penyakit yang dapat menyebabkan kematian di dunia, dengan angka kematian 1,5 juta jiwa yang meninggal akibat diabetes pada tahun 2012 di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, prevalensi dari diabetes melitus pada penduduk usia produktif adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Ulkus kaki pada penderita diabetes diperkirakan dapat terjadi pada 15% penderita diabetes serta menjadi penyebab awal 84% dari semua amputasi kaki bagian bawah yang berhubungan dengan diabetes (Brem & Tomic-canic 2007).

Diketahui bahwa aktivitas dari MMP-9 menyebabkan penyembuhan luka pada penderita diabetes menjadi lebih lama dibandingkan pada orang yang tidak mengalami diabetes (Liu et al., 2009). Salah satu penginduksi pembentukan MMP-9 ini adalah prostaglandin E2 (PGE2) (Yen et al., 2016).

Zat aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibuprofen. Ibuprofen merupakan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) (Katzung et al., 2012). Menurut Bachhav et al. (2010), penghantaran secara topikal melalui kulit dari OAINS memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan rute oral dalam hal potensi efek samping. Ibuprofen memiliki aktivitas sebagai inhibitor siklooksigenase non-selektif (Katzung et al., 2012). Siklooksigenase mampu memetabolisme asam arakidonat menjadi PGE2 (Ricciotti et

al, 2011). Dengan terhambatnya siklooksigenase maka pembetukan PGE2 akan terhenti,

dengan terhentinya pembentukan PGE2 maka dapat menurunkan ekspresi dari MMP-9.

(37)

18 1.2 Rumusan Masalah

Apa formula gel anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai diabetic wound healing? 1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen.

1.4 Urgensi Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan suatu produk baru yang belum beredar di pasaran yakni sediaan gel anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus diabetikum.

1.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian terkait dengan formulasi sediaan gel anhidrat ibuprofen sebagai diabetic wound healing, sehingga dapat pula dijadikan sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Luaran yang Diharapkan

Mendapatkan formulasi optimum sediaan gel anhidrat ibuprofen yang secara efektif dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes.

1.7 Manfaat Penelitian

(38)

19

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luka

Luka merupakan kerusakan dari integritas epitelial pada kulit dan mungkin disertai oleh gangguan struktur dan fungsi dari jaringan kulit normal (Enoch & Leaper, 2005). Berdasarkan waktu dan sifatnya untuk sembuh, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu luka akut dan luka kronis (Enoch & Leaper, 2005). Luka kronis merupakan luka yang tidak dapat sembuh dalam waktu dan sifat yang sewajarnya (Enoch & Leaper, 2007). Luka dapat sembuh dalam 5-10 hari pada luka akut. Pada luka kronis terjadi perpanjangan pada satu atau lebih pada fase penyembuhan luka (Velnar, 2009). Salah satu penyebab luka menjadi kronis adalah diabetes (Enoch & Leaper, 2007). Penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang penting bagi hemostasis jaringan, namun ini dapat juga berupa ganguan dari penyakit dan berbagai patologi (Shaw & Martin, 2009). Proses penyembuhan luka secara umum ada empat fase yang saling tumpang tindih, secara urut fasenya adalah fase koagulasi, inflamasi, proliferasi dan remodelling (Hamed et al., 2014; Guo & DiPietro, 2010).

Koagulasi terjadi pertama kali ketika luka. Ketika terjadi luka platelet beragregasi pada tempat luka agar memfasilitasi pembentukan fibrin yang akan bertranformasi menjadi matriks sementara dengan memasukan fibronectin (Hamed et al., 2014). Fibronectin merupakan glikoprotein adhesive yang berguna dalam memediasi sel untuk merekat, menyebar dan bermigrasi menuju tempat luka, serta meningkatkan sensitivitas sel tertentu seperti sel endotelial untuk menghasilkan growth factor (Enoch & Leaper, 2007).

Pada fase inflamasi terjadi ekstravasasi dari neutrofil dan makrofag ke dalam luka dan fagositosis dari debris pengotor dan mikroorganisme oportunistik. Sel inflamasi menyekresikan proinflamatory sitokin seperti TGF-β1, monocyte chemoattractant protein-1, colony stimulating factor, interleukin (IL)-protein-1, tumor necrosis factor (TNF)-α, dan growth factor seperti PDGF, vascular endotelial growth factor (VEGF), dan insulin like growth factor-1 (Hamed et al., 2014). Growth factor, sitokin, dan stimulus fagosit mengatur sekresi dan sintesis dari metalloproteinase (Enoch & Leaper, 2005). Yang termasuk metalloproteinase pada pembentukan luka yaitu gelatinase atau MMP-9, collagenase, dan stromelisins (Enoch & Leaper, 2005).

Dalam fase proliferasi ada proses epitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan kontraksi (Hamed et al., 2014). Fibroblast merupakan komponen yang berguna dalam pembentukan matriks ekstraseluler (Enoch & Leaper, 2007). Kondisi hipoksia merupakan stimulus poten untuk terjadi angiogenesis, selain itu angiogenesis juga dipacu oleh growth factor yang disekresikan oleh makrofag yang keluar (Hamed et al., 2014). Pembentukan dari jaringan granulasi (granulation tissue) memungkinkan terjadinya epitalisasi dan penutupan luka (Hamed et al., 2014). Kolagen dihasilkan oleh fibroblast serta karena adanya stimulasi dari monosit yang dihasilkan pada proses inflamasi (Enoch & Leaper, 2005).

Pada fase remodelling terdapat proses penghentian inflamasi, proses pembentukan parut, pengembalian morfologi jaringan normal, pengenalan dari matriks kolagen bersama garis tegangan kulit. Sel yang sudah tidak diperlukan lagi dihilangkan secara apoptosis (Hamed et al., 2014).

(39)

20

Pada penderita diabetes, proses penyembuhan luka terganggu pada semua fasenya

sehingga menjadi luka kronis. Diabetes menderegulasi keseimbangan koagulasi cairan darah yang mengakibatkan gangguan secara makro dan mikrovaskular serta menyebabkan pendarahan berlebih setelah pembentukan lesi. Terganggunya pembentukan matriks sementara (provisional matrix) menyebabkan terganggunya pembentukan jarigan granulasi (granulation tissue), epitalisasi dari wound bed, angiogenesis, serta penutupan luka. Epitelisasi tidak dapat terbentuk karena kurangnya jumlah fibronectin. Hal ini mengganggu pembentukan matriks sementara dan meningkatkan intensitas dan durasi dari respon inflamasi. Respon inflamasi yang berlebihan ini menyebabkan sekresi protease yang berlebihan pada luka diabetes kronis (Hamed et al., 2014). Protease yang dihasilkan pada luka kronis adalah metalloproteinases tipe 9 (MMP-9) (Enoch & Leaper, 2005). Menurut McLennan et al.(2008), kadar glukosa yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan jumlah MMP-9. Selain itu peningkatan ekspresi MMP-9 juga diinduksi oleh prostaglandin E2 (PGE2) (Yen et al., 2016).

MMP-9 merupakan gelatinase atau kolagenase tipe IV yang mendegradasi kolagen amorf dan fibronectin (Enoch & Leaper, 2005). MMP diatur secara ketat dalam tubuh karena potensi dalam merusak kolagen dan menyebabkan ganguan penyembuhan luka. Dalam hubungannya mendorong inflamasi, hal-hal yang dilakukan oleh MMP-9 adalah memotong IL-8 untuk meningkatkan sifat netrofil chemoattractant, aktivasi dari pro IL-1β menjadi IL

-1 β aktif, pengubahan dari akumulasi IL-1α di luka untuk mempengaruhi sintesis dan degradasinya, degradasi dari inhibitor serine protease, aktivasi dari bentuk laten dari

TGF-β untuk meningkatkan bioaktivitasnya namun menurunkan stabilitasnya, serta meningkatkan

aktivitas sitokin (McLennan et al., 2008).

[image:39.595.84.525.308.582.2]

2.3 Ibuprofen

Gambar 1. Struktur kimia ibuprofen (Katzung et al., 2012).

Ibuprofen merupakan turunan dari asam fenilpropionat (Katzung et al., 2012). Beberapa efek yang dimiliki oleh ibuprofen adalah sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik (Harvey et al., 2009). Obat ini menghambat siklooksigenasi 1 dan 2 secara reversibel yang kemudian menghambat pembentukan prostaglandin namun tidak menghambat leukotrien (Harvey et al., 2009). Dengan dosis 2400 mg perhari, ibuprofen setara dengan 4 gram aspirin dalam hal efek anti-inflamasi. Krim ibuprofen dapat terserap dalam jaringan penghubung seperti kolagen dan otot serta dapat menjadi perwatan dalam penyakit osteoartritis. 400 mg ibuprofen dapat memberikan rasa lega dan kemanjuran yang baik pada rasa sakit setelah operasi gigi (Katzung et al., 2012).

(40)

21 2. kelarutan dalam air: tidak larut dalam air dingin;

3. kelarutan: ~2 mg/ml dalam PBS (pH=7,2); ~45 mg/ml dalam EtOH, DMSO, & DMF (Chayman Chemical Company, 2014);

[image:40.595.90.515.188.595.2]

4. pKa = 4,91 (National Center for Biotechnology Information, 2016) 5. Log P= 3,5 (National Center for Biotechnology Information, 2016).

Gambar 2. Skema penghambatan pembentukan prostanoid oleh NSAID (Ricciotti & FitzGerald, 2011).

2.4 Prostaglandin

PG dan tromboksan A2 (TXA2), secara kolektif disebut prostanoids, terbentuk ketika asam arakhidonat (AA), yang merupakan asam lemak tak jenuh mengandung 20-karbon, dilepaskan dari membran plasma oleh phospholipases dan dimetabolisme oleh secara berurutan oleh PGG / H sintase atau cyclooxygenase (COX) dan sintasenya masing-masing. Ada 4 PG bioaktif utama yang dihasilkan in vivo yaitu prostaglandin E2 (PGE2), prostasiklin (PGI2), prostaglandin D2 (PGD2), dan prostaglandin F2α (PGF2α) (Ricciotti et al, 2011). PGE2 dapat meningkatkan ekspresi dari MMP-9 (Yen et al., 2016)

2.5 Gel Anhidrat

(41)

22

lingkungan jaringan luka dapat meningkatkan kecepatan penyembuhan luka, mereduksi rasa sakit, dan mereduksi infeksi serta mencegah desikasi (Ovington, 2007; Boateng et al., 2008).

Gel anhidrat merupakan gel yang tidak menggunakan air dalam formula gelnya (Proniuk & Blanchard, 2002). Menurut Proniuk dan Blanchard (2002), gel anhidrat dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan oksigen dan atau air. Salah satu basis dalam gel anhidrat adalah gliserin dengan campuran polimer karbopol. Dalam gel anhidrat ini tidak digunakan air dan kemampuan untuk menyiapkan formulasi gel tanpa netralisasi menghasilkan stabilitas dari zat aktif yang terdapat didalamnya. Formulasi yang digunakan pada dasarnya cukup mudah (Proniuk & Blanchard, 2002). Gel anhidrat dapat digunakan pada zat aktif yang tidak larut air (Aly, 2012).

Menurut Aly (2012), gel anhidrat memiliki kemampuan penyembuhan luka yang paling cepat dibanding dengan sedian gel lainnya. Kecepatan kontraksi luka yang cepat pada gel anhidrat dapat dikarenakan oleh gliserin yang terdapat pada formulanya. Gliserin memiliki berbagai macam sifat yang menguntungkan bagi luka. Gliserin jika digunakan pada kulit, memberikan sinyal pada sel untuk mendewasa (Aly, 2012). Gliserin memiliki kemampuan sebagai humektan dan emolient (Rowe et al., 2009). Humektan adalah bahan alam produk kosmetik yang ditujukan untuk mencegah hilangnya lembab dari sediaan dan meningkatkan kelembaban lapisan kulit terluar pada saat produk digunakan (Lynde, 2001).

Proses gelasi atau pembentukan gel pada gel anhidrat berbeda dengan pembentukan gel dengan air. Pada gel anhidrat proses gelasi menggunakan gliserin tampa ditambahkan neutralizer seperti TEA. Proses gelasi ini membutuhkan donor hidroksil dari gliserin yang ditambahkan ke polimer. Polimer yang dapat digunakan pada gel anhidrat adalah karbopol. Gugus hidroksil akan berinteraksi secara ikatan hidrogen dengan gugus karboksil pada polimer, sehingga mengakibatkan polimer menjadi terbuka (uncoil) dan menghasilkan pengentalan dari gel (Proniuk & Blanchard, 2002).

[image:41.595.79.524.258.614.2]

2.6 Propilen Glikol

Gambar 3. Struktur propilen glikol (Rowe et al., 2009)

(42)

23 2.7 Landasan Teori

Ibuprofen merupakan senyawa yang dapat menurunkan jumlah ekspresi dari MMP-9 dengan cara menghambat pembentukan senyawa PGE2. PGE2 terhambat karena enzim

COX dihambat.

Dalam bentuk sediaan gel anhidrat tidak terdapat air dalam formulanya, sehingga ibuprofen yang memiliki kelarutan rendah dalam air dapat diformulasikan sebagai gel anhidrat. Carbopol dan gliserin merupakan bahan utama yang menjadi pembentuk gel dalam gel anhidrat. Selain itu sediaan penyembuhan luka harus mampu menjaga kelembaban dari lingkungan tempat luka agar dapat mempercepat penyembuhan luka. Kandungan gliserin pada formula mampu menjaga kelembaban dari luka. Propilen glikol dalam formula gel anhidrat memiliki kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas sehingga dapat membantu pelepasan zat aktif untuk mengoptimumkan penyembuhan luka. Selain itu propilen glikol memiliki sifat yang hidrofilik dan mampu melarutkan zat aktif yang bersifat tidak larut air. Sehingga propilen glikol mampu terlarut dalam cairan pada luka dan ibuprofen dapat terdifusi ke luka.

2.8 Hipotesis

(43)

24

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” ini termasuk penelitian eksperimental murni.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas: variasi konsentrasi propilen glikol dalam sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen.

b. Variabel tergantung : sifat fisik, pelepasan obat ibuprofen dari basis gel anhidrat dan stabilitas sediaan gel anhidrat diabetic wound healing, serta kecepatan penyembuhan luka.

c. Variabel pengacau:

1) Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah prosedur pembuatan dan pengujian sediaan, kondisi penyimpanan sediaan, wadah penyimpanan sediaan, berat badan tikus, galur tikus, jenis kelamin tikus, dan asupan gizi tikus.

2) Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah suhu dan kelembapan udara ruangan selama pembuatan dan pengujian sediaan, serta kondisi patofisiologis hewan uji (tikus).

2. Definisi Operasional

a. Sediaan Gel Anhidrat. Sediaan gel dengan basis yang tidak atau sangat sedikit mengandung air atau oksigen.

b. Sifat fisik gel. Parameter kualitas fisik meliputi, organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, dan viskositas.

c. Stabilitas fisik. Parameter kestabilan gel meliputi, perubahan organoleptis, ph, viskositas, daya sebar dan stabilitas sediaan setelah diuji menggunakan metode freeze thaw cycle.

d. Pelepasan obat. Parameter jumlah zat aktif yang terlepas dari basis gel.

e. Formula gel optimum. Formula yang memiliki hasil uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel yang paling memenuhi standar sediaan semisolid yang meliputi daya sebar dengan diameter 5-7 cm, viskositas 200-300 dPa.s dan perubahan viskositas

≤10% serta memiliki jumlah pelepasan obat paling banyak.

f. Viskositas adalah tingkat kekentalan gel anhidrat ibuprofen yang diukur menggunakan viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Hal ini berkaitan denagn kemampuan gel anhidrat ibuprofen untuk dituang dan keluar dari wadah.

g. Daya sebar adalah kemampuan menyebar dari gel anhidrat ibuprofen yang diukur menggunakan horizontal double plate selama 1 menit dengan beban 125 gram. h. Kecepatan penyembuhan luka. Satuan laju per waktu luka pada hewan uji dapat

sembuh.

(44)

25

j. Efek penyembuhan luka. Perhitungan persentase wound closure rate yang didapat dari luka tikus setelah pemakaian sediaan.

k. Uji Hispatologi. Suatu pengamatan kulit tikus menggunakan mikroskop cahaya dengan adanya bantuan zat pewarna tertentu.

3.3 Subjek dan Bahan Penelitian

1. Subjek penelitian

Gel anhidrat ibuprofen dalam beberapa formula.

2. Bahan penelitian

Ibuprofen (dari PT. Sanbe Farma), aloksan monohidrat, gliserin, propylene glycol, carbopol, etanol 96% (Labora), etanol 70%, Nutrien Agar (Oxoid), kloroform teknis, ketamine, krim depilatori, kapas, formalin 10%, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alcohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alcohol 1%, larutan working Eosin, larutan dapar fosfat pH 7,4, tikus putih jantan galur wistar.

3.4 Alat Penelitian

Beaker glass, mantle heater, stirrer, magnetic stirrer, labu ukur, batang pengaduk, sentrifuge, sentrifuge tube, mortir, stamper, thermometer, kabinet LAF, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, object glass, corong, alumunium foil, ose, spuit injeksi, pinset, gunting, mikroskop cahaya, biopsy punch, scalpel, blade, kertas indikator pH, viskometer Merlyn II, Spektrofotometer UV-Vis, Kuvet Spetrofotometer, sel difusi dan membran selofan (Franz diffusion cell untuk dissolution tester).

[image:44.595.78.514.183.714.2]

3.5 Tata Cara Penelitian

Gambar 4. Skema tata cara penelitian Sterilisasi Ruangan

& Tube

Pembuatan Gel anhidrat diabetic

wound

Uji sifat fisik gel anhidrat diabetic wound 1. Viskositas

2. pH 3. Daya sebar 4. homogenitas 5. Pelepasan obat

Uji sterilitas gel anhidrat diabetic

wound

(45)

26

1. Sterilitasi ruangan

Selama 24 jam sebelum pembuatan gel diabetic wound healing ruangan dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 70%, dalam hal ini termasuk setiap sudut dan lantai ruangan. Setelah itu, lampu UV pada LAF dan ruangannya dinyalakan selama 24 jam (Divadi, 2015).

2. Sterilisasi tube

Tube yang akan dipakai dicuci dengan etanol 70%, bersamaan dengan plastik filling gel dibiarkan dibawah sinau UV pada LAF selama 24 jam bersamaan dengan proses sterilisasi ruangan (Divadi, 2015).

3. Pembuatan gel diabetic wound healing

[image:45.595.84.517.206.656.2]

Pada penelitian ini sediaan yang akan dibuat ialah gel dengan penambahan Ibuprofen dengan perbedaan jumlah propylene glycol (FI, FII, dan FIII) dan basis gel itu sendiri (Gel). Formula sediaan tersebut merupakan modifikasi dari formula Aly (2012) yaitu:

Tabel. I. Formula Gel Anhidrat (Aly, 2012).

Bahan Jumlah

Carbopol (% w/w) 1,5

Metanol (mL) 1

Gliserin (g) 9

Atrovastatin (% w/w) 1

Tabel II. Formula modifikasi sediaan uji diabetic wound healing

Formula (% w/w) FI FII FIII FIV

Carbopol 0,15 0,15 0,15 0,15

Etanol 0,789 0,789 0,789 0,789

Propylene Glycol 0 1,0 2,5 5,0

Ibuprofen 0 0,5 0,5 0,5

Gliserin Ad 10 Ad 10 Ad 10 Ad 10

Carbopol dan gliserin dicampur, kemudian ditambahkan propylene glycol . Ibuprofen dilarutkan dengan menggunakan etanol. Semuanya dicampur menjadi satu sambil dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Pengadukan menggunakan magnetic stirrer dilakukan selama 24 jam. Hasil campuran disimpan pada suhu ruangan selama 48 jam untuk mendapatkan ekuilibrasi. Setelah itu, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C selama 15

(46)

27

4. Uji Sifat fisik gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen

a. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna, bau dan bentuk dari gel setelah 48 jam gel selesai dibuat (Septiani et al., 2012). Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH universal stick dengan cara mengoleskan sedikit gel pada stik pH dan membandingkan warna yang dihasilkan dengan standar. Nilai pH yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit tidak teriritasi karena perbedaan pH (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Uji daya sebar

Sebanyak 0,5 gram gel anhidrat ditimbang dan diletakkan di tengah kaca bundar yang berskala, ditutup dengan kaca bundar penutup dengan penambahan beban sehingga total berat penutup dan beban ialah 125 gram dan dibiarkan selama 1 menit. Pengukuran dihitung dari diameter yang terbentuk dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Divadi, 2015).

c. Uji Homogenitas

Secukupnya sediaan gel diletakkan pada object glass dan ditutup dengan object glass lainnya, ditekan hingga merapat dan pengujian dilakukan 3 kali (Divadi, 2015).

d. Uji Viskositas

Viskositas gel diukur menggunakan viskometer Merlyn II dengan sistem cup and bob. Gel diambil sebanyak 15 mL dan dimasukkan ke dalam cup, kemudian cup dan bob dipasang pada viskometer. Pengujian dilakukan pada kecepatan 50 rpm pada suhu 25ºC (Divadi, 2015).

e. Uji pelepasan obat

Sekitar 1 g gel anhidrat dikemas ke dalam chamber pendonor pada franz difusion cell, dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara antara gel dan permukaan chamber pendonor pada membran selofan. Fase reseptor dipenuhi dengan dapar fosfat pH 7,4 sambil terus diaduk dengan magnetik stearer pada kecepatan 100 rpm selama percobaan untuk memastikan homogenitas dan suhu dipertahankan pada 37 ± 0,50 C. Sampel ditarik pada berbagai interval waktu dan dianalisa spektrofotometri pada 263 nm (Csizmazia, 2011).

5. Uji sterilitas

(47)

28

bunsen hingga memijar, dan didinginkan. Kemasasn gel dibuka secara aseptis didekat nyala bunsen, dan sedikit gel dibuang, kemudian diambil 1 ose gel dan digoreskan secara zigzag pada permukaan media NA. Ose yang digunakan untuk penggoreskan harus dipijarkan setiap penggunaannya. Tiap cawan petri diberi label dan dibungkus dengan plastic warp, dan diinkubasi terbalin dalam LAF tanpa nyala bunsen selama 24 jam dan dilakukan pengamatan setelahnya (Divadi, 2015).

6. Uji Stabilitas Gel anhidrat ibuprofen

a. Freeze Thaw Cycle

Uji Freeze Thaw dilakukan dengan cara masing-masing formula disimpan pada suhu -4ºC selama 24 jam, lalu kembali disimpan pada suhu ±25ºC selama 24 jam (untuk

1 siklus). Penyimpanan dilakukan sebanyak 6 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan pengamatan sifat fisik dari setiap formula gel seperti pH, organoleptis, daya sebar dan viskositas (Barasa, 2016).

b. Uji viskositas

Semua formula diukur viskositasnya menggunakan viskometer Merlyn II dengan sistem cup and bob. Sebanya 15 mL Gel dimasukkan ke dalam cup, kemudian cup dan bob dipasang pada viscometer. Pengujian dilakukan pada kecepatan 50 rpm pada suhu 25ºC. hasil yang didapat dicatat dan dilakukan pada masing-masing replikasi. Uji viskositas dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze thaw cycle.

c. Uji daya sebar

Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan di tengah kaca bundar dan ditutup dengan kaca penutup yang sudah ditimbang dan ditambahkan dengan pemberat hingga total pemberat diatas gel sebesar 125 gram, didiamkan selama 1 menit dan penyebaran gel dari 4 bagian sisi dicatat. Setelah didapatkan diameter dari persebaran gel, dilakukan perhitungan luas persebaran gel dengan menggunakan rumus luas lingkaran. Uji daya sebar dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze thaw cycle.

d. Uji pH

Masing-masing formula diukur nilai pH-nya menggunakan kertas indikator pH. Uji pH dilakukan pada tiap siklus freeze thaw cycle. Sedikit gel dioleskan pada pH universal dan warna yang didapatkan dibandingkan hasilnya dengan standar. Nilai pH yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit tidak teriritasi karena perbedaan pH.

e. Uji sentrifugasi

Dilakukan uji sentrifugasi terhadap masing-masing formula setelah 48 jam pembuatan. Tiap formula diuji sentrifugasi deng

Gambar

Tabel III.  Waktu Penyembuhan Luka dan Intepretasi Hasil Histopatologi ........12
Gambar 3. Hasil uji histopatologi pengecatan Hematoxylin Eosin ....................12
Tabel 1. Formula Gel Anhidrat
Gambar 1. Hasil uji sterilitas: Basis (a); Formula 1 (b); Formula 2 (c); dan Formula 3 (d)
+7

Referensi

Dokumen terkait

ludd,?eD!trakFtan x*adaran

Bentuk desain yang telah ditentukan pada tahap perancangan kemudian di gambar sketsa/pola pada balok kayu pinus yang akan digunakan untuk membuat blade.. Kayu Pinus dipilih

[r]

[r]

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap penyerapan ion logam Cr (VI) oleh serbuk kulit manggis yang telah ditarik zat warnanya dengan 3 kali penggantian

[r]

Kata Kunci : Hoisting equipment, hypermarket,fork/ift truck dan hand pallet

PENGELOLAAN ARSIP PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |