• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali."

Copied!
294
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOPING

ISTRI YANG MEMILIKI SUAMI PENJUDI DI BALI

Studi Pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Ketut Yunita Primaturini

ABSTRAK

Maraknya perjudian di Bali tidak terlepas dari tajen, sebuah ritual keagamaan yang lama-kelamaan dimanfaatkan sebagai sarana untuk berjudi. Pelaku perjudian di Bali didominasi oleh kaum lelaki dan memberikan dampak negatif bagi beberapa pihak, terutama bagi yang sudah berkeluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali dan dampak yang ditimbulkan dari strategi koping tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah tiga wanita dengan karakteristik, yaitu wanita yang telah menikah, istri dan suami dari suku Bali yang beragama Hindu, lahir, besar, dan tinggal di Bali, serta istri dari suami yang gemar berjudi di Bali. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Data dianalisis menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan deduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku suami cenderung tidak bertanggung jawab. Para informan mengalami permasalahan relasi dan ekonomi yang menyebabkan stres. Stres ini menimbulkan emosi negatif, beban pikiran, dan keluhan fisik. Informan cenderung menggunakan problem focus coping saat menghadapi permasalahan yang berdampak negatif pada orang lain, kesejahteraan anak, dan keluarga. Apabila berkaitan dengan perasaan yang dimiliki, maka informan cenderung menggunakan emotion focus coping untuk mengurangi tekanan emosi. Pada akhirnya, strategi koping yang digunakan dapat membantu informan untuk menyesuaikan diri dengan peristiwa negatif.

(2)

Psychology Student Study

Yogyakarta Sanata Dharma University

Ketut Yunita Primaturini

ABSTRACT

The high rate of gambling in Bali is highly associated to tajen, a religious rituals that is misused as a gambling tool. The gamblers in Bali are dominated by men. Gambling gives impact to certain sides, for instance if the gambler is a married man. This research was aimed to explore coping strategy from the wife with gambler husband in Bali and the impacts of the coping strategy. The research method was used in this research was qualitative phenomenology descriptive. There are three informants with specific characteristics, which are Hindus married woman with Balinese tribe, born and grown up in Bali, and having a gambler husband with same tribe and religion background. The research data was acquired from semi-structured interview. Data analysis was done by using content qualitative analysis with deductive approach. The result showed that the husband behavior tend to irresponsible. All the informants experience relation and economic problems that lead to stressful feeling. This stressful feeling caused negative emotion, burden, and physical complain. The informants tend to use problem focus coping when they were confronting problems that had negative impacts to others, their children’ wellbeing, and their family. Meanwhile, when the problems were associated with informants’ feeling, they tend to use emotion focus coping to decrease their tension. At the end, the informants’ coping strategy helped them to adjust toward negative event.

(3)

STRATEGI KOPING

ISTRI YANG MEMILIKI SUAMI PENJUDI DI BALI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Ketut Yunita Primaturini

129114145

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

“Kerjakanlah sesuatu dengan keseluruhan apa yang engkau miliki,

niscaya apapun hasilnya engkau tidak akan terlalu menyesalinya,

karena usahamu juga patut untuk dihargai”.

-Bincik, 2016-

Do The Best, All The Best

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk

:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

yang telah menyertai jalan dan langkahku

Ibuk,

yang selalu berusaha untukku

Bapak,

yang telah membuatku menjadi anak yang kuat

Kedua Kakakku,

yang telah membantuku menjadi adik yang mandiri

Typolicious,

yang telah memberi warna-wanni perkuliahan dan hatiku

Para Istri yang mengalami permasalahan sesuai topik ini,

kalian semua pendamping yang hebat!

Para pejuang skripsi, semangat!

Dan

Untuk yang selalu bertanya,

udah sampai di Bab Brapa, Kapan Ujian, Udah Lulus Belum?

(8)
(9)

vii

STRATEGI KOPING

ISTRI YANG MEMILIKI SUAMI PENJUDI DI BALI

Studi Pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Ketut Yunita Primaturini

ABSTRAK

Maraknya perjudian di Bali tidak terlepas dari tajen, sebuah ritual keagamaan yang lama-kelamaan dimanfaatkan sebagai sarana untuk berjudi. Pelaku perjudian di Bali didominasi oleh kaum lelaki dan memberikan dampak negatif bagi beberapa pihak, terutama bagi yang sudah berkeluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali dan dampak yang ditimbulkan dari strategi koping tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah tiga wanita dengan karakteristik, yaitu wanita yang telah menikah, istri dan suami dari suku Bali yang beragama Hindu, lahir, besar, dan tinggal di Bali, serta istri dari suami yang gemar berjudi di Bali. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Data dianalisis menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan deduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku suami cenderung tidak bertanggung jawab. Para informan mengalami permasalahan relasi dan ekonomi yang menyebabkan stres. Stres ini menimbulkan emosi negatif, beban pikiran, dan keluhan fisik. Informan cenderung menggunakan problem focus coping saat menghadapi permasalahan yang berdampak negatif pada orang lain, kesejahteraan anak, dan keluarga. Apabila berkaitan dengan perasaan yang dimiliki, maka informan cenderung menggunakan emotion focus coping untuk mengurangi tekanan emosi. Pada akhirnya, strategi koping yang digunakan dapat membantu informan untuk menyesuaikan diri dengan peristiwa negatif.

(10)

viii

WIFE’S COPING STRATEGY

WITH GAMBLER HUSBAND IN BALI

Psychology Student Study

Yogyakarta Sanata Dharma University

Ketut Yunita Primaturini

ABSTRACT

The high rate of gambling in Bali is highly associated to tajen, a religious rituals that is misused as a gambling tool. The gamblers in Bali are dominated by men. Gambling gives impact to certain sides, for instance if the gambler is a married man. This research was aimed to explore coping strategy from the wife with gambler husband in Bali and the impacts of the coping strategy. The research method was used in this research was qualitative phenomenology descriptive. There are three informants with specific characteristics, which are Hindus married woman with Balinese tribe, born and grown up in Bali, and having a gambler husband with same tribe and religion background. The research data was acquired from semi-structured interview. Data analysis was done by using content qualitative analysis with deductive approach. The result showed that the husband behavior tend to irresponsible. All the informants experience relation and economic problems that lead to stressful feeling. This stressful feeling caused negative emotion, burden, and physical complain. The informants tend to use problem focus coping when they were confronting problems that had negative impacts to others, their children’ wellbeing, and their family. Meanwhile, when the problems were associated with informants’ feeling, they tend to use emotion focus coping to decrease their tension. At the end, the informants’ coping strategy helped them to adjust toward negative event.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

penyertaan-Nya selama penulisan, pelaksanaan, hingga terselesaikannya penelitian

yang berjudul Strategi Koping Istri yang Memiliki Suami Penjudi di Bali. Selama

proses penulisan skripsi ini, penulis telah didukung dan dibantu oleh beberapa

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti hendak mengucapkan terima

kasih kepada :

1.

Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas segala izin, petunjuk, langkah, dan segala hal

yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu berproses

dan menyusun penelitian ini hingga selesai.

2.

Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memimpin fakultas tercinta dengan baik.

3.

Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

xi

5.

C. Siswa Widyatmoko, M. Psi., Psi., selaku dosen penguji. Terimakasih pak

telah mau memberikan sesuatu yang belum pernah terpikirkan oleh saya dan

telah melatih kesabaran saya.

6.

P. Henrietta PDADS., M.A., selaku wakaprodi dan dosen penguji. Terimaksih

telah menenangkan saya dan mengajarkan saya mengenai sudut pandang lain

dalam suatu hal.

7.

Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memudahkan saya dalam urusan administrasi akademik. Terimakasih pak.

8.

Sr. Th. Dewi I. Gallang, FJC, S. Psi., Psi., M.M., selaku dosen pembimbing

akademik saya. Terimakasih suster telah membimbing saya dari semester I-VII.

Terimakasih atas segala hati, perhatian, dan masukan yang telah suster berikan

kepada saya.

9.

Monica Eviandaru Madyaningrum, M. App. Psych., selaku dosen paforit saya.

Terimakasih telah memberikan kesan yang begitu berbeda saat awal betemu dan

dinamika di kelas. Terimakasih juga telah menginspirasi ketertarikan saya

mengenai perilaku dan budaya.

10.

Mas Muji dan seluruh staf Lab Psikologi, terimakasih sudah membantu saya

dalam segala persiapan hingga pratikum tes, ujian, dan selama menjadi asisten.

Terimakasih juga telah membuat suasana Lab yang begitu nyaman dan

bersahabat. Semoga peminat menjadi asisten semakin banyak. Salam Glory!!

11.

Untuk Pak Gi, yang telah mengajarkan pada peneliti bagaimana bekerja dengan

(14)

xii

Gi dulu udah rela sering bukain kami lift. Terimakasih untuk selalu keramahan

pak Gi. Selalu sehat ngih pak.

12.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan banyak pelajaran, pengetahuan, dan pengalaman hidup

selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

13.

Staf Sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

yang telah membantu melancarkan proses pembelajaran selama masa studi di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

14.

Para istri yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini dan para

orang-orang yang saya wawancarai untuk menunjang penelitian ini. Terimakasih atas

kebaikan hati saudara sekalian

15.

Wigati, selaku ibu peneliti. Terimakasih buk sudah mau berjuang memberikan

segala hal buat Ketut. Semoga Ketut segera bisa membahagiakan ibuk.

Astungkara.

16.

I Made Cidra, selaku ayah peneliti. Terimakasih pak atas segala kejadian yang

telah membuat Ketut menjadi seoang yang kuat. Semoga Ketut bisa menjadi

anak yang dapat memberikan perubahan.

17.

Ni Wayan Sri Stiawati dan Yuda Sukmana Putra, selaku kedua kakak peneliti.

Terimakasih karena telah diam-diam menyayangi dan memperdulikan aku. Aku

juga sayang kok walau diam-diam juga.

(15)

xiii

Bestari, Ghea Kuncahyani, Marius Angga, dan Martha Veronica. Terimakasih

karena telah membuat peniliti merasa luar biasa memiliki kakak-kakak seperti

kalian, kalian menghadirkan banyak peran dalam hidupku. Seakan kata-kata

apapun tidak bisa mewakili peran dan kontribusi kalian dalam hati dan hidupku.

Bincik sayang banget sama semua kakak ketemu gedenya. Love you guys!

19.

Geng “Cucok Rempong”, yang setia menemani peneliti dari semeste

r I hingga

sekarang. Nata, Nona, Monic, Dhira, Ita, Wilda, Cicik, yang satu kelompok

asisten pratikum dan akhirnya tercetus grup ini. Makasih ya udah paling ngertiin

aku, sabar sama sikapku, dan selalu menyemangati serta mensupport’ku. Love

you full guys, salam gossip!! Yo wisuda bareng cah!

20.

Geng “Cabe

-

cabean” yang

sukanya aneh-aneh (Putri, Gung Is, Seprina, Anggi,

Mita, Nona, Dhira, Ita, Igan), makasih ya udah ngajakin aku bolang, bikin hp

gak sepi, selalu bikin ketawa, makasih udah mau mengerti keadaanku dengan

kepribadian yang kayak gini. Love you guys!

21.

Untuk teman-teman peneliti yang ada di Bali (Chia, Deep, Risma, Ria, Dewik,

Ritra, Neri, dan banyak lagi), makasih ya udah selalu menyemagati peneliti dan

memberi warna warni dalam liburan peneliti. Tunggu ya aku feminim!

(16)

xiv

mendukung, menjaga, menyemangati, dan berjuang walau dengan cara yang

berbeda. Salam semangat!!

23.

Untuk teman-teman Psikologi 2012 yang selalu dihati, terimakasih telah

menemani perjalananku dari awal Pra AKSI sampai sekarang. Entah apa

jadinya aku tanpa angkatan ini. Kompak terus dan sampai ketemu di reunian

yaa teman-teman 2012 yang mantab abis. See you on top!!

24.

Untuk SKINNER, terimakasih telah memberikan press impression yang luar

biasa pada peneliti (Vita, Patrice, Lenny, Lintang, Novia, Kenang, Aryo, Fery,

Richard). Terimakasih kepada tutorku (Bella) yang telah menerima dan

mengajarkan banyak hal kepada kami. Terimaksih untuk kesabarannya hingga

saat ini.

25.

Untuk Keluarga AKSI 2012, 2013, dan 2016, terkhusus Keluarga TUTOR,

terimakasih sudah menerimaku dan mengasahku hingga aku memiliki keluarga

dan kemampuan seperti sekarang ini. Sangat bersyukur bergabung dalam

kepanitiaan ini, bukan kepanitiaan namun keluarga yang amat aku cintai. AKSI

di HATI pokoknya!! Salam HOKYAAA!!!

26.

Untuk keluarga PSYCHOFEST 2014 dan 2015, terkhusus keluarga LO.

Makasih udah gayeng bareng, proficiat!!

(17)

xv

28.

Untuk anak-anak AKSI-ku AVOIDANT (Gera, Cyus, Age, Endah, Vina,

Paskal, Tia, Nana, Zerli, Karla, Nella), NURTURANCE (Nasya, Sasha,

Belinda, Levi, Puspa, Tias, Vinna, Dicky, Aldy, Adit). Makasih yaa telah diberi

kesempatan untuk mejadi seorang kakak dan orang yang ingin melindungi

kalian. Sukses dan saling menjaga ya! See you when i see you guys. MISS AND

LOVE YOU GUYS!!

29.

Keluarga KMHD USD, makasih udah mau nerima aku anak rantauan ini sampai

punya banyak temen seiman. Jaya terus KMHD SADHAR!!

30.

Penghuni Kos Mentari, yang digawangi EMAK (Ayik, Gung Is, Ovi, Mitha,

Gung Mas, Ade, dan yang lainnya), salam ribut rusuh satu kos!!

31.

Keluaga Asisten Tes Inventori 2015, dan Tes Grafis 2016. Semangat terus,

tegakkan keadilan, jangan takut ngasih nilai!!

32.

Teman-teman Perpus siapapun itu yang sering aku jumpai dan memberiku

semangat sewaktu spaneng. Semangat terus pokoknya!!

33.

Untuk CV. Unison Creative, terimakasih telah memberikan kesempatan untuk

belajar, mengasah diri, dan kerasnya dunia kerja. Apapun yang telah terjadi aku

tetap mengucapkan terimakasih atas segala pengalaman, canda, tawa, dan hal

yang telah terjadi. Itu semua adalah proses untuk menjadi lebih baik.

(18)
(19)

xix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...

……….ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1) Manfaat Teoritis ... 9

2) Manfaat Praktis ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

(20)

xx

1) Definisi Strategi Koping ... 13

2) Bentuk Strategi Koping ... 14

3) Aspek Strategi Koping ... 17

4) Hasil Dari Koping ... 20

5) Faktor yang Dapat Memengaruhi Koping ... 23

B. PERJUDIAN ... 28

1) Definisi Perjudian ... 28

2) Perjudian Dalam Konsep Kesehatan Mental ... 30

3) Unsur-unsur Perjudian ... 31

4) Faktor-faktor Perjudian ... 32

5) Dampak Perjudian ... 33

C. FENOMENA PERJUDIAN DI BALI ... 38

1) Perjudian di Bali ... 38

2) Perbedaan Tajen Sebagai Salah Satu Ritual Keagamaan dan Tejen

Sebagai Perjudian ... 41

D. ISTRI di BALI ... 42

E. SUAMI PENJUDI di BALI ... 44

F. STRATEGI KOPING ISTRI yang MEMILIKI SUAMI PENJUDI di

BALI ... 45

G. PERTANYAAN PENELITIAN ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 51

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 51

(21)

xxi

D. Karakteristik Informan Penelitian ... 53

E. Informan Penelitian ... 54

F. Metode Pengambilan Data ... 56

G. Analisis Data ... 58

H. Kredibilitas Penelitian ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Persiapan Penelitian ... 62

B. Pelaksanaan Penelitian ... 64

C. Gambaran Informan ... 66

D. Hasil Penelitian ... 68

E. Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Kontribusi Penelitian ... 98

C. Keterbatasan Penelitian ... 99

D. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(22)

xxii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Panduan Wawancara ………...

57

Tabel 2 Ringkasan Kegiatan Pengambilan Data Penelitian …………...

65

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

KESELURUHAN………..…… 10

9

(24)

xxiv

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Di Indonesia perjudian merupakan aktivitas yang dilarang untuk

dilakukan. Undang-undang nomor 7 pasal 1 Tahun 1974 juga menyatakan

bahwa aktivitas perjudian bertentangan dengan Agama, Kesusilaan, Moral

Pancasila, dan dapat membahayakan kehidupan masyarakat, Bangsa, dan

Negara. Berdasarkan peraturan tersebut, judi merupakan aktivitas yang ilegal

untuk dilakukan di Indonesia, namun faktanya aktivitas judi masih saja

ditemukan di beberapa daerah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, judi merupakan suatu permainan

dengan menggunakan uang atau barang berharga sebagai taruhannya (KBBI,

2008). Menurut Kartono (2007) judi adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu

mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan

menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa

permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau

belum pasti hasilnya.

(26)

Kriminal”, 2015

). Meningkatnya angka perjudian tidak terlepas dari

kasus-kasus perjudian yang terjadi di beberapa propinsi setahun belakangan ini.

Hampir semua propinsi menyumbangkan angka perjudian untuk Indonesia,

tidak terkecuali Propinsi Bali.

Jenis kasus tindak kejahatan yang paling banyak terjadi di Bali adalah

pencurian dengan 202 kasus, perjudian dengan 81 kasus, dan penganiayaan

dengan 54 kasus (“Statistik Kriminal Propinsi Bali”, 2014).

Berdasarkan data

tersebut dapat diketahui bahwa kasus perjudian menempati peringkat kedua

sebagai kasus kriminalitas yang terjadi di Bali. Data tersebut menunjukkan

bahwa kasus perjudian cukup sering terjadi di Bali karena menduduki peringkat

kedua sebagai kasus kriminalitas yang sering dilaporkan oleh masyarakat.

(27)

Ditemukannya perjudian dalam ritual keagamaan Hindu dapat

disebabkan dari adanya unsur yang sama dalam aktivitas tersebut, yakni

pertarungan sebagai salah satu sarana untuk mengelola diri (ego) atau sifat

buruk yang dimiliki. Di dalam tabuh rah apabila seseorang mampu mengelola

diri, maka ritual tersebut akan berjalan sesuai dengan ajaran dharma sehingga

hasilnya akan mengarah pada kebaikan. Apabila individu atau masyarakat

kurang mampu atau gagal mengelola diri, maka ritual tersebut mungkin akan

mengarah pada perjudian. Individu yang melakukan perjudian tanpa melakukan

pengelolaan diri dengan baik, akan mengarah pada perilaku judi yang destruktif.

Perilaku judi yang destruktif adalah perilaku berjudi yang dapat menyebabkan

kehancuran atau keburukan. Hal ini didukung dari penyataan Parisada Hindu

Dharma Indonesia yang menyatakan bahwa, judi yang dilakukan dalam jumlah

yang kecil tidak akan membahayakan, tetapi apabila dilakukan dalam jumlah

yang besar, maka akan merusak baik pribadi, kelompok, bahkan bangsa itu

sendiri (Oka, 2004).

(28)

gambling, yakni ditandai dengan perilaku perjudian yang berulang dan

terus-menerus dan cenderung maladaptif (American Psychiatric Association, 2000).

Perjudian di Bali sering terjadi saat adanya upacara keagamaan di pura,

balai banjar, dan pekarangan rumah. Misalnya pada saat piodalan (upacara) di

pura, pada saat Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi, dan upacara Ngaben

(Haryanto, 2003; Setia, 2000 & 2006). Jenis-jenis judi yang sering dijumpai

pada saat upacara keagamaan adalah tajen, ceki, cap jeki, dadu kocok, domino

atau dam, bola adil atau bola-bolaan (Haryanto, 2003). Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa orang di Bali,

peneliti mendapat informasi bahwa jenis judi yang sering terjadi di Bali adalah

tajen (sabung ayam) dan ceki karena merupakan warisan budaya turun

menurun. Perjudian di Bali seperti tajen dan ceki biasanya dilakukan oleh anak

muda, orang dewasa, orangtua, dan kakek-kakek, namun cenderung dilakukan

oleh para lelaki seperti bapak-bapak yang telah menikah (D, A, G, & Y,

komunikasi pribadi, 21 April, 2016). Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui bahwa upacara keagamaan telah dijadikan sebagai salah satu sarana

untuk melakukan perjudian sehingga perjudian di Bali sulit ditertibkan.

(29)

anak yang meniru perilaku berjudi (A & N, komunikasi pribadi, 21 April 2016).

Sedangkan dampak perjudian berdasarkan wawancara dengan beberapa istri

yang memiliki suami penjudi yakni istri merasakan emosi negatif (marah, sedih,

kesal, cemas, dan kesepian), terjadi pertengkaran di dalam rumah tangga,

hubungan yang kurang harmonis, menumpuknya utang, kesulitan memenuhi

kebutuhan dan biaya hidup, penggadaian barang, beban pikiran, tidak fokus saat

bekeja, dan berkeinginan untuk bercerai (A, N, & M, komunikasi pribadi, 8

Oktober 2016). Berdasarkan hal tersebut maka dampak perjudian akan

dirasakan oleh pelaku dan keluarganya (anak dan istri).

(30)

Adapun penelitian skripsi di Indonesia yang dilakukan oleh Wola (2014)

tentang pengalaman psikologis istri yang memiliki suami penjudi di kota

Tomohon, ditemukan gambaran mengenai pengalaman psikologis istri yang

merasa kebahagiaannya di dalam rumah tangga telah direnggut karena suami

gemar berjudi. Hal ini menimbulkan respon negatif pada subjek penelitian,

seperti keinginan untuk bercerai, pertengkaran, tidak sering tegur sapa, dan

munculnya perasaan negatif (kesal, khawatir, marah, sakit hati, sedih, kecewa,

kesepian, dan takut), namun pada kenyataannya semua subjek dalam penelitian

tersebut mempertahankan pernikahan mereka dengan suami penjudi.

(31)

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Hanoum, 2014), koping adalah

proses yang dilakukan individu dalam usaha mengatasi tuntutan-tuntutan dari

luar ataupun dari dalam dirinya yang dinilai membebani atau melampaui batas

kemampuan yang dimiliki individu. Folkman (dalam Nurhayati, 2006)

menjelaskan strategi koping adalah usaha secara kognitif dan perilaku untuk

mengurangi, mengatasi, atau melakukan toleransi terhadap tuntutan internal dan

eksternal yang terjadi karena adanya transaksi dengan lingkungan yang penuh

stres. Strategi koping dapat dibagi menjadi dua yaitu problem focus coping dan

emotion focus coping. Problem focus coping yaitu usaha individu secara aktif

mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi

yang menimbulkan stres. Emotion focus coping, di mana individu melibatkan

usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan

dampak yang akan ditimbulkan oleh situasi yang penuh tekanan (Lazarus &

Folkman dalam Hanoum, 2014).

(32)

tersebut. Permasalahan dan tekanan disebabkan dari masalah relasi, ekonomi,

dan emosi negatif akibat perjudian suami.

Penelitian ini penting dilakukan karena selain mengalami dampak negatif

istri juga memiliki beberapa peranan sesuai dengan tugas pernikahan. Adapun

tugas dan tanggung jawab selain sebagai istri, yaitu istri juga berperan sebagai

partner hidup pasangannya, berperan sebagai partner seks, peranan istri

sebagai pengatur rumah tangga, dan peranan istri sebagai ibu dan penididik

(Kartono, 1992). Selain itu, penelitian mengenai strategi koping yang telah

dilakukan cenderung kurang memaparkan dampak dari strategi koping yang

telah digunakan dan peneliti juga belum menemukan strategi koping yang

dikaitkan dengan perjudian sehingga peneliti menjadi tertarik melakukan

peneletian mengenai strategi koping istri yang memiliki suami penjudi.

(33)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti jabarkan tersebut,

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran dan dampak

dari strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di Bali, dalam

menghadapi segala permasalahan dan tekanan yang ditimbulkan dari perjudian

suami.

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

gambaran dan dampak dari strategi koping istri yang memiliki suami penjudi di

Bali, dalam menghadapi segala permasalahan dan tekanan yang ditimbulkan

dari perjudian suami.

D.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Teoritis

a.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan literatur bagi ilmu

pengetahuan dibidang psikologi klinis dan psikologi wanita, mengingat

penelitian ini membahas mengenai cara seorang wanita dalam

menghadapi permasalahan dan tekanan akibat dari perjudian suami.

b.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmu

(34)

mengingat topik yang diangkat berkaitan dengan budaya yang terjadi di

suatu daerah tertentu.

2. Manfaat Praktis

a.

Bagi para istri yang memiliki suami penjudi

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bentuk dan

dampak strategi koping istri dalam menghadapi permasalahan dan

tekanan yang ditimbulkan dari perjudian suami. Selain itu, dapat

memberikan gambaran mengenai sejauh mana strategi koping yang

digunakan memberikan kontribusi dalam menghadapi permasalahan

tersebut.

b.

Bagi suami yang suka berjudi

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menyentuh hati para suami

penjudi agar lebih memperdulikan istri, anak, dan keberlangsungan

keharmonisan keluarganya.

c.

Bagi masyarakat (khususnya di Bali)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka pandangan masyarakat

bahwa perjudian dapat memberikan dampak negatif pada keluarga. Di

sisi lain, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar melaksanakan

upacara keagamaan sesuai dengan ajaran agama.

d.

Bagi penegak hukum

(35)
(36)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan memaparkan tinjauan teoritis mengenai strategi koping dan

perjudian yang ada di Bali. Pada awalnya penulis akan menjelaskan strategi koping

yang meliputi definisi, jenis, bentuk, dan faktor-faktor yang memengaruhi

seseorang dalam melakukan strategi koping, serta hasil dari koping. Berikutnya

peneliti akan menjelaskan definisi perjudian secara umum, unsur-unsur yang

terdapat di dalam perjudian, faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk

melakukan perjudian, dan dampak-dampak perjudian. Selanjutnya peneliti akan

menjelaskan fenomena perjudian yang ada di Bali. Tahap berikutnya peneliti akan

menjelaskan bagaimana keadaan istri di Bali dan suami penjudi di Bali. Pada

bagian akhir peneiti akan menjelaskan celah penelitian dalam penelitian ini dan

peneliti akan menjelaskan bagaimana dinamika strategi koping istri yang memiliki

suami penjudi di Bali.

A.

Strategi Koping

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengacu pada teori strategi koping yang

dikemukana oleh Lazarus dan Foklman (1984). Lazarus dan Folkman membagi

strategi koping menjadi dua bentuk yaitu problem focus coping (PFC) dan emotion

focus coping (EFC). Dalam penggelompokan aspek-aspek strategi koping, peneliti

(37)

Carver dkk (1989) mengembangkan aspek-aspek strategi koping menjadi lebih

konkrit dan spesifik.

1.

Definisi Strategi Koping

Menurut Compas dkk (2001), koping merupkan suatu respon dalam

menghadapi stres meliputi kehendak atau upaya secara sadar untuk mengatur

emosi, kognisi, perilaku, fisiologis, dan lingkungan yang menimbulkan stres.

Sedangkan menurut Lazarus dan Folkman (1984), koping adalah proses

mengelola tuntutan baik bersifat internal dan ekternal yang melebihi

kemampuan individu. Upaya mengelola terdiri dari menguasai, menoleransi,

mengurangi, dan meminimalkan tuntutan eksternal dan internal. Proses koping

merupakan proses yang dinamis karena adanya serangkaian transaksi antara

orang yang memiliki sumber daya dengan lingkungan yang menekan. Dalam

prosesnya, individu mencoba untuk mengelola jarak antara tuntutan dengan

kemampuan yang dimilikinya (Sarafino & Smith, 2011). Proses koping ini

dipengaruhi oleh perkembangan biologis, kognitif, sosial-emosional, dan

tingkat perkembangan dari sumber daya yang dimiliki.

(38)

kemampuan dari individu serta dalam pengelolaannya meliputi pengelolaan

kognisi, perilau, emosi, dan lingkungan.

Konsep strategi koping pada umumnya digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara stres dengan tingkah laku individu dalam menghadapi

berbagai tuntutan yang menekan dari lingkungannya. Menurut Lazarus dan

Folkman (1984), strategi koping merupakan suatu proses mengelola tuntutan,

baik yang bersifat eksternal maupun internal yang dinilai melampaui

kemampuan seseorang. Lebih jauh, strategi koping adalah usaha secara kognitif

dan perilaku untuk mengurangi, mengatasi, atau melakukan toleransi terhadap

tuntutan internal dan eksternal yang terjadi karena adanya transaksi dengan

lingkungan yang penuh stres. Oleh karena itu, strategi koping bisa berupa

pikiran, perasaan, sikap, maupun perilaku individu dalam usahanya untuk

mengatasi, menahan atau menurunkan efek negatif dari situasi yang

mengancam (Baron & Byrne dalam Nurhayati, 2006).

2.

Bentuk Strategi Koping

Lazarus dan Folkman (1984), membagi strategi koping menjadi dua bentuk,

yaitu

a.

Problem Focus Coping (PFC)

Problem focus coping (PFC), merupakan usaha secara langsung yang

(39)

Usaha yang dilakukan oleh individu diarahkan untuk menyelesaikan

masalah dengan cara mengambil langkah-langkah untuk mengurangi situasi

yang menekan. Maka dengan demikian problem focus coping (PFC)

cenderung digunakan apabila individu percaya bahwa tuntutan dari situasi

yang menekan dapat diubah dengan menggunakan kemampuan dan sumber

daya yang dimiliki.

Adapun beberapa aspek-aspek dari problem focus coping (Lazarus &

Folkman dalam Taylor, 1999), yaitu

1.

Confrontative coping

Usaha secara agresif yang dilakukan oleh individu untuk mengubah

situasi dengan adanya keberanian untuk mengambil risiko

2. Seeking social support

Usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh informasi dan

mencari dukungan emosional untuk mendapatkan kenyamanan

3. Planful problem solving

Usaha yang dilakukan individu untuk memikirkan rencana berupa

tindakan untuk mengubah dan memecahkan masalah dari situasi yang

dihadapi

b.

Emotion Focused Koping (EFC)

Emotion focused coping (EFC), merupakan usaha yang dilakukan oleh

(40)

menghadapi atau mengatur tekanan-tekanan emosi yang dirasakan. Bentuk

usaha yang dilakukan terdiri dari proses kognitif, meliputi usaha untuk

mengurangi tekanan emosi, meminimalkan, menjauhi, menghindari,

memberikan perhatian yang selektif pada emosi yang muncul, melakuakan

pertimbangan yang positif, dan memperoleh penilaian yang positif dari

sitausi yang menekan. Maka emotion focus coping (EFC) tidak berfokus

untuk mengubah situasi secara objektif, melainkan berusaha untuk mengatur

respon emosional terhadap situasi yang menekan.

Adapun beberapa aspek-aspek dari emotion focus coping (EFC)

(Lazarus & Folkman dalam Taylor, 1999), yaitu

1.

Distancing

Usaha yang dilakukan oleh individu dalam menggambarkan upaya-upaya

untuk melepaskan diri dari masalah, situasi yang menekan, atau sumber

dari stres.

2.

Positive reappraisal

Usaha yang dilakukan oleh individu untuk menemukan makna yang

positif terhadap pengalaman dengan berfokus pada perkembangan

pribadi.

3.

Accepting responsibility

(41)

4.

Escape/avoidance

Usaha yang dilakukan oleh individu untuk menghindari atau melarikan

diri dari sitausi yang dihadapi atau usaha untuk menggambarkan pikiran

dan keinginan yang ingin dicapai.

5.

Self control

Usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatur perasaan dan

tindakan dalam menghadapi sitausi yang menekan.

3.

Aspek dari Strategi Koping

Carver dkk (1989), menggembangkan strategi koping yang didasari

oleh Lazarus dan Foklman (1984), sehingga didapatkan 13 aspek strategi

koping yang spesifik. Terdapat 5 aspek strategi koping yang termasuk dalam

problem focus coping (PFC) dan 8 aspek strategi koping yang termasuk

dalam emotion focus coping (EFC). Aspek-aspek tersebut yaitu:

a.

Problem focus coping (PFC)

1.

Active coping (koping aktif), ditandai dengan mengambil

langkah-langkah aktif untuk mencoba menghilangkan atau menghindari stresor

atau untuk memperbaiki dampak yang ditimbulkan dari stresor.

Koping aktif termasuk memulai aksi secara langsung sebagai upaya

untuk menyelesaikan atau menghadapi masalah.

2.

Planning (membuat perencanaan), ditandai dengan adanya usaha

(42)

berpikir tentang langkah-langkah yang akan diambil, dan berpikir

mengenai cara terbaik untuk menangani permasalahan.

3.

Suppression of competing activities (menekan aktivitas persaingan),

ditandai dengan adanya usaha individu untuk mengurangi perhatian

pada aktivitas lain sehingga dapat memfokuskan diri pada

permasalahan yang sedang dihadapi.

4.

Restraint coping (menunggu waktu yang tepat untuk bertindak),

ditandai dengan usaha individu untuk menunggu waktu dan

kesempatan yang tepat untuk melakukan tindakan. Individu berusaha

untuk menahan diri sehingga tidak tergesa-gesa dalam bertindak.

5.

Seeking social support for instrumental reasons (mencari dukungan

sosial untuk alasan instrumental), ditandai dengan usaha individu

untuk mencari saran, bantuan, dan informasi dari orang lain yang

dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

b.

Emotion focus Coping (EFC)

1.

Seeking social support for emotional reasons (mencari dukungan

sosial untuk alasan emosional), ditandai dengan usaha individu untuk

mencari dukungan moral, simpati, dan pemahaman dari orang lain

2.

Focusing on and venting of emotions (berfokus pada emosi dan

(43)

3.

Behavioral disengagement (pelepasan secara perilaku), ditandai

dengan adanya usaha individu untuk mengurangi atau menurunkan

interaksi dengan stresor dan bahkan menyerah untuk menghadapi

situasi yang menekan

4.

Mental disengagement (pelepasan secara mental), ditandai dengan

adanya usaha dari individu untuk mengalihkan perhatian dari masalah

yang dialami dengan melakukan aktivitas-aktivitas lain, seperti

melamun, tidur, menonton tv, dan lain sebagainya.

5.

Positive reinterpretation (melakukan penilaian kembali secara

positif), ditandai dengan adanya usaha individu untuk mengelola

emosi yang menekan dan memaknai semua kejadian yang dialami

sebagai suatu hal yang positif dan bermanfaat.

6.

Denial (penyangkalan), ditandai dengan usaha individu untuk

menolak atau menyangkal kejadian sebagai suatu kenyataan yang

harus dihadapi

7.

Acceptance (penerimaan), ditandai dengan sikap individu untuk

menerima situasi, kejadian, dan peristiwa yang menekan sebagai suatu

kenyataan yang harus dihadapi

8.

Turning to religion (berpaling pada agama), ditandai dengan usaha

(44)

4. Hasil dari Koping

Peristiwa stres atau efek kesehatan yang merugikan dapat diimbangi,

dikelola, atau bisa diredam dengan menggunakan sumber daya internal yang

sukses yaitu koping strategi. Namun, koping dianggap tidak hanya sebagai

serangkaian proses yang terjadi sebagai reaksi terhadap masalah yang

ditimbulkan oleh stresor tertentu, tetapi juga sebagai upaya yang ditujukan

pada pencapaian tujuan tertentu (Cohen & Lazarus dalam Taylor, 1999).

(45)

Meskipun pada umumnya problem focus coping mencoba untuk

mengubah situasi yang menekan, namun tidak selalu efektif untuk mengatasi

sumber dari stres. Hal ini dikarenakan ada beberapa situasi yang tidak bisa

dipengaruhi atau diubah oleh individu. Dalam kasus ini adanya kemungkinan

menggunakan problem focus coping lebih menimbulkan dampak yang

berbahaya daripada dampak baiknya. Sebaliknya emotion focus coping

mungkin sebagai pendekatan lebih efektif yang dapat digunakan karena

meskipun individu tidak bisa menguasai atau mengubah situasi, namun

individu memiliki kemungkinan untuk mengontrol atau mencegah respon

dari emosi yang maladaptif (Auebach dalam Passer & Smith, 2009). Maka

emotion focus coping digunakan saat seseorang benar-benar tidak memiiki

kontrol untuk mengubah situasi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Strentz dan Auerbach (dalam

Passer & Smith, 2009), mengenai pelatihan karyawan dalam menghadapi

pembajakan maskapai, menunjukkan bahwa tidak ada strategi yang efektif

dalam segala situasi. Sebaliknya, efektivitas tergantung pada karakteristik

situasi, kesesuaian koping, dan keterampilan yang dimiliki. Orang cenderung

beradaptasi dengan baik terhadap tekanan kehidupan apabila mereka telah

mengusai berbagai teknik koping dan tahu bagaimana dan kapan harus

menerapkan teknik tersebut agar hasilnya lebih efektif.

(46)

memengaruhi dalam hubungan timbal balik yang terus berkembang. Adanya

perbedaan budaya dapat memengaruhi seseorang dalam melakukan strategi

koping. Secara khusus, strategi problem focus coping yang bertujuan untuk

mengatasi atau mengurangi sumber stres cenderung dilakukan di Negara

Eropa karena orang-orang cenderung menganut budaya individualis,

sedangkan emotion focus coping cenderung dilakukan di Negara Asia kerena

orang-orang cenderung menganut budaya kolektif (Chun, Moos, & Cronkite,

2006).

Orang-orang dengan orientasi kolektif cenderung melakukan koping

yang bersifat pasif atau penghindaran karena kecenderungan mereka untuk

menilai stres sebagai ancaman, sedangkan orang-orang dengan orientasi

lebih individualistis cenderung terlibat dalam koping yang lebih aktif untuk

mengatasi masalah karena menilai stres sebagai suatu tantangan. Perbedaan

tujuan koping dan motivasi juga akan memengaruhi pilihan strategi koping

yang akan dilakukan. Bagi orang-orang yang berorientasi individualistik

cenderung menempatkan prioritas yang lebih besar pada pengendalian

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, sedangkan

orang-orang dengan orientasi kolektif cenderung menempatkan prioritas yang lebih

besar untuk meminimalkan kerugian sehingga upaya koping cenderung

diarahkan untuk melindungi hubungan interpersonal dan sumber daya

lainnya (Chun, Moos, & Cronkite, 2006).

(47)

problem focus coping atau emotion focus coping yang paling baik, tepat,

efektif, atau berkontribusi dalam menyelesaikan atau mengurangi tuntutan

yang menekan. Maka secara umum menurut psikolog kesehatan, koping

yang berkontribusi mengacu pada beberapa tugas koping, yaitu dapat

mengurangi atau menghilangkan stres, toleransi atau menyesuaikan diri

dengan peristiwa negatif atau realitas, mempertahankan citra diri yang

positif, menjaga keseimbangan emosi, melanjutkan hubungan yang

memuaskan dengan orang lain, meningkatkan kemungkinan pemulihan jika

ada yang sakit, menjaga fisiologis, neuroendokrin, dan kekebalan tubuh.

Kriteria lain dari koping yang sukses adalah seberapa cepat orang dapat

kembali pada kegiatan sebelum ia mengalami setres, (Karatsoreos &

McEwen dalam Taylor, 2011). Apabila tugas-tugas tersebut berhasil

dilakukan, maka dapat dikatakan orang tersebut telah melakukan koping

dengan cukup baik dan sukses.

5.

Faktor-faktor Yang Dapat Memengaruhi Strategi Koping

Lazarus dan Folkman (dalam Huffman, Verno, & Vernoy, 2000),

membagi beberapa faktor yang dapat memengaruhi koping, yaitu health and

energy, positive beliefs, problem-solving skills, internal locus of control,

social skills, social support, and material resources. Berikut penjelasan dari

(48)

a. Health and Energy (Kesehatan dan Energi)

Semua stresor menyebabkan beberapa perubahan psikologis. Oleh

karena itu, kesehatan individu secara signifikan dapat memengaruhi

kemampuan seseorang dalam melakukan koping. Orang-orang yang kuat

dan sehat memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan koping.

Billings dan Moos (dalam Nurhayati, 2006), juga menyatakan bahwa

kesehatan merupakan sesuatu yang penting karena dalam usaha mengatasi

stres, individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Positive Beliefs (Keyakinan Positif)

Citra diri yang positif dan sikap positif menjadi sumber utama

koping. Penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya harga diri seseorang

dapat mengurangi beberapa kecemasan yang disebabkan oleh peristiwa

yang menekan (Greenberg et al., 1989). Selain itu, dapat membuat

seseorang bertahan dalam menghadapi rintangan yang berat. Menurut

Lazarus dan Folkman, harapan dapat berasal dari kepercayaan diri, yang

dapat memungkinkan seseorang untuk merancang strategi kopingnya

sendiri. Misalnya, kepercayaan pada orang lain, seperti percaya dengan

dokter atau Tuhan dirasa dapat memberikan hasil yang positif.

c.

Internal Locus of Control

(49)

(Strickland, 1978). Penelitian terbaru di China (Hamid & Chan, 1998), dan

Belgia (DeBrabander, Hellermans, Boone, & Gertis, 1996) menunjukkan

hubungan antara psychological stress dan locus of control. Para peneliti

menemukan bahwa pengusaha dan pelajar yang memiliki internal locus

yang lebih tinggi memiliki psychological stress yang lebih rendah daripada

orang yang memiliki external locus yang tinggi. Orang dengan external

locus of control cenderung merasa tidak berdaya untuk mengubah keadaan

mereka. Misalnya, ketika dihadapkan dengan penyakit parah, orang dengan

internal locus of control lebih mungkin untuk mengumpulkan informasi

tentang penyakit mereka dan tetap pada program pemeliharaan kesehatan

jika dibandingkan dengan orang yang memiliki external locus of control

(Wallston, Maides, & Wallston, 1976).

d. Social Skills (Ketrampilan Sosial)

(50)

kebutuhan

dan

keinginan,

meminta

bantuan

ketika

seseorang

membutuhkannya, dan mengurangi permusuhan dalam situasi ketegangan.

e.

Social Support (Dukungan Sosial)

Dukungan sosial dapat menahan efek dari situasi yang menekan,

seperti perceraian, kehilangan orang yang dicintai, penyakit kronis,

kehamilan, kehilangan pekerjaan, dan kelebihan beban kerja (Winnubst,

Buunk, & Marcelissen, 1988). Ketika seseorang dihadapkan dengan situasi

penuh stres, teman-teman dan keluarga dapat membantu dalam

memberikan stabilitas untuk mengimbangi perubahan dalam hidup orang

tersebut. Orang dengan masalah tertentu, dukungan kelompok bisa sangat

membantu seseorang dalam melakukan koping.

f.

Material Resources (Sumber Daya Material)

(51)

melakukan penilaian dan perencanaan yang matang sehingga cenderung

melakukan penghindaran terhadap masalah.

g.

Penilaian kognitif, meliputi penilaian individu terhadap masalah sehingga

dapat memengaruhi individu dalam pemilihan strategi yang akan digunakan

untuk mengatasi masalah. Selain itu, terdapat juga penilaian situasi,

meliputi penilaian individu terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga

berpengaruh terhadap strategi koping yang akan digunakan. Hal ini

disebabkan karena pada dasarnya setiap individu akan selalu berusaha

menyesuaikan strategi yang akan digunakan dengan situasi yang

dihadapinya (Folkman dkk dalam Nurhayati, 2006).

Selain beberapa faktor di atas, masih ada beberapa faktor yang dapat

memengaruhi seseorang dalam melakukan koping, faktor tersebut meliputi

(Billings & Moos dalam Nurhayati, 2006):

a.

Usia

Semakin matang usia yang dimiliki maka tahap dan perkembangan

seseorang akan memengaruhi pemilihan koping yang digunakan,

karena semakin bertambah umur menunjukkan semakin matang

seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan semakin

baik koping yang digunakan.

b. Jenis Kelamin

(52)

perempuan lebih dominan untuk melakukan koping karena didukung oleh

sumber daya sosial yang dimiliki oleh perempuan.

c.

Kesadaran emosional

Dengan menyadari emosi yang muncul maka seseorang dapat

menentukan koping yang akan digunakan sesuai dengan sumber daya atau

kemampuan yang dimiliki

d. Tingkat pendidikan

Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih mungkin

mengembangkan koping yang lebih baik karena dapat melakuan proses

penilaian dengan lebih realistis dalam menanggapi masalah atau situasi

yang menekan.

B.

Perjudian

Pada sub bahasan ini, peneliti akan menjelaskan definisi perjudian secara

umum, menjelaskan unsur-unsur suatu aktivitas dikatakan perjudian, dan faktor

yang memengaruhi orang melakukan perjudian, serta pada bagian akhir akan

memaparkan dampak-dampak yang ditimbulkan dari perjudian. Berikut adalah

penjelasan dari sub bahasan ini:

1.

Definisi Perjudian

(53)

permainan yang mengandung unsur taruhan dan untung-untungan untuk

memperoleh kemenangan yang dilakukan oleh orang-orang yang turut bermain

ataupun berlomba. Dali Mutiara (dalam Kartono, 2007) menyatakan bahwa

permainan judi harus diartikan dengan arti yang luas, juga termasuk segala

pertaruhan tentang kalah menangnya suatu pertandingan atau segala pertaruhan

dalam perlombaan yang diadakan antara dua orang yang ikut mapun tidak ikut

dalam pertaruhan maupun perlombaan tersebut. Perjudian dapat dikatakan

sebagai adu nasib dalam bentuk permainan yang bersifat untung-untungan

dengan berbagai macam taruhan dengan sejumlah uang di dalamnya (Saputra &

Syani, 2013).

Perjudian merupakan permainan yang bertujuan untuk mendapatkan

sesuatu hal yang bernilai lebih besar dengan melibatkan risiko dan

ketidakpastiaan di dalamnya (Ashley & Boehlke, 2012). Suatu hal dikatakan

perjudian apabila adanya partisipasi dan kesepakatan secara sukarela antara dua

pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran uang atau barang yang bernilai dari

suatu peristiwa yang tidak pasti hasilnya (Blaszczynski, Walker, Sagris,

Dickerson, 1999). Kartono (2007) mengartikan perjudian merupakan pertaruhan

secara sengaja dengan mempertaruhkan sesuatu yang dianggap bernilai dan

menyadari adanya risiko, harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa

permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau

belum pasti hasilnya.

(54)

lebih untuk mempertaruhkan sejumlah uang atau sesuatu yang dianggap bernilai

dengan menyadari segala risiko dan harapan untuk menang demi mendapatkan

sesuatu yang berlebih pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,

perlombaan, dan kejadian yang belum pasti hasilnya.

2.

Perjudian Dalam Konsep Kesehatan Mental

Perjudian dalam DSM IV TR masuk dalam spektrum gangguan kontrol

impuls yang tidak dapat digolongkan pada kategori lain. Hal penting dari

gangguan kontrol impuls adalah kegagalan untuk menahan dorongan atau

godaan untuk melakukan tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang

lain. Individu merasa mengalami peningkatan ketegangan atau gairah sebelum

melakukan tindakan dan kemudian mengalami kesenangan, kepuasan, atau

perasaan lega pada saat melakukan tindakan tersebut. Setelah melakukan

tindakan ini, individu mungkin tidak menyesal atau menyalahkan diri pada

perbuatan yang telah dilakukan. Ada beberapa gangguan yang masuk pada

spektrum ini yaitu intermittent explosive disorder, kleptomania, pathological

gambling, trichotillomania, impulse-control disorder not otherwise specified

(American Psychiatric Association, 2000).

Gangguan kontrol impuls mencangkup gangguan intermittent explosive,

yakni ditandai dengan kegagalan untuk melawan impuls agresif yang

mengakibatkan serangan serius pada diri maupun perusakan barang-barang.

Kleptomania, yakni ditandai dengan kegagalan berulang untuk melawan impuls

(55)

pribadi. Pyromania, yakni ditandai dengan pola penggunaan api untuk

kesenangan, kepuasan, atau untuk meringankan ketegangan. Pathological

gambling, yakni ditandai dengan perilaku perjudian yang berulang dan

terus-menerus dan cenderung maladaptif. Trichotillomania, yakni ditandai dengan

perilaku menarik dan mencabut rambut sehelai demi sehelai secara berulang

untuk mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan meringankan tegangan yang

akhirnya mengakibatkan kehilangan rambut. Impulse-control disorder not

otherwise specified, yakni termasuk dalam gangguan kontrol impuls yang tidak

memenuhi kriteria dari salah satu gangguan kontrol impuls yang spesifik.

Gangguan pathological gambling, intermittent explosive, kleptomania,

trichotillomania, impulse-control disorder not otherwise specified masuk dalam

satu spektrum gangguan kontrol impuls karena adanya kesamaan mengenai

kegagalan untuk menahan dorongan atau godaan untuk melakukan tindakan

yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain.

3.

Unsur-unsur Perjudian

Ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi menurut

peraturan pemerintah Republik Indonesia, nomor 9, tahun 1984 (dalam

Haryanto, 2003), yaitu:

(56)

permainan karena boleh jadi mereka adalah penonton atau orang yang ikut

bertaruh terhadap jalannya sebuah permainan atau perlombaan.

2.

Untung-untungan, merupakan usaha untuk memenangkan permainan atau

perlombaan berdasarkan unsur spekulatif, kebetulan, untung-untungan.

Faktor kemenangan diperoleh karena kebiasan atau kepintaran pemain yang

sudah sangat terbiasa atau terlatih.

3.

Ada taruhan, dalam permainan atau perlombaan terdapat taruhan yang

dipasang oleh para pihak pemain atau bandar, baik dalam bentuk uang

ataupun harta benda lainnya, dan bahkan kadang istri pun bisa dijadikan

taruhan. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama untuk menentukan

apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan.

Dari uraian di atas maka jelas segala perbuatan yang memenuhi ketiga unsur

di atas dapat digolongkan sebagai perbuatan judi.

3.

Faktor-faktor Perjudian

Adapun beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perjudian

(Saputra & Syani, 2013), yaitu

a.

Faktor sosial dan ekonomi

(57)

b.

Adanya tekanan dari teman-teman, kelompok, lingkungan untuk

berpartisipasi dalam perjudian. Tekanan kelompok membuat individu

merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompok

atau apa yang sering terjadi di lingkungan tersebut.

c.

Faktor keingintahuan

Faktor belajar atau keingintahuan terhadap hal-hal yang menjadi topik

hangat pembicaraan di masyarakat mendorong seseorang untuk melakukan

judi. Pelaku beranggapan bahwa siapapun bisa menang termasuk dirinya

sehigga muncul rasa penasaran untuk melakukannya berulang kali.

d.

Persepsi tentang kemenangan

Peluang dalam meraih kemenangan cenderung dianggap keliru dengan

kemungkinan meraih kemenangan. Dalam hal ini, penjudi sering

mengaggap bahwa kemenangan atau kebehasilan dalam permainan judi

adalah keterampilan yang dimiliki oleh dirinya.

e.

Faktor persepsi terhadap keterampilan

Individu menganggap bahwa judi adalah aktivitas menarik dan

menyenangkan sehingga memunculkan keinginan untuk memperoleh

penghargaan dari lingkungan.

4.

Dampak-dampak Perjudian

(58)

mencuri. Harta kekayaan dan semua warisan, bahkan juga anak dan istrinya

habis dipertaruhkan di meja judi. Sebaliknya apabila menang berjudi, maka hati

menjadi senang sehingga sifatnya sangat royal, boros, tanpa pikir, dan lupa

daratan. Berjudi bisa merangsang orang untuk berbuat kriminal, seperti

mencuri, merampok, merampas, korupsi, menggelapkan kas Negara, dan

melakukan macam-macam tindakan asusila lainnya. Kebiasaan berjudi

mengkondisikan mental individu menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi,

dan cepat mengambil risiko tanpa pikir panjang.

Masalah judi mengacu pada situasi di mana aktivitas perjudian dapat

membahayakan pemain, keluarganya, pasangan, dan mungkin meluas ke

masyarakat (Dickerson dalam Swift dkk, 2005). Adapun dampak lain yang

ditimbulkan dari tindakan perjudian yaitu:

a.

Dampak pada masyarakat

Menurut hasil dari beberapa penelitian, perjudian dapat memicu para

pelaku melakukan pelanggaran hukum, seperti penipuan, pencurian,

pemalsuan,

penggelapan,

dan

perusakan

barang-barang

untuk

mempertahankan tindakan perjudian (Blaszczynski dkk, 1999; Swift dkk,

2005).

b.

Dampak untuk pelaku

(59)

gagal bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban. Di sisi lain, jika kalah

dari perjudian membuat pelaku menjadi mudah stres dan depresi, seperti

mudah melamun, berbicara sendiri, bahkan hingga mabuk-mabukan,

sedangkan jika menang dari perjudian akan membuat pelaku menjadi

bermalas-malasan dalam bekerja karena beranggapan bahwa uang dapat

diperoleh dengan mudah di meja perjudian (Saputra & Syani, 2013).

c.

Dampak pada keluarga

Berdasarkan penelitian dari Ferland dkk (2008), perjudian dapat

membuat relasi di dalam keluarga menjadi tidak baik, seperti kurang

memiliki waktu bersama keluarga dan kurang melakukan kegiatan bersama

keluarga. Perjudian juga menimbulkan masalah finansial di dalam keluarga,

misalnya, menumpuknya utang, meningkatnya pengeluaran, kehilangan

pendapatan, hilangnya tabungan, dan aset berharga karena hal-hal tersebut

digunakan untuk membayar utang-utang dari perjudian. Hal ini

menyebabkan terganggunya hubungan interpersonal karena pelaku sering

berbohong, tidak jujur, tidak tulus, tidak bertanggung jawab untuk memberi

nafkah, tidak mampu mengontrol emosi sehingga mudah marah dan

menimbulkan percekcokan, dan lain sebagainya (Swift dkk, 2005). Hal ini

memicu ketegangan-ketegangan dalam rumah tangga, seperti ancaman

untuk berpisah dan bercerai

(60)

kesehatan, biaya makan sehari-hari, biaya tagihan seperti tagihan listrik dan

pajak. Di sisi lain, keluarga juga merasa malu terhadap utang-utang dan

permasalahan yang ditimbulkan dari perjudian. Hal ini dapat memicu

ketegangan

fisik

dan

emosional

keluarga

sehingga

terjadinya

ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga karena terjadinya

ketidakseimbangan hak dan kewajiban yang diterima (Nengsih, 2014).

d.

Dampak pada pasangan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swift dkk (2005),

pasangan dari penjudi mengalami beberapa tegangan-tegangan fisik dan

emosi yang ditimbulkan dari perilaku pasangannya. Tegangan-tegangan

dapat dipicu dari masalah ekonomi, masalah kesehatan, masalah relasi, dan

harapan yang dimiliki oleh pasangan. Masalah ekonomi ditimbulkan karena

suami kurang menafkahi pasangannya sehingga menyebabkan pasangannya

bekerja. Masalah finansial dapat memicu kesulitan lainnya, seperti kesulitan

untuk memenuhi biaya hidup, biaya rumah tangga, biaya anak, dan biaya

tagihan sosial dan kesehatan. Istri juga sering berkorban dengan merelakan

uang dan menjual aset berharga demi membayar utang-utang yang

ditimbulkan dari tindakan perjudian. Selain itu, istri juga kerap merasa

cemas karena sering ditelepon dan didatangi oleh orang-orang penagih

utang.

(61)

yang dimiliki. Berbohong juga dapat mengikis kepercayaan dalam

hubungan mereka sehingga menyebabkan kemarahan, stres, frustasi,

depresi, keinginan untuk merokok, mengkonsumsi alkohol dan bunuh diri,

serta keinginan untuk berpisah atau bercerai. Perjudian juga menimbulkan

masalah kesehatan, seperti masalah gangguan tidur, insomnia, sakit kepala,

migren, gangguan pada perut, dan lain sebagainya. Masalah ini muncul

karena tekanan-tekanan finansial dan psikologis yang dialami oleh para istri

(Blaszczynski dkk, 1999; Swift dkk, 2005).

Istri cenderung merasa stres, marah, depresi sehingga ingin bunuh

diri, merokok, dan mengkonsumsi minuman beralkohol, perasaan takut,

malu, was-was terhadap utang dan masa depan keluarga. Istri juga

merasakan perasaan bersalah dan tertekan karena tidak dapat mencegah

suami untuk berjudi, merasa kesepian karena tidak memiliki teman atau

keluarga untuk berbagi, dan merasa menyesal karena menikah dengan

penjudi (Swift, 2005). Selain itu, istri mungkin mengalami kekerasan di

dalam rumah tangga, misalnya dipukul atau diberi kata-kata kasar sehingga

memicu pertengkaran (Suada, 2013).

e.

Dampak pada anak

Gambar

Tabel 3 Data Demografi Ketiga Informan  …………………………………. 67
gambaran perjudian
Tabel 2. Ringkasan Kegiatan Pengambilan Data Penelitian
Tabel 3. Data Demografi Ketiga Informan:

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan teknis, terkait dengan kegiatan telaah awal untuk menentukan kondisi optimal bagi pemanfaatan ruang dan perlengkapan, pengawetan dokumen, kenyamanan pemakai, serta

AProcessoflanguagemanagementintbebrainof60reignspeakersof Japanese=AstudyofEvent-RelatedPotentials(ERP)bymeansofthe

DAF"TAR RINCIAN NILAI PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA KE DALAM MODAL SAHAM PERSEROAN TERBATAS (PT). PERKEBUNAN SUMATERA UTARA YANG

Selain itu, penelitian Fitri (2007) tentang hubungan pelayanan CMHN dengan kemandirian klien gangguan jiwa di Bireuen menunjukkan hasil yang cukup bermakna yaitu terhadap aspek

Studi media bertujuan untuk mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk disini adalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan umur panen 1, intensitas panen, perbedaan

Dari hasil analisis bentuk-bentuk kalimat negatif dalam lirik lagu Meghan Trainor yang berjumlah enam puluh tiga data, bentuk kalimat negatif yang terbentuk dari not

Untuk memulai pembelajaran, hal yang dilakukan adalah mengakses web perkuliahan virtual classroom atau pembelajaran online, anda dapat mengetikkan alamat web