• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam Bahasa Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam Bahasa Indonesia."

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

ix ABSTRAK

Suyanti. 2014. “Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia”. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Ada dua permasalahan yang dibahas pertama, nama bianatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, dan kedua maksud apa yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak peribahasa yang berunsur nama binatang dalam buku

Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

dan Kamus Peribahasa. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal.

(2)

x

dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan.

Kedua, ada 10 maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial.

(3)

xi ABSTRACT

Suyanti. 2015. “The Proverbs Containing Names of the Animal in Indonesian”. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

The object of this research is the Indonesian proverbs containing names of animal. There are two problems discussed the first one is, the names of the animal used in Indonesian proverbs and the second is the meaning presented by names of the animal in Indonesian proverbs.

In data gathering, the writer employed reading method, in which the writer read the proverbs with elements of animal names in Kumpulan Peribahasa dan

Pantun Plus Majas, the unabridged dictionary of Indonesian Language (Kamus Besar Bahasa Indonesia), and proverbs dictionary (Kamus Peribahasa). The

technique used in this research was recording technique. Method used in analyzing the data was referential identity method (metode padan referensial). In data presentation the writer applied informal method and formal method.

The results of this research showed that. First, there are 63 animal names by one kind of animal in Indonesian proverbs that alphabetically covering, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, and (63) unta.

(4)

xii

and kerbau, (49) katak and lembu, (50) kera and belacan, (51) kerbau and ayam, (52) kerbau and harimau, (53) kerbau and kuda, (54) kerbau and sapi, (55) kucing and harimau, (56) kucing and tikus, (57) kuda and keledai, (58) kuda and lembu, (59) lalat and kerbau, (60) langau and gajah, (61) musang and ayam, (62) pipit and enggang, (63) pipit and gajah, (64) semut and belalang, (65) sepat and cacing, (66) serigala and domba, (67) tikus and kucing, (68) udang and ikan, (69) ular and belut, and (70) ular and ikan.

Second, there are 10 meanings presented by animal names in Indonesian proverbs. They are (1) meaning to praise, (2) meaning to satirize, (3) meaning to give and advice, (4) meaning to depict a good character, (5) meaning to depict a bad character, (6) meaning to depict a reasonable condition, (7) meaning to depict a pleasant condition, (8) meaning to depict a sad condition, (9) meaning to depict a condition of accident, and (10) meaning to depict social condition.

(5)

DALAM BAHASA INDONESIA

Skripsi

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh: Suyanti NIM: 104114012

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)

i

PERIBAHASA BERUNSUR NAMA BINATANG

DALAM BAHASA INDONESIA

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh: SUYANTI NIM: 104114012

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

vi

Tulisan ini ku persembahkan untuk:

Bapakku,

Sudardiharjo

Ibuku,

Parinem

Pamanku,

Trudo Anas Jafar Nurhairani

Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, perhatian, dan bimbingannya

Kakak-kakakku tercinta,

Ninik Sunarti, Sutari, dan Ismiyati

dan adikku tersayang,

(12)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat kesehatan dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia”. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang sangat membantu dari awal sampai akhir

penulisan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang

telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis, serta banyak

memberikan rekomendasi buku bacaan sehingga penyusunan skripsi ini

dapat berjalan dengan lancar.

2. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah

berkenan memberikan arahan serta masukan dalam proses penyusunan

sekripsi ini.

3. Drs. Hery Antono, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. FX. Santosa,

M.S., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum.,

S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. atas segala bimbingan selama penulis

menjalani studi di Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. F.X. Siswadi, M.A. sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Dharma.

5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

6. Sudardiharjo dan Parinem, orang tua penulis yang selalu memberikan kasih

sayang yang tidak terhingga, doa, materi, dorongan, semangat, dan

perhatian kepada penulis.

7. Trudi Anas Jafar Nurhairani, paman penulis yang sudah penulis anggap

seperti orang tua sendiri yang telah memberikan kasih sayang, semangat,

(13)
(14)

ix ABSTRAK

Suyanti. 2014. “Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia”. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Ada dua permasalahan yang dibahas pertama, nama bianatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, dan kedua maksud apa yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak peribahasa yang berunsur nama binatang dalam buku

Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus Majas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

dan Kamus Peribahasa. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal.

(15)

x

dan belacan, (51) kerbau dan ayam, (52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu, (59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing, (66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan belut, serta (70) ular dan ikan.

Kedua, ada 10 maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu (1) maksud memuji, (2) maksud menyindir, (3) maksud menasehati, (4) maksud menggambarkan perilaku baik, (5) maksud menggambarkan perilaku buruk, (6) maksud menggambarkan keadaan wajar, (7) maksud menggambarkan keadaan menyenangkan, (8) maksud menggambarkan keadaan menyedihkan, (9) maksud menggambarkan keadaan kecelakaan, dan (10) maksud menggambarkan keadaan sosial.

(16)

xi ABSTRACT

Suyanti. 2015. “The Proverbs Containing Names of the Animal in Indonesian”. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme. Faculty of Letters. Sanata Dharma University.

The object of this research is the Indonesian proverbs containing names of animal. There are two problems discussed the first one is, the names of the animal used in Indonesian proverbs and the second is the meaning presented by names of the animal in Indonesian proverbs.

In data gathering, the writer employed reading method, in which the writer read the proverbs with elements of animal names in Kumpulan Peribahasa dan

Pantun Plus Majas, the unabridged dictionary of Indonesian Language (Kamus Besar Bahasa Indonesia), and proverbs dictionary (Kamus Peribahasa). The

technique used in this research was recording technique. Method used in analyzing the data was referential identity method (metode padan referensial). In data presentation the writer applied informal method and formal method.

The results of this research showed that. First, there are 63 animal names by one kind of animal in Indonesian proverbs that alphabetically covering, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4) badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut, (11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17) cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan, (24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30) kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman, (37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41) lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet, (48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54) semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61) ular, (62) ulat, and (63) unta.

(17)

xii

and kerbau, (49) katak and lembu, (50) kera and belacan, (51) kerbau and ayam, (52) kerbau and harimau, (53) kerbau and kuda, (54) kerbau and sapi, (55) kucing and harimau, (56) kucing and tikus, (57) kuda and keledai, (58) kuda and lembu, (59) lalat and kerbau, (60) langau and gajah, (61) musang and ayam, (62) pipit and enggang, (63) pipit and gajah, (64) semut and belalang, (65) sepat and cacing, (66) serigala and domba, (67) tikus and kucing, (68) udang and ikan, (69) ular and belut, and (70) ular and ikan.

Second, there are 10 meanings presented by animal names in Indonesian proverbs. They are (1) meaning to praise, (2) meaning to satirize, (3) meaning to give and advice, (4) meaning to depict a good character, (5) meaning to depict a bad character, (6) meaning to depict a reasonable condition, (7) meaning to depict a pleasant condition, (8) meaning to depict a sad condition, (9) meaning to depict a condition of accident, and (10) meaning to depict social condition.

(18)

xiii

DAFTAR LAMBANG

(19)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... xi

DAFTAR LAMBANG ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 9

1.6.1 Peribahasa ... 9

1.6.2 Representasi ... 10

1.6.3 Konteks ... 10

1.6.4 Makna ... 11

1.6.5 Maksud ... 12

(20)

xv

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 14

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 14

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data ... 16

1.8 Sistematika Penyajian ... 16

BAB II NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN DALAM BAHASA INDONESIA ... 18

2.1 Pengantar ... 18

2.2 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang ... 20

2.2.1 Anjing ... 20

2.2.2 Ayam ... 22

2.2.3 Babi ... 25

2.2.4 Badak ... 25

2.2.5 Balam ... 26

2.2.6 Bangau ... 26

2.2.7 Banteng ... 27

2.2.8 Belacan ... 27

2.2.9 Belalang ... 27

2.2.10 Belut ... 28

2.2.11 Beruk ... 29

2.2.12 Biawak ... 29

2.2.13 Buaya ... 30

2.2.14 Burung ... 31

2.2.15 Cacing ... 32

2.2.16 Capung ... 33

2.2.17 Cecak ... 33

(21)

xvi

2.2.19 Enggang ... 34

2.2.20 Gagak ... 34

2.2.21 Gajah ... 35

2.2.22 Harimau ... 37

2.2.23 Ikan ... 38

2.2.24 Itik ... 40

2.2.25 Kambing ... 41

2.2.26 Katak ... 42

2.2.27 Keledai ... 43

2.2.28 Kepiting ... 43

2.2.29 Kera ... 43

2.2.30 Kerbau ... 44

2.2.31 Kerong ... 46

2.2.32 Kijang ... 46

2.2.33 Kodok ... 47

2.2.34 Kucing ... 48

2.2.35 Kuda ... 49

2.2.36 Kuman ... 50

2.2.37 Kumbang ... 50

2.2.38 Kura-Kura ... 51

2.2.39 Kutu ... 51

2.2.40 Laba-Laba/Labah-Labah ... 52

2.2.41 Lalat ... 52

2.2.42 Langau ... 53

2.2.43 Lebah ... 53

2.2.44 Lembu ... 54

(22)

xvii

2.2.46 Merpati ... 55

2.2.47 Monyet ... 55

2.2.48 Musang ... 55

2.2.49 Nyamuk ... 56

2.2.50 Pelanduk ... 57

2.2.51 Pipit ... 57

2.2.52 Rusa ... 58

2.2.53 Sapi ... 58

2.2.54 Semut ... 59

2.2.55 Sepat ... 59

2.2.56 Serigala ... 60

2.2.57 Tikus ... 60

2.2.58 Tuma ... 61

2.2.59 Tupai ... 61

2.2.60 Udang ... 62

2.2.61 Ular ... 62

2.2.62 Ulat ... 63

2.2.63 Unta ... 64

2.3 Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang ... 65

2.3.1 Anjing dan Babi ... 65

2.3.2 Anjing dan Kucing ... 65

2.3.3 Anjing dan Kuda ... 66

2.3.4 Anjing dan Musang ... 66

2.3.5 Anjing dan Gajah ... 67

2.3.6 Ayam dan Elang ... 67

2.3.7 Ayam dan Itik ... 68

(23)

xviii

2.3.9 Ayam dan Penyu ... 69

2.3.10 Balam dan Ketitiran ... 70

2.3.11 Bangau dan Badak ... 70

2.3.12 Bangau dan Kerbau ... 71

2.3.13 Beruk dan Kera ... 71

2.3.14 Buaya dan Harimau ... 72

2.3.15 Buaya dan Ikan ... 72

2.3.16 Burung dan Ketam ... 73

2.3.17 Burung dan Punai ... 73

2.3.19 Cacing dan Ular ... 74

2.3.20 Cecak dan Kaper ... 74

2.3.21 Elang dan Agas ... 75

2.3.22 Elang dan Ayam ... 75

2.3.23 Elang dan Belalang ... 76

2.3.24 Elang dan Buaya ... 76

2.3.25 Elang dan Burung Pungguk... 77

2.3.26 Elang dan Murai ... 77

2.3.27 Elang dan Musang ... 78

2.3.28 Elang dan Punai ... 78

2.3.29 Enggang dan Pipit ... 79

2.3.30 Gagak dan Bangau ... 79

2.3.31 Gagak dan Murai ... 80

2.3.32 Gajah dan Babi ... 80

2.3.33 Gajah dan Harimau ... 81

2.3.34 Gajah dan Kancil ... 81

2.3.35 Gajah dan Katak ... 82

(24)

xix

2.3.37 Gajah dan Kuman ... 83

2.3.38 Gajah dan Pelanduk ... 84

2.3.39 Gajah dan Rusa ... 84

2.3.40 Gajah dan Tuma ... 85

2.3.41 Gajah dan Udang ... 85

2.3.42 Gajah dan Ular ... 86

2.3.43 Harimau dan Kambing ... 86

2.3.44 Harimau dan Pelanduk ... 87

2.3.45 Harimau dan Tikus ... 88

2.3.46 Ikan dan Belalang ... 88

2.3.47 Ikan dan Burung ... 88

2.3.48 Ikan dan Kucing ... 89

2.3.49 Kambing dan Kerbau ... 89

2.3.50 Katak dan Lembu ... 90

2.3.51 Kera dan Belacan ... 91

2.3.52 Kerbau dan Ayam ... 91

2.3.53 Kerbau dan Harimau ... 92

2.3.54 Kerbau dan Kuda ... 92

2.3.55 Kerbau dan Sapi ... 93

2.3.56 Kucing dan Harimau ... 93

2.3.57 Kucing dan Tikus ... 94

2.3.58 Kuda dan Keledai ... 95

2.3.59 Kuda dan Lembu ... 95

2.3.60 Lalat dan Kerbau ... 96

2.3.61 Langau dan Gajah ... 96

2.3.62 Musang dan Ayam ... 97

(25)

xx

2.3.65 Pipit dan Gajah ... 98

2.3.66 Semut dan Belalang ... 98

2.3.67 Sepat dan Cacing ... 99

2.3.68 Serigala dan domba ... 99

2.3.69 Tikus dan Kucing ... 100

2.3.70 Udang dan Ikan ... 100

2.3.71 Ular dan Belut ... 101

2.3.72 Ular dan Ikan ... 101

2.4 Tabel dan Penjelasan ... 102

2.4.1 Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang ... 102

2.4.2 Peribahasa yang Berunsur Dua Nama Binatang ... 104

BAB III MAKSUD YANG DIREPRESENTASIKAN OLEH NAMA BINATANG DALAM BAHASA INDONESIA ... 109

3.1 Pengantar ... 109

3.2 Maksud Memuji ... 109

3.3 Maksud Menyindir ... 113

3.4 Maksud Memberi Nasihat ... 116

3.5 Maksud Menggambarkan Perilaku Baik ... 119

3.6 Maksud Menggambarkan Perilaku Buruk ... 122

3.7 Maksud Menggambarkan Keadaan Wajar ... 125

3.8 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyenangkan ... 128

3.9 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyedihkan ... 131

3.10Maksud Menggambarkan Keadaan Kecelakaan ... 134

3.11 Maksud Menggambarkan Keadaan Sosial ... 138

(26)

xxi

4.1 Kesimpulan ... 142

4.2 Saran ... 144

(27)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Objek penelitian ini adalah peribahasa yang berunsur nama binatang dalam

bahasa Indonesia. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap

susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk

juga bidal, ungkapan, perumpamaan) (Sugono, dkk., 2008: 1055). Peribahasa juga

disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan,

perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Peribahasa juga

merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa

berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat (Widjoputri, 2009:

iii). Peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim

juga disebut dengan nama perumpamaan. Kata-kata seperti, bagai, bak, laksana,

dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa. Memang banyak juga peribahasa

yang tanpa menggunakan kata-kata tersebut, namun kesan peribahasanya itu tetap

saja tampak (Chaer, 1990: 79).

Binatang tahan palu, manusia tahan kias (Sarwono, 2003: 54) peribahasa

tersebut memiliki makna mengajar binatang dengan pukulan, mengajar manusia

dengan kiasan dan sindiran. Memberi sindiran dan memberi nasihat dengan

peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia, dianggap oleh

penulis sebagai kekuatan dalam mengidentifikasi pengetahuan masyarakat lokal

(28)

menyindir dan memuji anggota masyarakat yang menyimpang dari konvensi.

Artinya, ada tuntutan dari masyarakat secara keseluruhan agar anggota

masyarakat yang menyimpang tersebut dapat membaik dengan cara disindir dan

diberi nasihat dengan menggunakan peribahasa yang diambil dari nama binatang.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa binatang mempunyai peran penting

dalam kebudayaan masyarakat suatu bangsa. Dalam suatu bangsa, penilaian

baik-buruknya binatang-binatang tertentu mempunyai dampak psikologis terhadap

penggunaan bahasa dan pandangan hidup masing-masing individunya.

Peribahasa dapat berunsur berbagai referen seperti kalah jadi abu menang

jadi arang „pertengkaran tak akan menguntungkan pihak mana pun‟ (Sarwono,

2003: 1), dan air beriak tanda tak dalam „orang yang banyak cakap (sombong)

biasanya kurang ilmu‟ (Sarwono, 2003: 3) termasuk peribahasa yang berunsur

benda, yaitu abu dan air. Cepat kaki ringan tangan „suka menolong‟ (Sarwono,

2003: 161), hilang di mata di hati jangan „walau jauh jangan melupakan orang

yang ditinggalkan‟ (Sarwono, 2003: 229) termasuk peribahasa yang berunsur

bagian tubuh manusia, yaitu kaki, tangan, mata dan hati. Penelitian ini membatasi

diri pada peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia.

Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah nama binatang apa saja

yang digunakan dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti tampak pada

contoh-contoh berikut:

(1) Bagai katak di dalam tempurung (Widjoputri, 2009: 15)

(2) Anak harimau tak akan menjadi anak kambing (Widjoputri, 2009:

7)

(29)

Uraian (1), (2), dan (3) membuktikan bahwa peribahasa dalam bahasa

Indonesia memiliki unsur nama binatang, yaitu katak, harimau + kambing, dan

kera. Katak pada (1), harimau serta kambing pada (2), dan semut pada (3)

merupakan unsur nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Uraian (1)

Katak merupakan binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar atau

di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki

belakang lebih panjang daripada kaki depan, pandai melompat dan berenang

(Sugono, dkk., 2008: 634). Pada contoh (2), harimau merupakan binatang buas,

pemakan daging, wujud seperti kucing besar (Sugono, dkk., 2008:484). Dan

semut pada contoh (3), merupakan serangga kecil yang berjalan merayap, hidup

secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis

(Sugono, dkk., 2008: 1265).

Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa maksud yang

direpresentasikan oleh nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, seperti

terlihat dalam contoh berikut:

(4) Seperti anjing berebut tulang (Sarwono, 2003: 16)

(5) Ayam bertelur di padi (Sarwono, 2003: 24)

(6) Berhakim kepada beruk (Widjoputri, 2009: 23)

Uraian (4), seperti anjing berebut tulang, bermakna „orang tamak yang

memperebutkan harta‟. Dari makna tersebut, anjing merepresentasikan orang yang

tamak. Pada kenyataannya anjing menyukai tulang. Apabila di suatu tempat

terdapat beberapa ekor anjing dan di tempat itu terdapat tulang, sudah pasti para

(30)

dimaknai dengan memperebutkan harta. Orang yang suka memperebutkan harta

dimaknai dengan orang yang tamak. Berdasarkan makna tersebut, contoh (4)

mempunyai maksud menggambarkan perilaku buruk seseorang, yakni satu tuturan

yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan menggambarkan

tingkah laku, budi pekerti, dan tabiat yang jahat atau tidak menyenangkan.

Uraian (4) misalnya diucapkan seseorang untuk menggambarkan perilaku

buruk suatu keluarga yang saling berebut harta warisan keluarga. Perebutan harta

warisan itu sampai terdengar ke tetangga-tetangga kampung. Hingga ada satu

orang yang menuturkan peribahasa tersebut seperti tampak dalam kalimat berikut:

“Lihatlah keluarga itu seperti anjing berebut tulang”.

Uraian (5), ayam bertelur di padi bermakna „hidup senang dan mewah‟.

Dari makna tersebut ayam merepresentasikan kehidupan seseorang yang

menyenangkan. Pada kenyataannya seekor ayam apabila bertelur di padi sudah

tentu ayam itu tidak perlu mengais di luar untuk memperoleh makanan, karena ia

sudah bertelur di padi. Padi merupakan makanan ayam. Padi mendeskripsikan

„kemewahan‟, sedangkan ayam bertelur mendeskripsikan „kesenangan‟.

Berdasarkan makna tersebut, maksud dari penutur adalah menggambarkan

keadaan menyenangkan, yakni satu tuturan yang diberikan penutur dengan tujuan

memberi gambaran tentang rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati) kepada

mitra tutur. Uraian (5), menjadi wajar ketika dituturkan untuk menggambarkan

(31)

menikah hidup dengan kemewahan karena mendapatkan suami yang kaya raya.

Peribahasa tersebut muncul seperti berikut:

“Lihatlah Rini sekarang bagai ayam bertelur di padi”.

Uraian (6), berhakim kepada beruk bermakna „meminta pertimbangan

kepada orang yang tamak‟. Dari makna tersebut, beruk merepresentasikan orang

yang tamak. Pada kenyataannya seekor beruk merupakan binatang yang rakus

atau tamak. Seekor beruk jika melihat makanan kesukaannya entah itu milik siapa

sudah pasti ia akan merebutnya. Karena sifatnya yang suka merebut makanan

beruk terkenal dengan binatang yang tamak. Berhakim di sini dimaknai dengan

meminta pertimbangan. Jika kita meminta pertimbangan kepada orang yang

tamak, kita tidak akan mendapatkan solusi yang benar. Seharusnya kita meminta

pertimbangan kepada orang yang murah hati atau baik hati dan bijaksana.

Berdasarkan maknanya tersebut, contoh (6), mempunyai maksud

mengejek, yakni satu tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur

dengan tujuan memberi kritikan (celaan, ejekkan, dsb) kepada mitra tutur . Dalam

konteks ini, misalnya penutur memberi celaan kepada mitra tuturnya yang

meminta pertimbangan kepada orang yang tamak. Celaan muncul karena bagi

penutur apa yang dilakukan oleh mitra tuturnya itu perbuatan yang salah,

seharusnya mitra tutur meminta pertimbangan kepada orang yang murah hati dan

bijaksana. Munculah tuturan seperti contoh berikut:

(32)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Nama binatang apa saja yang digunakan dalam peribahasa bahasa

Indonesia?

1.2.2 Apa maksud yang direpresentasikan oleh nama binatang dalam

peribahasa bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peribahasa yang

berunsur nama binatang. Secara khusus penelitian ini dapat dirinci sebagai

berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan nama binatang apa saja yang digunakan di dalam

peribahasa bahasa Indonesia.

1.3.2 Mendeskripsikan maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama

(33)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang nama-nama binatang yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia dan deskripsi tentang maksud

yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa

Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis.

Manfaat teoretisnya adalah memperkaya khazanah linguistik, terutama dalam

kajian semantik dan pragmatik. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah

mendokumentasikan atau mendaftar peribahasa yang berunsur nama binatang

dalam bahasa Indonesia. Bagi pengguna bahasa hasil penelitian tentang

peribahasa nama binatang dapat menjadi rujukan untuk digunakan kembali dalam

kehidupan sehari-hari.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tulisan tentang peribahasa Bahasa Indonesia telah dikemukakan

sebelumnya oleh Kartono (2004: 62-66) dan Antono (2011: 59-66). Kartono

(2004: 62-66), dalam artikel yang berjudul “Pembelajaran Peribahasa: Mengasah

Budi Membangun Pekerti” dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya,

menjelaskan peribahasa adalah bahasa berkias yang berupa kalimat atau kelompok

kata yang tetap susunannya. Kartono memberi sumbangan tentang pembelajaran

peribahasa, yakni tentang budi pekerti. Kartono memaparkan pembelajaran

peribahasa tentang budi pekerti kepada siswa adalah makna bijak yang terkandung

(34)

nasihat yang tidak terbantahkan. Setiap siswa diajak untuk merefleksikan

peribahasa yang akan mendorong mereka mengambil setiap pengalamannya yang

berkaitan dengan pesan-pesan nan bertuah.

Antono (2011: 59-66), dalam artikel yang berjudul “Kreativitas dalam

Peribahasa dan Pemendekan” dalam buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia

dalam Jebakan Kapitalisme, menjelaskan bahwa peribahasa merupakan sesuatu

yang dimiliki masyarakat yang bersifat mapan. Antono memberi sumbangan

tentang kreativitas yang terjadi dalam peribahasa yang memberikan nuansa lain

dalam berbahasa.

Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari Kartono (2004) dan Antono (2011),

dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang peribahasa. Hal tersebut

berupa peribahasa secara umum. Namun, Peribahasa Berunsur Nama Binatang

dalam Bahasa Indonesia belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang

(35)

1.6 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian peribahasa, pengertian

representasi, pengertian konteks, pengertian makna, dan pengertian maksud.

1.6.1 Peribahasa

Topik tentang peribahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh

Widjoputri (2009: iii). Widjoputri merumuskan peribahasa adalah bentuk

pengucapan atau kata kiasan yang sering dijumpai dalam kesusasteraan lama yang

mengandung makna tersembunyi. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang

dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan,

perumpamaan, sindiran, dan nasihat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1055), peribahasa adalah

kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan

maksud tertentu (dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan).

Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi

perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku.

Menurut Sadikin (2010 : 31-32), peribahasa ialah bentuk pengucapan yang

banyak dijumpai dalam kesusastraan lama, sebagai wakil cara berpikir bangsa kita

di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekelilingnya

menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutamanya ahli-ahli

(36)

orang pada masa dahulu untuk memberi nasihat, teguran atau sindiran dan mudah

pula ditangkap oleh pihak yang dinasehatinya.

1.6.2 Representasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1167), representasi adalah

perbuatan mewakili, keadaan diwakili, dan apa yang mewakili; perwakilan.

Menurut Barker (2005: 259), representasi merupakan suatu ekspresi

langsung realitas sosial dan atau suatu distorsi potensial dan distorsi aktual atas

realitas tersebut.

1.6.3 Konteks

Menurut Lubis (2011) dalam Analisis Wacana Pragmatik, konteks

pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik

(physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu

komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan

atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks

epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama

diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik (linguistics

context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului

satu kalimat atau satu tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks

sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi

(37)

Dalam bahasa, tuturan patut dilandasi oleh konteks. Mengenai hal ini,

Baryadi (2002) dalam Dasar-dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa-nya,

perihal wacana dan konteks, mencantumkan apa yang pernah Hymes kemukakan,

yakni: SPEAKING. Setiap huruf pada akronim tersebut bila dipanjangkan satu

persatu, ialah: S (setting and scene), P (participants), E (end), A (act sequences),

K (key), I (instrumentalities), N (norms), dan G (genres). Baryadi menyatakan

(2002: 40), “Dari delapan butir konteks tersebut, sebenarnya yang mendasar

hanyalah tiga jenis, yaitu pembicara (speaker/addresser/writer), isi bicara

(topic/information), dan mitra bicara (listener/hearer/reader/addressee).” Begitu

pula peribahasa juga membutuhkan setidaknya tiga butir kontesk yang mendasar

tersebut.

Aminuddin (2002: 36) mengutarakan, “Konteks ujaran merupakan konteks

pertuturan berupa situasi, lokasi, persona yang terlibatkan, kondisi saat pertuturan

berlangsung dan berbagai situasi dan kondisi pada umumnya yang memungkinkan

terjadinya peristiwa tuturan.” Apa yang dinyatakan oleh Hamid Hasan Lubis,

Baryadi, dan Aminuddin memacu kerangka pikir peneliti dalam memandang

konteks tuturan. Dalam hal ini, konteks bersifat luas dan dinamis.

1.6.4 Makna

Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti

(Aminuddin, 1988: 53). Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga

(38)

antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan hubungan terjadi karena

kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Harimurti (2008: 148) berpendapat makna (meaning, linguistic meaning,

sense) yaitu: (1) maksud pembicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam

pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (3)

hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam

di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, (4) cara

menggunakan lambing-lambang bahasa.

Hubungan antara bentuk dan makna bersifat arbitrer dan konvensional. Sifat

arbitrer mengandung pengertian tidak ada hubungan klaisal, logis, alamiah

ataupun historis, dsb. antara bentuk dan makna itu. Sementara itu, sifat

konvensional menyarankan bahwa hubungan antara bentuk dan kebahasaan dan

maknanya terwujud atas dasar konvensi atau kesepakatan bersama (Wijana, 2011:

3). Makna bersifat umum dan tidak tertentu. Makna juga bersifat internal, jadi

unsur ini ada di dalam bahasa. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa makna merupakan arti dari suatu kata atau maksud pembicara yang

membuat kata-kata tersebut berbeda dengan kata-kata lain.

1.6.5 Maksud

Chaer (1989: 35), dalam bukunya yang berjudul Pengantar Semantik

Bahasa Indonesia, menjelaskan maksud adalah suatu gejala yang ada di luar

(39)

pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah

berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan

makna lahiriah ujaran itu sendiri. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk

ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain.

Selama masih menyangkut segi bahasa, maka maksud itu masih dapat disebut

sebagai persoalan bahasa.

Baryadi (2012: 17), bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang

dijadikan pangkal tolak melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan

beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud.

Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami.

Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan berikut informasi yang ada di

dalamnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud. Pertama,

maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud bersifat

subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik tolak

penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud merupakan

sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud berada dibalik

tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat terikat konteks,

yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada dalam konteks

tertentu. ( Baryadi 2012:17).

(40)

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii)

analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan

masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah peribahasa berunsur nama binatang dalam

bahasa Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa kalimat. Data

diperoleh dari sumber tertulis, yaitu buku Kumpulan Peribahasa & Pantun Plus

Majas karya Widjoputri, Kamus Peribahasa karya Sarwono Pusposaputro, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia karya Dendy Sugono, dkk., (edisi. 2008).

Data yang dikumpulkan adalah berupa peribahasa yang berunsur nama

binatang dalam bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan

bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik

nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan

mencatat data berupa peribahasa dalam bahasa Indonesia yang berunsur nama

binatang. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan referen nama

binatang dan maksud yang terkandung di dalam peribahasa bahasa Indonesia.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah

(41)

bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam penelitian ini metode

padan yang dipilih adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis.

Metode padan referensial adalah metode yang alat penentunya berupa

referen (Sudaryanto, 1993: 15). Metode padan referensial digunakan untuk

menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang dirujuk. Metode ini

diterapkan untuk menjawab masalah “nama binatang apa saja yang digunakan

dalam peribahasa bahasa Indonesia”, sebagai contoh:

(7) Anjing galak babi berani (Widjoputri, 2009: 8)

Dengan metode padan referensial, anjing galak babi berani dalam contoh (7)

dapat ditentukan apakah peribahasa itu berunsur nama binatang atau tidak. Kata

anjing galak babi berani menunjukkan bahwa peribahasa tersebut berunsur nama

binatang, yakni anjing dan babi. Anjing adalah binatang menyusui yang biasa

dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71),

sedangkan babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit

tebal, dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Jadi anjing galak babi berani

termasuk peribahasa yang berunsur nama binatang.

Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan

atau mitra tutur. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan

kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau

mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicaranya

(42)

(8) Seperti tikus jatuh ke beras (Widjoputri, 2009: 96)

Pada (8), seperti tikus jatuh ke beras, bermakna „mendapatkan tempat yang

membahagiakan dan menguntungkan‟ ditemukan maksud menggambarkan

keadaan menyenangkan. Penentuan seperti itu dilakukan menurut jalur kerja

metode padan pragmatis, yaitu contoh (8), ditentukan sebagai maksud

menggambarkan keadaan menyenangkan, yakni ketika penutur (penulis) melihat

temannya (mitra tutur) yang sedang bahagia karena ia baru saja diangkat menjadi

direktur di sebuah perusahaan maka tuturan ini pun muncul seperti berikut ini:

“Kau ini Ta seperti tikus jatuh ke beras saja”.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan

metode formal dan informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan

metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasa, yaitu kata-kata

yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil

analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu

memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan dan sejenisnya.

1.8 Sistematika Penyajian

(43)

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang daftar peribahasa yang berunsur

nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Bab III berisi uraian dan

analisis maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam

(44)

18 BAB II

NAMA BINATANG YANG DIGUNAKAN

DALAM PERIBAHASA BAHASA INDONESIA

2.1Pengantar

Dalam bab ini dibahas tentang nama binatang apa saja yang digunakan

dalam peribahasa bahasa Indonesia. Binatang yang dipakai sebagai unsur

pembentuk peribahasa bahasa Indonesia yang berupa satu nama binatang

berjumlah 63 peribahasa dan yang berupa dua nama binatang berjumlah 70

peribahasa. Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur satu nama binatang

berjumlah 63 yang secara alfabetis meliputi, (1) anjing, (2) ayam, (3) babi, (4)

badak, (5) balam, (6) bangau, (7) banteng, (8) belacan, (9) belalang, (10) belut,

(11) beruk, (12) biawak, (13) buaya, (14) burung, (15) cacing, (16) capung, (17)

cecak, (18) elang, (19) enggang, (20) gagak, (21) gajah, (22) harimau, (23) ikan,

(24) itik, (25) kambing, (26) katak, (27) keledai, (28) kepiting, (29) kera, (30)

kerbau, (31) kerong, (32) kijang, (33) kodok, (34) kucing, (35) kuda, (36) kuman,

(37) kumbang, (38) kura-kura, (39) kutu, (40) laba-laba atau labah-labah, (41)

lalat, (42) langau, (43) lebah, (44) lembu, (45) merak, (46) merpati, (47) monyet,

(48) musang, (49) nyamuk, (50) pelanduk, (51) pipit, (52) rusa, (53) sapi, (54)

semut, (55) sepat, (56) serigala, (57) tikus, (58) tuma, (59) tupai, (60) udang, (61)

ular, (62) ulat, dan (63) unta.

Peribahasa bahasa Indonesia yang berunsur dua nama binatang berjumlah

(45)

anjing dan kuda, (4) anjing dan musang, (5) anjing dan gajah, (6) ayam dan elang,

(7) ayam dan itik, (8) ayam dan musang, (9) ayam dan penyu, (10) balam dan

ketitiran, (11) bangau dan badak, (12) bangau dan kerbau, (13) beruk dan kera,

(14) buaya dan harimau, (15) buaya dan ikan, (16) burung dan ketam, (17) burung

dan punai, (18) cacing dan ular, (19) cecak dan kaper, (20) elang dan agas, (21)

elang dan ayam, (22) elang dan belalang, (23) elang dan buaya, (24) elang dan

burung pungguk, (25) elang dan murai, (26) elang dan musang, (27) elang dan

punai, (28) enggang dan pipit, (29) gagak dan bangau, (30) gagak dan murai, (31)

gajah dan babi, (32) gajah dan harimau, (33) gajah dan kancil, (34) gajah dan

katak, (35) gajah dan kera, (36) gajah dan kuman, (37) gajah dan pelanduk, (38)

gajah dan rusa, (39) gajah dan tuma, (40) gajah dan udang, (41) gajah dan ular,

(42) harimau dan kambing, (43) harimau dan pelanduk, (44) harimau dan tikus,

(45) ikan dan belalang, (46) ikan dan burung, (47) ikan dan kucing, (48) kambing

dan kerbau, (49) katak dan lembu, (50) kera dan belacan, (51) kerbau dan ayam,

(52) kerbau dan harimau, (53) kerbau dan kuda, (54) kerbau dan sapi, (55) kucing

dan harimau, (56) kucing dan tikus, (57) kuda dan keledai, (58) kuda dan lembu,

(59) lalat dan kerbau, (60) langau dan gajah, (61) musang dan ayam, (62) pipit

dan enggang, (63) pipit dan gajah, (64) semut dan belalang, (65) sepat dan cacing,

(66) serigala dan domba, (67) tikus dan kucing, (68) udang dan ikan, (69) ular dan

(46)

2.2Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang

2.2.1 Anjing

Anjing adalah binatang menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga

rumah, berburu, dsb. (Sugono, dkk., 2008: 71). Berdasarkan penelitian ada 33

peribahasa nama binatang anjing, berikut ini 33 peribahasa nama binatang anjing.

(9) Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang?

Tak ada gunanya menanamkan kebaikan pada orang yang jahat (10) Anjing ditepuk menjungkit ekor

Orang yang tidak berbudi kalau dihormati malah menyombongkan diri

(11) Anjing itu jika dipukul sekalipun, berulang juga dia ke tempat yang banyak tulang

Orang jahat pasti akan mengulang kejahatannya meskipun kerap mendapat hukuman

(12) Anjing mengulangi bangkai

Laki-laki yang mengulangi perbuatan tak senonoh (13) Anjing tiada bercawat ekor

Sesuatu yang hina tak indah dan tak berguna bagi mata sekalian orang

(14) Anjing manyalak kafilaf berlalu

Jalan terus, tak mengindahkan rintangan (15) Anjing menyalak tak akan menggigit

Ancaman yang tidak berbahaya (16) Anjing bersepit ekor

Lari

(17) Arangnya tak termakan oleh anjing

Bicaranya tajam dan sangat menyinggung perasaan

(18) Anjing itu meskipun dirantai dengan rantai emas sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis

Orang yang dasarnya hina tidak akan dapat mengubah tingkah lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik dan layak

(19) Bagai anjing beranak enam

Perihal orang yang kurus sekali bagai tidak terurus (20) Bagai anjing kedahuluan

Hal seseorang yang sangat kecewa dan gelisah, karena laba yang diharap-harap telah didapat orang lain

(21) Bagai anjing melintang denai

(47)

Seseorang yang dalam kesusahan; halnya serba salah (23) Bagai disalak anjing bertuah

Tak dapat bertangguh, permintaan pasti dikabulkan (anak-anak yang tak dapat ditolak kehendaknya)

(24) Bangsa anjing kalau biasa makan tahi, tak dimakan, dicium ada juga

Orang yang biasa berbuat jahat walau bagaimana teringat berbuat jahat juga

(25) Habis minyak sepasu, ekor anjing tak mau lurus

Mengubah/memperbaiki orang yang pada dasarnya jahat itu sangat susah, karena apabila ada kesempatan ia akan berbuat jahat lagi (26) Intan itu jika keluar dari mulut anjing sekalipun, akan tetap intan

juga

Kebenaran nasihat yang baik itu harus diterima, dari siapapun datangnya

(27) Licin bagai dijilat anjing kurus

Makanan habis licin tandas

(28) Masakan gunung akan runtuh, walaupun seribu anjing menyalak

Keagungan (kemuliaan) yang telah nyata itu, sulit untuk menghindarinya

(29) Meskipun sepuluh kapal masuk, anjing bercawat ekor juga

Orang yang dungu, tidak mengindahkan perubahan yang terjadi di sekitarnya

(30) Rakus seperti anjing kurus

Sangat rakus

(31) Seperti anjing beroleh bangkai

Orang yang sangat rakus dengan mudah mendapatkan benda (32) Seperti anjing berebut tulang

Orang yang suka memperebutkan harta benda orang lain (33) Seperti anjing kepala busuk

Jika sudah diketahui kejahatannya kemanapun dia pergi pasti dihina orang

(34) Seperti anjing makan muntahannya

Perihal seseorang yang memuji atau menyenangi sesuatu yang dahulu dicela dan dianggap jijik

(35) Seperti anjing makan tulang

Perihal seseorang yang bersungut-sungut seolah-olah tidak senang atas sesuatu yang diperolehnya karena kurang memuaskan

(36) Seperti anjing menggonggong tulang

Orang yang berusaha merebut harta benda orang lain (37) Seperti anjing terpanggang ekor

Orang yang kesusahan minta pertolongan kesana-kemari

(38) Seperti anjing lapar mendapat tulang, daging segumpal dan sekeping apam

(48)

(39) Seperti anjing menggonggong bangkai

Orang laki-laki membawa perempuan jahat

(40) Sepuluh kapal datang, anjing masih bercawat ekor

Meskipun banyak orang yang berilmu/pandai, tetapi kalau yang dididik tidak mau meniru dan tetap malas, tentu mereka akan tetap bodoh

(41) Waktu seribu anjing menyalak, gunung bolehkah runtuh

Perkataan orang kecil tidak akan mempengaruhi orang besar

2.2.2 Ayam

Ayam termasuk unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat

dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji,

sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji (Sugono, dkk., 2008: 105).

Berdasarkan penelitian ada 46 peribahasa nama binatang ayam, berikut ini 46

peribahasa nama binatang ayam.

(42) Ayam putih terbang siang

Mudah ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (43) Ayam hitam terbang malam

Sukar ketahuan (tentang perkara dan sebagainya) (44) Ayam baru belajar berkokok

Baru cukup umur (untuk inginkan perempuan) (45) Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan

Orang menderita kesusahan di tempat yang mewah

(46) Ayam hitam terbang malam,siapa tahu berdebus bunyinya

Perkara gelap, dasar penentuan pun gelap pula Debus: bunyi burung terbang

(47) Ayam menang kampuh tergadai

Orang dapat uang lalu ditagih hutangnya, terpaksa menggadaikan selimut; menerima uang yang tak mencukupi

Kampuh: selimut rangkap 3 helai (48) Ayam seekor bertambang dua

Seorang bapak yang merundingkan hubungan menikahkan anak gadisnya dengan dua tiga bujang yang ingin menikahinya

(49) Ayam patah kalau-kalau dapat menikam

Orang yang sudah jatuh melarat, mungkin kelak dapat bangun kembali

(49)

Melindungi yang lemah supaya selamat

(51) Ayam beroga itu kalau diberi makan di pinggan emas sekalipun, ke hutan juga perginya

Orang yang merantau, biarpun senang di negeri orang, pada suatu masa akan pulang juga ke negerinya.

(52) Ayam hitam terbang malam, hinggap ke rimba dalam, bertali ijuk bertambang tanduk

Perkara kejahatan yang amat sukar dilacak (53) Ayam laga sekandang

Pertengkaran dalam suatu rumah tangga atau dalam suatu keluarga (54) Ayam lepas, tangan bertahi

Suatu usaha yang gagal, sedangkan orang yang mengerjakan mendapat malu juga

(55) Ayam putih terbang siang, hinggap di kayu merarasi, bertali benang, bertambang tulang

Sesuatu perkara kejahatan yang sudah benar-benar jelas, cukup dengan saksi keterangannya

(56) Ayam tangkas di gelanggang

Orang pandai berbicara dan berpidato di muka umum (57) Baik membawa resmi ayam betina

Tak usah menyombongkan keberanian, karena itu akan membawa kemeralatan

(58) Bagai ayam dibawa ke lampok

Tercengang-cengang seperti orang desa masuk kota besar Lampok: onggokan padi yang telah disabit

(59) Bagai ayam mabuk tahi

Pucat lesi lemah karena sakit (60) Bagai ayam mengerang telur

Paras elok kemerah-merahan (61) Bagai ayam lepas bertaji

Seseorang tertimpa kesusahan dibiarkan; serba susah. Orang lain dalam bahaya diurus, tapi diri sendiri tertimpa bahaya

(62) Bagai ayam kena kepala

Tak dapat menjawab atau berbuat sesuatu lagi, karena tepat benar kenanya

(63) Bagai ayam kurik panjang ekornya

Seseorang yang cantik dan pandai berdandan

(64) Celaka malang berayam, padi masak makan ke hutan

Sudah berjirih-payah melakukan pekerjaan dan hampir berhasil tapi tiba-tiba harus ditinggalkan karena kemalangan

(65) Cabik-cabik bulu ayam, cencang air tidak putus

Persaudaraan berdasarkan pertalian darah tidak akan putus hubungan hanya karena perselisihan

(66) Carik-carik bulu ayam, lama-lama tercantum pula

(50)

Berganti hari atau tidak tetap mengerjakan suatu pekerjaan (68) Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan

Untuk mencukupi segala kebutuhan kita harus bekerja keras (69) Kusut-kusut bulu ayam

Perselisihan keluarga, lama-lama juga akan rukun kembali (70) Muncung seperti seekor ayam

Selalu mau berkata-kata, tak mau diam Muncung: moncong

(71) Menerka ayam di dalam telur

Menentukan sesuatu yang mustahil dapat ditentukan/diketahui (72) Nasib seperti ayam, mengais dahulu baru makan

Seseorang yang miskin, sehingga terpaksa bekerja keras dahulu untuk dapat makan

(73) Panas-panas tahi ayam

Bekerja giat hanya pada waktu permulaan saja (74) Seekor ayam tak berkokok hari tak siangkah

Bukan seorang saja yang pandai dalam suatu negeri; bukan karena seorang saja pekerjaan selesai, orang lain masih banyak

(75) Seperti ayam, kais pagi makan pagi, kais petang makan petang

Orang miskin kalau tak bekerja keras tak dapat makan (76) Seperti ayam termakan rambut

Napas orang bengek

(77) Seperti ayam gadis bertelur

Tak tetap melakukan pekerjaan, terhenti-henti (78) Seperti ayam mendapat ubi

Girang mendapatkan barang yang disukainya (79) Sedap bagai ayam, sedencing bagai besi

Orang yang senasib sepenanggungan/seia sekata (80) Seperti anak ayam kehilangan induknya

Menderita kesusahan karena kehilangan panutan/pemimpinnya (81) Seperti ayam betina

Orang laki-laki tetapi penakut (82) Seperti ayam makan rumput

Orang yang kesusahan menanggung hidup (83) Seperti menggili induk ayam

Menggalakkan orang penakut supaya timbul keberanian (84) Terbulang di ayam betina

Menyuruh orang yang dikira pemberani, ternyata sangat penakut (85) Tuah ayam boleh dilihat, tuah manusia siapa tahu

Tidak ada seorang pun yang dapat menentukan nasibnya

(86) Yang buta peniup lesung, yang peka pelepas bedil, yang lumpuh menghalau ayam

Tenaga atau keahlian tiap-tiap orang itu dapat dipergunakan menurut kemampuannya masing-masing

(51)

Setiap orang ada gunanya, sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya

2.2.3 Babi

Babi adalah binatang menyusui yang bermoncong panjang, berkulit tebal,

dan berbulu kasar (Sugono, dkk., 2008: 108). Berdasarkan penelitian ada dua

peribahasa nama binatang babi, berikut ini dua peribahasa nama binatang babi.

(88) Bagai babi merasai gulai

Orang hina tak layak mendapatkan bantuan dari bangsawan (89) Diidam seperti babi

Musuh itu selalu dicari untuk dibinasakan

2.2.4 Badak

Badak adalah binatang menyusui yang berkulit tebal, ada yang bercula

satu, ada yang bercula dua, termasuk keluarga Rhinocerotidae (Sugono, dkk.,

2008: 110). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang badak,

berikut ini lima peribahasa nama binatang badak.

(90) Anak badak dihambat-hambat

Dengan sengaja mencari bahaya (91) Berkulit badak

Tak tahu malu (tak berperasaan)

(92) Sayang anak badak tamping, cucu konon badak raya

Heran seseorang bukan bangsawan mengaku kerabat raja (93) Pekak-pekak badak

Pura-pura tak dengar; dikatakan tentang anak gadis atau bujang yang dipercakapan orang tua bahwa orang akan memperistri atau mempersuamikan dia; padahal ia ingin sekali.

(94) Badak makan anak

(52)

2.2.5 Balam

Balam termasuk tekukur; burung yang hidup berpasangan, kadang-kadang

membentuk kelompok kecil, dan bersuara merdu (Sugono, dkk., 2008:125 dan

1423). Berdasarkan penelitian ada empat peribahasa nama binatang balam,

berikut ini empat peribahasa nama binatang balam.

(95) Ibarat seekor balam, mata lepas badan terkurung

Orang yang tidak mempunyai kebebasan (96) Memikat balam dengan balam

Menangkap penjahat harus dengan penjahat pula (97) Seperti tanah pelempar balam

Mencoba-coba melakukan sesuatu, kalau berhasil bersyukur, jika tidak berhasil tidak kecewa

(98) Sangkar sudah balam terlepas

Keperluan untuk sesuatu sudah dipersiapkan, tiba-tiba yang diperlukan lepas dari tangan (misal persiapan untuk berumah tangga sudah selesai, tiba-tiba tunangan diambil orang)

2.2.6 Bangau

Bangau termasuk _ngags besar yang kaki, leher, dan paruhnya panjang,

pemangsa ikan, hidup di tempat yang berair, seperti tepi pantai, sawah, paya-paya,

jenisnya bermacam-macam (Sugono, dkk., 2008: 132). Dalam penelitian ini hanya

ada satu peribahasa nama binatang bangau. Berikut ini peribahasa nama binatang

bangau.

(99) Setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan

(53)

2.2.7 Banteng

Banteng termasuk lembu hutan (lembu yang masih liar) (Sugono, dkk.,

2008: 137). Dalam penelitian ini hanya ada satu peribahasa nama binatang

banteng. Berikut ini peribahasa nama binatang banteng.

(100)Terajar pada banteng pincang

Tidak ada gunanya mengajar orang keras kepala

2.2.8 Belacan

Belacan termasuk kucing hutan (Sugono, dkk., 2008: 159) atau dapat

disebut sebagai kuwuk, yakni kucing liar berukuran kecil, bulu berwarna dasar

kuning kecokelatan dengan tutul-tutul hitam, pandai memanjat dan berenang,

makanannya, seperti tikus, kelelawar, burung, ular, kadal, hidup

berpasang-pasangan, tidak mengenal musim kawin, yang jantan ikut mengasuh anaknya

(Sugono, dkk., 2008: 749). Berdasarkan penelitian ada dua peribahasa nama

binatang belacan, berikut ini dua peribahasa nama binatang belacan.

(101)Bagai belacan dikerat dua, yang pergi busuk, yang diam anyir

Kedua-duanya menjadi aib/buruk

(102)Karam Kantam oleh Kuantan, karam sambal oleh belacan

Seseorang yang kita kasihi dan kita sayangi merusakkan sesuatu yang telah kita berikan kepadanya

2.2.9 Belalang

Belalang termasuk serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai

(54)

daun-daunan (Sugono, dkk., 2008: 160). Berdasarkan penelitian ada enam peribahasa

nama binatang belalang, berikut ini enam peribahasa nama binatang belalang.

(103)Bagai mencari belalang di atas akar

Pekerjaan yang tidak mendapatkan hasil/sia-sia (104)Belalang dapat menuai

Mendapat rejeki yang tidak sengaja diperoleh (105)Tenung-tenung Pak Belalang

Diterka-terka dan pura-pura tidak tahu, padahal ia sudah tahu benar dimana benda itu berada

(106)Mata belalang belum pecah sudah hendak membuta

Tidur malam terlalu awal (sore) (107)Bagai belalang di atas kacang

Mengerjakan pekerjaan yang mustahil akan berhasil (108)Pak Belalang

Orang yang selalu mujur tanpa sengaja

2.2.10 Belut

Belut termasuk ikan air tawar dan payau, berbentuk memanjang mencapai

100 cm, hidup di dasar perairan tropis dan berlumpur, tersebar di perairan sungai

dan lembah wilayah Asia (Sugono, dkk., 2008: 166). Berdasarkan penelitian ada

11 peribahasa nama binatang belut, berikut ini 11 peribahasa nama binatang belut.

(109)Bagai belut dalam lumpur

Karena kecerdikannya maka tidak mudah kena tipu orang (110)Bagai belut digetir ekor

Orang yang sangat tangkas/serba cepat (111)Belut kena ranjau

Orang yang licik atau licin tapi kena tipu juga (112)Licin bagai belut

Tak pernah tertangkap karena sangat cerdik dan waspada (113)Seperti belut jatuh ke lumpur

Seseorang yang telah pulang ke kampung halaman jangan harap akan kembali lagi

(114)Menyukat belut

Pekerjaan yang sia-sia atau tidak mungkin berhasil (115)Belut kena ranjau

(55)

(116)Belut pulang ke lumpur

Kembali ke asalnya

(117)Kena kecipak orang berbelut

Terlibat dalam perkara orang lain (kena kecelakaan karena kesalahan orang lain)

(118)Bagai si kudung pergi berbelut

Pekerjaan sia-sia karena tidak berupaya melakukannya (119)Bagai belut diregang

Orang tinggi kurus

2.2.11 Beruk

Beruk termasuk kera besar yang berekor pendek dan kecil, dapat diajar

memetik buah kelapa (Sugono, dkk., 2008: 181). Berdasarkan penelitian ada enam

peribahasa nama binatang beruk, berikut ini enam peribahasa nama binatang

beruk.

(120)Bagai beruk kena ipuh

Menggeliat-geliat kesakitan

(121)Anak dipangku dilepaskan, beruk dirimba disusukan

Menyelesaikan urusan orang lain, sedangkan urusannya sendiri diabaikan/dilupakan

(122)Di rumah beraja-raja, di rimba berberuk-beruk

Berbuat sesuatu, hendaklah menurut keadaan tempatnya (123)Dirintang beruk berayun

Asyik melihat sesuatu dengan menghabiskan waktu (124)Mabuk melihat beruk berayun

Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa tercapai (125)Terambil muka beruk

Maksud hendak memperoleh pujian, tetapi celaan yang didapat

2.2.12 Biawak

Biawak adalah binatang melata serupa dengan bengkarung besar, panjang

seluruh tubuhnya kira-kira 2,5 m (dapat lebih), jenis Varamus dan banyak

(56)

peribahasa nama binatang biawak, berikut ini enam peribahasa nama binatang

biawak.

(126)Biawak kudung masuk kampung

Tersesat di daerah musuh (127)Lidah biawak

Orang yang tidak mempunyai pendirian tetap (128)Mendukung biawak hidup

Melakukan sesuatu (mempunyai anak-bini) yang sangat menyusahkan

(129)Bila pula biawak duduk

Hal yang mustahil

(130)Bercabang bagai lidah biawak

Orang palsu, lain hati lain bicara (131)Merendah terbang biawak

Perempuan yang mempertontonkan diri kepada lelaki yang menginginkannya

2.2.13 Buaya

Buaya adalah binatang melata (reptilia) berdarah dingin bertubuh besar

dan berkulit keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air (sungai, laut) (Sugono,

dkk., 2008: 213). Berdasarkan penelitian ada lima peribahasa nama binatang

buaya, berikut ini lima peribahasa nama binatang buaya.

(132)Adakah buaya menolak bangkai

Orang yang serakah dan tamak itu, tidak akan menolak keuntungan yang datang kepadanya, biarpun sedikit

(133)Air yang tenang jangan disangka tidak berbuaya

Orang yang pendiam jangan disangka orang yang baik-baik saja (134)Tak terlawan buaya menyelam air

Orang kecil yang melawan orang yang besar, tidak akan bisa menang

(135)Tak usah diajar anak buaya berenang ia sudah pandai juga

Orang yang sudah tahu tak usah diajar (136)Buaya melangsar

Pemuda yang mengintai-intai 2 gadis yang sedang menumbuk padi di muka rumahnya (Palembang)

(57)

2.2.14 Burung

Burung adalah binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya

dapat terbang; unggas (Sugono, dkk., 2008: 228). Berdasarkan penelitian ada 17

peribahasa nama binatang burung, berikut ini 17 peribahasa nama binatang

burung.

(137) Bagai burung terbang di udara

Kehidupan yang sangat bebas dan tidak ada yang mengganggu (138)Burung membadai di atas langit, merendah diharap jangan

Barang yang belum sampai di tangan janganlah terlampau diharapkan

(139)Burung tergenggam terlepas

Barang yang telah ada di tangan tiba-tiba hilang (140)Dengarkan cerita burung, anak dipangku dilepaskan

Karena mendengar pengaduan orang, kita tidak mempercayai sahabat atau kekasih kita

(141)Lebih manusia karena akal, lebih burung karena sayap

Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan memiliki kelebihan masing-masing

(142)Niat hati menggetah bayan, tergetah burung selindit

Lain yang dimaksud atau diingini, lain pula yang didapat (143)Satu sangkar dua burung

Dua orang perempuan sama-sama menghendaki seorang lelaki (144)Burung terbang dipipiskan lada

Sudah bersedia untuk bersenang-senang dan sebagainya karena barang sesuatu yang belum lagi diperoleh

(145)Kuat burung karena sayap

Tiap-tiap orang ada kemampuannya atau kekuatannya

(146)Burung gagak itu jikalau dimandikan dengan air mawar sekalipun, tiada akan menjadi putih warnanya

Orang yang sudah bertabiat jahat tak dapat diperbaiki lagi

(147)Burung yang liar jangan dilepaskan, kabar yang mustahil jangan didengarkan

Jangan mempercayai kabar yang belum diketahui dengan sah kebenarannya

(148)Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan

Karena mengharapkan keuntungan besar yang belum tentu, keuntungan kecil yang pasti, dilepaskan

(149)Ibarat burung, mata terlepas badan terkurung

Referensi

Dokumen terkait

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hisab dalam kitab sair al-kamar sangat perlu dilakukan pengoreksian kembali, karena hisab ephemeris yang

JUMLAH KANTOR BANK PEMERINTAH / DAERAH BANK SWASTA DI SUMATERA UTARA. Universitas

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari

Seperti pada siklus pertama akumulasi yang diperoleh yaitu 32,5% persentase tersebut menujukan kategori nilai yang sangat kurang, namun kenaikan yang sangat

corethrurus yang diberi perlakuan insektisida karbofuran ternyata senyawa methylcarbomat sangat mempengaruhi hormon pada kokon sehingga jumlah dan daya tetas kokon menu- run.

Hubungan Kemampuan Kinestetik Anak dengan Gerak Tari Kreasi Binatang Laut Anak Usia Dini.... Penelitian Terdahulu yang

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi