• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan berbahasa dalam rubrik ``Wonosobo Ekspres`` pada harian Magelang Ekspres edisi September 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kesalahan berbahasa dalam rubrik ``Wonosobo Ekspres`` pada harian Magelang Ekspres edisi September 2016"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM RUBRIK

“WONOSOBO EKSPRES” PADA HARIAN

MAGELANG EKSPRES EDISI SEPTEMBER 2016

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Erlina Rizky Fitriani 134114006

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik „Wonosobo Ekspres‟

pada Harian Magelang Ekspres Edisi September 2016” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

1. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., selaku pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar. 2. Drs. Hery Antono, M. Hum. (Alm), yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

(7)

vii

menjalani studi di Prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang selalu membantu proses kelancaran perkuliahan.

6. Segenap karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan ramah melayani dan menyediakan buku yang diperlukan sebagai sumber pustaka.

7. Keluarga tercinta, Bapak Erwin Suwanto, Ibu Sri Mitayani, Erick Fanny Adhitama, dan Ervina Dewi Andriani yang selalu mendoakan serta sabar dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Damarjati Ariandanu yang selalu sabar dan mendoakan serta menyemangati penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman Prodi Sastra Indonesia angkatan 2013: Icha, Vero, Niko, Beto, Dandi, Rendra, Galang, Elis, Hastin, Galih, Ucil, dan lainnya, yang selalu menyemangati dan telah bersama-sama berjuang hingga saat ini.

(8)
(9)

ix

MOTO

I don‟t have to prove anything to anyone, I have follow my heart and

concentrate on what I want to say to the world. I run my world.

(10)

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini kupersembahkan untuk:

Kedua orangtuaku Erwin Suwanto dan Sri Mitayani yang selalu

(11)

xi Abstrak

Fitriani, Erlina Rizky. 2017. “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik „Wonosobo Eskpres‟ pada Harian Magelang Ekspres Edisi September 2016”.

Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang analisis kesalahan berbahasa dalam rubrik „„Wonosobo Eskpres‟‟ pada harian Magelang Ekspres edisi September 2016. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (i) apa saja kesalahan berbahasa dan (ii) apa saja kesalahan penulisan (tipografi) pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Eskpres edisi September 2016. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan apa saja kesalahan linguistis dan mendeskripsikan apa saja kesalahan penulisan (tipografi) yang ada pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016.

Objek penelitian ini adalah kesalahan berbahasa pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016. Objek ini berada dalam data yang berupa kalimat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Teknik yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap, dilanjutkan dengan teknik catat. Data kemudian dianalisis dengan metode padan. Teknik yang digunakan dalam metode padan penelitian ini adalah dengan teknik dasar yaitu teknik pilah unsur penentu (PUP) dan teknik lanjutan yaitu teknik hubung banding menyamakan (HBS).

Hasil penelitian ini adalah ditemukannya empat kesalahan berbahasa pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016, yaitu (a) tataran sintaksis, (b) tataran wacana, dan (c) penerapan kaidah ejaan. Selanjutnya, ada empat kesalahan penulisan (tipografi), yaitu (a) kelebihan huruf, (b) kekurangan huruf, (c) penyusunan huruf, dan (d) penyusunan barisan kata. Kata Kunci: kesalahan, kesalahan berbahasa, kesalahan tipografi

(12)

xii Abstract

Erlina Rizky. 2017. “The Analysis of Language Found in “Wonosobo Ekspres”

Rubric in Magelang Ekspres, The September 2016 Edition Daily Newspaper. Indonesian Letter Study Program. The Faculty of Literature. Sanata Dharma University.

This research discussed about the analysis of language in “Wonosobo Ekspres” rubric that was published in Magelang Ekspres, the September 2016 edition daily newspaper. There were two problems discussed in this research which were (i) what were the language mistakes and (ii) the spelling mistakes (typography) found in “Wonosobo Ekspres” rubric in Magelang Ekspres, the September 2016 edition daily newspaper. This research aimed to describe the linguistics and spelling mistakes in found in the rubric.

The object of this research was focusing on the linguistics in the form of sentences. Collecting the data was done by using Simak method. The technic used was Simak Bebas Libat Cakap technic and proceed with Catat technic. Then, the data were analized by using Padan method. The technic used in this method was basic technic that is Pilah Unsur Penentu (PUP) and advanced technic that is Hubung Banding Menyamakan (HBS) technic.

Four language mistakes were found in “Wonosobo Ekspres” rubric in Magelang Ekspres, the September 2016 edition daily newspaper as the result of this research. They were (a) syntax level, (b) discourse level, and (c) the implemention of spelling principle. There were also found four spelling (typography) mistakes which were (a) excessive letters, (b) lack of letters, (c) letter order, and (d) word order.

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

MOTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Tinjauan Pustaka ... 7

1.6 Landasan Teori ... 8

1.6.1 Kesalahan ... 8

1.6.2 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan ... 10

(14)

xiv

1.6.4 Kesalahan Tipografi ... 14

1.6.5 Ejaan dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ... 14

1.6.6 Ragam Bahasa Jurnalistik... 15

1.7 Metode Penelitian ... 18

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 19

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 22

1.8 Sistematika Penyajian ... 22

BAB II KESALAHAN BERBAHASA PADA RUBRIK "WONOSOBO EKSPRES" HARIAN MAGELANG EKSPRES EDISI SEPTEMBER 2016 2.1 Pengantar ... 24

2.2 Kesalahan Tataran Sintaksis ... 24

2.2.1 Kesalahan Sintaksis dalam Tataran Farsa ... 24

2.2.1.1 Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat ... 24

2.2.1.2 Unsur yang Berlebihan atau Mubazir ... 25

2.2.1.3 Adanya Pengaruh Bahasa Daerah ... 26

2.2.2 Kesalahan Sintaksis dalam Tataran Kalimat ... 27

2.2.2.1 Kalimat Tidak Bersubjek ... 27

2.2.2.2 Kalimat Tidak Berpredikat ... 27

2.2.2.3 Penggunaan Istilah Asing ... 28

2.3 Kesalahan Tataran Wacana ... 30

2.3.1 Kekurangefektifan Wacana karena Tidak Hemat Kata ... 29

2.3.2 Kesalahan Penggunaan Konjungsi ... 30

(15)

xv

2.4.1 Pemakain Huruf ... 31

2.4.1.1 Kesalahan Pemakaian Huruf ... 32

2.4.1.2 Kesalahan Pemakaian Huruf Kapital ... 33

2.4.1.3 Kesalahan Pemakaian Huruf Miring ... 34

2.4.2 Penulisan Kata ... 36

2.4.2.1 Kesalahan Penulisan Pemenggalan Kata ... 36

2.4.3 Pemakaian Tanda Baca ... 37

2.4.3.1 Kesalahan Pemakaian Tanda Titik ... 37

2.4.3.2 Kesalahan Pemakaian Tanda Koma ... 38

2.4.3.3 Kesalahan Pemakaian Tanda Hubung ... 40

BAB III KESALAHAN PENULISAN (TIPOGRAFI) DALAM RUBRIK "WONOSOBO EKSPRES" HARIAN MAGELANG EKSPRES EDISI SEPTEMBER 2016 3.1 Pengantar ... 41

3.2 Kelebihan Huruf ... 41

3.3 Kekurangan Huruf ... 44

3.4 Penyusunan Huruf ... 47

3.5 Penyusunan Barisan Kata ... 49

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 53

(16)

xvi LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Kesalahan Tataran Sintaksis………. 57

Lampiran 2 Data Kesalahan Tataran Wacana………...58

Lampiran 3 Data Kesalahan Penerapan Kaidah Ejaan………..59

Lampiran 4 Data Kelebihan Huruf……… 69

Lampiran 5 Data Kekurangan Huruf………. 70

Lampiran 6 Data Penyusunan Huruf……….71

Lampiran 7 Data Penyusunan Barisan Kata ………. 73

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Kesalahan Morfologi ... 12

Tabel 2 Contoh Kesalahan Sintaksis ... 13

Tabel 3 Contoh Kesalahan Leksikon ... 13

Tabel 4 Penulisan (Tipografi) Kelebihan Huruf ... 43

Tabel 5 Penulisan (Tipografi) Kekurangan Huruf ... 46

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi verbal manusia yang perwujudannya dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dikatakan sebagai alat komunikasi verbal karena alat komunikasi ini didasarkan pada satuan-satuan lingual yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pada hakikatnya bahasa yang utama adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa tulisan adalah wakil dari bahasa lisan. Bahasa tulisan dihasilkan apabila para penutur karena alasan tertentu tidak mungkin melakukan komunikasi yang langsung atau komunikasi semuka. Karena sifatnya yang demikian itu bahasa lisan dikatakan sebagai objek primer linguistik, sedangkan bahasa tulisan dikatakan sebagai objek sekundernya.

Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peranan surat kabar dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia sangatlah besar. Pembentukan dan pemakaian istilah baru serta pemasyarakatannya sering kali banyak dipengaruhi juga oleh surat kabar. Kedua aspek yaitu bahasa dan surat kabar tidak dapat dipisahkan karena surat kabar berperan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.

(19)

ragam jurnalistik atau dalam bahasa pers itu, mau tidak mau harus memiliki sifat-sifat yang khusus atau ciri-ciri yang khas, seperti harus singkat, harus padat, harus sederhana, harus lugas, harus tegas, harus jelas, dan harus menarik (Rahardi, 2011:11). Dengan demikian, bahasa dalam media massa haruslah mudah dimengerti oleh mereka dengan pengetahuan yang minimal. Tidak hanya itu, bahasa jurnalistik juga harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan tata bahasa dan memperhatikan penggunaan ejaan yang benar.

Berdasarkan aspek kebahasaan, wartawan kerap melakukan kesalahan dalam penulisan berita. Kesalahan ini disebabkan oleh minimnya penguasaan kosakata dan pengetahuan kebahasaan sehingga wartawan menulis berita tanpa memperhatikan gramatikal bahasa yang benar. Penyebab kesalahan dalam penulisan berita juga bisa disebabkan oleh tak adanya memiliki redaktur bahasa dalam surat kabar sehingga banyak naskah yang tidak dikoreksi sebelum diterbitkan (Setiati, 2005: 91)

Pedoman ejaan yang digunakan saai ini adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat PUEBI). Pedoman ini berisi tentang aturan-aturan ejaan yang meliputi, (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca, dan (4) penulisan unsur serapan.

Objek penelitian ini adalah analisis kesalahan berbahasa dalam rubrik “Wonosobo Ekspres” pada surat kabar Magelang Ekspres edisi September 2016.

(20)

setiap hari Senin hingga Sabtu. Rubrik “Wonosobo Ekspres” sendiri memiliki tiga

halaman di setiap edisi Magelang Ekspres.

Ada dua hal yang dibahas dalam skripsi ini. Hal pertama adalah kesalahan berbahasa pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi

September 2016. Berikut ini contohnya.

(1)Melalui pelatihan tingkat basic yang digelar untuk memperkenalkan sejauh mana potensi dan pangsa pasar teh tersebut, Bupati berharap agar para peserta jeli melihat peluang. (16 September 2016: 10)

(2) Bundengan yang bisa menyerupai suara gamelan atau gending menjadi kembali mengemuka dengan hadirnya film documenter yang digarap bambang Hengky, salah satu jurnalis TV senior Wonosobo. selain itu, sentra pembuatan Bundengan juga masih terus berproduksi, yakni di daerah Kalikajar yang menjadi kampong kelahiran Barnawi salah satu maestro yang sudah wafat beberapa tahun lalu. (27 September 2016: 10)

Pada contoh (1) terdapat kata basic yang merupakan kesalahan berbahasa tataran sintaksis karena penggunaan istilah asing. Kata basic belum tentu dapat dipahami oleh orang semua orang. Akan lain halnya jika istilah asing yang digarisbawahi diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia, yaitu dasar.

Adapun pada contoh (2) terdapat kata bambang Hengky dan selain itu yang penulisannya melanggar penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Dalam PUEBI tahun 2016 bab I poin F nomor 2 dinyatakan, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf

pertama unsur nama orang, termasuk julukan”. Begitu pula dalam PUEBI tahun

2016 bab I poin F nomor 1 dinyatakan, “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat”. Dengan demikian, pembetulan dari contoh di atas adalah

(21)

(1a) Melalui pelatihan tingkat dasar yang digelar untuk memperkenalkan sejauh mana potensi dan pangsa pasar teh tersebut, Bupati berharap agar para peserta jeli melihat peluang. (16 September 2016: 10)

(2a) Bundengan yang bisa menyerupai suara gamelan atau gending

menjadi kembali mengemuka dengan hadirnya film documenter yang digarap Bambang Hengky, salah satu jurnalis TV senior Wonosobo. Selain itu, sentra pembuatan Bundengan juga masih terus berproduksi, yakni di daerah Kalikajar yang menjadi kampong kelahiran Barnawi salah satu maestro yang sudah wafat beberapa tahun lalu. (27 September 2016: 10)

Hal yang kedua dibahas adalah kesalahan penulisan (tipografi) yang ada pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016.

Berikut contohnya.

(3) Tidak ada korban dalam peritiwa itu, namun pemilik rumah mengalami kerugian secara materil Rp10 juta. (15 September 2016: 9)

Pada contoh (3) terdapat kesalahan penulisan (tipografi) karena kekurangan huruf. Menurut KBBI penulisan yang benar dari kedua kata yang di garis bawah yaitu peritiwa mestinya ditulis peristiwa. Berikut pembetulannya.

(3a) Tidak ada korban dalam peristiwa itu, namun pemilik rumah mengalami kerugian secara materil Rp10 juta. (15 September 2016: 9)

Kesalahan berbahasa dan penulisan (tipografi) pada rubrik “Wonosobo

Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016 dipilih sebagai objek

(22)

September 2016. Kedua, harian Magelang Ekspres tidak mempunyai editor bahasa, begitu juga di rubrik “Wonosobo Ekspres”. Ketiga, kesalahan berbahasa dan penulisan (tipografi) rubrik “Wonosobo Ekspres” surat kabar Magelang

Ekspres belum pernah diangkat sebagai objek penelitian.

Perlu dicatat bahwa data penelitian ini hanya sebatas pada edisi September 2016. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang diidentifikasi semata-mata hanya berdasarkan data yang ditemukan dalam edisi September 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja kesalahan berbahasa yang ada pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016?

1.2.2 Apa saja kesalahan penulisan (tipografi) yang ada pada rubrik

“Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang dicapai penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi

September 2016. Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

(23)

1.3.2 Mendeskripsikan apa saja kesalahan penulisan (tipografi) yang ada pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September

2016.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi kesalahan berbahasa dan penulisan (tipografi) pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi bulan

September 2016. Deskripsi tersebut memberikan sumbangan teoretis maupun praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam bidang sintaksis dan wacana. Dalam bidang sintaksis, agar suatu gagasan atau ide mudah dipahami pembaca menggunakan fungsi sintaksis yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan harus tampak jelas. Kemudian dalam bidang wacana, dapat diketahui bahwa wacana merupakan satuan linguistik tertinggi, maka wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.

(24)

1.5 Tinjauan Pustaka

Telah terdapat karya tulis yang membahas tentang kesalahan berbahasa Indonesia dalam surat kabar, antara lain karya Ester (2015), Doni (2007), dan Dwi (2009).

Ester (2015) dalam “Analisis Kesalahan Penggunaan Ejaan dan Kalimat

pada Berita Olahraga Super Ball Surat Kabar Harian Tribun Jogja Edisi Oktober-November 2013”, membahas kesalahan ejaan dan kesalahan kalimatnya. Ester

menyimpulkan bahwa kesalahan ejaan dan kalimat yang ada dalam berita olahraga Super Ball surat kabar harian Tribun Jogja masih sering ditemukan. Hal tersebut dibuktikan dari jumlah kesalahan ejaan dan kalimat yaitu 189 kesalahan.

Menurut Doni (2007) dalam skripsinya yang berjudul Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Harian Bernas Rubrik “Bebas Bicara”, telah membahas jenis-jenis kesalahan ejaan bahasa Indonesia dan faktor penyebabnya. Dalam kesimpulannya Doni (2007) menemukan adanya 730 buah kesalahan ejaan bahasa Indonesia dan menemukan adanya faktor penyebab terjadinya kesalahan bahasa Indonesia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi (a) teknik yakni kekurangcermatan redaktur yang berakibat kesalahan ejaan, (b) non teknis yakni pemahaman redaktur terhadap ejaan masih kurang, dan (c) situasional yakni kejaran dead line yang berpengaruh terhadap kinerja sehingga tergesa-gesa yang mengakibatkan kesalahan ejaan. Faktor eksternal yakni dari pengirim rubrik “Bebas Bicara” karena tulisan yang dikirim dari

(25)

Dwi (2009) dalam “Kesalahan Ejaan pada Berita Utama Surat Kabar

Harian Kedaulatan Rakyat Juli-September 2008”, telah membahas apa saja jenis kesalahan ejaan dan bagaimana urutannya (termasuk pemakaian huruf kapital dan huruf miring), penulisan kata, serta pemakaian tanda baca. Dwi menyimpulkan kesalahan yang terdapat dalam berita utama SKH Kedaulatan Rakyat yakni (1) kesalahan pemakaian huruf ada 29, (2) kesalahan huruf kapital dan huruf miring sebanyak 104, (3) kesalahan penulisan kata sebanyak 382, dan (4) kesalahan pemakaian tanda baca sebanyak 133. Jadi, kesalahan yang paling banyak dari berita utama SKH Kedaulatan Rakyat Juli-September 2008 adalah kesalahan penulisan kata.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kesalahan berbahasa sudah pernah dilakukan. Akan tetapi, penelitian mengenai kesalahan penulisan (tipografi) belum pernah dilakukan. Lebih-lebih kesalahan berbahasa dan penulisan (tipografi) rubrik “Wonosobo Ekspres” harian

Magelang Ekspres belum pernah diteliti. 1.6 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini, akan dipaparkan (a) pengertian kesalahan, (b) perbedaan kesalahan dan kekeliruan, (c) analisis kesalahan berbahasa, (d) kesalahan tipografi, (e) ejaan dan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, dan (f) ragam bahasa jurnalistik.

1.6.1 Kesalahan

Menurut Hastuti (2003: 79) bahwa penyebutan „kesalahan‟ lebih

(26)

disertai sikap berhati-hati. Ini disebabkan oleh sifat terburu-buru ingin sampai pada tujuan. Dalam bahasa Indonesia ditemui beberapa kata diksi yang artinya bernuansa dengan segala kesalahan. Di samping kesalahan ada penyimpangan; ada pula pelanggaran dan kekhilafan. Keempat kata yang bernuansa artinya, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Untuk memberi kejelasan arti, kata „salah‟ dilawankan dengan „betul‟; maksudnya apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak betul, tidak menuruti norma, tidak menurut aturan yang dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan, ia belum tahu, atau ia tidak tahu bahwa ada norma; kemungkinan yang lain ia khilaf. Kalau kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, ia tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.

Penyimpangandapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Ia menyimpang karena tidak mau, enggan, malas, mengikuti norma yang ada. Ia tahu benar bahwa ada norma, tetapi dengan acuh tak acuh ia mencair norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya. Kemungkinan lain, penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat yan tak dapat dihindari karena satu dan lain hal. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, mungkin jargon dan prokem.

(27)

masalah kedwibahasaan yang terlibat dalam kasus itu, menjadi berbeda masalahnya. Oleh karena itu, peristiwa kedwibahasaan adalah peristiwa yang wajar terjadi pada setiap pemakai bahasa.

Kekhilafan adalah proses psikologi yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Tidak salah semata, tidak tepat benar. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat.

Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2010: 15).

1.6.2 Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan “kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna

yang kurang lebih sama. Istialah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.

(28)

Kekeliruan adalah penyimpangan pemakaian bahasa yang hanya berupa salah ucap atau salah tulis (Nurgiantoro, 2001: 192). Sama halnya dengan pendapat Setyawati (2010), „kekhilafan‟ dapat diartikan pula kekeliruan merupakan proses

psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf mengakibatkan sikap keliru memakai. Dalam hal ini, kekeliruan termasuk analisis kesalahan berbahasa karena sikap seseorang yang sudah mengetahui kaidah bahasa Indonesia tetapi melakukan kekeliruan seperti kesalahan penulisan (tipografi).

1.6.3 Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan ialah sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas (Hatuti, 2003: 77). Pendapat Hastuti tersebut sama dengan pendapat Setyawati (2010: 18) bahwa analisis kesalahan merupakan sebuah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek (yaitu bahasa) yang sudah ditargetkan.

Ellis (dalam Tarigan & Tarigan, 1988) menyatakan bahwa terdapat lima langkah kerja analisis bahasa, yaitu mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan, dan mengevaluasi kesalahan. Berdasarkan langkah kerja tersebut, dapat disusun pengertian analisis kesalahan berbahasa.

(29)

1. Kesalahan Fonologi

Kesalahan fonologi ini mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa tulis. Berikut ini akan dijelaskan kesalahan itu.

a) Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Misalnya, kata telur sering diucapkan telor.

b) Kesalahan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca. Misalnya, kata orang tua ditulis dengan huruf tersambung menjadi orangtua.

2. Kesalahan Morfologi

Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata. Contoh:

Tabel 1: Contoh Kesalahan Morfologi

Kalimat yang salah Seharusnya

Banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapang itu.

Banyak pelajar berbaris di tanah lapang itu.

Sekali-kali datang juga dia mengunjungi kami.

Sekali-sekali datang juga dia mengunjungi kami.

Saya lebih baik berpulang daripada meninggal sini.

Saya lebih baik pulang daripada tinggal di sini.

3. Kesalahan Sintaksis

(30)

Tabel 2: Contoh Kesalahan Sintaksis

Kalimat yang salah Seharusnya Latihan bernyanyi diadakan sekali

setiap minggu.

Latihan bernyanyi diadakan setiap minggu.

Latihan bernyanyi diadakan sekali seminggu.

Mengapa kamu pergi tanpa pamit? (Mengapa kamu pergi dengan tidak berpamitan?)

4. Kesalahan Leksikon

Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat. Contoh:

Tabel 3: Contoh Kesalahan Leksikon

Kalimat yang salah Seharusnya Demikianlah agar Anda maklum, dan

atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.

Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kami berdoa bersama-sama.

Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kita berdoa bersama-sama.

Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

1.6.4 Kesalahan Tipografi

(31)

Kesalahan tipografi dapat disebabkan oleh jari yang menekan dua tombol papan ketik yang berdekatan secara bersamaan. Kesalahan tipografi bukan merupakan kesalahan yang tidak disengaja. Typo dapat mengubah arti kata atau bahkan arti dari kalimat(https://id.wikipedia.org/wiki/Kesalahan_tipografi).

1.6.5 Ejaan dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Dalam KBBI ejaan adalah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambing-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu Bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. (seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/01/pengertian-ejaan-dan-eyd.html?m=1)

Menurut PUEBI tahun 2016 ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan dalam berbagai nama dan bentuk.

(32)

Ejaan Republik. Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang me-nyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasio-nal Nomor 46. Pada tahun 2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) diganti de-ngan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Pelin-dungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. PUEBI tahun 2016 berisi (a) pemakaian huruf, (b) penulisan kata, (c) pemakaian tanda baca, dan (d) penulisan unsur serapan.

1.6.7 Ragam Bahasa Jurnalistik

(33)

etimologisnya, dalam bahasa Yunani terdapat istilah de jour, yang artinya „hari ini‟. Jadi, sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu

sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan yang terjadi terkini atau baru terjadi, yaitu fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan pada saat sekarang ini.

Dalam pengertian yang lebih luas lagi, yaitu dalam konteks ilmu komunikasi, jurnalistik dapat juga dipandang sebagai aktivitas menemukan, kegiatan untuk mengolah, dan kegiatan dalam menyebarkan informasi atau berita kepada khalayak banyak lewat sosok media massa cetak. Secara umum, sosok bahasa dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers harus memerhatikan ciri-ciri yang amat mendasar, yaitu (a) komunikatif, (b) spesifik, (c) hemat kata, (d) jelas makna, dan (e) tidak mubazir dan tidak klise.

Menurut Anwar (2004: 3) bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat yang khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Akan tetapi, jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasrkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga dia harus memperhatikan ejaan yang benar. Akhirnya dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

(34)

majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menimkati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa bahasa jurnalistik haruslah baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.

Ragam bahasa jurnalistik yang ada dalam wadah negara Indonesia, tentu tidak akan serta-merta mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan dan aturan tata tulis serta tata ejaan yang berlaku resmi di dalam wadah bahasa Indonesia itu. Dengan demikian, adalah benar bilamana dikatakan bahwa sosok bahasa dalam ragam jurnalistik atau dalam bahasa pers itu, mau tidak mau harus memiliki sifat-sifat yang khusus atau ciri-ciri yang khas, seperti harus singkat, harus padat, harus sederhana, harus lugas, harus tegas, harus jelas, dan harus menarik (Rahardi, 2011: 11).

(35)

jurnalistik, wartawan dapat menulis berita dengan gaya apa pun asal mudah dipahami oleh pembaca. Contoh penulisan judul berita tanpa menggunakan unsur DM adalah Diperiksa Polisi, Kepala SMU Dituduh Menggelapkan Uang Koperasi Guru.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut ini diuraikan metode yang digunakan untuk setiap tahap tersebut.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kesalahan berbahasa pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016. Objek ini berada dalam

data yang berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu dalam teks berita dari rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi bulan

September 2016.

(36)

mengamati dan mencatat data berupa kalimat-kalimat kesalahan berbahasa yang terdapat dalam teks berita dari rubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi bulan September 2016 (Sudaryanto, 1993: 132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan referennya, kategorinya dan jenisnya.

Peneliti mengambil data bulan September 2016 melalui penentuan sampel secara aksidental. Penentuan sampel secara aksidental dilakukan dengan cara pengumpulan data langsung dilakukan apabila data yang terkumpul telah mencukupi, pengumpulan data dihentikan.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah dikumpulkan, langkah berikutnya adalah analisis data. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah metode padan, yaitu alat penentunya di luar, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015:15). Metode padan yang digunakan adalah metode padan ortografis, yaitu tulisan khususnya yang menggunakan abjad Latin menjadi penentu identitas satuan lingual bahasa-bahasa tertentu (Sudaryanto, 2015: 17). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan berbahasa apa saja dan kesalahan penulisan (tipografi) apa saja yang ada pada rubrik “Wonosobo Ekspres” harian

Magelang Ekspres edisi September 2016.

(37)

teknik hubung banding menyamakan (HBS). Teknik PUP yang digunakan adalah daya pilah ortografis dalam kaitannya dengan penulisan satuan lingual tertentu. Teknik ini digunakan untuk mengkaji permasalahan yang pertama yaitu jenis-jenis kesalahan linguistis. Berikut merupakan contoh penerapan metode padan dengan teknik PUP.

(4)Jumlah pelaku yang kini sudah meringkuk di hotel prodeo Polres Wonosobo sebanyak tujuh orang (21 September 2016: 9)

(5) Mengusung tema Berkurban Melatih Keikhlasan Diri, kegiatan tersebut menurut Tius direspon positip oleh siswa dan warga sekitar, yang menerima daging kurban. (16 September 2016:10)

Pada contoh (4) terdapat kata hotel prodeo, penulisan itu salah karena tidak menggunakan huruf kapital. Menurut PUEBI tahun 2016 bab 1 poin 6, “Huruf

kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat”. Penulisan yang benar adalah Hotel Prodeo.

Kemudian pada contoh (5) terdapat kata positip yang termasuk kesalahan berbahasa karena penerapan kaidah ejaan yang salah. Menurut KBBI (daring) kata positip seharusnya positif. Kesalahan itu bisa terjadi karena pelafan atau pemikiran orang Indonesia pada umumnya lebih sering melafalkan kata positip daripada positif. Dengan demikian, pada contoh (4) dan (5) termasuk dalam kesalahan berbahasa penerapan ejaan. Berikut pembetulannya.

(38)

(5a) Mengusung tema Berkurban Melatih Keikhlasan Diri, kegiatan tersebut menurut Tius direspon positif oleh siswa dan warga sekitar, yang

menerima daging kurban. (16 September 2016:10)

Kemudian, setelah menggunakan teknik dasar PUP, menggunakan pula teknik lanjutan. Teknik lanjutan itu adalah teknik hubung banding menyamakan (teknik HBS) yang digunakan untuk mengkaji permasalahan yang kedua yaitu kesalahan penulisan (tipografi). Sebagai pembandingnya kesalahan penulisan (tipografi) di dasarkan pada KBBI. Berikut contohnya.

(6)Pada pasal 10 menyebtukan bahwa transfer tahap kedua dilakukan dengan pengajuan permohonan penyaluran kepada bupati melalui camat. (23 September 2016: 11)

(7) “Salah satu hal yang dibidik dengan diadakannya gerakan literasi ini adalah untuk menjadikan masyarakat lebih gemar membaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satunya bisa dimulai sejak dini yakni dari tingkat satuan pendidikan. Contohnya ddengan adanya kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran,” ungkapnya. (30 September 2016: 10)

Pada contoh (6) terdapat kata menyebtukan yang termasuk kesalahan penulisan (tipografi) penyusunan huruf, seharusnya ditulis menyebutkan. Kemudian contoh (7) terdapat kata ddengan yang termasuk kesalahan penulisan (tipografi) kelebihan huruf, seharusnya ditulis dengan. Perlu di catat bahwa pada contoh (7) adalah kalimat langsung yang seharusnya tidak boleh disunting, tetapi dalam kalimat langsung tersebut reporter salah menuliskan satu kata yaitu ddengan. Dengan demikian, kalimat yang benar dari contoh (6) dan (7) adalah sebagai berikut.

(39)

(6a) Pada pasal 10 menyebutkan bahwa transfer tahap kedua dilakukan dengan pengajuan permohonan penyaluran kepada bupati melalui camat. (23 September 2016: 11)

(7a) “Salah satu hal yang dibidik dengan diadakannya gerakan literasi ini adalah untuk menjadikan masyarakat lebih gemar membaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satunya bisa dimulai sejak dini yakni dari tingkat satuan pendidikan. Contohnya dengan adanya

kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran,” ungkapnya. (30 September 2016: 10)

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan dua metode, yaitu metode formal dan metode informal. Hasil penelitian dihasilkan dengan metode informal, yaitu penyajian kaidah penggunaan bahasa dengan kata-kata atau kalimat-kalimat. Sedangkan disajikan dengan metode formal, yaitu penyajian kaidah penggunaan bahasa dengan hal-hal yang mudah dilihat (tabel).

1.8 Sistematika Penyajian

(40)

padarubrik “Wonosobo Ekspres” harian Magelang Ekspres edisi September 2016.

Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Rubrik „Wonosobo Ekspres‟

Harian Magelang Ekspres Edisi September 2016”.

(41)

BAB II

KESALAHAN BERBAHASA PADA RUBRIK “WONOSOBO EKSPRES” HARIAN MAGELANG EKSPRES EDISI SEPTEMBER 2016

2.1 Pengantar

Dalam Bab II ini akan dibahas kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang lingustik pada rubrik „Wonosobo Ekspres‟ harian Magelang Ekspres edisi

September 2016. Berdasarkan analisis data, ditemukan kesalahan berbahasa Indonesia dalam (a) tataran sintaksis, (b) tataran wacana, dan (c) penerapan kaidah ejaan. Penting dicatat bahwa data penelitian ini terbatas pada edisi September 2016. Jika data diperluas dengan edisi-edisi bulan yang lain, sangat mungkin ditemukan juga kesalahan lain, misalnya kesalahan morfologis dan leksikon. Berikut ini adalah penjelasannya.

2.2 Kesalahan Tataran Sintaksis

Kesalahan tataran sintaksis antara lain berupa kesalahan dalam tataran frasa dan kesalahan dalam tataran kalimat. Berikut ini penjelasan beserta contohnya. 2.2.1 Kesalahan Sintaksis dalam Tataran Frasa

Kesalahan dalam tataran frasa berupa (a) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (b) penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, dan (c) adanya pengaruh bahasa daerah.

2.2.1.1 Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat

(42)

(8) Tahlil Sastra yang ditutup oleh penampilan grup band ternama di Alphablopho. (5 September 2016: 10)

Kalimat (8) merupakan penggunaan preposisi yang tidak tepat. Kata di adalah preposisi yang menyatakan tempat. Kalimat (8) tidak pas menggunakan kata preposisi apapun tetapi menggunakan kata yaitu. Dengan demikian, bentuk kalimat (8) yang benar adalah sebagai berikut.

(8a) Tahlil Sastra yang ditutup oleh penampilan grup band ternama yaitu Alphablopho. (5 September 2016: 10)

2.2.1.2 Unsur yang Berlebihan atau Mubazir

Contoh kesalahan tataran frasa karena penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir.

(9)Adapun mereka yang berhadil diamankan langsung digelandang ke Mapolsek Wiradesa guna untuk diberikan pembinaan. (26 September 2016:10)

(10) Fenomena longsor dan banjir dalam level kecil dan sedang sering terjadi saat musim hujan datang tiba. (26 September 2016:11)

(43)

(9a) Adapun mereka yang berhadil diamankan langsung digelandang ke Mapolsek Wiradesa guna diberikan pembinaan. (26 September 2016:10)

(9b) Adapun mereka yang berhadil diamankan langsung digelandang ke Mapolsek Wiradesa untuk diberikan pembinaan. (26 September 2016:10)

(10a) Fenomena longsor dan banjir dalam level kecil dan sedang sering terjadi saat musim hujan datang . (26 September 2016:11)

(10b) Fenomena longsor dan banjir dalam level kecil dan sedang sering terjadi saat musim hujan tiba. (26 September 2016:11)

2.2.1.3 Adanya Pengaruh Bahasa Daerah

Contoh kesalahan tataran frasa karena adanya pengaruh bahasa daerah.

(11) Sejak pagi hari, genangan air telah mencapai sekitar 50 cm, bahkan semakin sore belum juga surut di kawasan gerbang wisata Dieng hingga terminal dan beberapa sisi jalan utama atau pertigaan Dieng. (26

September 2016:9)

Dalam ragam baku, kalimat (11) pada kata pertigaan merupakan contoh pemakaian frasa yang salah. Kesalahan itu disebabkan oleh adanya pengaruh dari bahasa daerah. Maksud dari pertigaan adalah persimpangan tiga. Dengan demikian, bentuk kalimat (11) yang benar adalah sebagai berikut.

(44)

2.2.2 Kesalahan Sintaksis dalam Tataran Kalimat

Kesalahan dalam tataran kalimat berupa (a) kalimat tidak bersubjek, (b) kalimat tidak berpredikat, dan (c) penggunaan istilah asing.

2.2.2.1 Kalimat Tidak Bersubjek

Contoh kesalahan tataran sintaksis kalimat tidak bersubjek.

(12) Ssehingga produktivitas cukup baik. (24 September 2016:10)

Pada kalimat (12) merupakan kalimat yang tidak bersubjek karena subjeknya tidak jelas atau kabur. Pada sebuah kalimat yang benar setidaknya ada subjek dan predikat. Misalnya dalam kalimat tersebut diberi subjek petani bisa melakukan penanaman padi tanpa dipengaruhi oleh musim, sehingga produktivitas cukup baik. Dalam kalimat (12) juga terdapat kesalahan pada kata Ssehingga, yang mana kata tersebut kelebihan huruf yang dibahas pada bab III. Kata Ssehingga merupakan konjungsi yang mana tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat (12) yang benar adalah sebagai berikut.

(12a)Petani bisa melakukan penanaman padi tanpa dipengaruhi oleh musim, sehingga produktivitas cukup baik. (24 September 2016:10)

2.2.2.2 Kalimat Tidak Berpredikat

Contoh kesalahan tataran sintaksis kalimat tidak berpredikat.

(13)Kegiatan pengawasan pupuk dan pestisida. (29 September 2016:10)

(14) Kemudian kegiatan pengembangan jagung. (29 September 2016:10)

(45)

Kalimat (13) dan (14) merupakan kesalahan kalimat tidak berpredikat karena kalimat tersebut belum selesai. Misalnya saja pada kalimat (13) diberikan predikat dilakukan pada hari Senin. Kalimatnya akan menjadi kegiatan pengawasan pupuk dan pestisida dilakukan pada hari Senin. pada kalimat (14) juga diberikan predikat dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu. Kalimatnya akan menjadi kemudian kegiatan pengembangan jagung dilakukan pada hari Sabtu dan

Minggu. Dengan demikian, pembenaran dari kalimat (13) dan (14) adalah sebagai berikut.

(13a) Kegiatan pengawasan pupuk dan pestisida dilakukan pada hari Senin. (29 September 2016:10)

(14a) Kemudian kegiatan pengembangan jagung dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu. (29 September 2016:10)

2.2.2.3 Penggunaan Istilah Asing

Contoh kesalahan tataran sintaksis penggunaan istilah asing.

(15) Kegiatan touring tersebut rencananya akan digelar selama tiga hari, dari 30 September sampai 2 Oktober mendatang sesuai dengan audiensi bersama Wabup Agus keamrin. (14 September 2016:10)

(16) Para pelanggan tidak hanya melakukan pemesanan atau SPK tetapi juga ikut dalam meramaikan gathering seperti benyanyi dan mengikuti kuis dengan berbagai doorprize menarik. (19 September 2016:9)

(17) Menurutnya, sebagai organisasi yang independen, dewan pendidikan mensupport dan memonitor program pendidikan. (23 September 2016:10)

(46)

Kalimat (15), (16), dan (17) merupakan kesalahan bidang sintaksis penggunaan istilah bahasa asing karena kalimat di atas terdapat kata-kata bahasa asing yang belum tentu dipahami oleh semua orang. Akan lain halnya jika istilah asing yang digaris bawahi pada masing-masing kalimat di atas diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia. Pada kalimat (15) terdapat kata touring diganti dengan tur, kalimat (16) terdapat kata gathering diganti dengan pertemuan, doorprize diganti dengan hadiah, dan kalimat (17) terdapat kata mensupport diganti dengan mendukung. Kalimat (15) juga terdapat kata keamrin yang merupakan kesalah penulisan (tipografi) penyusunan huruf dan dibahas pada bab III. Perbaikan ketiga kalimat di atas adalah sebagai berikut.

(15a) Kegiatan tur tersebut rencananya akan digelar selama tiga hari, dari 30 September sampai 2 Oktober mendatang sesuai dengan audiensi

bersama Wabup Agus keamrin. (14 September 2016:10)

(16a) Para pelanggan tidak hanya melakukan pemesanan atau SPK tetapi juga ikut dalam meramaikan pertemuan seperti benyanyi dan mengikuti kuis dengan berbagai hadiah menarik. (19 September 2016:9)

(17a) Menurutnya, sebagai organisasi yang independen, dewan pendidikan mendukung dan memonitor program pendidikan. (23 September

2016:10)

2.3 Kesalahan dalam Tataran Wacana

(47)

2.3.1 Kekurangefektifan Wacana karena Tidak Hemat Kata

Contoh kesalahan tataran wacana, kekurangefektifan wacana karena tidak hemat kata.

(18) Salah satu warga Wahyu Cahyoko mengatakan, berada di grumbul terpencil dan hanya diakses dengan jalan kaki, kondisi Warsiyem sangat memprihatinkan. Hidup berada di dalam kerangkeng sempit sejak lima tahun yang lalu, Warsiyem hanya bisa membungkuk karena sempitnya kerangkeng. (26 September 2016:9)

Kata-kata yang bergaris bahwah pada wacana (18) merupakan penggunaan kalimat yang kurang efektif karena tidak hemat kata. Sesuai dengan sifat-sifat bahasa jurnalistik yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik (Anwar, 2004:3). Maka, kata yang digarisbahawi dilesapkan. Berikut kalimat yang benar.

(18a) Salah satu warga Wahyu Cahyoko mengatakan, berada di grumbul terpencil dan hanya diakses dengan jalan kaki, kondisi Warsiyem

sangat memprihatinkan. Hidup berada di dalam kerangkeng sempit sejak lima tahun yang lalu, Warsiyem hanya bisa membungkuk. (26 September 2016:9)

2.3.2 Kesalahan Penggunaan Konjungsi

Contoh kesalahan tataran wacana karena kesalahan penggunaan konjungsi.

(48)

Jika dicermati dengan seksama, akan ditemukan kesalahan dalam penggunaan konjungsi pada kalimat (19), tepatnya pada kata-kata yang digarisbawahi. Artinya, dalam kalimat (19) terdapat konjungsi ganda. Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan kalimat tidak baku (Sabarianto, 2001:85). Akan lebih tepat jika konjungsi-konjungsi dalam wacana di atas menjadi seperti wacana di bawah ini. Sebelumnya, perlu dicatat bahwa dalam wacana di atas terdapat juga kesalahan penulisan pada kata aktifitas menurut KBBI penulisan yang benar adalah aktivitas.

(19a) Dipilihnya pasar pagi merupakan cara yang tepat memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat karena, di tengah sibuknya aktivitas sebagai pedagang, kadang mereka lupa dan tidak ada waktu untuk memeriksakan kesehatannya. Masyarakat sekitar pasar pagi juga masih banyak yang membutuhkan pelayanan kesehatan sehingga dinilai merupakan tempat yang tepat untuk melaksanakan bakti sosial ini. (2 September 2016:10)

2.4 Kesalahan Penerapan Kaidah Ejaan

Kesalahan ejaan yang ditemukan meliputi kesalahan pemakaian huruf, kesalahan penulisan kata, dan kesalahan pemakaian tanda baca. Berikut dipaparkan contoh kesalahan ejaan.

2.4.1 Pemakaian Huruf

(49)

2.4.1.1 Kesalahan Pemakaian Huruf

Contoh kesalahan ejaan pamakaian huruf

(20)Mengusung tema Berkurban Melatih Keikhlasan Diri, kegiatan tersebut menurut Tius direspin positip oleh siswa dan warga sekitar, yang

menerima daging kurban. (16 September 2016:10)

(21)Pada tahun 2016, APBD Kabupaten Wonosobo mencapai Rp.1,7 trilyun, dengan dana alokasi umum (DAU) sebesar Rp.841,4 milyar, sementara belanja pegawainya sudah mencapai angka cukup fantastis sebesar Rp.851,3 milyar atau setara 101,18 persen terhadap dana alokasi umum. (20 September 2016:9)

(22) Menyinggung soal Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Gugus mengatakan bahwa pihaknya telah

menyosialisasikannya ke parpol, penitia pengawas, kepolisian resor, dan pihak lainnya. (20 September 2016:11)

(50)

(20a) Mengusung tema Berkurban Melatih Keikhlasan Diri, kegiatan tersebut menurut Tius direspin positif oleh siswa dan warga sekitar, yang

menerima daging kurban. (16 September 2016:10)

(21a) Pada tahun 2016, APBD Kabupaten Wonosobo mencapai Rp.1,7 triliun, dengan dana alokasi umum (DAU) sebesar Rp.841,4 miliar, sementara belanja pegawainya sudah mencapai angka cukup fantastis sebesar Rp.851,3 miliar atau setara 101,18 persen terhadap dana alokasi umum. (20 September 2016:9)

(22a) Menyinggung soal Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Gugus mengatakan bahwa pihaknya telah mensosialisasikannya ke parpol, penitia pengawas, kepolisian resor, dan pihak lainnya. (20 September 2016:11)

2.4.1.2 Kesalahan Pemakaian Huruf Kapital

Contoh kesalahan ejaan pemakaian huruf kapital.

(23)Dalam peringatan penting seperti upacara kemerdekaan 17 agustus pemerintah Kabupaten Wonosobo selalu memberikan ruang bagi penampilan kebudayaan lokal dalam event-event baik yang berskala kecamatan, kabupaten maupun nasional. (1 September 2016: 10)

(24) “Kedepan dalam forum pembahasan komisi, kepala dinas, badan atau kantor harus datang langsung, tidak mewakilkan stafnya,” pinta mugeng. (6 September 2016: 11)

(25) Pemkab wonosobo masih menghabiskan sebagian besar anggaran untuk belanja pegawai. (20 September 2016: 9)

(51)

ini sesuai dengan PUEBI tahun 2016 poin F nomor 8a, maka penulisan yang benar adalah Agustus.

Kalimat (24) terdapat kesalahan penulisan huruf kapital pada kata mugeng. Kata mugeng seharusnya diawali dengan huruf kapital karena menurut PUEBI tahun 2016 poin F nomor 2 huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Penulisan yang benar adalah Mugeng. Perlu dicatat dalam kalimat (24) juga terdapat kesalahan penulisan kata “kedepan” yang

seharusnya dipisah karena ke merupakan kata depan (preposisi) bukan awalan (prefiks). Kata tersebut mestinya ditulis ke depan.

Pada kalimat (25) terdapat kesalahan huruf kapital pada kata wonosobo. Kata wonosobo seharusnya diawali dengan huruf kapital karena pada PUEBI tahun 2016 poin F nomor 9 huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Penulisan yang benar adalah Wonosobo. Dengan demikian, kalimat (23), (24), dan (25) menjadi (23a), (24a), dan (25a) di bawah ini.

(23a) Dalam peringatan penting seperti upacara kemerdekaan 17 Agustus pemerintah Kabupaten Wonosobo selalu memberikan ruang bagi penampilan kebudayaan lokal dalam event-event baik yang berskala kecamatan, kabupaten maupun nasional. (1 September 2016: 10) (24a) “Ke depan dalam forum pembahasan komisi, kepala dinas, badan

atau kantor harus datang langsung, tidak mewakilkan stafnya,” pinta Mugeng. (6 September 2016: 11)

(25a) Pemkab Wonosobo masih menghabiskan sebagian besar anggaran untuk belanja pegawai. (20 September 2016: 9)

2.4.1.3 Kesalahan Pemakaian Huruf Miring

(52)

(26)Kini Bukopin juga telah membuka beberapa KCP baru sebagai meeting point di area eks karesidenan Kedu termasuk Purworejo, Temanggung, dan cabang utama di Magelang. (8 September 2016: 11)

(27)Selain itu, juga ada free check up untuk model kendaraan penumpang dan kendaraan niaga ringan. (19 September 2016: 11)

(28) Bahkan, setelah tahun 2014, pembayaran PBB dari desa melalui petugas desa sudah berdasarkan by name by address. (20 September 2016: 10)

Kesalahan pemakaian huruf miring terdapat pada kalimat (26), (27), dan (28). Kesalahan tersebut terdapat pada kata meeting point, free check up, dan by name by address yang seharusnya dicetak miring seperti yang telah tertera di PUEBI tahun 2016 poin G nomor 3 bahwa huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Kata meeting point, free check up, dan by name by address seharusnya dicetak miring menjadi meeting point, free check up, dan by name by address. Perbaikan dari ketiga kalimat di atas adalah sebagai berikut.

(26a) Kini Bukopin juga telah membuka beberapa KCP baru sebagai meeting point di area eks karesidenan Kedu termasuk Purworejo, Temanggung, dan cabang utama di Magelang. (8 September 2016: 11)

(27a) Selain itu, juga ada free check up untuk model kendaraan

penumpang dan kendaraan niaga ringan. (19 September 2016: 11)

(28a) Bahkan, setelah tahun 2014, pembayaran PBB dari desa melalui petugas desa sudah berdasarkan by name by address. (20 September 2016: 10)

(53)

2.4.2 Kesalahan Penulisan Kata

Kesalahan penulisan kata mencakup kesalahan penulisan pemenggalan kata dan penulisan singkatan.

2.4.2.1 Kesalahan Penulisan Pemenggalan Kata

Contoh kesalahan ejaan penulisan pemenggalan kata.

(29)Pelaku sendiri diamank-an unit Opsnal Satreskim Polres Wonosobo saat berada di Taman Fatmawati Wonosobo. (14 September 2016: 11)

(30)Konsumsi ikan menunjukkan ad-anya sumbangan protein hewani terhadap konsumsi pangan secara umum. (22 September 2016:10)

(31) Menurut Paryono, Kepala SDN 1 Garung yang selama ini telah mempraktikkan budaya literasi di sekolahn-ya mengkaui berbagai dampak positif yang terlihat gamblang. (30 September 2016: 10)

Terdapat kesalahan penulisan pemenggalan kata pada kalimat (29), (30), dan (31). Kesalahan tersebut adalah kata diamank-an, ad-anya, dan sekolahn-ya. Seperti yang telah dikatakan di PUEBI bahwa pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya dengan catatan pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar. Kata diamank-an, ad-anya, dan sekolahn-ya seharusnya menjadi di-amankan atau diaman-kan, ada-nya, dan sekolah-nya. Dengan demikian, bentuk kalimat (29), (30), dan (31) adalah sebagai berikut.

(54)

(29b) Pelaku sendiri diaman-kan unit Opsnal Satreskim Polres Wonosobo saat berada di Taman Fatmawati Wonosobo. (14 September 2016: 11)

(30a) Konsumsi ikan menunjukkan ada-nya sumbangan protein hewani terhadap konsumsi pangan secara umum. (22 September 2016:10)

(31a) Menurut Paryono, Kepala SDN 1 Garung yang selama ini telah mempraktikkan budaya literasi di sekolah-nya mengkaui berbagai dampak positif yang terlihat gamblang. (30 September 2016: 10)

2.4.3 Kesalahan Pemakaian Tanda Baca

Kesalahan pemakaian tanda baca mencakup kesalahan pemakaian tanda titik dan tanda koma.

2.4.3.1 Kesalahan Pemakaian Tanda Titik

Contoh kesalahan ejaan pemakaian tanda titik.

(32) “Sasaran operasi ini pelajar dan para remaja. Kegiatan ini untuk mendukung pendidikan karakter yang sedang digencarkan di Kabupaten Wonosobo,” katanya kemarin (8 September 2016:9)

(33) “Warga kota Wonosobo hingga Kecamtan selomerto patut waspada. Pasalnya air sungai yang ada di hulu tidak teralirkan dengan baik ke sungai atau saluran drainase. Sehingga meluap ke jalan dan tunmpah ke tempat yang lebih rendah,” ungkap Kalakhar BPBD Wonosobo Prayitno kemarin (26 September 2016: 9)

(34) Ketiga narasumber adalah dr Asmaji Muchtar (Unsiq), dr Widyastuti Purbani (Universitas Negeri Yogyakarta), dan Prof dr Ali Imron Alma‟ruf (UNS). (28 September 2016: 10)

(55)

dipakai pada akhir kalimat pernyataan. Dengan demikian, bentuk kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

(32a) “Sasaran operasi ini pelajar dan para remaja. Kegiatan ini untuk mendukung pendidikan karakter yang sedang digencarkan di

Kabupaten Wonosobo,” katanya kemarin. (8 September 2016:9)

(33a) “Warga kota Wonosobo hingga Kecamtan selomerto patut waspada. Pasalnya air sungai yang ada di hulu tidak teralirkan dengan baik ke sungai atau saluran drainase. Sehingga meluap ke jalan dan tumpah ke tempat yang lebih rendah,” ungkap Kalakhar BPBD Wonosobo Prayitno kemarin. (26 September 2016: 9)

Kemudian pada contoh (34) terdapat kesalahan tanda titik karena sesuai dengan PUEBI tahun 2016 bab III poin 1 nomor 2 tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Sebanding dengan penjelasan PUEBI tahun 2016 mengenai singkatan yaitu nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Berikut kalimat yang benar.

(34)Ketiga narasumber adalah dr. Asmaji Muchtar (Unsiq), dr. Widyastuti Purbani (Universitas Negeri Yogyakarta), dan Prof. Dr. Ali Imron Alma‟ruf (UNS). (28 September 2016: 10)

2.4.3.2 Kesalahan Pemakaian Tanda Koma

Contoh kesalahan ejaan pemakaian tanda koma.

(56)

(36) Sehingga diperlukan kesdaran dari seluruh siswa dan pendidikan untuk menciptakan situasi yang tertib aman dan nyaman. (8 September 2016: 9)

(37) Dituturkan Dastam SPd MM selaku kepala sekolah, beberapa

ekstrakulikuler wajib menjadi salah satu cara untuk melatih siswa agar fokus belajar dan berprestasi. (27 September 2016: 10)

Kesalahan kalimat (35) terdapat pada kata bawang merah dan cabe merah keriting, kesalahan kalimat (36) terdapat pada kata tertib aman dan nyaman. Dalam PUEBI tahun 2016, dikatakan bahwa tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pereincian atau pembilangan. Jadi, kalimat (35) seharusnya menjadi bawang merah, dan cabe merah keriting, kalimat (36) manjadi tertib, aman, dan nyaman. Dengan demikian, bentuk kalimat (35) dan (36) yang benar adalah sebagai berikut.

(35a) Akan tetapi, penurunan harga gula pasir belum diikuti oleh harga kebutuhan pokok yang lain, seperti daging ayam, daging sapi, bawang merah, dan cabe merah keriting. (3 September 2016: 11)

(36a) Sehingga diperlukan kesdaran dari seluruh siswa dan pendidikan untuk menciptakan situasi yang tertib, aman, dan nyaman. (8 September 2016: 9)

Kalimat (37) juga mengandung kesalahan pemakaian tanda koma. Kesalahan tersebut terdapat pada kata Dastam SPd MMP karena sesuai dengan PUEBI bab III poin 2 nomor 10 “tanda koma dipakai di antara nama orang dan

singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga”. Dengan demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

(57)

(37) Dituturkan Dastam, S.Pd., M.M. selaku kepala sekolah, beberapa ekstrakulikuler wajib menjadi salah satu cara untuk melatih siswa agar fokus belajar dan berprestasi. (27 September 2016: 10)

2.4.3.3 Kesalahan Pemakaian Tanda Hubung

Contoh kesalahan pemakaian tanda hubung.

(38) Masih di alun alun, lanjut Eko, petugas juga mendapati 2 sepeda motor yang tidak memenuhi standar lalu lintas dan tanpa plat nomor. (16 September 2016:11)

(39) Pemilik bisa mengambilnya dengan membawa kelengakpan surat surat serta kelengkapan sepeda motor, seperti spion, plat nomor. (16 Setember 2016:11)

Pada kalimat (38) dan (39) merupakan kesalahan pemakaian tanda hubung karena sesuai dengan PUEBI bab III poin E nomor 2, tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Seharusnya kata-kata yang digaris bawah ditulis alun-alun dan surat-surat. Berikut pembetulannya.

(38a) Masih di alun-alun, lanjut Eko, petugas juga mendapati 2 sepeda motor yang tidak memenuhi standar lalu lintas dan tanpa plat nomor. (16

September 2016:11)

(39a) Pemilik bisa mengambilnya dengan membawa kelengakpan surat-surat serta kelengkapan sepeda motor, seperti spion, plat nomor. (16 Setember 2016:11)

(58)

BAB III

KESALAHAN PENULISAN (TIPOGRAFI) DALAM RUBRIK

“WONOSOBO EKSPRES”HARIAN MAGELANG EKSPRES

EDISI SEPTEMBER 2016

3.1 Pengantar

Dalam Bab III ini dibahas tentang kesalahan penulisan (tipografi) atau disebut kekeliruan berbahasa (typo) dalam rubrik “Wonosobo Ekspres” pada harian Magelang Ekspres edisi September 2016. Dasar untuk menentukan kesalahan adalah bentuk-bentuk baku yang berlaku dalam bahasa Indonesia, sebagaimana yang dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (edisi daring). Kesalahan penulisan (tipografi) yang ditemukan meliputi: (a) kelebihan huruf, (b) kekurangan huruf, (c) penyusunan huruf, dan (d) penyusunan barisan kata. Berikut ini adalah contoh-contoh dan penjelasannya.

3.2 Kelebihan huruf

Yang dimaksud dengan kelebihan huruf adalah kesalahan penulisan (tipografi) berupa huruf dobel atau huruf tertentu terselip di dalam satu kata. Berikut dipaparkan contoh kesalahan penulisan (tipografi) kelebihan huruf.

(40) “Untuk PNS tenaga pendidikan dan kependidikan sekolah menengah akan beralih status menjadi PNS provinsi, juga untuk bidang pengelola tenaga pengawas ketenagakerjaan, bidang rehabilitasi, perlindungan, penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan, dan urusan pemerintahanm umum semuanya menjadi PNS provinsi,”

(59)

(41) Mereka mempertanayakanrelevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dianmika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan. (6 September 2016:11)

(42) Setahun kemudian pindah masauk di Batalion Armed VIII Jember selama 6 tahun. (7 September 2016: 11)

(43) Dengan dilaporkannya kejadian perusakan portal kepada pihak Kkepolisian tersebut, ia dan seluruh warga Sarimulyo berharap

nantinya situasi kamtibmas di lingkungan mereka terjaga kondusifitasnya. (13September 2016: 11)

(44) Ssehinggaproduktivitas cukup baik. (24 September 2016: 10)

(45) Contohnya ddengan adanya kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran,” ungkapnya (30 September 2016: 10)

Pada contoh (40) pemerintahanm kelebihan huruf „m‟ seharusnya pemerintahan, (41) mempertanayakan kelebihan huruf „a‟ seharusnya mempertanyakan, (42) masauk kelebihan huruf „a‟ seharusnya masuk, (43) Kkepolisian kelebihan huruf „k‟ seharusnya kepolisian, (44) Ssehingga kelebihan huruf „s‟ seharusnya Sehingga, (45) ddengan kelebihan huruf „d‟ seharusnya

dengan. Dengan demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

(40a) “Untuk PNS tenaga pendidikan dan kependidikan sekolah menengah akan beralih status menjadi PNS provinsi, juga untuk bidang pengelola tenaga pengawas ketenagakerjaan, bidang rehabilitasi, perlindungan, penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan, dan urusan pemerintahan umum semuanya menjadi PNS provinsi,” paparnya. (3 September 2016: 11)

(60)

(42a) Setahun kemudian pindah masuk di Batalion Armed VIII Jember selama 6 tahun. (7 September 2016: 11)

(43a) Dengan dilaporkannya kejadian perusakan portal kepada pihak

kepolisian tersebut, ia dan seluruh warga Sarimulyo berharap nantinya situasi kamtibmas di lingkungan mereka terjaga kendusifitasnya. (13 September 2016: 11)

(44a) Sehinggaproduktivitas cukup baik. (24 September 2016: 10)

(45a) Contohnya dengan adanya kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran,” ungkapnya (30 September 2016: 10)

Tabel 4: Penulisan (Tipografi) Kelebihan Huruf

(61)

pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dianmika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan. (6 September 2016:11) 42 Setahun kemudian pindah

masauk di Batalion Armed VIII Jember selama 6 tahun. (7 September 2016: 11)

45 Contohnya ddengan adanya kegiatan membaca 15 menit

(62)

(46) Salah satu tujuan dari pesantren bisnis adalah untuk pendmpingan dengan sistem mentor yang dibagi dalam region terdekat. (3 September 2016: 11)

(47) Kebanggan atas apa yang telah diukirnya selama mengabdi tersebut, terwujud dengan mendapatkan banyak prestasi… (7 September 2016: 11)

(48) Menumpuknya arsip yang tidak ada gunakanya serta sitem tata arsip yang tidak menentu akan mengakibatkan ruangan terasa sempit… (8 September 2016: 10)

(49) Menurut Ipit (50) yang membudidayakan bibit wortel mengaku

mengantongi sertifikasi untu jenis wortel panjang unggulan dari kabupaten Bandung. (10 September 2016: 9)

(50) “Kami kerap mengikuti ajang uji coba, dalam beberapa kejuaraan atletik di Jakarta, Jawa Timur, Bagka Belitung dan Jawa Tengah. (14 September 2016: 11)

(51) Menurutnya, dari hasil pantuanyang dilakukan oleh Satlantas Polres Wonosobo di sejumlah jalur utama Wonosobo, masih banyak ditemukan timbunan material… (19 September 2016: 9)

Pada contoh (46) pendmpingan kekurangan huruf „a‟ seharusnya pendampingan, (47) Kebanggan kekurangan huruf „a‟ seharusnya Kebanggaan, (48) sitem kekurangan huruf „s‟ seharusnya sistem, (49) untu kekurangan huruf „k‟ seharusnya untuk, (50) Bagka Belitung kekurangan huruf „n‟ seharusnya Bangka Belitung, (51) pantuan kekurangan huruf „a‟ seharusnya pantauan. Dengan demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

Gambar

Tabel 2 Contoh Kesalahan Sintaksis ....................................................................
Tabel 1: Contoh Kesalahan Morfologi
Tabel 3: Contoh Kesalahan Leksikon
Tabel 4: Penulisan (Tipografi) Kelebihan Huruf
+3

Referensi

Dokumen terkait

Retorika Tekstual Wacana pada Rubrik Indikator Harian Republika Edisi.

berbahasa bidang morfologi pada surat kabar harian Jateng Pos edisi Januari. 2013, deskripsi data, pembahasan dan temuan studi yang

pula dengan rubrik Pati Ekspres “Pak Leh” di surat kabar Jateng Pos edisi. November-Desember 2014 yang isinya mengandung wacana dan

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesantunan Berbahasa dalam Wacana SMS Pembaca pada Rubrik “Halo Jogja” di Harian Jogja. Penulis mengucapkan

Indikator Taksonomi Kesalahan Berbahasa No Jenis Taksonomi Sub Jenis Taksonomi Deskriptor 1 Taksonomi Kategori Linguistik Kesalahan Penulisan Huruf Kesalahan penulisan

Bentuk kesalahan berbahasa Indonesia yang ditemukan, yaitu: (1) kesalahan penulisan huruf kapital, yaitu kesalahan penulisan huruf yang ditemukan kesalahan penggunaan

Hasil penelitian pada analisis data disimpulkan bahwa dalam penulisan pendahuluan skripsi mahasiswa terdapat bentuk-bentuk kesalahan berbahasa, seperti 1 kesalahaan penulisan ejaan,

Jurnal Pendidikan Tambusai 2397 Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Pada Surat Kabar Radar Karawang Edisi September 2021 Dian Novita Sari1, Sinta Rosalina2, Dian