NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO ANTARA ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) YANG BERSTATUS GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL
DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi
Disusun Oleh: ELSA OKTAVIA DEWI
J 300 110 006
PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS ILMU KESEHATAN
iii NUTRITIONAL SCIENCE PROGRAM HEALTH SCIENCE FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA SCIENTIFIC PAPER ABSTRACT
ELSA OKTAVIA DEWI. J.300.110.006
DIFFERENCE OF MACRO-NUTRITION INTAKES BETWEEN 1-3 YEARS OLD CHILDREN (UNDER THREE YEARS OLD CHILDREN) WITH POOR NUTRITIONAL STATUS AND THOSE WITH NORMAL NUTRITIONAL STATUS OF SANGGE VILLAGE, KECAMATAN KLEGO, BOYOLALI REGENCY.
Introduction: Preliminary study on twenty children of 1-3 years old in Sangge village indicated that 85% of them had inadequate nutritional intake, and 20% of them had poor nutritional status, and 45% of them had normal nutritional status. Purpose: Purpose of the research is to know difference of macro-nutrition intake of 1-3 years old children with normal nutritional status and poor nutritional one in Sangge village, Kecamatan Klego, Boyolali Regency.
Method of the Research: The research is observational one with cross-sectional approach. Subject of the research is a group of children with poor nutritional status and those with normal nutritional status, 20 children in respective group. Sample is taken by using simple random sampling. Data of nutritional status and z-score value are obtained by measuring body weight. Instrument of the measurement is a balance (weighing scales). Data of food intake is acquired by interview with mothers of the children by using form recall 24 hours taken three days inconsecutively. Data normality is examined by using Kolmogorov-Smirnov test. Results of the data normality test showed that the data was abnormal so that the difference was examined by using Mann-Whitney U test.
Results: Test of difference produced p≥0.05 meaning that there is no difference of macro-nutrition intakes between 1-3 years old children with normal nutritional status and those with poor nutritional status.
Conclusion: There is no difference of macro-nutrition intakes between 1-3 years old children with poor nutritional status and those with normal nutritional status in Sangge village, Kecamatan Klego, Boyolali Regency.
Suggestion: For further research, other factors affecting nutritional status such as infection, can be added.
ABSTRACT ELSA OKTAVIA DEWI.J300110006
PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO ANTARA ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) YANG BERSTATUS GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL DI DESA SANGGE KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI.
Pendahuluan : Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 anak usia 1-3 tahun di Desa Sangge, diketahui bahwa 85% mempunyai asupan gizi yang kurang, status gizi kurang 20%, dan status gizi normal 45%.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi normal dan gizi kurang di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek penelitian untuk kelompok status gizi kurang dan gizi normal masing-masing 20 batita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Data status gizi dan nilai z-skor diperoleh dengan pengukuran berat badan (BB). Alat yang digunakan dalam pengambilan berat badan adalah dacin. Data asupan makan batita diperoleh melalui wawancara dengan ibu batita menggunakan form recall 24 jam yang diambil 3 hari tidak berturut-turut. Uji kenormalan data menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji kenormalan data tidak normal, sehingga menguji perbedaan menggunakan Uji Mann Whitney U.
Hasil : Hasil uji perbedaan p=>0.05 menunjukkan tidak ada perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi normal dan berstatus gizi kurang.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi kurang dan gizi normal di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.
PENDAHULUAN
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Asupan gizi sangat penting bagi anak usia 1-3 tahun, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan (Supartini, 2004). Anak usia 1-3 tahun biasanya mengalami kesulitan makan dan aktifitas fisiknya tinggi dibandingkan anak usia prasekolah (Khomsan, 2001).
Anak batita usia 1-3 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang berlangsung sangat cepat disebut sebagai masa keemasan (Golden Age) karena pada masa ini otak berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. . Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara
asupan dan kebutuhan gizi (status gizi). Pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes RI, 2002).
Kekurangan Energi Protein tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama maka akan berakibat hingga menjadikan penderita KEP tingkat berat sehingga sangat mudah terserang penyakit dan dapat berakibat kematian (Syahmien, 2005). Kekurangan protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, lebih rentan terhadap penyakit, dan daya kreativitas (Irianto dan Waluyo, 2004). Lemak dalam fungsinya sebagai salah satu zat gizi penghasil energi utama sehingga apabila kekurangan asupan lemak akan mengurangi pembentukan energi (Sediaoetama, 2000). Ketiga unsur gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi penyuplai energi bagi tubuh dengan prioritas pada karbohidrat, lemak, dan terakhir pada protein (Arisman, 2009).
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu masalah pokok. Kekurangan Energi Protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi zat gizi makro kepada defisiensi zat gizi mikro, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (>30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP (Supariasa dkk, 2002).
mengalami masalah gizi (Minarto, 2011). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi balita yang mengalami masalah gizi di Indonesia secara garis besar 19,6%. Berdasarkan prevalensi total tersebut, balita yang menderita gizi kurang sebesar 13,9% dan sebesar 5,7% belita menderita gizi buruk. Berdasarkan penelitian Putra (2012), Adanya perbedaan antara tingkat konsumsi energi, protein, Fe, Zn, Vitamin A antara balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan penelitian Natalia dkk (2013), Ada hubungan tingkat kecukupan protein dengan status gizi batita. Berdasarkan penelitian Yulni dkk (2013), Ada hubungan yang signifikan antara asupan Karbohidrat dan status gizi menurut indikator IMT/U pada anak Sekolah Dasar di wilayah pesisir
kota Makassar tahun 2013. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi batita di Desa Gondang Winangun.
Berdasarkan hasil survei status gizi balita berdasarkan berat badan dibandingkan umur (BB/U) terdapat 18.447 balita didapatkan hasil sebagai berikut gizi lebih 0.59 %, gizi baik 95.71 %, gizi kurang 5.45 % dan gizi buruk 0.76 %. Hasil pemantauan gizi balita khususnya di Puskesmas Klego II, terdapat gizi kurang dengan prevalensi paling tinggi sebesar 14.95 % (Dinkes Boyolali, 2012).
dapat dicermati bahwa faktor langsung status gizi adalah asupan makan balita. Asupan zat gizi makro mempengaruhi status gizi batita. Penulis tertarik untuk mengkaji apakah ada perbedaan asupan zat gizi makro antara anak usia 1-3 tahun (batita) yang berstatus gizi normal dan berstatus gizi kurang. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu melakukan observasi dan pengukuran variabel pada saat tertentu saja. Penelitian akan mengambil data variabel bebas yaitu asupan zat gizi makro dan data veriabel terikat yaitu batita status gizi normal dan status gizi kurang. Penelitian ini dilakukan di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh batita di Desa Sangge Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali wilayah kerja
Puskesmas Klego II. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, dengan cara mengundi semua populasi kemudian mengacak nama dari seluruh responden dengan sistem undian. Undian pertama menjadi responden pertama dan seterusnya untuk mendapatkan sampel sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.
dacin dengan kapasitas 25 Kg, ketelitian 0,1 Kg.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Sangge merupakan sebuah Desa di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Total penduduk di Desa ini sebanyak 4188 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 990 KK. Rata-rata pekerjaan masyarakat di Desa Sangge adalah petani dan peternak. Desa Sangge terletak di dekat bukit dan sawah, sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam. Pekarangan yang luas
dimanfaatkan untuk ternak. Tanah di Desa Sangge tergolong subur. B. Gambaran Karakteristik Responden
Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 1 sampai 3 tahun yang tinggal di Desa Sangge, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali. Sampel yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih secara random yang berasal dari Kelurahan Klego masing-masing kelompok status gizi kurang dan status gizi normal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 20 batita, total sampel 40 batita.
C. Perbedaan Asupan Karbohidrat pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi Normal
Tabel 1
Asupan Karbohidrat pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal Status Gizi Asupan Karbohidrat
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 93 140 116.11±15.77 Normal 87.84 139.68 119.33±18.32 p = 0.407
Berdasarkan tabel 1 Analisis data karakteristik sampel yang meliputi
diuji statistik menggunakan uji Mann-Whiteney Test untuk mengetahui
perbedaan asupan karbohidrat pada batita status gizi kurang dan gizi normal di Desa Sangge, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Mann-Whiteney
Test pada uji perbedaan asupan karbohidrat pada batita status gizi kurang dan gizi normal adalah nilai p = 0.407 (>0,05) yaitu Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan asupan karbohidrat pada antara batita status gizi kurang dan gizi normal.
D. Perbedaan Asupan Protein pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi Normal
Tabel 2
Asupan Protein pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal Status Gizi Asupan Protein
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 17 25 20.31±2.91
Normal 16.38 24.88 21.35±3.43 p = 0.370
Berdasarkan tabel 2 Analisis data karakteristik responden yang meliputi asupan protein pada batita status gizi kurang dan gizi normal diuji statistik menggunakan uji Mann-Whiteney Test untuk mengetahui perbedaan asupan protein pada batita status gizi kurang dan gizi normal di Desa Sangge, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
E. Perbedaan Asupan Lemak pada Batita Status gizi Kurang dan Gizi Normal
Tabel 3
Asupan Lemak pada Batita Status Gizi Kurang dan Gizi Normal Status Gizi Asupan Lemak
Min (gr)
Max (gr)
Mean±SD
Kurang 26 41 32.10±5.31
Normal 25.42 45.92 34.25±6.66 p = 0.562
Berdasarkan tabel 3 Analisis data karakteristik responden yang meliputi asupan lemak pada batita status gizi kurang dan gizi normal diuji statistik menggunakan uji Mann-Whiteney Test untuk mengetahui perbedaan asupan lemak pada batita status gizi kurang dan gizi normal di Desa Sangge, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Mann-Whiteney Test pada uji perbedaan asupan lemak pada batita status gizi kurang dan gizi normal adalah nilai p = 0.562 (>0,05) yaitu Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan asupan lemak pada antara batita status gizi kurang dan gizi normal.
Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan
Dari penelitian disimpullkan bahwa: 1. Tidak ada perbedaan asupan
karbohidrat antara batita status gizi kurang dan gizi normal p= 0.407 (p > 0,05)
2. Tidak ada perbedaan asupan protein antara batita status gizi
kurang dan gizi normal p= 0.370 (p > 0,05)
B. Saran
Disarankan ibu batita untuk memperhatikan asupan gizi agar sesuai kebutuhan gizi batita. Mengkonsumsi makanan sehari-hari
biasakan dengan menu seimbang, yaitu nasi lengkap dengan lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah.
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, M.R. 2009.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Azwar, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang; disampaikan pada pertemuan advokasi program perbaikan gizi menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.
Beck, Mari.E, 2008. Ilmu Gizi Dan Diet. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita. Jakarta.
_______. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta.
_______.2010. Laporan Riskesdas,
2010. Badan Litbangkes Depkes RI
Jakarta.
Dinas Kesehatan Boyolali. Laporan Pemantauan Status Gizi 2012. Boyolali: 2012.
Faradevi, R. 2011. Perbedaan besar pengeluaran keluarga, jumlah anak serta asupan energi dan protein balita antara balita kurus dan normal. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Gibson RS. 2005. Principles of
Nutritional Assessment. Ed ke-2. New York:Oxford University Press.
Gumala, N. 2002. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Status Gizi Balita Menurut Peran Ibu di Kabupaten Gianyar. Thesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Handari, R. T. Siti dan Siti Humaeroh. 2005. “Perbedaan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Sekolah Berdasarkan Status Sosial Ekonomi di Jakarta Selatan Tahun
dan Kesehatan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Hardinsyah dan Martianto, G. 2002. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari.
Hidayah, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, Kus dan Waluyo, Kusno. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV. Yrama Widya.
Khomsan, A. 2009. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Kusharto C.M dan Sa’adiyyah N.Y. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Minarto.(2011, Februari 10).
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat(RAPGM) Tahun 2010-2014. From http://www.gizikia.depkes.g o.id/archives/658.
Natalia L.D., Dina R.P., Siti F. 2013. “Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi
Batita Di Desa Gondangwinangun Tahun 2012”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. . . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Persagi, 1999. Visi dan Misi Gizi dalam Mencapai Indonesia Sehat Tahun 2010, Jakarta. Putra, K. 2012. Perbedaan antara
tingkat konsumsi energi, protein, Fe, Zn, Vitamin A antara balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Riskesdas. 2013. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan, RI.
Sastroasmoro, S., 2008. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sediaoetama, A.D. 2000. Ilmu Gizi
Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas RI, Jakarta. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Suhardjo.2002. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Soehardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sutomo, B dan Anggraini, DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Uripi V. 2004. Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Wardle, J., A. Steptoe. 2003. ”Socioeconomic Differences in Attitudes and Beliefs
About Healthy Lifestyles”. J
Epidemiol Community Health.
WHO dan Depkes RI. 2005.Modul C Pelatihan dan Penilaian Pertumbuhan Anak WHO.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X. 2012. Angka Kecukupan Gizi. Jakarta.
Wong ,D.I. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediarik. Diterjemahkan oleh Monica Ester. Jakarta:EGC.