• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Humor Styles dan Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas "Y" Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Humor Styles dan Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas "Y" Universitas "X" Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y”

Universitas “X” Bandung.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori humor styles dari Martin (2003) yang membagi humor styles ke dalam empat dimensi yaitu: affiliative humor style, self-enhancing humor style, aggressive humor style dan self-defeating humor style. Selain itu dalam penelitian ini menggunakan teori stress yang dikemukakan oleh Sarafino (2002) yang dibagi kedalam tiga aspek, yaitu : fisiologis, psikologis dan sistem sosial.

Desain penelitian yang digunakan adalah studi hubungan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 orang mahasiswa Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung yang dijaring dengan metode mix random-non random sampling. Humor style pada mahasiswa diukur dengan menggunakan alat ukur Humor Style Questionnaire dari Martin (2003). Stress pada mahasiswa diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikonstruk oleh peneliti berdasarkan teori Sarafino (2002). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan korelasi Spearman.

Dari hasil korelasi Spearman ditemukan bahwa self-defeating humor style memiliki hubungan positif yang signifikan dengan stress (r = .342), sementara affilaitive humor style (r = -.314) dan self-enhancing humor style (r = -.317) memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan stress. Untuk aggressive humor styles, tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan stress pada mahasiswa (r = .211).

(2)

viii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

between humor styles and stress on the first-year students on the Faculty of “Y”

at “X” University Bandung.

The theory used in this research is Martin’s theory of humor styles (2003)

which classifies the humor styles into four dimensions, namely: affiliative humor style, self-enhancing humor style, aggressive humor style and self-defeating humor style. In addition, this research uses the theory of stress explained by Sarafino (2002) which is classified into three aspects, namely: physiological, psychological and social system aspects.

The research design used is the corelation study. Total sample in this

research is 45 students on the Faculty of “Y” at “X” University Bandung

obtained by using mix random-non random sampling method. Humor style of the

student is measured by using Martin’s Humor Style Questionnaire (2003). Stress

on the first-year student is measured by using a measuring instrument constructed

by the researcher. The data is processed by using Spearman’s correlation.

(3)

ix UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Identifikasi Masalah... 8

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1. Maksud Penelitian... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian... 9

1.4.Kegunaan Penelitian... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis... 10

1.5.Kerangka Pemikiran... 10

1.6.Asumsi... 21

(4)

x UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2.1.2. Proses Humor... 23

2.1.3. Humor styles... 28

2.2.Stress... 36

2.2.1. Definisi Stress... 33

2.2.2. Aspek Stress... 35

2.2.3. Cognitive Appraisal... 38

2.2.3.1. Primary Appraisal... 40

2.2.3.2. Secondary Appraisal... 42

2.2.3.3. Reappraisal... 43

2.3.Dinamika Humor Styles Dan Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama... 44

2.4.Tahap Perkembangan... 46

2.4.1. Tahap Perkembangan Remaja Akhir... 46

2.4.2. Penyesuaian Pada Mahasiswa... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian... 51

3.2. Bagan Rancangan Penelitian... 51

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 52

3.3.1. Variabel Penelitian... 52

(5)

xi UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

3.3.2.1. Humor Styles... 52

3.3.2.2. Derajat Stress... 53

3.4. Alat Ukur... 54

3.4.1. Alat Ukur Humor Styles... 55

3.3.2. Alat Ukur Stress... 57

3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang... 58

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 58

3.4.3.1. Validitas... 58

3.4.3.2. Reliabilitas... 59

3.5. Populasi Sasaran dan Karakteristik Sampel... 60

3.5.1. Populasi Sasaran... 60

3.5.2. Karakteristik Sampel... 60

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel... 61

3.6. Teknik Analisis Data... 61

3.7. Hipotesis Statistik... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden... 63

4.2. Hasil Penelitian... 65

4.2.2. Hubungan Dimensi Humor Styles dan Stress... 65

4.2.3. Gambaran Humor Styles... 66

4.2.4. Gambaran Stress... 68

4.2.5. Tabulasi Silang antara Humor Styles dan Stress... 70

(6)

xii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

5.2.1. Saran Penelitian... 80

5.2.2. Saran Praktis... 80

DAFTAR PUSTAKA... 82

DAFTAR RUJUKAN... 84

(7)

xiii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Humor styles... 29

Tabel 3.1. Gambaran alat ukur humor styles... 55

Tabel 3.2. Gambanran alat ukur stress... 57

Tabel 4.1. Frekuensi usia responden... 63

Tabel 4.2. Frekuensi jenis kelamin responden... 64

Tabel 4.3. Frekuensi suku bangsa responden... 64

Tabel.4.4. Hubungan dimensi humor styles dan stress... 66

Tabel 4.5. Frekuensi humor styles responden... 67

Tabel 4.6. Tabulasi silang antara dimensi humor styles dan jenis kelamin 68 Tabel 4.7. Frekuensi stress responden... 68

Tabel 4.8. Tabulasi silang antara stress dan jenis kelamin... 69

Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara stress dan usia... 69

(8)
(9)

xv UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Reliabilitas Try-out... 88

1.1. Humor Style Questionnaire... 88

1.2. Kuisioner Stress... 94

Lampiran 2. Kuisioner Pengambilan Data... 100

2.1. Humor Styles Questionnaire... 101

2.2. Kuisioner Stress... 105

Lampiran 3. Hasil Pengambilan Data (Data Mentah)... 108

3.1. Data Mentah Humor Style... 109

3.2. Data Mentah Stress... 113

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data... 117

4.1. Tabel Distribusi Frekuensi... 117

4.2. Tabel Korelasi Dimensi Humor Styles dan Stress... 119

4.3. Tabel Tabulasi Silang Humor Styles dan Jenis Kelamin... 120

4.4. Tabel Tabulasi Silang Humor Styles dan Suku Bangsa... 120

4.5. Tabel Tabulasi Silang Humor Styles dan Usia... 120

4.6. Tabel Tabulasi Silang Stress dan Jenis Kelamin... 121

4.7. Tabel Tabulasi Silang Stress dan Suku Bangsa... 121

4.8. Tabel Tabulasi Silang Stress dan Usia... 121

4.9. Tabel Tabulasi Silang Humor Styles dan Stress... 122

(10)

1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan. Naluri manusia untuk mencari kesenangan, kegembiraan dan hiburan sudah dimiliki sejak masih bayi. Sejak seorang bayi dilahirkan, ibunya segera melatihnya untuk menyukai kegembiraan. Hampir setiap saat, seorang ibu akan berusaha dengan giat agar sang anak dapat tertawa riang gembira. Sang ibu sering menirukan tingkah laku binatang, mengeluarkan bunyi aneh-aneh dan memperagakan hal-hal yang tidak masuk akal, agar merangsang anaknya tertawa. Ketika sang anak sudah beranjak dewasa, kebutuhan akan kegembiraan itu sudah melekat erat dalam dirinya. Hiburan merupakan kebutuhan bagi manusia untuk ketahanan diri dalam proses pertahanan hidupnya.

(11)

2

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA bergantung pada bagaimana pendengar menerima stimulus untuk merasa terhibur. Respon tersebut disertai dengan perasaan yang senang dan gembira. Humor dan kegembiraan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari humor sering digunakan untuk mencairkan suasana, baik dalam kondisi formal ataupun informal. Saat berkumpul dengan teman, humor sering digunakan untuk membuat suasana menjadi lebih hangat. Dalam suatu diskusi terkadang juga menyertakan humor untuk menyatakan ketidaksetujuan atas suatu pendapat. Hal tersebut akan lebih mudah diterima oleh orang lain, jika dibandingkan dengan interupsi yang tidak menggunakan humor. Dalam situasi rapat pun terkadang humor digunakan untuk mengusir rasa kantuk.

Banyak penelitian yang dilakukan mengenai dampak dari humor. Humor terbukti dapat mengurangi penderitaan fisik yang dialami oleh pasien kanker dan juga meningkatkan imunitas seseorang (Lefcourt, 1995, dalam Snyder, 2002). Selain itu humor juga dapat mengurangi emosi-emosi negatif dalam diri seseorang seperti kesedihan, kebingungan, marah dan sebagainya yang dapat berpengaruh pada kesehatan fisik seseorang.

(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA digunakan untuk menyampaikan pesan menggelitik dan meremehkan yang mungkin tidak akan diterima oleh pendengar jika disampaikan dengan cara serius. Menurut James Danandjaja, dalam seminar humor pada tahun 1996, humor pada hakekatnya adalah sebuah mekanisme perlindungan diri seseorang. Di tengah kondisi masyarakat yang tertekan, humor bisa menjadi semacam katup pelepas (http://reocities.com/tokyo/9884/humor2.htm diakses 20 September 2011). Di sini humor tak lagi sekadar "memroduksi" tawa, tetapi justru membawa pemikiran tertentu yang lebih serius. Melalui humor, dalam bentuk lelucon maupun anekdot, individu dapat menyalurkan agresivitasnya dengan aman, tanpa ada kekhawatiran akan ditindak masyarakat. Mungkin hal tersebut yang menjadikan tayangan yang bersifat humor sangat digemari oleh masyarakat Indonesia (Danandjaja, 1996).

Naluri untuk mencari kesenangan dan menghindari perasaan yang menekan dapat dilihat juga pada kalangan anak muda. Di kalangan anak muda, terlebih kaum terpelajar seperti mahasiswa, humor yang bersifat protes sosial sangat digemari. Ini bisa dipahami, karena dikalangan mahasiswa selalu ada saja yang merasa risau dan tidak puas terhadap keadaan masyarakat. Selain itu tuntutan akademik, seperti kuliah prasyarat dan IPK, dan perubahan-perubahan yang dialami mahasiswa terkadang memberikan tekanan kepada mahasiswa yang dapat menyebabkan stress.

(13)

4

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA semakin termotivasi untuk mendapat nilai yang baik. Sisi negatifnya, saat seseorang mendapatkan tekanan ia semakin terpuruk dan tidak mampu melakukan apa-apa. Dampak negatif dari stress ini yang harus diantisipasi dan dilakukan tindakan pencegahan sebelum terjadi hal-hal yang dapat merusak individu. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada dampak negatif dari stres yang dapat menimbulkan efek destriktif bagi individu.

Pada mahasiswa tahun pertama, mereka mengalami fenomena top-dog, yaitu penghayatan diri sebagai senior yang paling berkuasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) berubah menjadi orang baru yang paling tidak berkuasa di Perguruan Tinggi, dan ini dapat menjadikan mahasiswa mengalami kesulitan dalam hal menyesuaikan diri dan rentan mengalami stress (Santrock, 1983). Sementara menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000), salah satu sebab kesulitan penyesuaian pada mahasiswa adalah perbedaan sifat pendidikan di SMA dengan Perguruan Tinggi/Akademi. Perbedaan ini terlihat dalam hal kurikulum, disiplin, serta hubungan dosen dan mahasiswa. Selain itu terdapat juga penyesuaian dalam hal hubungan sosial, masalah ekonomi, serta pemilihan bidang studi dan jurusan.

(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA mahasiswa harus mengalami penyesuaian-penyesuaian baru terhadap tugas dan tuntutan yang baru dari lingkungannya. Penyesuaian akan tugas dan tuntutan tersebut tidak jarang membuat mahasiwa kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyebabkan mahasiswa mengalami stress.

Humor sebagai pengubah kognisi-afeksi atau restrukturisasi terhadap situasi, menyebabkan penurunan tingkat stress dengan melepaskan bersama-sama emosi yang diasosiasikan dengan ancaman dan menunjukan penurunan dalam

psychological arousal (Dixon, 1980; dalam Abel, 2002). Martin (2003), membagi

perbedaan individu dalam menggunakan humor menjadi empat style, yaitu:

affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, dan self-defeating

humor. Affiliative humor adalah penggunaan humor dengan tujuan memperkuat

hubungan dengan orang lain. Self-enhancing humor adalah pengggunaan humor dengan tujuan sebagai regulasi emosi dalam diri. Aggressive humor adalah penggunaan humor dengan tujuan menyerang atau menyindir orang lain. Adapun

self-defeating humor adalah penggunaan humor sebagai usaha untuk menghibur

orang lain dengan melakukan atau mengatakan hal-hal yang lucu mengenai diri sendiri, agar bisa tertawa bersama dengan orang lain saat dijadikan bahan hinaan atau ejekan.

Dalam penelitian mengenai tingkat sense of humor dengan coping strategy yang di lakukan oleh Kuiper (1993; dalam Abel, 2002) disebutkan bahwa seseorang yang memiliki sense of humor yang tinggi cenderung memiliki strategi

coping yang tepat, seperti tenang dan berhati-hati dalam menyelesaikan

(15)

6

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA situasi yang menyebabkan stress melalui penafsiran ulang. Selain itu orang dengan tingkat sense of humor yang tinggi memiliki usaha yang lebih untuk bangkit dari situasi yang menyebabkan stress. Lefcourt (1997; dalam Abel 2002) menyebutkan bahwa humor memiliki hubungan dengan emotional-focus strategy dan problem-focus strategy.

(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martin (2010) terhadap 215 mahasiswa tingkat awal di University of Western Ontario, ditemukan bahwa

humor styles memiliki hubungan dengan derajat stress yang dialami. Mahasiswa

yang cenderung menggunakan affiliative humor memiliki korelasi yang negatif dan signifikan terhadap derajat stress yang dialami. Adapun mahasiswa yang cenderung menggunakan self-enhancing humor memiliki korelasi yang negatif dan sangat signifikan dengan derajat stress yang dialami. Mahasiswa yang menggunakan aggresive humor memiliki korelasi yang positif dan sangat signifikan dengan derajat stress yang dialami. Korelasi yang positif namun tidak signifikan ditunjukan pada mahasiswa yang menggunakan self-defeating humor dengan derajat stress yang dialami.

Selain itu dari penelitian yang dilakukan Martin (2003) mengenai humor

styles dengan membandingkan jenis kelamin didapatkan hasil bahwa laki-laki

memeroleh nilai yang lebih signifikan dibandingkan perempuan dari keempat

humor styles. Laki-laki memiliki kecenderungan yang besar untuk menggunakan

bentuk humor yang agresif seperti kata-kata sindiran, ejekan, dan humor yang menjatuhkan sebagai indikasi nilai yang tinggi pada aggresif humor. Menariknya, laki-laki juga memiliki kecenderungan yang besar untuk menggunakan terlalu banyak bentuk humor yang mengolok-olok diri sendiri dan menghindari yang diukur dengan self-defeating humor.

(17)

8

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Bandung, 4 dari 5 responden merasa kesulitan terbesar selama berkuliah di Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung adalah sistem kurikulum yang

menggunakan sistem blok, dimana dalam 1 bulan hanya mempelajari 1 bahan perkuliahan dan diakhir bulan diadakan ujian akhir. Apabila mahasiswa tidak dapat lulus dari satu blok materi, mahasiswa tidak dapat melanjutkan ke blok selanjutnya sebelum lulus dari blok tersebut, itu membuat mereka cukup terkejut dengan sistem kurikulum yang berbeda dibandingkan saat SMA.

Disetiap akhir minggu mahasiswa Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung

harus mengikuti tutorial. Secara berkelompok mahasiswa mempresentasikan informasi yang didapat selama satu minggu perkuliahan. Kegiatan tutorial ini diakui sangat menyita waktu, pikiran dan tenaga mahasiswa Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung. Jadwal perkuliahan yang sering kali berubah-ubah

karena harus menyesuaikan dengan jadwal kegiatan dosen, dihayati sebagai kesulitan mahasiswa yang berdampak pada pengaturan waktu mahasiswa. Mahasiswa harus belajar secara mandiri diluar jam perkuliahan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, karena terkadang dosen mengajarkan materi hanya secara garis besar saja.

Dari hasil-hasil penelitian mengenai humor dan stress yang telah dikemukakan di atas, dari efek yang dihasilkan humor terhadap stress dan melihat fenomena yang dialami mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X”

Bandung. Peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar hubungan antara humor

(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Universitas “X” Bandung. Apabila dampak stress tersebut tidak dapat diatasi, maka akan dapat menghambat kelancara study mahasiswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian ini, ingin mengetahui seberapa besar hubungan antara :

Affiliative humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama

Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

Self-enhancing humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama

Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

Agggresive humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama

Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

Self-defeating humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama

Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

(19)

10

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan antara

humor styles dengan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y”

Universitas “X” Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1. Memerkaya kajian ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi klinis.

2. Memerkaya khazanah penelitian mengenai humor styles di Indonesia. 3. Memerkaya khazanah penelitian mengenai stress yang dialami

mahasiswa Fakultas “Y”, khususnya tahun pertama.

4. Merupakan stimulus bagi peneliti lain dengan bidang kajian yang serupa tetapi dengan variabel atau sampel penelitian yang berbeda.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Membantu mahasiswa menyadari bahwa cara mereka menggunakan humor (humor styles) dapat berhubungan dengan derajat stress.

(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.5. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa adalah status dari seseorang yang telah melalui sekolah menengah atas dan sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Pada umumnya mahasiswa berada pada rentang usia 18-25 tahun atau dapat digolongkan dalam tahap perkembangan remaja akhir hingga tahap perkembangan dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini individu cenderung memiliki kebutuhan untuk memperluas dan mengembangkan hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan lingkungannya. Mencapai tingkah laku sosial yang bertanggung jawab dan memiliki kebutuhan melepaskan ketergantungan secara emosional dengan orang tua, sekaligus mandiri secara ekonomi dan memiliki pekerjaan (Hurlock, 1981).

Pada rentang usia 18-25 tahun, cara pikir mahasiswa pada umumnya sudah mencapai tahap formal operasional (Santrock, 1983). Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, idealis, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dengan mencapai tahap operasi formal mahasiswa dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Mahasiswa mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Dalam tahapan ini, seseorang tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.

(21)

12

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA abstrak dan lebih ditentukan oleh prinsip logika dibandingkan persepsi dan pengalaman mereka. Mahasiswa lebih berpikir secara fleksibel, kritis dan abstrak dalam memandang dunia. Mahasiswa mampu memanipulasi secara mental lebih dari dua kategori variabel dalam waktu yang bersamaan, untuk menemukan inkonsistensi secara logis dalam sebuah pernyataan, untuk membuat urutan hipotesis yang logis dari tindakan, dan untuk mengantisipasi konsekuensi dari tindakan tersebut. Seluruh kapasitas kognitif ini tidak diragukan lagi mampu membuat individu bermain dengan konsep dan ide pada level yang lebih abstrak dibandingkan dengan apa yang mampu dilakukan oleh individu dengan tingkat kemampuan kognitif kongkrit operasional (Führ, 2001; dalam Martin, 2007).

Humor ialah istilah yang mencakup semua fenomena yang lucu, termasuk kemampuan untuk melihat, menginterpretasi, menikmati, menciptakan, serta menyampaikan hal yang tidak lazim. Menurut Martin (2007), dalam perspektif psikologi, proses humor terbagi dalam empat komponen penting: (1) konteks sosial, (2) proses perseptual kognitif, (3) respon emosional, dan (4) ekspresi perilaku vokal tertawa. Proses tersebut merujuk pada komponen perseptual-kognitif, proses mental yang menuju penciptaan atau merasakan sesuatu yang lucu atau menghibur.

(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA humor, atau mengingat pengalaman pribadi yang lucu. Tetapi, contoh-contoh tawa ini biasanya dapat dilihat sebagai “pseudo-sosial” alami, karena seseorang masih

merespon karakter dalam program televisi atau penulis buku, atau mengenang kenangan dalam kejadian yang melibatkan orang lain. Humor biasanya terjadi dalam situasi sosial. Konteks sosial pada humor merupakan salah satu peran. Memang, humor adalah cara yang penting bagi seseorang untuk berinteraksi dalam cara yang menyenangkan. Ketika mereka terlibat dalam permainan, orang mengambil sikap tidak serius terhadap hal yang mereka katakan atau lakukan, dan mereka melakukan aktivitas ini demi kesenangan dibandingkan memiliki tujuan penting dalam pikirannya

Disamping terjadi dalam konteks sosial, humor dikarakteristikan dengan jenis kognisi khusus. Untuk menghasilkan humor, mahasiswa perlu secara mental memproses informasi yang datang dari lingkungan atau dari memori, bermain dengan pemikiran, perkataan, atau tindakan dalam cara yang kreatif, sehingga memunculkan ungkapan verbal jenaka atau tindakan nonverbal yang menggelikan yang dianggap oleh orang lain sebagai sesuatu yang lucu. Dalam menerima humor, mahasiswa mengambil informasi melalui mata dan telinga, memproses makna informasi ini, dan menghargainya sebagai sesuatu yang tidak serius, menyenangkan dan menggelikan.

(23)

14

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Emosi lain seperti kebahagiaan, kecemburuan, atau ketakutan yang terjadi yang berkaitan dengan jenis penilaian spesifik dari lingkungan sosial dan fisik (Lazarus, 1991; dalam Martin, 2007), sehingga humor terdiri dari respon emosi yang diperoleh oleh serangkaian penilaian tertentu, yaitu persepsi bahwa sebuah kejadian atau situasi yang lucu atau menghibur dengan aneh. Emosi yang menyenangkan berkaitan dengan humor, yang familiar dengan mahasiswa, yaitu perasaan kesejahteraan unik yang digambarkan dengan istilah-istilah tertentu seperti kesenangan, keriangan, keriaan, kegembiraan dan kesukariaan.

Kesenangan yang menyertai humor juga memiliki sebuah komponen ekspresif, yaitu tawa dan senyum. Tawa secara fundamental merupakan perilaku sosial. Fungsi utama tawa adalah untuk memberi tanda pada orang lain yang terlibat dalam interaksi. Tawa dapat menjadi sinyal keramahan dan niat permainan, yang menunjukkan bahwa seseorang ada dalam kerangka pemikiran yang tidak serius. Tawa menyertai gurauan yang ramah, contohnya, tanda yang tampaknya merupakan pesan yang menghina tetapi tidak ditanggapi secara serius. Tujuan tawa bukan hanya untuk mengkomunikasikan bahwa seseorang ada dalam keadaan bersenang-senang, tetapi sebenarnya untuk membujuk keadaan ini juga pada orang lain.

Proses-proses humor tersebut mempengaruhi humor styles yang digunakan mahasiswa dalam merespon humor dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Humor Styles ialah perbedaan individu dalam penggunaan humor di kehidupan

(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA bedakan menjadi affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, dan

self-defeating humor.

Affiliative humor adalah jenis humor yang digunaan mahasiswa untuk

menjalin relasi dengan lingkungannya dengan cara menceritakan hal-hal yang lucu, melemparkan canda atau banyolan, senang menghibur orang secara spontan. Tujuan dari jenis humor ini adalah memudahkan mahasiswa dalam hubungan relasi, meningkatkan keeratan dan ketertarikan secara interpersonal terhadap teman dan keluarga. Selain itu dengan jenis humor ini diharapkan dapat meredakan ketegangan interpersonal.

Self-enhancing humor adalah jenis humor yang digunakan oleh mahasiswa

dengan melibatkan pandangan yang humoris terhadap hidup, suatu kecenderungan merasa terhibur dengan ketidakpastian hidup dan memiliki perspektif yang humoris bahkan saat menghadapi stress atau kemalangan. Jenis gaya humor ini berkaitan dengan konsep coping dengan humor, juga dengan perspektif menerima humor dan penggunaan humor sebagai regulasi emosi. Jenis gaya humor ini juga konsisten dengan definisi humor yang diungkapkan oleh Freud, yaitu sebagai suatu mekanisme pertahanan diri yang sehat. Mekanisme pertahanan diri ini memungkinkan seseorang untuk menghindari emosi negatif sambil tetap mempertahankan perspektif yang realistik dalan suatu situasi yang berpotensi tidak menyenangkan (Freud, 1928, dalam Martin, et al., 2007).

Aggressive humor adalah jenis humor yang digunakan oleh mahasiswa

(25)

16

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA untuk memanipulasi orang dan secara tidak langsung menghina. Secara umum,

style ini berhubungan dengan kecenderungan mengeksplorasi diri dengan

mengekspresikan humor tanpa memikirkan dampaknya pada orang lain.

Self-defeating humor adalah jenis humor yang digunakan oleh mahasiswa

dengan menghina diri sendiri, berusaha untuk menghibur orang lain dengan melakukan atau mengatakan hal-hal yang lucu mengenai diri sendiri, agar bisa diterima atau mendapatkan persetujuan, membiarkan dirinya dijadikan bahan ejekan orang lain, dan tertawa bersama dengan yang lain saat dijadikan bahan hinaan atau ejekan. Style ini juga berkaitan dengan humor sebagai bentuk dari penyangkalan untuk mempertahankan diri, atau kecenderungan untuk melakukan perilaku yang terkait dengan humor sebagai cara untuk menyembunyikan perasaan negatif atau cara menghindari masalah. Walaupun yang menggunakan humor dengan cara ini akan terlihat lucu atau menghibur, namun terdapat elemen kebutuhan emosional (emotional needness), penghindaran (avoidance) dan

self-esteem yang rendah (Fabrizi & Pollio, 1987 dalam Martin, et al., 2007). Jadi,

mahasiswa yang menggunakan self-defeating humor dapat dianggap sebagai orang yang percaya diri oleh teman-temannya, tetapi ia memiliki self-esteem yang rendah.

(26)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA tugas dan tuntutan tersebut tidak jarang membuat mahasiwa kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyebabkan mahasiswa mengalami stress.

Stress dapat menimbulkan ketegangan secara fisik, psikologis dan sistem

sosial (Sarafino, 2002). Stress dapat memengaruhi kondisi fisik mahasiswa. Saat mahasiswa mengalami stress reaksi fisik yang ditunjukan sangat beragam, dari mulai berkeringat, bibir mengering, meningkatnya detak jantung, sakit kepala hingga memunculkan simptom fisik tertentu. Walter Cannon (1929, dalam Sarafino, 2002) mengungkapkan penjelasan dasar mengenai reaksi tubuh terhadap situasi yang “membahayakan” dirinya. Dalam situasi yang dianggap “berbahaya”,

sistem saraf simpatik akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan endokrin untuk mengsekresi epineprin, untuk “membangkitkan” (arouses) tubuh.

Jadi reaksi fisik yang tampak pada mahasiswa saat menghadapi stress merupakan dampak dari fungsi sistem saraf untuk memperingatkan diri bahwa situasi tersebut mengandung bahaya.

Secara psikologis, stress dapat merusak fungsi kognitif dan sering kali mengganggu konsentrasi. Stress dapat menyebabkan mahasiswa mudah kehilangan konsenrasi dalam belajar, kesulitan dalam menerima pelajaran, mudah menyerah, tidak dapat berfikir jernih (berfikir pendek), mudah terhasut atau terprovokasi dan sebagainya. Dalam penelitian Evan, et al. (1995; dalam Sarafino, 2002) ,menggunakan indikator suara bising yang dihasilkan dari pesawat sebagai sumber stressor. Anak yang tinggal dekat dengan bandara memiliki level hormon

(27)

18

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA rendah dan memori jangka panjang yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak tinggal di daerah bandara.

Stress juga dapat mengganggu emosi mahasiswa. Emosi cenderung

menyertai stress dan kebanyakan mahasiswa menggunakan kondisi emosi yang dialaminya sebagai indikator stress yang dialaminya. Mahasiswa yang mengalami stress akan mudah merasa marah, gelisah, ketakutan, bereaksi yang berlebihan, mudah tersinggung dan sebagainya. Salah satu bentuk situasi stress yang menyebabkan ketidaknyamanan emosi adalah ketakutan dan marah. Ketakuan (fear) merupakan reaksi emosi yang didalamnya terdapat ketidaknyamanan psikologis dan physical arousal saat merasa dalam ancaman. Marah adalah bentuk reaksi emosi untuk menunjukan stress ketika menghadapi situasi yang membahayakan atau frustrasi.

(28)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1984). Walaupun mahasiswa mengalami stressor yang sama, namun mahasiswa yang satu akan menghayati stressor tersebut berdeda dengan mahasiswa yang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya penilaian yang berbeda yang dilakukan mahasiswa terhadap stressor.

Salah satu bentuk penilaian kognitif yang dapat mengurangi dampak negatif dari stress ialah humor. Hal tersebut didukung oleh beberapa hasil penelitian (Martin & Leftcourt, 1983; Dixon 1980; Abel, 2002; Martin, 2003). Penelitian Martin & Leftcourt (1983) memperlihatkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat sense of humor tinggi dan dapat menciptakan humor dalam situasi sulit, lebih tidak terpengaruh oleh kejadian negatif dalam hidup. Kejadian negatif dalam hidup tersebut digunakan untuk memprediksi tingkat stress, semakin banyak kejadian negatif yang dialami maka semakin tinggi tingkat stress. Dengan kata lain tingginya tingkat sense of humor berhubungan dengan rendahnya tingkat stress.

Penelitian yang dilakukan oleh Martin (2010) ditemukan bahwa humor

styles memiliki hubungan dengan derajat stress yang dialami. Berdasarkan

penelitian tersebut dilaporkan bahwa mahasiswa yang sering menggunakan

affiliative humor dan self-enhancing humor memimiliki derajat stress yang

cenderung rendah. Sebagai contoh, mahasiswa yang melontarkan tebakan atau cerita lucu saat berkumpul bersama temannya cenderung lebih merasa tenang karena dengan humor suasana menjadi lebih cair dan menyenangkan. Mahasiswa yang lebih sering menggunakan aggresive humor cenderung memiliki derajat

(29)

20

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA bersama teman-temannya. Walaupun temannya bisa tertawa dan suasana menjadi lebih mencair, namun mahasiswa merasa self-esteem-nya rendah sehingga berperilaku seperti itu.

(30)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y”

Universitas “X” Bandung

Tahap perkembangan

remaja akhir

Proses Humor : (1) Konteks Sosial (2) Proses Perseptual Kognitif

(3) Respon Emosional (4) Ekspresi Humor

Humor Styles:

- Affiliative humor

- Self-Enhancing humor

- Aggrresive humor

- Self-Defeated humor

(31)

22

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.6. Asumsi Penelitian

Berdasarkan isi dan tujuannya, humor style pada mahasiswa tahun pertama

Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung dapat dibedakan berdasarkan empat jenis.

Mahasiswa tahun pertama memiliki empat humor styles dalam dirinya

yaitu affiliative humor, enhancing humor, aggressive humor, dan

self-defeating humor.

Cognitive appraisal yang berbeda pada mahasiswa tahun pertama Fakultas

“Y” Universitas “X” Bandung menghasilkan penghayatan stress yang

berbeda pada mahasiswa tahun pertama.

Reaksi stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung dapat dilihat dari aspek fisiologis, psikologis dan seistem

sosial.

Humor merupakan salah satu bentuk dari emotional coping strategy.

 Humor pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X”

Bandung dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress.

1.7. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara affiliative humor dan

stress pada mahasiswa.

Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-enhancing humor dan

(32)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHATerdapat hubungan positif yang signifikan antara aggressive humor dan

stress pada mahasiswa.

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-defeating humor dan

(33)

79 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dan pembahasan data pada bab VI, dapat ditarik kesimpulan mengenai hubungan humor styles dan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara humor styles dan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara affiliative humor dan

stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X”

Bandung.

3. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-enhancing humor dan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

4. Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara aggressive humor dan stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X” Bandung.

5. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-defeating humor dan

stress pada mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X”

Bandung.

(34)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 7. Sebagian besar mahasiswa tahun pertama Fakultas “Y” Universitas “X”

Bandung memiliki stress yang tergolong tinggi.

8. Sebagian besar mahasiswa yang lebih sering menggunakan affiliative

humor style, memiliki stress yang tergolong tinggi. Hal ini dipengaruhi

oleh faktor budaya.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Penelitian

Bagi peneliti selanjutnya mengenai humor style dan stress dapat disarankan untuk :

1. Memperbanyak jumlah sampel penelitian dan melakukan kontrol terhadap jenis kelamin, usia dan suku bangsa sampel agar proposisi penyebarannya merata.

2. Menggunakan satuan pengukuran intensitas pada opsi jawaban di alat ukur yang digunakan.

5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran praktis, yaitu:

(35)

81

(36)

82 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Berry, John B. 1997.Cross-Cultural Psychology vol. 3: Social Behavior and

Applications, second edition. Boston : Allyn & Bacon.

_____________ 1999. Perilaku Sosial, dalam Psikologi Lintas-Budaya Riset dan Aplikasi. Jakarta : Gramedia

Cann, A., Stilwell, K., Taku, K. 2010. Humor Styles, Positive Personality and Health. Europe’s Journal of Psychology, 3, 213 – 235.

Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. 2000. Psikologi praktis: Anak, remaja & keluarga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Kumar, R. 1999. Research Methodology :A Step-by-Step Guided for Beginners. New Delhi : SAGE Publications.

Lazarus, R. S., Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York : Springer.

Martin, R. A. 2007. The Psychology of Humor: An Integrative Approach. Burlington, MA : Elsevier Academic Press.

____________, Edward, K. R. 2010. Humor Creation Ability and Mental Health:

Are Funny People more Psychologically Healthy?. Europe’s Journal of Psychology, 3, 196-212.

____________, Puhlik-Doris, P., Larsen, G., Gray, J., & Weir, K. 2003.

(37)

83

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Rahmandji, Didiek. 2007. Sejarah, Teori, Jenis dan Fungsi Humor. Jurnal jurusan

seni dan desain FS UM, 35, 213 – 221.

Sarafino, E. P. 2002. Health psychology: Biopsychosocial interaction (4nd ed.). New York : John Wiley & sons, Inc.

Saroglou, V., Scariot, C. 2002. Humor Styles Questionnaire : Personalty and

Educational Corellates in Belgian High Schoool and Collage Students. European Journal of Personality, 16, 43 – 54.

Sarwono, S.W. 2005. Aspek Psiko-sosial dari Humor, dalam Psikologi dalam praktek. Jakarta : Restu Agung.

Silalahi, U. 2010. Metode Peneltian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

(38)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR RUJUKAN

Fakulltas Psikologi. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi III. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/ diakses 2 Oktober 2011

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

http://reocities.com/tokyo/9884/humor2.htm diakses 20 September 2011

http://www.pulih.or.id/res/publikasi/apa%20itu%20stres.pdf diakses 2 Oktober 2011

http://www.selfesteemawareness.com/reduce-stress.htm diakses pada 30 Januari 2012

Referensi

Dokumen terkait

Petani melon di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan menggunakan jenis pestisida insektisida dan fungisida sistemik untuk tanaman melon cukup

Dokumen rekam medis rawat inap yang telah pulang rawat inap diisi secara lengkap, benar dan jelas oleh tenaga medis, para medis atau tenaga kesehatan lainnya pada saat

oleh jaksa penuntut umum terhadap pelaku tindak pidana. anak di Kejaksaan

Penjelasan terhadap Pasal 45 ayat 1 berkaitan dengan kepemilikan rumah susun umum yang biasanya di selenggarakan oleh pemerintah di bawah kendali BUMN yang pada

Perbedaan yang paling signifikan adalah pada unsur Syariah Islam sebagai ketentuan yang harus dipatuhi tidak hanya dalam proses penyusunan laporan keuangan dalam berbagai

Mereka menyadari bahwa keputusan mereka untuk bekerja menjadi juru parkir akan mendapatkan pandangan miring dari masyarakat karena masih banyak masyarakat yang menganggap pekerjaan

Studi deskriptif aspek permodalan koperasi dalam Implementasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah