• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR PENYETORAAN UANG RUPIAH OLEH BANK UMUM PADA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSEDUR PENYETORAAN UANG RUPIAH OLEH BANK UMUM PADA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENYETORAN UANG RUPIAH OLEH

BANK UMUM PADA KANTOR PERWAKILAN

BANK INDONESIA PROVINSI BALI

Oleh :

AMELIA NUR PUTRI RAMADHANI

NIM : 1306013065

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

PROSEDUR PENYETORAN UANG RUPIAH OLEH

BANK UMUM PADA KANTOR PERWAKILAN

BANK INDONESIA PROVINSI BALI

Oleh:

AMELIA NUR PUTRI RAMADHANI NIM :1306013065

Tugas Akhir Studi Ini Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 1 Juni 2016

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE., M.Si. ………..

2. Sekretaris : I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. ………..

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Swt atau Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Prosedur Penyetoran Uang Rupiah pada Bank Umum pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. selaku Ketua Program Diploma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

(5)

iv

5. Bapak I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. selaku Pembimbing Akademik (PA) Selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama

mengikuti perkuliahan pada Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Ibu Dewi Setyowati, selaku Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang telah memberikan penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

8. Pak Ahmad, Pak Wayan, Pak Umran, Pak Rai, Pak Agustin, Bu Sonya, Bu Ganis, Bu Wilda, Bu Tesa, Pak Trio, Bu Yeni, dan Seluruh staff karyawan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang telah mendampingi serta memberikan pengarahan pada saat PKL.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengelaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi yang berkepentingan. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Denpasar, 09 Mei 2016

(6)

v

Judul : Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum Pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Nama : Amelia Nur Putri Ramadhani NIM : 1306013065

ABSTRAK

Bank Indonesia atau lebih dikenal dengan Bank Sentral Republik Indonesia adalah Lembaga Negara Independen yang memiliki tugas dan wewenang bebas dari campur tangan pemerintah atau pihak lain. Salah satu tugas Bank Indonesia adalah menjaga kelancaran sistem pembayaran. Pembayaran menjadi komponen yang sangat penting bagi setiap perdagangan dan jasa, terutama bagi perbankan khususnya bank umum sebagai lembaga keuangan. Pengelolaan kas di industri perbankan menjadi perhatian khusus karena sangat terkait dengan risiko likuiditas, risiko operasional, dan profitabilitas dari suatu bank, untuk itu perlu adanya pengelolaan yang baik atas uang kas tersebut. Untuk dapat memenuhi likuiditasnya, Bank Umum perlu melakukan penyetoran uang di Bank Indonesia dengan memanfaatkan teknologi sistem informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia yaitu Sistem BI-RTGS. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

Dalam penelitian yang dilakukan, jenis data yang digunakan oleh penulis adalah data kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Semua data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prosedur penyetoran uang rupiah oleh Bank Umum di Kantor Perwakilan Bank Indonesia khususnya pada KPwBI Denpasar sudah efektif dan efisien dengan adanya Sistem BI-RTGS yang berfungsi sebagai media online dalam merencanakan pelaksanaan pembayaran seperti penyetoran, penarikan dan lain sebagainya oleh peserta Bank Umum yang di mulai dari input melalui Sistem BI-RTGS, menyerahkan surat penunjukan dan identitas diri, lalu menyerahkan uang, dan menerima confirmation advice/completion advice sebagai tanda bukti penyetoran uang pada Bank Indonesia.

(7)

vi DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

1.2 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 5

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.2.2 Kegunaan Penelitian ... 5

1.3 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur ... 7

2.2 Pengertian Bank ... 7

2.3 Jenis-jenis Bank ... 8

2.4 Fungsi Bank ... 9

2.5 Pengertian Bank Indonesia sebagai Bank Sentral ... 10

2.6 Peran Bank Indonesia ... 11

2.9.3 Pengertian Sistem Pembayaran ... 22

2.9.4 Alat pembayaran tunai ... 22

2.10 Pengertian Sistem BI-RTGS ... 24

2.11 Tujuan BI-RTGS ... 25

2.12 Penyelenggara BI-RTGS ... 25

(8)

vii BAB III PENUTUP

3.1. Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Objek Penelitian ... 29

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.3.1. Jenis Data ... 29

3.3.2. Sumber Data ... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 32

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 32

4.1.2 Bidang Tugas/ Kegiatan Institusi ... 39

4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 42

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum di KPwBI provinsi Bali ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 55

5.2. Saran ... 56

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

4.1. Stuktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali ... 43 4.2. Struktur Jabatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali ... 45 4.3. Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum KPwBI Provinsi

(10)

ix

DAFTAR TABEL

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash seperti paper based (cek dan giro) dan card based (kartu debit dan kartu kredit) tidak menghilangkan fungsi dan peran uang kartal sebagai alat pembayaran yang utama, hal ini di buktikan pada tahun 2015 dari total uang yang diedarkan 42.62% merupakan uang kartal.

Pengelolaan kas di industri perbankan menjadi perhatian khusus karena sangat terkait dengan risiko likuiditas, risiko operasional, dan profitabilitas dari suatu bank, untuk itu perlu adanya pengelolaan yang baik atas uang kas tersebut. Risiko likuiditas dipertimbangkan sebagai risiko yang utama dalam bisnis perbankan, karena risiko ini dapat menyebabkan kebangkrutan bagi sebuah bank, (Bessis, 2000). Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya risiko likuiditas tersebut, maka bank harus mempunyai asset yang likuid minimal sebanyak kewajiban lancarnya.

(12)

2

nasabah dapat menimbulkan risiko likuiditas sehingga menurunkan kepercayaan masyarakat kepada mekanisme perbankan dalam mengelola aktiva mereka.

Pada sisi pasiva bank, Dana Pihak Ketiga diurutkan berdasarkan jatuh tempo bank harus mengembalikan dana kepada nasabah atau jangka waktu dimana nasabah meminta bank untuk mengembalikan dana yang disimpannya di Bank. Secara garis besar jatuh tempo Dana Pihak Ketiga di bagi menjadi dua :

1) Berdasarkan Permintaan Nasabah, yaitu tabungan dan Giro

2) Berdasarkan Perjanjian antara Pihak Bank dan Nasabah yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Deposito

Walaupun deposito pada dasarnya hanya dapat dicairkan pada waktu tertentu, namun nasabah dapat mencairkan deposito tersebut kapan saja dengan kompensasi nasabah tidak mendapatkan bunga atau bahkan diberikan denda berupa potongan pokok.

Dari sisi resiko operasional, uang kartal yang merupakan aktiva yang paling likuid memerlukan pengelolaan khusus terkait dengan pengendalian internal yang memadai untuk mengantisipasi adanya kesalahan baik oleh pekerja bank itu sendiri maupun pihak lain. Potensi terjadinya pencurian uang kartal lebih besar di bandingkan dengan potensi pencurian uang giral, hal ini disebabkan:

1) Pengendalian internal dalam menjaga uang kartal pada umumnya masih bersifat manual.

(13)

3

Dalam keterkaitannya kepada resiko profitabilitas pengelolaan uang kartal pada bank memerlukan biaya yang material dalam hal baik nilai uang, biaya pengelolaan kas umumnya terdiri dari:

1) Biaya untuk memperoleh kas 2) Biaya menyimpan kas

Untuk dapat menjaga tingkat likuiditas bank perlu memiliki sejumlah uang kartal untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, namun dengan menyimpan sejumlah uang kartal tersebut bank harus mengeluarkan biaya untuk penyimpanan dan akan kehilangan kemungkinan peluang memperoleh penghasilan atas idle cash tersebut (opportunity cost). Berdasarkan data dari Bank Indonesia jumlah uang yang dikeluarkan dibandingkan dengan uang yang diterima lebih besar dengan rata-rata sisa uang yang tersisa di masyarakat setiap bulannya sebesar 14% dari jumlah uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulannya. Hal ini mengindikasikan Bank sebagai lembaga keuangan yang membantu pemerintah untuk mengedarkan dan mengelola uang masyarakat harus memiliki strategi untuk mengoptimalkan saldo Kas.

(14)

4

Untuk dapat memenuhi likuiditasnya di tambah lagi dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia, No. 9/37/DPU Bank Umum perlu mengetahui serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia perihal prosedur penyetoran dan penarikan uang rupiah di Bank Indonesia sehingga seluruh visi dan misi perusahaan tersebut dapat tercapai. Berbeda dengan industri lain, pengelolaan uang kas di bank memiliki kesulitan yang lebih dikarenakan:

1) Penerimaan uang kas dari penyetoran dana pihak ketiga nasabah sulit untuk di perkirakan.

2) Kesulitan dalam menyalurkan kelebihan uang yang dimiliki, antara lain disebabkan:

a. Bank tidak dapat melakukan penyetoran uang kas ke Bank Indonesia setiap saat.

b. Transaksi penukaran uang antar Bank (TUKAB) dilakukan dengan biaya yang tinggi dan harus menunggu.

(15)

5

Atas dasar latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini akan membahas tentang “Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali”.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia.

1.2.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat yang mengacu baik dari segi teoritis maupun praktis.

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu atau wawasan, dan informasi serta bahan referensi bagi mahasiswa/i yang terkait mengenai Prosedur Penyetoran Uang Rupiah oleh Bank Umum di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali.

2) Manfaat Praktis

(16)

6 1.3 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dan susunan laporan ini, maka berikut ini dikemukakan sistematika dari masing-masing bab yakni:

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, kegunaan penelitian, sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori BAB III Metode Penelitian

Bab ini disajikan lokasi penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini membahas gambaran umum daerah atau deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Simpulan dan Saran

(17)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Prosedur

Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melakukan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prosedur adalah :

1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.

2) Metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan masalah. Menurut Mulyadi (2001:5) mendefinisikan Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Dengan demikian, prosedur adalah serangkaian urutan kegiatan yang saling berhubungan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen sehingga membutuhkan metode atau cara kerja dalam memecahkan suatu masalah.

2.2.Pengertian Bank

(18)

8

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pengertian Bank menurut Kasmir (2004) dalam bukunya Manajemen

Perbankan, secara sederhana bank dapat diartikan sebagai “lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.

2.3.Jenis-jenis Bank

Berbicara mengenai jenis bank, maka dilihat dari fungsinya jenis-jenis bank ada 3 (tiga) yaitu :

(19)

9

maka bank sentral dapat mengatur dengan instrumen dan otoritas yang mereka miliki.

2) Bank Umum, yakni merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan baik secara konvensional maupun syariah, serta melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersil (Dahlan S. 2005:276)

3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau yang didasarkan pada suatu prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak dapat memberikan jasa di dalam lalu lintas pembayaran (Kasmir, 2002:33:34). Artinya bahwa BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

4) Bank Syariah, yakni jenis bank yang beroperasi dengan berdasarkan prinsip bagi hasil maupun sesuai dengan kaidah ajaran islam mengenai hukum riba.

2.4.Fungsi Bank

1) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Trust

(20)

10

2) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Development

Fungsi bank sebagai Agent Of Development yaitu suatu lembaga yang memobilisasi dana yang berguna untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatan bank tersebut berupa penghimpun dan juga penyalur dana sangatlah diperlukan bagi lancarnya suatu kegiatan perekonomian di sektor rill. Dalam hal tersebut bank memungkinkan masyarakat itu untuk melakukan kegiatan untuk investasi, distribusi, dan juga kegiatan konsumsi barang serta jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan juga konsumsi tidak terlepas dari adanya penggunaan uang. 3) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Services

Fungsi bank sebagai agent of service ialah merupakan lembaga yang memberikan suatu pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal tersebut bank memberikan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat agar masyarakat tersebut merasa aman dan juga nyaman dalam menyimpan dananya itu. Jasa yang ditawarkan di dalam bank tersebut sangat erat kaitannya dengan suatu kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

2.5.Pengertian Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

(21)

11

pengaruh pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang tegas diatur dalam Undang-Undang.

2.6.Peran Bank Indonesia

1) Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

(22)

12

Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun arsitektur perbankan Indonesia dan rencana implementasi basel II.

(23)

13

otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

4) Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macro prudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macropundential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

(24)

14

likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

2.7.Pengertian Uang

Uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai alat tukar menukar dalam lalu lintas perekonomian. Yang dapat dipakai untuk melakukan pembayaran baik barang, jasa, maupun hutang baik sekarang maupun di kemudian hari.

Uang adalah suatu benda dengan satuan hitung tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dalam berbagai transaksi dan berlaku di dalam wilayah tertentu. Uang diciptakan dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar-menukar barang dan perdagangan. Uang disebut juga sebagai alat pertukaran yang sah.

(25)

15

(2003), ia menyebutkan bahwa uang adalah segala sesuatu yang tersedia dan umumnya diterima umum sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, serta untuk pelunasan utang. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Uangdalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

Dengan demikian, uang adalah segala sesuatu (benda) yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran, alat tukar-menukar atau perdagangan yang sah.

2.9.Fungsi Uang

Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan

(26)

16

Fungsi asli uang ada 3 (tiga), yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai.

1) Uang berfungsi sebagai alat tukar (medium of exchange) yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. 2) Uang juga berfungsi sebagai sarana hitung (unit of account)

karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.

3) Uang berfungsi sebagai alat penyimpanan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seseorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

2.9.2. Fungsi Turunan

(27)

17

Kebutuhan manusia akan barang dan jasa yang semakin bertambah dan beragam tidak dapat dipenuhi melalui cara tukar-menukar atau barter.

2) Uang sebagai alat pembayaran utang

Uang dapat digunakan untuk mengukur pembayaran pada masa yang akan datang.

3) Uang sebagai alat penimbun kekayaan

Sebagian orang biasanya tidak menghabiskan semua uang yang dimilikinya untuk keperluan konsumsi. Ada sebagian uang yang disisihkan dan ditabung untuk keperluan di masa mendatang.

4) Uang sebagai alat pemindah kekayaan

Seseorang yang hendak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dapat memindahkan kekayaannya yang berupa tanah dan bangunan rumah ke dalam bentuk uang dengan cara menjualnya. Di tempat yang baru dia dapat membeli rumah yang baru dengan menggunakan hasil penjualan rumah yang lama.

5) Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi

(28)

18 2.10. Jenis-jenis Uang

Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (common money) dan uang giral.

2.10.1.Uang Kartal

Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Menurut undang-undang Bank Sentral No. 23 Tahun 1999 pasal 19, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan Uang Logam dan Uang Kertas. Hak tunggal untuk mengeluarkan uang yang dimiliki oleh Bank Indonesia tersebut disebut hak oktroi.

Menurut undang-undang pokok Bank Indonesia No. 11 Tahun 1953, terdapat 2 (dua) jenis uang kartal, yaitu uang negara dan uang bank. Uang negara adalah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, terbuat dari plastic yang memiliki ciri-ciri :

1) Dikeluarkan oleh pemerintah 2) Dijamin oleh undang-undang

3) Bertuliskan nama negara yang mengeluarkannya 4) Ditanda tangani oleh menteri keuangan

Namun, sejak berlaku nya undang-undang No. 13/1968, uang negara dihentikan peredaraannya dan diganti dengan uang bank. Uang bank adalah uang yang dikeluarkan oleh bank sentral berupa uang logam dan uang kertas. Ciri-cirinya sebagai berikut :

(29)

19

2) Dijamin dengan emas atau valuta asing yang disimpan di bank sentral

3) Bertuliskan nama Bank Sentral Negara yang bersangkutan (di Indonesia : Bank Indonesia)

4) Ditandatangani oleh gubernur Bank Sentral Jenis uang kartal menurut bahan pembuatannya : 1) Uang logam

Uang logam adalah uang yang terbuat dari logam, biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai. Uang logam memiliki 3 macam nilai, yaitu :

a. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang, misalnya berapa nilai emas dan perak yang digunakan untuk mata uang.

b. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada mata uang. Misalnya seratus rupiah (Rp. 100,00) , atau lima ratus rupiah (Rp.500,00). c. Nilai tukar, yaitu kemampuan uang untuk dapat ditukarkan

(30)

20

sedangkan Rp.10.000,00 dapat ditukarkan dengan semangkuk bakso.

Karakteristik Uang Logam Rupiah

Beberapa karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam Rupiah antara lain :

a. Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara kasat mata dan kasat raba.

b. Uang logam menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung zat yang membahayakan.

c. Uang logam yang dikeluarkan dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak terlalu berat.

d. Uang logam rupiah berbentuk bulat, dengan bagian samping bergerigi atau tidak bergerigi.

Tabel 2.1 Kriteria Uang Logam Layak Edar

No Kriteria

1 Tidak berubah warna 2 Tidak berlubang 3 Tidak hilang sebagian 4 Tidak terpotong 5 Tidak bengkok/ lekuk

2) Uang Kertas

(31)

21

dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).

Uang kertas yang dapat diedarkan kembali adalah uang yang memenuhi kriteria layak edar sebagaimana yang dijelaskan dalam buku standar kualitas ini :

a. Uang Rupiah asli bukan Uang Rupiah palsu atau yang diduga palsu.

b. Emisi Uang yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan belum dinyatakan dicabut dan ditarik dari peredaran.

c. Uang tersebut tidak mengalami kerusakan (lubang, robek, selotip, terbakar, dan hilang sebagian) yang besarnya tidak melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Tabel 2.2 Kriteria Kualitas Uang Kertas Layak Edar

No Kriteria Standar Kualitas

(32)

22 2.10.2.Uang Giral

Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau telegraphic transfer. Di Indonesia yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia.

Keuntungan menggunakan uang giral adalah :

1) Memudahkan pembayaran karena tidak perlu menghitung uang 2) Alat pembayaran yang dapat diterima untuk jumlah yang tidak terbatas, nilai sesuai dengan yang membutuhkan (yang ditulis oleh pemilik cek/ bilyet giro)

3) Lebih aman karena risiko uang hilang lebih kecil dan bila hilang bisa segera dilaporkan ke bank yang mengeluarkan cek/ bilyet giro dengan cara pemblokiran.

2.10.3.Pengertian Sistem Pembayaran

(33)

23

dalam Sistem Pembayaran yaitu setiap adanya barang tentu harus ada alat pembayaran, ada mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir (settlement). selain itu, juga ada komponen lain seperti lembaga yang terlibat dalam menyelenggarakan sistem pembayaran. Termasuk dalam hal ini adalah bank, lembaga keuangan selain bank, lembaga bukan bank penyelenggara transfer dana, perusahaan switching bahkan hingga bank sentral. Didalam system pembayaran terdapat alat pembayaran tunai dan alat pembayaran non tunai.

2.10.4.Alat pembayaran tunai

Pembayaran tunai atau yang biasa disebut dengan pembayaran cash, merupakan pembayaran atas harga barang atau jasa secara tunai, dimana pihak pembeli menyerahkan uang sebagai bukti pembayaran sebesar harga barang yang dibeli bersamaan dengan surat pesanan. Pembayaran tunai ini biasanya dilakukan dengan menggunakan uang tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam. Alat pembayaran non tunai

Pembayaran non tunai adalah pembayaran yang dilakukan dengan cara:

1) Bayar dimuka yaitu pembayaran harga sebelum barang

(34)

24

2) Bayar dibelakang, yaitu pembayaran yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu setelah barang diterima.

3) COD (cash on delivery), dimana pembayaran dilakukan pada waktu barang diserahkan pada pembeli, dan ada pula yang pembayaran dilakukan pada waktu dokumen tiba.

Instrumen pembayaran non tunai dapat dibagi atas alat pembayaran non tunai dengan media kertas, seperti cek, bilyet giro, wesel, dll, serta alat pembayaran non tunai dengan media kartu (plastic money) seperti: kartu kredit, kartu debit, kartu ATM, dll. Dengan demikian karena adanya cara pembayaran tunai atau kartu kredit tsb, maka transaksi pembelian dan penjualan dapat dibedakan menjadi: pembelian tunai, pembelian kredit (non tunai), penjualan tunai dan penjualan kredit (non tunai).

2.11. Pengertian Sistem BI-RTGS

(35)

25

Transaksi HVPS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai system pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System).

BI-RTGS didesain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan secara gross settlement, real time, final, dan irrevocable. Penyelesaian transaksi BI-RTGS dilakukan per transaksi secara seketika dan tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real time terbatas pada proses pengiriman transaksi dari peserta pengirim kepada Bank Indonesia untuk diteruskan kepada peserta penerima. Sementara itu waktu penyelesaian akhir transaksi transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan kondisi dan standar system pemrosesan pengiriman dan penerimaan transaksi di internal peserta, sehingga dapat saja terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian akhir pada BI-RTGS dengan penerimaan transfer dana pada rekening nasabah.

2.12. Tujuan BI-RTGS

Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement finally) setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi risiko penyelesaian akhir (minimizing settlement risk), BI-RTGS juga menjadi sarana transfer dana antar-bank yang

(36)

26

baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter dan perbankan. Bagi otoritas informasi mengenai pengelolaan dana perbankan menjadi informasi pendukung dalam menjalankan kegiatan operasi moneter dan early warning system pengawasan bank.

2.13. Penyelenggara BI-RTGS

1) Bank Indonesia sebagai otoritas

Sesuai UU Bank Indonesia No. 23/1999 jo No.3/2004 jo No. 6/2009 pasal 8 dinyatakan bahwa salah satu tugas Bank Indonesia mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran. Dalam rangka menjalankan tugas yang diembannya, Bank Indonesia berwenang dalam melaksanakan dan memberi ijin penyelenggaraan jasa system pembayaran; mewajibkan Penyelenggara system pembayaran untuk menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia, dan menetapkan penggunaan alat pembayaran (pasal 15).

Fungsi Bank Indonesia sebagai otoritas system pembayaran termasuk berperan sebagai pembuat ketentuan (Regulator) dan pengawas (Overseer) BI-RTGS. Dalam menjalankan peran sebagai regulator, Bank Indonesia menetapkan landasan hukum yang kuat untuk penerapan system BI-RTGS dan menentukan peran dan tanggung jawab penyelenggara dan peserta system BI-RTGS.

(37)

27

prinsip pada 10 Core principles for Systematically Important Payment System (CP-SIPS) dari Bank for International Settlement seperti yang

diatur dalam peraturan Sistem BI-RTGS untuk mendukung stabilitas system keuangan dengan memperhatikan prinsip perlindungan konsumen. Fungsi pengawasan dilakukan melalui pembuatan ketentuan, pertemuan konsultasi dengan penyelenggara, monitoring, dan assessment.

2) Bank Indonesia sebagai Penyelenggara (Operator) Sistem BI-RTGS Dalam menjalankan peran sebagai penyelenggara (Operator) memiliki tanggung jawab, antara lain :

a. Menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman, dan handal.

b. Memberikan penjelasan kepada peserta mengenai risiko finansial sehubungan keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko tersebut.

c. Memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan BI-RTGS oleh peserta.

2.14. Peserta BI-RTGS

(38)

28

RTGS dengan menggunakan identitas sendiri. Sedangkan peserta tidak langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas peserta langsung.

Hubungan hukum antara peserta dengan Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Sistem BI-RTGS tertuang dalam perjanjian penggunaan system BI-RTGS. Dalam perjanjian tersebut diatur berbagai klausa mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab antara peserta dan penyelenggara Sistem BI-RTGS.

Disamping ketentuan dan perjanjian antar peserta dan penyelenggara yang menjadi landasan penyelenggaraan keseharian BI-RTGS, terdapat pula hal-hal teknis yang diatur dengan menggunakan Bye Laws BI-RTGS. Ketentuan dalam Bye Laws merupakan kesepakatan teknis antar peserta yang belum diatur dalam ketentuan BI ataupun dalam perjanjian.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Uang Logam Layak Edar
Tabel 2.2 Kriteria Kualitas Uang Kertas Layak Edar

Referensi

Dokumen terkait

ةيموكلحا ةيلاعلا ةسردلدا فى ٖ وى ةيبرعلا ةغللا ميلعت فاك ،للاويوب ىانلدا نم دحأ عوبسلاا فى ةرم ةيبرعلا ةغللا ميلعت ىضق ك .ةيجهنملبلا ج ا ـولع مسقل ةيعيبطلا ( IPA

Untuk bisa lebih memahami doktrin puritanisme terhadap perkembangan Pendidikan di Amerika pada masa colonial, maka melalui tulisan singkat ini akan dibahas bagaimana kelompok

Berdasarkan pembahasan dari penelitian ten tang Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Buku Cetak dapat diambil ke- simpulan bahwa pembuatan laporan kredit buku

Selanjutnya para anggota dari tim yang berbeda bertemu untuk diskusi dalam (tim ahli). Pada saat kegiatan diskusi berlangsung siswa memiliki tanggung jawab yaitu menjelaskan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember adalah

Perusahaan botol minuman kemasan plastik di Pandaan Kabupaten Pasuruan yaitu PT. Pengiriman dilakukan tiga kali dalam sebulan, sehingga kalau dirata-rata mencapai

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan modul pembelajaran fuzzy yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modul yang dikembangkan terdiri dari modul fuzzy untuk

Urat Daun (Daun Muda).. Karakteristik warna daun muda tanaman kakao pada setiap hasil persilangan.. 2) menunjukkan bahwa terdapat beberapa genotipe yang berbeda nyata