• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF MELALUI UNIT PENGEMBANG KESEHATAN MASYARAKAT (STUDI KASUS RUMAH SAKIT KRISTEN NGESTI WALUYO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF MELALUI UNIT PENGEMBANG KESEHATAN MASYARAKAT (STUDI KASUS RUMAH SAKIT KRISTEN NGESTI WALUYO)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF MELALUI UNIT PENGEMBANG KESEHATAN MASYARAKAT

(STUDI KASUS RUMAH SAKIT KRISTEN NGESTI WALUYO) Artikel Ilmiah

Oleh :

Rifaldi Sapta Wirawan 602015701 Dra. Lina Sinatra Wijaya, M.A

PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA April 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Pendahuluan

Di zaman sekarang masyarakat semakin sadar akan layanan kesehatan yang terbaik.

Beberapa contohnya adalah kini masyarakat tidak sungkan lagi mempertanyakan perawatan alternatif yang sesuai dengan kondisi keuangannya. Masyarakat juga kini semakin kritis mempertanyakan tentang sudah sterilkah peralatan yang akan di gunakan. Bila ada pelayanan yang kurang memuaskan, masyarakat saat ini tidak sungkan lagi menegur staff medis dan memberikan kritik mau pun saran melalu kotak saran. Singkatnya masyarakat ingin yang terbaik untuk diri mereka sesuai dengan kondisinya. Untuk menghadapi hal ini, pemerintah melalui kementerian kesehatan melakukan akreditasi rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit di Indonesia, dasar hukum untuk pelaksanaan ini terdapat pada UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.

Akreditasi ini memiliki arti suatu pengakuan dari pemerintah bahwa semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit, sudah sesuai dengan standar dan prosedur yang di berlakukan kepada pasien. Semakin baik dan cepat pelayanan sebuah rumah sakit maka citra yang terbentuk di masyarakat akan semakin baik pula, oleh karena itu pelayanan harus tetap di jaga dengan baik selain dari pelayanan sarana dan prasarana harus di jaga oleh semua staff rumah sakit.

Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo adalah salah satu dari beberapa rumah sakit besar yang ada di Parakan, Jawa Tengah. Rumah sakit ini adalah salah satu dari rumah sakit yang mendapatkan bintang 5 paripurna. Unit pengembang kesehatan masyarakat adalah salah satu bagian yang ada di Rumah Sakit Ngesti Waluyo yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan di luar rumah sakit, unit ini juga memiliki peranan penting dalam membangun citra positif, karena unit ini adalah salah satu unit yang selalu berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Public Relations yang memiliki fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu organisasi dalam mencapai tujuan, mendefinisikan filosofi dan memfasilitasi perubahan sebuah organisasi (Lattimore, 2009, p. 4).

Dari Penjelasan di atas unit pengembangan kesehatan masyarakat yang selalu berinteraksi dengan masyarakat sekitar dapat memberikan citra positif kepada masyarakat tentang Rumah Sakit. Dari latar belakang diatas, penelitian ini akan melihat bagaimana peran public relations dalam membangun citra positif rumah sakit Ngesti Waluyo melalui unit pengembangan kesehatan masyarakat.

(7)

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan oleh Kahar, Zulfikar, & Sultan (2017) yang berjudul “Peran Humas Dalam meningkatkan citra rumah sakit Dr. Wahidin Sudiorso sebagai rumah sakit berstandar Internasional” merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran humas dalam meningkatkan citra di rumah sakit Dr. Wahidin Sudiorso sebagai rumah sakit berstandart internasional. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa peran humas rumah sakit dalam meningkatkan citra rumah sakit yang berstandart Internasional ada 5, yaitu : Peran sebagai fasilitator komunikasi dengan bertindak sebagai communicator dari rumah sakit, peran sebagai fasilitator penanganan masalah dengan membantu menangani masalah yang muncul, peran sebagai saran pemasaran dengan menjadi motor penggerak dalam meningkatkan penjualan jasa pelayanan kesehatan, media relations dengan membina hubungan baik dengan kalangan media cetak mau pun media elektronik, dan peran sebagai teknisi komunikasi dengan mengelolah sendiri berita yang akan di terbitkan di website, majalah, bulletin, dan di sebarkan melalui media sosial.

Kemudian penelitian selanjutnya di lakukan oleh Handayani (2015) yang berjudul “Peran Humas dalam meningkatkan citra rumah sakit kusta Dr. Tadjuddin Chalid Makassar”, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari tahu peran humas di rumah sakit kusta Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dan menguraikan aktifitas-aktifitas yang di lakukan oleh humas di rumah sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peran humas adalah Peran penasehat ahli dengan cara memberikan nasehat untuk konflik-konflik kecil, kemudian ditindak lanjuti oleh manajemen yang lebih tinggi; Peran fasilitator komunikasi dengan menjadi penghubung antara rumah sakit dan publiknya beserta para stakeholder-nya baik internal mau pun external; Peran fasilitator proses pemecahan masalah dengan cara menganalisis masalah yang terjadi kemudian melakukan rapat dengan direktur utama perihal pemecahan masalahnya untuk kemudian dari solusi tersebut di laksanakan; Peran Teknisi komunikasi dengan menjadi journalist in resident dalam kegiatan internal dan pembuatan press release.

Dari kedua penelitian diatas lebih menekankan peran PR secara umum, sedangkan dalam penelitian ini akan lebih melihat pada Peran PR dalam membangun citra namun melalui unit tertentu yang berada didalam Rumah Sakit, yaitu unit Pengembang Kesehatan Masyarakat

(8)

Public Relations

Humas atau Public Relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua jenis organisasi, baik itu bersifat komersil maupun non komersil , disektor pemerintahan maupun pihak swasta. (Jeffkins, 2003:2).

Cutlip dan Centre dalam bukunya Effective Public Relations menjelaskan juga bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Cutlip, 2009:7)

Public Relations juga memiliki pengertian fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu organisasi dalam mencapai tujuan, mendefinisikan filosofi, dan juga memfasilitasi perubahan sebuah organisasi (Lattimore, 2009:4)

Dari definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa Public Relations adalah seseorang yang menjalankan fungsi manajeman dan mempertahankan hubungan yang baik antara perusahaan/organisasi dengan publik di sektor pemerintahan mau pun sektor swasta yang mempengaruhi keberhasilan atau pun kegagalan sebuah organisasi.

Peran Public Relations

Menurut Dozier & Broom dalam (Ruslan, 2007:20) konsep peran PR di bagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Expert Prescriber

Sebagai seorang praktisi ahli PR yang memiliki pengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dalam mencari solusi menyelesaikan masalah dalam hubungan public dan organisasi. Hubungan antara PR dengan pihal manajemen layaknya hubungan antara dokter dan pasiennya sehingga pihak manajemen tidak terlalu aktif dalam mengambil tindakan atau mempercayai apa yang telah di sarankan oleh seorang PR dalam mengatasi persoalan organisasi.

2. Communication Facilitator

Praktisi PR bertindak sebagai mediator untuk membantu pihak manajemen dalam mendengarkan apa yang diharapkan dan di inginkan oleh publiknya sekaligus mampu menjelaskan keinginan, kebijakan dan hatapan organisasi kepihak public, sehingga dengan komunikasi dua arah tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi dari kedua belah pihak menjadi baik.

(9)

3. Problem Solving Process Facilitator

Praktisi PR dalam proses pemecahan masalah, merupakan bagian tim manajemen yang membantu pimpinan organisasi baik sebagai adviser dalam mengambil tindakan eksekusi dalam persoalan yang sedang dihadapi secara rasional dan professional.

4. Communication technician

Praktisi PR dalam hal ini sebagai journalist in resident yang menyediakan layanan teknis komunikasi atau disebut method of communication in organization

Peran PR dalam expert prescriber, communication fasilitator dan problem solving process fasilitator dikategorikan dalam peran manajerial, sedangkan communication technician dikategorikan dalam peran teknis. Ruslan dalam (Suparmo, 2011:91) menyimpulkan secara garis besar perihal peran dan fungsi humas, yakni :

1. Communicator

Memiliki kemampuan komunikasi yang baik secara langsung mau pun tidak langsung dan menggunakan semua media yang dapat di manfaatkan dalam hal mengkomunikasikan informasi.

2. Relationship

Membangun hubungan yang positif dan menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan dan kerja sama antar Lembaga yang diwakilinya dengan publik internal maupun external.

3. Back up management

Membantu manajemen dalam hal promosi, pemasaran, operasional, personalia, dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama.

4. Good image maker

Menciptakan citra yang baik adalah sebuah prestasi, reputasi dan sekaligus tujuan utama dari PR dalam menjalankan perannya didalam manajemen.

5. Creator

Kemampuan seorang PR dalam menciptakan berbagai macam program-program untuk organisasi/perusahaan/instansi sesuai dengan tujuan dan sasarannya.

6. Conceptor

Kemampuan seorang PR dalam hal writing skill yang berguna dalam menyusun dan menuliskan bebagai macam naskah yang di perlukan oleh organisasi/perusahaan/instansi.

(10)

7. Problem Solver

Seorang PR yang berada di dalam manajemen turut serta dalam mengambil tanggung jawab dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

Seorang PR yang memiliki pengalaman dan kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh organisasinya berkaitan dengan hubungan organisasi dengan publiknya. Seorang PR dalam sebuah organisasi dapat berperan sebagai Expert Prescriber, Communication Facilitator, Relations, Problem solving process facilitator, Communication Technician, Back up management, Creator dan Good image maker

Citra

Menurut Katz (dalam Ardianto & Soemirat, 2004:113) citra adalah bagaimana cara pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang atau suatu aktivitas. Ada lima jenis image yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam buku public Relations (Jeffkins, 2003:20) yakni :

1. The mirror image , yaitu bagaimana citra manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya

2. The current image, yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal.

Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image

3. The wish image yaitu, manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi yang lengkap

4. The multiple image, yaitu sejumlah individu kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan

5. Corporate image, yaitu yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

Citra yang positif dari sebuah perusahaan/organisasi/instansi merupakan sebuah asset penting karena citra yang positif memiliki dampak persepsi publik terhadap berbagai hal.

Menurut Sutojo ( dalam Nova, 2011:304), Citra perusahaan yang positif dan kuat memiliki manfaat, yaitu :

(11)

1. Daya saing jangka menengah dan jangka Panjang yang mantap 2. Menjadi perisai selama masa krisis

3. Menjadi daya Tarik eksekutif handal

4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran 5. Penghematan dalam biaya operasional METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang mendalami kasus tertentu secara mendalam dengan menggunakan pengumpulan beraneka ragam data/sumber informasi. Cresswell mendefiniskan studi kasus sebagai eksplorasi dari system yang terkait atau kasus. Suatu kasus menarik untuk di teliti karena corak khas dari kasus tersebut yang memiliki arti pada orang lain minimal pada peneliti (Raco, 2010:49).

Dalam penelitian ini, Metodologi yang digunakan adalah metodologi kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki tujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, motivasi, persepsi, tindakan dan lainnya secara holistic, dan sengan cara deskripsi dalam bentuk Bahasa dan kata-kata (Moeloeng, 2010:6) dengan pendekatan deskriptif.

Subjek dalam penelitian ini berupa hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepada dan staff unit pengembang kesehatan masyarakat rumah sakit dan pasien rumah sakit, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peran humas dalam meningkatkan citra rumah sakit. Teknik Analisis data dilakukan dengan mengkaji seluruh data yang didapat melalui hasil wawancara, serta observasi yang kemudian direduksi dengan cara menulis rangkuman dan memilah data sesuai dengan kategorinya. Selanjutnya untuk melakukan validasi data dilakukan menggunakan trianggulasi dengan sumber data yaitu membandingkan dengan hasil pengamatan, pernyataan informan dan penulis, situasi penelitian, keadaan dan perspektif, serta hasil wawancara dan isi dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini akan menunjukan gambaran dari keseluruhan data yang telah diamati.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam wawancara dan observasi yang lakukan ditemukan bahwa peran PR yang di lakukan UPKM dalam membangun citra positif, antara lain :

Expert Prescriber

Untuk membangun citra positif Rumah sakit, UPKM menjalankan peran sebagai expert prescribe dimana UPKM membantu menyelesaikan masalah yang muncul karena UPKM

(12)

diberikan wewenang untuk menangani complain pasien seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Agus selaku kepala UPKM RSK Ngesti Waluyo pada Wawancara tanggal 11 Januari 2020

“Tentu saja karena dalam rangka mengatasi masalah atau handling complain itu UPKM di beri kewenangan untuk mengatasi dulu sebelum masalah itu di tangkap oleh manejemen, kalo masalah internal atau pun external bisa kami tangani maka tentu saja masalah tidak akan sampai ke manajemen, tetapi tidak bisa mengatasi barulah kami sampaikan ke manajemen untuk di selesaikan”.

Dari pernyataan yang di sampaikan Bpk. Agus, UPKM Rumah sakit Ngesti Waluyo melakukan peran sebagai expert prescriber karena unit ini membantu memberikan solusi terkait masalah yang muncul dikarenakan unit ini diberikan wewenang dalam menangani keluhan yang ada. Sebagai unit yang berperan sebagai PR di rumah sakit maka harus memiliki pengalaman dan kemampuan tinggi dalam membantu mencarikan solusi untuk masalah publiknya (Dozier & Broom, 1995).

Dengan membantu menyelesaikan masalah yang muncul dengan cepat maka akan membuat kesan yang positif karena keluhan yang diberikan oleh pasien segera di tanggapi, kesan positif inilah yang diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, karena sebagai humas berperan untuk menciptakan pengertisn publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individua tau organisasi (Al Habib &

Suratman, 2018). Selain itu menurut Muchtar (2016) citra merupakan kesan, perasaan dan gambaran masyarakat tentang organisasi atau perusahaan.

Communication Facilitator

Dalam membangun citra positif perusahaan, UPKM berperan sebagai communication facilitator karena disini PR (UPKM) membantu pihak manajemen dalam mendengarkan apa yang masyarakat harapkan dari manajemen, seperti yang di katakan oleh Dozier & broom (1995) bahwa salah satu peran PR adalah communication facilitator, dalam hal ini seorang praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapan oleh publiknya.

Diperkuat dengan kata Bapak Agus Selaku ketua unit pengembang kesehatan masyarakat dalam wawancara pada tanggal 11 january 2020 yang mengatakan

“Dalam mendengarkan apa yang masyarakat butuhkan dan apa yang manajemen ingin sampaikan kami (UPKM) mengadakan pertemuan biasa atau melalui gathering dengan

(13)

masyarakat dan juga dengan manajemen, dalam pertemuan tersebut masyarakat dapat menyampaikan apa yang di inginkan kepada manajemen untuk langsung di tindak lanjuti, begitu pula sebaliknya”.

kemudian di tambahkan oleh Bpk. Adam selaku staff UPKM RSK Ngesti Waluyo

“Dalam mendengarkan saran atau kritikan dari masyarakat, kami juga menggunakan media sosial. Tidak hanya untuk mendengarkan saran atau kritikan, kami juga membantu pihak manajemen dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh majamenen untuk dipahami oleh masyarakat”.

Dari hasil wawancara tersebut UPKM Rumah sakit Ngesti Waluyo memiliki 2 (dua ) peran, yaitu : peran sebagai communication facilitator dan sebagai communicator. Sebagai communication facilitator, UPKM RSK Ngesti Waluyo berperan sebagai perantara antar organisasi dan juga publiknya (Boudreaux, 2005). Sebagai Unit yang berperan sebagai communication facilitator UPKM dapat menjembati pihak manajemen dan masyarakat, sehingga munculah kesan positif yang lebih di tunjukan kepada subjeknya (UPKM), bagaimana kinerja/penampilan diri dari para professional perusahaan/organisasi yang serba menyenangkan dan selalu baik misalnya dalam memberikan pelayanan (Walter Lippman dalam Kurniawati, 2016).

Kemudian sebagai seorang communicator, UPKM harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik secara langsung mau pun tidak langsung dan menggunakan semua media yang dapat dimanfaatkan dalam hal mengkomunikasikan informasi ( Ruslan dalam Suparmo, 2011:91).

Dalam menjalankan perannya sebagai communicator UPKM RSK Ngesti Waluyo menggunakan media internet, yaitu berupa facebook dan website.

Dalam perannya sebagai communicator UPKM memberikan informasi terkait rumah sakit kepada masyarakat dengan media yang ada. Ketika UPKM memberi informasi kepada masyarakat melalui media yang ada, UPKM selalu mencantumkan Logo rumah sakit dan nama perusahaan, tidak hanya itu Logo rumah sakit selalu terlihat pada seragam , bangunan , dekorasi dan lain-lainnya, sehingga secara tidak langsung akan membangun Multiple Image terhadap rumah sakit tersebut, karena kesan ini berkaitan dengan segala aspek untuk mengenalkan identitas perusahaan seperti : logo, nama perusahaan, seragam, front liner, Gedung, dekorasi lobby dan penampilan para profesionalnya (Walter Lippman Kurniawati, 2016)

(14)

Good Image Maker

Sebuah citra yang baik adalah tujuan pokok bagi sebuah organisasi atau pun perusahaan.

Citra sendiri adalah hal yang abstrak, namun wujudnya dapat dirasakan dari penilaian baik secara respek atau pun tanda hormat dari masyarakat luas terhadap oraganisasi atau perusahaan.

Katz (Dalam Ardianto & Soemirat, 2004:113) citra adalah bagaimana cara pihak lain memandang sebuah perusahaan atau organisasi melalui kegiatan atau aktivitas yang dilakukan.

Selain membantu dalam meningkatkan kesehatan masyarakat UPKM RSK Ngesti Waluyo juga memiliki tujuan utama, Ruslan (dalam Suparmo, 2011:91) menciptakan citra yang positif dalam menjalankan peranannya di dalam manajemen.

“dalam membangun citra positif, kami mengikuti event-event yang ada di masyarakat baik itu pemerintah daerah mau pun masyarakat kami ikut hadir, kemudian ikut berperan serta mengsupport kegiatan-kegiatan di masyarakat”.

Hasil Dari wawancara dengan Bpk. Agus selaku ketua staff UPKM pada tanggal 11 Januari 2020 yang kemudian di tambahkan oleh Bpk. Adam selaku staff UPKM RSK Ngesti Waluyo terkait event-event yang ada di masyarakat pada wawancara tanggal 18 Januari 2020

“dalam membangun citra positif dari rumah sakit, Kegiatan yang kami lakukan ada banyak contohnya pengobatan ke masyarakat, terjun ke masyarakat langsung dengan bantuan dari gereja dan dari komunitas-komunitas”

Dari kedua pernyataan yang di sampaikan UPKM terlihat bahwa UPKM RSK Ngesti Waluyo memiliki peran sebagai good image maker dimana UPKM menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekitar rumah sakit dimana kegiatan tersebut melibatkan masyarakat dan juga dukungan dari rumah sakit serta komunitas dan gereja. Kegiatan yang di lakukan berupa memberikan pengobatan langsung ke masyarakat. Dari kegiatan yang dilakukan oleh UPKM dalam memberikan pengobatan ke masyarakat akan membangun citra positif dari rumah sakit, seperti yang dikatakan oleh Nurjaman & Umam (2012:113) bahwa tujuan PR adalah mengubah citra perusahaan dimata publik sehubungan dengan adanya kegiatan yang dilakukan perusahaan.

Relationship

Dalam membangun citra yang positif tentang perusahaan, UPKM memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat, Ruslan (Dalam Suparmo, 2011:91) menyatakan membangun hubungan yang baik dan menciptakan kepercayaan, dukungan serta kerja sama antar Lembaga

(15)

dengan pihak internal maupun external adalah hal yang penting untuk di lakukan, UPKM RSK Ngesti Waluyo selalu menjaga hubungan yang baik dengan pasiennya terutama ke pada club senam diabetes, Bpk. Agus selaku Kepala UPKM RSK Ngesti Waluyo menyampaikan pada wawancara tanggal 11 Januari 2020

“Dalam menjalin hubungan yang baik dengan pasien, UPKM melakukan kunjungan- kunjungan ke pasien, kami mendatangi pasien untuk menanyakan keluhan, kemudian menanyakan permasalah-permasalah yang ada. Kami juga melakukan pertemuan dengan penunggu pasien yang kami lakukan setiap bulan sekaligus melakukan edukasi tentang kesehatan kepada mereka”

Pernyataan yang di sampaikan oleh bpk. Agus di benarkan oleh Ibu Sri Rohani selaku ketua dan pasien club senam diabetes pada wawancara tanggal 20 Februari 2020

“Hubungan kami dengan UPKM Alhamdulillah sangat baik dan tidak bermasalah, setiap ketemu pas senam itu selalu di tanyakan perkembangan terutama bagi penderita diabet apakah kadar gulanya sudah membaik apa belum gitu, ada keluhan-keluhan lain apa tidak, tanggapan saya terhadap kegiatan yang dilakukan UPKM sangat baik dan perhatian sekali, contoh, umpama ada anggota senam yang tidak brgkt senam lebih dari 2 minggu, langsung di kunjungi ke rumah nya, termasuk kalau ada keluarga yangg wafat atau baru punya hajatan di kunjungi juga”

Dari pernyataan yang di sampaikan oleh Ibu Sri Rohani selaku pasien dari rumah sakit terlihat bahwa UPKM melakukan peran sebagai relationship dimana untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat UPKM berkomunikasi ke pasien terkait kesehatan para pasien secara berkala karena pelanggan ( pasien ) adalah napas kehidupan bagi perusahaan ( UPKM ) sehingga UPKM harus memperhatikan secara penuh kebutuhan dan keinginan pasiennya (Tjahyadi, 2006).

Dalam upaya membangun citra positif rumah sakit, UPKM melakukan kegiatan di luar rumah sakit dengan cara mengikuti acara yang ada di masyarakat atau acara yang di adakan oleh pemerintah setempat, serta mengadakan kegiatan pengobatan gratis dan memberikan bantuan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, tidak hanya mengikuti kegiatan di rumah sakit namun UPKM juga menjalin hubungan yang baik dengan pasien yang ada, sehingga membangun corporate image dimana kesan ini berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utama sehingga bisa di terima oleh publiknya, misalnya : tentang sejarahnya,

(16)

kualitas pelayanan, keberhasilan serta tanggung jawab sosialnya (Walter Lippman dalam Kurniawati, 2016).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap peran humas melalui UPKM RSK Ngesti Waluyo dalam membangun citra positif RSK Ngesti Waluyo, ada 5 peran yang dilakukan oleh UPKM dalam upaya membangun citra positif rumah sakit, yaitu sebagai Expert prescriber dimana UPKM membantu memberikan solusi dalam menangani permasalahan yang muncul di rumah sakit sehingga masalah tidak memakan waktu lama dalam menyelesaikan masalah hal ini memberikan kesan yang positif terhadap rumah sakit, selain itu UPKM berperan sebagai communication facilitator dan juga communicator dimana UPKM menjadi jembatan antara rumah sakit dengan masyarakat sehinga munculah kesan/citra positif yang lebih di tunjukan kepada UPKM tentang bagaimana kinerja/penampilan diri dari para professional perusahaan/organisasi yang serba menyenangkan dan selalu baik contohnya dalam memberikan pelayanan, UPKM juga memanfaatkan semua media yang ada dalam menyebarkan informasi tentang rumah sakit. UPKM juga berperan sebagai good image maker dimana UPKM membangun citra positif melalui kegiatan diluar rumah sakit dengan dukungan dari masyarakat, gereja, komunitas dan rumah sakit. Dalam membangun citra positif rumah sakit UPKM berperan dalam menjaga relationship dimana UPKM selalu menjalin hubungan yang baik dengan pasien melalui kegiatan yang di buat oleh UPKM serta menjaga komunikasi dengan masyarakat, dari kegiatan tersebutlah akan timbul citra positif tentang rumah sakit.

Untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan penelitian yang lebih ditekankan pada peran humas melalui unit pastural karena unit ini membantu masyarakat secara langsung dengan pengobatan secara kerohanian sehingga secara keseluruhan dapat membangun citra positif dari rumah sakit.

Daftar Pustaka

Al Habib, D., & Suratman, B. (2018). Peran Humas Dalam Meningkatkan Citra Positif Pada Lembaga Pemerintahan DPRD Kabupaten Nganjuk.

Ardianto, E., & Soemirat, S. (2004). Dasar-dasar Publik Relations (3rd ed.). Bandung: Pt.

Remaja Rosdakarya.

Boudreaux, J. (2005). A Quantitative Assessment of Public Relations Practitioners’

Perceptions of Their Relationship with the Organization They Represent. Retrieved from https://scholarcommons.usf.edu/etd/2787/

Cutlip, S. M. (2009). Effective public relations (9th ed.). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Dozier, D. M., & Broom, G. M. (1995). Evolution of the Manager Role in Public Relations Practice. Journal of Public Relations Research, 7(1), 3–26.

(17)

https://doi.org/10.1207/s1532754xjprr0701_02

Handayani, F. (2015). Peran Humas Dalam Meningkatkan Citra Rumah Sakit Kusta Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar.

Jeffkins, F. (2003). Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Kahar, Zulfikar, A., & Sultan, M. I. (2017). Peran Humas Dalam Meningkatkan Citra Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Sebagai Rumah Sakit Berstandar Internasional. 6(1), 98–109.

Kurniawati, M. (2016). Peran Public Relations Dalam mempertahankan Citra Bali Dynasty Resort. 9(2), 10. https://doi.org/10.5151/cidi2017-060

Lattimore, D. L. (2009). Public Relations : The Profession And The Practice. Boston:

McGraw-Hill Higher Education.

Moeloeng, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchtar, K. (2016). Komunikasi Politik dan Pembentukan Citra Partai. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(2), 136–147.

Nova, F. (2011). Crisis Public Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurjaman, K., & Umam, K. (2012). Komunikasi & Public Relations. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Raco, J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=jOByDwAAQBAJ

Ruslan, R. (2007). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suparmo, L. (2011). Aspek Ilmu Komunikasi : dalam Public Relations (1st ed.). Jakarta: PT.

Indeks.

Tjahyadi, R. A. (2006). Membangun Hubungan Jangka Panjang. Jurnal Manajemen Maranatha, 5(2), 8–9.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas : Trumpet Pieces 21st Century, Realbook, Realbook, tangga nada, trinada Modul Arban s Maggio 21st Century Realbook Pertemuan. ke-6: - Pemanasan (pedal tone high range

Pasien yang puas dengan waktu tunggu akan memberi nilai positif bagi kepuasan terhadap layanan jasa dokter gigi, dimana akhirnya berdampak pada loyalitas..

Untuk itu dalam makalah ini akan dibentuk model host-vector dengan memisahkan kelas rentan antara yang pernah terinfeksi pertama dengan infeksi kedua, juga diasumsikan bahwa

disajikan data dan analisis campur kode bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada surat kabar Timor Express edisi Januari 2016 berupa istilah khusus dalam

Uji Kelarutan Edible film Pati Biji Nangka dan Pektin Apel (Sumber: Dokumentasi Pribadi).

Padahal keberadaan BP4 ini merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dengan sistem perkawinan yang sejak dahulu sudah menjadi urusan pemerintah melalui

• Setelah kerja kelompok, siswa dapat menganalisis struktur kalimat yang menyebutkan langkah kerja pada sebuah resep teks dengan benar.. • Melalui diskusi kelompok,

dokumentasi. Uji data menggunakan uji normalitas. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS Versi 23. Hasil penelitian