• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN. PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS PUPUK HAYATI DI LAHAN RAWA LEBAK KETUA TIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN. PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS PUPUK HAYATI DI LAHAN RAWA LEBAK KETUA TIM"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS

PUPUK HAYATI DI LAHAN RAWA LEBAK

KETUA TIM

MAHDIANNOOR, SP., MP (NIDN. 0006067901)

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGUSTUS 2018

(3)

LAPORAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS

PUPUK HAYATI DI LAHAN RAWA LEBAK

KETUA TIM

MAHDIANNOOR, SP., MP (NIDN. 0006067901)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN

AGUSTUS 2018

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Padi (Oryza Sativa L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Hayati di Lahan Rawa Lebak

Peneliti / Pelaksana

a. Nama Lengkap : Mahdiannoor, SP., MP

b. NIDN : 0006067901

c. Jabatan Fungsional :

d. Program Studi : Agroteknologi

e. Nomor HP : +628125175125

f. Surat (e-mail) : mahdi 186@yahoo.com Anggota Peneliti (1)

Nama : Nurul Istiqomah, SP., MP

NIDN : 0017128101

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai Anggota Peneliti (2)

Nama : Maulina Hasanah

NIDN :

Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai Institusi Mitra (jika ada) :

Nama Institusi Mitra :

Alamat

Penanggung Jawab Tahun Pelaksanaan Biaya Tahun Berjalan Biaya Keseluruhan

: : :

2018

Rp. 3000.000,00

Agustus, 2018

Mengetahui Ketua Peneliti

Ketua STIPER Amuntai

(Dr. Ir. H. Ahmad Suhaimi, DEA) (Mahdiannoor MP)

NIP. 19660912 1992031 1 005 NIP/NIK19790606 200501 1 025

Menyetujui,

Ketua LPPM STIPER Amuntai

(Murjani, SP., MS) NIDN. 1103047501

(5)

RINGKASAN

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan masyarakat Hulu Sungai Utara, karena daerahnya berada didataran rendah berupa rawa lebak, sehingga padi menjadi komoditas paling dominan. Jenis varietas padi yang dibudidayakan umumnya yang memiliki umur genjah. Penggunaan berbagai varietas padi merupakan cara untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengganti varietas baru unggul. Dengan penambahan pemberian berbagai dosis pupuk hayati diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui pengaruh interaksi varietas dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi di lahan rawa lebak (ii) pengaruh varietas padi (iii) pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak (iv) interaksi terbaik varietas padi dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (v) mendapatkan varietas padi terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil di lahan rawa lebak (vi) mendapatkan dosis pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktorial. Faktor pertama adalah varietas padi v1 (Varietas Inpari 17) v2 (Varietas Inpari 30) dan v3 (Varietas Mekongga). Dan faktor kedua adalah pemberian pupuk hayati dengan berbagai dosis yaitu p0 (0 l. ha-1 setara dengan 0 ml/l air per petak), p1 (9,5 l.ha-1 setara dengan 3,8 ml/l air per petak), p2

(10,5 l.ha-1 setara dengan 4,2 ml/l air per petak), p3 (11,5 l.ha-1 setara dengan 4,6 ml/l air per petak), dan p4 (12,5 l.ha-1 setara dengan 5 ml/l air per petak). Kombinasi perlakuan terdiri dari 15 kombinsi dengan 2 kali ulangan, sehinggan didapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan terdiri 69 rumpun padi, dan 2 rumpun tanaman sampel. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh interaksi varietas padi terhadap jumlah anakan umur 27 HST, didapat varietas terbaik perlakuan v1 (Varietas Inpari 17) dan pemberian pupuk hayati pada perlakuan p0 berpengaruh pada jumlah anakan umur 37 HST di lahan rawa lebak.

Kata kunci : Padi, varietas, pupuk hayati, rawa lebak.

(6)

PRAKATA

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Padi (Oryza Sativa L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Hayati di Lahan Rawa Lebak”

ini dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Ibu Nurul Istiqomah, SP., MP atas kesediaan dan kerjasama sebagai anggota

peneliti.

2. Maulina Hasanah atas kesediaan dan kerjasama sebagai anggota peneliti.

3. Bapak Dr. Ir. H. Ahmad Suhaimi, DEA sebagai ketua STIPER Amuntai , yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian ini.

4. Saudara Murjani, SP., MS sebagai ketua Lembaga Penelian STIPER Amuntai, atas persetujuannya dalam pengajuan proposal penelitia serta pelaksanaan penelitian di lapangan.

5. Semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian in dapat dilaksanakan dengan baik.

Akhirnya semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Amuntai, Agustus 2018 Ketua Peneliti,

Mahdiannoor, SP., MP NIP. 19790606 200501 1 025

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tanaman padi ... 4

2.2 Varietas Padi Unggul ... 6

2.3 Pupuk Hayati ... 6

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT ... 9

3.1 Tujuan Penelitian ... 9

3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 10

4.1 Tempat dan Waktu ... 10

4.2 Bahan dan Alat ... 10

4.3 Rancangan Percobaan ... 11

4.4 Pelaksanaan Penelitian ... 12

4.5 Pengamatan ... 13

4.6 Analisis Data ... 14

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1 Hasil ... 16

5.1.1 Tinggi Tanaman ... 16

5.1.2 Jumlah Anakan Per Rumpun ... 18

5.1.3 Jumlah Malai Per Rumpun ... 20

5.1.4 Panjang Malai ... 21

5.1.5 Jumlah Gabah Isi Per Rumpun ... 22

5.1.6 Berat Gabah Kering Isi Per Rumpun ... 23

5.2 Pembahasan ... 24

(8)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 34

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Kombinasi perlakuan varietas dan pemberian pupuk hayati ... 11 2. Analisi ragam untuk setiap peubah yang diamati ... 15 3. Hasil uji beda rata-rata interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk

hayati terhadap tinggi tanaman umur 27 HST ... 16 4. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman padi (cm) umur 27 dan 37 HST

terhadap varietas padi ... ... 17 5. Hasil uji beda rata-rata jumlah anakan padi umur 27 dan 37 HST

terhadap varietas padi ... 19 6. Hasil uji beda rata-rata jumlah anakan padi umur 37 HST dengan

pemberian pupuk hayati ... 19

7. Hasil uji beda rata-rata jumlah malai per rumpun terhadap varietas padi 21 8. Hasil uji beda rata-rata berat gabah isi per rumpun terhadap varietas .... 23

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Grafik hubungan interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk hayati

terhadap tinggi tanaman umur 27 HST 17

2. Grafik pengaruh varietas padi terhadap tinggi tanaman padi pada umur

27 HST dan 37 HST ... 18 3. Grafik pengaruh varietas padi terhadap jumlah anakan padi umur 27

dan 37 HST 19

4. Grafik pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap jumlah anakan padi pada umur 37 HST ... 20

5. Grafik jumlah malai tanaman padi dengan varietas padi ... 21 6. Grafik hubungan varietas padi dengan pemberiaan pupuk hayati ... 22

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Deskripsi padi Varietas Inpari 17 ... 35

2. Deskripsi padi Varietas Mekongga ... 36

3. Deskripsi padi Varietas Inpari 30 ... 37

4. Komposisi pupuk hayati Bio-Hara Plus ... 38

5. Hasil Analisis Tanah ... 39

6. Perhitungan dosis pupuk Bio-Hara Plus ... 40

7. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan ... 41

8. Denah tata letak tanaman satuan percobaan ... 42

9. Uji Ragam Barlett terhadap variabel pengamatan ... 43

10. Data pengamatan dan analisi ragam tinggi tanaman umur 17 hari setelah tanam (cm) ... 44

11. Data pengamatan dan analisi ragam tinggi tanaman umur 27 hari setelah tanam (cm)... 45

12. Data pengamatan analisis ragam tinggi tanaman padi umur 37 hari setelah tanam (cm)... 46

13. Data pengamatan analisis ragam jumlah anakan padi 17 hari setelah tanam 47 14. Data pengamatan analisis ragam jumlah anakan padi 27 hari setelah tanam 48 15. Data pengamatan analisis ragam jumlah anakan padi 27 hari setelah tanam 49 16. Pengamatan jumlah malai per rumpun ... 50

17. Pengamatan panjang malai ... 51

18. Pengamatan jumlah gabah per rumpun ... 52

19. Pengamatan Berat gabah isi per rumpun (gr)... 53

20. Dokumentasi pengamatan di lapangan ... 55

(12)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Sedangkan luasan lahan yang medukung kebutuhan pangan bagi penduduk hanya 14,26 juta ha (data tahun 2014) dengan produktivitas 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia 130 kg per kapita/tahun, maka dibutuhkan 73,40 juta ton GKG (naik 3,95%) agar stabilitas beras nasional dapat dikendalikan. Sasaran produksi sebesar itu akan membutuhkan luas tanam 14,59 juta ha dengan luas panen 14,09 juta ha atau naik rata-rata 2,32% dari realisasi tahun 2014 (Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 2015).

Padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras.

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun beras dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun beras memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (AAK, 1990).

Tanaman padi merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan masyarakat Hulu Sungai Utara, karena daerahnya berada didataran rendah berupa rawa lebak, sehingga padi menjadi komoditas paling dominan. Jenis varietas padi yang dibudidayakan umumnya yang memiliki umur genjah. Padi yang banyak dibudidayakan seperti Varietas Ciherang, Mekongga, IR 66, Cibogo dan Batang Lembang. Produksi padi Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2013 sebesar 9,857 t.ha-

1, tahun 2014 sebesar 129,588 t.ha-1, dan tahun 2015 sebesar 144,624 t.ha-1 (BPS, 2015).

Varietas Ciherang merupakan padi yang banyak dibudidayakan masyarakat Hulu Sungai Utara, saat ini varietas padi Ciherang sering terserang penyakit blast, sehingga dapat menurunkan produktivitas. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengganti varietas baru unggul, sehingga dapat memutus siklus hidup penyakit. Padi dengan varietas unggul memiliki keunggulan 1) dapat beradaptasi dengan tipe iklim dan tipe tanah setempat; 2) cita rasanya disenangi dan memiliki harga yang tinggi dipasaran lokal; 3) daya hasil tinggi; 4) toleran terhadap hama dan penyakit; 5) tahan rebah dan berumur pendek. Varietas unggul berperan

(13)

penting dalam peningkatan hasil, perbaikan, diversifikasi mutu, dan penekanan kehilangan hasil karena gangguan hama, penyakit maupun rendaman karena musim yang tidak menentu, dengan berbagai keunggulan (Herawati, 2012).

Padi Varietas Inpari 30 adalah padi persilangan Varietas Ciherang dengan Varietas IR64sub1. Hasilnya varietas padi ini sifat fisiknya dominan dengan Varietas Ciherang, namun memiliki sifat sub1 dari Varietas IR64, dengan keunggulan tahan rendaman. Sedangkan Varietas Inpari 17 adalah varietas padi yang memiliki keunggulan teskstur nasi yang pera dan potensi hasil cukup tinggi 7,9 t.ha-1, dan Varietas Mekongga jenis varietas padi ke dua yang banyak dibudidayakan petani di rawa lebak karena umurnya genjah dan sudah terbukti memiliki potensi hasil yang cukup tinggi 6 t.ha1 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015).

Peningkatan produktivitas padi dengan pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan dan kurangnya pengembalian bahan organik tanah sehingga mengakibatkan kemunduran lahan. Menurut Sutanto (2002) dalam Andriawan (2010), pemberian pupuk anorganik yang tidak seimbang dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah terutama kesehatan lahan dan lingkungan. Pencapaian produktivitas padi yang tinggi harus terus ditingkatkan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, diantaranya pemanfaatan pupuk hayati.

Pupuk hayati ada yang dikombinasikan dengan pupuk organik (bioorganik) mengandung unsur hara dan mikroorganisme (Isroi, 2013).

Lahan rawa lebak merupakan agroekosistem yang pengembangannya masih tertinggal dibandingkan agroekosistem lainnya seperti lahan kering dan irigasi.

Kondisi lahan rawa lebak yang cenderung selalu dalam suasana basah menyebabkan terhambatnya perombakan sisa-sisa vegetasi yang jatuh dipermukaan tanah dan secara lambat laun menjadi lapisan yang tebal (Noor, 2007). Sifat fisika tanah rawa lebak umumnya tergolong masih mentah, sebagian melumpur, kandungan lempung tinggi.

Sifat kimia, kesuburan dan biologi tanah tergolong sedang sampai sangat jelek (Noor, 2007). Lahan rawa lebak kandungan haranya tergolong miskin, karena pH tanah yang rendah menyebabkan unsur hara diikat sehingga tidak tersedia bagi tanaman, sehingga perlu penambahan mikroorganisme perombak dan pelepas unsur hara yang terikat.

Pupuk hayati adalah mikroba yang dapat membantu menyediakan unsur

(14)

hara tertentu bagi tanaman (Simanungkalit, 2006). Menurut penelitian Hidayati (2009) dalam Adriawan (2014) aplikasi pupuk hayati pada tanaman padi berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun, dan bobot produksi biji per rumpun, sedangkan pada tanaman jagung aplikasi pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap bobot produksi biji dan bobot 100 biji. Berdasarkan hasil penelitian Kusmalinda (2014), pemberian pupuk hayati Bio-Hara Plus berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah daun pada dosis 1400 ml.ha-1 (1,4 l.ha-1) pada tanaman garut.

Berdasarkan uraian diatas agar unsur hara dapat tersedia bagi tanaman padi dan untuk meningkatkan produktivitas berbagai varietas padi, maka perlu dilaksanakan penelitian Pertumbuhan dan Hasil Berbagai Varietas Padi (Oryza sativa L.) dengan berbagai dosis Pupuk Hayati di lahan Rawa Lebak.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh interaksi varietas dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak?

2. Bagaimana pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak?

3. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak ?

4. Adakah interaksi terbaik varietas dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak?

5. Adakah varietas terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di rawa lahan lebak ?

6. Adakah pemberian dosis pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak ?

(15)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Liliopsida Subkelas : Commelinidae Ordo : Poales

Famili : Poaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Keadaan suatu iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk padi. Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim. Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata- rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl (Herawati, 2012).

Lahan rawa merupakan kawasan lahan bertopografi datar yang terdapat sepanjang kiri dan kanan sungai besar dan biasanya digenangi air selama beberapa waktu terutama pada musim hujan. Lahan rawa lebak merupakan agroekosistem yang pengembangannya masih tertinggal dibandingkan dengan agroekosistem lainnya seperti lahan kering atau lahan irigasi (Noor, 2007). Kendala utama lahan rawa lebak adalah pola genangan air yang sangat dinamis dan tidak menentu. Dimusim penghujan misalnya, secara mendadak lahan terendam air dan menenggelamkan bibit yang baru ditanam. Namun dilain waktu, lahan dapat menjadi kering kerontang. Jika petani telat tanam, bibit tersebut dapat mati lantaran terkena cekaman (stress). Untuk mengatasinya dilakukan cara untuk mengatasi tergenangnya bibit yang baru ditanam,

(16)

usahakan menggunakan benih unggul yang tahan genangan dan berumur genjah (sekitar 3-4 bulan) (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, 2015).

Kondisi lahan rawa lebak yang cenderung selalu dalam suasana basah menyebabkan terhambatnya perombakan terhadap sisa-sisa vegetasi yang jatuh dipermukaan tanah dan secara lambat laun menjadi lapisan yang tebal. Lahan rawa lebak adakalanya sebagian tersusun berlapis-lapis dengan tanah mineral hasil endapan sungai. Sifat fisik tanah dari lahan rawa lebak umumnya masih tergolong mentah, sebagian melumpur, kandungan lempung tinggi atau gambut tebal dengan berbagai taraf kematangan dari mentah (fibrik) sampai matang (saprik). Lapisan bawah dapat berupa lapisan firit (FeS2) yang berpotensi masam atau pasir kursa yang miskin unsur hara (Noor, 2007).

Sifak kimia tanah di lahan rawa lebak sangat tergantung pada jenis tanah dan pengusahaannya. Umumnya kemasaman berkisar pada pH 3,5-4,0. Khusus tanah- tanah yang tergantung kemasaman tanah dapat mencapai pH 4,0. Tingkat kemasaman (pH) dilahan rawa lebak umumnya dipengaruhi oleh lingkungan setempat, bahan organik dan perbedaan tingkat oksidasi. Pada musim kemarau tanah lebih teroksidasi dan lebih salin sehingga kemasaman meningkat (pH lebih rendah), pH tanah yang rendah menyebabkan unsur hara terikat. Untuk membantu menyediakan unsur hara perlu mekanisme yang diberikan ke rawa lebak agar unsur hara dapat tersedia bagi tanaman padi dengan pemberian mikroba perombak berupa pupuk hayati. Sebaliknya pada musim hujan, kemasaman dapat menurun selain terjadi pengenceran juga terjadi proses reduksi. Namun, apabila terjadi tempat air berkepanjangan dan lama, maka terjadi perombakan secara anaerob terhadap bahan organik yang memunculkan penimbunan asam-asam organik sehingga terjadi pemasaman. Keasaman yang tinggi pada lahan berimbas menigkatnya kelarutan Al3+, Fe2+, asam-asam organik, dan diiringi oleh kahat hara makro P, dan hara mikro Cu serta Zn (Noor, 2007).

Sifat biologi tanah berhubungan dengan mikroorganisme tanah yang berada pada lahan rawa lebak yang terbatas karena kondisi masam dan langka udara (anaerob), tetapi beberapa jenis mikrofauna dan mikroorganisme tertentu memegang peran penting, yaitu golongan perombakan bahan organik, pereduksi sulfat dan besi serta pengoksidasi besi dan firit yang terdiri dari jamur dan bakteri (Noor, 2007).

Sehingga perlunya penambahan mikroorganisme perombak dan pengikat unsur hara.

(17)

2.2 Varietas Padi Unggul

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Benih padi dengan varietas unggul memiliki keunggulan : 1) dapat beradaptasi dengan tipe iklim dan tipe tanah setempat; 2) cita rasanya yang disenangi dan memiliki harga yang tinggi dipasaran lokal; 3) daya hasil tinggi; 4) toleran terhadap hama dan penyakit; 5) tahan rebah dan berumur pendek. Varietas unggul berperan penting dalam peningkatan hasil, perbaikan, diversifikasi mutu, dan penekanan kehilangan hasil karena gangguan hama, penyakit maupun rendaman karena musim yang tidak menentu, dengan berbagai keunggulan (Herawati. 2012).

Varietas padi Inpari 30 adalah varietas padi unggul, dengan salah satu kelebihannya tahan terhadap rendaman, sehingga diharapkan dapat menunjang produksi yang tinggi dengan keadaan perubahan iklim yang ekstrim terutama resiko akibat banjir dan genangan. Inpari 30 sesuai ditanam di sawah dataran rendah hingga ketinggian 400 m dpl, didaerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir lainnya dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari. Umur tanaman Inpari 30 111 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,6 t.ha-1. Dilihat dari tingkat ketahanannya terhadap hama dan penyakit, varietas ini tergolong agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2 serta rentan terhadap biotipe 3, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, serta rentan terhadap patotipe IV dan VIII. Varietas Inpari 17 memiliki potensi hasil 7,9 t.ha-1 GKG dan produksi rata – rata 6,2 t.ha-1 GKG , dengan tesktur nasi yang pera, tekstur nasi yang pera cendrung disukai masyarakat . Sedangkan varietas padi Mekongga, padi yang banyak ditanam di daerah Hulu Sungai Utara karena umurnya yang genjah (116-125 HSS) sesuai dengan lamanya waktu musim kering dirawa, dengan rata- rata produksi hasil 6 t.ha-1 GKG (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015).

2.3 Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah salah satu pupuk organik yang berasal dari bahan alami mengandung mikroba yang menguraikan atau mengikat unsur hara sehingga unsur hara tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Umumnya mikrobia yang digunakan adalah mikroba yang mampu hidup bersama (bersimbiosis) dengan tanaman inangnya.

(18)

Keuntungan yang diperoleh ke dua belah pihak tanaman inangnya, tanaman inang mendapatkan tambahan hara yang diperlukan, sedangkan mikroba mendapat bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. (Simanungkalit, et,al., 2006). Pupuk hayati ada yang dikombinasikan dengan unsur hara disebut dengan pupuk bioorganik.

Pupuk hayati Bio-Hara Plus merupakan jenis pupuk bioorganik mengandung unsur hara makro dan mikro, C (5.734.00), Mg (23.00), N (56.70), Fe (28.00), P (0.26), Cu (05.00), K (122.50), Zn (1.50), Na (67.00), Mn (11.50), Ca (418.50), B (5.22), pestisida alami azadirachtine, pikroretin, morindine, serta bakteri Azotobacter sp., dan Lactobacillus sp (PT Agro Trimitra Perintis, 2010).

Keasaman yang tinggi pada lahan berimbas menigkatnya kelarutan Al3+, Fe2+, asam-asam organik, dan diiringi oleh kahat hara makro P, dan hara mikro Cu serta Zn di lahan rawa lebak . Kekurangan unsur P pada tanaman padi sawah dapat mengurangi jumlah anakan, batang yang tipis, kurus, dan terhambat. Jumlah malai dan gabah per malai juga berkurang, daun muda tampak sehat tetapi lebih tua kemudian berubah menjadi cokelat dan mati. Pematangan terhambat, persentase gabah hampa yang tinggi, dan bobot 1000 butir rendah dengan kualitas biji yang buruk serta tidak ada tanggapan untuk aplikasi mineral N (Dobermann and Fairhust, 2000 dalam Andriawan 2010). Unsur P diserap maksimal pada fase berbunga (Suyamto, 2010). Penggunaan pupuk hayati yang mengandung unsur hara makro dan mikro diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman padi. Pengaruh pupuk hayati terhadap peningkatan jumlah anakan produktif dinyatakan oleh Hidayati (2009) dalam Adriawan (2010), bahwa pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan jumlah anakan produktif padi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan. Menurut penelitian Hidayati (2009) pada tanaman padi bahwa aplikasi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun, dan bobot produksi biji per rumpun, sedangkan pada tanaman jagung aplikasi pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap bobot produksi biji dan bobot 100 biji. Hasil penelitian Kusmalinda (2014) pemberian pupuk hayati Bio-Hara Plus berpengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah daun pada dosis 1400 ml.ha.-1(1,4 l.ha-1) pada tanaman garut. Sedang menurut petunjuk aturan pakai untuk tanaman padi dosis anjuran 6 - 8 l.ha-1, setiap 1 ldengan pengenceran 150 – 200 liter atau 10 ml dengan pengenceran 1-2 l air (PT Agro Trimitra Perintis, 2010).

(19)

Pada tanah rawa lebak kemasaman berkisar pada pH 3,5-4,0 (pH rendah) sehingga aplikasi pupuk lewat daun dianggap lebih efektif karena pemberian pupuk lewat daun tidak memerlukan pH yang tinggi, sedang pemupukan lewat akar, tanah harus mempunyai sejumlah kapur (ion Ca++) yang cukup untuk menyelenggarakan proses penguraian pupuk menjadi ion, jika pH rendah sebagian unsur hara akan diikat oleh tanah. Aplikasi pupuk Bio-Hara Plus dengan penyemprotan keseluruh bagian tanaman sampai basah. Pupuk diberikan pada waktu pagi hari antara pukul 08.00 sampai pupuk 10.00 pada pagi hari stomata tanaman membuka. Pupuk hayati Bio- Hara Plus yang merupakan jenis pupuk cair dan aplikasi langsung keseluruh kebagian tanaman, ketika diberikan langsung dimanfaatkan tanaman, tidak tersisa. Sehingga perlu diberikan berulang kali dengan pemberian 3 kali, pemberian 10 hari setelah tanam (HST), 7 hari kemudian saat tanaman padi berumur 17 hari dilakukan pengamatan dan pemberian pupuk, sampai 3 kali pemberian dengan interval waktu pemberian dan pengamatan 7 hari (PT Agro Trimitra Perintis, 2010).

(20)

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi varietas dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi di lahan rawa lebak.

2. Untuk mengetahui pengaruh varietas padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak.

4. Untuk mengetahui interaksi terbaik varietas padi dan pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

5. Untuk mengetahui varietas padi terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil di lahan rawa lebak.

6. Untuk mengetahui dosis pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di lahan rawa lebak.

3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi penulis, petani dan pihak terkait lainnya tentang varietas padi yang toleran di rawa lebak dan didapat dosis pupuk hayati terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi di rawa lebak.

(21)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambalang Kecil Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan April – Juli 2018.

4.2 Alat dan Bahan Alat

Handtraktor. Traktor digunakan untuk pengolahan tanah.

Parang. Parang digunakan untuk membersihkan gulma.

Handsprayer. Handsprayer digunakan untuk penyemprotan pupuk cair.

Meteran. Meteran digunakan untuk mengukur tanaman yang diamati.

Sabit . Sabit digunakan untuk memanen gabah padi.

Alat Tulis. Alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.

Kamera. Kamera digunakan sebagai alat dokumentasi selama penelitian.

Bahan

Benih. Benih yang digunakan adalah padi Varietas Inpari 17, Varietas Mekongga dan Varietas Inpari 30. Deskripsi varietas dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pupuk Hayati Bio-Hara Plus. Pupuk cair yang digunakan untuk perlakuan.

Kandungan pupuk hayati Bio-Hara Plus dapat dilihat pada Lampiran 4.

Lahan rawa lebak. Lahan yang akan digunakan sebagai lahan penelitian adalah lahan rawa lebak. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tali Rapia. Tali rapia digunakan sebagai alat mengukur luas petakan dan sebagai pembatas antar petakan.

Air. Air digunakan untuk mengairi lahan, pengenceran pupuk hayati dan pestisida.

Pestisida nabati. Pestisida nabati digunakan untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman padi. Cara membuat pestisida nabati dapat dilihat pada Lampiran 6.

(22)

Papan Nama. Papan nama digunakan untuk penamaan penelitian dan perlakuan.

4.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan percobaan yang dilakukan dilapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Dengan pengelompokan berdasarkan kemiringan tempat. Faktor yang diteliti sebagai berikut :

a. Faktor pertama adalah varietas padi (V) terdiri atas 3 taraf yaitu : v1 : Varietas Inpari 17

v2 : Varietas Inpari 30 v3 : Varietas Mekongga

b. Faktor kedua pemberian pupuk Bio-Hara Plus (P) yang terdiri dari 5 taraf yaitu : p0 : 0 l. ha-1 setara dengan 0 ml/l air per petak

p1 : 9,5 l.ha-1 setara dengan 3,8 ml/l air per petak p2 : 10,5 l.ha-1 setara dengan 4,2 ml/l air per petak p3 : 11,5 l.ha-1 setara dengan 4,6 ml/l air per petak p4 : 12,5 l.ha-1 setara dengan 5 ml/l air per petak

Berdasarkan perlakuan yang akan dicoba maka didapat 15 kombinasi perlakuan dan diulang 2 kali maka didapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan terdiri dari 2 tanaman sampel. Sehingga ada 60 tanaman yang akan diamati. Kombinasi perlakuan tertera pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan varietas padi dan pemberian pupuk hayati Bio-Hara Plus

Varietas Padi (V) Dosis Pupuk Hayati Bio-Hara Plus (P)

p0 p1 p2 p3 p4

(v1) Inpari 17 v1p0 v1p1 v1p2 v1p3 v1p4

(v2) Inpari 30 v2p0 v2p1 v2p2 v2p3 v2p4

(v3) Mekongga v3p0 v3p1 v3p2 v3p3 v3p4

4.4 Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan. Ada dua tahap dalam persiapan lahan, pertama membersihkan lahan dari rumput dan sisa – sisa tanaman yang masih ada agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Kedua pengolahan lahan dengan menggunakan

(23)

traktor (dokumentasi pengolahan lahan dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar a), dan membuat pembatas petakan sebanyak 30 buah dengan ukuran tiap petakan 200 cm x 200 cm, jarak antar petakan 100 cm dan jarak antar kelompok 200 cm. Denah satuan percobaan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Persiapan Benih. Benih yang digunakan padi varietas unggul, terdiri dari 3 varietas yaitu : Varietas Inpari 17, Varietas Inpari 30 dan Varietas Mekongga yang diperoleh dari penangkar benih padi di Desa Tambalang Kecil Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Persiapan Media Semai. Media semai yang digunakan yaitu berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.

Penyemaian. Benih sebelum disemai terlebih dahulu direndam selama 24 jam untuk mematahkan dormansi (kemudian diperam selama 48 jam agar benih berkecambah). Benih yang berkecambah disemai pada tempat penyemaian dengan cara ditabur secara merata diatas tanah dan kemudian ditutup (dokumentasi penyemaian dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar b).

Penanaman. Bibit padi yang berumur 20 hari siap untuk ditanam di sawah, dengan jumlah anakan 3 buah perlubang tanaman. Jarak penanaman bibit padi pada varietas unggul 25 x 25 cm. Penanaman dilakukan pada pagi hari. Denah tata letak tanaman dalam satuan percobaan pada Lampiran 9, dan dokumentasi penanaman padi dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar c).

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman padi meliputi kegiatan penyulaman, Penyulaman paling lambat 7 hari setelah tanam, agar pertumbuhannya seragam.

Penyiangan gulma (dokumentasi penyulaman dilihat pada Lampiran 21 Gambar d) ,bila gulma mulai tumbuh maka dilakukan penyiangan, atau saat tanaman padi berumur 3 minggu, dan kemudian penyiangan pada umur padi 6 minggu. (dokumentasi peyiangan gulma dilihat pada Lampiran 21 Gambar e) Pengairan, penggenangan air pada petak sawah tidak sama setiap saat .Pengairan sesuai dengan masa pertumbuhan tanaman padi. Pada fase pertumbuhan vegetatif, yaitu masa pertumbuhan dan perkembangan akar, batang dan daun diperlukan pengairan yang cukup. Sedangkan saat fase pertumbuhan generatif, pada saat mulai pembentukan malai bunga dilakukan pengairan, setelah malai mulai terisi dan menjadi bulir padi, kemudian air dikurangi secara bertahap. (dokumentasi pengairan dilihat pada Lampiran 21 Gambar f)

(24)

Pengendalian hama walang sangit dengan penyemprotan Insektisida (dokumentasi pengendalian hama walang sangit dilihat pada Lampiran 21 Gambar g).

Pemberian Pupuk. Pemberian pupuk dilakukan pagi dari pukul 08.00-10.00 atau sore saat matahari tidak terik. Pupuk diberikan dengan cara disemprotkan ke daun dan keseluruh bagian tanaman sampai basah. Pemberian pupuk pertama saat padi 10 hari setelah tanam (HST), dengan interval waktu pemberian 7 hari, kemudian dilakukan pengamatan. Pemberian ke-2 pupuk hayati saat padi berumur 20 HST, pemberian ke-3 pupuk hayati saat padi berumur 30 HST. Pemberian pupuk hayati berdasarkan petunjuk aturan pakai pupuk Bio-Hara Plus (dokumentasi aplikasi pupuk dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar h).

Pemanenan. Kriteria tanaman padi siap panen pada saat tanaman padi menunjukan tanda-tanda sebagian besar gabah 80% (dokumentasi tanaman padi siap panen dapat dilihat pada Lampiran Gambar i) sudah berwarna kuning dan tangkai sudah menunduk (Firmanto, 2011). Pemanenan padi menggunakan sabit dengan memotong tangkai malai pada buku tangkai malai (dokumentasi pemanenan padi dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar j).

4.5 Pengamatan

Tinggi tanaman. Tinggi tanaman mulai diukur pada selang waktu pengamatan 7 hari setelah aplikasi pupuk hayati pada 2 rumpun contoh, pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali, pada umur 17, 27, dan 37 HST. Pengukuran dari permukaan tanah sampai ujung tanaman tertinggi. Tanaman diukur menggunakan meteran, satuan pengukuran dalam skala centimeter (cm) (dokumentasi pengamatan tinggi tanaman padi dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar k).

Jumlah anakan. Pengamatan jumlah anakan bersamaan dengan pengamatan tinggi tanaman. Jumlah anakan dihitung pada saat padi berumur 17, 27, dan 37 HST.

Jumlah anakan dihitung adalah jumlah anakan per rumpun dikurangi tiga batang awal, karena pada saat tanam digunakan tiga bibit perlubang (dokumentasi pengamatan jumlah anakan padi dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar l)

.Jumlah malai per rumpun. Jumlah malai dihitung per tanaman sampel dilakukan saat panen atau setelah panen. Jumlah dinyatakan dalam satuan buah (dokumentasi pengamatan jumlah malai dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar m).

(25)

Panjang Malai. Pengukuran dilakukan setelah panen dengan cara mengukur malai dari pangkal malai yang melekat pada batang sampai ujung malai. Untuk mengukur panjang malai menggunakan meteran dengan satuan pengukuran adalah centimeter (cm) (dokumentasi pengamatan panjang malai padi dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar n).

Jumlah gabah isi perumpun. Pengamatan jumlah gabah isi per rumpun dilakukan setelah panen dengan cara menghitung seluruh gabah total per rumpun tanaman (dokumentasi pengamatan jumlah gabah isi per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar o).

Berat kering gabah per rumpun. Pengamatan berat gabah per rumpun dilakukan setelah panen, perontokan dan pengeringan . Ditimbang menggunakan neraca duduk dengan satuan gram (g) (dokumentasi penimbangan berat gabah kering per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 21 Gambar p).

4.6 Analisis Data

Model linear aditif yang digunakan untuk menganalisis setiap peubah yang diamati adalah :

Yijk = 𝜇 + 𝛼i + 𝛽j + (αβ) ij + γk + εijk Dimana :

i : 1, 2 dan 3 (Varietas Padi)

j : 1, 2, 3,4 dan 5 (Dosis pupuk hayati Bio-Hara Plus) k : 1, 2, dan 3 (Banyaknya kelompok perlakuan)

Yij : Hasil pengamatan untuk dosis pemberian pupuk hayati Bio-Hara Plus taraf ke-i

𝜇 : Nilai tengah

𝛼i : Pengaruh varietas padi pada taraf ke – i

𝛽j : Pengaruh takaran dosis pupuk hayati Bio-Hara Plus taraf ke – j (αβ) ij : Pengaruh interaksi varietas padi taraf ke – i dengan takaran dosis

pupuk hayati Bio-Hara Plus ke – j γk : Pengaruh kelompok ke – k

εijk : Pengaruh galat pada ulangan kelompok ke – k dengan varietas padi taraf ke- i dan pemberian pupuk hayati Bio-Hara Plus ke- j

(26)

Analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F Hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok Perlakuan Varietas

Pupuk hayati(dosis)

Interaksi Galat

1

2 4

8 14

JKK

JKA

JKB

JKAB

JKG

JKK/vr

JKKA/vr JKB/ va

JKAB/vta JKG/vG

KTr/KTG

KTA/KTG KTB/KTG KTAB/KTG

4, 54

3, 68 3, 06

2, 79

8, 68

6, 36 4, 89

4, 32

Total 29 JKT

Data yang diperoleh pada setiap perlakuan dihitung rata – ratanya dengan diuji kehomogenannya dengan ragam Bartlet. Apabila data homogen maka untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis ragam dengan menggunakan uji F pada taraf 5% dan 1%. Apabila pada uji F untuk sumber keragaman menunjukan nyata atau sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata 5% (Langai, 2003).

(27)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman padi pada umur 17, 27 dan 37 HST disajikan pada Lampiran 10, 11 dan 12.

Hasil analisis ragam diketahui tidak ada interaksi antara varietas padi dengan pemberian pupuk hayati pada variabel pengamatan tinggi tanaman umur 17 dan 37, namun terdapat interaksi pada umur 27 HST, hasil uji beda rata-ratanya disajikan pada Tabel 3 dan grafiknya pada Gambar 1. Perlakuan tunggal varietas padi tidak berpengaruh pada variabel pengamatan tinggi tanaman umur 17 HST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 27 dan 37 HST, hasil uji beda rata-rata umur 27 dan 37 HST disajikan pada Tabel 4 dan grafiknya pada Gambar 2, sedangkan perlakuan tunggal pemberian pupuk hayati tidak berpengaruh pada tinggi tanaman.

Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk hayati terhadap tinggi tanaman padi umur 27 HST

Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman Padi 27 HST (cm)

v1p0 56b

v1p1 60,82b

v1p2 61,12b

v1p3 60,87b

v1p4 56,75b

v2p0 54,17b

v2p1 56,62b

v2p2 51,65b

v2p3 49,57a

v2p4 54,5b

v3p0 58,1b

v3p1 56,95b

v3p2 59,5b

v3p3 55b

v3p4 57,4b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari tabel terlihat bahwa tinggi tanaman umur 27 HST perlakuan terbaik pada v1p2 yaitu sebesar 61, 12 cm tidak berbeda dengan perlakuan v1p3, v1p1, v1p0, v1p4, v2p0,

v2p1, v2p2, v2p4, v3p0, v3p1, v3p2, v3p3 dan v3p4, tetapi berbeda dengan v2p0 dengan tinggi 49, 57 cm.

(28)

Gambar 1. Grafik hubungan interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk hayati terhadap tinggi tanaman umur 27 HST

Berdasarkan hasil uji nilai rata-rata dari grafik terlihat pengaruh interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk hayati pada perlakuan v1p2 (Varietas Inpari 17 dosis pupuk hayati 4,2 ml/l) menghasilkan nilai rata-rata tinggi tanaman tertinggi umur 27 HST yaitu 61, 12 cm.

Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman padi (cm) pada umur 27 dan 37 HST terhadap varietas padi.

Perlakuan

Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)

27 HST 37 HST

v1 59,12b 86,03b

v2 53,30b 70,09a

v3 57,39b 71,26a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari tabel terlihat bahwa tinggi tanaman umur 27 HST berpengaruh nyata pada perlakuan v1 yaitu 59,12 cm tidak berbeda dengan perlakuan v2 yaitu 53,30 cm dan v3 yaitu 57, 39 cm. Dan pada umur 37 HST berpengaruh nyata pada perlakuan v1 yaitu 86,03 cm tidak berbeda dengan perlakun v2 yaitu 70,09 cm dan v3 yaitu 71, 26 cm.

0 10 20 30 40 50 60 70

Tinggi Tanaman

Perlakuan

(29)

Gambar 2. Grafik pengaruh varietas padi terhadap tinggi tanama padi pada umur 27 dan 37 HST

Dari grafik terlihat tinggi tanaman padi umur 27 varietas v1 (Inpari 17) menghasilkan 59,12cm, v2 (Inpari 30) menghasilkan 53,30 cm dan v3 (Mekongga) menghasilkan 57,39 cm, dan pada pengamatan umur 37 HST dengan rata - rata tinggi tanaman padi perlakuan v1 menghasilkan 86,03cm, v2 menghasilkan 70,09 cm dan v3

menghasilkan 71, 26 cm.

5.1.2 Jumlah Anakan Per Rumpun

Hasil pengamatan analisis ragam varietas padi dan pemberian pupuk hayati pada umur 17, 27 dan 37 HST masing-masing disajikan pada Lampiran 13, 14 dan 15.

Hasil analisis ragam diketahui tidak ada interaksi antara varietas padi dengan pemberian pupuk hayati pada variabel pengamatan jumlah anakan per rumpun.

Perlakuan tunggal varietas padi tidak berpengaruh pada variabel pengamatan jumlah anakan per rumpun pada umur 17 HST, tetapi berpengaruh nyata pada variabel pengamatan jumlah anakan per rumpun pada umur 27 dan 37 HST, sedangkan pemberian pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap variabel pengamatan jumlah anakan padi pada umur 17 dan 27 HST, kecuali pada variabel pengamatan jumlah anakan pada umur 37 HST.

Hasil uji beda rata-rata varietas padi disajikan pada Tabel 5 dan grafiknya pada Gambar 3, sedangkan hasil uji beda nilai rata-rata pemberian pupuk hayati terhadap jumlah anakan disajikan pada Tabel 6 dan grafiknya pada Gambar 4.

0 20 40 60 80 100

v1 v2 v3

27 HST 37 HST

Perlakuan

(30)

Tabel 5. Hasil uji beda rata-rata jumlah anakan umur 27 dan 37 HST terhadap varietas

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Anakan (anakan)

27 HST 37 HST

v1 35,6a 38,5b

v2 30a 31,6a

v3 37,7b 39,25b

Keterangan : Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari tabel terlihat hasil uji beda rata-rata varietas padi pada variabel pengamatan umur 27 HST berpengaruh nyata pada perlakuan v3 yaitu 37,7 anakan, tidak berbeda dengan v1 yaitu 35,6 anakan, dan v2 yaitu 30 anakan. Pada variabel pengamatan umur 37 HST berpengaruh nyata pada perlakuan v3 yaitu 39,25 anakan, tidak berbeda dengan v1 yaitu 38,5 anakan, dan v2 yaitu 31,6 anakan.

Gambar 3. Grafik pengaruh varietas padi terhadap jumlah anakan padi umur 27 HST dan 37 HST

Dari grafik terlihat pada umur 27 HST, varietas padi v3 (Varietas Mekongga) menghasilkan nilai rata-rata tertinggi 37,7 anakan. Dan pada umur 37 HST penggunaan varietas padi v3 (Varietas Mekongga) nilai rata-rata tertinggi jumlah anakan yaitu 39,25 anakan.

Tabel 6. Hasil uji beda rata-rata jumlah anakan padi umur 37 HST dengan pemberian pupuk hayati

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Anakan (anakan)

p0 42,5b

p1 34,75a

p2 31,25a

p3 32a

p4 39,25a

0 10 20 30 40 50

v1 v2 v3

Jumlah Anakan

27 HST 37 HST

Perlakuan

(31)

Keterangan : Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRTpada taraf 5%

Dari tabel terlihat hasil uji beda rata-rata umur 37 HST pada variabel pengamatan jumlah anakan berpengaruh nyata pada perlakuan p0 yaitu 42, 5 anakan, tidak berberda dengan p1 yaitu 34, 75 anakan, p2 yaitu 31, 25 anakan, p3 yaitu 32 anakan dan p4 yaitu 39, 25 anakan.

Gambar 4. Grafik pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap jumlah anakan padi pada umur 37 HST

Dari grafik terlihat pemberian pupuk hayati terbaik pada perlakuan p0 (0 ml/l air per petak) dibandingan dengan perlakuan p1 (3,8 ml/l air per petak), p2 (4,2 ml/l air per petak), p3 (4,6 ml/l air per petak) dan p4 (5 ml/l air per petak) dapat dilihat pada perlakuan p0 menghasilkan 42,5 anakan , p1 menghasilkan 34,75 anakan, p2

menghasilkan 31,25 anakan, p3 menghasilkan 32 anakan dan p4 menghasilkan 39, 25 anakan.

5.1.3 Jumlah Malai Per Rumpun

Hasil pengamatan jumlah malai padi per rumpun dan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 16.

Berdasarkan hasil analisis ragam tidak ada interaksi antara varietas padi dan pemberian pupuk hayati terhadap jumlah malai per rumpun. Perlakuan tunggal varietas padi memberikan pengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, sedangkan pemberian pupuk hayati tidak memberikan pengaruh pada variabel pengamatan jumlah malai per rumpun. Pengaruh varietas padi disajikan pada Tabel 7 dan grafiknya Gambar 5.

0 10 20 30 40 50

p0 p1 p2 p3 p4

Jumlah anakan

Perlakuan

(32)

Tabel 7. Hasil uji beda rata-rata jumlah malai per rumpun terhadap varietas padi Perlakuan Rata-Rata Jumlah Malai (buah)

v1 30,6a

v2 36,8b

v3 37,2b

Keterangan : Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari tabel terlihat varietas padi berpengaruh nyata pada perlakuan v3 yaitu dengan jumlah 37, 2 buah, tidak berbeda dengan v2 yaitu dengan jumlah 36, 8 buah, dan berbeda dengn v1 yaitu dengan jumlah 30,6 buah.

Gambar 5. Grafik jumlah malai tanaman padi dengan varietas padi

Dari grafik terlihat bahwa varietas v3 (Varietas Mekongga) menghasilkan jumlah malai terbanyak dengan jumlah rata-rata 37,2 buah dibandingkan v1 (Varietas Inpari 17) menghasilkan 36,8 buah dan v2 (Varietas Inpari 30) menghasilkan 30,6 buah.

5.1.4 Panjang Malai

Hasil pengamatan dan hasil analisis ragam panjang malai disajikan pada Lampiran 17.

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui tidak ada interaksi antara varietas padi dan pemberian pupuk hayati terhadap panjang malai. Pada perlakuan tunggal varietas dan pemberian pupuk hayati padi tidak memberikan pengaruh pada variabel pengamatan panjang malai, disajikan pada grafik Gambar 5.

0 10 20 30 40

v1 v2 v3

Jumlah Malai Per rumpun

Perlakuan

(33)

Gambar 6. Grafik hubungan varietas padi dengan pemberian pupuk hayati Dari grafik terlihat bahwa varietas padi dengan pemberian pupuk hayati menghasilkan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan v1p4 (Varietas Inpari 17 dan pupuk hayati dosis 5 ml/l air) yaitu 29,2 cm.

5.1.5 Jumlah Gabah Isi Per Rumpun

Hasil pengamatan dan hasil analisis ragam jumlah malai per rumpun disajikan pada Lampiran 18.

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui tidak ada interaksi antara varietas padi dan pemberian pupuk hayati pada variabel pengamatan jumlah gabah isi perumpun, baik pada perlakuan tunggal varietas maupun pemberian pupuk hayati.

Hubungan antara varietas padi dengan pemberian pupuk hayati terhadap jumlah gabah isi disajikan pada grafik Gambar 6.

Gambar 7. Grafik hubungan varietas padi dengan pemberian pupuk hayati terhadap jumlah gabah isi

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0

Perlakuan

Panjang Malai

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Jumlah Gabah isi

Perlakuan

(34)

Dari grafik terlihat bahwa varietas padi dengan pemberian pupuk hayati menghasilkan nilai rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan v1p4 (Varietas Inpari 17 dan pupuk hayati dosis 5 ml/l air) yaitu 2.486 buah.

5.1.6 Berat Gabah Kering Isi Per Rumpun

Hasil pengamatan dan hasil analisis ragam berat gabah isi per rumpun disajikan pada Lampiran 19.

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui tidak ada interaksi antara varietas padi dan pemberian pupuk hayati pada variabel pengamatan berat gabah isi perumpun.

Perlakuan tunggal varietas berpengaruh pada variabel pengamatan berat gabah isi per rumpun. Sedangkan pemberian pupuk hayati tidak pengaruh terhadap berat gabah per rumpun. Pengaruh varietas padi pada variabel pengamtan berat gabah isi per rumpun dapat dilihat pada tabel 8 dan grafiknya pada Gambar 8.

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari tabel terlihat pada variabel pengamatan jumlah rata-rata berat gabah isi, varietas padi berpengaruh nyata pada perlakuan v1 yaitu 219 gr, berbeda nyata dengan perlakuan v2 yaitu 39, 97 gr dan perlakuan v3 yaitu 51, 8 gr.

Gambar 8. Grafik pengaruh varietas terhadap berat gabah isi per rumpun 0

50 100 150 200 250

v1 v2 v3

Perlakuan

RerataBerat Gabah Isi Tabel 8. Hasil uji beda rata-rata berat gabah isi per rumpun terhadap varietas

Perlakuan Jumlah Rata- Rata Berat Gabah Isi (gr)

v1 219 b

v2 39, 97a

v3 51,8a

(35)

Dari grafik terlihat bahwa varietas v1 (Varietas Inpari 17) mengahasilkan jumlah rata-rata tertinggi pada berat gabah isi per rumpun yitu 219 gr berbeda sedangkan v3 (Varietas Mekongga) menghasilkan 51 gr dan v2 (Varietas Inpari 30) menghasilkan 39, 97 gr.

5.2 Pembahasan

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi dengan varietas padi dan pemberian pupuk hayati pada variabel pegamatan tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per rumpun, panjang malai, jumlah gabah isi per malai dan berat gabah kering per rumpun.

Kecuali terdapat interaksi pada variabel pengamatan tinggi tanaman umur 27 HST.

Hal ini pada awal pertumbuhan tanaman padi yang baru dipindah belum banyak memiliki daun sehingga pupuk yang diberikan lewat daun belum banyak diserap oleh daun, karena jumlah stomata tergantung pada banyaknya jumlah daun. Stomata merupakan tempat masuknya unsur hara yang diberikan melalui daun, jika jumlah daun sedikit maka unsur hara yang diserap untuk mengasilkan energi untuk tanaman tumbuh dan berkembang juga terbatas (Lakitan B, 1993). Sehingga tidak terdapat interaksi di awal pertumbuhan. Dan pada saat fase akhir pengamatan tidak terdapat interaksi karena diduga pupuk hayati yang diberikan tidak dapat memenuhi kebutuhan hara padi secara optimal. Tidak ada interaksi pada variabel pengamatan karena aplikasi pupuk organik cair mikroba / pupuk hayati dengan dosis yang rendah, tidak adanya penambahan pupuk susulan dan hasil analisis tanah kandungan hara N (0,182 %), P (25, 226) dan K 17, 045) yang tergolong rendah, sehingga tidak memperlihatkan pengaruh interaksi terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif padi varietas unggul v1 (Varietas Inpari 17) v2 (Varietas Ipari 30) v3 (Varietas Mekongga).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan terdapat pada benih atau tanaman itu sendiri atau faktor genetiknya dan faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat diluar benih atau tanaman (lingkungan), salah satunya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu tanah dan kandungan unsur hara (Fahmi, 2016)

Berdasarkan hasil analisis ragam varietas padi memberikan pengaruh pada variabel pengamatan tinggi tanaman umur 27 dan 37 HST, perlakuan v1 (Varietas

(36)

Inpari 17) mengasilkan nilai rata-rata tertinggi dibadingkan v2 (Varietas Inpari 30) dan v3 (Varietas Mekongga). Tinggi tanaman padi dipengaruhi oleh sifat genetik. Genetika setiap varietas berbeda, tinggi yang dihasilkan tanaman berdasarkan deskripsi varietas padi. varietas padi v1 (Varietas Inpari 17) menghasilkan tinggi 105 cm, v2 (Varietas Inpari 30) dengan tinggi 101 cm, dan v3 (Varietas Mekongga) 91-106 cm (BB Padi, 2016). Sehingga tinggi tanaman padi yang dihasilkan berbeda.

Berdasarkan hasil analisis ragam varietas padi berpengaruh pada jumlah anakan umur 27 dan 37 HST. Pada perlakuan v3 (Varietas Mekongga) menghasilkan nilai rata-rata tertinggi dibandingkan dengan v1 (varietas Inpari 17) dan v2 (Varietas Inpari 30). Varietas padi yang digunakan memberikan pengaruh pada jumlah anakan yang dihasilkan berdasarkan deskripsi varietas banyaknya anakan yang dihasilkan, v1

(Varietas Inpari 17) dapat menghasilkan 18 anakan, v2 (Varietas Inpari 30) menghasilkan 18 batang, dan v3 (Varietas Mekongga) menghasilkan 13-16 batang (BB Padi, 2016). Menurut penelitian Mahmud dan Purnomo (2014) pada umur 14, 28 dan 42 HST jumlah anakan terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga yaitu rata-rata anakan per rumpun 20, 44 anakan.

Hasil pengamatan dan analisis ragam varietas tidak memberikan pengaruh pada variabel pengamatan panjang malai. Rata-rata panjang malai hasil pengukuran per rumpun pada perlakuan terbaik v1p4 (Varietas Inpari 17 dan pupuk hayati dosis 5 ml/l air). Kecukupan unsur hara dan air berperan penting saat tanaman padi memasuki fase generatif, jika unsur unsur hara dan air tidak mencukupi selama fase generatif akan menyebabkan panjang malai, dan jumlah gabah yang terbentuk tidak maksimal.

Sekalipun varietas yang digunakan memiliki jumlah bulir per malai tinggi (> 200 butir), sehingga air dan pemberian pupuk susulan perlu dilakukan sebelum primordia (Sahabat petani, 2016). Sedangkan pada penelitian tidak terdapat pupuk susulan.

Jumlah gabah isi per rumpun berdasarkan pengamatan dan hasil analisis ragam menunjukan varietas padi dan pemberian pupuk hayati tidak memberikan pengaruh.

Jumlah rata-rata gabah isi per rumpun perlakuan terbaik v1p4 (Varietas Inpari 17 dan pupuk hayati dosis 5 ml/l air). Semakin panjang malai berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai, sejalan dengan hasil pengamatan panjang malai nilai rata-rata panjang malai tertinggi pada perlakuan v1p4 (Varietas Inpari 17 dan pupuk hayati dosis 5 ml/l air) sehingga menghasilkan jumlah rata-rata gabah isi terbanyak.

(37)

Hasil anlisis ragam dan uji beda rata-rata varietas padi berpengaruh pada berat kering gabah isi per rumpun, perlakuan v1 (Varietas Inpari 17) menghasilkan jumlah berat tertinggi dbandingkan perlakuan v2 (Varietas Inpari 30) dan v3 (Varietas Mekongga).

Pupuk hayati yang diberikan ketanaman tidak semua kandungan hara diserap oleh tanaman. Kebutuhan hara yang tidak terpenuhi menyebabkan terhambatnya proses metabolisme, proses metabolisme merupakan proses sintesis senyawa organik sebagai sumber energi utama untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur hara memegang peranan penting karena ketersediaanya tidak dapat digantikan unsur lain. Jika ketersediaan hara terbatas maka proses metabolisme terganggu. Unsur N sangat diperlukan selama pembentukan anakan dari fase vegetatif dan pada fase reproduktif awal Peranan unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan khlorofil karena N mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak mengandung butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan. Sedangkan unsur P berperan penting dalam peningkatan efiseinsi kerja kloroplas yang berfungsi sebagai penyerap energi matahari dalam proses fotosintesis selain unsur P aktif mentransfer energi dalam sel (Hakim, et. al., 1986). Energi yang dihasilkan dalam proses fotosintesis sangat penting dalam proses pembelahan sel untuk membentuk anakan baru. Selain pupuk yang diberikan setiap varietas padi memiliki genetika berbeda sehingga jumlah anakan yang dihasilkan juga berbeda persentase anakan produktif juga berbeda antar varietas (AKK,1990).

Periode pembentukan anakan berlansung selama 6 – 8 MST dan periode selanjutnya dipacu untuk perkembangan malai dan pengisian biji. Hal ini diduga jumlah anakan yangbertahan hingga pada usia 8 MST adalah merupakan anakan yang potensi untuk menjadi anakan produktif. Anakan yang terbentuk selama fase vegetatif biasanya kurang produktif dan malai yang dihasilkan kecil. Secara umum jumlah anakan menurun pada saat tanaman padi mencapai periode generatif, diduga karena adanya kompetisi yang menyebabkan kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh menjadi tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jumlah anakan terganggu dan akhirnya mati menurut Sastroutomo, (2009) dalam Mahmud dan Purnomo (2014) sejalan

(38)

dengan Manurung dan Ismunadji (1988) dalam Amilia Y (2011) menyatakan bahwa fase reproduktif terjadi penurunan jumlah anakan, munculnya daun bendera, fase bunting dan terjadinya pembungaan (heading). Jumlah anakan produktif menentukan jumlah malai perumpun. Anakan produktif muncul pada saat memasuki fase generatif (Wardana dan Hariyati, 2016). Unsur N pada tanaman padi diperlukan dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan fase anakan untuk memaksimalkan jumlah malai (Suyamto, 2010 dalam Amilia Y, 2011).

Diduga pupuk hayati yang diberikan tidak dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman karena dosis yang kecil dan kandungan hara pada tanah berdasarkan hasil analisis tanah rendah. Terutama unsur hara makro N (0,182) P (25, 226 ) dan K (17,045) yang rendah (Balitra, 2016), Sedangkan unsur N P dan K diperlukan dalam jumlah banyak pada saat tanaman fase vegetatif dan memasuki fase generatif (bunting). Hal ini didukung dengan pernyataan Amilia (2011) bahwa pertumbuhan yang tidak optimal karena tidak tercukupinya hara tanaman menyebabkan perbedaan pengaruh POC tidak terlihat. Efisiensi penggunaan pupuk berkaitan antara waktu dan tingkat nutrisi yang dihasilkan oleh pupuk N dengan tingkat kebutuhan N tanaman yang dipengaruhi oleh tingkat kelarutan pupuk tersebut. Penggunaan pupuk organik cair hanya mampu meningkatkan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi sawah, apabila aplikasi pupuk organik cair dengan 75 % - 100% dosis pupuk NPK meningkatkan hasil 22 % - 34 %, berpotensi untuk mereduksi penggunaan pupuk NPK sebesar 25 % (Amilia 2011). Jadi pemberian pupuk hayati yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada tanaman masih kurang efektif tanpa penambahan pupuk NPK.

AAK (1990) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menunjang produktifitas padi yaitu ketersediaan pupuk yang mengandung berbagai unsur hara untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Unsur hara yang berperan penting yaitu N, P dan K. Ketiga unsur ini termasuk unsur hara makro yang peranannya saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman.

Menurut Hakim, et., al (1986) dalam Supriyanto, et., al (2008) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang menyebabkan proses metabolisme tanaman berjalan lancar sehingga pembentukan protein, karbohidrat dan pati tidak terhambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak dan bobot 1000 butir gabah. Unsur hara

(39)

yang tersedia dalam jumlah banyak akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman untuk pertumbuhan dan selebihnya diakumulasikan pada bagian vegetatif tanaman seperti batang, akar dan daun. Oleh karena itu semakin banyak senyawa organik yang diakumulasikan pada batang, akar dan daun, makin panjang pula malai, semakin sedikit jumlah gabah hampa per malai, dan semakin besar bobot gabah kering per rumpun. Pendapat ini didukung oleh Gardner (1991) dalam Supriyanto, et., al (2008) bahwa meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun akan mendorong meningkatnya kandungan karbohidrat di dalam tanaman.

Karbohidrat tersebut dihasilkan dari proses-proses yang terjadi pada daun yaitu proses fotosintesis, dan adanya proses metabolisme yang meningkat, sehingga berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, bobot gabah kering per petak serta bobot 1000 butir gabah.

(40)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat interaksi berbagai varietas padi terhadap pertumbuhan padi pada tinggi tanaman umur 27 HST dilahan rawa lebak.

2. Terdapat pengaruh berbagai varietas padi terhadap pertumbuhan padi pada tinggi tanaman umur 27 dan 37 HST, dan jumlah anakan umur 27 dan 37 HST, panjang malai, dan berat gabah isi per rumpun di rawa lebak.

3. Terdapat pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan padi padi jumlah anakan umur 37 HST di rawa lebak.

4. Tidak terdapat interaksi terbaik varietas padi dan pemberian pupuk hayati dilahan rawa lebak.

5. Didapat varietas terbaik perlakuan v1 (Varietas Inpari 17) terhadap tinggi tanaman umur 27 dan 37 HST, jumlah anakan umur 37 HST, panjang malai dan berat malai per rumpun di rawa lebak.

6. Didapatkan dosis pemberian pupuk hayati terbaik perlakuan p4 (5 ml/l air) terhadap pertumbuhan tanaman padi di rawa lebak.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, untuk varietas padi dengan pemberian pupuk hayati disarankan menggunakan varietas padi v1 Varietas Inpari 17. Dan disarankan pada penelitian selanjutnya dilokasi penelitian tersebut perlu ditambahkan pemberian pupuk susulan organik dan anorganik.

Gambar

Tabel 1. Kombinasi perlakuan varietas padi dan pemberian pupuk hayati Bio-Hara  Plus
Tabel 3 .  Hasil uji beda rata-rata interaksi varietas padi dengan pemberian pupuk hayati  terhadap  tinggi tanaman padi umur 27 HST
Gambar 1. Grafik hubungan interaksi  varietas padi dengan pemberian pupuk hayati                   terhadap tinggi tanaman umur 27 HST
Gambar 2.  Grafik  pengaruh varietas padi terhadap tinggi tanama padi pada umur 27   dan 37 HST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi pupuk hayati ditambah dengan 0.5 sampai 1 dosis pupuk NPK terlihat menghasilkan panjang malai dan jumlah gabah per malai yang tidak berbeda dengan 1

Penelitian penggunaan pupuk organik cair untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik pada padi sawah ( Oryza sativa L.) dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk

Pengurangan dosis penggunaan pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami serta aplikasi pupuk organik dan hayati menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot

Diagram tersebut diatas menunjukan bahwa penggunaan pupuk organik dan pestisida organik pada P3 dengan dosis pupuk 1500 gram/m 2 ,dan pestisida organik ekstrak daun

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk majemuk NPK dan varietas padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah

Terjadinya interaksi pada kombinasi perlakuan dosis pupuk hayati dan pupuk fosfat pada parameter pengamatan berat biji per tanaman di saat panen umur 95 hst di

Dari hasil perhitungan analisis ragam diketahui bahwa terjadi pengaruh interaksi antara konsentrasi pupuk pelengkap cair dengan dosis pemupukan terhadap tinggi

Pengurangan dosis penggunaan pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami serta aplikasi pupuk organik dan hayati menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot