• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP DAN PENGETAHUAN TERHADAP JAMU DI KOMUNITAS YOGA FIRST KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SIKAP DAN PENGETAHUAN TERHADAP JAMU DI KOMUNITAS YOGA FIRST KLATEN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SIKAP DAN PENGETAHUAN TERHADAP JAMU DI KOMUNITAS YOGA FIRST KLATEN

Ahda Maulida1, Indri Kusuma Dewi 2, Susilo Yulianto3

Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Jamu

Abstract

Background: Jamu can improve health for the body empirically. The use of jamu has a tendency to back to nature. Jamu is a traditional medicine of Indonesia. Based on preliminary study about attitude and knowledge towards jamu in Yoga First Klaten by interviewing members, there were 5 of 7 members showed positive attitude towards jamu and 3 of 7 members knew about boiled traditional jamu. Methods: The goal of this research is to know attitude and knowledge towards jamu in Yoga First Klaten Community. The kind of the research is quantitative descriptive. Samples were taken by using purposive sampling, there were 50 samples and data was gotten from respondens that fill in the attitude and knowledge towards jamu statement form. Result: The result of attitude has shown that 100% repondens were kind towards jamu. The result of knowledge has shown that 90% respondens in a good category and 10% in a enough category towards jamu. Conclusion: The conclusion is 100% respondens were kind and 90% respondens in a good category towards jamu.

Keywords: Attitude, Knowledge, Jamu, Member of Yoga First Klaten Community

PENDAHULUAN

Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan sejahtera lahir batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Jamu secara empiris dapat meningkatkan kesehatan bagi tubuh.

Penggunaan jamu di masyarakat memiliki kecenderungan untuk kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat, karena obat sintetis dirasakan terlalu mahal serta efek samping yang cukup besar sehingga konsumsi jamu di Indonesia cenderung semakin meningkat (Vialin, 2012).

Sejak dulu bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengatasi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan obat tersebut bagian tradisi masyarakat

yang diwariskan turun-temurun hingga ke generasi sekarang (Emilda, 2017).

Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan memelihara kesehatan.

Meskipun rasanya pahit, namun sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia.

Sejarah jamu memang tidak diketahui secara pasti, ada pendapat bahwa hal ini dapat ditelusuri pada relief candi sementara istilah jamu (jampi oesada) mungkin juga dapat ditelusuri pada peninggalan tulisan jaman dulu, ada yang mengatakan mungkin ada di naskah Ghatotkacasraya (Mpu Panuluh), Serat Centhini, dan Serat Kawruh Bab Jampi- Jampi Jawi (Aditama, 2014).

Kementerian Pemuda dan Olahraga juga mengajak semua masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan untuk

(3)

58 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

terus semangat olahraga. Selain berolahraga juga minum jamu tradisional sebagai minuman kesehatan khas Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari mengkampanyekan tradisi minum jamu tradisional, hidup sehat, dan membudayakan olahraga (Kemenpora, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan mengenai sikap terhadap jamu yang dilakukan oleh peneliti terhadap anggota komunitas Yoga First Klaten melalui wawancara dengan 7 anggota, terdapat 5 anggota menunjukkan sikap positif terhadap jamu tradisional. Sementara studi pendahuluan mengenai pengetahuan terhadap jamu terdapat 3 dari 7 anggota yang mengetahui tentang jamu tradisional godogan.

Pemanfaatan jamu banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia namun pembahasan karya tulis ini dihususkan pada sikap dan pengetahuan terhadap jamu pada masyarakat yang rajin melakukan olahraga yoga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Rancangan penelitian cross sectional yang artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket untuk mengungkap karakteristik responden meliputi identitas dan sejumlah

pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan sikap dan pengetahuan terhadap jamu.

Identitas responden meliputi nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, dan sumber informasi tentang jamu.

Jalannya penelitian dilakukan dengan:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul, pelaksanaan studi pendahuluan pada beberapa anggota Komunitas Yoga First Klaten, penyiapan alat pengumpulan data (angket), pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas, pengajuan proposal, dan seminar proposal.

2. Prosedur Pengumpulan Data

a. Prosedur perijinan pertama mendapatkan ijin dari pemilik Yoga First Klaten untuk melaksanakan penelitian.memilih responden dan menjelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dan manfaat penelitian pada responden.

b. Apabila responden telah mengetahui tujuan dan manfaat penelitian, responden diminta untuk menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden (informed consent), mengisi identitas responden, dan mengisi jawaban dari pernyataan sikap dan pengetahuan terhadap jamu.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir meliputi penyusunan laporan karya tulis ilmiah berdasarkan data yang telah terkumpul dilanjutkan seminar hasil penelitian dan revisi.

Analisis Hasil

Teknik Analisa yang digunakan:

1. Sikap

Menurut Juliani (2014) kriteria objektif sikap sebagai berikut:

(4)

Ahda Maulida, Sikap dan Pengetahuan Terhadap Jamu 59

a. Bersikap positif jika responden menjawab dengan skor 68 – 108 atau 63% - 100%

b. Bersikap negatif jika responden menjawab dengan skor 27 – 67 atau 25% - 62%

2. Pengetahuan

Skor hasil jawaban responden dihitung dengan rumus:

x 100%

Keterangan:

N = nilai skor pengetahuan

f = jumlah pernyataan yang dijawab benar

n = total seluruh pernyataan Menurut Arikunto dalam Wawan (2011) kriteria pengetahuan:

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : Hasil presentase <56%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin,Umur,Pendidikan, dan Informasi Responden di Komunitas Yoga First Klaten

Kategori Frekuensi (n=50)

Presentase (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 9 18

Perempuan 41 82

Umur

< 20 tahun 2 4

20 – 40 tahun 32 64

> 40 tahun 16 32

Pendidikan

SMP 2 4

SMA 7 14

D3 8 16

S1 21 42

S2 5 10

Tidak diketahui 7 14

Sumber Informasi

Teman 16 32

Orang tua 30 60

Televisi 1 2

Internet 3 6

Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Terhadap Jamu

Kategori Frekuensi Presentase (%)

Mendukung 50 100

Tidak

Mendukung 0 0

Jumlah 50 100

Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 2 di atas, 50 responden menyatakan bersikap positif terhadap jamu.

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Terhadap Jamu

Kategori Frekuensi Presentase (%)

Baik 45 90

Cukup 5 10

Kurang 0 0

Jumlah 50 100 Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 3 di atas, dari 50 responden tentang pengetahuan terhadap jamu, 45 responden (90%) memiliki pengetahuan yang baik terhadap jamu.

PEMBAHASAN

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama. Sikap merupakan suatu respon evaluatif yang hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual, respon evaluatif dinyatakan dalam bentuk

(5)

60 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2013).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian sikap terhadap jamu sesuai dengan teori faktor yang mempengaruhi sikap yaitu lembaga pendidikan, 42% anggota Komunitas Yoga First Klaten berpendidikan sarjana.

Pengaruh dari orang lain yang dianggap penting juga merupakan faktor yang mempengaruhi sikap, anggota Komunitas Yoga First Klaten mendapatkan informasi mengenai jamu dari orang tua dan teman.

Selain itu media massa juga merupakan faktor yang mempengaruhi sikap, beberapa anggota Komunitas Yoga First mendapatkan informasi mengenai jamu dari televisi dan internet.

Jenis kelamin juga merupakan faktor yang mempengaruhi sikap sesorang. Menurut Dagun dalam Oktavianto (2014) karakteristik laki-laki dan perempuan dari segi psikisnya, bahwa kepribadian seorang perempuan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasikan antara aspek-aspek emosionalitas (seperti memiliki tendensi tingkah laku yang sangat pasif, kurang terbuka, dan tidak senang berkompetisi), lebih subjektif dan tergantung suasana hati. Sedangkan pada laki-laki menunjukkan adanya pembagian dan pembatasan yang jelas antara pikiran, rasio, dan emosionalitas (seperti lebih tegas, suka dengan kompetisi, dan jalan pikiran tidak dikuasai oleh emosi, perasaan maupun suasana hati), lebih objektif, dan mengarahkan ke dunia luar.

Pada penelitian ini responden baik laki- laki maupun perempuan memiliki sikap mendukung terhadap jamu.

Peneliti mendapatkan hasil bahwa sikap anggota Komunitas Yoga First Klaten terhadap jamu adalah mendukung yang terlihat pada tabel 4.5, dari 100%

responden semua menyatakan bersikap mendukung terhadap jamu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Triwijayanti (2006) dengan judul Studi Sikap dan Niatan Konsumsi Jamu Pahitan di Surabaya, hasil penelitian tersebut menunjukkan lebih dari 60% responden memberi penilaian setuju sampai sangat setuju terhadap berbagai bentuk jamu baik berbentuk cair, serbuk, dan padat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan dan umur (Wawan, 2011).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil pengetahuan terhadap jamu sesuai dengan teori faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan dan umur. 42% anggota Komunitas Yoga First Klaten berpendidikan sarjana, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi seseorang lebih mudah untuk menerima informasi (Wawan, 2010). 64% anggota Komunitas Yoga First Klaten berumur 20 – 40 tahun yang tergolong dewasa muda. Masa dewasa muda umumnya berada pada kondisi fisik dan intelektual yang baik (Ninawati, 2005).

Peneliti mendapatkan hasil bahwa pengetahuan anggota Komunitas Yoga

(6)

Ahda Maulida, Sikap dan Pengetahuan Terhadap Jamu 61

First Klaten terhadap jamu pada kategori baik sebanyak 45 orang (90%) dan kategori cukup sebanyak 5 orang (45%).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Dewi (2016) dengan judul Pengetahuan Ibu tentang Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Asam Urat, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang atau sebesar (52%) memiliki pengetahuan yang cukup.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Yoga First Klaten tentang Sikap dan Pengetahuan terhadap Jamu di Komunitas Yoga First Klaten, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sikap anggota Komunitas Yoga First Klaten terhadap jamu menunjukkan bahwa 100% responden bersikap mendukung terhadap jamu.

2. Pengetahuan anggota Komunitas Yoga First Klaten terhadap jamu menunjukkan bahwa 90% responden mempunyai pengetahuan yang baik terhadap jamu.

DAFTAR RUJUKAN

Aditama, T. Y. 2014. Jamu & Kesehatan.

Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Emilda, dkk. 2017. Pengetahuan Masyarakat tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Studi Kasus Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat). Jurnal Sainmatika (Vol. 14 (1) : 12).

Juliani, K. P., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja tentang Perilaku Seksual Pranikah pada Siswi Kelas X di SMA Negeri 1

Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Kemenpora. 2015. Asyiknya habis Berolahraga Minum Jamu Tradisional.http://kemenpora.go.id/i ndex/preview/berita/9469. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2017.

Ninawati, F. I. 2005. Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada Masa Dewasa Muda ditinjau dari Pola Attachment. Jurnal Psikologi (Vol.

3(1) : 50).

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Oktavianto, R. 2014. Organization Citizenship Behavior (OCB) ditinjau dari Jenis Kelamin pada Pegawai Dinas Pendidikan Kota Cilegon.

[Naskah Publikasi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Vialin, G. 2012. Pengalaman Keluarga Mengkonsumsi Jamu dalam Perspektif Sehat Sakit di Desa Jaten Kecamatan Juwiring. [Skripsi].

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wawan, A. dan A. D. 2011. Teori &

Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

(7)

62

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DAUN SIRSAK UNTUK HIPERTENSI

Susilo Yulianto

Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Anafarma

Abstract

Background: Hypertension is a condition in which blood pressure is higher than 140/90 millimeters of mercury (mmHG). The 140 mmHG number refers to systolic reading, when the heart pumps blood throughout the body. Meanwhile, the 90 mmHG number refers to diastolic reading, when the heart is relaxed while refilling its chambers with blood. Based on a preliminary study conducted by the researchers, the data about people's knowledge about soursop leaves for hypertension was very diverse.

The purpose of this study was to find out public knowledge about soursop leaves for hypertension. Methods: This research is a quantitative descriptive study with a cross sectional approach. The sampling technique uses quota sampling with 30 respondents.

Data analysis was carried out by descriptive analysis. Result: Data analysis showed that respondents who had good knowledge were 27 respondents (90%), while respondents who had sufficient knowledge were 3 respondents (10%). Conclusion: Of this study is that public knowledge about soursop leaves for hypertension, is in the good category (90%), and knowledge with sufficient category (10%).

Keywords: Community Knowledge, Soursop Leaves, Hypertension

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah lebih dari normal (140/90 mmHg) (Chobanian 2003).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah pneumonia dan cedera intrakranial, yakni mencapai 4,81

% dari populasi kematian pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi nasional mencapai 31,7 %. Hal ini lebih tinggi dibandingkan Singapura (27,3 %), Thailand (22,7 %), dan Malaysia (20%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2008).

Gaya hidup sehat dapat memperkecil resiko kematian antara lain menghidari stress yang berlebihan, olahraga teratur serta terukur, istirahat yang cukup, mengurangi konsumsi makanan yang berlemak, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, mengurangi penggunaan garam pada makanan dan memperbanyak makan buah serta sayuran tinggi serat.

Daun sirsak merupakan bagian dari tanaman sirsak yang memiliki manfaat lebih yaitu daun sirsak mengandung acetogenin yang biasa digunakan sebagai senyawa toksik atau racun. Daun sirsak merupakan daun yang kaya minyak dan protein serta toksisitas (tanin, fitat, dan sianida) dan oleh karena itu dapat dimanfaatkan pada manusia dan hewan.

Daun sirsak mengandung senyawa

(8)

Susilo Yulianto, Pengetahuan Masyarakat Tentang Daun Sirsak 63

flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat, dan alkaloid. Antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak antara lain adalah vitamin C. Studi lebih lanjut telah dilakukan untuk melihat efek hipotensi daun sirsak (Carbajal 1991).

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Namun bukan berarti orang yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah.

Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.

Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Penelitian Hubert Hansel P dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung mengenai efektifitas teh daun sirsak (Annona muricata linn).

Ada pengaruh bermakna (signifikan) dari pemberian teh daun sirsak (Annona muricata linn) terhadap penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah terjadi karena daun sirsak mempunyai kandungan senyawa monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A, annonasin10-one, murikatosin A dan B, annonasin, dan goniotalamisin.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan masyarakat

tentang daun sirsak untuk hipertensi, melalui wawancara dengan 7 responden yaitu Masyarakat di Desa Ngalas, Klaten Selatan, hanya 3 orang (43%) yang mengerti hipertensi dan 2 orang (28%) yang mengerti daun sirsak untuk hipertensi di Ngalas, Klaten Selatan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional. Menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan masyarakat tentang daun sirsak untuk hipertensi. Sampel berjumlah 30 orang. Teknik sampling menggunakan quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket.

Tabel 1. Kisi-kisi Angket

Variabel Indikator

Hipertensi

a. Pengertian b. Jenis dan Faktor c. Persepsi

d. Penyebab e. Bahaya

Daun sirsak

a. Pengertian b. Manfaat c. Morfologi d. Persepsi

Sebelum angket digunakan dalam penelitian, angket diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket tersebut. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada 30 responden yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan responden di tempat penelitian dilaksanakan. Validitas dianalisis dengan rumus korelasi Pearson product moment, sedangkan reliabilitas dianalisis dengan rumus Alpha Cronbach.

Validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Stastistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Pengolahan datanya yaitu editting,

(9)

64 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

processing, cleaning. Analisa datanya analisa univariat atau deskriptif.

HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Umur

Responden berusia 19-28 tahun 11 orang (36,67%), responden usia 29-38 tahun 7 orang (23,33%), responden usia 39-48 tahun 8 orang (26,67%) dan responden usia 49-58 tahun 4 orang (13,33%).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Usia Frekuensi %

19-28 11 36,67

29-38 7 23,33

39-48 8 26,67

49-58 4 13,33

Jumlah 30 100 Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Dari 30 responden yang diteliti, terdapat responden yang berjenis kelamin laki-laki 12 orang, dengan persentase 40 persen dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang dengan persentase 60%.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frekuensi (%)

Laki-laki 12 40 Perempuan 18 60 Jumlah 30 100

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Dari 30 responden yang diteliti, tingkat pendidikan responden SD 3 orang dengan persentase 10,01%, tingkat pendidikan responden SMP 7 orang dengan persentase 23,33% dan tingkat pendidikan responden SMA 20 orang dengan persentase 66,66%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (%) SD 3 10,01 SMP 7 23,33 SMA 20 66,66 Jumlah 30 100

Distribusi Pengetahuan Masyarakat Dari 30 responden yang diteliti, pengetahuan masyarakat tentang daun sirsak untuk hipertensi 27 orang baik dengan persentase 90% dan pengetahuan cukup 3 responden dengan persentase 10%.

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Masyarakat

Kriteria Frekuensi % Baik 27 90 Cukup 3 10 Jumlah 30 100 Distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat, yang mendapat prosentase paling tinggi pada nilai kategori pernyataan untuk hipertensi 92,85 dan 100 sebanyak 12 responden, sedangkan yang paling tinggi pada nilai kategori pernyataan tentang daun sirsak 92,85 sebanyak 9 responden (30%).

Tabel 5. Hasil Pengetahuan Masyarakat Kategori

Pertanyaan Nilai F %

Hipertensi

50,00 57,14 64,28 71,42 78,57 85,71 92,85 100,0

3 3 2 3 5 2 6 6

10,0 10,0 6,66 10,0 16,67 6,66 20,0 20,0

Total 30 100

(10)

Susilo Yulianto, Pengetahuan Masyarakat Tentang Daun Sirsak 65

Kategori

Pertanyaan Nilai F %

Daun sirsak

64,28 71,42 78,57 85,71 92,85 100,0

1 6 5 7 9 2

3,33 20,0 16,67 23,33 30,0 6,45

Total 30 100

PEMBAHASAN

Responden yang berusia 19-28 tahun sebanyak 11 orang dengan persentase 36,67%, Hal ini menunjukkan bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik (Budiman dan Riyanto, 2013). Sebagian besar tergolong pada kategori baik yaitu terdapat pada kelompok usia>20 tahun . Hal ini disebabkan proses perkembangan mental bertambah matang, terutama ketika berusia dewasa. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia seseorang berpengaruh dalam penerimaan sumber informasi. Semakin tinggi umur seseorang, diharapkan semakin baik pula pengetahuan yang didapat.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia dan pekerjaan (Budiman dan Riyanto, 2013). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus

menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru

(Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan Masyarakat Desa Ngalas, Klaten Selatan, berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa paling dominan adalah masyarakat yang berpendidikan akhir menangah atau dapat dikatakan berpendidikan SMA/Sederajat. Dalam hal ini pendidikan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil pengumpulan data dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan Masyarakat Desa Ngalas, Klaten Selatan tentang daun sirsak untuk hipertensi, menunjukkan bahwa dari masyarakat desa Ngalas, Klaten Selatan, paling banyak berpendidikan menengah atau berpendidikan SMA/sederajat dalam kategori berpengetahuan baik. Hal ini dikarenakan pada tingkat SMA atau sederajat masyarakat termasuk pada taraf perkembangan pola pikir yang lebih dewasa sehingga pola pikir yang dihasilkan juga lebih baik.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Budiman dan Riyanto, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan Masyarakat Desa Ngalas, Klaten Selatan tentang daun sirsak untuk hipertensi,

(11)

66 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 27 responden (90%), sedangkan yang mempunyai tingkat pendidikan cukup sebanyak 3 responden (10%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Ngalas, Klaten Selatan, tentang daun sirsak untuk hipertensi sudah tergolong dalam kategori baik.

Menurut Notoatmodjo (2013), pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Pengalaman yang dikembangkan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata terkait dengan kondisi yang ada.

Oleh karena itu masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan khususnya menjaga tekanan darah agar tetap stabil dengan berperilaku hidup sehat, dengan mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan:

Hasil penelitian tentang pengetahuan masyarakat tentang daun sirsak untuk hipertensi di Ngalas, Klaten Selatan, yang termasuk dalam tingkat pengetahuan baik sebanyak 27 orang (90%), sedangkan yang cukup 3 orang (10%).

Saran:

Untuk masyarakat yang berpengetahuan cukup, disarankan lebih banyak lagi mempelajari tentang khasiat daun sirsak untuk hipertensi dan bagi peneliti lain, untuk meneliti lebih dalam tentang daun

sirsak baik khasiat, kandungan dan manfaat lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita Seleta Kuesioner Pengetahuan dan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chobanian AV, 2003, The Seventh Report of the Joint National Committee on the Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), U.S. Department of Health and Human Services, 1206- 1252.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008, Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 111.

Carbajal D, Casacoa A, Arruzazabalaa L, Gonzaleza R, Fuentes V, 1991, Pharmacological Screening of Plant Decoctions Commonly Used in Cuban Folk Medicine, J.

Ethnopharmacol. 33(1-2): 21–24.

(12)

PENGARUH COUPLE PRENATAL CLASS TERHADAP KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI KLINIK HANA JOGONALAN

KLATEN

Anik Kurniawati1Endang Suwanti2

Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract

Background: The husband is a wife's assistant and often as a decision maker both during pregnancy and childbirth, therefore the husband also needs to get the same information as pregnant women. According to Lutfiatus Sholihah (2004), during pregnancy, the husband must also be invited to prepare to welcome the arrival of the child, because not all husbands are ready to mentally wait for his wife who is in pain, sometimes they even panic and can not calm the wife who was giving birth.Based on a preliminary study conducted that the class of pregnant women is only given to mothers without involving the husband or partner. Preliminary study data also shows that there are still many pregnant women who come to health workers during the fake labor phase. Pregnant women arrive early due to anxiety and fear of facing labor. The purpose of this study was to determine the effect of prenatal class couples on maternal anxiety in facing labor at the Hana Jogonalan Klaten clinic. Methods: This type of research is Quasi experiment, with post test design without control group design. The study was conducted at the Klaten Jogna Hanna clinic from May to August 2018. The target population in this study were pregnant women with a minimum gestational age of 36 weeks with a total population of 20 respondents. The sampling technique in this study was total sampling. 10 respondents were given classes of pregnant women with husband's assistance and 10 respondents were given classes of ordinary pregnant women, classes of pregnant women were given 2 times in 1 month. Result: The respondent's anxiety state was measured using the Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA) research instrument. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis using the Spearman Rank test. Conclusion: Showed there was no effect of couple prenatal class on maternal anxiety with a p value of 0.193 and a correlation coefficient of 0.302.

Keywords: Couple Prenatal Class, Anxiety, Childbirth

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk memperbaiki kesehatan maternal dan neonatal melalui berbagai upaya dan program, salah satu program adalah Suistanable Development Goals (SDGs)

yang merupakan kelanjutan dari program Millenium Development Goals (MDGs).

Target SDGs untuk kesehatan maternal neonatal di tahun 2030 adalah menurunkan angka kematian ibu sebesar 70/100.000 kelahiran hidup, angka

(13)

68 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

kematian neonatal 12 per 1000 dan angka kematian balita menjadi 25 per 1000, sedangkan di Jawa Tengah sendiri Angka Kematian Ibu sebesar 126, 55 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian neonatal sebesar 7,2 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015 (SDKI, 2015)

Kematian ibu dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau masa nifas. Pada dasarnya persalinan adalah proses fisiologis yaitu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).

Persalinan adalah hal yang normal dan alami, akan tetapi bisa menjadi patologis apabila ibu bersalin dan tenaga kesehatan kurang memahami tentang proses kehamilan dan persalinan, demikian juga pasangan atau suami ibu hamil. Fenomena yang terjadi pada ibu hamil menjelag persalinan saat ini adalah pada saat ibu hamil merasakan kontraksi uterus sebagai awal permulaan persalinan datang ke tenaga kesehatan atau bidan pada waktu yang kurang tepat untuk mendapatkan pertolongan persalinan, karena tanda tersebut merupakan tanda persalinan palsu.

Hal tersebut terjadi dikarenakan ibu merasa cemas dalam menghadapi persalinan, bahkan tidak jarang cemas tersebut akan berkelanjutan selama masa persalinan sehingga mengganggu keluarnya hormon oksitosin. Oksitosin adalah hormon pemicu munculnya kontraksi uterus. Apabila hormon oksitosin terhambat keluar maka akan

mengakibatkan terjadinya kontraksi yang tidak adekuat.

Pemerintah sudah mengeluarkan program yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kegiatan kelas ibu hamil (Depkes RI, 2009). Dalam buku pedoman kelas ibu hamil dikatakan bahwa kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu hamil mulai usia 20 sampai 32 minggu dengan jumlah peserta minimal 10 orang. Materi yang disampaikan dalam kelas ibu hamil antara lain perubahan fisilogis kahamilan, persiapan persalinan, persalinan, nifas, perawatan bayi, KB dan mitos yang ada seputar kesehatan ibu dan anak. Kegiatan kelas ibu hamil dilakukan minimal 3 kali dengan pendampingan suami atau keluarga 1 kali. Suami adalah pendampingan istri dan seringkali sebagai pengambil keputusan baik saat kehamilan maupun persalinan, maka dari itu suami juga pelru mendapatkan informasi yang sama dengan ibu hamil. Menurut Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus diajak menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua suami siap mental menunggui istrinya yang sedang kesakitan, adakalanya mereka malah panik dan tidak bisa menenangkan istri yang sedang bersalin.

Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan bahwa kelas ibu hamil hanya diberikan pada ibu tanpa melibatkan suami atau pasangan. Data Studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil yang datang ke tenaga kesehatan pada fase persalinan palsu.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh couple prenatal class terhadap kecemasan ibu

(14)

Anik Kurniawati ,Pengaruh Couple Prenatal Class Terhadap Kecemasan Ibu 69

dalam menghadapi persalinan di klinik Hana Jogonalan Klaten.

METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan Quasi eksperiment, dengan desain racangan post test without control group. Pada penelitian ini akan diukur kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan setelh diberikan intervensi couple prenatal class.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Klinik Hana Jogonalan Klaten Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret 2018 sampai dengan Agustus 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi tdalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil TM III dengan usia kehamilan minimal 36 minggu yang periksa di klinik Hana Jogonalan Klaten sebanyak 20 orang.

Sampel yang dalam penelitian ini adalah 20 ibu hamil. 10 ibu hamil diberikan coupel prenatal class, sedangkan 10 ibu diberikan kelas kehamilan tanpa pasangan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Variabel Penelitian.

Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah Couple prenatal class atau kelas kehamilan bersama pasangan.

HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat

Terikat Kecemasan dalam menghadapi persalinan

Instrumen atau Alat Penelitian

Instrument penelitian ini berupa modul pembelajaran untuk couple prenatal class dan skala pengukran kecemasan yaitu HRSA yang dimodifikasi untuk ibu hamil.

B. Analisa Data Analisis Univariate

Dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik responden

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji sperman rank.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah %

≤ 20 0 0 20-35

≥ 35

20 0

100 0 Total 20 100

Berdasarkan tabel 1 skala usia dalam penelitian ini berdasarkan pembagian masa reproduksi sehat.

Semua responden berada pada rentang usia reproduksi sehat, yaitu usia 20-35 tahun. Tidak ada responden dengan usia berisiko.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah %

D3 2 10.0

S1 7 35.0

SMA 11 55.0

Total 20 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh responden dengan pendidikan D3 sebanyak 2 responden (10%), responden dengan pendidikan S1 sebanyak 7 responden (35%) dan responden dengan pendidikan SMA sebanyak 11 responden (55%).

(15)

70 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

B. Analisis Bivariat

Tabel 3. Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan

Kecemasan Jumlah %

Ringan 11 55.0

Sedang 9 45.0

Total 20 100.0 Berdasarkan hasil penelitian diatas responden dengan kecemasan ringan sebanyak 11 responden (55%) dan responden dengan kecemasan sedang sebanyak 9 responden (45%).

1. Couple Prenatal Class

Hasil penelitian couple prenatal class diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Kecemasan Couple Prenatal Class

Couple Prenatal Class Jumlah % Dengan Pendamping 10 50.0 Tanpa Pendamping 10 50.0

Total 20 100.0

Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh couple prenatal class diperoleh dengan pendamping sebanyak 10 responden (50%) dan tanpa pendamping sebanyak 10 responden (50%).

2. Pengaruh Couple Prenatal Class Terhadap Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan Di Klinik Hana Jogonalan Klaten.

Tabulasi silang couple prenatal class dan kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten sebagai berikut:

Tabel 5. Pengaruh Couple Prenatal Class Dan Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten

Couple Prenatal Class

Kecemasan

P Coefisie n corelasi Ringan sedang

n % n % Dengan

Pendamping 7 35 3 15 0.196 0.302 Tanpa

Pendamping 4 20 6 30 Total 11 55 9 45

Berdasarkan tabel 5 tabulasi silang diatas menunjukkan responden terbesar pada Couple Prenatal Class dengan pendamping dengan kecemasan ringan sebanyak 7 responden (35%) dan dengan pendampingan sebanyak 4 responden (20%), sedangkan yang mengalami kecemasan sedang pada responden yang didampingi sebanyak 3 orang (15%) dan yang tidak didampingi 6 orang (30%).

Uji pengaruh couple prenatal class terhadap kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten dengan menggunakan sperman rank diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji sperman rank diperoleh Correlation Coefficient sebesar (0,302) dengan nilai sig (0,196) > 0,05 H0: diterima dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh couple prenatal class terhadap kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten.

PEMBAHASAN

Couple prenatal class bertujuan untuk melibatkan peran aktif suami atau pasangan dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu hamil dan pasangannya mampu memahami fisiologi kehamilan, persiapan persalinan dan proses persalinan. Ibu hami dan

(16)

Anik Kurniawati ,Pengaruh Couple Prenatal Class Terhadap Kecemasan Ibu 71

pasangannya dapat membuat perencanaan persalinan sesuai dengan harapan. Upaya prenatal couple class dilakukan untuk membuat suami memahami proses kehamilan dan persalinan sehingga dapat meningkatkan peran dengan memberikan dukungan saat bersalin. Dukungan suami dan keluarga dapat mengurangi rasa cemas, karena keluhan ibu bersalin akan ditanggapi positif sehingga tercipta rasa tenang. Dengan mengikuti kelas kehamilan diharapakan suami dapat mengerti perannya pada masa persalinan antara lain dengan meberikan motivasi, maupun menenangkan selama proses persalinan (Mardjan, 2016).

Berdasarkan hasil uji sperman rank diperoleh Correlation Coefficient sebesar (0,302) dengan nilai sig (0,196) > 0,05 H0: diterima dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh couple prenatal class terhadap kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten.

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Mardjan (2016), hal ini memungkinkan terjadi karena semua responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia reproduktif. Sejalan dengan peneletian Alibahsyah (2017) yang mengatakan bahwa ibu dalam rentang usia antara 20-35 tahun memiliki tingkat kecemasan yang lebih ringan jika dibandingkan dengan ibu dalam rentang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, hal ini juga didukung oleh penelitian Heriani (2016) yang mengatakan bahwa rentang usia 20-35 tahun kondisi fisik wanita dalam keadaan prima, rahim sudah mampu memberi perlindungan, mental pun siap untuk merawat dan menjaga kehamilannya secara hati-hati. Usia juga mempengaruhi kesiapan ibu dalam menerima

kehamilannya serta dalam mempersiapkan persalinan

Selain dari faktor usia, pendidikan ibu juga merupakan salah satu faktor yang menentukan kecemasan ibu, hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2004) bahwa pendidikan pada umumnya memiliki korelasi yang kuat dengan pengetahuan, dimana pengetahuan dimana tingkat pendiidkan yang tinggi akan membentuk pola adaptif terhadap kecemasan karena memiliki koping yang lebih baik. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian sholichah (2015) bahwa pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang banyak pengetahuannya dan makin mudah menerima proses informasi sehingga membuat ibu lebih tenang.

Menurut Heriani (2016) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin besar peluang untuk mencari pengobatan ke tenaga kesehatan.

Sebaliknya, semakin rendahnya pendidikan seseorang akan menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurang nya informasi yang didapat orang tersebut.

Responden dalam penelitian semua mengikuti kelas ibu hamil. Pelaksanaan kelas ibu bermanfaat dalam hal persiapan baik secara fisik maupun psikologis ibu dalam menghadapi persalinan. Dalam segi psikologis kegiatan ibu dapat meningkatkan kepercayaan diri yang cukup dalam menghadapi persalinan, dengan mengikuti kelas ibu, ibu hamil mempunyai pengetahuan, keterampilan serta motivasi terkait dengan kesadaran untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi yang didapatkan selama mengikuti pelajaran pada kegiatan kelas hamil. Hal ini meningkatkan kesiapan mental ibu hamil dalam menghadapi persalinan

(17)

72 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

sehingga akan tercipta keadaan yang tenang, santai, rileks dan nyaman dalam menghadapi persalinannya (Depkes, 2009).

Didukung pula dengan memiliki pendidikan minimal D3 dengan usia 20-35 tahun, sehingga berdasar teori dan hasil penelitian diatas mampu mengelola kecemasannya sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan:

1. Karakteristik Responden menunjukkan semua responden berada pada rentang usia reproduktif 20-35 tahun (100%), dan tingkat pendidikan tinggi (45%), tingkat pendidikan menengah (55%).

2. Kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan menunjukkan responden dengan kecemasan ringan sebanyak 11 responden (55%) dan kecemasan sedang 9 responden (45%).

3. Tidak terdapat pengaruh couple prenatal class terhadap kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di Klinik Hana Jogonalan Klaten ditunjukkan dengan Correlation Coefficient sebesar (0,302) dengan nilai sig (0,196) > 0,05.

Saran:

1. Ibu Hamil

Untuk ibu hamil, sebaiknya selalu m engikuti kelas ibu hamil yang sudah menjadi program pemerintah, baik sendiri maupun dengan pendampingan suami. Bagi ibu hamil dengan faktor risiko usia sebaiknya pelaksanaan kelas ibu hamil dengan melibatkan pasangannya

2. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya rutin melakukan kelas ibu hamil sesuai dengan program pemerintah

DAFTAR RUJUKAN

Alibasjah dkk. 2016. Hubungan usia ibu hamil TM III dengan kecemasan menghadapi persalinan pada primigravida.journal.unwasgati.ac .id.

Ambar Dwi Erawati, 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.

Aprillia. 2010. Hipnostetri Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan Melahirkan. Transmedia.

Jakarta.

Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill Companies,mUSA.

Bobak. Tanda-Tanda persalinan.

Departemen Kesehatan RI. 2009.

Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta.

Hajar. 2012. Amani Birth Buku Pedoman Pengajar (alih Bahasa Oleh Amelita D. Surtikanti). USA.

AMANI Inc Delaware.

Hawari, 2011, Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Heriani. 2016. Kecemasan Menjelang

Persalinan Ditinjau dari Paritas, Usia dan Tingkat Pendidikan.

Journal Kesehatan Aisyiyah Pringsewu.

Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan JICA (Japan International Cooperation Agency).

Manuaba. Manuabaa Ida Ayu Candradinata. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta; EGC.

(18)

Anik Kurniawati ,Pengaruh Couple Prenatal Class Terhadap Kecemasan Ibu 73

Mardjan, 2016. Pengaruh Kecemasan pada Kehamilan Primipara.

Abrori Institute. Pontianak.

Mochtar. 2013. Synopsis Obstetri. Jakarta.

EGC.

Prawiroharjo. 2014. Ilmu Kebidanan.

Jakarta. PT Bina Pustaka.

Saifudin. Abdul Bari Saifudin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.

Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sholichah.2015. Hubungan Tingkat Pendidkan Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Usia 40-50 Tahun Dalam Menghadapi Monopouse. E-journal.akbid- purworejo.ac.id.

Susanti. Psikologi Kehamilan. EGC.

Jakarta

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1.

Jakarta;

Walsh. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta. EGC.

Wijayanti. 2016. Hubungan keikutsertaan ibu hamil dalam kelas Hamil Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil TM III Di Desa Karangmangu Sarang Kabupaten Rembang. Journal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol II No.5

Yainanik. 2017. Usia, Tingkat Pendidkan

dan Pengetahuan ANC

Primigravida Dalam Kecemasan Menghadapi Persalinan.

eprints.ums.ac.id.

(19)

74

PENGARUH BOOKLET STIMULASI INTERVENSI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI PREMATUR TERHADAP PENINGKATAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI

Rosalinna1, Asti Andriyani2

Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract

Background: Premature infants have a risk of death in the first year of life mainly due to prematurity. Developmental stimulation interventions in premature infants can have a positive impact on weight gain and infant development. The purpose of this study was to determine the effect of the application of growth and development intervention booklets on mothers who had a premature baby to increase the growth and development of infants aged 0-6 months in Karanganyar Regency. Method: The method used in this study is the method in this study. This research uses a quantitative method with a Quasy experiment in the form of a pre-post test design. The sample in this study was Mother and Baby in Karanganyar District who had met the inclusion and exclusion criteria. Results: The results of this study showed that there were differences in body weight and height growth before and after the study in the control group (ρ <0.05). There were no differences in development before and after the study in the control group (ρ> 0.05). There were differences in body weight and height growth before and after the study in the intervention group (ρ <0.05). There are differences in development before and after the study in the control group (ρ <0.05).

There is no effect of the application of growth intervention booklet stimulation, but there is a developmental influence on premature infants aged 0-6 months in Karanganyar Regency. Conclusion: SDIDTK booklet can significantly improve the development of premature babies. It is expected that parents can provide stimulation to premature babies well to increase growth and development

Keywords: Booklet, Stimulation Of, Growth, Premature Growth

PENDAHULUAN

Kelahiran prematur telah menjadi perhatian bagi para profesional tenaga kesehatan, dan manajer kesehatan, karena dampak dari deteksi dini dapat memfasilitasi intervensi terapeutik dan meminimalkan masa depan bayi. Dengan demikian, program dibuat untuk mengikuti bayi prematur; Pada kebanyakan kasus, program ini mengikuti bayi 0 bulan sampai anak-anak usia 2 tahun, dan ditujukan terutama untuk mendeteksi kecacatan parah seperti

cerebral palsy. Dampak prematuritas seperti mengalami keterbatasan sosial seumur hidup, karena mereka memiliki gangguan ringan, perilaku, kinerja sekolah, dan gangguan bahasa, antara lain, dan seringkali tidak didiagnosis secara spesifik (Rafaela Dkk, 2014)

Secara global, 15 juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Ini setara dengan 1 dari 10 kelahiran. Tingkat kelahiran prematur telah meningkat selama 20 tahun terakhir. Diperkirakan, ini karena meningkatnya usia ibu,

(20)

Rosalinna, Pengaruh Booklet Stimulasi Intervensi Pertumbuhan Pada Bayi Prematur 75

peningkatan tingkat komplikasi terkait kehamilan. Prevalensi global BBLR adalah 15,5% yang berjumlah sekitar 20 juta bayi BBLR yang lahir setiap tahun, 96,5% di antaranya di negara berkembang (Fayed NM, 2016).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012) Data di Indonesia, Angka Kematian Bayi (AKB) terdapat 35 per 1000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian bayi diantaranya 35,5% kelahiran prematur, 21,6%

kelahiran BBLR, 17% kelainan kongenital, 13 % Sepsis, 5,4 lainnya, 5,3% infeksi pernapasan akut, 1,2%

karena injuri.

Semakin pendek masa kehamilan, semakin besar risikonya kematian dan morbiditas untuk bayi. Bayi prematur memiliki risiko kematian di tahun pertama kehidupan terutama karena prematuritas.

Pentingnya pertumbuhan bayi prematur adalah menerima perhatian, stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.

Sayangnya, pertumbuhan sering merupakan masalah sekunder saat perawatan pasca lahir yang diutamakan adalah pada stabilisasi dan pengelolaan penyakit akut. Tenaga kesehatan harus memberikan stimulasi ritmik yang lembut bentuk sentuhan lembut, pijatan,

memeluk, membelai dan

melenturkan Stimulus pendengaran yang menenangkan dapat diberikan pada bayi prematur dalam bentuk suara keluarga atau musik (Fayed NM, 2016).

Perkembangan normal pada anak perlu dipantau secara rutin karena dapat dijadikan dasar untuk mengetahui

gangguan tumbuh kembang

(Soetjiningsih,2015). Penelitian yang dilakukan oleh Mirko, et. al (2017) menunjukkan bahwa gangguan perkembangan motorik saat anak - anak

dapat mempengaruhi kecerdasan akademik saat masa sekolah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Murray, et.al (2006) menggunakan metode cohort menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pencapaian kemampuan motorik kasar terhadap kemampuan kognitif di usia 33-35 tahun.

Secara singkat, menurut penelitian Barnett et.al (2008) kemampuan motorik yang baik saat balita dapat menurunkan gangguan aktivitas fisik saat masa balita dan kemampuan motorik dalam masa anak - anak berhubungan dengan aktivitas fisik yang baik di masa remaja.

Suatu penelitian di Indonesia yang dilakukan di kabupaten Bandung, Jawa Barat menunjukkan bahwa 20-30% anak balita mengalami gangguan perkembangan, sebagian besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar dan bahasa/bicara ( Kemenkes, 2014 )

Pemerintah memberikan solusi untuk mendeteksi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang telah ada sejak tahun 1988. Pemantauan SDIDTK diantaranya dengan melakukan pemantauan motorik kasar dan motorik halus pada bayi dan balita dengan menggunakan Kueisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Sehingga penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan dapat terdeteksi dini (Kemenkes,2016).

Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk menemukan secara dini penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional pada anak sehingga dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya

(21)

76 Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, Volume 4, No 2, September 2019, hlm 57-119

penyimpangan pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional yang menetap. Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai mempunyai masalah saja tetapi harus dilakukan pada semua balita dan anak pra sekolah secara rutin setahun 2 kali (Kemenkes, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Feti menunjukkan bahwa SDIDTK terbukti efektif terhadap peningkatan angka penemuan dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak usia balita dengan p value 0,004. Hal yang sama pada penelitian yang dilakukan Fayed tahun 2016 menjelaskan bahwa intervensi stimulasi tumbuh kembang pada bayi prematur dapat memberikan dampak positif terhadap penambahan berat badan dan perkembangan bayi

Studi pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Karanganyar didapatkan 157 kematian bayi dari 639 kelahiran pada tahun 2017. Berdasarkan data tersebut terdapat 66(40,2%) bayi yang meninggal merupakan bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (Prematur).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan booklet stimulasi intervensi pertumbuhan dan perkembangan pada ibu yang memiliki bayi riwayat prematur terhadap peningkatan pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten Karanganyar”.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian Perlakuan Semu (Quasy experiment) yang berbentuk pre-post test design. Pada tahap pertama dilakukan pengukuran awal (pre test) pada kedua kelompok. Kemudian

setelah itu masing-masing kelompok diberi perlakuan, kemudian pada akhir penelitian dilakukan pengukuran akhir (post test) pada pada minggu keenam Materi inti dari booklet pendidikan kesehatan ini tidak jauh berbeda dengan konseling yang biasa dilakukan oleh bidan tetapi dalam penelitian ini ditambahkan materi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi khususnya bayi prematur. Strategi pendidikan kesehatan dalam kelompok perlakuan menggunakan booklet stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dengan bayi yang memiliki riwayat prematur..

Sehingga diharapkan ibu dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Lokasi penelitian terdiri Penelitian dilakukan di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Penelitian ini dapat dilaksanakan pada 6 dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten Karanganyar. Ketetapan tempat ini berdasarkan per-timbangan peneliti yang puskesmasnya memiliki angka kelahiran prematur terbanyak. Pertimbangan untuk puskesmas kontrol dan perlakuan berdasarkan letak Puskesmas agar tidak saling berdekatan. Waktu pelaksanaan penelitian adalah, yaitu 15 Juli – 20 September 2018. sampel dalam penelitian ini adalah 16. Untuk masik masing kelompok ( kontrol dan perlakuan). Pada akhir penelitian jumlah subjek pada kelompok perlakuan terjadi lost to follow up karena meninggal 1 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji beda berpasangan dan tidak berpasangan.

HASIL PENELITIAN

Penelitian penerapan Penerapan Booklet Stimulasi Intervensi Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Riwayat Prematur

(22)

Rosalinna, Pengaruh Booklet Stimulasi Intervensi Pertumbuhan Pada Bayi Prematur 77

Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan ini dilaksanakan pada 15 Juli – 20 September di 4 Puskesmas Kabupaten Karanganyar.

Proses pembuatan booklet ini telah dikembangkan sejak April 2018 dengan membuat rencana pendidikan kesehatan melalui booklet pada orang tua dengan riwayat bayi prematur.

Proses penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi Puskesmas yang memiliki prevalensi BBLR lebih.

Sebanyak 2 Puskesmas digunakan untuk Puskesmas Kontrol dan 2 Puskesmas Perlakuan. Pemilihan Puskesmas ini disesuaikan lokasi puskesmas agar puskesmas kontrol tidak berdekatan dengan puskesmas perlakuan.

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang dilakukan sebanyak empat kali. Data yang terkumpul dilakukan analisis deskriptif dan kuantitatif untuk menganalisis pengaruh Penerapan Booklet Stimulasi Intervensi Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Riwayat Prematur Terhadap Peningkatan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 0-6 Bulan..

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan karakteristik pada kedua kelompok.

Berdasarkan umur ayah pada kelompok kontrol 36,5 (6,27) tahun sedangkan pada kelompok intervensi lebih muda 32,5 (7,70) tahun. Pada umur ibu kelompok kontrol 34,2 (5,67) tahun sedangkan pada kelompok intervensi lebih muda 29,8 (8,17) tahun. Berdasarkan pendidikan sebagian besar merupakan pendidikan dasar baik pada kelompok kontrol (62,5%) maupun kelompok intervensi (60%). Berdasarkan pendapatan pada kelompok kontrol 3.318.750 (159.247) rupiah sedangkan pada kelompok intervensi lebih rendah yaitu 2.420.000

(1.154.618) rupiah. Berdasarkan riwayat perawatan sebagian besar tidak memiliki riwayat perawatan baik pada kelompok kontrol (87,5%) maupun kelompok intervensi (80%). Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik yang bermakna (ρ>0,05) pada kedua kelompok. Hal ini berarti pada kedua kelompok homogen dan dapat untuk dibandingkan.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel Kelompok ρ

value Kontrol Intervensi

Umur Ayah (tahun)

Mean (SD) 36,5

(6,27)

32,5 (7,70)

0,120

*

Median 35,5 35,0

Rentang 25-51 22-48

Umur Ibu (tahun)

Mean (SD) 34,2

(5,67)

29,8 (8,17)

0,087

*

Median 33,0 30,0

Rentang 23-48 19-43

Pendidikan Ibu

Dasar 10

(62,5%)

9 (60,0%)

0,990

**

Menengah 5

(31,3%)

5 (33,3 %)

Tinggi 1

(6,3%)

1 (6,3%) Pendapatan/bulan (rupiah)

Mean (SD) 3.318.750 (159.247)

2.420.000 (1.154.618)

0,084

* Median 3.000.000 2.000.000 Rentang

2.000.000 8.700.000

1.200.000 5.000.000 Riwayat Perawatan

Tidak Ada 14

(87,5%)

12 (80,0%)

0,654

**

Ada 2

(12,5%)

3 (20,0%)

Keterangan uji: *) T Independent, **) Chi square

Pada tabel 1 didapatkan hasil data pertumbuhan dan perkembangan pada kelompok kontrol. Pada data pertumbuhan menurut berat badan didapatkan sebelum penelitian dengan rata-rata 5.625,0

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden   Menurut Jenis Kelamin,Umur,Pendidikan,  dan Informasi Responden di Komunitas  Yoga First Klaten
Tabel  4.  Pengaruh  Penerapan  Booklet  Stimulasi  Intervensi  Pertumbuhan  Dan  Perkembangan
Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  Karteristik Responden
Tabel  2.  Penurunan  Nyeri  Dysmenorhea  Sebelum  dan  Sesudah  Akupresur  Pada  Remaja Puteri di Kota Bengkulu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) keterampilan berpikir kritis peserta didik setelah diajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berada pada

 Peserta didik bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait perkalian bentuk aljabar. KEGIATAN PENUTUP

Intensitas cahaya terpantul pada kaca tebal 2 mm sebesar 0,51% dan intensitas cahaya yang terbiaskan sebesar 96,42% atau terdapat intensitas cahaya hilang sebesar 3,07%

Media baru atau media sosial diciptakan untuk membuat proses komunikasi dan penyebaran informasi agar berjalan lebih efektif, terutama dalam proses komunikasi

Agar mahasiswa/I dapat mengetahui perubahan kata dari dasar tiga huruf atau empat huruf.. Agar mahasiswa/I dapat membedakan Fi’il tiga

Perancangan aplikasi mobile perhitungan zakat menggunakan UML meliputi rancangan sistem yang akan dibangun ( Use Case Diagram ), rancangan objek ( Class Diagram ),

Penelitian ini berjudul Fenomena Komunikasi Anak Jalanan di Pasar 45 Kota Manado, dengan tujuan untuk mengetahui fenomena komunikasi anak jalanan di Pasar 45 Kota Manado

Kako bi se dobio što precizniji otisak potrebno je dokument konvertirati iz RGB modela boja u CMYK model boja prije samog tiska... Slika2: Prikaz razlike između dva