• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap isu keamanan dan kenyamanan di destinasi pariwisata sudah menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap isu keamanan dan kenyamanan di destinasi pariwisata sudah menjadi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Keamanan dan kenyamanan dalam dunia pariwisata menjadi sebuah isu yang sangat signifikan, kasus-kasus yang terjadi di destinasi pariwisata dalam konteks keamanan menjadi sorotan utama di mata dunia pariwisata karena isu ini sangat rapuh dan cepat sekali mendapatkan respon yang negatif. Penelitian terhadap isu keamanan dan kenyamanan di destinasi pariwisata sudah menjadi topik yang menarik untuk diangkat ke dalam dunia akademis. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang digunakan untuk melihat posisi dari penelitian yang akan dilakukan ini berdasarkan kesamaan fokus dan lokus.

Penelitian pertama yang terkait dengan penelitian ini adalah Tesis yang dilakukan oleh Wahyu Khalik (2014) yang berjudul “Kajian Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok”. Kaitannya dengan penelitian tersebut adalah kesamaan fokus (fokus penelitian) yaitu keamanan dan kenyamanan wisatawan. Hasil dan pembahasan tentang kajian keamanan dan kenyamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok menunjukan bahwa tingkat pemahaman masyarakat tentang sadar wisata dengan tolak ukur sapta pesona masih rendah. Ini membuktikan bahwa fungsi sosial masyarakat dalam menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan tidak berfungsi dengan baik secara sistem untuk mencapai tujuan pariwisata yang berdaya saing tinggi. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang sadar wisata menimbulkan faktor yang

(2)

8 berimplikasi terhadap ketidaknyamanan dan ketidakamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok.

Selanjutnya penelitian kedua yang memiliki kesamaan fokus adalah Jurnal Analisis Pariwisata yang berjudul “Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan di Bali (Kajian Awal Kriminalitas Pariwisata)” oleh I Gst.Ag. Oka Mahagangga (2013). Hasil dari penelitian tersebut adalah keamanan menjadi isu relevan pada dekade terakhir ketika terjadi berbagai macam teror dan tindakan kriminalitas yang menonjol di berbagai belahan dunia. Pertumbuhan sektor pariwisata Bali secara kuantitas tidak menunjukan permasalahan yang berarti, namun secara kualitas menjadi kecenderungan penurunan daya beli wisatawan mancanegara yang disebabkan perbedaan latar belakang ekonomi dan asal wisatawan yang berkunjung ke Bali setelah periode bom Bali I 12 Oktober 2002, berbeda dengan periode sebelumnya. Pariwisata memang sangat rentan terhadap berbagai isu, apalagi menyangkut permasalahan keamanan. Keamanan dan kenyamanan wisatawan tidak hanya dapat diselesaikan dengan kecanggihan teknologi, sistem yang berstandar internasional atau efektifitas secara partial dari salah satu komponen, melainkan peran serta dari bawah, utamanya upaya masyarakat yang berhadapan langsung dengan wisatawan.

Penelitian yang mempunyai kesamaan lokus (lokasi penelitian) dengan penelitian ini adalah Tesis mengenai “Persepsi Wisatawan Mancanegara terhadap Potensi Pariwisata di Kelurahan Ubud, Kabupaten Gianyar” oleh I Wayan Nurjaya (2011). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada umumnya wisatawan mancanegara yang menginap di Kelurahan Ubud adalah wisatawan yang tertarik akan kekentalan dan keaslian budaya masyarakat

(3)

9 setempat, serta yang menyukai pemandangan alam berupa hamparan sawah yang luas serta pemandangan tebing yang indah. Selain itu kelompok umur wisatawan yang menginap di Ubud sangat bervariasi mulai dari kelompok umur yang sangat muda sampai yang sudah tua. Aktivitas pariwisata yang dilakukan oleh wisatawan di Ubud sangat bervariasi dari kegiatan yang membutuhkan peralatan khusus seperti bersepeda mengikuti kelas memasak atau melukis serta berbagai jenis aktivitas yang tidak memerlukan jenis peralatan khusus. Mereka juga sangat tertarik dengan daya tarik pariwisata lain seperti keberadaan monkey forest, galleries, museum, traditional market, temple, palace, handicraft, art performance, religious ceremony, social activities serta keramahan masyarakat cukup mendapat apresiasi dari wisatawan mancanegara.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, terlihat bahwa penelitian terkait Upaya Masyarakat Lokal dalam Menjaga Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan di Desa Adat Ubud belum dilakukan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk membuat suatu hasil pemetaan terhadap upaya masyarakat lokal dalam menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Desa Adat Ubud.

2.2 Landasan Konsep dan Teori Analisis 2.2.1 Teori Tindakan Sosial

Manusia melakukan tindakan karena didorong tujuan tertentu, perbedaan tujuan melahirkan tindakan sosial yang beraneka ragam. Max Weber (dalam George Ritzer 1992) membedakan tindakan sosial kedalam empat kategori sebagai berikut :

(4)

10

 Zwerk Rational (Rasionalitas Instrumental) adalah tindakan yang

dilaksanakan setelah melakukan pertimbangan matang mengenai tujuan dan cara yang akan ditempuh untuk meraih tujuan itu, Zwerk Rational melekat pada tindakan yang diarahkan secara rasional untuk mencapai satu tujuan tertentu.

 Werk Rational (Rasionalitas Nilai) tindakan-tindakan sosial ditentukan

oleh pertimbangan-pertimbangan atas dasar keyakinan individu pada nilai-nilai etetis, etis, dan keagamaan.

 Affectual Action (Tindakan yang dipengaruhi Emosi) tindakan sosial ini dipengaruhi oleh emosi dan perasaan seseorang kepada orang lain.

 Traditional Action (Tindakan karena Kebiasaan) tindakan sosial ini

dilakukan semata-mata mengikuti tradisi atau kebiasaan yang sudah baku.

Teori tindakan sosial yang dijelaskan diatas akan digunakan untuk menganalisis tindakan sosial dari masyarakat lokal di Desa Adat Ubud didalam upaya menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan.

2.2.2 Konsep Desa Adat Bali

Desa adat adalah suatu kesatuan wilayah dimana para warganya secara bersama-sama mengkonsepsikan dan mengkaitkan upacara keagamaan untuk memelihara kesucian Desa, Raka dalam (Santosa, 2003). Pengertian Desa adat secara formal, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012 Pasal 1 (5), adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan

(5)

11 Khayangan Tiga (Khayangan Desa) yang mempunyai daerah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Selanjutnya dalam UU Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 dalam dasar pemikiran alenia ke-9 menyebutkan bahwa desa adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat fasilitas dan pembinaan dari pemerintah Kabupaten/Kota. Desa adat dapat melakukan perubahan wajah desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.

Dalam penelitian ini Desa Adat Ubud dijadikan sebagai fokus lokasi penelitian, karena berdasarkan kriteria Desa Adat Ubud adalah sebuah desa yang mempunyai fungsi pemerintahan, pembangunan secara mandiri dan memiliki kesatuan masyarakat yang mendukung sektor pariwisata sebagai industri yang utama.

2.2.3 Konsep Masyarakat lokal

Masyarakat lokal adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh satu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri, yaitu: interaksi antara warga- warganya, adat istiadat, kontinuitas waktu, rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. (Koentjaraningrat, 2009)

Menurut Iver dan Page dalam (Soekanto, 2006), semua warga masyarakat merupakan masyarakat yang hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan, ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan.

(6)

12 Masyarakat lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kumpulan orang-orang yang tinggal dan beraktivitas di lingkungan internal dan eksternal Desa Adat Ubud yang mempunyai peran dalam menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan.

2.2.4 Konsep Keamanan dan Kenyamanan

Keamanan merupakan bagian yang terpenting dalam industri pariwisata. Ancaman keamanan dapat menyebabkan kunjungan dan kepercayaan wisatawan terhadap destinasi menurun. Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam akitifitasnya. Menurut Potter dan Perry dalam (Khalik, 2014) mendefinisikan keamanan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram.

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. Menurut Khalik (2014) kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.

4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur warna dan unsur alamiah lainya.

(7)

13 Berdasarkan konsep keamanan dan kenyamanan tersebut peneliti ingin menggunakannya untuk mengetahui bagaimana tanggapan dari wisatawan yang sedang mengunjungi Desa Adat Ubud terhadap upaya dari masyarakat lokal untuk memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan.

2.2.5 Konsep Klasifikasi Wisatawan

Smith dalam (Pitana, 2005) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar pengaruh sosial dan ekonomi yang ditimbulkan terhadap masyarakat lokal, daerah tujuan wisata, norma-norma yang berlaku menjadi tujuh kategori, sebagai berikut:

1. Explorer-type tourist, wisatawan yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Jumlah wisatawan yang tergolong dalam tipe ini sangat sedikit dan mereka melakukan kontak yang intensif dengan masyarakat setempat.

2. Elite tourist, kelompok wisatawan kaya yang banyak melakukan kegiatan berbelanja. Mereka biasanya menggunakan jasa biro perjalanan dan ditemani oleh seorang pemandu. Wisatawan jenis ini mempunyai waktu tinggal yang relatif singkat.

3. Off-beat tourist, wisatawan petualangan yang bertujuan untuk mencari tempat-tempat yang sepi dan jauh dari pusat keramaian, misalnya mengikuti acara hunting safari.

4. Unsual tourist, wisatawan yang melakukan perjalanan sehari (one day package tour) untuk mengunjugi tempat-tempat yang primitif dan mengamati budaya-budaya yang masih asli.

(8)

14 5. Incipient mass tourist, wisatawan yang melakukan perjalanan dalam kelompok (group) kecil dengan menggunakan bus-bus wisata dan menginap pada hotel-hotel berbintang, mereka sering melakukan keluhan (complaint) apabila pelayanan yang diberikan kurang memuaskan.

6. Mass tourist, wisatawan yang tergolong dalam tipe ini melakukan perjalanan wisata secara kontinu sepanjang tahun. Mereka tergolong orang kelas menengah dan biasanya menginap pada hotel kecil. Jumlah wisatawan jenis ini sangat banyak dengan tinggal di daerah tujuan wisata beberapa minggu.

7. Charter tourist, kelompok wisatawan ini menginginkan kawasan yang maju dan kosmopolitan dengan berbagai fasilitas yang lengkap sesuai kebutuhannya. Biasanya mereka menggunakan hari liburnya pada akhir pekan untuk menikmati kenyamanan dan keindahan lingkungan.

Klasifikasi wisatawan berdasarkan pengaruh sosial dan ekonomi akan dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui tanggapan terhadap situasi keamanan dan kenyamanan di Desa Adat Ubud.

2.2.6 Konsep Pecalang

Pecalang adalah sebuah organisasi keamanan Desa adat di Bali. Dalam perkembangan pariwisata di Bali, peran serta Pecalang dalam menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan sangat dibutuhkan. Pecalang dikenal sebagai sistem keamanan tradisional yang berada di bawah desa adat. Sesuai denga prinsip “desa , kala, patra” (tempat, waktu dan keadaan) di Bali

(9)

15 dikenal pula adanya istilah lain dari Pecalang, yakni langlang, sambangan, dolop dan jagabaya, Bagus dalam (Merta, 2013)

Pecalang dipilih dari orang-orang yang memiliki pengindraan yang tajam, umumnya dipilih warga desa, penduduk. Secara formal, pengertian Pecalang dirumuskan dalam peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003 tentang Desa Pekraman Pasal 1 (17) menyatakan Pecalang adalah satgas (satuan tugas ) keamanan tradisional masyarakat Bali yang mempunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah, baik ditingkat banjar pekraman atau wilayah desa pekraman.

Tujuan digunakan konsep ini adalah untuk mengetahui peranserta Pecalang dalam menciptakan situasi keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan di Desa Adat Ubud.

2.2.7 Konsep Koordinasi

Koordinasi menurut Stoner dalam (Sugandha,1988) adalah proses penyatu paduan sasaran-sasaran dan kegiatan- kegiatan dari unit- unit yang terpisah (bagian atau bidang funngsional) dari semua organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Fungsi koordinasi ini demikian pentingnya, apalagi bila menyangkut permasalahan keamanan dan kenyamanan pariwisata. Dengan adanya koordinasi antara komponen adat dengan aparat pemerintah sangat penting dilakukan seperti koordinasi antara masyarakat lokal, pecalang, kelian banjar, bendesa adat dengan pihak kelurahan dan kepolisian untuk ikut serta menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan di Desa Adat Ubud. Menurut Stoner dalam

(10)

16 (Sugandha, 1988) menyatakan unsur-unsur yang terkandung dalam usaha koordinasi adalah :

 Unit-unit atau organisasi-organisasi adalah kelompok-kelompok kerja

di dalam suatu organisasi yang tentunya mempunyai fungsi yang berbeda.

 Sumber-sumber (potensi) adalah sumber dan potensi yang ada pada

unit-unit suatu organisasi atau pada organisasi-organisasinya adalah tenaga kerja, ketrampilan dan pengetahuan personilnya, teknologi, anggaran, serta fasilitas kerja lainnya.

 Gerak kegiatan, adalah segala daya upaya, segala suatu tindakan yang

dikerjakan oleh pejabat-pejabat maupun kelompok kerja dalam melakukan tugasnya.

 Kesatupaduan artinya terdapat pertautan atau hubungan di antara

sesamanya sehingga mewujudkan suatu integritas atau suatu kesatuan yang kompak.

 Keserasian, berarti adanya urutan-urutan pengerjaan sesuatu yang

tersusun secara logis, sistematis atau dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan tetapi tidak menimbulkan duplikasi(pengulangan), pertumbuhan, maupun pertentangan.

 Arah yang sama (sasaran) dalam hal ini sebagai pedoman ialah sasaran

yang sudah ditetapkan. Segala potensi itu diarahkan ke sasaran yang satu itu juga, sehingga tidak terjadi penyimpangan.

Tujuan penggunaan konsep koordinasi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alur koordinasi bagian-bagian dari struktur yang ada di

(11)

17 Desa Adat Ubud dalam upaya masyarakat lokal untuk ikut berperanserta dalam menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berada di Desa Adat Ubud.

2.2.8 Batasan Pengertian Peranan

Peranan merupakan aspek yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari- hari masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya sesuai dengan fungsinya.

Masyarakat yang mempunyai peran-peran penting dalam kehidupan biasanya dipandang berdasarkan status sosial di dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2002) unsur-unsur yang terdapat dalam peran atau role adalah:

 Aspek dinamis dari kedudukan.

 Perangkat hak-hak atau kewajiban.

 Prilaku sosial dari pemegang kedudukan.

 Bagian dari aktivitas yang dimainkan.

Tujuan digunakan peranan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui konstribusi masyarakat dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan di Desa Adat Ubud.

2.2.9 Konsep 4A

Suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai empat komponen utama yang disebut dengan istilah (4A) yaitu: a) (attraction) atraksi, b) (amenities) fasilitas, c) (access) aksesbilitas, dan d) (ancillary services) pelayanan tambahan Cooper dalam (Suwena, 2010) . Uraian dari masing-masing komponen ini yaitu:

 Atraksi (atraction) merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi

(12)

18 tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (tourism resources).

 Fasilitas (Amenities) Secara umum pengertian amenities adalah segala

macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan (Accommodation), rumah makan (Restaurant)

 Aksesibilitas (Access) Jalan masuk atau pintu masuk utama ke daerah tujuan wisata merupakan access penting dalam kegiatan pariwisata.

 Pelayanan tambahan (ancillary service) atau sering disebut juga

pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata.

Konsep 4A pariwisata tidak hanya digunakan untuk mengukur pembangunan kawasan pariwisata tetapi dalam penelitian ini konsep 4A digunakan untuk mengetahui upaya dari masyarakat lokal menciptakan keamanan dan kenyamanan yang kondusif di lingkungan internal dan eksternal Desa Adat Ubud. Pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya diupayakan dapat mengurangi gangguan keamanan dan kenyamanan yang ditimbulkan dari adanya kegiatan pariwisata baik yang berdampak kepada masyarakat lokal maupun kepada wisatawan.

(13)

19 2.2.10 Batasan pengertian Tanggapan

Menurut Sumadi Suryabrata (1989), tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Tanggapan adalah bayangan yang berupa kesan-kesan yang ada dalam ingatan seseorang yaitu hasil dari pengamatan terhadap suatu objek tersebut sudah lepas dari ruang dan waktu pengamatan, dalam arti pengamatan sudah berlangsung. Sementara Soemanto (1990), tanggapan adalah bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi kesadaran untuk masa yang akan datang.

Batasan pengertian tanggapan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan wisatawan terhadap situasi keamanan dan kenyamanan di Desa Adat Ubud.

Referensi

Dokumen terkait

(Sphyraenidae), ikan ekor kuning (Caesonidae), ikan kakak tua (Scaridae), ikan naso (Acan- thuridae), dan ikan jabong (Balistidae). Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka

Dengan teks yang disajikan dalam vidio ppt, siswa mampu menaksir harga barang dengan sekelompok pecahan uang yang setara.. Dengan teks yang disajikan dalam vidio

berkorelasi dengan skor kreativitas yang diperoleh dari TPG score atau Test for Planning and Creating (test untuk perencanaan dan kreativitas), adapun dimensi dari

Adanya perbedaan nyata pada penilaian secara keseluruhan ini, dipengaruhi oleh tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dan warna minuman jelly, karena dari hasil

Haga (Organisasi Penelitian Pertanian dan Makanan Nasional) telah meringkas sistem utama yang telah digunakan untuk perlakuan terhadap limbah hewan ternak di Jepang (Gambar

phasa, 3 kawat dengan 2 Watt meter Menyimak kuliah dari Dosen, berta- nya-jawab , berdiskusi, dan memecahkan persoalan serta mengerjakan tugas (tugas

Skripsi yang berjudul “ Tingkat Keterampilan Bermain Sepakbola Siswa Sekolah Sepakbola KU 14 – 15 Tahun di Kabupaten Belitung” ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

Oleh Karena itu penulis akan melakukan penelitian tentang analisis NDVI wilayah Pesisir pantai aceh dengan membandingkan hasil Analisis Indeks Vegetasi Aceh pada saat