• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Ketercapaian Pembelajaran

Diksi ketercapaian pada penelitian ini merupakan ragam dari kata kerja transitif yang dalam aplikasinya dibutuhkan objek pengiring. Hal ini lazim dipahami, sebab maknanya akan bias tatkala kata „ketercapaian‟ berdiri sendiri. Pada sub-bab pertama pembahasan tinjauan pustaka ini, kata

„ketercapaian‟ diiringi dengan kata „pembelajaran‟ yang dimaksudkan agar ketercapaian berlaku sebagai kata kerja, sedangkan pembelajaran sebagai objeknya.

Secara grammatikal, ketercapaian merupakan diksi capai yang disematkan konfiks ke-an dan ter-an. Ke-an berarti seputar atau perihal sesuatu, sedangkan ter-an artinya suatu keadaan yang mungkin saja terjadi atau tidak terjadi.15 Adapun secara leksikal, kata „capai‟ dapat berartikan akan memegang, sampai ke, menyampaikan, atau memperoleh sesuatu dengan usaha.16

Tatkala kata „ketercapaian‟ dipahami secara utuh dengan objeknya, yakni pembelajaran akan dapat dipahami bahwa maksud dari ketercapaian pembelajaran adalah perihal sampai atau tidaknya atau memperoleh atau tidaknya pembelajaran oleh peserta didik. Hal ini tentu saja masih amatlah

15 Ratna Sumarni, “60 Contoh Imbuhan Ter- Dan Fungsinya Dalam Kalimat,”

dosenbahasa.com, 2017, https://dosenbahasa.com/contoh-imbuhan-ter.

16 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan),” kbbi.web.id, 2016, https://kbbi.web.id/capai.

(2)

14

abstrak, ketercapaian pembelajaran yang dimaksud bisa jadi aspek materinya, aspek pelaksanaan pembelajarannya atau lain sebagainya.

Dalam rangka mengkomprehensifkan makna ketercapaian pembelajaran, Kemeterian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) (2015) menyebutkan bahwa capaian pembelajaran merupakan keseluruhan apa yang diharapkan, dipahami, dimengerti, diketahui atau dikerjakan peserta didik dalam suatu periode belajar.17 Proses dalam upaya mewujudkan hal tersebut, dapat dilaksanakan melalui transformasi kapasitas secara kognitif, afektif, psikomotorik, bahkan keseluruhan pengalaman kerja.

Senada dengan hal ini, Pasal 1 angka (2) Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Nasional Indonesia (Perpres KKNI) menyebutkan bahwa capaian pembelajaran merupakan “…

kemampuan yang didapatkan melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.”18

Ketercapaian pembelajaran pada satu sisi dapat diartikan sama dengan kompetensi dalam arti yang luas sekaligus berbeda sama sekali dengan kompetensi dalam artian sempit. Kemenristekdikti (2015) menyebutkan bahwa istilah kompetensi dalam arti luas kerap kali muncul dalam peraturan perundang-undangan seputar pendidikan19. Misalnya, pada penafsiran otentik

17 Kemenristekdikti, “Paradigma Capaian Pembelajaran,” Direktorat Jendral Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2015, 1–10.

18 Republik Indonesia, “Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia” (2012).

19 Kemenristekdikti, “Paradigma Capaian Pembelajaran.” 4-5.

(3)

15

Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:20

“… Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang disepakati …”

Dalam penafsiran undang-undang tersebut, dapat dilihat kesamaan dalam definisi capaian pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini akan berbeda sama sekali dengan makna kompetensi yang sering diungkapkan dalam dunia kerja. Biasanya, makna kompetensi dalam arti sempit lebih menekankan pada kesesuaian kapasitas individu dengan bidang yang digeluti. Artinya, orientasi kompetensi dalam arti sempit lebih bersifat praktis.

B. Yayasan Bait Al-Hikmah Foundation

Bagi siapapun yang mempelajari sejarah kebudayaan Islam, sejatinya nama Bait al-Hikmah tak asing lagi didengar. Sebab, Bait al-Hikmah atau juga akrab disebut sebagai Da r al-„Ulum merupakan perpustakaan terbesar di era dinasti Bani Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid. Bait al- Hikmah pada saat itu merupakan episentrum serupa universitas yang berfungsi untuk penelitian, pembelajaran dan penerjemahan teks-teks penting.21

Sama halnya dengan tempat penelitian peneliti, Yayasan Bait al- Hikmah Foundation pun secara filosofis terinspirasi dengan perpustakaan Bait al-Hikmah di era Bani Abbasiyah tersebut. Dalam laman resminya, penamaan

20 Republik Indonesia, “Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” 71 Acta Pædiatrica § (1982), https://doi.org/10.1111/j.1651- 2227.1982.tb08455.x.

21 Yanto, “Sejarah Perpustakaan Bait Al-Hikmah Pada Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah,” Jurnal Tamaddun 15, no. 1 (2015): 241.

(4)

16

yayasan ini secara historis memang menyadur nama Bait al-Hikmah yang legendaris tersebut. Adapun dari segi kebahasaan, kata hikmah dapat dimaknai dalam tiga hal, yakni ilmu, kebijaksanaan, serta kepekaan sosial.22

Pradana Boy – sebagaimana diutarakan oleh Zuni – mengungkapkan bahwa ada beberapa kegelisahan yang mendorongnya untuk mendirikan lembaga ini. Menurutnya, perkembangan sarana teknologi informasi dewasa ini amatlah cepat. Setiap orang mudah mendapatkan informasi apapun dari siapapun, terutama seputar agama.

Namun demikian, hanya karena perbedaan sumber dan kiblat yang dijadikan tokoh dalam mendapatkan informasi, kerap kali antar sesama muslim terjadi pertikaian tiada arti.23 Selain itu, didirikannya Yayasan Bait al- Hikmah Foundation juga berdasarkan alasan bahwa sudah sepatutnya umat Islam melaksanakan percepatan peningkatan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kegagalan dalam percepatan ini, sedikit banyak telah berpengaruh pada pola pikir dan kemajuan umat Islam itu sendiri.

Meski cita-cita Pradana Boy ini amatlah mulia, namun ia tidak lupa bahwa yayasan yang didirikannya ini tak lantas jadi lembaga dengan orientasi profit semata. Bait al-Hikmah laksana oase di tengah gurun yang menyegarkan. Dengan metode yang tergolong modern, Bait al-Hikmah tetap menggratiskan serangkaian pembelajaran di sana.

Memang, ada beberapa pungutan biaya, namun kesemua itu bukan untuk sarana-prasarana pengajaran, namun hanya untuk barang-barang yang

22 Bait Al-Hikmah Foundation, “Profil Bait Al-Hikmah Foundation,” Profil Bait Al- Hikmah Foundation, 2019, https://baitalhikmah.or.id/profil/.

23 Wawancara dengan Zunny Fatmawati pada 18 Juni 2021

(5)

17

akan dimiliki oleh peserta didik sendiri.24 Sebagai madrasah yang menyelenggarakan program tahfiz, sejatinya Bait al-Hikmah sudah ada sejak November 2013. Adapun secara kelembagaan, Yayasan Bait al-Hikmah Foundation resmi berdiri pada 2014.

C. Metode Tahfizh Qur’an Tematik

1. Profil Pembelajaran Tahfizh Qur’an Tematik

Satu hal yang terkenal dari Yayasan Bait al-Hikmah adalah pembelajaran menghafal Al-Qur‟an yang menggunakan metode Tahfiz Qur‟an Tematik (TQT). Adalah Lailatul Fithriyyah Azzakiyah, penemu metode TQT sekaligus istri dari pendiri yayasan ini. Laman resmi Bait al- Hikmah Foundation (2019) menyebutkan bahwa tujuan awal penerapan metode TQT agar anak tak sekedar menghafal Al-Qur‟an, namun juga mampu memahami isi kandungannya.25

Inspirasi ini muncul saat Lailatul turut serta dalam pembelajaran Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an („Ulum al-Qur‟an) pada jenjang Strata-1 dan Strata- 2. Dalam pembelajaran tersebut, ada metode tafsir maudhu‟i, yakni penafsiran Al-Qur‟an dengan jalan mengumpulkan dan mengklasifikasikan ayat-ayat Al-Qur‟an pada tema tertentu.

Ia mengharap bahwa anak akan menghafal sekaligus memahami jika metode tafsir tersebut dielaborasi menjadi metode menghafal Al-

24 Hadiyatu Rosyidah, “Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk (Multipke Intelligence) Dalam Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an Tematik (TQT) Di Madrasah Diniyah Bait Al-Hikmah”

(Universitas Muhammadiyah Malang, 2017).

25 Bait Al-Hikmah Foundation, “Kisah Mbak Ela Temukan Metode Tahfiz Quran Tematik,” 2019, https://baitalhikmah.or.id/2019/07/17/kisah-mbak-ela-temukan-metode-tahfiz- quran-tematik/.

(6)

18

Qur‟an. Tema utama yang digunakan adalah sejarah, baginya kandungan Al-Qur‟an yang 60% merupakan kisah umat terdahulu adalah bukti akan syaratnya nilai-nilai moral. Selain itu, sejarah lebih dianggap dekat dengan dunia anak.

Sebelum resmi menjadi suatu metode hafalan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, TQT diujicobakan terlebih dahulu kepada anak perempuannya yang pada saat itu berusia 8,5 tahun. Melihat kecocokan dan kemudahan anaknya dalam menghafal, Lailatul pun mengajak anak-anak dari beberapa temannya untuk dilakukan pendekatan yang sama. Walhasil, anak-anak tersebut turut mendapatkan kecocokan dan kemudahan dalam menghafal.

Tak cukup hanya uji coba terhadap peserta didik, Lailatul juga mencoba mengajarkannya kepada calon pengajar (tutor) metode ini untuk melihat apakah TQT memiliki realibilitas yang sama. Hasilnya pun memuaskan, para tutor berhasil dalam melaksanakan pembelajaran TQT.

Terhadap hasil inilah, secara resmi metode ini diajukan hak paten ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 19 Mei 2014.

Pembelajaran menghafal dan memahami Al-Qur‟an melalui metode TQT dilaksanakan dengan waktu tempuh dua tahun atau setara empat semester. Pada semester pertama hingga semester ketiga, peserta didik lebih difokuskan untuk mempelajari ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah. Sedangkan pada semester akhir, peserta didik akan mempelajari ayat-ayat saintifik (kauniyah).

(7)

19

Metode Tahfiz Quran Tematik yang secara gamblang menunjukkan model pembelajaran yang sesuai dengan tema terterntu (tematik), akan baik. Sebab, ia terintegrasi dengan banyak bidang keilmuan, serta bermakna. I‟anatut Thoifah (2014) menjelaskan bahwa dampak positif dari pembelajaran tematik akan membuat ruang yang amat luas bagi peserta didik. Artinya, peserta didik akan merasakan pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan tentunya bermakna.26

2. Filosofi Pembelajaran Metode Tahfizh Qur’an Tematik

a. Mudah

Surat Al-Baqarah: 185

ِِۚىاَق ۡزُفۡلا َو يٰدُهۡلا َيِّه ٍتٌِّٰيَب َو ِساٌَّلِّل يًدُه ُىٰا ۡزُقۡلا ِهۡيِف َل ِزًُۡا ۡٓۡيِذَّلا َىاَضَه َر ُز ۡهَش ََؕزَخُا ٍماَّيَا ۡيِّه ٌةَّدِعَف ٍزَفَس ًٰلَع ۡوَا اًضۡي ِزَه َىاَک ۡيَه َو ُه ۡوُصـَيۡلَف َز ۡهَّشلا ُنُكٌِۡه َدِهَش ۡيَوَف ِب ُ هللّٰا ُدۡي ِزُي اَه ًٰلَع َ هللّٰا او ُزِّبَکُتِل َو َةَّدِعۡلا اىُلِو ۡکُتِل َو َز ۡسُعۡلا ُنُکِب ُدۡي ِزُي َلَ َو َز ۡسُيۡلا ُنُک

َى ۡو ُزُك ۡشَت ۡنُکَّلَعَل َو ۡنُكٮٰدَه ٥٨١

27

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan

26 I‟anatut Thoifah, “Efektivitas Pembelajaran Tematik Pada Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) Di MI Hidayatul Islam Mentoro Tuban,” Madrasah 7, no. 1 (2014): 57.

27 QS Al.Baqarah [2]: 185

(8)

20

bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk- Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Maksud ayat diatas adalah Allah menghendaki umatnya kemudahan apalagi bagi yang menghafalkannya. Jadi kita dapat memilih tema atau ayat mana yang lebih mudah untuk dihafal.

b. Suka

“Barang siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut/mengingat sesuatu itu” (HR. Aisyah R.A). Jadi ketika kita menyukai untuk menghafal maka kita akan sering membacanya.

c. Dekat

Mencakup pedoman hidup dan dekat dengan manusia.

Maksudnya adalah mencakup pedoman hidup manusia yang seyogyanya kita mendekatkan diri padanya karena dekat juga dengan dunia kita.

3. Penyelenggaraan Metode Tahfizh Qur’an Tematik

Secara teknis langkah-langkah menghafal Tahfiz Qur‟an Tematik sebagai berikut:

1) Membaca kisah yang akan dihafal terlebih dahulu, lalu dapat menonton DVD yang sesuai dengan kisah tersebut.

2) Men-talqin anak dengan kata-perkata disertai keywords.

3) Mengulangi bacaan yang akan dihafal disertai urutan penjelaan kejadian.

(9)

21

4) Dirangkaikan hafalannya disertai pemahan akan kisah yang dihafal.

Salah satu pengajar di Bait al-Hikmah, Muhammad Khusni Tamrin (2021) menjabarkan secara teknis agenda pembelajaran pada program Tahfizh Qur‟an Tematik dalam dua bagian, yakni bagian hafalan dan bagian pemahaman. Pada tahap hafalan, masih dibagi pada beberapa tahapan.

Pertama, peserta didik secara serempak ditalkin dengan cara sang pengajar membacakan ayat Al-Qur‟an sesuai tema tertentu disertai kata kuncinya. Kemudian, peserta didik mengulanginya secara serempak.

Begitulah proses ini berlangsung diulang-ulang sebanyak lima hingga tujuh kali.

Kedua, setelah ditalkin, peserta didik dipersilahkan untuk mulai membaca materi pembelajaran sesuai dengan tema yang ditentukan dalam modul pembelajaran. Ketiga, peserta didik kembali diajarkan beberapa kata kunci disertai dengan gerakan yang relevan dengan kata kunci tersebut. Semisal, jika ada dalam Al-Qur‟an kata kunci berbahasa Arab yang artinya berlari, maka peserta didik akan disuruh berlari.28

Dari penjabaran Khusni di atas, sejatinya dapat diambil makna bahwa meskipun secara khusus program TQT tidak memisahkan orang per orangan sesuai dengan gaya belajarnya, namun prosedur teknis pembelajaran sudah cukup akomodatif untuk memfasilitasi gaya belajar.

28 Wawancara dengan Muhammad Khusni Tamrin pada 30 Juni 2021

(10)

22

Pada tahap yang pertama dapat diidentifikasikan bahwa pendekatan pembelajarannya menggunakan gaya auditori, tahap kedua visual, dan tahap ketiga kinestetik. Fuadah Karimah Elnur (2021) menyebutkan bahwa dalam rangka menginternalisasikan pemahaman tentang materi pembelajaran ayat-ayat Al-Qur‟an, Ning biasanya bercerita, menyajikan video, membedah ayat, memberikan kosakata dan maknanya.29

Teknik penghafalannya dengan memutarkan film sesuai dengan kisah nabi yang akan dihafal sebagai pengantar hafalan. Lalu mulai dibacakan kata perayat dengan teknik tahfiz talqin. Arti yang diberikan kepada siswa tidak sama persis dengan arti yang sebenarnya, namun diberikan kata kunci atau garis besar saja agar mudah dihafalkan.30

Kesemua pendekatan yang dilakukan program TQT di Bait al- Hikmah Foundation berkesesuaian dengan pendekatan Multiple Intelligence yang tak sekedar menganggap internalisasi materi pembelajaran hanya dapat terjadi dengan secara konvensional. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan Hadiyatu Rosyidah pada penelitiannya.31 D. Kemampuan Menghafal

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Robert Kreitner (2009) menyebutkan yang dimaksud dengan kemampuan adalah karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum fisik mental seseorang. Definisi ini akan lebih

29 Wawancara dengan Ning Fuadah Karimah Elnur pada 2 Juli 2021

30 Wawancara dengan Lailatul Fitriyah Az-Zakiyah di Dau, Kab. Malang, tanggal 28 September 2019.

31 Rosyidah, “Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk (Multipke Intelligence) Dalam Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an Tematik (TQT) Di Madrasah Diniyah Bait Al-Hikmah.”

(11)

23

lengkap jika disandarkan dengan kata menghafal artinya kemampuan seseorang untuk dapat menghafal. Sedangkan menghafal pada dasarnya merupakan bentuk atau bagian dari proses mengingat yang mempunyai pengertian menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.

Kata menghafal dapat di sebut juga sebagai memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita pada psikologi kognitif terutama pada model manusia sebagai pengola informasi. Menurut Atkinson yang dikutip oleh Sa‟dullah mengatakan proses menghafal melewati tiga proses yaitu:32

a) Encoding (memasukan informasi kedalam ingatan) encoding adalah suatu proses memasukan data-data informasi kedalam ingatan. Proses ini melalui dua alat indra manusia yaitu penglihatan dan pendengaran.

b) Storage (penyimpanan). Storage adalah penyimpanan informasi yang masuk dalam gudang memori. Gudang memori terletak di dalam memori panjang (long trem memory). Semua informasi yang di masukan dan di simpan di dalam gudang memori itu tidak akan pernah hilang.

c) Retrieval (pengungkapan kembali) Retrieval adalah pengungkapan kembali (repreduksi) informasi yang telah disimpan didalam gudang memori adakalanya serta merta dan adakalanya perlu pancingan.

Apabila upaya menginggat kembali tidak berhasil walaupun dengan pancingan, maka orang menyebutnya lupa. Lupa mengacu pada

32 Imam An-Nawawi, Adab Dan Tata Cara Menjaga Al-Qur‟an (Jakarta: Pusat Amani, 2011).

(12)

24

ketidak berhasilan kita menemukan informasi dalam gudang memori, sungguhpun ia tetap ada di sana.

E. Gaya Belajar Anak

Gaya belajar secara definitif menurut Santrock merupakan cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya.33 Keefe juga menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Hamzah bahwa apa pun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.34

Gaya belajar seseorang Menurut De Poter & Hernacki secara umum dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan) belajar.

Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar visual yaitu menyukai kerapian dan keterampilan, jika berbicara cenderung lebih cepat, suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang,

33 J. W Santrock, Psikologi Pendidikan, ed. Jeffry, 2nd ed. (Dallas: McGraw-Hill Company, 2010).

34 B. U Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Siswa Yang Memiliki Gaya Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010).

(13)

25

sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya, mementingkan penampilan baik dalam berpakaian maupun presentasi, lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual, tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar, pembaca yang cepat dan tekun, lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.

b. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar Auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Individu dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar.

Individu mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Individu dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.

Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar audiotorial yaitu saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya, sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara dengan mudah, merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita, pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni yang lainnya, lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

(14)

26

didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar, dan lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran apabila bergerak, meraba, atau mengambil tindakan.

Ciri-ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar kinestetik yaitu berbicara dengan perlahan, menyentuh untuk mendapatkan perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, memungkinkan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan menyukai permainan yang menyibukkan.

Demikian itulah beberapa tipikal gaya belajar yang juga turut mempengaruhi dalam efektifitas pembelajaran dalam menghafal Al- Qur‟an. Hendaknya seorang guru lebih mengetahui tipikal gaya belajar siswanya, sebab menurut I‟anatut Thoifah (2018) pada akhirnya gaya

(15)

27

belajar pun akan menjadi pertimbangan yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan strategi pembelajaran.35

35 I‟anatut Thoifah, “Pengaruh Gaya Belajar Dan Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Al-Qur‟an Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,” J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 4, no. 2 (2018): 117.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) di Wilayah kerja Puskesmas Dampit kabupaten Malang.. Metode : Penelitian

Packed Red Cell mungkin dapat meningkatkan pasokan hemin sebagai unsur yang diperlukan H.influenza dalam pertumbuhannya.. banyak eritrosit yang ditambahkan, semakin

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Oleh sebab itulah, untuk tujuan penyimpanan karbon pada ekosistem pesisir, maka lahan yang tergenang dan ditumbuhi oleh vegetasi mangrove lebih baik dan stabil dibandingkan

Pengukuran tingkat capaian kinerja Pengadilan Agama Mukomuko Tahun 2020, dilakukan dengan cara membandingkan antara Realisasi pencapaian

bahawa ia berasal dari Ashab As-Suffah iaitu sifat-sifat Para Sufi itu menyamai sifat-sifat orang-orang yang tinggal di serambi masjid iaitu Suffah yang hidup di zaman

Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan dapat

Peserta lelang wajib melakukan cek FISIK KENDARAAN dan DOKUMEN serta Lokasi Unit Display dengan sebaik baiknya karena kami MENJUAL APA ADANYA WEIGHT KLASIFIKASI SCORE. Tidak