• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

2 1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor Pertanian terus memberikan konstribusi positif. untuk perekonomian Indonesia. Pengembangan wilayah yang ditinjau dari sektor pertanian harus menjadi prioritas untuk menggerakkan perekonomian wilayah tersebut. Analisis mengenai sektor pertanian wilayah diperlukan dalam penyusunan perencanaan pengembangan wilayah sebagai dasar untuk menentukan arah pembangunannya. Hal ini didukung oleh pernyataan (Eli Fatul Laili dan Herman Cahyo Diartho, 2018) bahwa eksistensi sektor pertanian memberikan pengaruh terhadap pengembangan wilayah.

Pengembangan Wilayah adalah pengembangan yang terdiri dari fungsi suatu unit wilayah diantaranya fungsi sosial, ekonomi, budaya, politik, juga pertahanan dan keamanan yang memiliki cakupan keterkaitan antar kawasan (Gede dkk, 2017).

Pengembangan wilayah merupakan sebuah upaya untuk menyelaraskan keseimbangan dan keserasian pembangunan antar daerah selaras dengan potensi alam dan memanfaatkan potensi tersebut secara efektif dan efisien. Berdasarkan teori pengembangan wilayah khususnya di negara berkembang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) konsep utama, yaitu konsep Pembangunan dari Atas (Development From Above), konsep Pembangunan dari Bawah (Development From Below), dan konsep Pembangunan dari Tengah (Development From Within).

Potensi pengembangan wilayah secara jelas berada di Kabupaten Pringsewu.

Sejak disahkan pemekarannya di tahun 2008 dari Kabupaten Tanggamus, disetujui bahwa Kabupaten Pringsewu memiliki perkembangan yang sangat baik, baik dari segi pendidikan, pendapatan daerah, hingga taraf ekonomi Data BPS, 2020). Menurut pemerintah setempat mata pencaharian pokok penduduk di Kabupaten Pringsewu adalah bertani dan berdagang. Sejak dulu hingga kini Kabupaten Pringsewu terus

(2)

3 berupaya mengelola dan memajukan wilayahnya sendiri yaitu dengan menjadikan maju sektor pertanian.

Kecamatan Gadingrejo memiliki potensi sektor pertanian tanaman pangan sebagai komoditas unggulan hal ini memiliki arti strategis untuk menjaga ketersediaan tanaman pangan dan arah pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu, dimana Kecamatan Gadingrejo memiliki luasan lahan sawah terbesar dari Kecamatan lainnya yaitu seluas 3.141,37 Ha dengan total produksi mencapai 54.008 ton dengan nilai produksi tertinggi dari tiap kecamatan (Data BPS, 2020). Selain itu, Kecamatan Gadingrejo memiliki kondisi tanah yang mendukung pertanian yaitu bervariasi dengan bentuk wilayah datar hingga landai dengan posisi yang strategis namun, berdasarkan kondisi eksisting pertanian dalam proses produksinya masih mengalami beberapa masalah terkait input-proses produksi seperti benih bibit tidak tepat waktu, dan pelatihan budidaya terhadap petani yang kurang maksimal. Selain itu, kecamatan Gadingrejo memiliki perkembangan kawasan berciri perkotaan yang mendorong terjadi alih fungsi lahan. Sehingga, yang biasanya mempertahankan lahan pertanian itu bertolak belakang dengan pengembangan kota.

Pengembangan wilayah budidaya sektor pertanian tanaman pangan dapat dilakukan melalui pendekatan agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan pendekatan pembangunan perdesaan berbasis pertanian. Sehingga diartikan agropolitan yang dimaksud merupakan kota pertanian yang tumbuh berkembang dan sanggup memacu aktivitas perkembangan sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, menarik, menghela, mendorong kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Rahmawati, 2020).

Agropolitan merupakan pendekatan yang selaras dengan potensi yang dimiliki kawasan pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu yaitu di Kecamatan Gadingrejo. Karena agropolitan ini bersinergi dengan arahan terhadap Kecamatan Gadingrejo yang tertuang pada Peraturan Daerah Kabupaten Pringsewu Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2011 – 2031

(3)

4 bahwa Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dikawasan perkotaan Kecamatan Gadingrejo berfungsi sebagai pusat agropolitan.

Maka, dengan pendekatan agropolitan pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo dapat dipertahankan penentuan kawasan agropolitan sesuai dengan kondisi geografis, keberadaan sumberdaya alam, serta sarana dan prasarana yang lengkap memungkinkan untuk menaikkan nilai tambah (added value) dengan jasa penunjang yang serasi dengan lingkungan perdesaan (tanaman pangan berbasis agropolitan). Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh sektor pertanian tanaman pangan berbasis agropolitan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu yang dipandang dari beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan suatu wilayah diantaranya adalah menaruh dorongan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis dari hulu sampai hilir dengan menetapkan pusat agropolitan, menetapkan unit-unit kawasan, menentukan komoditas unggulan, dukungan infrastruktur, dan dukungan kelembagaan (Simanjuntak, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, Kecamatan Gadingrejo memiliki potensi sektor pertanian tanaman pangan sebagai komoditas unggulan hal ini memiliki arti strategis untuk menjaga ketersediaan tanaman pangan dan arah pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu, dimana arah pengembangan wilayah Kecamatan Gadingrejo memiliki fungsi sebagai pusat agropolitan. Perencanaan kawasan agropolitan dilakukan pada pembangunan wilayah perdesaan untuk mengatasi kesenjangan kawasan perkotaan dan perdesaan dari kemiskinan di perdesaan.

Sedangkan, untuk luas areal sawah Kecamatan Gadingrejo seluas 3.141,37 Ha yang salah satu areal sawahnya berada di desa Krandegan memiliki luasan ribuan hektar yang terhubung dengan areal persawahan Kabupaten Pesawaran. Areal persawahan ini menjadi tulang punggung penyedia beras di Kabupaten Pringsewu, meski bukan satu-satunya di Kabupaten Pringsewu namun areal persawahan ini termasuk yang terbesar di Kabupaten Pringsewu.

(4)

5 Sektor pertanian tanaman pangan ini juga menunjukkan kontribusinya terbesar pada PDRB sektor pertanian Kabupaten Pringsewu yaitu sebesar 30%. Namun demikian, berdasarkan kondisi eksisting dalam proses input proses produksinya memiliki beberapa permasalahan seperti, benih bibit tidak tepat waktu, dan pelatihan budidaya terhadap petani yang kurang maksimal (Gapoktan Hendri, 2021).

Pengembangan agropolitan tidak lain dari bidang usaha on farm tetapi pengembangan agribisnis yang mencakup hulu, hilir, infrastruktur serta jasa penunjang lainnya (Roidah, 2017). Oleh sebab itu, peningkatan komoditas unggulan pertanian akan meningkatkan kemajuan perekonomian di wilayah pedesaan sehingga kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan dapat diminimalisir. Sehingga diartikan agropolitan yang dimaksud merupakan kota pertanian yang tumbuh berkembang dan dapat memacu perkembangan sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Rahmawati, 2020). Berdasarkan uraian tersebut, maka muncul pertanyaan penelitian “Bagaimana Peran dan Pengaruh Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu?” penelitian ini dilakukan karena belum ada pembahasan penelitian terkait peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dan sasaran yang ingin dicapai diantaranya:

1.3.1 Tujuan

Tujuan penelitian ini untuk Mengidentifikasi Peran dan Pengaruh Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu.

(5)

6 1.3.2 Sasaran

Untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, sasaran yang dilakukan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo.

2. Mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo sebagai kawasan agropolitan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu.

1.4 Manfaat Penelitian

Harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis bagi seluruh pihak antara lain sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya pada konteks yang lebih luas dan mendalam terkait pembangunan wilayah di Kabupaten Pringsewu.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat praktis sebagai faktor pendorong kesadaran masyarakat untuk tidak mempercepat terjadinya alih fungsi dan dapat ikut serta terlibat dalam arah pengembangan wilayah di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringswewu.

b. Bagi Petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai komoditas unggulan sektor pertanian tanaman pangan dan menjadi motivasi untuk petani mengembangkan keunggulan komoditas tersebut.

c. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis sebagai bahan masukan/pertimbangan bagi Pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu dalam menentukan arah kebijakan dan prioritas pembangunan wilayah.

(6)

7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penelitian yaitu Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi pengamatan di Kecamatan Gadingrejo karena memiliki luasan lahan sawah terbesar dari kecamatan lainnya yaitu seluas 3141,37 Ha dan sektor pertanian sebagai sektor utama pengembangan wilayah.

(7)

8

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2021

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kecamatan Gadingrejo

(8)

9 1.5.2 Ruang Lingkup Substansial

Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Untuk mengetahui peran dan pengaruh tersebut penelitian ini melakukan observasi atau perbandingan teori untuk mengetahui peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan, melakukan wawancara terhadap petani dan pemerintah selaku stakeholders, serta mengidentifikasi data statistik dengan penyebaran data kuesioner kepada petani untuk mengetahui peran sektor pertanian tanaman pangan terhadap pengembangan wilayah. Sehingga dapat diberikan rekomendasi terkait. Adapun batasan substansi penelitian terdiri dari:

1. Karaktersitik sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo berupa komoditas unggulan tanaman pangan yang berpotensi untuk dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Menurut (UU No 18 tahun 2012 tentang ketahanan pangan) bahwa dalam melihat peran sektor pertanian tanaman pangan tersebut melalui produktivitas tanaman pangan. Selain itu, (Eli Fatul Laili dan Herman Cahyo Diartho, 2018) menambahkan untuk mengetahui peran dan pengaruh tanaman pangan melihat dari komoditas unggulan tanaman pangan. Adapun variabel tambahan yang digunakan untuk mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan berupa aspek fisik (SDA, infrastruktur), dan aspek non fisik (SDM, ekonomi, kelembagaan) menurut (Departemen Pertanian, 2002) dalam (Anisa Rohma dan Farida Rahmawati, 2020).

2. Peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo sebagai kawasan agropolitan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Arah pengembangan wilayah yang dimaksud adalah pembangunan perdesaan berbasis pertanian dengan agropolitan. Menurut (Hariyanto dan Tukidi, 2007) pengembangan wilayah bisa dilihat melalui arah perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Pringsewu dengan memperhatikan unsur-unsur pengembangan kawasan agropolitan yaitu SDA (sumber daya

(9)

10 alam), ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian, SDM (sumber daya masyarakat) sebagai bentuk peran aktif masyarakat petani pendukung sektor petanian, dan kelembagaan wujud bentuk peran pemerintah dalam mendukung sektor pertanian (Nugraha, 2012).

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif. Menurut R Dimas dan Heru (2017) Pendekatan deduktif ialah penelitian yang bersumber hasil sintesis teori yang diperoleh berdasarkan jurnal-jurnal yang disintesakan untuk menemukan gap penelitian yang selanjutnya diperoleh kebaharuan penelitian atau penelitian yang belum pernah diteliti. Pendekatan ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa variabel yang diperoleh dari beberapa kajian tinjauan pustaka yang nantinya digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode penelitian ini menggunakan mixed methods. Menurut Supriyati (2014) yang dimaksud mixed methods adalah penggabungan metode pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mixed methods ini diartikan bahwa pendekatan kuantitatif memiliki kelebihan dan kekurangan, dan dipadu dengan penelitian kualitatif yang dimana saling melengkapi atau menyempurnakan (Julia Brannen, 1994) dalam (Mustaqim, 2016).

Metode kualitatif digunakan untuk menjawab sasaran 1 terkait karakteristik sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo. Metode kualitatif ini upaya dalam usulan penelitian, proses hipotesis, turun ke lapangan, menganalisis data, dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek numeric, kecendrungan, non perhitungan, interview, situasional deskriptif, bola salju, dan story (R Dimas Widya Putra dan Heru Purboyo Hidayat, 2017). Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menjawab sasaran 2 yang bersamaan menggunakan metode kualitatif yaitu terkait peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo sebagai kawasan agropolitan terhadap

(10)

11 pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Metode kuantitatif ini berupa suatu hal yang objektif dan memiliki suatu nilai yang dapat diukur (Creswell, 2012).

1.6.2 Unit Amatan dan Unit Analisis

Pada penelitian ini yang merupakan Unit Amatan dan Unit Analisis peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu adalah sebagai berikut:

1.6.2.1 Unit Amatan

Unit amatan pada penelitian ini adalah Petani Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu. Penelitian dilakukan dengan wawancara dan menyebarkan kuesioner terhadap masyarakat petani yang menerima dampak sektor pertanian tanaman pangan dan wawancara terhadap pemerintah daerah (instansi) terkait yang paham arah pengembangan wilayah Kecamatan Gadingrejo.

1.6.2.2 Unit Analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah karakteristik pertanian tanaman pangan, peran dan pengaruhnya di Kecamatan Gadingrejo yang memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah terhadap Kabupaten Pringsewu.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai penentu pengambilan data-data terkait tujuan penelitian. Dalam teknik pengumpulan data terbagi menjadi jenis data dan kebutuhan data yang dikumpulkan.

1.6.3.1 Jenis Data

 Data Primer

Data primer merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk memenuhi kebutuhan data. Menurut Suharsimi (2013) data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain. Data primer ini dilakukan peneliti dengan tujuan mengumpulkan data yang tidak dapat diperoleh pada

(11)

12 data sekunder. Dengan pengumpulan data primer ini diharapkan peneliti dapat memperoleh fakta dilapangan sehingga objektif penelitian dapat terjaga dan menghasilkan output penelitian yang akurat dan sesuai kondisi dilapangan. Dalam pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:

1. Wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2015) merupakan pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bertukar informasi maupun ide dengan cara tanya jawab sehingga dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara terstruktur, dimana peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber diantaranya wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu kepada pihak petani (Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani) dan pihak Instansi Pemerintah yaitu Dinas Pertanian, Bappeda, dan Dinas PUPR Kabupaten Pringsewu. Pada hal ini, peneliti telah membuat daftar pertanyaan secara sistematis dengan alat bantu seperti recorder, kamera, dan alat tulis menulis.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti memberi daftar pertanyaan tertulis maupun tidak untuk dijawab oleh responden bisa secara langsung bertanya atau pembagian kuesioner (Sugiyono, 2014). teknik pengumpulan data kuesioner yang dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan informasi, pendapat, tanggapan, keyakinan, dan kegiatan responden terhadap objek yang dinyatakan dan dilakukan dengan cara menyebarkan kepada responden. Yang menjadi responden peneliti yaitu masyarakat petani (Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani).

(12)

13 Kuesioner ini dilakukan untuk penelitian kuantitatif yang selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi statistik.

3. Observasi Lapangan

Observasi menurut Sugiyono (2014) merupakan suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi pengerjaan penelitian pada suatu objek, tidak hanya terbatas pada perilaku manusia saja untuk mengetahui kebenaran tentang sesuatu fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini pengamatan secara langsung di Kecamatan Gadingrejo melihat kondisi aspek fisik dan non fisik. Adapun objek yang diobservasi dalam penelitian yaitu kegiatan pertanian tanaman pangan yang ada disekitar Kecamatan Gadingrejo, kegiatan ekonomi yang terpengaruh oleh kegiatan pertanian, kondisi sarana prasarana pendukung kegiatan pertanian.

Perlengkapan yang digunakan dalam observasi lapangan ini adalah kamera dan kebutuhan data terkait dengan data-data yang dibutuhkan.

 Data Sekunder

Data sekunder adalah pengumpulan sumber data yang diperoleh dengan cara mempelajari, membaca, atau memahami melalui media lain yang bersumber dari buku, literature, atau dokumen (Sugiyono, 2012). Data sekunder ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data atau informasi yang tidak didapatkan penulis pada data primer. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan berasal dari Bappeda, Dinas Pertanian, dan Dinas PUPR Kabupaten Pringsewu serta literatur-literatur yang mendukung penelitian ini.

Data-data tersebut nantinya akan diolah oleh peneliti berupa data yang memiliki keterkaitan variabel yang akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun cara dalam memperoleh data sekunder ini, diantaranya:

(13)

14 1. Survey Instansi

Survey instansi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Instansi yang dituju disesuaikan pula dengan data kebutuhan yang diperlukan pada penelitian. Pada penelitian ini mengenai peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu diambil data melalui instansi Bappeda, Dinas PUPR, dan Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu.

2. Kajian Dokumen

Data yang diperoleh dari kajian pustaka yang berasal dari internet, buku, jurnal, dan media massa yang mendukung kebutuhan data penelitian.

Kajian pustaka yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tema penelitian yaitu mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu.

(14)

15 1.6.3.2 Kebutuhan Data

Tabel 1.1Kebutuhan Data

No Sasaran Kebutuhan Data Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data

Kedalaman Data

1

Mengidentifikasi karakteristik sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo

Produktivitas

tanaman pangan Sekunder Observasi dan

mengkaji dokumen Dinas Pertanian

2020 Luas Tanaman

Pangan Sekunder Observasi dan

mengkaji dokumen 2020

PDRB Sektor

pertanian Sekunder Dokumen BPS 2019

Sektor penunjang

pertanian Primer/Sekunder Observasi/Kuisioner

Bappeda, Dinas Pertanian, Petani/Gapo

ktan

2021

Potensi komoditas unggulan tanaman pangan

Primer/Sekunder Kuisioner Dinas

Pertanian 2021 Prioritas daerah

terhadap komoditas unggulan

Primer Kuisioner Dinas

Pertanian 2021 Pengaruh komoditas

unggulan Primer Wawancara

Dinas Pertanian,

Petani

2021 2

Mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan

Populasi Penduduk Sekunder Observasi dan

mengkaji dokumen BPS 2021

(15)

16

No Sasaran Kebutuhan Data Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data

Kedalaman Data

Gadingrejo sebagai kawasan agropolitan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu.

Jalan Usaha Tani Primer/Sekunder Kuisioner

Petani/

Gapoktan, Dinas Pertanian

2020

Pelatihan/Budidaya

terhadap Petani Sekunder Wawancara, Dokumen Dinas

Pertanian 2020

Kendali lembaga Primer/Sekunder Wawancara

Bappeda, Dinas Pertanian

2020

Aksesbiltas Pertanian Primer/Sekunder Dokumen

Petani/GAP OKTAN,

Dinas Pertanian

2020

Pusat kegiatan

pertanian Primer/Sekunder Wawancara/Kuisioner Dinas

Pertanian 2020 Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

(16)

17 1.6.4 Teknik Sampling Data

Teknik sampling data merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan atau memperhitungkan sample yang akan digunakan dalam penelitian. Pada umumnya, teknik sampling data dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu probability sampling dan non probability sampling. Pada penelitian ini, penulis menggunakan kedua teknik sampling untuk menjawab sasaran dari penelitian. Teknik sampling data yang pertama digunakan adalah teknik non probability sampling, dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sample data dengan pertimbangan tertentu. Alasan penggunaan teknik ini dikarenakan tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Penggunaan metode purposive sampling ini peneliti memilih narasumber yang dianggap menguasai informasi atau yang berada pada bidang yang diteliti. Penelitian ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi terkait peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu.

Sehingga, narasumber yang terpilih diantaranya:

1. Dinas Pertanian Kabupaten Pringsewu

2. Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Pringsewu

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pringsewu 4. Kelompok Tani (Poktan) atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Tabel 1.2 Kriteria Informan Berdasarkan Purposive Sampling

No Kategori Informan Kriteria Informan

1 Instansi Terkait

Instansi pemerintah yang memiliki peran penting dalam dinas terkait, bertanggung jawab, serta memahami secara detail tentang pertanian serta memahami pengaruh sektor pertanian tanaman pangan sebagai komoditas unggulan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Gadingrejo

2 Kelompok Tani/

Gabungan Kelompok Tani

Sekumpulan kelompok atau gabungan dari para petani yang paham, mengerti, dan memiliki peran aktif dalam pengaruh sektor pertanian tanaman pangan sebagai komoditas unggulan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Gadingrejo

Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021

(17)

18 Selanjutnya, teknik sampling data kedua adalah teknik probability sampling dengan metode simple random sampling. Alasan penggunaan teknik ini dikarenakan populasi yang akan digunakan dianggap memiliki karakteristik dan peluang yang sama untuk diambil sampelnya. Penentuan sampel pada penelitian ini didasarkan jumlah kelompok tani yang terdapat pada Kecamatan Gadingrejo. Untuk menghitung banyaknya sampel dalam penelitian ini dibutuhkan ketepatan dengan rumus slovin (Sarwono, 2006) yaitu:

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁 (𝒆𝟐) Keterangan:

n = Besar Sampel N = Besar Populasi

e = Margin of Error biasanya menggunakan derajat (10%)

Jumlah populasi kelompok tani yaitu sebanyak 129 orang berdasarkan data dinas pertanian (2020). Sehingga, dilakukan perhitungan menggunakan perhitungan rumus tersebut menghasilkan nilai sampel sebagai berikut:

𝑛 = 129

1 + 129 (0,05𝟐)

𝑛 = 129

1 + 129 (0,0025)

𝑛 = 129

1 + 0,3225 𝑛 = 129

1,3225 𝑛 = 98 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Perhitungan tersebut menghasilkan hasil responden terhadap kelompok tani yaitu sebesar 98 orang yang mengetahui peran dan pengaruh tanaman pangan terhadap pengembangan wilayah berbasis agropolitan di Kecamatan Gadingrejo.

Pembagian responden tersebut secara acak terhadap seluruh pekon di Kecamatan Gadingrejo. Adapun persebaran responden dalam penelitian secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.3.

(18)

19

Tabel 1.3 Jumlah Sampel tiap Pekon di Kecamatan Gadingrejo

No Pekon Jumlah Sampel

1 Parerejo 10

2 Blitarejo 3

3 Panjerejo 3

4 Bulukarto 3

5 Wates 4

6 Bulurejo 3

7 Tambah Rejo 3

8 Wonodadi 10

9 Gadingrejo 4

10 Tegal Sari 3

11 Tulung Agung 5

12 Jogjakarta 10

13 Kediri 6

14 Mataram 3

15 Wonosari 3

16 Klaten 4

17 Wates Timur 3

18 Wates Selatan 3

19 Gadingrejo Timur 3

20 Gadingrejo Utara 3

21 Tambah Rejo Barat 3 22 Jogjakarta Selatan 3

23 Wonodadi Utara 3

Total 98

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2021

(19)

20

Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2021

Gambar 1.2 Peta Persebaran Responden Petani di Kecamatan Gadingrejo

(20)

21 1.6.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan teknik selanjutnya untuk mengolah data primer dan sekunder yang telah diperoleh. Teknik ini dilakukan guna untuk mempresentasikan seluruh data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah disesuaikan sesuai dengan kebutuhan data. Berikut merupakan teknik analisis data untuk mencapai tujuan peneliti yang digunakan dalam penelitian peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu, sebagai berikut:

A. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Analisis LQ ini menghitung perbandingan share output sektor di kabupaten/kota dan share out di sektor provinsi (Jumiyanti, 2018). Teknik LQ ini biasa digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan yang khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi) untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian, produksi, atau produktivitas. (Anisa Rohma dan Farida Rahmawati, 2020).

𝐿𝑄 =𝑋𝑖/𝑋𝑗 𝑌𝑖/𝑌𝑗 Keterangan:

Xi : Nilai produksi komoditas X kecamatan Xj : Nilai produksi komoditas total kabupaten Yi : Nilai produksi komoditas Y kabupaten Yj : Nilai produksi komoditas total kabupaten

Dalam penentuan penilaian LQ hasil perhitungan tersebut menghasilkan nilai sebagai berikut:

a. Jika LQ > 1, artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja

(21)

22 dapat memenuhi kebutuhan di wialyah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.

b. Jika LQ < 1, artinya komoditas ini juga termasuk non-basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

c. Jika LQ = 1, artinya komoditas itu tergolong non-basis, tida memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

B. Analisis Lokalisasi (α)

Analisis Lokalisasi ini merupakan analisis ekonomi wilayah yang digunakan untuk mengukur penyebaran atau konsentrasi relatif dari komoditas tanaman agribisnis (Baruwadi, 2008). Angka koefisien lokalisasi digunakan untuk mengetahui penyebaran budidaya komoditas pangan di suatu daerah, sehingga dapat diketahui tingkat aglomerasi (Warpani, 1984) koofisien ini diperoleh dengan perhitungan penjumlahan sebagai berikut:

α = 𝑆𝑖 𝑁𝑖− 𝑆

𝑁 Keterangan:

 : Koefisien lokalisasi

Si : Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan

S : Jumlah total produksi komoditas pangan di tingkat kecamatan Ni : Jumlah produksi, luas panen komoditas i pada tingkat kabupaten N : Jumlah total produksi komoditas tanaman pangan Kabupaten i : Kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Pringsewu

Dalam penentuan lokalisasi hasil perhitungan tersebut menghasilkan nilai perhitungan positif, dengan ketentuan:

α ≥ 1 : komoditas-komoditas agribisnis i ter konsentrasi pada suatu kecamatan.

(22)

23 α ≤ 1 : komoditas-komoditas agribisnis i menyebar pada beberapa kecamatan.

C. Analisis Spesialisasi (β)

Analisis Spesialisasi ini merupakan analisis ekonomi wilayah yang digunakan untuk mengkaji spesialis suatu wilayah dalam komoditas agribisnis (Baruwadi, 2008). Koofisien ini diperoleh dengan perhitungan penjumlahan sebagai berikut:

=𝑆𝑖 𝑆 − 𝑁𝑖

𝑁 Keterangan:

 : Koefisien spesialisasi

Si : Jumlah produksi komoditas i pada tiap kecamatan

S : Jumlah total produksi komoditas pangan tingkat kecamatan Ni : Jumlah produksi, luas panen komoditas i pada tingkat Kabupaten N : Jumlah total produksi komoditas pangan kabupaten

i : Kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Pringsewu

Dalam penentuan spesialisasi hasil perhitungan tersebut menghasilkan nilai perhitungan positif, dengan ketentuan:

β ≥ 1 : suatu wilayah menspesialisasikan pada komoditas agribisnis i β ≤ 1 : tidak terspesialisasi

D. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis pada Deskriptif Kualitatif dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh, diartikan bahwa penelitian ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan (Rahmat, 2009). Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel yang telah ditentukan dalam penelitian diantaranya untuk mengetahui peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Analisis ini dilakukan pada sasaran pertama yaitu mengidentifikasi karakteristik sektor pertanian

(23)

24 tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo menggunakan variabel yang telah ditentukan.

a. Editing

Kegiatan editing ini bertujuan untuk mengecek kembali data-data yang telah diperoleh yaitu: hasil wawancara, dokumen-dokumen literatur. Bermanfaat untuk menghilangkan data-data yang dianggap ragu kebenarannya atau tidak jelas sehingga menimbulkan kebingungan. Menurut Wardiyanta (2006) kegiatan editing mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Memeriksa kelengkapan data-data hasil wawancara dengan informan yang tidak lengkap dapat dilakukan wawancara kembali supaya diperoleh lengkap dan akurat.

b. Memeriksa kejelasan data, supaya mudah dipahami.

c. Memeriksa relevansi data. Peneliti perlu meyakinkan informan supaya jawaban hasil wawancara yang telah diperoleh harus relevan terhadap permasalahan penelitian.

d. Memeriksa konsistensi data, supaya tidak ada jawaban yang bertentangan.

e. Memeriksa keseragaman data, supaya mempermudah dalam pengolahan data.

b. Pengkodean Data (Coding)

Kegiatan coding bertujuan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan- informan (Wardiyanta, 2006). Coding digunakan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data, dan membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan sasaran-sasaran yang ditetapkan. Analisis data tersebut disusun dalam kode-kode berdasarkan klasifikasi pertanyaan dari setiap informan dan satuan informasi. Pengkodean dilakukan untuk mengklasifikasikan hasil wawancara lapangan yang bertujuan untuk mempermudah interpretasi dan penggunaan data dalam analisis. Adapun pola pengkodean adalah sebagai berikut :

(24)

25 Keterangan:

a : jenis kategori informasi dan cara memperoleh data/informasi b : kode informan

c : nomor urutan informan d : nomor urutan informasi c. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyederhanakan atau memilah data yang penting dan data yang tidak digunakan dalam analisis. Reduksi ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses analisis data. Proses reduksi ini juga harus tetap berpedoman pada kebutuhan data.

d. Kategorisasi Data

Kategorisasi data ini dilakukan dengan memberikan kode terhadap data sesuai dengan tujuan dan informasi yang terkandung dalam data tersebut.

Kategorisasi data dilakukan sesuai dengan informan dalam mengidentifikasi pengaruh sektor pertanian tanaman pangan sebagai komoditas unggulan terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Jenis kode informasi data pada penelitian diperjelas dengan keterangan sebagai berikut:

PT : Petani Tanaman Pangan DI : Dinas Instansi Terkait

E. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis pada Statistik Deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeksripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sholikhah, 2016). Teknik analisis ini diperoleh dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang selanjutnya diolah dan menghasilkan informasi pada sasaran kedua yaitu mengidentifikasi peran dan pengaruh tanaman

(25)

26 pangan terhadap pengembangan wilayah berbasis agropolitan di Kecamatan Gadingrejo. Data kuesioner tersebut disajikan untuk melihat peran dan pengaruh tanaman pangan terhadap pengembangan wilayah berbasis Agropolitan di Kecamatan Gadingrejo yang di deksripsikan secara kuantitatif dalam bentuk presentase hasil kuesioner terstruktur mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian.

1.6.6 Kerangka Analisis

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

Gambar 1.3 Kerangka Analisis

(26)

27 1.7 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan pengaruh sektor pertanian tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Pringsewu. Sebelum dilakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian namun, memiliki perbedaan dalam kriteria subjek, variabel penelitian, dan lokasi penelitian. Adapun penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

1 Muhammad Ghufron (2008)

Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur

Analisis Kuantitafif, Analisis Kualitatif

Location Quotient (LQ), Shift Share, Multiplier Pendapatan

Kabupaten Lamongan

Hasil analisis Shift Share menunjukkan sektor pertanian memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik begitu juga pada sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Inti dari strategi kebijakan pembangunan adalah untuk meningkatkan potensi ekonomi daerah dengan memperdayakan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sektor unggulan daerah dan mengikutsertakan sektor non basis sebagai penunjang sektor unggulan daerah.

2 Fajar Mayapada Putra (2007)

Analisis Komoditas Unggulan Dan Penetapan Kawasan Pertanian Di Kab.

Muaro Jambi

Analisis Deskriptif

Location Quotient (LQ) Analisis Kuantitafif, Analisis Kualitatif

Kabupaten Muaro Jambi

Penentuan pusat-pusat kawasan sentral produksi di Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan hasil analisis komoditas unggulan

(27)

28

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

3 Fitri Amalia (2012)

Penentuan Sektor Unggulan

Perekonomian Wilayah Kabupaten Bone Bolango dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

Analisis Kuantitafif, Analisis Kualitatif

Location Quotient (LQ), Shift Share

Kabupaten Bone Bolango

Sektor Industri pengolahan merupakan sektor basis yang memiliki indeks terbesar dibandingkan dengan dua sektor basis lainnya yaitu sektor Pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Ketiga sektor basis ini merupakan modal yang cukup baik bagi perkembangan Kabupaten Bone Bolango.

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan karena disamping merupakan sektor basis, sektor ini memiliki nilai shift yang positif.

4 Hajeri, dkk (2015)

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten Kubu Raya

Analisis Deskriptif Location Quotient (LQ), Shift Share

Kabupaten Kubu Raya

hasil analisis overlay (gabungan) dari ketiga analisis yaitu Tipology Klassen, Gabungan LQ dan DLQ, dan Shift Share menunjukan bahwa dari semua sektor pembentuk PDRB Kabupaten Kubu Raya ternyata sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis diatas yaitu semua menunjukkan angka koefisien positif. sektor yang berpotensi menjadi sektor unggulan ialah sektor industri dan sektor listrik, gas, dan air bersih, Serta sub sektor pertanian yaitu Sektor peternakan merupakan sub sektor yang berpotensi menjadi sub sektor

(28)

29

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian unggulan di Kabupaten Kubu Raya.

5 Sigit Dwi Kuncoro (2014)

Pengembangan Wilayah Berbasis Subsektor Pertanian Hortikultura di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan

Analisis Kuantitafif

Analisis Faktor–Faktor Pendorong dan Penghambat Didalam Pengembangan Wilayah yang Berbasis Sektor Pertanian

Hortikultura,Analisis Pengaruh Kegiatan

Pertanian Hortikultura Bagi Peningkatan Nilai Tukar Petani di Wilayah Kecamatan Plaosan

Kabupaten Magetan

Dari hasil penelitian dan pembahasan terkait pengembangan wilayah berbasiskan subsektor pertanian hortikultura di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan wilayah berbasis sektor pertanian hortikultura di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan tersebut dilihat dari karakteristik dan potensi wilayahnya sangat mungkin dan layak untuk dikembangkan. Hal ini karena daerah tersebut memiliki karakterisitik dan potensi yang sangat mendukung kegiatan sektor pertanian hortikultura dimana sektor ini akan menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi wilayah di daerah tersebut.

(29)

30

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

6 Heru Susanto (2014)

Kajian Komoditas Unggulan, Andalan dan Potensial di Kabupaten Grobogan

Analisis Deskriptif Analitik

Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Grobogan, Analisis Strategi Produk Unggulan Kabupaten Grobogan

Kabupaten Grobogan

Kabupaten Grobogan memiliki 10 besar komoditi/produk unggulan antara lain:

jagung, padi, kedelai, melon, batu bata, sapi, kacang hijau, pisang dan tembakau.

Strategi pengembangan komoditi antara lain: Peningkatan peran stakeholder dalam percepatan perputaran komoditi di pasar; Peningkatan efisiensi produksi melalui optimalisasi pemanfaatan bantuan pemerintah; Perbaikan mutu komoditi untuk meningkatkan daya saing;

Perluasan cakupan pasar untuk merespon permintaan komoditi; Aktifasi Sub Terminal Agribisnis untuk meningkatkan percepatan aliran produk.

7

Anisa Rohma dan

Farida Rahmawati (2020)

Pengembangan Kawasan Agropolitan berbasis Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

Deskriptif kuantitatif

Location Quotient (LQ) Shift Share (SS)

Analitic Hierarchy Process (AHP)

Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang

Komoditas unggulan tanaman hortikultura di Kawasan Agropolitan Poncokusumo berjumlah 9 komoditas yang terdiri dari 6 komoditas sayur- sayuran (Bawang Daun, Kentang, Kubis, Cabe Kecil, Terung, Ketimun) dan 3 komoditas buah-buahan (alpukat, apel dan durian). Melalui perbandingan luas lahan setiap komoditi unggulan diperoleh komoditas unggulan utama tanaman hortikultura di kawasan agropolitan Poncokusumo Kabupaten Malang adalah Apel dan Kubis. Strategi prioritas pengembangan kawasan agropolitan

(30)

31

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

Poncokusumo Kabupaten Malang dapat dilakukan dengan prioritas

pengembangan sumber daya manusia (SDM)

8

Agus Tri Basuki (2012)

Pengembangan Kawasan Agropolitan

Deskriptif

kuantitatif SWOT

Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul

Rencana pengembangan komoditas unggulan terpilih dapat didasarkan pada dua hal penting, yaitu permintaan pasar dan ketersediaan/kecukupan lahan sehingga sangat dimungkinkan pengembangan komoditas unggulan dengan wilayah produksi di luar kawasan pengembangan agropolitan. Bawang merah dan cabe merah sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Imogiri memerlukan kestabilan jumlah produksi mengingat masih seringnya petani mengganti jenis komoditas yang ditanam.

(31)

32

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

9

Damiana Simanjuntak (2013)

Potensi Wilayah dalam Pengembangan

Kawasan Agropolitan di Kabupaten Toba Samosir

Deskriptif Kualitatif

Location Quotient (LQ) Shift Share (SS) SWOT

Kabupaten Toba Samosir

Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Location Quotient dan analisis shift share dari kedua alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, yaitu sektor pertanian dan sektor industry.

10 Siti Hariyanti (2021)

Peran Dan Pengaruh Sektor Pertanian Tanaman Pangan Di Kecamatan Gadingrejo Terhadap

Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu

Mix Method:

Kualitatif dan Kuantitatif, Statistik Deskriptif

Location Quotient (LQ) Analisis Lokalisasi, Analisis Spesialisasi

Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu

Peran dan Pengaruh Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Gadingrejo Terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2021

(32)

33 1.8 Kerangka Pikir

Sumber: Hasil Analsis Penulis, 2021

Gambar 1.4 Kerangka Pikir

(33)

34 1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian yang mencakup manfaat teoritis dan manfaat praktis, ruang lingkup penelitian yang mencakup ruang lingkup wilayah, dan ruang lingkup substansial, keaslian penelitian, kerangka penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat tinjauan pustaka Peran Dan Pengaruh Sektor Pertanian Tanaman Pangan Di Kecamatan Gadingrejo Terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Pringsewu yang meliputi mengkaji teori/konsep yang terdapat dalam literature jurnal berkaitan dengan tema penelitian.

BAB III GAMBARAN KECAMATAN GADINGREJO DAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Pada bab ini memuat gambaran wilayah studi dengan memaparkan gambaran umum lokasi penelitian yaitu Kabupaten Pringsewu beserta gambaran umum mikro Kecamatan Gadingrejo yang merupakan lokasi penelitian.

BAB IV ANALISIS PERAN DAN PENGARUH TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN GADINGREJO

Pada bab ini memuat tahapan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan survey beserta pembahasan terkait peran dan pengaruh tanaman pangan di Kecamatan Gadingrejo yang berkaitan terhadap kebijakan dan teori yang sudah dijabarkan dalam tinjauan pustaka.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini memuat hasil penelitian berdasarkan sasaran yang sudah ditentukan, meliputi kesimpulan dan rekomendasi kepada stakeholder terkait.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Orientasi Kecamatan Gadingrejo
Tabel 1.1Kebutuhan Data
Tabel 1.2 Kriteria Informan Berdasarkan Purposive Sampling
Tabel 1.3 Jumlah Sampel tiap Pekon di Kecamatan Gadingrejo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi