• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PERKARA PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PERKARA PERADILAN PIDANA DI INDONESIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PERKARA PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Oleh :

Fauzhan Akbar Fhazmie Basha Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta

Jl. Pemuda I Kav. 97 RT.5/RW.2 Rawamangun, Jakarta Timur, DKI Jakarta Email : [email protected]

---

Abstrak :

Hak-hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana di Indonesia, yang meliputi tujuan penelitian Untuk mengetahui Pelaksanaan hak-hak tersangka dalam praktek perkara peradilan pidana di Indonesia, Untuk mengetahuai Upaya hukum yang dapat dilakukan jika ternyata terdapat penyimpangan dari hak-hak tersangka dan terdakwa dari aparat penegak hukum. Metode Penelitian. Penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif yang bersifat yuridis. Hasil Penelitian. Hak-hak dari seorang tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan oleh aparat yang berwenang melakukan pemeriksaan perkara sudah diberikan selama menjalani pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan pendahuluan, penuntutan maupun pemeriksan di muka sidang pengadilan dan telah sesuai dengan KUHAP. Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengirim surat kepada penasehat hukum atau menerima surat dari penasehat hukum dan sanak keluarganya. Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi. Simpulan Tindakan menyidik, menuntut, dan menghukum terhadap kejahatan atau pelanggaran dimaksudkan untuk menegakkan ketertiban, ketentraman dan keamanan bagi masyarakat, akan tetapi justru dengan tindakan tersebut dapat sekaligus melukai dan merampas hak-hak perorangan. Pengakuan Hak Tersangka dalam sistem hukum pidana nasional diatur dalam KUHAP, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengatur upaya hukum yang dapat dilakukan oleh tersangka apabila ternyata terdapat hak-hak tersangka tidak ditegakkan.

Kata kunci : Hak Tersangka Proses Perkara Peradilan Pidana

Abstract :

The Rights of Suspects in the Criminal Justice Process in Indonesia, which include research objectives To find out about the implementation of the rights of suspects in the practice of criminal justice cases in Indonesia. law enforcement officers. Research methods. The research used is normative juridical research. Research result. The rights of a suspect or defendant who is subject to detention by the apparatus authorized to examine the case have been given during the examination, starting from the preliminary examination, prosecution and examination before a court session and is in accordance with the Criminal Procedure Code. Suspects or defendants have the right to send letters to legal advisors or receive letters from legal advisors and their relatives.

Defendants have the right to be tried in a court session which is open to the public. A suspect or defendant has the right to seek and present a witness. Conclusion Actions to investigate, prosecute, and punish crimes or violations are intended to uphold order, peace and security for the community, however, these actions can simultaneously injure and deprive individuals of their

(2)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

rights. Recognition of the rights of suspects in the national criminal law system is regulated in the Criminal Procedure Code, Law Number 39 of 1999 concerning Human Rights and Law Number 48 of 2009 concerning Judicial Powers which regulates legal remedies that can be taken by the suspect if it turns out that the suspect's rights are not upheld.

Keywords: Rights of Suspects in Criminal Court Case Processes.

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana termaktub dalam UUD 1945. Hal ini bermakna negara dalam melaksanakan tugasnya harus berdasarkan hukum, dan setiap tindakan negara harus dapat dipertanggungjawabkan di mata hukum. Hal ini menjadi fundamental hukum menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia.

Bentuk kekuasaan negara bersumber pada hukum, dan hukum tersebut berdasarkan pada nilai-nilai yang tinggi dari kemanusiaan yang bersifat pribadi manusia. Dalam Pelaksanaan dan penegakan hukum harus selalu menjunjung hak hidup, kebebasan, kemerdekaan, dan keamanan bagi induvidu, karena hukum mempunyai tujuan untuk melindungi kepentingan manusia untuk memperoleh keadilan, kepastian hokum, menciptakan ketertiban, ketentraman masyarakat serta kemanfaatan hokum (Oemar Senoadji, 1973:240)

Alam manusia dalam mempertahankan kepentingannya satu sama lain, menunjukan kecenderungan sikap beradu kekuatan, berdasarkan hal tersebut perlu disusun tatanan yang menggambarkan batasan petunjuk yang tepat dan layak untuk kepentingan mengajukan tuduhan dan dalam hal melakukan pembelaan.

Tatanan tersebut menjadi sebuah regulasi berkerja bagi alat

perlengkapan negara yang mempunyai kewenangan berhadapan dengan segala hak agar ddapat membela bagi tersangka atau orang lain, ketika ada dugaan kuat terjadi perbuatan pidana dan berakhir untuk menetapkan keputusan hukum yang tidak bertentang dengan hak dasar manusia.

Pada prinsipnya pekerjaan seseorang untuk menduga dan menyangka orang lain melakukan perbuatan pidana dalam bentuk kejahatan atau pelanggaraan, dapat menjurus sebagai perbuatan pidana yang berupa kejahatan atau pelanggaran, dapat menjurus sebagai perbuatan yang bersifat arogan, karena di satu pihak akan ada giat mempertahankan tuduhannya dan di lain pihak dengan tekun melakukan pembelaan yang di dorong oleh harga diri dan kebebasan pribadi setiap manusia. (Bambang Poernomo, 1984:78)

Berkaca dari kenyataan demikian, maka hukum harus dijunjung tinggi agar terdapat kepastian hukum. Hukum tidak hanya digunakan sebagai slogan, tetapi hukum pada hakikatnya benar- benar harus ditaati dan dilaksanakan.

Seiring dengan hal tersebut, maka kesadaran hukum di lingkungan masyarakat harus ditingkatkan, agar hukum yang ada dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

Dengan bersandar pada gagasan tersebut, untuk melihat fenomena kehidupan hukum kita sekarang ini yang dikaitkan dengan masalah perlindungan HAM khususnya bagi

(3)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

tersangka dan terdakwa tentunya kita tidak bisa melepaskan perbincangan mengenai masa yang lalu. Dari perspektif sejarah kekuasaan pemerintahan, peradilan pidana di Indonesia telah melewati beberapa kurun waktu yang sesuai dengan pembagian kurun waktu kekuasaan pemerintahan. Pembagian kurun waktu tersebut secara ringkas dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu masa sebelum dan sesudah kemerdekaan.

(Bambang Poernomo, 1984:79) Belajar dari pengalaman- pengalaman buruk proses peradilan pidana yangh sudah tercatat dalam sejarah. Fenomena pelanggaran HAM bagi tersangka dan terdakwa dengan alasan untuk mempercepat proses pemeriksaan perkara sudah merupakan kultur atau kebiasaan di lingkungan tersebut.

Dalam melaksanakan tugas penegakan hukum, aparat penegak hukum yang berwenang wajib bersandar pada hukum yang ada dan harus selalu menjunjung tinggi nilai- nilai hak asasi manusia. Salah satunya adalah pada saat melakukan pemeriksaan perkara pidana. Pada saat inilah aparat penegak hukum yang berwenang dituntut untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang ada dengan mengedepankan nilai-nilai hak asasi manusia terutama hak kebebasan dan kemerdekaan bagi tiap insan.

Proses perkara peradilan pidana di Indonesia mengenal asas praduga tak bersalah dan asas praduga bersalah, walaupun tidak dirumuskan secara tegas dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana.

Meskipun tidak secara tegas dirumuskan dalam KUHAP namun banyak dijumpai pasal-pasal yang menjadi ruh oleh asas praduga tak bersalah dan ketentuan pasal sidang

terbuka untuk umum yang memungkinkan terdakwa dihakimi oleh masyarakat umum sebelum dinyatakan bersalah oleh pengadilan, perkara dengan acara singkat dan acara cepat dianggap mengandung asas praduga bersalah karena sifat perkaranya mudah pembuktiannya dan sederhana hukumnya. (Bambang Poernomo, 1984:80)

Pada pemeriksaan awal, penyelidik dan penyidik harus memperlakukan tersangka sejak ditangkap dengan sebaik-baiknya, dan segala tindakan penyelidik dan penyidik harus berkiblat pada undang-undang yang mengaturnya.

Terutama bagi tersangka yang dikenakan penahanan, karena tindakan penangkapan dan penahanan menyangkut hak asasi pribadi manusia. (Bambang Poernomo, 1984:89)

Tersangka atau terdakwa mempunyai hak minta ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yg dimaksud dalam pasal 95 dan pasal 96 karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau akibat dari kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.

Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus di sidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77. Putusan pemberian ganti kerugian berbentuk penetapan.

(4)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

Menurut Bambang Poernomo,

“Pemeriksaan perkara pidana harus berpegang pada tugas hukum pengayoman berhadapan dengan orang yang menjadi tersangka atau terdakwa sebagai pendukung hak asasi manusia yang dalam hukum positif sebagaimana jaminan perlindungan hukum. (Bambang Poernomo, 1988 :197)

Dalam kaitannya tersebut di atas seyogyanya tidak boleh terjadi, karena seseorang yang baru di sangka atau di dakwa melakukan suatu tindak pidana wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap, sehingga terhadap tersangka atau terdakwa belum dapat dikenakan sanksi ataupun hukuman.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah Hak-hak tersangka dalam proses peradilan pidana di Indonesia apakah sudah sesuai dengan undang-undang atau belum?

2. Bagaimanakah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh tersangka jika ternyata terdapat hak-hak tersangka tidak ditegakan?

C. Kerangka Teoritis dan Konseptual Hukum wajib menjadi pedoman tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat. Sebagai pedoman tingkah laku, hukum harus ditaati dan dilaksanakan. Setiap perbuatan dan tindakan kita harus berdasarkan pada peraturan hukum yang ada.

Hukum agar dapat di taati dan dilaksanakan dengan baik, maka hukum harus dijunjug tinggi.

Pelaksaan penegakan hukum antara lain dilakukan oleh aparat yang

berwenang, yang meliputi polisi, jaksa, dan hakim.

Pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang antara lain dengan memperlakukan seorang tersangka / terdakwa dengan memberikan hak-haknya, dan dengan selalu menjunjung tinggi nilai – nilai hak asasi manusia, pada saat pemeriksaan perkara.

Adapun Asas – asas yang sering digunakan adalah sebagai berikut:1 a. Asas Legalitas

Hukum pidana material harus pasti sifatnya, sehingga tidak diperbolehkan untuk menyadarkan tuduhan - tuduhan dan penghukuman atas dasar analogi atau asumsi dengan peraturan pidana lain.

b. Anggapan Tidak Bersalah (Presumption of Innocence) Setiap tersangka harus dianggap tidak bersalah sampai pada saat kesalahannya itu dibuktikan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

c. Penangkapan dan Pendakwaan (Arrest and Accusations)

1) Penahanan sambil menunggu perkara disidangkan hanya diizinkan menurut ketentuan undang-undang.

2) Setiap orang yang ditangkap atau ditahan harus diberitahukan dasar hukumnya.

d. Pemahaman Selama Perkaranya Disidangkan (Detention Pending Trial)

1) Penahanan sambil menunggu perkara disidangkan hanya diizinkan menurut ketentuan undang-undang.

1 Muljatmo. 1981:76

(5)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

2) Tidak dapat dibenarkan penahanan yang selalu diperpanjang dengan alasan- alasan sibuknya perkerjaan atau alasan-alasan lain semacam itu.

e. Hak – hak Minimum dari Seorang Tersangka untuk Mempersiapkan Pembelaannnya (Minimum Rights of Accused Persons Necessary for The Preparation of Their Devence) 1) Seorang tersangka mulai dari

saat ditahan harus diberikan

kesempatan untuk

berhubungan dengan penasehat hukum yang dipilihnya sendiri, kecuali jika kepentingan pemeriksaan tidak mengijinkan.

2) Seorang tersangka harus diberikan hak dan

kesempatan untuk

mengajukan saksi yang meringankan (a de charge), biar pun pada pemeriksaan pendahuluan maupun pada

waktu perkaranya

disidangkan.

f. Pemeriksaan Terhadap Tersangka dalam pemeriksaan Pendahuluan. (Penyidikan dan Penyidikan Lanjutan) dan dalam persidangan (The Examination of The Accused Before and During The Preliminary Proceeding and At The Trial) 1) Tidak diperbolehkan untuk

mempergunakan ancaman, kekerasan, atau tekanan jiwa, atau untuk membujuk dengan janji-janji, agar mengadakan pengakuan memberikan keterangan-keterangan.

2) Surat-surat atau komunikasi telepon tidak diperbolehkan diganggu-gugat, kecuali

dalam hal khusus yang ditentukan oleh undang- undang.

g. Keharusan Bagi Kebebasan Suatu Kekuasaan Yudikatif dan Persidangan yang terbuka (The Neccessity for An Independent Tribumal and The Conduct of The Trial in Public)

1) Sesuatu kekuasaan yudikatif yang bebas adalah syarat mutlak untuk masyarakat di bawah Rule of Law.

2) Juga sangat esensial adanya korps pengacara (lawyers) yang bebas di bawah pengawasan dari pihak pengadilan.

3) Semua persidangan pengadilan harus terbuka untuk umum, kecuali dalam hal lain menurut ketentuan undang-undang.

h. Terhadap Keputusan/Penetapan Pengadilan diadakan Kesempatan Naik Banding / Perlawanan Kecuali dalam hal yang Ditentukan oleh Undang- undang.

Menurut Bambang Poernomo, kegiatan proses perkara pidana tertuju pada dua sasaran pokok, yaitu:2

1. Usaha menjamin melancarkan jalannya penerapan hukum pidana oleh alat perlengkapan negara yang berwenang.

2. Jaminan hukum bagi setiap orang untuk menghindarkan tuntutan atau hukuman yang bertentangan dengan hak asasi manusia.

Berdasarkan dua sasaran tersebut, dapat diambil satu

2 Bambang Poernomo, 1982:34

(6)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

kesimpulan bahwa pelaksanaan dan penerapan serta penegakan hukum harus selalu mengedepankan nilai- nilai hak asasi manusia, sehingga tidak dapat merampas hak kebebasan setiap orang.

Faktanya dua sasaran tersebut tidak mudah untuk dicapai secara seimbang. Hal tersebut dikarenakan sasaran yang pertama menyangkut kepentingan masyarakat dan negara, sedangkan sasaran yang kedua menyangkut kepentingan perseorangan.

Terhadap seseorang yang baru diduga telah melakukan suatu tindakan pidana, sekalipun terhadap mereka diadakan penangkapan, penahanan guna kepentingan pemeriksaan ataukah telah dituntut kemuka pengadilan tidak boleh diperlakukan sebagai seseorang yang bersalah sebelum kesalahannya tersebut berhasil dibuktikan melalui kaidah hukum yang berlaku.

Terhadap yang bersangkutan tidak boleh diadakan tindakan-tindakan yang terlalu drastis yang merugikan kepentingannya selaku seorang manusia yang hak dasarnya dijamin dan dilindungi oleh hukum.

(Abdurrahman Dan Ridwan Syahrani, 1978:107-108).

Pengakuan terhadap asas praduga tak bersalah yang berlaku di negara kita mempunyai tujuan:3 1. Memberikan perlindungan dan

jaminan terhadap insan yang telah dituduh melakukan suatu tindak pidana agar supaya jangan sampai di perkosa hak asasinya.

2. Untuk memberikan arah dan pedoman bagi para petugas penegak hukum yang melakukan pemeriksaan perkara sekaligus

3 Loebby Loqman, 1992:107

membatasi tindakannya dalam melaksanakan pemeriksaan.

Berdasarkan tujuan asas tersebut maka seorang yang baru dilakukan pemeriksaan wajib diperlakukan sesuai dengan hukum yang ada dalam masyarakat, sehingga terhadap terdakwa belum dapat dinyatakan bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan sudah inkrah atau mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

D. Metode Penelitian

Sebagaimana yang sudah dijelaskan dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada, maka metode penelitian ini menggunakan metode Yuridis Normatif, yaitu dengan mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan- putusan pengadilan serta norna- norma hukum yang ada dalam masyarakat.4

Disamping itu penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif, terlebih dahulu penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tipe Peneltian

Penelitian ini termasuk dalam kategori tipe penelitian empiris yaitu penelitian tentang hukum di dalam pelaksanaannya penelitian ini sendiri apabila

dihubungkan dengan

tema/konsepnya adalah bersifat normatif dalam proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan.

Namun demikian, pada prinsipnya penelitian ini tidak

4 (Sri Mamudji, dkk. 2005:34)

(7)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

sepenuhnya bersifat normatif mengingat kasus-kasus yang akan dibahas pada penulisan ini terjadi pada lingkup yang sebenarnya.5

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif analitis, pendekatan yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori-teori hukum dan dalam penerapannya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti, melalui metode ini pula akan menguraikan dan menggambarkan mengenai fakta-fakta yang secara sebenarnya terjadi sebagai miniatur terhadap pelaksanaan dari peraturan perundang- udangan serta asas-asas hukum yang dikaitkan dengan teori- teori hukum dan praktek pelaksanannya dalam mengungkap rahasia bank dalam upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang.6

3. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam ini, hasil penelitian yang berwujud laporan, peraturan perundang-undangan yang terbagi menjadi:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang

5 (Sri Mamudji, dkk. 2005:36)

6 (Sri Mamudji, dkk. 2005:39)

mengikat seperti:

Amandemen Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang - undang dan peraturan -

peraturan yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.7

2) Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti literatur-literatur kepustakaan, majalah- majalah, koran/berita harian, jurnal hukum baik yang terakreditasi nasional maupun internasional, makalah - makalah hasil seminar dan sebagainya yang berhhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini.

E. Pembahasan

A. Hak-hak tersangka dalam proses peradilan pidana di Indonesia apakah sudah sesuai dengan undang-undang atau belum.

Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Pemeriksaan Pendahuluan, Asas dari sebuah regulasi tentang perlindungan terhadap suatu nilai harkat serta martabat manusia yang telah diletakkan di dalam Undang- undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, yang kemudian asas tersebut merupakan hak tersangka secara umum selama menjalani pemeriksaan perkara pidana.

7 (Sri Mamudji, dkk. 2005:52)

(8)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

Adapaun hak-hak tersebut menurut Pasal 1 KUHAP point 3 penjelasan umum adalah sebagai berikut (Pasal 1 KUHAP)

1. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan perbedaan perlakuan.

2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dan hanya hanya dalam hlm dan cara yang diatur denga undang-undang.

3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.

4. Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa adanya alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya, atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau kelalainnya menyebabkan asa hukum tersebut dilanggar wajib dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukum administrasi.

5. Peradilan harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan

biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekwen dalam seluruh tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan.

6. Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

7. Kepada setiap tersangka sejak saat dilakukan penagkapan dan atau penahanan selain wajib diberikan dakwaan dan dasar hukum apa yang didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu, termasuk hak untuk menghubungi dan minta bantuan penasehat hukum.

8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa.

9. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali dalam hlm yang diatur dalam Undang-undang.

10. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana dilakukan ketua pengadilan negeri yang bersangkutan.

Apabila kita bersandar ke sepuluh asas tersebut di atas, ketentuan tersebut sudah cukup

mengakomodir bagi

perlindungan hukum apabila dilaksanakan secara sungguh- sungguh dan tanpa adanya niat jahat sejak awal pemeriksaan sampai akhir perkara pidana

(9)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

hingga memperoleh putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 95 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa, tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. (Pasal 95 ayat (1) KUHAP)

Merujuk apa yang tercantum dalam isi pasal tersebut, maka seorang aparat yang berwenang melakukan tugas pemeriksaan perkara terutama dalam memperlakukan seorang tersangka harus berdasarkan pada hukum. Penahanan yang melanggar hukum dilarang, artinya penahan terhadap seorang tersangka atau terdakwa harus diperlakukan sesuai dengan hukum yang berlaku, sehingga aparat yang berwenang tidak dapat melakukan tindakan yang merupakan perampasan kemerdekaan dan kebebasan terhadap seorang tahanan. Untuk memberikan gambaran secara lebih lengkap tentang hak-hak tersangka pada pemeriksaan pendahuluan perkara pidana, yang meliputi:8

a. Berhak segera mendapatkan pemeriksaan penyidik dan diajukan ke penuntut umum b. Berhak diberitahukan tentang

hal yang disangkakan / didakwakan.

c. Berhak memberikan keterangan dengan bebas

8 (Wiryono Projodikoro, 1977: 98)

d. Berhak mendapat bantuan jaminan bahasa apabila tersangka tidak paham bahasa Indonesia dan penerjemah apabila tersangka/terdakwa bisu dan tuli, tetapi apabila dapat menulis dapat diperintah untuk menulis.

e. Berhak mendapat bantaun hukum, dan dalam hal ini tersangka/terdakwa berhak untuk memilih sendiri

f. Tersangka yang dikenakan penahanan berhak :

1) Menghubungi penasihat hukumnya

2) Apabila warga negara asing berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya 3) Menghubungi dan

menerima kunjungan dokter pribadinya

4) Diberitahukan tentang alasan penahanan kepada dirinya

5) Menghubungi dan menerima kunjungan dari orang – orang yang mempunyai hubungan keluarga.

6) Berhak mengirim atau menerima surat kepada keluarga atau penasehat hukumnya.

7) Menghubungi dan menerima kunjungan rohaniah

Menurut Bambang Poernomo mempunyai gagasan bahwa :

Peraturan hukum acara pidana yang menjamin hak- hak tersangka atau terdakwa tersebut masih bersifat abstrak, oleh karena dalam kenyataan masih perlu direalisasikan pada setiap

(10)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

kejadian. Pemeriksaan secara konkrit berbagai faktor yang masih berpengaruh besar untuk terwujudnya hak asasi manusia dalam setiap proses perkara pidana (Bambang Poernomo, 1984:85)

Para pihak yang mempunyai kepentingan yang dituntut dan diadili harus diperlakukan oleh para pemeriksa perkara pidana menurut peraturan undang- undang yang ada. Tindakan pemeriksaan perkara pidana harus menjamin tidak dilakukannya kekerasan untuk memeras pengakuan, penahanan hanya dibolehkan menurut cara serta batasan menurut hukum, dan tindakan lainnya sesuai denagn peraturan undang- undang yang berlaku. Setiap orang terjamin kepentingan haknya untuk dianggap tidak bersalah sebelum mengajukan pembelaan terhadap tuduhan, dan kepentingan lainnya dalam proses perkara pidana agar tidak diperlakukan sebagai obyek semata-mata melainkan juga sebagai subyek pemeriksaan perkara pidana.

“Kepentingan individu yang tercermin dalam hak-hak tersangka atau terdakwa dan kepentingan umum dengan kewenangan alat negara diramalkan oleh para ahli sebagai suatu pertentangan abadi dan pemecahannya terletak dalam mental yang tercermin pada sikap kelakuan manusia”.

Marpaung Leden menyatakan bahwa: Seorang petugas aparat, untuk menentukan keputusan tentang perbuatan yang akan

dilakukan harus memahami benar – benar tentang

“kewenangan” apakah perbuatan yang akan dilakukan masih tercakup dalam kewenangannya.

Tugas aparat (dalam hukum pidana) adalah mempertahankan/

menegakkan pidana agar ketentraman masyarakat dapat terpelihara.

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Leden Marpaung tersebut, apabila dikaitkan dengan hak-hak tersangka atau terdakwa yang telah disebutkan sebelumnya, maka hak-hak tersangka harus dipenuhi. Hal ini diterapkan berdasarkan kewenangan yang ada pada aparat penegak hukum, dan setiap perbuatan yang akan diambil tidak boleh melanggar hak asasi tersangka atau terdakwa serta tidak boleh melampaui batas kewenangan.

KUHAP sudah mengatur hak- hak tersangka pada saat berada dalam proses pemeriksaan perkara pidana. Sejalan dengan hal tersebut maka aparat yang berwenang melakukan pemeriksaan perkara harus mentaati ketentuan tersebut, karena KUHAP merupakan pedoman utama untuk melakukan tugas pemeriksaan perkara pidana. Perlindungan hak asasi tersangka tersebut apabila dilanggar oleh aparat yang berwenang melakukan pemeriksaan maka, tersangka atau terdakwa tersebut dapat mengajukan tuntutan praperadilan, ganti kerugian dan rehabilitasi. Ketiga upaya ini merupakan upaya hukum yang bersifat administrasi, dengan

(11)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

keputusan yang merupakan suatu penetapan.

Praperadilan dapat dimintakan ke pengadilan dalam hal sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentuan penyidikan atau penghentian penuntutan, dan dalam hlm ganti kerugian dan rehabilitasi untuk seseorang yang perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan sebagaimana termaktub dalam Pasal 77 KUHAP.

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Hukum merupakan sebuah panduan tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat. Sebagai pedoman dalam berbuat, hukum harus ditaati dan dilaksanakan.

Segala perbuatan dan tindakan kita harus bersandarkan pada peraturan hukum yang ada.

Hukum agar dapat di taati dan dilaksanakan dengan baik, maka hukum harus ditegakkan.

Pelaksanaan penegakan hukum antara lain dilakukan oleh aparat yang berwenang, yang meliputi polisi, jaksa dan hakim.

Pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang antara lain dengan memperlakukan seorang tersangka / terdakwa dengan memberikan hak-haknya dan dengan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, pada saat pemeriksaan perkara.

Setiap tersangka atau terdakwa selama menjalani pemeriksaan perkara pidana mempunyai hak-hak yang dijamin oleh negara melalui Undang-undang, adapun hak-

hak tersebut menurut KUHAP secara umum meliputi: Pasal 50 menyebutkan Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum dan tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum serta Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan. Selain itu untuk mewujudkan peradilan yang dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.

Pasal 51 menyebutkan Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai serta terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.9

Pasal 52 menyebutkan Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

Pasal 54 menyebutkan Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan.

Pasal 56 menyebutkan Dalam hal tersangka atau terdakwa

9 R. Soesilo, 1988:57-65)

(12)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka.

B. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh tersangka jika ternyata terdapat hak-hak tersangka tidak ditegakan

Pelaksanaan Hak Tersangka Pada Proses Pemeriksaan Pendahuluan, Kitab Undang- Undang hukum Acara Pidana mencerminkan hak-hak tersangka atau terdakwa pada pasal-pasal tentang asas praduga tidak bersalah, hak mendapat bantuan hukum dan hak-hak lainnya yang bersifat asasi.

Tindakan menyidik, menuntut, dan menghukum terhadap kejahatan atau pelanggaran dimaksudkan untuk menegakkan ketertiban, ketentraman dan keamanan bagi masyarakat, akan tetapi justru dengan tindakan tersebut dapat sekaligus melukai dan merampas hak-hak perorangan.10

Oleh karena itu apabila melalui dugaan sudah membawa hasil ada orang yang disangka melakukan tugas penyelidikan, penuntutan atau keputusan

eksekusi, dengan

memperhatikan dan hak-hak dan

10(Reksodiputro, Mardjono. 1993:98)

kewajiban setiap orang yang bersangkutan dalam perkara pidana ataupun hak-hak dan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa menurut hukum yang ada.

Hak-hak tersangka pada proses penyidikan adalah:11 a. Tersangka berhak segera

mendapat pemeriksaan oleh penyidik.

Pemberian hak kepada tersangka adalah untuk menjauhkan kemungkinan terkatung-katungnya nasib seorang yang disangka melakukan tindak pidana terutama mereka yang dikenakan penahanan, jangan sampai lama tidak mendapat pemeriksaan sehingga mengakibtakan tidak adanya kepastian hukum.

Sebelum penyidik melakukan penyidikan terhadap tersangka maka hak-hak dari tersangka dibacakan terlebih dahulu yang kemudian ditanyakan kepada tersangka.

Hak tersebut yang juga ditanyakan kepada tersangka diantaranya hak untuk mengajukan saksi yang meringankan tersangka pada waktu pemeriksaan di sidang pengadilan, namun hak tersebut jika tidak digunakan oleh tersangka maka tidak dibuatkan berita acaranya.

b. Hak tersangka untuk diberitahukan tentang hal yang disangkakan / didakwakan.

Apabila tersangka yang sudah ditahan maka pada waktu

11 (Reksodiputro, Mardjono. 1993:78)

(13)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

diperiksa tersangka wajib diberitahu tentang hal-hal yang disangkakan yang harus berdasarkan landasan peraturan perundang- undangan yang ada sehingga pasal yang disangkakan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh tersangka.

c. Tersangka berhak memberikan keterangan dengan bebas

Pemeriksaan pada tingkat penyidikan, tersangka berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik.

Oleh karena itu penting dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka untuk mengakui perbuatan tersebut.

d. Tersangka mendapat bantuan jaminan bahasa apabila tersangka tidak mengerti bahasa Indonesia dan penerjemah apabila tersangka bisu dan tuli.

Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai serta tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.

Selanjutnya, Tersangka berhak mendapat bantuan hukum12. Dalam rangka untuk kepentingan pembelaan, tersangka berhak mendapat

12 (Reksodiputro, Mardjono. 1993:70)

bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada tingkat pemeriksaan. Bagi tersangka yang tidak mampu membayar penasehat hukum maka penasehat hukum disediakan oleh pejabat penyidik bagi tersangka yang didakwa melakukan tindakan pidana yang diancam pidana lima belas tahun keatas atau hukuman seumur hidup. Jika hak tersebut tidak digunakan oleh tersangka maka pihak penyidik membuatkan berita acara tentang pernyataan dari tersangka mengenai tidak menggunakannya penasehat hukum selama pemeriksaan.13

Penerapan hak tersangka yang diberikan kepada tersangka yang dilakukan tindakan penahanan. Meliputi:14

1. Menghubungi penasehat hukumnya

2. Pemberitahuan kepada pihak keluarga tersangka atas penahanan tersangka

3. Tersangka yang

berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.

4. Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga.

5. Berhak mengirim atau menerima surat kepada keluarga atau penasehat hukumnya.

Hasil penelitian yang penulis dapatkan, bertempat di

13 (Reksodiputro, Mardjono. 1993:77)

14 (Reksodiputro, Mardjono. 1993:79)

(14)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

Kepolisian Sektor Matraman Jakarta Timur, pada prinsipnya semua hak-hak yang ada di dalam peraturan perundangan- undangan yang berlaku sudah benar-benar diberikan dengan baik kepada tersangka selama menjalani penyidikan.

Pihak Kepolisian Sektor Matraman Jakarta Timur berpandangan bahwa hak-hak tersangka yang ditahan selama proses pemeriksaan, selain yang diatur di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, meliputi juga untuk diperlakukan sama tidak mengadakan perbedaan perlakuan, hak untuk mendapatkan bantuan hukum, hak diberitahukan kepadanya tentang perbuatan hukumnya, hak memperoleh tembusan berita acara pemeriksaan di sprint tahanan.

Hak – hak tersebut sudah diatur secara teknis oleh penyidik, dan dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah Kepala Kepolisian Sektor Matraman Jakarta Timur, melalui Kepala Satuan Reserse termasuk juga dalam hal menerima kunjungan keluarga atau penasehat hukum, pemeriksaan kesehatan atau fisik dan pengaturan kegiatan- kegiatan lain seperti olah raga pagi, siraman rohani sesuai dengan agama yang dianutnya.

Sedangkan kewenangan Polisi terhadap seorang tentang adanya tindak pidana yaitu:15 1. Mencari saksi-saksi yang

melihat, mendengar dan

15 (Bambang Poernomo, 1982:76)

merasakan sendiri tentang kejahatan tersebut.

2. Menyuruh berhenti seorang yang patut diduga atau dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, untuk tidak meninggalkan tempat kejadian perkara.

3. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab sesuai ketentuan perundangan- undangan yang berlaku Selanjutnya, penting mengetahui dalam arti

sesungguhnya bahwa

penangkapan adalah suatu tindakan penyidikan dalam bentuk pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup dua alat bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana.

Apabila memperhatikan pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa yang

mempunyai wewenang

melakukan penangkapan adalah penyidik. Sekalipun hanya disebutkan penyidik namun berdasarkan Pasal 16 ayat (1) penyelidik dapat juga melakukan penangkapan apabila terdapat perintah dari penyidik. Dan dalam penjelasan perkataan ‘atas perintah penyidik’ itu, termasuk di dalamnya penyidik pembantu.

Penahanan terhadap orang yang telah disangka atau patut diduga melakukan tindak pidana diperlakukan berdasarkan hukum yang berlaku dengan tindak kejahatan yang dilakukan

(15)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

oleh tersangka, tidak dapat menjadi alasan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap seorang tahanan.

Kewenangan penahanan selain dimiliki oleh penyidik, ada perbedaan dengan kewenangan melakukan penangkapan yang oleh KUHAP hanya dipercayakan kepada penyidik menurut ketentuan dalam KUHAP BAB V Bagian Keedua, Pasal 20-31, ternyata dimiliki juga oleh Jaksa / Penuntut Umum, dan Hakim (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung).16

Adapun tujuan dari penangkapan itu sendiri menurut pandangan Kapolsek Sektor Matraman Jakarta Timur adalah untuk kepentingan penyidikan dalam penangkapan apabila terdapat dua alat bukti yang disangka atau patut diduga digunakan untuk melakukan tindak kejahatan maka bisa langsung dilakukan penahanan berdasarkan dengan bukti tersebut maka seorang tersangka patut diduga telah melakukan suatu tindak pidana.

Apabila seseorang tersangka merasa bahwa penangkapan atau penahanan yang dilakukan terhadap dirinya tidak sah atau selama ditahan terkena tindakan lain tanpa alasan yang sah atau terjadi kekeliruan hukumnya atau kekeliruan mengenai orangnya, maka tersangka tersebut atau keluarganya atau kuasanya dapat menempuh upaya hukum praperadilan kepada pengadilan negeri yang

16 (Bambang Poernomo, 1982:64)

berwenang sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, Pasal 77 dan Pasal 95 KUHAP.

Berkaitan dengan hak tersangka untuk memperoleh bantuan hukum, Pasal 114 KUHAP menyatakan bahwa dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana

sebelum dimulainya

pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa tersangka dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasehat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHAP.

Dalam penjelasannya Pasal 114 menyatakan bahwa untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, maka sejak dalam tahap penyidikan kepada tersangka sudah dijelaskan bahwa tersangka berhak untuk didampingi penasehat hukum pada pemeriksaan di sidang pengadilan.

Menurut penulis pelaksanaan hak – hak tersangka / terdakwa selama dalam proses pemeriksaan di Polsek Matraman Jakarta Timur sudah sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila tersangka atau terdakwa di dalam pemeriksaan ditanyakan apakah perlu didampingi pengacara atau tidak? Apabila jawabannya tidak maka dari pihak Kepolisian membuatkan Berita Acara Pernyataan tidak menggunakan penasehat hukum selama pemeriksaan. Apabila diancam hukuman 15 tahun keatas atau pidana mati pihak Kepolisian

(16)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

menyediakan pengacara yang diambil dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH) untuk semua tingkat pemeriksaan.17

Pendalaman keterangan tersangka oleh penyidik dilakukan dengan sistem inquisitoir melalui cara pemeriksaan yang dilakukan dengan mengganggap tersangka sebagai obyek pemeriksaan.

Patut diduga pada tahapan pemeriksaan inilah sering terjadi pemaksaan pengakuan atau keterangan dari tersangka atau saksi walaupun pemerasan untuk mendapat pengakuan atau keterangan dari tersangka atau saksi yang demikian jelas diancam oleh Pasal 422 KUHP.

Setelah dilakukannya paksaan / penyiksaan terhadap tersangka kenyataannya tidak segera menadapat perawatan oleh dokter, kalaupun dirawat biasanya oleh dokter Rutan serta jarak waktu antara dilakukannya penyiksaan dengan proses pemeriksaan di pengadilan terlalu lama, sehingga bukti siksaan atau penganiayaan itu telah sembuh dan hilang karena tidak segera divisum. Bahkan patut diduga tersangka tidak menerima kunjungan oleh keluarga atau Penasehat Hukum yang ditunjuk dalam jangka waktu tertentu ataupun sewaktu diperiksa tersangka tidak didampingi oleh Penasehat Hukum sehingga tidak mengetahui hak-haknya sebagai tersangka.

Berdasarkan penjelasan diatas tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari

17 (Wiryono Projodikoro,. 1999:87)

Penasehat Hukum. Aturan membolehkan tersangka atau terdakwa memilih sendiri Penasehat Hukumnya, tersangka dapat menentukan sendiri siapa yang menjadi Penasehat Hukumnya atas biaya sendiri.

Adapun bagi tersangka atau terdakwa yang tidak mampu, pada semua tingkat pemeriksaan yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih, kewajiban Negera dalam hal ini pihak Kepolisian menunjuk penasehat hukumnya.

F. Penutup

Berdasarkan apa yang telah diuraikan tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan perkara pidana:

Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik. Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya.

Tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim. Tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan. Tersangka atau terdakwa yang mendapat tindakan penahanan berhak menghubungi penasehat hukumnya. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada

(17)

Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Perkara Peradilan Pidana Di Indonesia

hubungannya dengan proses perkara maupun tidak. Hak tersangka atau terdakwa yang mendapat tindakan penahanan berhak untuk diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan.

Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengirim surat kepada penasehat hukum atau menerima surat dari penasehat hukum dan sanak keluarganya. Pengakuan Hak Tersangka dalam sistem hukum pidana nasional sudah diatur dalam KUHAP, Undang–

undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Upaya hukum yang bisa ditempuh oleh tersangka apabila ternyata terdapat hak-hak tersangka tidak ditegakkan sudah diatur di Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman:

(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

(2) Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

(3) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti

kerugian, rehabilitasi, dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam Undang- undang.

. Daftar Pustaka

Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Amarta Buku, 1984

---Seri Hukum Acara Pidana Pandangan Terhadap Asas-Asas Umum Hukum Acara Pidana, Yogyakarat : Liberty,1982

--- Pokok-pokok Hukum Acara pidana dan Beberapa Harapan dalm Pelaksanaan KUHAP.

Yogyakarta: Liberty, cet.I, 1982 Marpaung Leden, Proses Penanganan

Perkara Pdana Bagian Pertama Penyelidikan Dan Penyidikan.

Jakarta : Pradya Paramita,1992 Projodikoro, Wiryono. Hukum Acara

Pidana di Indonesia. Bandung:

Sumur Bandung. 1977

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dengan Penjelasan Resmi dan Komentar, Bogor : Politiea ,1988

Reksodiputro, Mardjono. Sistem Peradilan Pidana di Indonesia (Melihat Kepada Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas- Batas Toleransi). Dibacakan pada acara pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta.

1993.

Oemar Senoadji., Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi, Jakarta:

Erlangga, 1973.

Wiryono Projodikoro,. Hukum Acara Pidana di Indonesia. Bandung:

Sumur Bandung, cet.9, 1977

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Kurikulum PAUD dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.. 1) Kurikulum yang dikembangkan berpusat pada peserta didik yaitu dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran konstruktisme model jigsaw dalam meningkatkan kreatifitas belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Karena itu, ayat ini mengajak mereka yang memiliki sifat yang dapat menghalangi pelanggaran, yakni sifat iman, dengan menyatakan: hai orang-orang yang beriman, janganlah

[r]

Bagi lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman diharapkan lansia dapat melakukan perilaku perawatan hipertensi dengan cara

Sebagai bagian dari SEP dari investasi yang teridentifikasi, Mekanisme Umpan Balik dan Penanganan Keluhan (Feedback and Grievance Redress Mechanism, FGRM) akan

Gerakan menyentuhkan bola kaki ke depan, kanan atau kiri dengan sedikit menekuk lutut tumpu, berat badan berada pada kaki tumpu. Sentuhkan bola kaki kanan ke depan

Pada tugas akhir ini juga dikaji kemungkian p€nggunaan satelit Iridium yang terletak pada orbit rendah untuk sistem komunikasi satelit di Indonesia sehingga dapat