• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Ekstrak daun Wudani (Quiskualis indica Linn) dalam Pengendalian Infeksi Cacing pada Sapi untuk mendukung Swasembada Daging Sapi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peran Ekstrak daun Wudani (Quiskualis indica Linn) dalam Pengendalian Infeksi Cacing pada Sapi untuk mendukung Swasembada Daging Sapi."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 Peran Ekstrak daun Wudani (Quiskualis indica Linn) dalam Pengendalian Infeksi

Cacing pada Sapi untuk mendukung Swasembada Daging Sapi.

Role Wudani leaf Extracts (Quiskualis indica Linn) in the control of Worm Infection in Cattle to Support Self-Sufficiency in Beef

Ida Bagus Komang Ardana1), Made Suma Anthara2) dan Anak Agung Gde Oka Dharmayudha3)

1) Laboratorium Patologi Klinik Veteriner 2) Laboratorium Farmakologi 3) Bagian Klinik Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman, Denpasar, Bali

Email : [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian herbal ekstrak daun wudani (Quisqualis indica Linn) 100% dapat membunuh cacing gastrointestinal (efek vermisidal) dan menurunkan daya berembrio telur cacing pada sapi (efek ovisidal invivo). Penelitian ini menggunakan 3 dosis ekstrak daun wudani (Quisqualis indica Linn) 100 % yaitu Sapi penderita cacing gastrointestinal yang diobati dengan Rheindazol (100 ml mengandung albendazol 10 gram) dosis 10 gram/kg berat badan dosis tunggal, Sapi penderita cacing gastrointestinal yang diobati dengan ekstrak daun wudani konsentasi 100% dosis 10 mg/kg berat badan dosis tunggal,Sapi penderita cacing gastrointestinal yang diobati dengan ekstrak daun wudani konsentrasi 100% dosis 15 mg/kg berat badan dosis tunggal dan sapi penderita cacing gastrointestinal yang diobati dengan ekstrak daun wudani 100% dosis 20 mg/kg berat badan dosis tunggal. Pengamatan daya vermisidal dilakukan dengan penentuan Fecal Egg Count Reduction /FECR) dan daya ovisidal dengan mengamati daya berembrio telur yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi FKH UNUD.

Daya vermisidal ekstrak daun wudani 100% terhadap cacing strongylus sp dosis 10 mg/kg berat badan sebesar 100% sangat nyata lebih tinggi jika dibandingkan dosis 15 mg/kg berat badan (92,4 %) , dosis 20 mg/kg berat badan (96% (P<0,01), serta dengan dosis Albenbazol/

(96.%) sebagai control. Dismpulkan bahwa Secara invivo herbal ekstrak etanol daun wudani 100%(Quisqualis indica L.) efektif sebagai obat cacing gastrointestinal yang berkhasiat vermisidal sehingga dapat dikembangkan penggunaannya untuk pengendalian cacing pada Sapi

(2)

2 Kata Kunci : Cacing Gantrointestinal, Eksrak daun wudani, vermisidal

Key Words: Gastrointestinal (GI) Extract wudani leaf, vermicidal

PENDAHULUAN

Parasit cacing gastrointestinal (GI) yang tergolong cacing nematoda sangat tinggi prevalensinya pada sapi yang hidup dinegara berkembang (Ombasa O et.al.2012). Pada sapi bali juga ditemukan cacing golongan Trematoda. Telah dilaporkan bahwa penyakit cacing pada sapi bali yang telah ditemukan antara lain Fasciolasis, Pharamfistomiasis, Toxocara vitulorum (Deptan,2001). Prevalensi infeksi cacing hati (Fasciola spp) di Kabupaten Karangasem Bali cukup tinggi yaitu 18,29% dan dirumah potong samarinda tahun 2009 sebesar 55,56%

(Sulistyowati 2002, Jusmaldi dan Juliawan Saputra, 2009). Prevalensi Toxocara vitulorum pada sapi bali di wilayah Bali timur sebesar 39,4 % (Agustina dkk,2013). Sedangkan prevalensi infeksi cacing paramfistomum di Indonesia belum ada laporan, hanya saja pada hasil survey tahun 2014 (Data unphublished) dipemotongan sapi di RPH pesanggaran dan Darmasaba Bali, hampir setiap sapi yang dipotong ada cacing paramfistomum. Infeksi cacing sangat mengganggu pertumbuhan dan reproduksinya, terutama infeksi cacing gastrointestinal (Bunyeth and Preston.2006). Pada umumnya cacing stronggilus sp mulai menyerang pada umur pedet sehingga akan menghambat pertumbuhannya (Soulsby, E. J. L. 1982). Untungnya sapi bali itu memiliki keunggulan berupa kemampuan adaptasi dalam lingkungan dengan ketersediaan pakan kualitas rendah dan tingkat fertilitas yang tinggi (Sulistyowati 2002, dalam Sayuti, 2007) . Potensi ini bila dibarengi oleh terbebasnya dari infeksi cacing atau parasit secara umum maka sapi bali akan tumbuh secara maksimal dan berreproduksi tinggi.Oleh karena itu pemberantasan cacing mutlak dilakukan agar sapi dapat tumbuh secara maksimal. Berbagai produk obat cacing telah banyak beredar dipasaran namun semua produk tersebut harganya relatif mahal, sehingga perlu dicari obat alternatif yang harganya lebih murah, tetapi efikasinya tinggi.

Tanaman disamping digunakan sebagai tanaman hias, masyarakat juga menggunakan sebagai obat tradisional, seperti obat cacing, anti nyeri, obat mencret, sakit kepala, rematik, imunomodulator, anti inflamasi, anti staphylococous dan antioksidan. Salah satu tanaman yang sangat potensial sebagai obat adalah daun wudani (Quisqualis Indica). Efek Methanolic Ekstrak daun wudani mampu menurunkan Hyperlipidemia pada mencit yang terpapar asap rokok pasif

(3)

3 (Suhu et,al., 2012,). Dilaporkan bahwa ekstrak daun ceguk mempunyai efek antibakteria terhadap Salmonella Typhi in vitro (Noorhamdani dkk.,2013).

Salah satu usaha untuk mengggali obat cacing yang murah adalah dengan mempelajari bahan obat dari tumbuhan atau herbal. Suma Antara., et.al.,(2013) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun wudani konsentrasi 10% dosis 5 ml/8kg berat badan babi per hari selama 3 hari mampu menghilangkan infeksi cacing Ascaris suum pada babi yang terinfeksi ringan, sedang, dan berat, serta efektif juga untuk cacing Trikuris Sp., Efek ekstrak daun wudani (EDW) sebagai obat cacing mungkin karena mengandung alkaloid,tannin dan glicosida. Telah diteliti bahwa golongan alkaloid, tannin dan glicosida sangat efektif sebagai obat cacing (Yongabi 2005).

Ekstrak “Condensed tannins” (CT) dri berbagai tumbuhan dapat menurunkan perkembangan stadium larva dari cacing nematode pada kambing dan domba (Min ang Hart,2014).

namun belum diketahui cara kerjanya apakah ovisidal, larvasidal dan atau vermisidal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian.

Ardana dkk, (2015) telah melakukan penelitian efek ovisidal ektrak daun wudani 10%

terhadap telur cacing Fasciola hepatica dan pharamfistomum secara invitro. Secara invitro herbal ekstrak etanol daun wudani 10%(Quisqualis indica L.) efektif sebagai obat cacing (antelmentik) yang berkhasiat ovisidal, disebabkan oleh kerusakan kulit telurnya . Telur cacing yang mendapat perlakuan ekstrak etanol daun wudani mengalami perubahan patologis pada lapisan albumin kulit telur berupa bagian-bagian yang menebal dan bagian-bagian yang menipis (Ardana dkk,2015) Hasil yang serupa terjadi pada Ascaris suum yang direndam dengan biji papaya matang.Ardana ( 2007) melaporkan bahwa telur cacing A.suum yang direndam serbuk biji papaya matang dosis 285 mg-570 mg per 40 ml NaCl Fis selama 24 jam nampak bahwa kulit telur mengalami kerusakan. Kerusakan pada dinding telur fasciola sp dan Pharmfistomum terjadi mungkin karena aktivitas alkaloid (carpain dan carpasemin) dari ekstrak etanol daun wudani yang bersifat proteolitik dan tannin (Mini K.P, et.al.,2013). Proses yang terjadi di permukaan telur cacing Fasciola gigantica dan Paramfistomum sp., tanpa melibatkan unsur- unsur di dalam sel proses tersebut berupa granulasi yang kemungkinan adalah koagulasi albumin. Anomali yang terjadi pada lapisan yang berubah ini (kemungkinan adalah albumin) dapat berpengaruh terhadap daya berembrio. Selanjutnya perlu diteliti efek ovisidal invivo dan vermisidal, sehingga bila hasilnya efektif akan dapat digunakan untuk pengendalian cacing gastrointestinal pada Sapi.

(4)

4 .

METODE PENELITIAN

Pembuatan Ektrak dan Suspensi Daun Wudani (Quisqualis indica Linn)

Bahan penelitian ini berupa ekstrak daun wudani yang dibuat dengan maserasi sebanyak 50 gram daun wudani segar, kemudian dihancurkan menggunakan mortal, ditambahkan pelarut etanol 70%, dimasukkan ke dalam wadah, ditutup dan dibiarkan selama dua hari terlindung dari sinar matahari. Setelah dua hari campuran itu disaring sehingga didapat maserat. Ampas dimaserasi dengan etanol 70% menggunakan prosedur yang sama. Maserasi dilakukan sampai didapat maserat yang jernih. Maserat diuapkan dengan menggunakan alat penguap vakum putar pada suhu 40o C, dikeringkan dengan freeze dryer.Suspensi ekstrak daun wudani dibuat dengan konsentrasi 10% b/v dengan cara : Sebanyak 10 g ekstrak daun wudani 10%b/v ditambahkan aquabides sampai volumenya 100 ml.

Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Wudani

Skrining fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya sebagai informasi awal untuk mengetahui golongan senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Metode untuk mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid (Teyler, 1998) sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Alkaloid sebagai berikut :

a. Dengan pereaksi wagner yaitu Satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan beberapa tetes pereaksi wagner, reaksi positif jika terbentuk endapan coklat.

b. Dengan pereaksi Meyer yaitu satu ml ektrak daun wudani ditambahkan beberapa tetes pereaksi meyer, reaksi positif jika terbentuk endapan putih.

2. Pemeriksaan Flavonoid sebagai berikut :

a. Dengan pereaksi NaOH 10% yaitu : Satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan beberapa tetes pereaksi NaOH 10%. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna spesifik.

(5)

5 b. Dengan pereaksi Wilstater yaitu : satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan beberapa tetes HCl pekat + sedikit serbuk Mg. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna merah- orange.

c. Dengan pereaksi Smith-Metacalve yaitu : satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan beberapa tetes HCl pekat kemudian dipanaskan. Reaksi positif jika memberikan warna putih.

3 Pemeriksaan Saponin (Uji Busa) sebagai berikut :

Satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan air panas dan dikocok. Reaksi positif jika terbentuk busa yang tahan lama.

4 Pemeriksaan Polifenol sebagai berikut :

Satu ml ekstrak ditambahkan pereaksi FeCl3 1%. Reaksi positif jika terbentuk warna kehitaman atau biru tua.

5 Pemeriksaan Steroid dan Triterpenoid sebagai berikut :

Satu ml ekstrak daun wudani ditambahkan asetat anhidrat ditambah H2SO4 pekat dan asetat anhidrid jika terjadi perubahan warna hijau-biru menunjukkan positif steroid dan jika perubahan warna merah-ungu, coklat menunjukkan triterpenoid.

Penentuan Daya Vermisidal

Penelitian peran vermisidal ekstrak daun wudani (Quiqualis indica Linn) dilakukan secara invivo menggunakan sapi yang terinfeksi cacing secara alami, dengan EPG berkisar antara 250-2500 butir (International harmonisation & anthelmintic efficacy guidline (Vercruysse, 2002) Caranya adalah cek telur cacing secara cooprostasis, kemudian diobati dengan ekstrak daun wudani 100% dosis sebagai berikut: Sapi penderita Helmintiasis yang diobati dengan Rheindazol (tiap 100 ml mengandung albendazol 10 gram) dosis 10 mg/kg berat badan dosis tunggal sebagai kontrol (P0), Sapi penderita Helmintiasis yang diobati dengan ekstrak ethanol daun wudani konsentasi 100% dosis 10mg/kg berat badan dosis tunggal (P1), Sapi penderita Helmintiasis yang diobati dengan ekstrak ethanol daun wudani konsentrasi 100% dosis 15 mg/kg berat badan dosis tunggal (P2) dan kelompok sapi penderita Helmintiasis yang diobati dengan ekstrak daun wudani konsentrasi 100% dosis 20 mg/kg berat badan dosis tunggal (P3). Kemudian pada ke- 7 hari pasca pengobatan dilakukan pemeriksaan jumlah telur cacing untuk mengetahui EPG nya.

(6)

6 Penentuan EPG metode MC Master dimodifikasi (Bouwer,1999)

1. Tinja sapi ditimbang 4 gram,

2. .Masukkan tinja tersebut ke dalam cawan plastik pengaduk yang telah diisi nomor.

3. Tambahkan larutan garam jenuh secukupnya disertai dengan diaduk sampai homogen.

4. Saring larutan tersebut dengan kain kasa dan ditampung pada tabung silinder ukuran 100 ml.

5. Tambahkan larutan garam jenuh kedalam tabung sampai 60 ml disertai dengan dikocok sampai homogen.

6. Dengan menggunakan pipet ukuran 10 ml, larutan tersebut dimasukan ke dalam kamar hitung MC Master dan didiamkan selama 5 – 10 menit.

7. Periksa dan hitung jumlah telur cacing di setiap kamar hitung di bawah mikroskup cahaya dengan pembesaran 10x

8. Egg Per Gram ( EPG ) dihitung dengan rumus sbb :

Keterangan : Vol larutan 60 , berat tinja = 2 grm, Jumlah rata rata telur dicari dan vol kamar hitung = 0,15

Penentuan Daya Vermisidal

Penentuan Daya Vermisidal dengan menghitung Fecal Egg Count Reduction (FECR) yaitu menghitung persentase penurunan jumlah telur cacing per geram tinja (EPG) setelah perlakuan dengan cara sebagai berikut: hitung EPG tinja sebelum diberi

FECR = EPG SEBELUM PENGOBATAN-EPG SETELAH PENGOBATAN X 100%

EPG SEBELUM PENGOBATAN EPG = VOL LARUTAN X Jumlah rata rata telur

BERAT TINJA Vol kamar hitung

(7)

7 pengobatan dengan metode MC Master kemudian hitung EPG tinja sapi sampai hari ke tujuh setelah pengobatan. FFECRFE

Penentuan Daya Ovicidal secara invivo

Koleksi telur cacing yang diperoleh dari tinja sapi yang telah diobati dengan ekstrak daun wudani 100% dengan dosis sesuai dengan perlakuan P0,P1,P2 dan P3, di biakkan/di inkubasi dalam erlemeyer menggunakan media NaCl fisiologis 40 ml dengan kepadatan telur cacing 7-9 butir/µL yang selanjutnya diinkubasi selama 30 hari.

Dosis perlakuan diperoleh dari dosis ekstrak daun Wudani 10% yang efektif untuk membunuh telur cacing Fasciola dan Pharamfistomum secara invitro ( Ardana dkk.,2015) .Setiap kelompok perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Setiap hari telur cacing yang diinkubasi dierasi sambil mengamati perkembangan telur , lalu diamati daya ber-embrio dari masing- masing telur cacing tersebut pada hari ke-10 dan ke-30 inkubasi .

Data daya berembrio dikumpulkan untuk dianalisis lebih lanjut. Jumlah telur berembrio dihitung dari 100 butir telur koleksi untuk setiap ulangan. Daya berembrio telur cacing adalah persentase telur cacing yang berembrio (Oksanen et.al., 1990). Telur cacing yang tidak menetas/tidak berembrio diperoleh dengan mengurangi jumlah telur cacing yng diperiksa dengan jumlah telur cacing yang berembrio.

Daya ovicidal ekstrak daun wudanai 100% dihitung berdasarkan jumlah telur yang tidak menetas/tidak berembrio dibagi jumlah telur yang diperiksa dikalikan 100.

Analisis data

Data Faecal Egg Count Reduction (FECR) dan daya berembriyo tinja sapi penderita helminthiasis ,dianalisis dengan sidik ragam (Gomez dan Gomez,2007) yang dilanjutkan dengan uji Duncan ( Steel and Torre,1980)

HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

8 Berdasarkan hasil skrining fitokimia dengan ekstrak ethanol, daun wudani (Quisqualis indica L.) positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, fenol, triterpenoid/steroid, tannin (Tabel 1). Oleh para peneliti kandungan bahan aktif yang berkhasiat sebagai obat cacing meliputi alkaloid, flovonoid, , glicosida, tannin (Bariagi, et.al.,2012; Nitu S., et.al.,2011; Min and S.P.Hart,2003;Wanyama P.A.G et,al.2011; Praveen Kumar Ashok and Kumud Upadhyaya,2012).

Tabel 1. Hasil Skrining Ekstrak Etanol Daun Wudani (Quisquallis indica linn) No. Uji Fitokomia Pereaksi Perubahan Warna Keterangan 1 Alkaloid HCl 2N + pereaksi

Wagner +k loroform

Terbentuk endapan coklat

Fase kloroform berwarna merah

Alkaloida (+)

2. Flavonoid Wilstater Hijau kecoklatan menjadi coklat tua

Flavonoida (+) Bate Smith-

Metcalfe

Hijau kecoklatan

menjadi hijau

kekuningan

NaOH 10% Hijau kecoklatan

menjadi hijau

kekuningan 3. Saponin Akuades,

dipanaskan, kocok, + HCl 2M

Terbentuk busa yang stabil

Saponin (+)

4. Fenol FeCl3 Hijau kecoklatan

menjadi hijau kehitaman

Fenol (+) 5. Triterpenoid/

steroid

Lieberman- Burchard

Hijau kecoklatan menjadi hijau

Steroida (+)

H2SO4 Hijau kecoklatan

menjadi hijau

6. Tannin FeCl3 Hijau kecoklatan

menjadi hijau kehitaman

Tannin (+) Gelatin Terbentuk endapan putih

Keterangan : (+) = terdapat kandungan kimia

Tannin telah diketahui sangat potensial untuk mengontrol infeksi parasit gastrointestinal pada ruminansia didaerah tropis (Max.R.A, et.al.2012;Min and S.P.Hart,2003). Dilaporkan bahwa ekstrak tannin yang terkandung dalam tumbuhan rich efektif digunakan sebagai obat cacing alternatif untuk membunuh cacing Haemonchuosis (Zelalem alemu et.al.2014). Secara in-vitro daya ovisidal ekstrak daun wudani 10% dosis 1-2 ml/40 ml paling tinggi yaitu sebesar 88,5%,

(9)

9 untuk telur cacing Fasciola gigantica dan 53,5% untuk telur cacing Paramfistomum sp., (Ardana dkk,2015). Perbedaan daya ovicidal yang sangat signifikan ini menunjukkan bahwa ekstrak daun wudani 10% yang kontak langsung dengan dinding telur cacing menimbulkan gangguan yang berbeda diantara kulit telur Fasciola gigantica dengan Paramfistomum sp..

Golongan alkaloid dan golongan glicosida dan papain mempunyai efek ovicidal, dengan perbandingan golongan alkaloid terendah, menyusul golongan glycosida dan paling kuat papain (Yongabi, 2005).

Peran vermisidal suatu bahan obat atau aktivitas anthelmintik vermisidal suatu bahan obat terhadap cacing gastrointestinal ditentukan oleh penurunan jumlah cacing yang diukur dengan peningkatan Faecal Egg Count Reduction (FECR) dan atau efikasi anthelmintik (%) setelah diberikan pengobatan. Telur cacing diproduksi oleh cacing betina, untuk membuktikan herbal daun wudani dapat menurunkan jumlah cacing dapat dilakukan dengan menghitung FECR..Apa bila FECR meningkat berarti terjadi penurunan jumlah cacing gasrointertinal (spt Strongylus sp).

Telah ditetapkan bahwa suatu bahan obat dikatakan mempunyai aktivitas anthelmintik apa bila efikasinya melebihi 70% (Vercruysse et.al.,2002).

Hasil pengobatan dengan ekstrak ethanol daun wudani 100% pada beberapa dosis yang berbeda pada sapi penderita cacing gastrointestinal menunjukkan peningkatan persentase FECR (Tabel 2) .Rata rata FECR tinja sapi penderita cacing gastrointestinal yang diobati ekstrak ethanol daun wudani 100% hari ke-3 pasca pengobatan nampak tidak stabil, walaupun FECR- nya sama sama sangat tinggi. Pada Tabel 2. nampak bahwa pemberian ekstrak daun wudani 100% dosis 10 mg/kg berat badan justru FECR-nya tertingi yaitu 100% (P1), melebihi dosis albendazol sebagai kontol yaitu hanya 96% (P0)Sedangkan dosis 15 mg/kg berat badan FECR nya sebesar 92,2% (P2) dan dosis 20 mg/kg berat badan sebesar 96% (P3).

Tabel 2. FECR Tinja sapi Penderita Helmintiasis (Srongyloides ssp) pada hari ke-3 Pasca Pengobatan Ekstrak Ethanol Daun Wudani 100% dalam Berbagai Dosis

Perlakuan FECR (%) Total Rata-

rata

I II III IV V VI

P0 96,0 98,0 94,6 95,4 94,0 98,0 576 96,0

P1 100 100 100 100 100 100 600 100

(10)

10

P2 92,2 94,0 90,0 91,4 93,6 92,0 553,2 92,2

P3 96,0 95,4 96,6, 98,0 94,0 96,0 576 96,0

Selanjutnya dilakukan uji sidik ragam terhadap data Tabel 2 dan hasilnya disajikan pada Tabel 3

Tabel 3. Hasil Uji Sigik Ragam FECR Tinja Sapi Penderita Helminthiasis yang dioabati Ekstrak ethanol Daun Wudani 100%

Source

Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Sig.

Perkuan 182.580 3 60.860 36.055 .000

Error 33.760 20 1.688

Corrected

Total 216.340 23

a. R Squared = .844 (Adjusted R Squared = .821)

Hasil Uji sidik Ragam yang ditunjukkan oleh Tabel 2, terlihat bahwa pengobatan dengan ekstrak ethanol daun wudani 100% pada sapi penderita helminthiasis berpengaruh sangat nyata terhadap FECR (P<0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Duncan.

Hasil uji Duncan (Tabel 3), menunjukkan bahwa FECR tinja sapi penderita cacing gastrointertinal yang diobati ekstrak ethanol daun wudani 100

% dosis 10 mg/kg berat badan (P1) adalah 100% sangat nyata lebih tinggi dari dosis 20 mg/kg berat badan (P3) yaitu 96% dan dosis 15 mg/kg berat badan (P2) sebesar 92,2% (P< 0,01). Sedangkan pengobatan dengan albendazol (P0) sebagai kontrol FECR-nya sama dengan P3 namun lebih tinggi dari P2.

(11)

11 Tabel 3. Hasil Uji Duncan FECR Tinja sapi Penderita Helminthiasis yang diobati dengan Ekstrak

Ethanol Daun Wudani 100% berbagai dosis

Perl;a

kuan Mean

Signifikansi

0,05 0,01

P0 96.000 a a

P1 100.000 c c

P2 92.200 b b

P3 96.000 b a a

Keterangan : hurup yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak perbeda nyata (P>0,05)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ethanol daun wudani 100%

berbagai dosis FECR –nya sangat tinggi dapat menyamai pemberian albendazol sebagai obat cacing standar (gold standar), untuk lebih jelasnya dapat disajikan Grafik batang seperti Gambar 1

(12)

12 Gambar 1. Grafik FECR Tinja sapi Penderita Helminthiasis yang diobati ekstrak Ethanol Daun

Wudani 100%

Grafik batang ini sangat jelas menunjukan bahwa FECR semua perlakuan hampir sama sama tinggi, berarti kemungkinan terjadi penurunan jumlah cacing pada sapi sangat signifikan, dengan kata lain ekstrak ethanol daun wudani 100% dosis 10 mg - 20 mg/kg berat badan dosis tunggal memiliki efek vermisidal yang tinggi yang setara dengan Albendazol.

Selanjutnya FECR tinja sapi penderita cacing Gastrointertinal setelah hari ke -7 pasca mengobatan dengan ekstrak ethanol daun wudani 100% dosis 10 mg/kg berat badan (P1), 15 mg/kg berat badan (P2) dan 20 mg/kg berat badan (P3) semuanya 100%. Hasil ini sama dengan FECR tinja sapi penderita gastrointestinal yang diobat dengan albendazol sebagai pbat standar yaitu 100% (P0) seperti Tabel 3.

Tabel 4. FECR Tinja sapi Penderita cacing Gastrointestinal (Srongyloides ssp) pada hari ke-7 Pasca Pengobatan Ekstrak Ethanol Daun Wudani 100% dalam Berbagai Dosis

Perlakuan FECR (%) Total Rata-

rata

I II III IV V VI

P0 100 100 100 100 100 100 600 100

(13)

13

P1 100 100 100 100 100 100 600 100

P2 100 100 100 100 100 100 600 100

P3 100 100 100 100 100 100 600 100

Tingginya efek vermisidal ekstrak ethanol daun wudani mungkin disebabkan oleh kandungan bahan aktifnya mampu menghambat glucosa uptake, menurunkan kadar glikogen, asam phosfomonoesterase, alkhaline phosfomonesterase dan menyebabkan cacing mengalami cholinesterase dan meingkatkan asam laktat (Sing and Nagaih,1999). Telah dilaporkan bahwa pengobatan ternak kambing yang menderita cacing nematoda dengan tannin dari ekstrak tumbuhan dapat menurunkan jumlah cacing dalam saluran pencernaan (Max R.A.et.al.,2012).

Secara tradisional tanaman ceguk (wudani/quisqualis indica Iinn) mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang. Suma A., et.al.,(2013) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun wudani konsentrasi 10% dosis 5 ml per hari selama 3 hari mampu menghilangkan infeksi Cacing Ascaris suum pada babi yang terinfeksi ringan, sedang, dan berat, serta efektif juga untuk cacing Trikuris Sp.

Dapat disimpulkan bahwa pengobatan pada sapi penderita parasit gastrointestinal denga ekstrak ethanol daun wudani 100% dosis 10 mg – 20 mg /kg berat badan efektivitas vermisidalnya sangat tinggi yaitu 100% yang setara dengan albendazol. Hasil penelitian pendahuluan ini perlu dilakukan penelitian yang sama dengan sampel sapi penderita parasit cacing gantrointestinal yang lebih banyak.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Secara invivo herbal ekstrak etanol daun wudani 100%(Quisqualis indica L.) efektif sebagai obat cacing (antelmentik) yang berkhasiat vermisidal sehingga dapat dikembangkan penggunaannya untuk pengendalian cacing pada Sapi.

Saran

(14)

14 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran ekstrak etanol daun wudani pada populasi sapi yang lebih banyak , serta penelitian tentang fraksi –fraksi untuk mengetahui lebih lanjut peran senyawa atau kandungan senyawa kimia yang berperan besar sebagai obat cacing sehingga penggunaannya bisa lebih efektif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat atas bantuan dana, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 486.114/UN14.2/PNL.01.03.00/2016.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, K.K., A.A.G.O. Dharmayudha dan IW. Wirata.2013. Prevalensi Toxocara vitulorum Pada Induk Dan Anak Sapi Bali Di Wilayah Bali Timur. Buletin Veteriner Udayana Volume 5 No. 1 : 1-6

Ardana.I.B.K. 2007. Peran Ovisidal dan Vermisidal Herbal Serbuk Biji Pepaya (Carica papaya L) matang pada Babi Ascariasis. Desertasi.Pascasarjana,Universitas Udayana.

Ardana I.B.K., Made Suma Anthara. AA Gede Dharmayuda.2015. Peran Ekstrak Daun Wudani (Quisqualis indica Iinn) dalam Pengendalian Infeksi Cacing pada Sapi Bali untuk Mendukung Program Swasembada Daging sapi. Laporan Penelitian Fundamental.

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Mayarakat Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomer : 311-119/UN14.2/PNL.01.03.00/2015

Bariah, I., Dachlan, Y.P., dan Sarmanu, H. 2001. Efek Anthelmintik Biji Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Ultrastruktur Telur Ascaris lumbricoides.(Laporan Penelitian) Surabaya : Tropical Disease Centre. Unair

Bunyeth Ho and TR Preston.2006. Growth performance and parasite infestation of goats given cassava leaf silage, or sun-dried cassava leaves, as supplement to grazing in lowland and upland regions of Cambodia. Diunduh tanggal. 24 Oktober 2016.

Http://WWW.cipav.org.co/lrrd18/2/buny18028.htm

Deptan. 2001. Beberapa Penyakit pada Ternak Ruminansia “Pencegahan dan Pengobatan Pengobatannya”.Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. NTB

(15)

15 Gomez KA, Gomez AA.2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke-

2.Penerjemah Sjamsuddin E., Baharsjah JS. Jakarta. UI-Press.

Harapin Hafid H. dan N. Rugayah.2010. Pengukuran Pertumbuhan Sapi bali dengan Ransum Berbahan Baku Lokal. (Measure of Growth Performance of Bali Cattle in Feedlot with Local Feed). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Available From :digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.../1421.Diakses tanggal 1 Desember 2013.

Jusmaldi dan Juliawan Saputra, 2009.Prevalensi Infeksi Cacing Hati (Fasciola hepatica) pada Sapi Potong di Rumah Pemotongan Hewan Samarinda.Bioprospek, Vol.6(2).

Monzon R. B.1995. (Traditional medicine in the treatment of parasitic diseases in the Philippines.Southeast Asian Journal of tropical Medicine and public health.vol.26 (3):421-428.

Min B.R. and S.P. Hart.2003. Taninnin for suppression of internal parasits. J Anim Sci.81. 102- 109.

Mini K.P., Ventkateswaran K.V., Gomathinayagam S, Selvasubramanian S. and Bijargi S.R.

2013. In Vitro Anthelmintic of Aqueous and Ethanol Extract of Aristolochia Indica Aginst Haemonchus Contortus.J Phys Pharm Adv.3(6):148-158

Noorrhamdani, Djoko Santoso, Mirzia Dwi Rahma.2013. Efek Ekstrak Daun Ceguk (Quisqualis indica, Linn) sebagai Antibakteri Salmonella Typhi In Vitro.Jurnal Penelitian.

Oksanen, A., Eriksen, L., Roepstorff, R., Ilsoe, B., Nansen, P., and Lind, P. 1990. Embrionation and Infectivity of Ascaris suum Eggs. A Comparation of Eggs Collected from Worm Uteri with Eggs Isolated from Pig Faeces. Acta vet. Scand. 31(4) : 393 – 8.

Oka I.G.L, dan Darmadja D., 1996. History and Development of Bali Cattle. Makalah Seminar sapi Bali. Indonesia Australia Eastern University Project,Unud,21 September 1996.

Ombasa O,P.G.Kareru, G.Rukunga,J. Mbaria,J.M.Keriko, F.K. Njonge, BO. Owuor.2012. In- vitro Antihelmintic Effects of Two Kenyan Plant Extracts Against Heamonchus Cotortus Adult Worms. International Journal of Pharmacological Research. 3.Vol.2. p: 113-115 Praveen Kumar Ashok, Kumud Upadhyaya. 2012. Tannin are Astringent.j Pharm and

Phytochemistry.1 (3) :45-50.

Sahu Jyoti , Patel Pushpendra Kumar & Dubey Balkrishna. 2012. Effects of Methanolic Extracts of Quisqualis Indica (aerial parts) on passive smoking induced Hyperlipidemia in Rats.

(16)

16 journal of Medical Pharmaceutical. And Allied Sciences. Vailable From www.jmpas.com

Sayuti L.,2007.Kejadian Infeksi Cacing Hati (Fasciola hepatica) pada sapi Bali di Kabupaten Karangasem, Bali.Skripsi.FKH IPB.

Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, Arthrophods and Protozoa of Domesticated Animals 7th. Ed.

Bailliere Tindall London.

Steel, R.G.D., dan Torrie, J.H. 1980. Principles and Procedurs of Statistics A. Biometrical Approach.2nd Ed.,International Student Ed. Mc Gaw- Hill. Kogakusha Lt,d.

Stephenson, L.S, Georgi, J.R., and Cleveland, D.J. 1977. Infection of Weaning Pigs with Known Number of Ascaris suum Fourth Stage Larvae. Cornell Veterinarian. Vol. 67(1): 92 – 102.

Suma Anthara; I Wayan Wirata ; A.A. Gde Oka Dharmayudha.2013 Ekstrak Daun Wudani Untuk Pengobatan Infeksi Cacing Ascaris Suum Pada Babi.

Tamilselvi N,P Krishanamoorthy, R.Dhamotharan, P.Arumugam and Segadevan.2012. Analysis of total phenol,total tannins and screening of phytocomponents in Indigofera aspalathoides (Shivanar vembu) Vahl EX DC. J.Chemical and Pharmaceutical Research.

4(6) : 3259-3262.

Yongabi,K.A. 2005.Medicinal Plant Biotechnoloby.It,s Role and Link in Integrated Biosystems:

Part I. FMEny/ZER/ Research Centre, Abubakar. Email: yangabika@yahoo,com.

Wanyama P.A.G. B.T. Kiremire, J.E.S. Murumu, O.Kamoga. 2011.Textile Dyeing and Phytochemical Characterrization of Crude Plant Extracts Derived from selected Dye- yielding Plants in Uganda. International Journal of Natural Products Research. 1(2):26-31 Zelalem Alemu, Yisehak Kechero, Assefa Kebede and Abdu Muhammed.2014. Comparasion of the In vitro Inhibitory Effects of Doses of Tannin Rich plant Extracts and Ivermectin on Egg Hatchability, Larvae Development and Mortility of Haemonchus contortus. Acta Parasitologica Globalis. 5 (3): 160-168.

(17)

17 Lampiran 1. Gambar telur Nematoda (Gastrointestinal) pembesaran 45x

(18)

18 Lampiran 2. Gambar telur Gastrointestinal pembesaran 100 x

(19)

19

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode

Habermas's thus attempts to resolve the contradiction within rationality by asserting the radical separation of labour and interaction, a view which confirms

Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah aplikasi permainan berbasis web yang mengandung konten edukasi yang dapat dimainkan oleh banyak

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih.Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut

Mem.a*i 'eserta didik Mem.a*i 'eserta didik menjadi # kelom'ok) menjadi # kelom'ok) 9iskusi kelom'ok untuk 9iskusi kelom'ok untuk men*kaji tentan* 'roses men*kaji tentan*

Dari berbagai perangkat hukum yang ada penulis memilih untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peranan kepolisian sebagai pihak penyidik dalam mengatasi beberapa masalah tindak

When the Doctor and Romana entered the Great Recreation Hall a moment later, they found Hardin struggling desperately to force open the door of the generator. Silent and unmoving

Hasil simulasi dengan sistem dinamik dengan paradigma Busniss as usual menunjukkan bahwa: apabila kondisi penyediaan air baku tersebut dibiarkan terus menerus tanpa