36 BAB IV
RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN
Dalam perancangan teknis penambangan di Unit Tonasa V, yang dilakukan adalah perancangan geometri jalan angkut, perancangan geometri front penambangan dan kebutuhan alat mekanis yang disesuaikan dengan kemampuan produksi. Sehubungan dengan itu, perlu diketahui kondisi endapan Batugamping, jumlah cadangan, metode penambangan, target produksi, waktu kerja, peralatan mekanis dan kondisi tempat kerja di daerah penelitian. Hasil dari pengamatan dan penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
4.1 Kondisi Endapan Batugamping dan Jumlah Cadangan
Secara umum kondisi endapan Batugamping di Unit Tonasa V berbentuk bukit. Elevasi tertinggi mencapai 250 mdpl dan elevasi terendah 40 mdpl, sehingga selisih ketinggian rata-rata adalah 210 m (lihat Lampiran B). Endapan Batugamping ini bersifat homogen dan kompak dengan densitas Batugamping 2,387 ton/ BCM dan 1,55 ton/LCM. Berdasarkan hasil pengamatan di daerah penelitian terdapat top soil dengan kedalaman 0,5 m –1 m dan dijumpai vegetasi berupa rumput dan semak belukar.
Dari data yang diperoleh, pada saat ini PT. Semen Tonasa memiliki cadangan Batugamping di Unit Tonasa V sebesar 175.568.489 ton, dengan luas wilayah 575.313 m2. Cadangan ini terbagi dalam 2 blok (lihat Lampiran K), yaitu:
a. Blok B8 : Elevasi tertinggi 220 mdpl.
b. Blok B9 : Elevasi tertinggi 250 mdpl.
4.2 Target Produksi
PT. Semen Tonasa menargetkan produksi semen untuk Pabrik Unit Tonasa V adalah sebesar 2.500.000 ton per tahun. Untuk memenuhi target produksi semen tersebut, PT. Semen Tonasa menargetkan penambangan Batugamping Unit Tonasa V adalah sebesar 4.290.000 ton per tahun.
37
Dalam satu tahun ada 12 bulan, maka dalam satu bulan dapat memenuhi target sebesar 357.500 ton. Perusahaan menetapkan hari kerja untuk satu bulan adalah 25 hari, sehingga target produksi Batugamping di Unit Tonasa V sebesar 14.300 ton per hari (lihat Lampiran D). Untuk memenuhi target produksi tersebut, maka harus adanya rancangan yang sesuai, sehingga dapat mencapai target yang diinginkan.
4.3 Jadwal Produksi
Pada penelitian ini jadwal produksi Batugamping akan dilakukan selama 5 tahun. Cadangan Batugamping yang tertambang di Unit Tonasa V dalam waktu 5 tahun direncanakan sebesar 21.687.453 ton dengan volume tanah pucuk sebesar 212.365 BCM.
Rencana produksi Batugamping disesuaikan dengan target produksi Batugamping per tahun. Selain itu, hal yang berpengaruh dalam rencana produksi adalah kondisi cadangan Batugamping dan metode penambangan. Penambangan Batugamping dimulai dari jenjang teratas kemudian dilanjutkan pada jenjang dibawahnya. Berikut adalah rencana produksi per tahun dari tahun pertama sampai tahun kelima :
Tabel 4.1
Rencana Produksi Batugamping dan Tanah Pucuk
Tahun Volume Tanah Pucuk Tonase Batugamping Volume Batugamping Volume Batugamping (BCM) Looses (ton) Looses (LCM) Insitu (BCM)
I 81.551 4.333.480 2.795.793 1.815.588
II 21.999 4.352.376 2.807.984 1.823.505
III 34.462 4.318.280 2.785.987 1.809.220
IV 53.965 4.331.002 2.794.195 1.814.550
V 20.388 4.352.316 2.807.946 1.823.480
Total 212.365 21.687.453 13.991.905 9.086.343
38 4.4 Metode Penambangan
PT. Semen Tonasa memiliki kuari Batugamping untuk Unit Tonasa II, III dan IV. Penambangan Batugamping dilakukan dengan menggunakan sistem tambang terbuka, karena endapan Batugamping berada dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kuari Side Hill Type.
Metode ini biasa diterapkan untuk bahan galian industri yang letaknya berada pada daerah berbentuk bukit, sesuai dengan kondisi morfologi cadangan Batugamping untuk unit Tonasa II, III dan IV.
Cadangan Batugamping untuk Unit Tonasa V, letaknya bersebelahan dengan cadangan Batugamping untuk Unit Tonasa II, III dan IV. Kondisi morfologi cadangan Batugamping unit ini juga sama dengan kondisi cadangan unit yang lain. Maka, sistem dan metode penambangan pada cadangan Batugamping Unit Tonasa V akan dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan metode kuari side hill type.
4.5 Jadwal Jam Kerja
Kegiatan penambangan di PT. Semen Tonasa dilaksanakan setiap hari kerja, Senin sampai dengan Jumat setiap minggunya (lihat Tabel 4.2). Waktu kerja dibagi menjadi 2 shift/hari, yaitu shift siang (07.30 – 15.30) dan shift malam (14.30 – 21.30).
Tabel 4.2
Jadwal Waktu Kerja Harian PT. Semen Tonasa
Shift Kegiatan Waktu (jam) Waktu Kerja(jam)
1
Masuk kerja 7:30
Persiapan dan berangkat ke tempat kerja 07:30 - 08:00
Kerja produktif 08:00 – 12:00 4
Istirahat 12:00 - 13:00
Kerja produktif 13:00 - 15:00 2
Persiapan pulang 15.00 – 15.30
2
Masuk kerja 14:30
Persiapan dan berangkat ke tempat kerja 14:30 - 15:00
Kerja produktif 15:00 - 18:00 3
Istirahat 18:00 - 19:00
Kerja produktif 19:00 - 21:00 2
Persiapan pulang 21:00 - 21:30
Total Kerja Produktif 11
39
Waktu kerja produktif merupakan waktu yang dipergunakan oleh pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Waktu kerja hanya dihitung saat bekerja saja, tanpa memperhitungkan waktu berangkat dari camp menuju ke lokasi penambangan, waktu istirahat dan waktu pulang dari lokasi penambangan menuju camp. Dari perhitungan didapat waktu kerja per tahun adalah 3.300 jam (lihat Lampiran F).
4.6 Peralatan Mekanis
Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, kegiatan penambangan Batugamping selama ini menggunakan peralatan mekanis yang berbeda-beda disesuaikan dengan kegunaannya masing-masing. Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan (lihat Lampiran H) maka dalam tabel berikut ini adalah beberapa jenis peralatan dan kemampuan kerja peralatan yang digunakan dalam kegiatan penambangan Batugamping di daerah penelitian :
Tabel 4.3
Peralatan Mekanis yang Digunakan Pada Penambangan Batugamping
Nama Alat Tipe Merk Kegunaan Kemampuan
Produksi Bulldozer D 70 LE-6 Komatsu Alat gusur 313,7 BCM/jam Rock Drill HCR 1500
ED Furukawa
Alat bor
743 BCM/jam untuk
pembongkaran Front
Shovel PC 1250 Komatsu Alat muat 530 LCM/jam Dump Truck HD 465-7 Komatsu Alat angkut 207 LCM/jam
4.7 Tahapan Penambangan Batugamping
Tahapan dalam kegiatan penambangan Batugamping untuk Unit Tonasa V adalah sebagai berikut :
a. Pembersihan lahan dan pengupasan lapisan tanah pucuk
Pada umumnya endapan Batugamping di Unit Tonasa V ditumbuhi oleh semak dan rerumputan dengan kerapatan rendah. Kondisi ini memberikan kemudahan dalam kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Pembersihan lahan bisa langsung menggunakan alat gusur bulldozer.
40
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengupasan tanah pucuk adalah sifat material, lokasi penimbunan, topografi daerah yang akan ditambang dan ketersediaan peralatan. Selanjutnya dilakukan pengupasan tanah pucuk.
Pengupasan lapisan tanah pucuk pada kuari untuk Unit Tonasa V dilakukan dengan manggunakan bulldozer, kemudian diangkut dengan menggunakan dump truck ke soil stockpile. Dari kondisi akhir endapan Batugamping di Unit Tonasa V yang belum dilakukan pembersihan lahan dan pengupasan lapisan tanah pucuk adalah Blok B9. Dari hasil pengamatan jenis dari tanah pucuk yang ada di Blok B9 adalah tanah yang berkerikil dengan kedalaman tanah pucuk yang akan dibongkar sedalam 1 meter dengan densitas 1,8 ton/BCM dan 1,5 ton/LCM.
b. Pembuatan jalan angkut
Pembuatan jalan angkut diperlukan untuk transportasi pengangkutan peralatan maupun hasil penambangan dari front penambangan ke crushing plant sehingga proses penambangan dapat berjalan dengan lancar. Perancangan jalan angkut dilakukan bersamaan dengan pembuatan rancangan front penambangan.
c. Pembuatan jenjang awal dan pembongkaran Batugamping
Tahap pembuatan jenjang awal penambangan dimulai pada rencana penambangan tahun pertama yang diawali dari cadangan yang mempunyai elevasi tertinggi kemudian menuju utara yang merupakan jarak terjauh cadangan dengan unit crusher. Cadangan yang mempunyai elevasi tertinggi adalah cadangan pada Blok B9. Selanjutnya penggalian disesuaikan dengan urutan penambangan. Pembongkaran Batugamping ini disesuaikan dengan target produksi Batugamping yaitu 4.290.000 ton per tahun.
d. Pemuatan dan Pengangkutan
Pengangkutan Batugamping dilakukan dengan menggunakan dump truck yang kemudian dibawa menuju crusher.
4.8 Rancangan Geometri Front Penambangan
Pembuatan ultimate pit (lihat Gambar 4.1 dan Gambar 4.2) hanya dilakukan pada bagian selatan kuari B8. Hal ini dilakukan karena elevasi paling atas bagian selatan kuari B8 berbatasan dengan batas area penambangan untuk Unit Tonasa V. Pada wilayah kuari yang lain hanya dilakukan pembuatan jenjang kerja.
41
Penambangan Batugamping pada daerah penelitian ditambang secara tambang terbuka (surface mining) dengan menggunakan metode Kuari Side Hill Type.
Gambar 4.1
Geometri Lereng Tunggal
Gambar 4.2
Geometri Lereng Keseluruhan
Rancangan teknis penambangan dilakukan untuk mempermudah proses penambangan dan memperoleh perhitungan cadangan yang sesuai dengan target produksi, sesuai dengan endapan cadangan Batugamping. Pembuatan rancangan teknis penambangan memerlukan beberapa data penting, data-data tersebut antara lain :
1) Target produksi Batugamping per tahun sebesar 4.290.000 ton.
42 2) Rekomendasi untuk tinggi jenjang (10 m).
3) Rekomendasi untuk lebar jenjang akhir (10 m).
4) Rekomendasi untuk lereng tunggal (single slope) 70o dan lereng keseluruhan (overall slope) sampai dengan elevasi 40 mdpl adalah 40o. 5) Jalan angkut dengan kemiringan (grade) maksimal (10%).
6) Lebar minimum pada jalan lurus (17 m) dan pada jalan tikungan (23 m).
Penentuan lebar minimum front penambangan dibuat sesuai dengan alat muat dan alat angkut yang digunakan. Penentuan lebar minimum front penambangan ini digunakan sebagai lebar minimum pada pit bottom, sehingga nanti pada saat penambangan, tidak mengganggu ruang gerak maupun kinerja dari peralatan yang digunakan. Lebar minimum front yang digunakan adalah 34 m (lihat Lampiran I).
4.9 Rancangan Jalan Angkut
Peranan jalan angkut dalam sebuah kegiatan penambangan sangat penting, sehingga rancangan jalan angkut yang benar akan sangat menunjang kegiatan penambangan tersebut. Jalan angkut yang dirancang pada penelitian ini adalah jalan angkut di front penambangan Unit Tonasa V.
4.9.1 Daya Dukung Batugamping
Untuk mengetahui kemampuan kekuatan jalan angkut terhadap beban alat angkut dan muatan yang melaluinya, perlu diketahui beban alat angkut dan beban material jalan. Beban pada roda untuk setiap alat angkut dapat diketahui berdasarkan spesifikasinya termasuk berat total saat alat angkut bermuatan serta bidang kontak antar ban dengan permukaan jalan. Alat angkut yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan Batugamping hasil pembongkaran di Unit Tonasa V adalah Dump Truck Komatsu HD 465-7. Berdasarkan spesifikasi alat angkut Dump Truck Komatsu HD 465-7 (lihat Lampiran G) diperoleh data sebagai berikut :
Berat total kendaraan saat bermuatan : 97.800 kg = 215.160 lb Berat poros depan : 31.296 kg = 68.851 lb Berat poros belakang : 66.504 kg = 146.309 lb Tekanan udara ban : 68,15 psi
Jumlah roda depan : 2 buah
43
Jumlah roda belakang : 2 buah
Beban pada roda depan yang diterima oleh permukaan jalan adalah 10.903,68 lb/ft2 dan berat beban pada roda belakang yang diterima oleh permukaan jalan adalah 10.903,68 lb/ft2 (lihat Lampiran J)
Material dasar (sub grade) yang ada di Unit Tonasa V adalah Batugamping.
Berdasarkan Tabel 3.1 jenis material Batugamping tersebut termasuk dalam kategori medium hard rock yang mempunyai daya dukung sebesar 80.000 lb/ft2. Berat beban terbesar yang akan diterima permukaan jalan sebesar 10.903,68 lb/ft2. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa material jalan angkut yang akan dirancang sudah mampu menahan beban dari Dump Truck Komatsu HD 465-7 bermuatan yang melintasi jalan angkut tersebut. Oleh karena itu jalan angkut tersebut tidak perlu dilakukan pemadatan dan perkerasan.
4.9.2 Geometri Jalan Angkut
Rancangan geometri jalan angkut berdasarkan lebar dari alat angkut Dump Truck Komatsu HD 465-7 yaitu 4,65 m , sehingga diperlukan lebar jalan angkut pada jalan lurus dengan dua jalur adalah 17 m dan lebar jalan angkut pada tikungan adalah 23 m ( Lampiran J).
Kecepatan kendaraan pada saat melintas jalan belokan sangat berpengaruh dalam penentuan nilai superelevasi, karena jika kecepatan kendaraan tidak sesuai dapat mengakibatkan kendaraan tergelincir keluar badan jalan. Nilai superelevasi pada tikungan adalah 4% (0,04) dari radius jalan angkut dengan asumsi kecepatan kendaraan pada saat melintas pada tikungan adalah 25 km/jam.
Nilai radius tikungan untuk rancangan jalan angkut adalah 23 m, nilai ini sudah memenuhi syarat kendaraan dengan muatan kurang dari 100.000 lb- 200.000 lb atau 50 ton-100 ton adalah 24 ft atau 7,3 m ( lihat Tabel 3.2).
Kemiringan jalan angkut yang digunakan adalah 10%, dan nilai kemiringan jalan melintang (cross slope) adalah ¼ inch per feet lebar jalan angkut pada jalan lurus. Kemiringan melintang jalan cross slope ini dibuat agar ketika hujan air tesebut langsung mengalir ke samping jalan. Sehingga tidak menggenang yang nantinya dapat merusak konstruksi jalan angkut. Peta jalur jalan angkut dapat dilihat pada Lampiran K.
44
4.10 Lokasi Penimbunan Tanah Pucuk (Soil Stockpile)
Dari jadwal produksi untuk Unit Tonasa V selama lima tahun, direncanakan volume tanah pucuk yang akan dikupas sebesar 212.365 BCM dengan swell factor 0,833 (lihat Lampiran C) maka volume tanah pucuk yang terbongkar adalah 254.940 LCM. Tanah pucuk yang terbongkar ini akan diangkut menuju lokasi penimbunan. Letak lokasi penimbunan ini berada di arah Selatan dari crushing plant V (lihat Lampiran K). Lokasi penimbunan ini mempunyai luas sebesar 100.000 m2 dengan panjang 1000 m dan lebar 100 m serta ketinggian maksimum timbunan 3 m.
Dengan volume tanah pucuk terbongkar seperti yang diuraikan di atas, maka diperlukan lokasi tanah penutup untuk ketinggian timbunan 3 m dengan luas 84.980 m2. Dilihat dari dimensi lokasi penimbunan yang dimiliki oleh PT. Semen Tonasa saat ini, maka lokasi penimbunan ini dapat menampung volume tanah pucuk yang akan dibongkar.