• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT PENAMBANGAN TERHADAP OPTIMALISASI

PRODUKSI DUMP TRUCK DI PT. MIYOR PRATAMA COAL KEC. TALAWI KAB. SAWAHLUNTO

Skripsi

Oleh

DONI MUHAMMAD FIQHI NPM: 1110024427058

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

2017

(2)

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT PENAMBANGAN TERHADAP OPTIMALISASI

PRODUKSI DUMP TRUCK DI PT. MIYOR PRATAMA COAL KEC. TALAWI KAB. SAWAHLUNTO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyratan Guna memperoleh Sarjana Teknik

Oleh

DONI MUHAMMAD FIQHI NPM: 1110024427058

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

2017

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Kajian Teknis Geometri Jalan Tambang Front

Penambangan untuk Optimalisasi Produktivitas di PT. Miyor Pratama Coal Kecamatan Talawi Kabupaten Sawah Lunto.

Nama : DONI MUHAMMAD FIQHI

NPM : 111OO24427058

Program Studi : Teknik Pertambangan Jurusan : Teknik Pertambangan

Padang, November 2017 Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ketua Jurusan, Ketua STTIND Padang, Refky Adi Nata, MT

NIDN.1028099002

Riam Marlina, MT NUP 9910676467

Dr. Murad, MS, MT NIP 196311071989031001

H. Riko Ervil, MT NIDN. 1014057501

(4)

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT PENAMBANGAN TERHADAP OPTIMALISASI

PRODUKSI DUMP TRUCK DI PT. MIYOR PRATAMA COAL KEC. TALAWI KAB. SAWAHLUNTO

Nama : Doni Muhammad Fiqhi

NPM : 1110024427058

Pembimbing I : Refky Adi Nata, ST, MT Pembimbing II : Riam Marlina, ST, MT

RINGKASAN

Penelitian dilakukan di PT. Miyor Pratama coal Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknis rancangan geometri jalan operasi produksi. Jalan angkut memberikan kontribusi yang besar bagi kelancaran dalam operasi pengangkutan jika geometri jalan sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisis lebar jalan lurus yang diterapkan dan untuk menganalisis lebar jalan tikungan yang diterapkan serta menganalisis jari-jari tikungan, superelevasi dan Grade jalan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal.

Jarak front penambangan sampai ke tempat pengolahan PT. Miyor Pratama Coal sepanjang 1.280 meter, lebar jalan lurus 9,93 meter dan lebar jalan secara aktual dilapangan yang didapat dalam pengukuran ialah 8.5 meter lebar jalan tikungan setelah dilakukan perhitungan geometri jalan produksi pada PT. Miyor Pratama Coal sebesar 12 meter dan secara aktual 10.5 Jari-jari tikungan, superelevasi dan grade jalan pada Jari-jari tikungan didapatkan hasil secara teoritis yaitu 21.8 m dan secara aktual 20.5 m pada tikungan belum terdapat keoptimalan pada superelevasi sehingga perlu perbaikan agar alat angkut bisa melaju dengan kecepatan optimal.

Asaetelsh perhitungan maka didapatkan secara teoritis 0.38 dan nilai aktual 0.27 pada grade jalan, perhitungan kemiringan sangat menetukan karena memiliki ketinggian yang berbeda.

Berikut perhitungan grade secara teoritis dari segmen A-B sebesar 6% dan segmen C-D sebesar 10% dan nilai secara aktual segmen A-B sebasar 10.3% dan C-D sebesar 12% maka dari itu PT.

Miyor Pratama Coal tidak perlu melakukan penimbunan dan penggalian, bahwa kemiringan jalan bisa dilalui secara optimal berkisar antara 10-18%.

Kata Kunci: Geometri jalan angkut.

(5)

STUDY TECHNICAL GEOMETRY OF PRODUCTION WAYS FOR OPTIMALIZATION PRODUCTION IN MIYOR PRATAMA COAL A COMPANY.

TALAWI DISTRICT. SAWAH LUNTO

Name : Doni Muhammad Fiqhi

NPM : 1110024427058

Mentors I : Refky Adi Nata, ST, MT Mentors II : Riam Marlina, ST, MT ABSTRACT

.

Research conducted at PT. Miyor Pratama coal this research aims to study the technical design of the geometry of the streets of production operations. Road transport contributes to smoothness in operation transport if the road geometry in accordance with the dimensions of transport tools used. In this study researchers tried to analyze the wide straight roads that are applied and to analyze the width of the street corner that is applied as well as analyze the fingers bend, superelevasi and the Grade of the road applied by PT. Miyor Pratama Coal.

The mining front distance to the place of processing of PT. Miyor Pratama Coal along the 1,280 metres, width straight 9.93 meters wide and the way actual situation obtained in measurements is 8.5 meters wide street corner after done calculation of the geometry of the streets of production at PT. Miyor Pratama Coal of 12 metres and 10.5 actual fingers bend, superelevasi and the grade of the road on a bend RADIUS obtained theoretical results i.e. 21.8 m and is an actual 20.5 m at the corner Yet there is a keoptimalan on superelevasi so it needs improvement so that the tool can transport drove with optimal speed. Asaetelsh calculation then obtained theoretically and actual value of 0.38 0.27 on the grade of the road, the calculation of the slope very determine as having different heights. The following grade calculation theoretically from the segment A-B 6% and the segment C-D by 10% and the actual value of the segment A-B sebasar 10.3% and C-D of 12% thus pt. Miyor Pratama Coal need not perform the stockpiling and that excavation, the slope of the road could be traversed optimally ranged from 10-18%.

Keywords: geometry of road transport.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat da karunia-Nya penulis dapat membuat Skripsi dengan baik. Tujuan penulis membuat Skripsi dengan judul “ KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN TAMBANG FRONT PENAMBANGAN TERHADAP OPTIMALISASI PRODUKSTIVITAS DI PT. MIYOR PRATAMA COAL KECAMATAN TALAWI KABUPATEN

SAWAHLUNTO” Adalah salah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi teknik pertambangan sekolah tinggi teknologi industri padang.

Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis telah dimotivasi dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Riko Ervil, MT, selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

2. Bapak Dr. Murad, MS, MT, selaku ketua jurusan Teknik Pertambangan.

3. Bapak Refky Adi Nata, ST, MT, selaku pembimbing I.

4. Ibuk Riam Marlina, MT, selaku pembimbing II

5. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

6. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang, khususnya Mahasiswa/Mahasiswi dari jurusan Teknik Pertambangan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

RINGKASAN ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ……… ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Rumusan Masalah ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Landasan Teori ... 5

2.1.1. Deskripsi Perusahaan ... 5

2.1.2. Geologi Regional ... 5

(8)

2.1.3. Sumber Daya Batubara ... 5

2.1.4. Pengertian jalan tambang ... 5

2.1.4.1. Pengertian jalan ... 8

2.1.4.2. Geometri jalan ... 9

2.1.4.3. Lebar jalan angkut ... 11

2.1.4.4. Superelevasi ... 12

2.1.4.5. Kemiringan jalan pada tikungan ... 13

2.1.5. Kemiringan ... 14

2.2. Kerangka Konseptual ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1. Jenis Penelitian ... 17

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.3. Variabel Penelitian ... 22

3.4. Data dan Sumber Data ... 22

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 23

3.7. Kerangka Metodologi ... 24

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data ... 40

4.1.1. Data Primer... 40

4.1.2. Data Skunder ... 40

4.2. Pengolahan data ... 41

4.2.1. Perhitungan Geometri jalan produksi ... 41

(9)

4.2.1.1. Lebar Jalan ... 42

4.2.1.1.1. Lebar Jalan Tikungan ... 42

4.2.1.1.2. Lebar Jalan Angkut Pada Belokan ... 42

4.2.1.2. Jari-Jari Tikungan ... 45

4.2.1.3. Kemiringan Jalan Pada Tikungan ... 45

4.2.1.4 Kemiringan Jalan Angkut (Grade) ... 46

4.2.1.5. Cross Slope ... 48

4.2.2. Keadaan Permukaan Jalan Produksi ... 49

BAB V ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Hasil ... 54

5.1.1. Perhitungan Geometri Jalan ... 54

5.1.1.1. Lebar Jalan Angkut ... 54

5.1.1.2. Jari-Jari Tikungan ... 55

5.1.1.3. Kemiringan Jalan Pada Tikungan ( Superelevasi) 55

5.1.1.4. Kemiringan Jalan ... 55

5.1.1.5. Cross Slope ... 56

5.2 Pengolahan Data ... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……… 64

6.2. Saran……….. 65

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus ... 12

Gambar 2.2. Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Belokan ... 13

Gambar 2.3. Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan ... 14

Gambar 2.4. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (Superelevasi) ... 15

Gambar 2.5. Perhitungan Kemiringan Jalan ... 17

Gambar 2.7. Kerangka Konseptual ... 32

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian ... 34

Gambar 4.1. Penampang Kemiringan Jalan Produksi………. 45

Gambar 4.2. Perhitungan Kemiringan Jalan Pada Segment A-B……… 45

Gambar 4.3. Perhitungan Kemiringan pada Segment C-D………. 46

Gambar 5.1. Dokumentasi di Lapangan……….. 48

Gambar 5.2. Dokumentasi di Lapangan……….. 49

Gambar 5.3. Dokumentasi di Lapangan……….. 50

Gambar 5.4. Dokumentasi di Lapangan ………...………. 51

Gambar 5.5. Dokumentasi di Lapangan……… 52

Gambar 5.6. Dokumentasi di Lapangan ………... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Koordinat batas wilayah WIUP ... 6

Tabel 3.1. Jadwal kegiatan... 34

Tabel 5.1. Lebar Jalan Angkut………. 51

Tabel 5.2. Kemiringan Segment Jalan………. 52

Tabel 5.3. Jari-jari tikungan……… …. 53

Tabel 5.4. Kemiringan jalan pada tikungan (superelevasi) ………. 54

Tabel 5.5. Kemiringan pada tiap penampang jalan produksi……… 55

Tabel 5.6. Cross Slope……… 56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

A. Dokumentasi Lapangan.

B. Tabel Target Pencapaian Produksi Penambangan Batu bara PT. Miyor Pratama Coal.

C. Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Miyor Pratama Coal.

D. Peta Kesampaian Daerah PT. Miyor Pratama Coal.

E. Struktur Organisasi PT. Miyor Pratama Coal.

F. Perhitungan Ground Preasure Alat Angkut.

G. Spesifikasi Alat Angkut.

H. Perhitungan dan konversi nilai kemiringan/Grade

I. Data kualitas Batu bara PT. Miyor Pratama Coal.

J. Peta Penampang Stratigrafi PT. Miyor Pratama Coal.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pasal 1 butir 6 UUD NO. 4. Tahun 2009 Tentang pertambangan Mineral dan batubara, menegaskan bahwa “usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi tahapan kegiatan, penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta pasca tambang”.

Berdasarkan dari uraian di atas pada saat pengangkutan bahan galian geometri jalan menjadi perhatian penting yang harus dirancang dengan baik. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya hambatan pada saat operasi penambangan bahkan kecelakaan di lokasi tambang.

PT. Miyor Pratama Coal adalah Perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Desa Kumanis Atas, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto. Perusahaan ini secara terus-menerus berupaya untuk mengoptimalkan produksi batubaranya. Target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan ialah sebesar 5000 ton/bulan. Akan tetapi target ini belum tercapai hingga saat ini.

Dari pengamatan ditemui dilapangan jalan angkut belum maksimal dengan lebar 8.5 meter untuk jalan lurus sehingga pada saat berpas-pasan Dump Truck mengalami antrian atau menunggu.

Penulis juga menemukan lebar jalan tikungan yang belum maksimal dengan lebar aktual 10.5 meter. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan lebar jalan minimum pada tikungan adalah 12 meter. penulis juga menemukan perhitungan jari-jari tikungan yang belum maksimal untuk mengimbangi gaya sentrifugal jari-jari tikungan yang diterapkan secara aktual dilapangan yaitu 20.5 meter secara teoritis jari-jari tikungan tersebut maksimal dengan nilai 21.8 meter.

(14)

Jalan angkut memberikan kontribusi yang besar bagi kelancaran dalam operasi pengangkutan jika geometri jalan sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisis lebar jalan lurus yang diterapkan dan untuk menganalisis lebar jalan tikungan yang diterapkan serta menganalisis jari-jari tikungan, superelevasi dan Grade jalan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal.

Dari masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul ” Kajian Teknis Geometri Jalan Produksi Front Penambangan Terhadap Optimalisasi Produksi Dump Truck Di PT. Miyor Pratama Coal, Kecamatan Talawi Kabupaten Sawahlunto Sumatera Barat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang ditemukan di lapangan antara lain:

1. Belum tercapainya target operasi 5000 ton/bulan.

2. Lebar jalan yang belum maksimal dengan lebar 8.5 meter.

3. Lebar jalan tikungan yang belum maksimal dengan lebar 10.5 meter.

4. Jari-jari tikungan yang belum maksimal dengan lebar 20.5.

1.3 Batasan Masalah.

Batasan masalah dalam penelitian ini, terfokuskan pada beberapa lokasi pengamatan untuk profil jalan lurus, profil jalan tikungan dan profil untuk Grade dan Superelevasi pada jalan tambang PT. Miyor Pratama Coal.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana jalan lurus yang diterapkan oleh PT. Miyor pratama Coal?

2. Bagaimana lebar jalan tikungan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal?

3. Bagaimana jari-jari tikungan, superelevasi dan Grade yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal?

(15)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis lebar jalan lurus yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal.

2. Untuk menganalisis lebar jalan tikungan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal.

3. Untuk menganalisis jari-jari tikungan, superelevasi dan Grade jalan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya harus ada manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut baik bagi perusahaan, kampus, maupun peneliti. Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan untuk menerapkan geometri jalan produksi di PT. Miyor Pratama Coal Kecamatan Talawi Kabupten Sawahlunto.

2. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan ke dalam bentuk penelitian, menambah wawasan pengetahuan, merobah kerangka berfikir dan memperoleh ilmu lapangan yang tidak diperoleh dari perkuliahan.

3. Bagi institusi STTIND Padang

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa/mahasiswi yang membacanya, dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal, referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Deskripsi Perusahaan

2.1.1.2. Letak Administrasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penambangan PT. Miyor Pratama Coal secara administrasi terletak di Desa Kumanis Atas, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Batas-batas lokasi kegiatan penambangan diantaranya:

1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan lindung.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan IUP. CV. Air Mata Emas (AME) 3. Sebelah Timur berbatsan dengan IUP. CV. Cahaya Bumi Pratama (CBP) 4. Sebelah Barat berbatasan dengan IUP. PT. Allied Coal Indo (AIC)

Adapun koordinat batas wilayah WIUP batas wilayah pertambangan batubara PT. Miyor Pratama Coal.

Tabel 2.1

Koordinat Batas wilayah PT. Miyor Pratama Coal No. Titik Bujur Timur Lintang Selatan ( LS)

Koordinat 0 ‘’ 0 ‘’ LS

001 100 47 45,00 0 34 57,42 LS

002 100 47 57,80 0 34 57,42 LS

003 100 47 57,80 0 35 15,48 LS

004 100 47 57,80 0 35 34,00 LS

005 100 47 45,45 0 35 34,00 LS

006 100 47 45,00 0 35 15,48 LS

Sumber: PT. Miyor Pratama CoalTahun2016 tabel 2.1 titik koordinat PT. Miyor Pratama Coal

(17)

Lokasi penambangan dapat dicapai dari Kota Padang ke Kota Sawahlunto dengan jarak tempuh 117 km dan jarak lokasi dari Kota Sawahlunto sekitar 15km. Peta wilayah izin usaha pertambangan PT. Miyor Pratama Coal dapat dilihat pada lampiran C.

2.1.2. Geologi Regional 2.1.2.1. Stratigrafi

Cekungan Ombilin merupakan cekungan sedimen tersier. Secara umum outline dari cekungan Ombilin mempunyai arah memanjang North West – South Easth. Secara umum cekungan Ombilin dibentuk dari dua situasi yaitu umur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh trend utara selatan dari Patahan Tanjung ampalu, Baratlaut ke Tenggara dibatasi oleh strike Sitangkai dan Patahan Silungkang. Sedangkan bagian barat oleh jalur vulkanis gunung merapi, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Malintang.

Berdasarkan peta geologi lembar Solok (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi P.H. Silitonga dan Kastowo 1995), litologi regional yang terdapat di daerah wilayah IUP Operasi Produksi batubara PT. Miyor Pratama Coal dari muda ke tua diuraikan sebagai berikut :

1. Formasi Brani (Tob)

Konglomerat dengan sisipan batupasir, berumur Oligosen.

2. Kuarsa Porfir (qp)

Kuarsa porfir dengan fenokris kuarsa dan felspar, berumur Trias.

2.1.2.2. Struktur Geologi

Kota Sawahlunto terletak di atas Formasi Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada zaman yang diberi istilah (Epoch) Eochen sekitar 40-60 juta tahun yang lalu. Para ahli geologi berpendapat bahwa Kepulauan Nusantara yang kita kenal sekarang ini terbentuk sekitar 4 juta

(18)

tahun yang lalu. Mereka menduga ketika Formasi Sawahlunto terbentuk belum ada seperti yang kita kenal sekarang ini. Batuan tertua dari zaman Pra-tersier yang terangkat kepermukaan dengan cara struktur graben, diendapkan batuan-batuan sedimen berumur tersier pada cekungan, menghasilkan batuan intrusi tersier. Hasil erosi dari batuan intrusi terbawa dan mengendap di sekitar aliran sungai menghasilkan endapan aluvial. Satuan batuan tersebut terdiri dari:

1. Batuan Vulkanik 2. Batu Gamping -Argit 3. Batu Granit

4. Konglomerat

5. Batu Lempung-BatuPasir 6. Batu Lempung-BatuLanau 7. Batu Pasir

8. Tufa Batu Apung

Formasi Sawahlunto mengandung butiran pasir yang dapat mengalirkan air. Akan tetapi dari gambar penampang geologi Ombilin diduga air tersebut lolos ketempat yang lain. Aspek geologi yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam perencanaan dan pengembangan Kota Sawahlunto adalah sesar, gempa, dan gerakan tanah.

2.1.3. Sumber Daya Batubara

Menurut klasifikasi ASTM Batubara di Sawahlunto termasuk kedalam tingkat Bituminus Hght Volatile dengan nilai kalori 6000-7200 kkl/kg. Hasil ini di dapat dari analisa proximate (analisa komponen pembentuk batubara ) dan analisa ultimate (analisa unsur-unsur kimia yang terkandung adalam batubara) yang menunjukan kadar belerang dan kadar abu yang rendah.

Sedangkan bobot isi rata-rata batubara dari hasil ekplorasi adalah 1,3 ton.

(19)

2.1.4. Jalan Angkut Tambang

Pemindahan tanah mekanis merupakan suatu proses penggalian dan pemindahan tanah dengan menggunakan alat-alat mekanis dari front menuju disposal. Dalam proses penambangan, proses ini mutlak dilakukan sebagaimana yang diketahui bahwa cadangan tambang terdapat di bawah permukaan bumi sehingga kita harus melakukan proses penggalian terlebih dahulu untuk mendapatkan cadangan tambang tersebut. Volume tanah yang akan dipindahkan biasanya dinyatakan dalam beberapa satuan volume yaitu BCM (bank cubic meter), LCM (loose cubic meter) dan CCM (compacted cubic meter).

Pemindahan tanah mekanis ini berkaitan erat dengan kondisi jalan produksi. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu faktor penting dalam ketercapaian volume tanah yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka diketahui volume tanah dan produktivitas alat angkut sehingga akan mendukung tercapainya target produksi yang diinginkan dan produktivitas per alat angkut juga akan baik. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat yang akan digunakan out put yang diinginkan, material yang akan digali dan kondisi tempat kerja.

Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus di atasi dengan merubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila perlu dibuat terowongan (tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan kontruksinya harus mengikuti aturan-aturan teknik sipil yang berlaku. Jalur jalan di dalam terowongan atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau kendaraan yang akan melewatinya masuk secara bergantian (Awang Suwandhi, 2004: 1)

(20)

Jalan angkut tambang mempunyai karakteristik khusus yang membedakan perlakuan terhadap penanganannya daripada jalan transportasi umum. Karakteristik tersebut yaitu:

a. Jalan tambang selalu dilewati oleh alat berat yang mempunyai crawler track (roda rantai) sehingga tidak memungkinkan adanya pengaspalan

b. Jalan tambang yang berada di area seam umumnya selalu mengalami perubahan elevasi karena adanya aktivitas pengalian jejang

c. Lebar jalan tambang harus diperhatikan sesuai dengan fungsi jalurnya, khususnya untuk jalur ganda atau lebih. Hal ini agar tidak terjadinya gangguan oleh karena sempitnya permukaan jalan

Untuk membuat jalan angkut tambang diperlukan bermacam-macam alat diantaranya:

a. Bulldozer yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan dan pembabatan, perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan dan lain sebagainya

b. Alat garuk (roateratau ripper) untuk membantu pembabatan dan mengatasi batuan yang agak keras

c. Alat muat untuk memuat hasil galian tanah yang tidak baik diperlukan dan membuangnya di lokasi penimbunan

d. Motor grader untuk meratakan dan merawat jalan angkut

e. Alat gilas (compactor) untuk memadatkan dan mempertinggi daya dukung jalan 2.1.4.1. Fungsi jalan angkut

Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama adalah kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang jalan angkut harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja. Jalan angkut memberikan kontribusi yang besar bagi

(21)

kelancaran dalam operasi pengangkutan jika geometri jalan sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan

2.1.4.2. Geometri Jalan

Pada pengertiannya, geometri jalan tambang yang memenuhi syarat adalah bentukdan ukuran dari jalan tambang yang sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran,spesifikasi) alat angkut yang digunakan dan kondisi medan yang di lalui. (Sumber:Partanto, 2005).

2.1.4.3. Lebar Jalan Angkut

Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan lancar dan aman.

Perhitungan lebar jalan angkut yang lurus dan belok (tikungan) berbeda karena pada posisi membelok kendaraan akan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang yang ditinggalkan di atas jalan melebar.

1. Lebar jalan angkut pada jalan lurus.

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aashto Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan.(Sumber: Rudi Azwari, 2015)

Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:

L min = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt) (2.1)

Keterangan:

Lmin = lebar jalan angkut minimum (m) n = jumlah jalur

Wt = lebar alat angkut (m) (Sumber: Partanto, 2005)

(22)

(Sumber: http://artikelbiboer.blogspot.comjalan-tambang.html, 2010)

Gambar 2.1.

Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus

2. Lebar jalan angkut pada belokan

Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus.

Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkan atas:

1. Lebar jejak ban

2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok

3. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan 4. Jarak dari kedua tepi jalan.

Dengan menggunakan ilustrasi pada gambar 2.2 dapat dihitung lebar jalan minimum pada belokan, yaitu seperti dilihat pada halaman selanjutnya:

(23)

( Sumber: https://id.scribd.com Perencanaan-Geometri-Jalan-Tambang,2010) Gambar 2.2

Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Belokan

Wmin = 2(U + 𝐹𝑎 + Fb + Z) + C (2.2)

) 3 . 2 2 (

Fb Fa ZU  

(Sumber: Partanto, 2011)

Keterangan:

min

W = lebar jalan angkut minimum pada belokan,m U = lebar jejak roda (center to center tires),m

Fa = lebar juntai (overhang) depan,m Fb = lebar juntai belakang,m

Z = lebar bagian tepi jalan,m

C = lebar antara kendaraan (total lateral clearance),m

2.1.4.4. Jari Jari Tikungan

Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diakibatkan karena kendaraan melalui tikungan sehingga tidak stabil.

c

(24)

Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan kontruksi alat angkut yang digunakan, khususnya jarak horizontal antara poros roda depan dan belakang. Gambar 2.3 memperlihatkan jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan besar sudut sama dengan sudut penyimpangan roda depan. Dengan demikian jari-jari belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

 sin

R  wb (2.4)

(Sumber: Partanto, 2011)

Keterangan:

R = jari-jari jalan angkut

Wb = jarak poros roda depan dan belakang

 = sudut penyimpamgan roda depan

Gambar 2.3

Sudut Penyimpangan Maksimum Kendaraan 2.1.4.5. Kemiringan Jalan Pada Tikungan (superelevasi)

Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’ yang gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan. Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam kerena perbedaan ketinggian. (Sumber: Partanto2011).

(25)

(Sumber: Partanto, 2011)

Gambar 2.4

Kemiringan Jalan Pada Tikungan (superelevasi)

Kemiringan jalan pada tikungan (superelevasi) dapat dirumuskan dengan:

e

= 𝑉 𝑔𝑅2

(2.5)

Keterangan:

e = Superelevasi

V = Kecepatan rencana, km/jam g = Gravitasi bumi, 9,8 m/det R = Radius tikungan, m (Sumber:Partanto, 2011)

2.1.4.6. Kemiringan

Kemiringan jalan angkut dapat berupa jalan menanjak ataupun jalan menurun, yang disebabkan perbedaan ketinggian pada jalur jalan. Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.

Kemampuan dalam mengatasi tanjakan untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada

(26)

jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus satuan panjang jarak mendatar.

Tahanan kemiringan (grade resistance) ialah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Tahanan kemiringan tergantung dua faktor, yaitu:

1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen.

2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam ton.

Besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan dalam 20 lbs dari rimpull untuk tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada kemiringan 1 %.

Kemiringan suatu jalan biasanya dinyatakan dalam persentase, dimana kemiringan 1 % merupakan kemiringan permukaan yang menanjak atau menurun 1 meter secara vertical dalam jarak horizontal 100 meter. Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Gambar 2.5.

) 6 . 2 (

% 100

(%) x

Grade h

 

Dimana:

h : Beda tinggi antara dua titik yang diukur (meter)

x :Jarak datar antara dua titik yang diukur (meter)

(27)

B h

C ø A

x

Sumber :Partanto, 1993

Gambar 2.5. Perhitungan kemiringan jalan 2.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menyelesaiakan penalitian ini yang terdiri atas:

2.2.1. Input

Yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah:

1. Pengambilan Data

a. Data Primer

1) Menentukan data ukuran jalan dan membagi jalan dalam beberapa segmen berdasarkan perbedaan elevasi.

2) Mengamati travel time dump truck baik saat bermuatan maupun kosongan untuk setiap segmen yang telah penulis tentukan.

(28)

3) Mengamati dan membandingkan produksi nyata dengan produksi teoritis yang berdasarkan pada metode perhitungan menurut Partanto.

4) Mengamati perubahan kondisi jalan angkut selama penelitian dari front penggalian ke daerah pembuangan.

b. Data sekunder

1) Literatur-literatur yang berhubungan dengan jalan angkut.

2) Peta kesampaian daerah PT. Miyor Pratama Coal.

3) Data spesifikasi alat angkut.

4) Data faktor-faktor koreksi (efisiensi waktu, kerja, operator, dan lain-lain).

2.2.2. Proses

Teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perhitungan geometri jalan produksi sebagai berikut:

( profil jalan lurus, profil jalan tikungan dan profil Grade dan Superelevasi) 2.2.3. Out put

yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Hasil dari perhitungan geometri jalan operasi produksi PT Miyor Pratama Coal.

2. Menetukan hasil perhitungan groun presure jalan angkutPT. Miyor Pratama Coal.

2.2.4. Penelitian Sejenis 1. Zulkifli Sayuti, dkk (2013).

Operasi pengangkutan bongkaran Overburden ke Disposal PT. Kitadin TDM menggunakan Dump Truck Komatsu HD 785-5 dan Caterpillar 777D. Operasi pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Keamanan dan kelancaran operasi pengangkutan tidak pernah lepas dari interaksi antara jalan angkut dan alat angkut itu sendiri. Geometri jalan angkut

(29)

di Pit Seam 11 PT. Kitadin TDM belum memenuhi syarat jalan angkut tambang yang baik.

Selain itu tidak ada saluran penirisan di tepi jalan angkut tambang yang mengakibatkan badan jalan angkut tambang tergenang air pada saat hujan. Oleh karena itu di lakukan pengkajian terhadap geometri jalan angkut dan perencanaan pembutan saluran penirisan di tepi jalan angkut di Pit Seam 11 Selatan PT. Kitadin TDM untuk keamanan dan kelancaran operasi pengangkutan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkaji secara teknis kondisi jalan angkut tambang di Pit Seam 11 Selatan dan merencanakan dimensi saluran penirisan jalan yang akan digunakan di tepi jalan angkut tambang. Berdasarkan spesifikasi alat angkut terlebar yaitu Caterpillar 777D diperoleh lebar jalan angkut minimum untuk dua jalur pada jalan lurus yaitu 21,35 m dan pada jalan tikungan yaitu 26,21 m. Super elevasi atau kemiringan pada tikungan adalah 1,04 m. Cross slope sebesar 42,7 cm. Grade jalan yang mampu di atasi oleh HD -785 sebesar 10,3%.Dimensi saluran penirisan di tepi jalan, ditentukan dengan menggunakan rumus Minning, setelah analisis data curah hujan tahun 20042008 dengan curah hujan harian sebesar 85,22 mm/hari, dan perolehan daerah tangkapan hujan seluas 519.779 m2. Saluran penirisan tersebut berbentuk trapezium dengan panjang sisi saluran 1.396 m, lebar dasar saluran 1.392 m, kedalaman aliran 1.209 m, dan lebar muka air 2.794 m.

Kata kunci: Pit, Dump Truck, geometri, spesifikasi alat, penirisan, dimensi saluran.

2. Dodik Teguh Arifianto, dkk. (2012)

Dari hasil evaluasi, perhitungan perencanaan jalan rel sebagaimana dijelaskan diatas didapatkan rincian sebagaimana berikut:

a. Jalan rel trase pasirian-klakah dapat digunakan dengan adanya penyesuaian desain sebagaimana tertera pada Ripnas, Paraturan Dinas PJKA, Dan Keputusan Mentri Perhubungan terbaru.

(30)

b. Desain geometri jalan rel yang digunakan adalah dengan desain trase eksisting. Untuk lebih mendetail mengenai perhitungan desain geometri jalan rel dapat dilihat pada tugas akhir penulis.

c. Struktur yang digunakan didapatkan sebagaimana berokut: Digunakan R54 dengan,Passing ton tahunan: > 20 Juta Ton . Beban gandar: 18 ton . Lebar sepur: 1067 mm Jarak bantalan beton: 50 cm (max 60cm). Tebal balas dibawah bantalan 25 cm (max 30cm). Lebar bahu balas: 50 cm.Tipe penambat pandrol (Elastik). Sambungan: las ditempat. Tebal balas atas:

55 cm. Tebal balas bawah (sub balas): 21 cm Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan bawah didapatkan sebagai berikut: Pada sepur lurus 200 cm pada tikungan 260 cm.

d. Dalam perencanaan dihindari perlintasan sebidang dengan jalan raya, maka desain perlintasan digunakan overpass/jembatan. Untuk lebih detail bagaimana bentuk perlintasan yang digunakan dapat dilihat dalam tugas akhir penulis. Biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan jalan rel ini sebesar Rp. 362.153.010.000,00.

3. Aldiansyah, dkk. (2016)

Penelitian ini lebih ditekankan pada geometri jalanya itu pada lebar jalan dan kemiringan memanjang (grade) jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan geometri jalan yang dibuat sesuai dengan standarisasi, untuk mendapatkan kemiringan memanjang (grade) yang sesuai. Metode penelitian yang dilakukan di lapanganya itu dengan cara melakukan pengukuran jalan hauling hingga menuju front penambangan dengan memperhitungkan jarak, lebar, dan kemiringan dengan menyesuaikan standarisasi perhitungan teknis, kemudian dari data tersebut diolah menggunakan autocad 2007 sehingga memudahkan dalam proses analisis. Proses pengambilan data yang dilakukan di lapanganya itu dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai studi kasus seperti melakukan pengukuran jarak, lebar, dan kemiringan jalan

(31)

dan aspek pendukung kegiatan pengangkutan seperti melihat alat angkut yang digunakan di lapangan. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa lebar jalan angkut untuk keadaan lurusya itu 5 m dan 9 m sedangkan pada keadaan tikunganya itu 8,11 m dan 14,25 m. Kesimpulan yang didapatkan bahwa keadaan lebar jalan pada STA 57 – 58 masih mengalami kekuranganya itu 4 m dan harus dilakukan penambahanya itu sebesar 1 m dan kemiringan memanjang pada STA 9 – 10 yaitu mencapai 30,48% dan harus dilakukan pemotongan sebesar 25%. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Jarak penelitian adalah ±2,2 Km, terbagi menjadi 10 Segment. Lebar jalan angkut Secara teori lebar jalan angkut untuk 2 lajur menggunakan Dump Truck Hino FM 320 TI pada jalan lurus adalah 8.592 m dengan lebar jalan yang ada di lapangan adalah 6,85 meter – 24,08 meter, sedangkan pada jalan tikungan sebesar 13,127 m dengan lebar jalan secara Actual adalah 8,54 m – 29,41 m. Berdasarkan pengamatan pada peta dan lapangan, jalan antara Segment- 1 s/d Segment-10 memiliki jari - jari tikungan sebesar 8,91 m – 16 m dan superelevasi dilapangan adalah 0,038 m - 0,21 m. Nilai Rimpull pada Gear-1 sebesar 5.209,3 kg dan tahanan gelinding (RR) dari roda kendaraan untuk menggerakkan kendaraan berat 20 ton adalah 400 kg, sedangkan kemampuan Dump Truck Hino FM 320 TI dalam mengatasi tanjakan (Grade Resistance) adalah segment - 2 yang harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan (GR) 9,7 % adalah sebesar 38,8 kg segment - 4/5 harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan 9,8 % adalah sebesar 39,2 kg segment - 8 : harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan 11,6 % adalah sebesar 46,6 kg

b. Daya dukung jalan yang di pakai yaitu Compact Sand - Clay Soils (tabel daya dukung material) mampu menahan beban sebesar 29.294,57 Kg/m. Pada saat ini beban yang diterima

(32)

permukaan jalan sebesar 14.061,39 Kg/m. Secara teknis dan matematis permukaan jalan angkut batubara cukup kuat untuk menerima beban yang ditimbulkan alat angkut yang melintasinya.

4. Fernanda Yuliandi, (2010).

Terdapat kombinasi alat muat dengan alat angkut yang harus ditingkatkan produksi.

Yaitu kombinasi 1 unit PC 750SE-6 dengan 9 unit Hino FM260JD. Target produksi yang ditetapkan sebesar 250.000 Ton/bulan, secara perhitungan tercapai sebesar 235.181,3 Ton/bulan untuk alat muat dan 231.877,8 Ton/bulan untuk alat angkutnya. Hal ini dikarenakan masih tingginya faktor hambatan yang menyebabkan rendahnya efisiensi kerja sehingga produksi yang dihasilkan oleh alat muat dan alat angkut belum mampu mencapai target produksi. Untuk meningkatkan produksi alat muat dan alat angkut dilakukan dengan cara melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap hambatan-hambatan yang terjadi terutama hambatan yang dapat ditekan maka akan dapat meningkatkan waktu kerja efektif. Dari peningkatan efisiensi kerja diperoleh efisiensi kerja alat muat yang semula 71 % meningkat menjadi 77 % dan efisiensi kerja alat angkut yang semula 67 % meningkat menjadi 73 %. Maka produksi alat muat meningkat dari 235.181,3 Ton/bulan menjadi 255.055,8 Ton/bulan. Sedangkan produksi pada alat angkut meningkat dari 231.877,8 Ton/bulan menjadi 252.643 Ton.

4. Efigenia Maya Alves,(2009).

Sasaran produksi yang ditetapkan perusahaan sebesar 164.000BCM/bulan sedangkan kemampuan produksi alat mekanis hanya sebesar 114.556 BCM/bulan. Hal ini terjadi karena kurangnya alat angkut yang mendukung alat gali-muat dan juga kondisi lapangan itu sendiri.

Waktu kerja efektif dari alat gali muat backhoe adalah 13,32jam/hari dengan efisiensi kerja alat 67,08 % dan waktu kerja efektif dari alat angkutnya adalah 10,17 jam/hari dengan efisiensi kerja alat 51,22 %. Sedangkan waktu kerja efektif alat gali muat backhoe-2 adalah 11,96jam/hari

(33)

dengan efisiensi kerja alat 60,21 % dan waktu kerja efektif alat angkut yang bekerja pada alat gali muat tersebut adalah 11,31 jam/hari dengan efisiensi kerja alat 56,94%. Faktor keserasian kerja kombinasi backhoe-1 dengan 3 unit dumptruck adalah 0,92. Faktor keserasian kerja kombinasi backhoe-2 dengan 2 unit dump truck adalah 0,78. Sehingga waktu tunggu bagi alat gali muat backhoe-1 sebesar 0,15 menit untuk danbackhoe-2 sebesar 0,56 menit. Upaya peningkatan produksi dilakukan dengan cara, yaitu: a. Peningkatan waktu kerja efektif dengan melakukan perbaikan waktu-waktu hambatan sehingga efisiensi kerja alat meningkat. Produksi alat angkut meningkat menjadi 137.983 BCM/bulan, namun belum dapat memenuhi sasaran produksi.

b. Pada front-1 tidak terjadi penambahan alat angkut. Sedangkan pada front-2 terjadi penambahan jumlah alat angkut yang bekerja dengan alat gali muat menjadi 3 unit pada alat gali muat backhoe-2. Produksi yang dihasilkan menjadi 171.118 BCM/bulan sehingga sasaran produksi tercapai.

5. Ady Winarko, dkk. (2014).

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ditemukan bahwa kondisi geometri jalan angkut overburden di site project Lahat PT Ulima Nitra masih ada yang belum memenuhi lebar jalan minimal pada beberapa segmen, masih terdapat grade di atas 10%, belum terdapat cross slope/cross fall, belum terdapat superelevasi pada tikungan, belum terdapat ditch dan saluran drainase, belum terdapat tanggul pengaman disisi jalan. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa alat angkut terbesar yang digunakan adalah dump truck Scania P380CB-6X4 yang memiliki lebar 2,95 meter. Berdasarkan rumus AASHTO maka didapatkan bahwa untuk lebar minimum pada jalan angkut overburden dari front penambangan sampai ke disposal untuk jalan lurus, dua jalur adalah 11 meter, sedangkan untuk tikungan, dua jalur, lebar minimumnya

(34)

sebesar 19 meter. Sehingga untuk segmen B-C, C-D, D-E, E-F, dan F-G perlu dilakukan pelebaran jalan. Pada beberapa segmen juga ditemukan grade jalan di atas 10%, menurut Silvia Sukirman, grade jalan maksimum berkisar 8 % - 10 %. Cross slope yang disarankan yaitu memiliki beda tinggi sebesar 22 cm, karena menurut Silvia Sukirman, jalan produksi yang baik memiliki kemiringan melintang 40 mm/m. Sebelum dilakukan perbaikan jalan, waktu edar aktual alat angkut adalah 14,99 menit (dengan alat gali muat PC 400) dan 15,26 menit (dengan alat gali muat PC 300). Produksi alat angkut perhari 331,25 BCM/hari (dengan alat gali muat PC 400) dan 301,57 (dengan alat gali muat PC 300). Sehingga diperoleh kemampuan produksi untuk 18 unit alat angkut untuk untuk material overburden adalah 176.008,42 BCM/bulan.

Setelah dilakukan perbaikan jalan berupa pelebaran jalan pada segmen B-C, C-D, D-E, E-F, F-G, G-H, dan H-I. Kemudian menurunkan grade pada segmen A-B, B-C, C-D, D-E, E-F, diperoleh waktu edar teoritis alat angkut 9,69 menit (alat gali muat PC 400) dan 9,70 menit (alat gali muat PC 300). Didapat produktivitas teoritis perunit alat angkut sebesar 512,44 BCM/hari (alat gali muat PC 400) dan 502,37 BCM/hari (alat gali muat PC 300) sehingga terjadi peningkatan produksi menjadi 274.300,15 BCM/bulan. Terdapat peningkatan produksi sebesar 98.291,73 BCM/bulan atau terdapat peningkatan sebesar 56 % dan target produksi tercapai.

6. Wahyu Aryando, dkk. (2016).

Hasil dari perhitungan dan pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai Kombinasi alat yang ada saat ini di area pit 1 Banko Barat PT. Bukit Asam,Tbk yaitu: Unit alat muat (back hoe) Caterpillar 385C BK 77 dilayani oleh 4 unit alat angkut (dump truck) Caterpillar HD 773E dengan jarak rata-rata 1175 meter. 1 unit alat muat (back hoe) Caterpillar 385C BK 80 dilayani oleh 4 unit alat angkut (dump truck) Komatsu HD 773E dengan jarak rata-rata 1200 meter. Kombinasi antar alat muat dan alat angkut

(35)

di PT. Bukit Asam,Tbk menghasilkan tingkat produksi yang belum maksimal dengan efisiensi kerja yang tergolong kurang yaitu sebesar 62,17 %. Saat ini produksi kombinasi antara alat muat dan alat angkut untuk lapisan tanah penutup sebesar 259.616,7 BCM/bulan, sedangkan target produksi adalah 350.000 BCM/bulan. Upaya peningkatan produktivitas alat dapat dilakukan dengan cara mengurangi dan menghilangkan hambatanhambatan yang dapat dihindari sehingga efisiensi kerja rata-rata dapat meningkat dari 62,17 % menjadi 83,13 %. Produktivitas alat setelah peningkatan waktu kerja efektif menjadi 363.169,8 BCM/bulan sehingga target produksi tecapai. Produktivitas alat setelah peningkatan efisiensi kerja disertai penambahan curah muat sebanyak 8 kali adalah 484.785 BCM/bulan.

7. Ahkmad Rifandi, dkk. (2016).

Jarak penelitian adalah ±2,2 Km, terbagi menjadi 10 Segment. Lebar jalan angkut Secara teori lebar jalan angkut untuk 2 lajur menggunakan Dump TruckHino FM 320 TI pada jalan lurus adalah 8.592 m dengan lebar jalan yang ada di lapangan adalah 6,85 meter – 24,08 meter, sedangkan pada jalan tikungan sebesar 13,127 m dengan lebar jalan secara Actual adalah 8,54 m – 29,41 m. Berdasarkan pengamatan pada peta dan lapangan, jalan antara Segment- 1 s/d Segment-10 memiliki jari - jari tikungan sebesar 8,91 m – 16 m dan superelevasi dilapangan adalah 0,038 m - 0,21 m. Nilai Rimpull pada Gear-1 sebesar 5.209,3 kg dan tahanan gelinding (RR) dari roda kendaraan untuk menggerakkan kendaraan berat 20 ton adalah 400 kg, sedangkan kemampuan Dump Truck Hino FM 320 TI dalam mengatasi tanjakan (Grade Resistance) adalah segment - 2 yang harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan (GR) 9,7 % adalah sebesar 38,8 kg segment - 4/5 : harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan 9,8 % adalah sebesar 39,2 kg segment - 8 : harus diatasi oleh gaya dan mesin dengan berat kendaraan 20 ton pada kemiringan 11,6 % adalah

(36)

sebesar 46,6 kg. Daya dukung jalan yang di pakai yaitu Compact Sand - Clay Soils (tabel Daya Dukung Material) mampu menahan beban sebesar 29.294,57 Kg/m2. Pada saat ini beban yang diterima permukaan jalan sebesar 14.061,39 Kg/m2. Secara teknis dan matematis permukaan jalan angkut batubara cukup kuat untuk menerima beban yang ditimbulkan alat angkut yang melintasinya.

8. Ardyan Febrianto, dkk. (2016).

Sasaran produksi Pit RPM dengan peningkatan nilai stripping ratio adalah 515 BCM/jam. Produksi total dengan tiga fleet saat ini yang terdiri atas satu unit alat gali-muat backhoe Doosan S 500LC-V Giant dan tiga unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet pertama, satu unit alat gali-muat backhoe Doosan S 500LC-V Giant dan empat unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet kedua, satu unit alat gali-muat backhoe Doosan S 500LC-V Giant dan tiga unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet ketiga pada saat ini adalah sebesar 385,00 BCM/jam, sehingga produksi pengupasan pada saat ini belum mencapai sasaran produksi sebesar 515 BCM/jam. Faktor teknis yang mempengaruhi produksi fleet adalah kondisi kerja yang mempengaruhi produksi terdiri atas kondisi jalan angkut dan kondisi area pemuatan. Segmen jalan C, I, K, M, P, Q, R, T, U, V, W belum memenuhi standar minimum lebar jalan yaitu 15 meter pada tikungan dan 10 meter pada jalan lurus serta grade jalan maksimal yang diijinkan 15 %. Lebar area pemuatan di loading point 2 dan loading point 3 kurang dari standar minimum lebar area pemuatan standar yaitu 20 m. Volume penggalian serta pemuatan yang belum optimal dengan jumlah curah mangkuk backhoe saat ini berjumlah empat curah yang dapat ditambah hingga lima curah pada loading point satu dan loading point dua dan masih dapat diatasi baik volume ataupun tonase oleh dump truck. Efisiensi operasi yang terdiri atas kesediaan dan penggunaan alat. Efisiensi operasi unit backhoe pada fleet pertama dan kedua

(37)

serta unit dump truck pada fleet kedua dan ketiga belum mencapai standar minimum operasi yang baik yaitu sebesar 85 %. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya hambatan kerja mekanis dan operasi. d. Keserasian kerja alat di loading point satu dan loading point tiga rendah dengan nilai masingmasing 0,64 dan 0,68 yang menyebabkan faktor kerja alat di bawah 80 % dan waktu tunggu di atas 60 detik. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya jumlah alat angkut.

Rekomendasi peningkatan produksi:

a. Perbaikan lebar dan grade jalan angkut yang belum memenuhi standar minimum serta perbaikan lebar area pemuatan sesuai standar minimum.

b. Penambahan jumlah curah pada material claystone di loading point satu dan loading point dua dari empat curah menjadi lima curah.

c. Pengurangan hambatan kerja mekanis sebesar 50 % pada hambatan yang memiliki hambatan mekanis lebih dari 300 menit, pengaturan waktu pemanasan dan pendinginan masing-masing maksimal lima menit per shift untuk mengurangi hambatan operasi.

d. Penambahan satu unit alat angkut masingmasing pada fleet pertama dan fleet ketiga untuk meningkatkan keserasian kerja.

Produksi fleet total dengan tiga fleet rencana yang terdiri atas satu unit alat gali-muat backhoe Doosan S 500LC-V Giant dan empat unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet pertama, satu unit alat galimuat backhoe Doosan S 500LC-V Giant dan empat unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet kedua, satu unit alat gali-muat backhoe Doosan S 500LC- V Giant dan empat unit alat angkut dump truck Hino 700ZS 4141 di fleet ketiga yang dihasilkan adalah sebesar 520,38 BCM/jam dan mencapai sasaran produksi yang diinginkan sebesar 515 BCM/jam. Saran Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah Peningkatan pengawasan terhadap pekerjaan penggalian, pemuatan, pengangkutan dan

(38)

penimbunan diperlukan agar produksi pengupasan overburden berjalan sesuai dengan rencana dan pengadaan pelatihan untuk operator dan driver yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan di lapangan. Pengadaan standar prosedur untuk operasi pengupasan sehingga pekerjaan pengupasan memiliki acuan kerja.

10. Genta Dwi Pramana, dkk. (2016). Berdasarkan uraian dan perhitungan dari bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai target produksi pengupasan overburden pada saat penelitian yang ditetapkan yaitu sebesar 150.000 BCM. Akan tetapi pada saat penelitian, kemampuan produksi untuk kombinasi 1 unit Volvo EC460BLC dengan 4 unit ADT Volvo A40F adalah sebesar 119.852,791 BCM, sehingga masih terdapat kekurangan produksi sebesar 30.147,209 BCM. Kekurangan produksi pengupasan overburden disebabkan oleh kekuatan yang dimiliki oleh permukaan jalan sebesar 10.000 lb/ft2, sehingga permukaan jalan menjadi bergelombang yang mengakibatkan kerja dari alat angkut menjadi tidak optimal. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan produksi dari kombinasi alat antara lain:

a. Alternatif I yaitu melakukan perbaikan waktu edar, kemampuan produksi kombinasi alat mekanis pada pengupasan overburden menjadi sebesar 135.850,699 BCM/bulan.

b. Alternatif II yaitu melakukan peningkatan terhadap waktu kerja efektif, kemampuan produksi kombinasi alat mekanis pada pengupasan overburden menjadi sebesar 132.694,296 BCM/bulan.

c. Alternatif III yaitu melakukan perbaikan waktu edar dan melakukan peningkatan terhadap waktu kerja efektif, kemampuan produksi kombinasi alat mekanis pada pengupasan overburden menjadi sebesar 150.015,943 BCM/bulan. Pemilihan alternatif yang direkomendasikan adalah alternatif III, karena dengan alternatif ini target produksi pengupasan overburden sebesar 150.000 BCM/bulan dapat tercapai.

(39)

Gambar 2.7.

Kerangka Konseptual a. Belum tercapainya

target produksi sebanyak 5000 ton/bulan pada PT.Miyor Pratama

Coal.

b. Kemiringan jalan yang kurang maksimal.

c. Operator mengalami kesulitan melalui tanjakan.

d. Manuver alat angkut

bermasalah.

.

Membandingka n kondisi jalan aktual

dilapangan dengan kondisi jalan yang dipersyaratkan .

Data

Sebagai evaluasi bagi perusahaan agar bisa mencapai target yang ditentukan.

Masalah Solusi Hasil

Analisa

a.Data primer

Menentukan data ukuran jalan dan membagi jalan beberapa segment serta mengamati:

1. Lebar jalan lurus 2. Lebar jalan tikungan .3. Jari-jari tikungan 4. Super elevasi 5. Grade jalan

b. Data skunder 1. Peta kesampaian daerah.

2. Peta Tofografi.

4. Data Kualitas Batubara PT. Miyor Pratama Coal.

5. Spesifikasi alat

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel dan data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, serta teknis pengolahan dan analisa data.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan (applied research).

Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan segera untuk keperluan tertentu. Menurut Sugiono (2009 : 10 - 11), penelitian terapan ini digolongkan dalam penggolongan menurut tujuan.

Pada penelitian ini akan membandingkan profil jalan lurus, jalan tikungan, Grade, dan Superelevasi yang di persyaratkan dengan realisasi di lapangan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat penelitian

PT. Miyor Pratama Coal terletak di Desa Kumanis atas, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Miyor Pratama Coal.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pra Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 September 2016 sampai dengan 14 Oktober 2016. Adapun jadwal penelitian seperti pada tabel berikut:

(41)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7

1 Studi literatur 2 Observasi lapangan 3 Seminar proposal 4 Pengambilan data 5 Pengolaha data

6 Penyusunan tugas akhir 7 Seminar hasil

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah geometri jalan produksi PT. Miyor Pratama Coal.

3.4. Data dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang penulis peroleh langsung dari lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus, lebar jalan tikungan, superelevasi dan grade.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis dari studi literature PT. Miyor Pratama Coal, untuk mendukung data-data penelitian seperti peralatan tambang, data spesifikasi alat angkut, data pendukung geometri jalan angkut tambang, sejarah perusahaan, deskripsi perusahaan dan data pendukung lainnya.

3.4.1. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung, arsip-arsip dan dokumentasi dari PT. Miyor Pratama Coal dan studi kepustakaan serta wawancara.

(42)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data di lakukan dengan dua cara yaitu:

3.5.1. Studi lapangan

Yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan/tempat kerja, maupun dengan wawancara.

3.5.2. Studi pustaka

Yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam pemecahan masalah.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dilapangan berupa: Segmen jalan, Lebar jalan, dan grade kemiringan jalan, serta kecepatan rata-rata tiap jenis dump truck. Segment jalan angkut produksi dibagi menjadi beberapa segment pada jalur bermuatan dengan jarak lebih kurang 1,280 km.

Ditambah jalur antara front penggalian ke titik awal pengamatan dan segmen dumping area yang merupakan titik akhir pengamatan ke tempat pembuangan. Pada jaklur korsong dibagi beberapa segment, dan jarak kurang lebih 1,290 km.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisa kebutuhan rimpull berdasarkan pada metode perhitungan menurut partanto. Dimana yang menjadi parameter-parameter perhitungan adalah berat alat angkut, harga rolling resistance untuk kondisi jalan angkut yang menghubungkan front penggalian dan daerah pembuangan. Untuk kondisi jalan yang kurang terpelihara dan jalan angkut yang kondisinya terpelihara.

(43)

3.6.2. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah tahapan analisis data:

1. Pengukuran Lebar Jalan Lurus

Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada jalan lurus di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.

2. Pengukuran Lebar Jalan pada Tikungan

Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada tikungan di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.

3. Pengukuran Jari-jari Tikungan dan Superelevasi

Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai jari–jari tikungan pada jalan dan superelevasi pada tikungan menggunakan alat ukur manual berupa meteran dan dibantu dengan data sekunder yang peneliti peroleh dari peta topografi hasil pengukuran survey topografi yang di input ke dalam software datamine dibantu supervisor dan kemudian data pengukuran dianalisa berdasarkan teori.

4. Pengukuran Kemiringan Jalan (Grade)

Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai kemiringan jalan (grade) pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa meteran dan data jarak mendatar penulis peroleh dari datamine hasil pengukuran survey topografi oleh supervisor yang kemudian data hasil pengukuran ini dianalisa berdasarkan teori.

(44)

3.7. Kerangka Metodologi

Kerangka metodologi yang digunakan adalah seperti diperlihatkan pada gambar berikut:

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis jalan lebar jalan lurus yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal

2. Untuk menganalisis lebar jalan tikungan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal

3. Untuk menganalisis jari-jari tikungan, superelevasi dan Grade jalan yang diterapkan oleh PT. Miyor Pratama Coal

(Gambar 3.1) Kerangka Metodologi

Data primer 1. Lebar Jalan lurus minimal 8,5 m 2. Lebar Jalan Tikungan 10,5 m 3. Superelevasi 0,27 mm/m 4. Grade rata-rata 10 %

Identifikasi Masalah

1. Belum tercapainya target operasi produksi 5000 ton/bulan

2. Lebar jalan lurus belum maksimal dengan lebar actual 8.5 meter

3. Lebar jalan tikungan yang belun maksimal dengan lebar aktual 10.5 meter

4. Jari-jari tikungan yang belum maksimal dengan lebar actual 20.5 meter

Masukan dan Evaluasi perusahaan

Analisis Data

Membandingkan geometri jalan (lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, Superelevasi dan Grade ) secara teoritis dan aktual

Data Skunder

1. Peta kesampaian daerah.

2. Peta Tofografi . 3. Spesifikasi alat

4. Data kualitas Batubara PT. Miyor Pratama Coal KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN PRODUKSI FRONT

PENAMBANGAN TERHADAP OPTIMALISASI PRODUKSI DUMP TRUCK DI PT. MIYOR PRATAMA COAL

KEC TALAWI, KAB SAWAHLUNTO

Pengolahan Data

Menghitung lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, superlevasi dan Grade dengan dengan persamaan yaitu Partanto dan Yanto Indonesianto

(45)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian, yaitu secara berurutan tentang deskripsi data, pengolahan data, dan pembahasan.

4.1. Pengumpulan Data

Untuk melakukan pengolahan data yang disajikan, tentunya perlu terlebih dahulu dikumpulkan data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian, data yang dikumpulkan tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder,

4.2. Pengolahan Data

Pada pengolahan data, ada beberapa topik yang akan dibahas, pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus-rumus beserta langkah- langkah tahapan pengolahan data. Data yang diperoleh dilapangan berupa: Segmen jalan, Lebar jalan, dan grade kemiringan jalan, serta kecepatan rata-rata tiap jenis dump truck. Segment jalan angkut produksi dibagi menjadi beberapa segment pada jalur bermuatan dengan jarak lebih kurang 1,280 km.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisa kebutuhan rimpull berdasarkan pada metode perhitungan menurut partanto. Dimana yang menjadi parameter-parameter perhitungan adalah berat alat angkut, harga rolling resistance untuk kondisi jalan angkut yang menghubungkan front penggalian dan daerah pembuangan. Untuk kondisi jalan yang kurang terpelihara dan jalan angkut yang kondisinya terpelihara.

4.2.1. Perhitungan Geometri Jalan Produksi

Untuk memberikan keleluasaan pada alat angkut dalam pekerjaannya mengangkut overburden dari front penambangan ke dumpingarea, dapat dipengaruhi oleh angkut itu sendiri.Agar alat dapat bergerak dengan leluasa maka perlu mengetahui panjang jalan agkut

(46)

(1,280 meter), lebar jalan angkut, kemiringan jalan angkut itu sendiri dengan cara sebagai berikut:

1. Lebar Jalan

Berdasarkan landasan teori yang ada maka, lebar jalan angkut itu terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Lebar jalan angkut lurus

Berdasarkan spesifikasi alat angkut (lampiran G) yang akan digunakan pada kegiatan operasi produksi di PT. Miyor Pratama Coal adalah Nissan CWM 330 PS, yang mempunyai ukuran lebar 2,49 meter, jumlah jalur yang akan digunakan adalah 2 jalur, maka lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

L min = n.Wt + (n+1)(1/2.Wt)

= 2 x 2,49 + (2 + 1) (0,5 x 2,49)

= 9,93 meter.

b. Lebar jalan angkut pada belokan

Untuk menghitung lebar jalan angkut pada belokan tentu pertama sekali kita mengetahui besaran angka dari spesifikasi alat yang akan digunakan. Dimana berdasarkan spesifikasi alat (lampiran G) yang digunakan lebar juntai roda depan, belakang (fa dan Fb),dan sudut penyimpang dari roda dump truck yang akan digunakan. maka pertama sekali kita harus menghitung nilai dan besaran dari juntai roda depan, belakang (Fa dan Fb), dan sudut penyimpangan roda tersebut.

Untuk menghitung (Fa dan Fb) begitu juga dengan sudut penyimpang roda, kita harus mengetahui terlebih dahulu Jarak poros roda depan dengan bagaian depan truck (Ad) dan Jarak poros roda belakang dengan bagaian depan belakang (Ab), Turning radius, Jarak antar AS roda

Gambar

Gambar 2.5. Perhitungan kemiringan jalan  2.2. Kerangka Konseptual
Gambar 2.7.  Kerangka Konseptual a.  Belum  tercapainya target produksi sebanyak 5000 ton/bulan pada PT.Miyor  Pratama Coal
Tabel 5.1 Lebar Jalan lurus
Tabel 5.2 Lebar Jalan Tikungan
+4

Referensi

Dokumen terkait

dengan kondisi kemiringan jalan angkut yang masih dalam keadaan belum memenuhi standar suatu tanjakan, maka diperlukan suatu rancangan geometri jalan angkut untuk

Dalam Cours de Linguistik Generale yang diterbitkan oleh murid-muridnya (1916) setelah De Saussure meninggal, diuraikan dengan panjang-lebar bahwa bahasa adalah sistem tanda;

Kebutuhan air semakin meningkat, maka air dari sisi ketersediaan perlu dikelola serta diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga air dapat dimanfaatkan dan

Bagian-bagian permukaan tubuh yang diukur yaitu (Gambar 3) (1) lingkar dada (Li_Da), diukur melingkar tepat di belakang scapula, dengan menggunakan pita ukur dalam cm; (2) lebar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji lanjut Contras Orthogonal antara ransum kontrol dibandingkan ransum yang ditambahkan minyak ikan lemuru menunjukkan pengaruh yang sangat

Maka dengan itu diharapkan BPR mampu memberikan kontribusi yang tepat bagi pelangga nnya agar tetap loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh BPR, oleh karena itu pelayanan

Dapat disimpulkan bahwa varibel kepedulian lingkungan, pengetahuan mengenai perikanan berkelanjutan, pengetahuan subjektif perikanan berkelanjutan serta keinofativam bersama

Hasil penelitian didapatkan lebar jalan lurus 8,575 m, lebar jalan tikungan 13,120 m, kemiringan jalan (grade) 10% dan 16% kemiringan melintang (cross slope) 14,8 cm dan