SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI
Oleh:
ROMY MULYADI
TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG
2017
MANDIANGIN, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Oleh:
Romy Mulyadi 1310024427103
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI ( STTIND ) PADANG
2017
i
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Rancangan Teknis dan Perhitungan Biaya Reklamasi Lahan Bekas Penambangan (Inpit Dump) Blok B PT. Minemex Indonesia, Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi”
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua penulis yang selalu memberikan do‟a dan motivasi baik moril maupun materil.
2. Bapak Riko Ervil, M.T. selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
3. Bapak Maulana, S.H. selaku HRD&GA PT. Minemex Indonesia.
4. Bapak Afriko, S.T. selaku Kepala Teknik Tambang PT. Minemex Indonesia.
ii Akhir.
7. Bapak Ahmad Fauzi Pohan,S.Pd., M.Sc. Selaku Pembimbing II Penyusunan Tugas Akhir.
8. Bapak Dr.Murad,MS.,M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
9. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
10. Semua karyawan di PT. Minemex Indonesia.
11. Teman-teman Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Padang, Oktober 2017
(Penulis)
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Gambar ... vi
Daftar Tabel ... vii
Daftar Lampiran ... viii
Abstak... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Rumusan Masalah ... 3
1.5 Tujuan Penelitian ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 3
1.7 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 7
2.1.1 sistem penambangan ... 7
2.1.2 aktivitas dasar penambangan ... 8
2.1.3 Reklamasi ... 11
iv
2.1.5 Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi ... 23
2.1.6 Perhitungan Jaminan Reklamasi ... 24
2.1.6.1 Biaya Langsung ... 24
2.1.6.2 Biaya Tidak Langsung ... 25
2.1.7 Perencanaan Lokasi yang Akan di reklamasi ... 25
2.1.7.1 Pengaturan Permukaan Lahan ... 26
2.1.7.2 Pengendalian Erosi... 26
2.1.7.3 Penebaran Tanah Pucuk ... 27
2.1.7.4 Pemilihan Jenis Tanaman ... 28
2.1.7.5 Rencana Penyedian Bibit dan Pemupukan ... 29
2.1.7.6 Perhitungan Jumlah Tanaman Yang Akan Diatanam ... . 30
2.1.7.7 Rencana Pembuatan lubang dan jarak tanam ... 30
2.1.7.8 Rencana Penanaman Tanah Penutup ... 31
2.1.7.9 Rencana Penyulaman Dan Penyiangan ... 32
2.1.7.10 Pencegahan dan Penanggulangan AAT ... 33
2.1.7.11 Pekerjaan Sipil Yang Ada Dilokasi... ... 34
2.2 Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
3.2.1 Tempat Penelitian... 36
v
3.2.2. Waktu Penelitian ... 43
3.3 Variabel Penelitian ... 43
3.4 Data dan Sumber Data ... 43
3.4.1 Data Yang Dibutuhkan ... 43
3.4.2 Sumber Data ... 44
3.5 Teknik Pengambilan Data ... 44
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 44
3.6.1 Revegetasi ... 45
3.6.2 Biaya Langsung ... 45
3.6.2.1 Biaya Penataan Guna Lahan ... 45
3.6.2.2 Biaya Revegetasi ... 50
3.6.2.3 Biaya Pencegahan dan Penaggulangan AAT ... 54
3.6.2.4 Biaya Pekerjaan Sipil ... 54
3.6.3 Komponen Biaya Langsung ... 54
3.6.4 Biaya Tidak Langsung ... 54
3.7 Kerangka Metodologi ... 55
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data ... 58
4.1.1 Data Primer ... 58
4.1.2 Data Sekunder ... 58
vi
4.2.3 Perhitungan kebutuhan Alat ... 65
4.2.4 Revegetasi ... 78
4.2.3 Biaya Pencegahan AAT ... 85
4.2.3 Biaya Pekerjaan Sipil Sesuai Peruntukan lahan pasca tambang ... 85
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 5.1 Rancangan Teknis Reklamasi pada Inpit Dump... ... 86
5.2 Hasil Perhitungan Biaya Penataan Lahan ... 89
5.3 Biaya Tidak Langsung ... 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 93
6.2 Saran... ... 94
DAFTAR PUSTAKA... 96
Lampiran... 99
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bibit Sengon ... 29
Gambar 2.2 Nursery Area PT. Minemex Indonesia ... 30
Gambar 2.3 Kegiatan Pengajiran ... 31
Gambar 2.4 Tanaman LCC di Nursery Area ... 32
Gambar 2.5 Kegiatan Penyulaman dan Penyiangan ... 32
Gambar 2.6 Penetralan AAT ... 33
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual ... 35
Gambar 3.1 Peta IUP Operasi Produksi PT Minemex Indonesia ... 37
Gambar 3.2 Stratigrafi PT Minemex Indonesia ... 41
Gambar 4.1 Situasi Penelitian Penelitian Blok B PT Minemex Indonesia . 60
Gambar 4.2 Luas Area Timbunan ... 61
Gambar 4.3 Input Skala Peta Pada Digital Planimeter ... 62
Gambar 4.4 Luas Pengukuran Inpit Dump Blok B PT.MMI ... 63
Gambar 4.5 Lokasi Bukaan Kebutuhan Overburden ... 64
Gambar 5.1 Rancangan Teknis Reklamasi Inpit Dump Blok B PT MMI .. 88
Gambar 5.2 Rona Akhir Reklamasi Inpit Dump Blok B PT MMI ... 89
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Reklamasi Pada Pit B PT Minemex Indonesia 2017... 26
Tabel 3.1 Daftar Koordinat IUP Eksploitasi PT Minemex Indonesia...38
Tabel 3.2 Grafik Curah Hujan...42
Tabel 3.3 Faktor Koreksi (S) Unutk kedalaman dan Sudut Putar...46
Tabel 3.4 BFF (Faktor Koreksi) Untuk Alat Gali...47
Tabel 4.1 Harga Sewa dan Jenis Alat Yang Digunakan ... 58
Tabel 4.2 Rencana Reklamasi Pada Pit B PT Minemex Indonesia 2017...59
Tabel 4.3 Analisa Perhitungan Pada Material Overburden...77
Tabel 4.4 Analisa Perhitungan Pada Material Top Soil...78
Tabel 4.5 Perhitungan Kebutuhan Pupuk...83
Tabel 5.1 Rincian Biaya Langsung... 90
Tabel 5.2 Biaya Tidak Langsung...91
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi ... 99
Lampiran 2. Cycle Time Alat Gali Muat dan Perataan... 100
Lampiran 3. Swell Factor... 109
Lampiran 4. Spesifikasi alat yang digunakan untuk reklamasi ... 110
Lampiran 5 Jadwal Kerja... 116
Lampiran 6. Rincian Biaya...……... 117
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan... 121
x
Nama : Romy Mulyadi NPM :1310024427103
Pembimbing 1 : Rusnoviandi, S.T., M.M
Pembimbing 2 : Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc
RINGKASAN
Kegiatan yang berkaitan dengan penambangan biasanya identik dengan kerusakan lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, oleh karena itu perlu dilakukannya kegiatan reklamasi dimana suatu kegiatan penataaan lahan untuk mengembalikan lahan bukaan tambang agar dapat digunakan kembali sesuai dengan peruntukannya. Setiap perusahaan wajib menyediakan dana jaminan reklamasi pada saat mengajukan permohonan IUP operasi produksi perihal tersebut tertuang PP No. 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan/Pascatambang dan Permen ESDM 07 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Oleh karena itu perlu perencanaan yang baik dan sempurna agar keberhasilan reklamasi dapat terwujud.
Rencana reklamasi yang akan dilakukan yaitu berada di inpit dump blok B PT Minemex Indonesia dengan luas lahan yang telah dilakukan evaluasi pengukuran pada alat ukur digital planimeter KP-90N yaitu seluas 3,8813 hektar ditanami menggunakan tanaman sengon, kegiatan reklamasi yang akan dilaksanakan yaitu mulai dari penataan lahan hingga revegetasi. Dari tahapan- tahapan kegiatan reklamasi tersebut dapat ditentukan biaya langsung dan biaya tidak langsungnya.
Berdasarkan rancangan teknis kegiatan reklamasi pada inpit dump Blok B PT Minemex Indonesia yang diantaranya adalah kegiatan penataan guna lahan meliputi (penanganan material overburden dan penanganan material top soil) serta kegiatan revegetasi meliputi (penebaran LCC, Pengajiran, penggalian lubang tanam, penyediaan bibit dan pemupukan/perawatan). dari rancangan teknis kegiatan tersebut diperoleh biaya langsung dan tidak langsung, dimana biaya langsung diperoleh dari kegiatan meliputi biaya penataan guna lahan sebesar Rp4.829.341.850,00,- biaya revegetasi sebesar Rp 65.887.000,00,- serta biaya tidak langsung yang diperoleh dari persen biaya langsung yaitu sebesar Rp.954.553.770 maka total biaya keseluruhan reklamasi pada inpit dump Blok B PT Minemex Indonesia adalah sebesar Rp 5.849.701.311,00,-.
Kata kunci: Rancangan reklamasi, biaya, inpit dump
xi Name : Romy Mulyadi NPM : 1310024427103
Preceptor 1 : Rusnoviandi, S.T., M.M
Preceptor 2 : Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd., M.Sc ABSTRACT
Activities related to mining are usually identical with environmental damage if not managed properly, therefore it is necessary to carry out reclamation activities in which a land registration activity to restore mine clearing land to be reusable in accordance with its designation. Each company is required to provide reclamation guarantee fund when applying for IUP of production operation concerning PP. 78 of 2010 on reclamation and / post and mining and Energy and Mineral Resources 07 year 2014 on the implementation of reclamation post and mining on mineral and coal mining business activities. Therefore it is necessary to have good and perfect planning so that the success of reclamation can be realized.
The reclamation plan that will be done is located in the inpit dump block B of PT Minemex Indonesia with the size of the land that has been evaluated measurement on digital measuring instrumentimeter KP-90N that is 3.8813 hectares planted using sengon plant, reclamation activity to be carried out starting from land management until revegetation. From the stages of reclamation activities can be determined direct costs and indirect costs.
Based on the technical design of reclamation activities in In pit dump in Block B of PT Minemex Indonesia, among others, land covering activities covering (overburden material handling and top soil material handling) and revegetation activities include (LCC stocking, Pengajiran, excavation of planting holes, provision of seeds and fertilization / care). from the technical design of these activities are obtained direct and indirect costs, where the direct costs obtained from activities include the cost of land management amounting to Rp 4,829,341,850.00,- revegetation fee of Rp 65,887,000.00,- and the indirect costs obtained of the direct cost of Rp 954.553.770,- the total cost of reclamation in pit dump Block B of PT Minemex Indonesia amounted to Rp 5,849,701,311.00,- Keywords: Reclamation design, cost, in pit dump
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Segala aktivitas manusia dalam mengelola sumberdaya alam memiliki dampak positif langsung terhadap ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan serta kesejahteraan hidup manusia yang diperoleh dari alam. Namun hal lain yang sering timbul secara bersamaan atau yang dapat muncul dikemudian hari adalah dampak negatif terhadap pemanfaatan alam.
Kemampuan manusia yang semakin maju berdasarkan perkembangan zaman dalam mengeksploitasi alam bukan mustahil menyebabkan terjadinya kerusakan alam, apalagi secara besar-besaran. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dibidang pertambangan. Kegiatan yang berkaitan dengan penambangan biasanya identik dengan kerusakan lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, oleh karena itu perlu dilakukannya kegiatan reklamasi dimana suatu kegiatan penataaan lahan untuk mengembalikan lahan bukaan tambang kembali agar dapat digunakan kembali sesuai dengan peruntukannya.
Didalam UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dinyatakan bahwa “Setiap pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi dan Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang.”
Kewajiban pemegang IUP, baik itu IUP Eksplorasi maupun IUP Operasi Produksi untuk melakukan reklamasi tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.
78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan/Pascatambang dan Permen ESDM 07 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.
Area inpit dump Blok B PT Minemex merupakan area bekas penambangan yang masih berupa lubang bukaan. Dalam perencanaannya Area ini akan direklamasi dengan melakukan revegetasi seluas 4 Ha. Inpit Dump Blok B ini merupakan bagian dari Pit penambangan pada Blok B. Sebagian lahan pada Area Penambangan Blok B telah mengalami kegiatan revegetasi dan terjadi gagal tanam yang akan dilanjutkan dengan kegiatan penyulaman di mana lahan tersebut berada pada outpit dump penambangan Blok B PT. Minemex Indonesia. Luasan area outpit dump penambangan Blok B yang akan dilakukan kegiatan reklamasi seluas 24 Ha, dimana yang mengalami gagal tanam seluas 22,6 Ha dan akan dilanjutkan dengan kegiatan penyulaman, dan untuk penanaman baru seluas 1,4 Ha. sehingga luasan keseluruhan untuk revegetasi seluas 28 Ha.
Perencanaan reklamasi dengan revegetasi haruslah mempunyai perencanaan yang baik, termasuk dalam hal pembiayaan. Dari tahap-tahap kegiatan reklamasi menurut Subrata, dkk (2016), dalam analisis perhitungan biaya teknis reklamasi dapat dihitung biaya langsung maupun biaya tidak langsungnya. pada area inpit dump Blok B. PT. Minemex Indonesia belum mempunyai perencanaan yang baik dan sempurna serta masih dalam bentuk lubang bukaan.
Lahan bekas tambang yang masih dalam bentuk lubang bukaan yang akan dilakukan kegiatan reklamasi terlebih dahulu harus ditutupi dengan top soil sebelum dilakukan kegiatan revegetasi. Menurut Sujiman (2016), dengan melakukan kajian teknis upaya keberhasilan revegetasi maka akan diketahui tahapan pelaksanaan revegetasi lahan bekas tambang, pemilihan jenis tanaman, dan parameter tingkat keberhasilan revegetasi maka dari itu dibutuhkan perencanaan yang sangat sempurna. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang “Rancangan Teknis dan Perhitungan Biaya Reklamasi Lahan Bekas Penambangan (Inpit Dump) Blok B PT. Minemex Indonesia, Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adanya dampak negatif yang muncul dikemudian hari dari pemanfaatan sumber daya alam yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan.
2. Outpit dump penambangan blok B yang telah dilakukan kegiatan revegetasi mengalami gagal tanam
3. Inpit Dump blok B PT. Minemex Indonesia masih dalam bentuk lubang bukaan dan harus segera dilakukan penimbunan dengan luas area 4 Ha.
4. Belum adanya perhitungan biaya pada perencanaan reklamasi pada inpit dump tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Ini dilakukan agar penelitian terstruktur dengan baik, pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada:
1. Pelaksanaan penelitian ini dibatasi hanya pada kegiatan reklamasi/penataan lahan penanaman baru yang dilakukan pada inpit dump blok B PT.
Minemex Indonesia.
2. Perencanaan reklamasi, mulai dari penataan lahan hingga revegetasi pada inpit dump blok B PT. Minemex Indonesia.
3. Penelitian hanya dibatasi pada rancangan teknis dan perhitungan biaya rencana reklamasi tahun 2017 pada inpit dump blok B PT. Minemex Indonesia
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:
1. Bagaimana rancangan teknis perencanaan kegiatan reklamasi pada inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia?
2. Berapa total biaya pada rencana kegiatan reklamasi di inpit dump Blok B PT.
Minemex Indonesia?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:
1. Untuk merancang teknis kegiatan tahapan reklamasi mulai dari penataan lahan hingga revegetasi pada inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia.
2. Untuk menentukan total biaya dari kegiatan rencana reklamasi pada inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan maupun bagi peneliti. Berikut manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:
1. Bagi peneliti.
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke dalam bentuk penelitian, dan menambah wawasan peneliti di bidang pertambangan khususnya mengetahui rangkaian kegiatan reklamasi lahan bekas tambang.
2. Bagi perusahaan.
Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi PT. Minemex Indonesia dalam penerapan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang serta bermanfaat sebagai input (masukan) bagi perusahaan dalam merencanakan kegiatan teknis reklamasi pada daerah timbunan inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia.
3. Bagi STTIND Padang
Penelitian ini bisa dijadikan referensi dan pedoman untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang melakukan penelitian tentang perencanaan kegiatan reklamasi, tentang pentingnya kegiatan ini di perusahaan pertambangan.
2.1.1 Sistem Penambangan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (Undang Undang No. 4 Tahun 2009).
Irwandy Arif (2000 : III-1) secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Sistem Tambang Terbuka (Surface mining)
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar Irwandy Arif (2000 : III-4). Beberapa jenis metoda tambang terbuka yaitu sebagai berikut:
a. Open pit/open cast/open cut/open mine b. Quarry
c. Stripe mine d. Aluvial mine
2. Sistem Tambang Bawah Tanah (Underground mining)
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di bawah permukaan bumi dan tempat kerjanya
7
tidak berhubungan langsung dengan permukaan, metoda tambang bawah tanah yaitu sebagai berikut:
a. Room and pillar.
b. Sublevel stoping.
c. Longwall.
d. Block caving.
3. Tambang Bawah Air
Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di bawah permukaan air atau endapan bahan galian atau mineral berharga yang terletak di bawah permukaan air.
Untuk pemilihan metode penambangan yang cocok untuk perancangan penambangan, dipilih berdasarkan pada metoda yang dapat memberikan keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman atau dangkal tidaknya letak endapan bahan galian , serta perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.
Pemilihan berdasarkan keuntungan perlu dilakukan karena industri pertambangan dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko tinggi, sedangkan mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat diperbaharui (non renewable resources).
2.1.2 Aktivitas Dasar Penambangan
Secara garis besar, Aktivitas yang dilaksanakan pada persiapan sampai dengan penambangan PT. Minemex Indonesia terdiri atas beberapa bagian : 1. Pembabatan (clearing)
Yang dimaksud dengan pembabatan adalah pembersihan daerah yang akan ditambang dari semak-semak, pepohonan, tanah maupun bongkahan-bongkahan batu yang menghalangi pekerjaan selanjutnya.
2. Pengupasan Tanah Penutup (stripping)
Pengupasan tanah penutup dimaksudkan untuk membuang tanah penutup (overburden) agar endapan bahan galiannya terkupas dan mudah ditambang.
3. Pembongkaran atau Pemberaian (Breaking/ Loosening)
Pembongkaran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk membebaskan bahan galian dari endapan induknya. Untuk melakukan pembongkaran diperlukan alat-alat yang sesuai dan tepat untuk daerah yang akan dikerjakan. Pemilihan alat-alat tersebut tergantung pada faktor teknis dan ekonomis. Faktor teknis misalnya jenis, sifat fisik dan letak endapan sedang faktor ekonomis misalnya harga alat dan biaya perawatan alat tersebut. Alat gali non mekanis misalnya cangkul, linggis, balincong, sekop dan lain-lain. Serta alat-alat mekanis misalnya Power Scraper, Bulldozer, Bucket Whell Excavator, Hydroulic Shovel, dan lain-lain.
4. Pemuatan
Setelah pembongkaran dilakukan maka pekerjaan selanjutnya adalah pemuatan. Pengertian pemuatan di sini adalah serangkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan memuat material bahan galian ke dalam alat angkut atau ke suatu alat pengatur aliran material (hooper, bin, feeder dan sebagainya).
Alat-alat yang dipakai pada kegiatan pemuatan sangat bermacam-macam baik bentuk maupun cara kerjanya. Beberapa macam dari alat muat tersebut adalah Power Shovel, Dragline, Back Hoe, Clam Shell, Truck Loader, Wheel Loader, Bucket Whell Excavator, Hydrolic Shover atau bulldozer untuk kondisi tertentu.
5. Pengangkutan
Pengertian pengangkutan di sini adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut endapan bahan galian dari suatu operasi penambangan. Pengangkutan ini sangat mempengaruhi kegiatan penambangan, kadang-kadang untung atau rugi suatu perusahaan pertambangan terletak pada lancar atau tidaknya pengangkutan.
Beberapa macam alat angkut yang sering digunakan pada tambang terbuka adalah Dumptruck, Lori dan Lokomotif, Conveyors, Cable Way Transportation, Power Scraper, pipa dan pompa, tongkang dan kapal tunda, dan kapal curah.
6. Reklamasi
Kegiatan reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan sudah akan dilakukan pada saat kegiatan penambangan dilakukan, yang berakhir pada saat paska penambangan. Pada tahap penambangan kegiatan reklamasi dilakukan pada lahan bukaan yang di atasnya sudah tidak ada aktifitas penambangan yang kegiatannya dapat meliputi penataan lahan, pengaturan sistem penyaliran, dan penghijauan (revegetasi) dengan menanam berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan (produktif) yang sesuai dengan kondisi tanah dan berdasarkan kesepakatan dengan pemilik lahan.
2.1.3 Reklamasi
2.1.3.1 Pengertian Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya (Undang–
Undang No. 4 Tahun 2009). Dalam pengertian lain reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukan.
Adanya proyek penambangan akan mengakibatkan suatu dampak langsung maupun tidak langsung, dampak positif ataupun dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar lokasi penambangan tersebut. Segi positif biasanya memperoleh nilai (manfaat) sebaliknya dampak yang negatif dapat merugikan lingkungan itu. Dampak tersebut baik itu abiotik atau fisik (tanah, air dan udara), pengaruh biotik (flora dan fauna), serta pengaruh ekonomi dan sosial budaya.
Untuk mengatasi dampak lingkungan tersebut terutama dampak negatif sebelumnya dilakukan analisis, lalu digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk menangani dampak tersebut.
Dampak negatif yang dapat terjadi akibat aktifitas kegiatan penambangan pada tambang terbuka antara lain:
1. Perubahan morfologi, hal ini disebabkan oleh kegiatan penggalian/pembongkaran lapisan-lapisan yang menutupi endapan bahan galian itu sendiri.
2. Rusak atau terganggunya sistem aliran air alami, baik aliran permukaan maupun bawah permukaan. Hal ini bila dibiarkan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan lingkungan lebih jauh lagi, seperti longsoran, genangan/luapan air permukaan, pencemaran dan lain sebagainya.
3. Hilangnya kesuburan tanah.
Dampak negatif seperti yang tersebut di atas dapat ditanggulangi dengan segera merencanakan kegiatan pemulihan atau Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) yaitu usaha memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
Reklamasi dapat ditempuh dengan melalui berbagai tahapan, mulai dengan perbaikan kondisi tanah, pemilihan jenis tanaman, penanaman dan perawatan tanaman. Reklamasi yang dilakukan umumnya bertujuan untuk memperbaiki dan menata lahan telah selesai ditambang atau area bekas tambang (mine out area) yang berupa cekungan atau lubang-lubang pada permukaan, agar dapat mendekati kondisi semula diikuti persiapan untuk penanaman.
Material-material yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan reklamasi merupakan material-material yang dibongkar dalam kegiatan penambangan yaitu lapisan-lapisan yang menutupi endapan bahan galian. Material-material tersebut dapat berasal dari tambang itu sendiri atau dari tambang lain yang berada dalam satu lokasi.
Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan utama dalam reklamasi tambang meliputi:
a. Penentuan lokasi penimbunan overburden baik berupa batuan maupun tanah.
b. Pemuatan dan pengangkutan serta penimbunan overburden pada area bekas penambangan (mine out).
c. Pemuatan dan pengangkutan serta penebaran kembali lapisan tanah penutup.
d. Persiapan lahan untuk penanaman.
Selain kegiatan-kegiatan utama tersebut dilakukan juga kegiatan lainnya yang terkait langsung dengan reklamasi, yaitu:
1) Pemeliharaan lapisan tanah penutup agar dapat digunakan kembali pada saat reklamasi.
2) Pengaturan dan pengawasan air limpasan dari lokasi-lokasi penimbunan.
Tujuan utama dari penyimpanan lapisan topsoil adalah untuk mempermudah pemanfaatannya dalam reklamasi nantinya. Selain itu dilakukan juga pemeliharaan agar lapisan tanah penutup dapat terjaga kestabilan unsur-unsur yang terkandung didalamnya tidak hilang, sehingga kondisi yang layak masih dapat digunakan nantinya. Adanya usaha reklamasi ini diharapkan dapat memperkecil dampak yang merugikan terhadap lingkungan sebagai akibat kegiatan penambangan.
2.1.3.2 Tujuan Reklamasi
Adapun tujuan dari kegiatan reklamasi ini adalah agar terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya.
Selain itu jenis tanaman yang digunakan pada kegiatan revegetsi dipilih dengan memepertimbangkan jenis tanaman lokal setempat, dengan tujuan
untuk pemberdayaan masyarakat setempat baik secara individu maupun kolektif agar tingkat kehidupannya menjadi lebih baik.
Perencanaan reklamasi dan prosedur operasional yang baik selain dapat meminimalkan dampak-dampak yang merugikan oleh kegiatan penambangan, juga dapat mendukung effisiensi penggunaan alat, biaya produksi dan manajemen operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merencanakan reklamasi lahan bekas tambang adalh sebagai berikut : 1. Identifikasi Data Fisik Lahan
Data-data fisik lahan untuk kepentingan reklamasi lahan bekas tambang terdiri dari lapisan tanah pucuk, vegetasi, hidrogeologi dan bentuk lahan
2. Rencana Penggunaan Lahan
Para penambang berkewajiban untuk mengetahui dan memahami rencana peruntukan lahan dilokasi wilayah penambangan sesuai dengan dokumen lingkungan yang telah disusun sehinggaakan mempermudah proses perhitungan jaminan reklamasi yang akan disusun.
3. Batas Kedalaman Penggalian
Batas dalamnya penggalian adalah faktor yang penting yang harus ditaati oleh penambang, sehingga untuk menentukan kedalaman maksimal, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kedalaman muka air tanah, pola aliran permukaan setempat, kestabilan lereng, rencana peggunaan lahan masa datang.
4. Bentuk Akhir Lahan
Bentuk akhir lahan bekas penambangan harus sesuai dengan rencana penggunaan lahan yang telah disepakati, baik oleh Pemerintah Kabupaten,
penambang maupun pemilik lahan. Dengan tercapainya bentuk akhir lahan bekas penambangan yang sesuai dengan rencana, akan mempermudah pelaksanaan reklamasi.
5. Pengelolaan Lapisan Tanah Pucuk
Untuk lokasi pertambangan yang memiliki tanah penutup, perlu direncanakan pengelolaan yang tepat. Pengelolaan ini meliputi menggali, memindahkaan, mengamankan dan memanfaatkan kembali.
6. kriteria keberhasilan reklamasi (pasal 12 Permen Esdm 07 2014)
a. pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi tahap operasi produksi untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan.
b. Dalam hal umur tambang kurang dari 5 (lima) tahun, rencana reklamasi tahap operasi pruduksi disusun sesuai dengan umur tambang.
c. Rencana reklamasi tahap operasi produksi meliputi:
1) Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan tahap operasi produksi.
2) Rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap operasi produksi yang menyebabkan lahan terganggu.
3) Program reklamasi tahap operasi produksi.
4) Kriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhir.
5) Rencana biaya reklamasi tahap operasi produksi.
d. Program reklamasi tahap operasi produksi dapat dilaksanakan dalam bentuk revegetasi dan/atau peruntukan lainnya.
e. Peruntukan lainnya dapat berupa:
1) Area pemukiman.
2) Pariwisata.
3) Sumber air.
4) Area pembudidayaan.
f. Dalam hal pelakasanaan kegiatan penambangan secara teknis meninggalkan lubang bekas, maka wajib dibuat rencana pemanfaatan lubang bekas tambang meliputi:
1) Stabilisasi lereng.
2) Pengamanan lubang bekas tambang (void).
3) Pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lobang bekas tambang (void) sesuai dengan peruntukannya.
4) Pemeliharaan lubang bekas tambang (void).
g. Rencana biaya reklamasi tahap operasi produksi dihitung berdasarkan:
1) Biaya langsung terdiri atas:
a) Penataan guna lahan.
b) Revegetasi.
c) Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang.
d) Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pascatambang.
e) Pemanfaatan lubang bekas tambang (void).
2) Biaya tidak langsung, terdiri atas biaya:
a) Mobilisasi dan demobilisasi alat.
b) Perencanaan reklamasi.
c) Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana reklamasi tahap operasi produksi
d) Supervisi.
h. Rencana biaya reklamasi tahap operasi produksi harus menutup seluruh biaya pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi termasuk pelaksanaan reklamasi tahap operasi produksi yang dilakukan oleh pihak ketiga.
i. Penentuan biaya reklamasi tahap operasi produksi pada periode 5 (lima) tahun pertama dihitung berdasarkan rencana reklamasi tahap operasi produksi seluas lahan yang dibuka pada periode 5 (lima) tahun pertama untuk kegiatan operasi produksi.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
1. Onesimus Patiung, dkk (2011). Melakukan kajian Pengaruh Umur Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara Terhadap fungsi hidrologis dengan pengamatan pengambilan sampel tanah utuh menggunakan ring sampel ukuran diameter 5 cm dan tinggi 7 cm dan sampel tanah tidak utuh selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk menganalisis porositas,
bobot isi, permeabilitas dan tekstur tanah. Analisis statistik menunjukkan bobot isi (BI) tanah semua umur reklamasi pada kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm tidak berbeda nyata tetapi menunjukkan terjadinya penurunan bobot isi dan peningkatan porositas dan permeabilitas tanah pada berbagai umur reklamasi.
2. Yustino Honglawing, (2015). Melakukan kajian Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Dalam Upaya Reklamasi Berdasarkan Kaidah Good Mining Practice Pada PT. Anugrah Bara Kaltim Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur, dengan metode pengambilan sampel tanah dan air (analisa kimia, analisa fisik, dan analisa kualitas air) dari hasil analisis tersebut maka dapat disesuaikan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam pada lahan bekas tambang dengan mengacu pada hasil pH tanah yang didapat dilapangan yang memiliki nilai penghijauan, nilai produksi tinggi, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
3. Sabtanto Joko Suprapto, (2007). Melakukan penelitian dengan peninjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian.
Kegiatan yang dilakukan dengan peninjauan pemanfaatan lingkungan bekas kegiatan penambangan beberapa perusahaan pertambangan yang ada di indonesia. Diupayakan agar tidak ada bahan tambang ekonomis yang masih tertinggal, Hal ini terutama bahan galian yang potensial mengundang masyarakat atau PETI untuk memanfaatkannya, sehingga akan menggangu proses reklamasi.
4. Suprapto, (2011). Meneliti Aspek Hukum Tentang Reklamasi Pertambangan Batubara Studi Di Kecematan Satui Tanah, pemapaparan suatu keadaan yang didasarkan pada kenyaataan yang terjadi, kajian dilakukan dengan menggunakan bahan hukum yang berhubungan dengan masalah asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan terhadap perizinan pertambangan batubara mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Maka demikian Dalam rangka menjamin ketaatan perusahaan pertambangan untuk melakukan reklamasi sesuai dengan Rencana Reklamasi, perusahaan pertambangan wajib menyediakan Jaminan Reklamasi, yang besarnya sesuai dengan Rencana Biaya Reklamasi yang telah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur, maupun Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. Jaminan reklamasi dapat berbentuk deposito berjangka, bank garansi, asuransi, dan cadangan akuntansi (accounting reserve). Jaminan tersebut harus ditempatkan oleh Perusahaan Pertambangan sebelum Perusahaan tersebut memulai usaha produksi atau eksploitasi pertambangan.
5. Sujiman dan Muhammad Icwan, (2016). Melakukan kajian Teknis Upaya Keberhasilan Revegetasi Pada PT. Bara Kumala Sakti Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Metode yang digunakan adalah dimulai dari tahap kajian literatur, observasi lapangan, permasalahan (mengkaji upaya perusahaan dalam merevegetasi lahan pascatambang), tahap pengambilan data primer, tahap pengambilan data sekunder, akuisi data dan pengolahan data. Dari kegiatan tersebut diketahui jarak tanam,
sistem penanaman dengan pot, dan penilaian persentase keberhasilan tanaman/revegetasi.
6. Purwandaru widyasunu, dkk, (2010). Melakukan penelitian tentang kajian reklamasi lahan bekas penambangan batu dengan aplikasi pupuk organik dan mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (zea mays l.). Metode yang digunakan dengan cara pemberian pupuk organik dengan empat taraf dan MVA dengan tiga taraf. Dosis pemberian pupuk organik yang dicobakan meliputi: P 0 (0 t/ha), P 1 (5 t/ha), P 2 (10 t/ha), dan P 3 (20 t/ha). Dosis inokulasi MVA yang akan dicobakan meliputi: M 0 (0 g/tanaman), M 1 (7,5 g/tanaman), M 2 (15 g/tanaman).
Kedua jenis perlakuan tersebut diperlakukan secara faktorial sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan rancangan lingkungan diatur dengan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). Dengan melakukan metode penelitian diatas dapat diketahui kehandalan model reklamasi lahan bekas penambangan batu pasir dengan penggunaan akhir (enduse) menjadi lahan pertanian, efek dosis pupuk organik dan mikoriza (mandiri) serta kemungkinan interaksi keduanya yang terbaik dan efisien terhadap pH dan redoks tanah, kandungan hara N dan P pada daun, dan pertumbuhan produksi tanaman jagung pada lahan bekas penambangan batu pasir yang direklamasi.
7. Muhammad Buby Maretio, (2015). Melakukan penelitian tentang Perencanaan Reklamasi Pada Lahan Bekas Pertambangan Bauksit di PT Aneka Tambang Unit Bisnis Pertambangan bauksit Tayan, Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Metode yang dilakukan dalam reklamasi (metode dalam penimbunan yaitu high wall, metode dalam penataan tanah pucuk yaitu pot atau lubang tanam, metode dalam revegetasi yaitu tumpang sari). Hasil akhir yang diperoleh diantaranya 1.Sistem penataan tanah pucuk menggunakan sistem pot atau lubang tanam karena lebih efisien, karena dapat menghemat biaya dan kebutuhan tanah pucuk, yaitu sebanyak 1.686 m3 tanah pucuk dengan jumlah lubang tanam 13.488 buah. 2.Waktu yang diperlukan untuk menata tanah pucuk adalah 8 hari yang dipilih yaitu kombinasi alat berat dan tenaga manusia. kombinasi alat berat dan tenaga manusia lebih efektif karena dilakukan bersamaan sehingga memaksimalkan alat kerja yang ada 3. Pola penanaman dilakukan dengan metode tumpang sari, yaitu durian, rambutan, langsat dan cempedak serta tanaman penutup untuk menghasilkan lahan perkebunan yang bermanfaat bagi masyarakat serta menjaga tekstur maupun pengembalian kesuburan tanah yang baik dalam proses pengembalian kondisi lingkungan di area pertambangan bauksit.
8. Laksa Parascita, dkk (2015). Melakukan penelitian tentang rencana Reklamasi Pada Lahan Bekas Penambangan Tanah Liat Di Kuari Tlogowarupt. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban, Jawa Timur.
Metode penataan tanah pucuk dengan membuat tumpukan tanah (sistem guludan), membuat sistem lubang tanam (sistem pot) dan melakukan penelitian sifat kimia lapisan tanah pucuk. Maka demikian diketahui
penataan lubang bekas penambangan tanah liatdilakukan dengan cara di remodel menjadi kolam resapan dan kerambah ikan, untuk area reklamasi kebutuhan tanah pucuk dengan sistem pot dapat diketahui berapa volume tanah pucuk yang dibutuhkan dalam areal hektar dan jumlah tanaman yang dibutuhkan, serta perhitungan waktu pembuatan dan pengisian lubang.
9. Muslim Hamsah, (2008). Melakukan penelitian tentang rencana Reklamasi Dengan Penataan Lahan Pada Lahan Bekas Penambangan Tanah Liat di PT. Holcim Indonesia Tbk, Cilacap, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penataan lahan adalah diantaranya dasar perhitungan volume tanah pucuk pada timbunan, dasar perhitungan tanah pucuk pada sistem penataan lahan (sistem perataan tanah, sistem guludan, dan sistem pot). Dari beberapa metode diatas diperoleh beberapa hasil diantaranya jenis tanaman yang digunakan pada kegiatan reklamasi, jumlah tanah pucuk yang tersedia, sistem penataan yang digunakan, rencana pengembalian tanah penutup dan kebutuhan alat berat yang digunakan.
10. Subrata, dkk (2016). Melakukan penelitian tentang analisis Perhitungan Biaya Teknis Reklamasi Pada Penambangan Batubara di PT Andalas Bara Sejahtera Desa Merapi Kecamatan merapi barat, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatra Selatan. Kegiatan dari penelitian meliputi penentuan luas area yang akan direklamasi, perhitungan produksi dan kebutuhan serta lama pengerjaan suatu alat (Muat, Angkut, dan gali) seperti Excavator, Dump truck dan Buldozer, biaya Revegetasi, biaya penataan
lahan dan spreeding top soil dan terakhir didapatkan total biaya langsung dan tidak langsung.
2.1.5 Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi
Kebijakan-kebijakan mengenai reklamasi diatur dalam:
1. UU No. 04 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dijelaskan dalam pasal berikut:
a. Pasal 99
(1) Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
(2) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pascatambang
b. Pasal 100
Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan jaminan pasca tambang (2) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pascatambang dengan dana jaminan tersebut
c. Pasal 101
Ketentuan lebih lanjut mengenai reklamasi dan pascatambang serta dana jaminan reklamasi dan dana jamian pascatambang diatur dengan peraturan pemerintah.
2. Kepmen PE 1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Pertambangan Umum.
Pada pasal 6 Kepmen PE 1211.K/008/M.PE/1995 dijelaskan bahwa:
Pengusaha pertambangan wajib menyampaikan rencana tahunan pengelolaan lingkungan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi tambang dengan tembusan kepada Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang Wilayah yang memuat antara lain:
a. Rencana peruntukan lahan.
b. Teknik dan metode pengelolaan lingkungan.
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian tiap tahap reklamasi.
d. Luas lahan yang akan direklamasi.
e. Jenis tanaman yang akan ditanam.
f. Perkiraan biaya.
3. Permen ESDM No.07 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca Tambang.
2.1.6 Perhitungan Jaminan Reklamasi
Perhitungan jaminan reklamasi memuat rencana biaya yang diperlukan untuk mereklamasi lahan yang terganggu dirinci untuk setiap tahun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Perhitungan biaya reklamasi terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung (Peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2008).
2.1.6.1 Biaya Langsung
Biaya Langsung adalah uraian mengenai biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya reklamasi yang meliputi:
7. Penataan kegunaan lahan.
8. Revegetasi.
9. Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang.
10. Biaya pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang.
2.1.6.2 Biaya Tidak Langsung
Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan, yang ditentukan sebagai berikut:
1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan.
2. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2 % - 10 % dan biaya langsung.
3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3 % - 14 % dari biaya langsung.
4. Biaya supervisi sebesar 2 % - 7 % dari biaya langsung.
Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah atau Dollar Amerika Serikat.
2.1.6 Perencanaan Lokasi yang Akan di Reklamasi
Sesuai dengan perencanaan awal dari kegiatan reklamasi dan revegetasi pada pit B PT. Minemex Indonesia tahun 2017, luas area yang akan dilakukan kegiatan penataan /penanaman baru adalah seluas 5.42 Ha dan yang untuk berada di inpit dump seluas 4 Ha, dan luas lahan untuk penyulaman seperti yang disajikan pada tabel 4 berikut ini:
Total Biaya = Biaya Langsung + Biaya Tidak langsung
Tabel 2.1
Rencana Reklamasi pada pit B PT. Minemex Indonesia 2017
Sumber PT. Minemex Indonesia 2.1.6.1 Pengaturan Permukaan Lahan
Pada lahan yang akan dilakukan kegiatan reklamasi, PT. Minemex mengatur lahan tersebut dengan cara memindahkan dan mendatarkan material dari bench soil ke area reklamasi, kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer. Hal ini dilakukan agar pada saat kegiatan reklamasi berikutnya tidak menemukan kendala yang dapat menghambat kegiatan reklamasi.
Pengaturan bentuk lereng juga termasuk kedalam penggaturan permukaan lahan, karena lereng sangat berpengaruh besar terhadap lahan yang akan di reklamasi. Pada umumnya lereng yang berada pada lahan reklamasi sudah relatif aman, namun untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsoran pengamanan lereng perlu dilakukan.
2.1.6.2 Pengendalian Erosi
Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang relatif lama. Ukuran butir air hujan sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat–agregat tanah.
Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan, intensitas dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir–butir hujan itu sendiri ditentukan ukuran butir–butir dan angin. Jadi intensitas butir-butir hujan, kecepatan hujan, bentuk ukuran air hujan, lamanya hujan dan kecepatan angin secara kolektif mempengaruhi kekuatan hujan untuk menimbulkan erosi.
Erosi terjadi melalui proses penghancuran dan pengangkutan partikel- partikel atau massa tanah oleh hujan, air limpasan, atau angin, maka strategi untuk mencegah dan penanggulangan erosi pada tingkat mikro, haruslah berdasarkan pada hal-hal berikut:
1. Menutup tanah untuk melindunginya dari penghancuran dari butir-butir 2. hujan dengan tumbuh-tumbuhan.
3. Meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah untuk mengurangi air limpasan, 4. mengurangi banjir, mengurangi erosi tanah, mengisi kembali reservoir air
tanah dan menyediakan air pada musim kemarau.
5. Memperbaiki atau meningkatkan stabilitas agregat tanah.
6. Meningkatkan kekasaran permukaan untuk mengurangi kecepatan air limpasan.
2.1.6.3 Penebaran Tanah Pucuk
Tanah pucuk merupakan lapisan teratas dari lapisan tanah yang dikupas pada saat penambangan batubara secara tambang terbuka. Tanah pucuk mengandung banyak unsur hara tanah yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan.
Oleh karena itu saat melaksanakan kegiatan reklamasi tanah pucuk sangat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penanaman kembali.
Penggunaan tanah pucuk dapat dilakukan dengan cara penyebaran, cara ini dilakukan apabila jumlah lapisan tanah pucuk yang tersedia cukup banyak.
Sebelum direklamasi, area terlebih dahulu diratakan permukaannya, sehingga mempermudah penanganan selanjutnya. Dengan lapisan tanah pucuk secara merata sehingga diharapkan lahan bekas penambangan akan mendekati keadaan semula.
2.1.6.4 Pemilihan Jenis Tanaman
Dalam memilih jenis tumbuhan selain dipilih jenis tanaman lokal (sebelum dilakukan kegiatan penambangan) yang sesuai dengan iklim dan kondisi, tetapi perlu juga dipilih dan dicoba jenis tanaman lain yang dapat berproduksi dan sesuai dengan jenis atau kondisi tanah, baik itu unsur-unsur hara dalam tanah maupun pH tanah. Tanaman yang digunakan atau bagi kegiatan penghijauan adalah jabon merah dan sengon laut. Pemilihan sengon dan jabon sebagai tanaman inti didasarkan atas tanaman yang sama yang diusahakan masyarakat sebelumnya bisa di jadikan nantinya Hutan Tanaman Industri. Daya adaptasi untuk areal terganggu –lahan kritis (salah satu jenis tanaman pioneer atau pemula) dan nilai ekonomis yang cukup baik.
Gambar 2.1 Bibit Sengon 2.1.6.5 Rencana Penyediaan Bibit dan pemupukan
Untuk rencana penyediaan bibit, mendatangkan bibit dengan membeli ke pasar bibit di daerah terdekat dari lokasi IUP dan dari tempat pembibitan PT.
Minemex Indonesia ( nursery).
Pupuk kandang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tumbuhan yang akan ditanam pada lahan revegetasi pada awal-awal penanaman, hal ini dipilih karena pupuk kandang mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk pohon yang akan ditanam. Selain pemupukan, penyiangan dilakukan untuk menjaga agar tanaman lain tidak menggagu pertumbuhan pohon yang ditanam.
Pemupukan menggunakan pupuk kandang juga didasarkan pertimbangan material (top soil) yang bersifat loose (karena telah mengalami gangguan). Untuk tahap awal, pemepukan dilakukan setelah pohon ditanam, sedangkan tahap selanjutnya pemupukan dilakukan setelah usia tumbuhan 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Jumlah pupuk yang akan direncanakan adalah 1 kg untuk setiap individu tanaman.
Sedangkan untuk penyiangan, dilakukan secara berkala setiap rumput sudah lebih tinggi dari tanamannya.
Gambar 2.2 Nursery Area PT. Minemex Indonesia 2.1.6.6 Perhitungan Jumlah Tanaman Yang Akan Ditanam
Untuk mengetahui jumlah pohon yang akan ditanam pada suatu area harus diketahui berapa jarak tanam antar pohon dan berapa luas areanya.
2.1.6.7 Rencana Pembuatan Lubang Tanam dan jarak Tanam
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
Sebelum kegiatan pengajiran dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengukuran dengan total station dengan tujuan untuk menentukan lurus dengan jarak (space) tanam tersebut. Pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami sengon laut sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur.
Gambar 2.3 Kegiatan Pengajiran 2.1.7.8 Rencana penanaman Tanah Penutup
Langkah awal kegiatan revegetasi dimulai dengan melakukan penanaman tanah penutup. Jenis tanaman penutup yang digunakan yaitu Legume Cover Crop (LCC). Tanaman LCC terdiri dari dua jenis yaitu: Colopogonium Mucunoides (CM) dan Centrosema Pubescens (CP).
Bibit tanaman LCC sendiri didatangkan dari luar daerah. LCC ditanam pada daerah yang miring serta pada gawangan-gawangan tanaman inti.
Gawangan adalah daerah-daerah yang terletak antara jarak-jarak tanaman inti.
Tujuan penanaman LCC adalah :
1. Mengurangi aliran permukaan dan erosi.
2. Menambah unsur hara tanah.
3. Menambah Bahan Organik kedalam tanah dan memperbaiki unsur tanah.
4. Menekan pertumbuhan gulma.
sumber: (Karyudi, 2001)
Gambar 2.4 Tanaman LCC di Nursery area 2.1.7.9 Rencana Penyulaman dan penyiangan
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Penyulaman yang baik dilakukan pada musim hujan. Untuk rencana penyiangan, dilakukan pada saat tumbuhan penggagu yang hidup disekitar lahan reklamasi atau disekitar batang yang ditanam pada lahan reklamasi, kegiatan ini direncanakan akan ditangani oleh masyarakat sekitar (buruh harian lepas), untuk melakukan kegiatan ini, di rencanakan menggunakan racun pembunuh hama dan tumbuhan panggagu. Selain itu peralatan manual juga diperlukan, seperti cangkul, arit dan sekop untuk menyiangi rumput yang tumbuh di lahan dan dekat tanaman.
Gambar 2.5 Kegiatan Penyulaman dan penyiangan
2.1.7.10 Pencegahan dan Penanggulangan Air Asam Tambang
Air limbah penambangan yang berasal dari pit dan air hujan yang mengalami penirisan akan terkumpul pada areal kerja. Seiring dengan pembukaan lahan penambangan semakin luas, maka jumlah air limbah akan semakin banyak.
Maka dari itu, penanganan yang dilakukan terhadap air asam tambang atau air limbah yang menghasilkan air asam tambang adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan dan penataan saluran drainase untuk mencegah penirisan air limpasan kedalam areal kerja.
2. Pemompaan (dewatering) yang mengarahkan air limbah ke unit kolam penetrasi (settling pound).
Secara teknis, penanganan air limbah kerja menggunakan kolam penetrasi adalah sebagai berikut:
11. Agar air limbah pit area terlokalisir sementara waktu pada suatu areal di lingkungan kerja serta menurunkan suspended.
12. Agar kekeruhan air limbah dan aliran permukaan lainnya selalu terkontrol sebelum memasuki perairan sungai pendulangan.
Gambar 2.6 Penetralan AAT
Biaya yang diperlukan untuk pencegahan dan penanggulangan Air Asam Tambang (Penggunaan kapur + peralatan + upah pekerja + lain-lain).
2.1.7.11 Pekerjaan Sipil yang Ada di Lokasi
Sehubungan dengan peruntukan pada akhir tambang, pekerjaan sipil yang akan dilaksanakan meliputi pemeliharaan bangunan sarana prasarana tambang, jalan tambang dan drainase.
Pemeliharaan berbagai bangunan sarana prasarana tambang dan jalan kerja dilakukan secara berkala, sedangkan untuk pemeliharaan jalan utama dan drainase diutamakan pada saat musim hujan, agar tetap berfungsi sebagai mana mestinya.
Jalan utama tambang tetap dipertahankan karena akan menjadi akses menuju lahan produktif.
2.2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan dari landasan teori maka dapat dibuat kerangka konseptual seperti gambar 2.7.
INPUT PROSES
1. Data Primer a. Cycle time
pemindahan overburden.
b. Luas Lahan yang akan direklamasi.
c. Daftar harga seperti sewa alat berat bahan bakar minyak (bbm), harga bibit sengon, harga pupuk dan lain-lain.
2. Data Sekunder a. Jarak Pemindahan
OB.
b. Spesifikasi alat.
c. Peta rencana reklamasi.
d. Peta topografi.
e. Peta Geologi.
1. Biaya langsung a. Penataan
kegunaan lahan.
b. Biaya revegetasi.
c. Pencegahan dan penanggulangan
air asam
tambang;
dan/atau
d. Pekerjaan sipil sesuai
peruntukan lahan pasca tambang.
2. Biaya Tidak Langsung
a. biaya mobilisasi dan demobilisasi alat.
b. Biaya perencanaan reklamasi.
c. Biaya
administrasi dan keuntungan kontraktor.
d. Biaya supervisi.
1. Rancangan teknis
reklamasi inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia.
2. Jumlah biaya reklamasi yang dijaminkan atau besarnya dana jaminan
reklamasi di inpit dump Blok B PT. Minemex Indonesia.
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual
OUTPUT
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat terapan (applied research), yaitu penelitian yang hati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu (Sedarmayanti, 2002).
Hasil dari penelitian yang dilakukan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari penelitian yang telah ada.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Minemex Indonesia yang secara administratif terletak di Desa Talang Serdang Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
3.2.2.1.Keadaan Umum Daerah IUP Operasi Produksi a. Lokasi dan Kesampaian Daerah.
PT. Minimex Indonesia adalah salah perusahaan yang begerak dibidang pertambangan batubara di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Saat ini PT. Minemex Indonesia telah melakukan kegiatan produksi pada wilayah IUP Operasi Produksi seluas 3.700 Hektar.
Secara administratif wilayah IUP Operasi Produksi PT.Minemex Indonesia berada di wilayah Kecamatan Mandiangin tepatnya di Desa Mandiangin, Desa Talang Serdang, Desa Taman Dewa. Secara geografis Wilayah IUP Operasi
36
Produksi PT.Minimex Indonesia terletak pada 103026‟25” - 1030 29‟43,30” BT dan 2007‟00” – 2007‟17,80” LS.Peta lokasi wilayah IUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia.
Gambar 3.1 Peta Lokasi IUP Operasi Produksi PT. Minemex Indonesia
Lokasi Izin Usaha Pertambangan PT. Minemex Indonesia di Desa Talang Serdang, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi jambi, dapat dicapai melalui:
1. Dari Padang, Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM) kearah Sarolangun melalui Solok - Dhamasraya - Muara Bungo dengan jarak tempuh 479 km atau sekitar 8 jam.
2. Dari Jambi, Bandar Udara Sultan Thaha kearah Kota Sarolangun dengan jarak tempuh 130 km atau sekitar 3 jam.
Dari Kota Sarolangun untuk menuju lokasi penambangan di Desa Talang Serdang Kecamatan Mandiangin dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan jarak ±50km atau sekitar1 jam. Di bawah ini dijelaskan dalam tabel 1 luas wilayah IUP PT. Minemex Indonesia.
Tabel 3.1
Daftar Koordinat IUP Eksploitasi PT. Minimex Indonesia
Titik
Bujur Timur (BT)
Lintang Selatan (LS)
° „ " ° „ "
1 102 57 30 -01 58 30
2 102 59 30 -01 58 30
3 102 59 30 -01 59 20
4 102 59 50 -01 59 20
5 102 59 50 -02 01 30
6 102 58 50 -02 01 30
7 102 58 50 -02 02 40
8 102 58 0 -02 02 40
9 102 58 0 -02 03 20
10 102 56 0 -02 03 20
11 102 56 0 -02 01 50
12 102 57 30 -02 01 50
Sumber : PT.Minemex Indonesia
3.2.2.2 Geologi dan Stratigrafi Geologi Regional
Secara geologi regional endapan batubara ditemukan dalam suatu cekungan sedimen melalui proses pembatubaraan (coalification). Endapan batubara biasanya hanya ditemukan dalam cekungan - cekungan yang pada saat pengendapan material sedimen muncul dipermukaan danau, delta, rawa dan bias juga laut pada suatusi system geologi tertentu. Sistem geologi tertentu tersebut meliputi daerah yang sangat luas (regional) dengan beberapa unsurnya seperti gunung, lautan, sungai, jalursesar, gempa, dimana semua unsure tersebut dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Secara regional batuan sedimen yang terdapat di daerah ini termasuk dalam cekungan Sumatera Selatan bagian barat yang disebut sebagai Sub cekungan Jambi, seperti yang dijelaskan pada Peta Geologi Lembar Sarolangun yang disusun oleh S. Suwarna, dkk (1992) dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Batuan dasar dari cekungan ini terdiri dari batuan beku dan batuan malihan yang berumur Pra-Tersier.
Pemahaman geologi regional dimaksudkan untuk dapat menguraikan proses-proses geologi yang berpengaruh terhadap keterdapatan batubara di daerah penelitian sehingga dapat membantu analisis-analisis dalam eksplorasi awal sampai eksplorasi rinci, antara lain:
1) Mendapatkan gambaran variasi dan susunan umur batuan.
2) Mendapatkan gambaran pola geometri (struktur geologi) tubuh lapisan batubara.
3) Dasar pemikiran untuk korelasi lapisan batubara, baik lateral maupun vertikal, kemana arah menipis atau menebal lapisan batubara.
Stratigrafi
Batuan sedimen Tersier Awal Cekungan Sumatera Selatan diendapkan selama periode genang laut yang menerus sampai pertengahan Miosen disusul tahap susut Laut. Hal ini berhubungan dengan dua satuan litostratigrafi utama, yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang (De Coster 1974, S. Gafoer dkk, 1986). Satuan pertama terdiri dari Formasi Lahat, Formasi Talangakar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. Sedangkan yang kedua terdiri dari Formasi Airbenakat, Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai.
Formasi Airbenakat berumur Miosen Tengah–Akhir, terletak secara selaras di atas Formasi Gumai (setempat tidak selaras). Formasi air benakat ini terdiri dari batupasir glaukonitan, napal dan batulanau yang diendapkan di lingkungan laut dangkal yang menunjukkan susut laut umum dari keadaan laut terbuka Formasi Gumai.
Formasi Muaraenim menindih secara selaras Formasi Airbenakat dan menunjukkan bahwa susut laut dan pendangkalan cekungan berlangsung menerus sampai Kala Pliosen. Batuannya terdiri dari batupasir dan batulempung, sebagian tufaan, di sana-sini mengandung horizon lignit, dan memperlihatkan pengendapan di lingkungan laut dangkal sampai peralihan (ke darat). Berdasarkan posisi stratigrafinya formasi ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen (De Coster, 1974).
Di atas Formasi Muara Enim ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kasai yang berumur Plio-Plistosen. Formasi ini terdiri dari batupasir dan batulempung darat, berbatuapung dan tufaan. Ketidakselarasan memperlihatkan pengangkatan setempat pada Pliosen Akhir yang berkaitan dengan erosi terhadap Pegunungan Barisan, tetapi tidak berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang sama (Nayoan & Martosono, 1974, Goafoer dkk, 1986).
Endapan Rawa, diendapkan tidak selaras di atas satuan batuan lainnya pada Kala Holosen, terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung dengan sisa-sisa tumbuhan. Lebih jelasnya lagi dapat kita lihat pada gambar 3.2 stratigrafi PT.
Minimex Indonesia.
Sumber : PT.Minimex Indonesia
Gambar 3.2. Stratigrafi PT. Minimex Indonesia
3.2.2.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Berdasarkan tipe iklim di Provinsi Jambi umumnya dan Kabupaten Sarolangun khususnya, wilayah ini termasuk wilayah beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis ini digambarkan oleh beberapa ahli dengan berbagai istilah:
Iklim Afa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.
Termasuk iklim A (daerah sangat basah ), menurut Schmidt-Ferguson1950.
Termasuk iklim B1 (derah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan 2 bulan kering), menurut Oldemen 1979.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 2 bulan terakhir dan analisis data curah hujan schmidt dan Ferguson (1951), maka kawasan kegiatan digolongkan kedalam tipe Iklim Afa (menurut Koppen) dan termasuk zona agroklimat B2 (menurut Oldemen, Darwis dan Las, 1979). Dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2014 adalah 1148,16 mm dan durasi hujan pada tahun 2014 adalah 38,84 jam.
Tabel 3.2 Grafik Curah Hujan
sumber: PT. Minemex Indonesia
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada pada bulan Maret sampai dengan Juli 2017.
3.3 Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitiannya adalah perhitungan rencana biaya reklamasi di PT. Minemex Indonesia dan penanganan terhadap terjadinya longsoran yang secara garis besarnya untuk mengembalikan daerah penambangan sesuai dengan kondisi sebelum adanya penambangan.
3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data yang dibutuhkan
Data yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari pengamatan di lapangan yaitu:
a. Data cycle time pemindahan overburden.
b. Luas Lahan yang akan direklamasi.
c. Volume overburden untuk penimbunan area inpit dump.
d. Volume top soil untuk penebaran zona pengakaran.
e. Daftar harga saat ini seperti bahan bakar minyak (BBM), harga bibit tanaman, harga pupuk dan lain-lain.