P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 36
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa SMK
Riana T. Mangesa
1, Abd. Muis Mappalotteng
2, Yunus Tjandi
31,2,3Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Email: [email protected]
Abstract: Problem-based learning is a learning model that presents contextual problems to stimulate students to actively learn. Therefore, a learning method that characterizes and must appear in a peer tutor learning method is needed, including a cooperative learning strategy because students are involved in establishing mutual respect and understanding. These peer tutors facilitate learning, because students are fostered to participate actively in solving problems. The purpose of this research is to increase activity and improve learning outcomes.
Keywords: Problem-based learning, Peer tutoring, Activeness, Results Study.
PENDAHULUAN
Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran menyebutkan bahwa secara prinsip kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan potensi mereka untuk menjadikan kemampuan semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi siswa menjadi kompetensi yang diharapkan. Tujuan dari pendidikan yang telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rendahnya keaktifan siswa selama pembelajaran akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa keaktifan belajar selama proses pembelajaran pada pada mata pelajaran simulasi dan komunikasi digital masih rendah sehingga perlu mendapatkan perhatian, bagaimana caranya meningkatkan aktivitas siswa. Hasil observasi menunjukkan sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kurang berinteraksi dengan siswa lain untuk bertukar informasi tentang materi pelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.
Keunggulan dari penerapan model PBL ini apabila diterapkan metode pembelajaran tutor sebaya yang memiliki pola pikir yang terbuka, kritis, belajar aktif dan belajar kerja kelompok untuk mengasah kemampuan menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara mengumpulkan data agar dapat memecahkan masalah untuk menemukan solusi. Kesulitan belajar dapat terpecahkan dengan bekerjasama melalui kerja kelompok.
Harapannya adalah dengan implementasi model PBL dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. PBL merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual, sehingga merangsang siswa untuk aktif dan belajar bersama dengan
37 | R i a n a T M a n g e s a
metode tutor sebaya, mereka akan lebih leluasa bertanya. Tutor sebaya digunakan saat proses pembelajaran di kelas berlangsung, biasanya salah seorang siswa menjadi tutor untuk teman- temannya yang belum memahami pembelajaran yang diberikan.
Penggunaan metode tutor sebaya adalah melatih siswa untuk memberanikan diri berbicara di depan kelas, dalam hal ini melatih mengajar temannya, sehingga merasakan kenikmatan dan ketidaknyamanan dalam mengajar. Menurut Djamarah S.B. (2010), tutor sebaya sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi anak didik secara keseluruhan dan secara individual.
Menurut Sugihartono et al (2013) belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai macam materi yang telah dipelajari.
Model PBL adalah model pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola permasalahan berdasarkan masalah kontekstual yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan. PBL dapat membantu siswa untuk aktif mengembangkan keterampilan dalam belajar secara mandiri, mengatasi masalah serta perilaku dan sosial sesuai peran orang dewasa.
Menurut Sardiman (2016) berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan menurut Aunurrahman (2016) mengungkapkan bahwa keaktifan siswa merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami dan dikembangkan setiap guru dalam pembelajaran.
Oleh karena itu keaktifan untuk memunculkan potensinya perlu dorongan yang diaktualisasikan melalui aktivitasnya agar tujuan dan hasil belajar dapat tercapai.
Menurut Suprihatiningrum (2016) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.
Hasil belajar sangat berkaitan dengan belajar dan proses pembelajaran. Hasil belajar akan maksimal ketika belajar dan proses pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa dapat dikatakan sudah mencapai hasil belajar ketika telah terjadi perubahan perilaku melalui proses pembelajaran. Perubahan perilaku diperoleh ketika sudah menyelesaikan pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Kegiatan dilaksanakan terhadap siswa dalam satu kelas, pada mata pelajaran simulasi dan komunikasi digital.
Prosedur penelitian meliputi beberapa siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, (Suharsimi, A.2010).
Dari keempat komponen tersebut mempunyai suatu hubungan yang menunjukkan adanya siklus, sehingga dalam PTK ini dilakukan 2 siklus sesuai target yang diinginkan tercapai.
Instrumen yang dipergunakan untuk pengambilan data melalui observasi, tes (pretest dan posttest), dokumentasi.
Sebelum pengambilan data, instrumen telah divalidasi oleh ahli yang masing-masing pakar dibidangnya. Selanjutnya kriteria pengkategorian kualitas instrumen diadaptasi dari Azwar (2010) dapat dilihat pada Tabel 1berikut:
Tabel 1
Kategori Pemberian Skor Skor Kategori 4,2 ≤M ≤ 5,0 Sangat Valid
3,4 ≤M <4,2 Valid 2,6 ≤M <3,4 Cukup Valid 1,8 ≤M <2,6 Kurang Valid 1,0 ≤M <1,8 Tidak Valid
Keterangan M = Rerata Skor
P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 38 Analisis data pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus statistik, yaitu:
1. Untuk menghitung persentase keaktifan siswa, mengacu pada Wijayanti (2012):
2. Untuk menganalisis hasil tes siswa dilakukan dengan menghitung hasil tes kemudian menghitung rata-rata nilai siswa, mengacu Suharsimi Arikunto (2013) dengan menggunaka rumus sebagai berikut:
Xrata − rata = ΣX ΣN Keterangan:
Xrata-rata = Nilai rata-rata Σx = jumlah seluruh nilai siswa ΣN = Jumlah siswa
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Analisis keaktifan siswa
Data hasil nilai lembar observasi keaktifan siswa siklus I dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Aktivitas Siswa pada Siklus I Tahap Kegiatan Indikator Aktivitas
(%)
1 Orientasi Membaca
kasus
54,65 2 Mengorganisasi Berdiskusi 64,85 3 Membimbing Laporan
kegiatan
50,31
4 Mengembangkan Berani mengajukan, menangapi, bertanya
59,59
5 Mengevaluasi Menyelesaik an masalah
66,27 Rerata 59,13
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa pada siklus I, menunjukkan tidak semua siswa terlibat aktif, sesuai indikator yang diamati keberhasilan sebagian besar keaktifan pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan. Nilai rata-rata keaktifan
siswa pada siklus I yaitu 59,13%. Hal ini menunjukkan perlunya dilakukan pembelajaran untuk siklus II.
Tabel 3
Aktivitas Siswa pada Siklus II Tahap Kegiatan Indikator Aktivitas (%)
P. I P. II 1 Orientasi Membaca
kasus
81,0 3
82,75 2 Mengorg
anisasi
Berdiskusi 96,5 5
99,13
3 Membim
bing
Laporan kegiatan
54,3 1
57,75
4 Mengem
bangkan
Berani mengajukan, menangapi,b ertanya
33,6 2
53,44
5 Mengeva luasi
Menyelesaik an masalah
98,2 7
99,13 Rerata 77,2
1
81,03
Pada siklus II Tabel 3, hasil observasi menunjukkan nilai rata-rata keaktifan siswa pada pertemuan pertama yaitu 77,21% dan pertemuan kedua yaitu 81,03%. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus II pertemuan pertama ke pertemuan kedua sebesar 3,82%.
Artinya keaktifan dalam proses pembelajaran semakin meningkat.
2. Analisis Hasil Belajar Siswa a. Hasil Nilai Pretest Siswa
Data hasil pretest pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Nilai Pretest Siklus II
Nilai Pretest Nilai
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 75
Rata-rata 85,34
Jumlah siswa tuntas 28
Ketuntasan (%) 96,55%
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa hasil nilai pretest pada siklus II menunjukkan rata-rata 85,34 dari 29 siswa.
Sebanyak 28 siswa masuk dalam kategori tuntas. Siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas hanya 1 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh mahasiswa adalah 75. Rata-rata
39 | R i a n a T M a n g e s a
hasil belajar siswa pada siklus II yaitu 91,72 sehingga siklus dapat dihentikan dikarenakan sudah mencapai target yang diharapkan.
PEMBAHASAN
1. Implementasi model PBL dengan metode tutor sebaya membuktikan adanya peningkatan keaktifan siswa. Keaktifan siswa adalah salah satu aspek yang diamati dalam pembelajaran dengan melibatkan teman sebaya. Menurut Ridwan (2016) metode tutor sebaya (peer teaching) adalah sebuah metode pembelajaran dengan bantuan siswa yang kompeten dalam hal ini menguasai materi untuk mengajar siswa lainnya yang belum menguasai.
Mengacu pada konsep dasar dan karakteristik PBL dengan tutor sebaya, aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang diselesaikan secara bersama.
Huda Miftahul (2015) terdapat tiga ciri utama dari PBL. Pertama, PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan. Kedua aktivitas pembelajaran ditujukan pada penyelesaian masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Sehingga berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa yang meliputi aspek-aspek yang tercantum dalam Tabel 2 dan Tabel 3 dapat diketahui bahwa aktivitas pada setiap aspek mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Gambar 1 di atas adalah grafik peningkatan keaktifan siswa pada siklus II.
2. Implementasi model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. PBL sebagai model pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Mustaji (2012) memberikan pandangan tentang berpikir kritis yaitu berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang hal yang harus dipercayai dan dilakukan. Menurut Darmadi (2017), kelebihan PBL adalah karena dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang
selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat dan dunia kerja. Bahkan dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.
SIMPULAN
1. Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini berdasarkan hasil data dari semua indikator yang telah diterapkan pada siklus I yaitu sebesar 67,24% dan pada siklus II pertemuan pertama yaitu 77,21% dan pertemuan kedua meningkat menjadi 81,03%. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 13,79%.
2. Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil pretest yang terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus I dan siklus II. Pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil pretest rata-rata sebesar 85,34 dan pada posttest menunjukkan rata-rata sebesar 91,72.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.
Huda, Miftahul. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ridwan. 2016. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa. Jakarta:
Gaung Persada Press Jakarta.
Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
P r o s i d i n g S e m i n a r N a s i o n a l D i e s N a t a l i s U N M - 6 1| 40 Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wijayanti. 2012. Peningkatan keaktifan siswa menggunakan pendekatan kontekstual.