• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI

SKRIPSI

LILIS DWIRANTI NIM 105710215315

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(2)

ii

PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

DI DESA POLEWALI KECAMATAN SINJAI SELATAN KABUPATEN SINJAI

SKRIPSI

LILIS DWIRANTI 105710215315

“Diajukan Untuk Memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar”

PROGRAM STUDI EKONOMI DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku tercinta dan saudaraku, Terima Kasih Atas Bantuan, Do’a dan Motivasi yang telah Kalian Berikan semoga pencapaian ini adalah langkah untuk membalas segala perjuangan dan doa-doamu

MOTTO HIDUP

Sebaik-baik Kesuksesan adalah Doa Orang tua

Seburuk-buruk kesuksesan adalah melupakan Tuhan

Kesuksesan abadi adalah senantiasa mengingat dan mengabdi kepadanya

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Songing Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Abd Rahman dan ibu Hamdana yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta Rusling, Emma S.pd, Suarni S,pd, dan Irma Esse yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu wardah, SE.,ME, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan Skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yan tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Terkhusus peneliti ucapkan terima kasih kepada sahabatku Al Wildani Ahmad, Nurapni Aulia Sulkipli, Hartina, Widya Dewi Hastuti, Patmisari, Asmira, Marini Sumarni, Irmawati yang senantiasa menemani dari awal sampai akhkir kepenulisan Skripsi dengan penuh kesabaran, perhatian, dan pengorbanan membantu peneliti.

9. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Corong Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan Skripsi ini.

(9)

ix

10. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

11. Terima kasih Kepada kakanda dan Adinda serta teman-teman seperjuangan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Ekonomi yang telah memberikan warna warni kehidupan serta segala nasehat baik dari awal masuk perkuliahan sampai sekarang ini ini.

12. Terima kasih kepada seluruh responden (Perangkat Desa dan Anggota di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

13. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan Skripsi ini.

Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabaqul Khaerat, Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Makassar, 19 Agustus 2019

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Lilis Dwiranti, Tahun 2015. Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembingbing I Hj. Naidahndan Pembingbing II Wardah.

Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Bagaimana Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif. Metode pengumpulan data melalui studi observasi, wawancara dan dokumentasi langsung di Kantor Desa polewali, adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Pejabat Desa dan ketua serta anggota BPD Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa ada tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengawasan, dimana faktor pendukung terealisasinya peranan BPD dalam perencanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai sudah berjalan baik dan efektif, namun salah satu faktor yang menjadi penghambat yaitu minimnya pengetahuan mengenai tugas dan fungsi dari anggota BPD karena tingkat pendidikan SDM yang rendah serta penyesuaian anggaran dan lahan.

Kata Kunci : Peranan BPD, Perencanaan Pembangunan.

(11)

xi

ABSTRACK

Lilis Dwiranti, 2015. The Role of the Village Consultative Body (BPD) in Village Development Planning in Polewali Village, Sinjai Selatan District, Sinjai District, Thesis of Development Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Pembingbing I Hj. Naidah and Pembimbing II Wardah.

This study aims to find out how the role of the Village Consultative Body (BPD) in Village Development Planning in Polewali Village, South Sinjai District, Sinjai Regency. The type of research used is qualitative research. The method of collecting data through observation studies, interviews and direct documentation at the Polewali Village Office, while the informants in this study were the Village Officials and the chairmen and members of the Polewali Village BPD Village, South Sinjai District, Sinjai District. The results of this study can be seen that the role of the Village Consultative Body (BPD) in the Village Development Planning there are three stages: the planning stage, the implementation phase, the supervision stage, where the supporting factors for the realization of the role of the BPD in development planning in the Polewali Village, South Sinjai District, Sinjai Regency have been going well and effective, but one of the factors that inhibits the lack of knowledge about the duties and functions of BPD members because of the low level of education and adjustments to the budget and land.

Keywords: Role of BPD, Development Planning.

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

(13)

xiii

A. Peranan ... 8

B. Badan Permusyaratan Desa (BPD) ... 12

C. Perencanaan Pembangunan Desa ... 18

D. Tinjauan Empiris ... 23

E. Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Fokus Penelitian ... 28

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

D. Sumber Data ... 29

E. Pengumpulan Data ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

B. Hasil Penelitian ... 48

C. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 23

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk 37

Tabel 42 Tingkat Pendidikan desa Polewali 38

Tabel 4.3 Daftar Perangkat Desa Polewali 39

Tabel 4.4 Daftar Anggota BPD Desa Polewali 40

Tabel 4.5 Rekap Struktur Pemerintahan Desa 40

Tabel 4.6 Sumber Daya Alam Desa Polewali 45

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 27

Gambar 4.1 Peta Desa Polewali 35

Gambar 4.2 Sebaran Wilayah 36

Gambar 4.3 Wawancara Kepala desa 50

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desa adalah sebuah komponen terpenting dalam sebuah pemerintahan yaitu sebagai tempat berinteraksi masyarakat secara langsung. Desa sering kali luput dari perhatian banyak orang khususnya dalam bidang pemerintahan, padahal jika ditelah lebih dalam desa sangat berperan penting dalam berjalanya roda kehidupan di masyarakat. Sebuah pepatah menyebutkan bahwa kekuatan rantai besi terletak pada rantai yang terlemah. Jika mengibaratkan sistem pemerintahan nasional sebagai rangkaian mata rantai sistem pemerintahan mulai dari pusat, daerah, dan desa, maka desa merupakan mata rantai yang terlemah.

Hampir segala aspek menunjukkan betapa lemahnya kedudukan dan keberadaan desa dalam konstalasi pemerintahan, padahal desalah yang menjadi pertautan terakhir pemerintahan dengan masyarakat yang akan membawanya ketujuan akhir yang telah di gariskan sebagai cita-cita bersama. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Perda Sinjai tahun 2007).

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa : Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

(17)

2

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa merupakan pimpinan penyelengaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Badan permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.

Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Disinilah kemampuan (kapabilitas) Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) diperlukan dalam menjalankan perannya. Urusan pemerintah Desa akan berjalan dengan baik apabila terjadi kerjasama yang baik antara Aparat Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kapabilitas biasanya menunjukan potensi dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menunjukan kemampuan dalam bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, untuk itu Anggota BPD

(18)

dituntut mempunyai wawasan yang luas baik pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam ikut terjun langsung dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang (Anggota BPD) dalam menangani masukan dari masyarakat dan dalam pengambilan keputusan Desa sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan keinginan dan aspirasi dari masyarakat. Dalam konteks inilah, sehingga dianggap sangat penting untuk segera membekali para pimpinan dan anggota BPD dengan berbagai kemampuan teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya, sebab keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan pada tingkat desa nantinya, akan turut ditentukan oleh peran aktif dan kompetensi para anggota BPD (Kompasiana, 18 juni 2015).

Para anggota BPD tidak terlalu memahami peran dan fungsinya di desa sehingga mengakibatan kurang maksimalnya peran serta dan dukungan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga yang diperlukan untuk membantu Pemerintahan Desa dibidang pembangunan dalam menyerap aspirasi masyarakat. Hal ini mengakibatkan banyak aspirasi masyarakat yang tidak mampu terserap yang berdampak pada tingkat pembangunan yang berjalan lamban. Perlu diperhatikan bahwa syarat menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus sesuai dengan latar belakang pendidikan agar fungsi dan kinerja anggota BPD dapat terealisasi dengan baik.

Kendala utama adalah terbatasnya tingkat kemampuan para Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sehingga Anggota BPD belum mampu

(19)

4

menjalankan perannya secara maksimal. Hal ini terlihat dari adanya beberapa Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang jarang mengikuti rapat-rapat baik dalam pembahasan rencana pembangunan, pelaksanaan pembangunan maupun rapat-rapat evaluasi hasil pembangunan, disamping itu masih didasarkan kurang efektifnya jalinan komunikasi antara Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Aparat Desa sehingga informasi pembangunan terkadang tidak akurat, tidak meratanya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh Anggota BPD sehingga terjadi perbedaan dalam melihat dan memahami suatu persoalan.

Kondisi masyarakat perlu diperhatikan, bagaimana komunikasi masyarakat terhadap anggota BPD. Apakah ketika ada masalah mereka langsung melaporkan kepihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut menunjukan rendahnya peran Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap pembangunan sehingga, peran utama dari BPD yaitu mengayomi, legislasi, pengawasan dan menampung aspirasi masyarakat kurang dapat berjalan sesuai dengan harapan. Seharusnya sejalan dengan tugas dan fungsinya Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembangunan desa serta pembinaan masyarakat desa, maka para Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang sesuai dan lebih baik, sehingga tingkat keberhasilan pembangunan dapat dicapai dengan maksimal.

berdasarkan aturan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang juga mengarah kepada upaya untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan Desa maka meningkatnya kewenangan serta bertambahnya

(20)

masa jabatan dan periode kepala desa dan BPD dari 5 tahun untuk dua periode menjadi 6 tahun untuk tiga periode, disamping penguatan fungsi Badan Permusyawaratan Kepala Desa (Kompasiana, 18 Juni 2015). Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sinjai nomor 3 tahun 2007 tentang pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bab II pasal 2, syarat-syarat dan jumlah anggota, yang dapat dipilih menjadi Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;

c. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat;

d. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;

e. Sehat jasmani dan rohani;

f. Berkelakuan baik, jujur dan adil;

g. Bersedia dicalonkan menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa;

h. Penduduk desa setempat;

i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan;

j. Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

(21)

6

Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan: a. jumlah penduduk sampai 1.500 jiwa sebanyak 5 (lima) orang anggota; b. 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, sebanyak 7 (tujuh) orang anggota; c. 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, sebanyak 9 (sembilan) orang anggota; d. lebih 2500 jiwa, sebanyak 11 (sebelas) orang anggota (Perda, Nomor 3 Tahun 2007).

Perencanaan pembangunan desa sangat penting, Karena dari perencanaan pembangunan inilah arah pembangunan desa ditentukan. Hal ini sudah menjadi kewajiban pemerintahan desa untuk menampung aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa untuk kemajuan desa.

Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan cara melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan tersebut. Karena pada dasarnya merekalah yang mempunyai peran dalam hal menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan sarana bagi Kepala Desa dan masyarakat di Desa Polewali kecamatan Sinjai Selatan guna merencanakan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengkaji lebih jauh tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, maka penulis mengangkat judul penelitian tentang “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai”

(22)

B. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah peranan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai?”.

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di desa polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten sinjai.

D. Manfaat Penelitian

1. Dari segi teoritis, sebagai bahan masukan yang sekiranya dapat membantu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa setempat demi lebih meningkatkan peran lembaga tersebut dalam pelaksanaan pembangunan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

2. Bagi masyarakat, diharapkan berguna untuk mengetahui pemerintah desanya dan dapat memberikan semangat demokrasi dan kepedulian terhadap desanya.

(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, peranan mempunyai arti sebagai berikut: “peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173).

Menurut (Soejono Soekanto, 2012:212), dalam buku yang berjudul sosiologi suatu pengantar, menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu peranan.

Menurut teori (Narwako dan Suryanto, 2006:160) yang mengatakan bahwa peran dapat dilihat dari tindakan seseorang dalam memberi arah dan proses sosialisasi, yang merupakan suatu tradisi, keperrcayaan, nilai-nilai, norma- norma dan pengetahuan.

Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan.

Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan (Miftah Thoha, 2012:10).

(24)

Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi atau psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang di tetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain.

Peran-peran yang dilakukan pemimpin dalam organisasi terbagi atas tiga menurut Mintzberg (Siswanto,Miftah Thoha, 2012:21 dan 12) :

1. Peran Antarperibadi (Interpersonal Role), dalam peranan antar pribadi, atasan harus bertindak sebagai tokoh, sebagai pemimpin dan sebagai penghubung agar organisasi yang dikelolahnya berjalan dengan lancar. Peranan ini oleh Mintzberg dibagi atas tiga peranan yang merupakan perincian lebih lanjut dari peranan antarpribadi ini. Tiga peranan ini dijelaskan sebagai berikut :

a. Peranan sebagai tokoh (Figurehead), yakni suatu peranan yang dilakukan untuk mewakili organisasi yang dipimpinnya didalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul secara formal.

b. Peranan sebagai pemimpin (Leader), dalam peranan ini atasan bertindak sebagai pemimpin. Ia melakukan hubungan interpersonal dengan yang dipimpin, dengan melakukan fungsi-fungsi pokoknya diantaranya pemimpin, memotifasi, mengembangkan, dan mengendalikan.

(25)

10

c. Peranan sebagai pejabat perantara (Liaison Manager), disini atasan melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat, staf, dan orang-orang yang berada diluar organisasinya, untuk mendapatkan informasi.

2. Peranan Yang Berhubungan Dengan Informasi (Informational Role), peranan interpersonal diatas meletakkan atasan pada posisi yang unik dalam hal mendapatkan informasi. Peranan interpersonal diatas Mintzberg merancang peranan kedua yakni yang berhubungan dengan informasi ini.

3. Peranan Pengambil Keputusan (Decisional Role), dalam peranan ini atasan harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi yang di pimpinnya. Mintzberg berkesimpulan bahwa pembagian besar tugas atasan pada hakikatnya digunakan secara penuh untuk memikirkan sisitem pembuatan strategi organisasinya. Keterlibatan ini disebabkan karena :

a. Secara otoritas formal adalah satu-satunya yang diperbolehkan terlibat untuk memikirkan tindakan-tindakan yang penting atau yang baru dalam organisasinya.

b. Sebagai pusat informasi, atasan dapat memberikan jaminan atas keputusan yang terbaik, yang mencerminkan pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai organisasi.

Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran telah didefinisikan dengan jelas. Scott et al dalam kanfer menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu :

(26)

1. Peran bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity).

4. Peran itu dapat di pelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Menurut soerjono soekanto (2013:213) peranan mencangkup dalam tigal hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin sedikit keterampilan teknis yang diperlukan. Sebaliknya, semkin rendah kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin penting keterampilan teknis yang diperlukan, (Siswanto, 2012:21).

(27)

12

B. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

1. Pengertian Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Undang Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepala desa melalui pemerintahan desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

BPD merupakan mitra Kepala Desa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Keanggotaan BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokkratis. BPD juga merupakan salah satu lembaga demokrasi yang dibayangkan dapat melembagakan nilai-nilai demokrasi yang telah hidup di kalangan masyarakat Desa.

Dengan demikian pengisian anggota BPD dapat diproses melalui pemilihan secara langsung dan atau melalui musyawarah perwakilan.

Hal ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kessepakataan masyarakat di Desa masing-masing. Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji, anggota BPD dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

(28)

BPD merupakan perubahan nama dari Badan Perwakilan Desa yang ada selama ini. Perubahan ini didasarkan pada kondisi faktual bahwa budaya politik lokal yang berbasis pada filosofi “musyawarah untuk mufakat”. Musyawarah berbicara tentang proses, sedangkan mufakat berbicara tentang hasil. Hasil yang diharapkan diperoleh dari proses yang baik. Melalui musyawarah untuk mufakat, berbagai konflik antara para elit politik dapat segera diselesaikan secara arif, sehingga tidak sampai menimbulkan goncangan-goncangan yang merugikan masyarakat luas.

Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berkaitan dengan kepala desa yaitu (UU RI No 6 Tahun 2014 pasal 55) adalah :

a. Membahas dan menyepakati Rancangan peraturan Desa bersama kepala desa.

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa 2. Persyaratan calon anggota BPD

Berdasarkan UU RI No.6 2014 pasal 56, menyatakan anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis, masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji, dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Adapun persyaratan calon anggota BPD sebagai berikut : 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

(29)

14

2. Memegang teguh dan mengamalkan pancasiala, melaksanakan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia Dan Bhineka Tunggal Ika

3. Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah

4. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

5. Bukan sebagai perangkat pemerintah Desa 6. Bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD

7. Wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis 3. Hak BPD

a. Hak BPD sebagai berikut :

a) Meminta keterangan kepada pemerintah desa b) Menyatakan pendapat

b. Hak anggota BPD sebagai berikut :

a) Mengajukan usul rancangan Peraturan Desa b) Mengajukan pertanyaan

c) Menyampaikan usul dan pendapat d) Memilih dan dipilih

e) Mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja desa

4. Kewajiban Anggota BPD sebagai berikut :

(30)

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan.

b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI.

d. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

e. Memproses pemilihan kepala desa.

f. Mengdahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,kelompok dan golongan.

g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat,dan

h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

5. Tugas BPD

Secara yuridis tugas BPD mengacu kepada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, sebagai berikut:

a. Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa, dalam melaksanakan pemilihan kepala desa, BPD berhak membentuk panitia pemilihan kepala desa sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten.

b. Mengusulkan dan menetapkan calon terpilih kepala desa. Dalam hal ini masyarakat mengetahui calon terpilih yang akan mereka pilih dalam waktu pemilihan, diharapkan masyarakat mengenal

(31)

16

watak, karakter serta latar belakang pendidikan dan sosial lainnya secara utuh.

c. Bilamana kinerja kepala desa telah menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan atau telah habis masa jabatannya, maka kepala desa tersebut oleh BPD diusulkan untuk diberhentikan.

d. Kepala desa mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD, dan bersama-sama BPD untuk membahas dalam rapat paripurna, sesuai dengan tata tertib yang dimiliki BPD. BPD dengan tugas dan wewenangnya ikut serta untuk menyetujui atau mengesahkan, dan kepala desa melaksanakan peraturan desa, dan keputusan desa setelah ada persetujuan dari kedua belah pihak.

e. Kepala desa mengajukan Rancangan APBDes kepada BPD untuk disahkan menjadi APBDes dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Karena dengan anggaran, pemerintahan desa dapat berjalan untuk membangun sarana dan prasarana umum.

f. BPD menjalankan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan desa yang dilaksanakan oleh kepala desa.

Pengawasan BPD berupa: a. PERDES dan peraturan Perundang- undangan lainnya, b. Pelaksanaan peraturan Pelaksanaan - peraturan dan keputusan desa, c. Kebijakan pemerintahan desa’

d. Pelaksanaan kerjasama.

g. Pertimbangan dan saran-saran dari BPD terdapat pemerintahan desa dan masyarakat, selalu dijaga agar segala kepercayaan serta dukungan tetap ada, sehingga kepala desa selalu dan

(32)

sungguh-sungguh untuk melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab.

h. Segala aspirasi masyarakat khususnya dalam bidang pembangunan, BPD diharapkan dengan rasa loyalitas mengakui, menampung dan mengayomi masyarakat dengan rasa penuh tanggung jawab dan kerjasama yang baik.

6. Fungsi BPD

BPD sangat diharapakan oleh masyarakat Desa, karena dengan adanya lembaga tersebut semua aspirasi dan kehendak masyarakat akan tersalurkan. Oleh sebab itu, setiap individu yang terpilih menjadi anggota BPD harus mampu mawakili masing-masing daerah yang memilihnya. Untuk dapat menjalankan fungsi sebagai anggota BPD dengan sebaik-baiknya berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. BPD mempunyai 3(tiga) fungsi yaitu : a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa

bersama kepala Desa

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan c. Melakukan pengawasa kinerja kepala Desa

7. Peran BPD dalam musyawarah Desa

Peran BPD adalah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan musyawarah Desa. Tanggung jawab itu mencankup tahap persiapan, pelaksanaan dan pasca musyawarah desa (musdes) :

a. Tahap persiapan, BPD bertanggung jawab memastikan kelompok-kelompok masyarakat melakukan pemetaan kebutuhan masyarakat secara partisipatif. Hasil pemetaan

(33)

18

kebutuhan inilah yang akan menjadi bahan dalam menetapkan prioritas belanja Desa. BPD bersama masyarakat juga melakukan penilaian terhadap hasil pembangunan yang di jadikan bahan pembahasan musyawarah Desa

b. Tahap pelaksanaan, BPD memimpin penyelenggaraan musyawarah Desa

c. Tahap setelah Musdes, BPD memastikan prioritas belanja yang ditetapkan Musdes dan rekomendasi berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya dilaksanakan oleh pemerintah Desa.

C. Perencanaan Pembangunan Desa 1. Pengertian perencanaan

Perencanaan adalah proses continue, yang terdiri dari keputusan atau pilihan dan berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu dimasa mendatang.

Pada dasarnya segala kegiatan pembangunan itu baru akan terarah apabila dilandaskan pada suatu perencanaan pembangunan dan dikontrol, serta dievaluasi.

Perencanaan menurut G.R Terry dalam ( Sukarna 2011:10) :

“ pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta pembutan dan penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.

Sedangkan pengertian perencanaan menurut (Susatyo Herlambang, 2013) :

(34)

“Sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyrakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut”.

Menurut (Susyanto Herlambang,2013) manfaat sebuah perencanaan adalah :

a. Tujuan yang ingin dicapai.

b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.

c. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraikan tugasnya.

d. Sejauh mana efektifitas kepemimpian dan pengarahan yang diperlukan

e. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.

Langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : a. Analisa situasi

b. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya c. Menentukan tujuan program

d. Mengkaji hambatan dan kelemahan program e. Menyusun rencana kerj operasional

Menurut (Munir, 2002: 41) berdasarkan jangka waktunya, perencanaan dapat

dibagi menjadi :

a. perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. Perencanaan jangka panjang adalah

(35)

20

cetak biru pembangunan yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang.

b. perencanaan jangka menengah, biasanya mempunyai rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah walaupun masih umum, tetapi sasaran-sasaran dalam kelompok besar (sasaran sektoral sudah dapat diproyeksikan dengan jelas.

c. perencanaan jangka pendek, mempunyai rentang waktu 1 tahun, biasanya disebut juga rencana operasional tahunan. Jika dibandingkan dengan rencana jangka panjang dan jangka menengah, rencana jangka pendek biasanya lebih akurat.

Sifat khusus dari fungsi perencanaan :

a) Perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat kedua-duanya berlangsung terus bersama-sama.

b) Perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi darimana ia merupakan suatu bagian, adalah dinamis

c) Perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu situasi

d) Sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa- standar yang meliputi tujuan-tujuan yang dirumuskan dengan tepat, kualitas dan cara-cara serta alat-alat penghasil yang bersifat teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa manusia maupun yang berupa materi

(36)

e) Untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan pembagian tanggung jawab

f) Harus berlangsung dalam tingkatan-tingkatan yang bermacam- macam masing-masing dengan spesialisasinya yang wajar g) Perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi

yang terlepas

h) Perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya laba, untuk membuatnya benar – benar efektif.

2. Pengertian Pembangunan

Sondang P siagian mendefinisikan Pembangunan yaitu : “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (natton building)”. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan

ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change) dalam perubahan struktur ekonomi, dari pertanian ke industri atau jasa, perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan. Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau baru berkembang. (Subandi: 2011:9-11).

Adapun pembangunan menurut beberapa ahli yaitu : pembangunan menurut Rogers (Rochajat,dkk: 2011:3) adalah perubahan yang berguna menuju sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Sebuah masyarakat dinilai berhasil

(37)

22

melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara setiap tahunnya. (Rochajat,dkk:

2011:3).

Setelah kita mengetahui definisi pembangunan, maka selanjutnya perlu diketahui pengertian perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan yang merupakan proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana pemilihan tujuan dilakukan secara sadar atas dasar skala kebutuhan dan dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan yang ada.

Ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan, maka ada lima hal pokok yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

a. Permasalahan dan potensi yang ada b. Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai

c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran etrasebut

d. Penerjemahan rencanan kedalam bentuk program yang nyata.

e. Jangka waktu pencapaian tujuan

(38)

D. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh penelitian lainya

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama dan

Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Metode Analisis

Hasil Penelitian dan Penekanan 1 Soni Walangitan

(2015)

Peranan Badan Permusyawa ratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembanguna n Desa (Studi kasus di Desa

Kanonang II Kecamatan Kawangkoan g Barat

Metode Kualitatif

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, peranan Badan

Permusyawaratan Desa sebagai mitra kerja pemerintah telah

melaksanakan fungsinya dengan baik dalam kelangsungan pembangunan desa, BPD samgat bermanfaat karena selain tempat menampung, menyalurkan dan membuat

peraturan desa, BPD juga memberi peran luas untuk partisipasi masyrakat desa dalam proses pembuatan kebijakan desa, kehadiran BPD telah membawa peran mendasar dalam

penyelenggaraan

(39)

24

pemerintah desa karena peran dan fungsi BPD yang sangat strategis.

2 Estepanus Dauwole, Johannis

Kawooan (2017)

Peranan Badan Permusyawa ratan Desa dalam dalam Perencanaan Pembanguna n (Studi kasus di Desa Tolabit Kecamatan Kao

Kabupaten Halmahera Utara

Metode deskriptif kualitatif

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, Peranan BPD tidak terlepas dari fungsi dan tugasnya yaitu sebagai wadah menampung aspirasi

masyarakat atau penyalur aspirasi dalam

pembangunan desa, namun masih ditemukan adanya sebagian masyarakat yang masih apatis terhadap pembangunan yang ada di desanya sendiri, hal ini disadari bahwa dalam menumbuhkan pasrtisipasi masyarakat di Desa Tolabit bukan hal yang mudah namun dengan mayoritas

masyrakatnya yang mendukung

menjadikan pembangunan tetap berjalan.

3 Dwi Mustakarini, Indriyana, Pono, dan Pryo Sularso (2017).

Efektivitas Peran dan Kedudukan Badan Permusyawa ratan Desa (BPD) dalam Upaya

Pembanguna

Metode kualitatif deskriptif

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, BPD Desa Pulosari sudah menjalankan peran dan kedudukannya dengan baik dalam pembangunan Desa, yaitu bisa

(40)

n Desa dilihat dari keevektifan BPD yang selalu memberikan masukan dan ide- ide dalam upaya pembangunan desa serta serta melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, ini terbukti dari sudah terealisasinya program-program pembangunan yang sudah diselesaikan dengan sesuai rencana, pembanguan dilakukan secara bertahap karena adanya kendala dana, namun pada akhirnya masalah keterbabatasan dana bisa diminimalisir karena banyaknya bantuan yang masuk (dari kabupaten, PNPM Mandiri, Swadaya dari

Masyarakat)jadi bisa disimpulkan bahwa peranan BPD di Desa Pulosari dapat dikatakan telah menjalankan fungsi dan peranya dalam pembangunan dengan cukup baik.

4 Pendi (2017) Peran Badan Permusyawa ratan Desa (BPD) Dalam Menjalankan Pengawasan

Metode deskriptif kualitatif

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, Peran BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap

(41)

26

Terhadap Pemerintaha n Desa Sebulu Modern Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai

Kartanegara

pemerintahan Desa dalam segi pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan kepala desa, pelaksanaan peraturan desa dan pelaksanaan alokasi dana desa belum optimal, serta kendala- kendala yang menjadi

penghambat peran BPD dalam

menjalankan fungsi pengawasan 5 Yusrina

Rahmadhani (2016)

Peranan Badan Permusyawa ratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembanguna n di Desa Pabbentenga n kecamatan kecamatan Bajeng kabupaten Gowa.

Metode deskriptif kualitatif

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam tahap perencanaan pembangunan di Desa

Pabbentengan sudah dikatakan berjalan dengan baik, karena dapat dilihat dari proses keterlibatan BPD serta masyarakat dalam

merumuskan perencanaan pembangunan, pembangunan belum sesuai yang diharapkan karena kurangnya SDM dari anggota BPD dan terbatasnya

dana yang

dikeluarkan,

sedangkan dalam tahap pengawan belum efektif karena

(42)

pengawasan yang dilakukan masih kurang aktif terutama anggota BPD yang hanya satu dua orang saja yang turun kelapangan

meninjau pembangunan desa.

E. Kerangka Konsep

Menurut Kamus Riset, Kerangka Konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variable-variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan. kerangka konsep akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Secara ringkas kerangka konseptual yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor dengan motivasi auditor sebagai variabel moderating (Sugiyono 2014: 128).

Gambar 2.1: Kerangka Konsep

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Peran BPD dalam tahap pembangunan desa : 1. Tahap perencanaan

2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Pengawasan

Optimalisasi keberhasilan BPD dalam perencanaan pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan

Sinjai Kabupaten Sinjai Selatan

(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Yang dimaksud metode kullitatif mengabarkan dan mengdeskripsikan atau menjelasakan peristiwa yang sebenarnya pada masa sekarang dan cenderung menggunakan analisis. Menurut (Sanafia 1999) tujuan penelitian kualitatif untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akuratmengenai fakta dan sifat sifatpopulasi atau daerah tertentu.

B. Fokus Penelitian

Penelitian saya berfokus pada apa yang menjadi rumusan masalah yaitu Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan Desa di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. Fokus penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan kualitatif lebih mudah disesuaikan apabila dihadapkan pada kenyataan dilapangan karena pendekatan kualitatif bersifat dinamis. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif ini memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai, Alasan saya mengambil lokasi penelitian tersebut karena melihat kondisi Desa Polewali yang masih

(44)

berkembang sehingga timbul ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana peranan BPD dalam perencanaan pembangunan Desa 2. Waktu penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan dimulai dari

bulan April – Mei 2019 D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di peroleh melalui dua cara, yakni sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dengan cara melakuka wawancara langsung kepada informan yang telah dipilih yaitu Ketua BPD, Wakil Ketua BPD, anggota BPD , Kepala Desa, Sekertaris Desa, Kepala Dusun ,Tokoh Masyarakat yang mewakili setiap Dusun dan pengamatan secara langsung dilapangan pada objek penelitian.

2. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari bahan bacaan, studi kepustakaan dan dokumentasi tentang peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Desa Polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten sinjai.

E. Pengumpulan Data

Salah satu unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah pengumpulan data karena unsur ini mempengaruhi langkah- langkah berikutnya sampai dengan penarikan simpulan. Oleh karenaitu, untuk mengumpulkan data yang diperlukan maka harus dipakai teknik yang benar untuk memperoleh data yang benar. Untuk mendapatkan data-data tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan proses pengumpulan data dengan metode dibawah ini :

(45)

30

1. Observasi

Observasi adalah penelitian yang di lakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, yakni mengenai Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten sinjai

2. Wawancara

Wawancara Mendalam, yaitu mengumpulkan sejumlah data dan informasi terkait yang diteliti. Wawancara ini dilakukan kepada informan yang telah dipilih dan dianggap mengetahui/mengerti betul tentang hal-hal yang berkaitan dengan Peranan BPD dalam Penyelenggaraan pemerintahan Desa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan Kegiatan yang dimaksudkan untuk menganalisa atau mengetahui data yang berkaitan denganPeranan Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa polewali kecamatan sinjai selatan kabupaten sinjai.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan peneliti adalah lembar pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan selama proses wawancara berupa garis besar pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek penelitian, yang bertujuan menggali informasi sebanyak-

(46)

banyaknya tentang apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan.

G. Teknik Analisis

Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting. Dilihat dari tujuan penelitian, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, danbahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan semuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Data yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan apa adanya mengenai Peranan BPD Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa polewali Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

Menurut Ardhnal ( dalam Moleong 2002 : 103)menjelaskan bahwa analisis dataadalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalamsuatu pola, kataegori dan suatuuraian dasar. Penelitian analisisdata deskriptif kualitatifberdasarkan pada tabel frekuensiyaitu hasil pengumpulan datadireduksi. Istilah reduksi menurut

(Moloeng : 1989) dalam penelitia kualitatif ialah sebagaimerangkum data, memili hal-halpokok dan memfokuskan padahal-hal penting.

Langkah-langkah dalam analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi data Merupakan merangkum, memilih hal-halpokok yang

penting, dicari tema dan polanya.Dengan data data yang telahdiredusi akan memberikangambaran jelas danmempermuda peneliti untukpengumpulan dataselanjutnya, dan mencari biladiperlukan.

(47)

32

2. Penyajian data merupakan Penyajian dataini dilakukan dalam bentukuraian singkat, baganhubungan antara kateori,flowhart dan sejenisya, ataudilakukan penyajian datadengan teks yang bersifatnaratif.

3. Penarikan kesimpulan data dan verifikasi merupakan kesimpulandalam penelitian kualitatifadalah nerupakan temuan baruyang sebelumnya belum pernaada. Temuan dapat berupa deskripsi data gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah di teliti nenjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaraktif hipotesis atau teori.

(48)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Polewali

Sejarah Desa Polewali diawali dengan pemekaran dari Desa Songing pada tahun 1989, dikarenakan memiliki wilayah yang cukup luas serta keinginan sebagian besar warga untuk memisahkan diri dari wilayah songing maka dilaksanakan pemekaran dan hasil pemekaran desa songing adalah menjadi Desa Polewali, Paska pemekaran dan pemisahan diri dari Desa Songing yang sekarang menjadi Polewali, Desa Polewali dipimpin dengan Kepemimpinan pertama Kepala Desa Polewali yaitu A.HAERUDDIN pada Tahun 1989 sampai dengan 1999.

2. Sejarah Kepemimpinan Desa

Berikut nama-nama yang telah menjabat sebagai Kepala Desa Polewali :

a. Andi Haeruddin Tahun 1989 s/d 2000 b. Ambo Tahun 2001 s/d 2013 c. Andi Herlina Hafid (PLT) Tahun 2013 s/d 2015 d. Imran Tahun 2015 s/d Sekarang 3. Keadaan Geografis Desa

a. Letak Wilayah memiliki luas wilayah yang tidak terlalu besar, serta daerah administratif Desa Polewali jika menilik ke Desa lainnya terdapat di Kecamatan Sinjai Selatan adalah menjadi salah

(49)

34

satu desa yang memiliki wilayah administratif terkecil. Namun demikian, dengan tidak terlalu besarnya wilayah yang harus dikembangkan oleh Pemerintahan Desa Polewali maka hal itu dirasa akan cukup memabantu dalam meningkatkan potensi yang terdapat di Desa Polewali pada masa ke masa.

Secara geografis Desa Polewali merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sinjai Selatan yang mempunyai luas wilayah mencapai 800,63 Ha. Dengan jumlah penduduk Desa Polewali sebanyak 1.883 Jiwa. Desa Polewali merupakan salah satu Desa dari 10 (sepuluh) Desa yang ada di kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai , Desa Polewali berada pada ketinggian ± 331 dpl (longitut 6,70543 ºE dan etitut 106,70543 ºE) dan curah hujan

± 200 mm, rata-rata suhu udara 28º - 32º celcius. Bentuk wilayah Perbukitan. Desa Polewali terletak di sebelah Barat Kecamatan Sinjai Selatan yang apabila ditempuh dengan memakai kendaraan hanya menghabiskan waktu selama ± 30 menit.

(50)

Gambar 4.1

Peta Desa Polewali

Sebelah Utara : Desa Saotanre Kec. Sinjai Tengah Sebelah Timur : Desa Songing Kec. Sinjai Selatan Sebelah Selatan : Desa Puncak Kec. Sinjai Selatan Sebelah Barat : Desa Bontokatute Kec. Sinjai Borong b. Luas Wilayah

Jumlah luas tanah Desa Polewali seluruhnya mencapai 800,63 ha dan terdiri dari tanah darat dan tanah sawah dengan rincian sebagai berikut :

1) Tanah Darat : 745,63 ha 2) Tanah Sawah : 55 ha

(51)

36

Gambar 4.2 Sebaran Wilayah

c. Sumber Daya Alam

1) Pertanian : Padi Sawah 55ha / 1 Ton 2) Peternakan : -

3) Perkebunan : Tanaman Cengkeh 150ha / 0,5 Ton

4) Lahan Tanah d. Orbitasi

Orbitasi atau jarak dari pusat-pusat pemerintahan : 1) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 12 km 2) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 39 km e. Karakteristik Desa

Desa Polewali merupakan kawasan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian dari sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama sector pertanian dan perkebunan. Sedangkan pencaharian lainnya adalah sektor industri kecil yang bergerak di

(52)

bidang kerajinan dan pemanfaatan hasil olahan pertanian dan perkebunan.

4. Demografi Wilayah Administratif Desa Polewali a. Keadaan penduduk

Berdasarkan pemutahira data pada bulan September 2015 jumlah penduduk Desa Polewali terdiri dari 1.883 Jiwa degan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk

Sumber: Data Profil Desa Polewali NO Nama

Dusun/Lingkungan RT RW

Jumlah Penduduk

L P L+P

1 Bontomanai 1 1 104 101 205

2 2 145 139 284

2 Bontopaddu 1 1 38 38 76

2 1 45 47 92

3 2 119 125 244

3 Mattirolau 1 1 39 33 72

2 2 35 26 61

3 2 101 94 195

4 Jenna 1 1 118 114 232

2 1 59 65 124

5 Lengkese 1 1 61 68 129

2 1 91 78 169

Jumlah 955 928 1.883

(53)

38

Tabel 4.2

Tingkat pendidikan Desa Polewali

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Strata 2 -

2 D 4 / Strata 1 17

3 D 3 / Sarjan Muda 11

4 D 1 / D 2 3

5 SLTA Sederajat 105

6 SLTP Sederajat 358

7 SD Sederajat 687

8 Putus Sekolah 425

8 Tidak Sekolah 277

Jumlah 1883

Sumber: Data Profil Desa Polewali

b. Data Jumlah Dusun, RT, RW

1) Jumlah Dusun : 5 Wilayah

2) Jumlah RW : 8 Wilayah

3) Jumlah RT : 12 Wilayah

(54)

5. Perekonomian Desa

Perekonomian yang ada di Desa Polewali merupakan aset yang besar bagi pertumbuhan perekonomian penduduk Desa. Selain mayoritas penduduk sebagai petani di Desa Polewali tumbuh usaha- usaha kerajinan, warung, toko, home industry, peternakan dan perikanan.

Tabel 4.3

Daftar Perangkat Desa

No Nama Jabatan Keterangan

1. IMRAN Kepala Desa Polewali

2. HASIDING Sekretaris Desa

3. FIRMAN Kepala Urusan Pemerintah

4. NAISYAH Kepala Urusan Umum

5. ANISA, SE Kepala urusan Pembangunan

6. TONE Kepala Dusun Bontomanai

7. TENGGA Kepala Dusun Bonto Paddu

8. ALIMUDDIN Kepala Dusun Mattirolau 9. MUHAMMAD ALI Kepala Dusun Jenna

10 ALKAF Kepala Dusun Lengkese

Sumber: Data Profil Desa Polewali

(55)

40

Tabel 4.4

Daftar anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Polewali

Sumber: Data Profil Desa Polewali

Tabel 4.5

Rekap Struktur Pemerintahan Desa Polewali

No Nama Jabatan Ket

1 IMRAN Kepala Desa Polewali

2 FIRMAN Sekretaris Desa

3 AMAR Kepala Urusan Pemerintahan

4 NAISYAH Kepala Urusan Umum

5 ANISA,SE Kepala Urusan Keuangan

No Nama Jabatan Keterangan

1. MAZLAN Ketua

2. MULYADI Wakil Ketua

3. DAHLIA Sekretaris

4. JAMALUDDIN Anggota

5. IWAN Anggota

6. IMRAN Anggota

7. RISAL Anggota

8. ANSAR Anggota

9. HASRAWATI BAHAR Anggota

(56)

No Nama Jabatan Ket

6 TONE Kepala Dusun Bontomanai

7 TENGNGA Kepala Dusun Bontopaddu

8 ALIMUDDIN Kepala Dusun Mattirolau

9 MUHAMMAD ALI Kepala Dusun Jenna

10 ALKAF Kepala Dusun Lengkese

11 IRAWATI, S.Pd Ketua PKK

12 MAZLAN Ketua BPD

13 BAHARUDDIN Ketua LPMD

14 AMBO Tokoh Masyarakat

Sumber: Data Profil Desa Polewali

6. VISI DAN MISI a. Visi Desa

“Terwujudnya Masyarakat Desa Polewali Yang Lebih Maju, Mandiri, Aman Dan Sejahtra Serta Bermartabat”

b. Misi Desa

1) Menyelenggarakan Pemerintahan Desa yang Akuntabel, Transparan, Profesional, Efektif dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme serta Bentuk-bentuk Penyelewengan lainnya.

(57)

42

2) Melaksanakan Pembangunan yang lebih baik dan merata berdasarkan asas Musyawarah, Mufakat serta dapat dipertanggung jawabkan.

3) Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat, dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Pelaksanaan Pembangunan, dan Pembinaan Masyarakat di berbagai sektor.

4) Meningkatkan mutu Kesejahtraan Masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan layak.

7. Kebijakan Pembangunan

Dalam menentukan peta potensi dan masalah yang terdapat di Desa Polewali, dilakukan melalui proses penjaringan masalah dan penggalian masalah. Proses Penjaringan Masalah dan Penggalian Gagasan di tingkat dusun terhadap potensi dan masalah yang ada di Desa Polewali. dengan menggunakan 3 (tiga) alat kajian, yaitu :

a. Sketsa Desa b. Kalender Musim

c. Diagram Kelembagaan

Proses penjaringan masalah dan penggalian gagasan dilakukan melalui musyawarah dusun (Musdus) yang telah dilaksanakan pada November 2014. Dari hasil Penjaringan Masalah dan penggalian gagasan tentang potensi dan masalah yang telah dilakukan tersebut, maka masalah dan potesi yang ada di Desa Polewali adalah sbb :

(58)

a. Arah kebijakan pembangunan

Dalam rangka melaksanakan strategi pembangunan daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan sesuai dengan Visi, Misi Desa Polewali, maka diperlukan arah kebijakan pembangunan desa yang akan dilaksanakan. Arah kebijakan pembangunan Desa Polewali diarahkan pada terwujudnya masyarakat desa yang mandiri, makmur, agamis dan berkeadilan, yang didukung oleh sarana prasarana yang memadai dan aparatur pemerintahan yang handal. Guna mewujudkan hal tersebut, kebijakan pemerintah Desa Polewali adalah lebih banyak memberikan “kail” daripada

“ikan”, dan selanjutnya diutamakan lebih banyak lagi memberikan

“cara membuat kail”. Untuk mencapai hal tersebut, maka fokus kebijakan pembangunan Desa Polewali tiga tahun mendatang diutamakan pada empat bidang yaitu Pemerintahan, sosial budaya, pembangunan wilayah.

1) Ekonomi

Bidang ekonomi meliputi : bidang pertanian, bidang peternakan dan bidang perdagangan/koperasi/industri dan bidang kehutanan. Dan selanjutnya disesuaikan dengan potensi yang ada di Desa Polewali. Pelaksanaan penanggulangan kemiskinan akan optimal apabila didukung oleh potensi yang dimiliki oleh wilayah itu sendiri, baik yang berkait dengan

potensi sumber daya alamnya maupun

masyarakat/manusianya. Sehingga dapat diukur tingkat kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalahnya dengan

(59)

44

strategi yang sistematis, jelas, dan terarah tentang kegiatan- kegiatan yang akan dilakukannya. Peta potensi tersebut adalah:

Desa Polewali merupakan salah satu dari 10 desa yang berada di Kecamatan Sinjai Selatan. Luas wilayah Desa Polewali secara keseluruhan adalah seluas 800,63 Ha. Desa Polewali berada di ketinggian 331 meter di atas permukaan laut. Desa Polewali Kecamatan Sinjai Selatan secara topografi merupakan perbukitan. Wilayah Desa Polewali yang beriklim tropik basah memiliki curah hujan sebesar 200-300 mm per tahun. Desa Polewali memiliki intensitas curah hujan sedang sehingga suhu udara tinggi dan kategori ini cukup untuk dapat mendukung kegiatan masyarakat dalam bidang pertanian.

Potensi di bidang pertanian dan perkebunan merupakan potensi unggulan yang terdapat di Desa Polewali. Komoditas Cengkeh, Lada, Kakao, Padi, tanaman hortikultura sangat dominan didukung oleh lahan yang subur, iklim yang baik serta kemampuan petani dalam bidang pertanian yang memadai.

Adanya beberapa sumber air di Desa Polewali menjadikan sumber pengairan utama bagi masyarakat petani disekitar Desa Polewali sehingga pada saat musim kemarau dapat menjadi sumber cadangan air yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Iklim di Desa Polewali terdapat dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada

(60)

bulan November hingga Juni. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Juli sampai Oktober.

Di Desa Polewali terdapat jalan utama yang merupakan aksesibilitas atau jalur penghubung yaitu menghubungkan antar beberapa kecamatan dan merupakan jalur penghubung untuk memasarkan hasil pertanian. Potensi sumber daya alam lainnya yang juga banyak terdapat di desa Polewali adalah berupa kayu dan bambu yang merupakan bahan dasar dalam pembangunan infrastruktur bangunan dan lain-lain. Selain itu masih banyak sumber daya alam yang masih bisa digali dan dikembangkan, yang diantaranya terdapat di tabel berikut : Tabel. 4.6

Sumber Daya Alam Desa Polewali

NO JENIS SUMBER DAYA ALAM JUMLAH KETERANGAN

1 Tanah carik Desa 2 Batu Alam / Batu Pasir

3 Hutan Bambu 5 ha

4 Kayu 10 ha

5 Lahan Pekarangan 15 ha

6 Tanah sawah 55 ha

7 Tanah Perkebunan 34 ha

8 Tanah Hibah Masyarakat 1 ha

9 Palawija 10 ha

10 Sumber Mata Air 7 bh

11 Hutan Rakyat

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Konsep  27
Gambar 2.1: Kerangka Konsep
Gambar 4.2  Sebaran Wilayah
Tabel 4.1  Jumlah Penduduk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Analisis fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

Hasil penelitian Analisis fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD dalam membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi.. Oleh karenanya BPD sebagai badan

Dari hasil wawancara diatas dapat saya simpulkan bahwa cara Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan pengawasan pembangunan yaitu dengan cara hubungan kerjasama

Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan Pasal 32 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut

Berdasarkan uraian teori dan konsep, maka definisi konsepsional dalam penelitian ini yaitu Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembangunan di Desa Makmur Jaya

Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam kinerja Badan Permusyawaratan Desa BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang demokratis tahun 2020 tidak berjalan maksimal, karena untuk