Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa
Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan)
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
EKO TRI UTAMI
050921003
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
ABSTRAKSI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Kerangka Teori ... 6
1.5.1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ... 6
1.5.2. Perencanaan ... 7
1.5.3. Pembangunan Desa ... 10
1.5.4. Perencanaan Pembangunan Desa ... 14
1.5.4.1. ... Langka h-langkah Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa ... 18
1.5.4.2. ... Jenis-je nis Rencana Desa ... 21
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
1.6. Defenisi Konsep ... 26
1.7. Defenisi Operasional ... 27
1.8. Sistematika Penulisan ... 28
BAB II METODE PENELITIAN ... 30
2.1. Metode Penelitian ... 30
2.2. Lokasi Penelitian ... 30
2.3. Populasi dan Sampel ... 30
2.3.1. Populasi ... 30
2.3.2. Sampel ... 30
2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 32
2.5. Teknik Analisa Data ... 32
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 33
3.1. Geografis ... 33 3.2. Penduduk ... 33 3.3. Mata Pencaharian ... 37 3.4. Pendidikan ... 38 3.5. Agama ... 40 3.6. Pemerintahan Desa ... 42
3.7. Badan Permusyawaratan Desa ... 43
3.8. Daftar Usulan Proyek ... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 48 4.1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Pembangunan Desa ... 48
4.2. Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Penetapan Jenis-jenis Rencana Desa ... 52
4.3. Prosedur Proyek Desa Melalui APBD ... 56
4.3.1. Musyawarah Pembangunan Desa ... 57
4.3.2. Rekapitulasi Usulan Proyek ... 60
BAB V ANALISA DATA ... 62
5.1. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa ... 62
5.2. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menyusun Jenis-jenis Rencana Desa ... 64
5.3. Analisa Data Tentang Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Proyek Desa ... 66
BAB VI PENUTUP ... 68
6.1. Kesimpulan ... 68
6.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 ... 34 Tabel 2 ... 37 Tabel 3 ... 39 Tabel 4 ... 40 Tabel 5 ... 41 Tabel 6 ... 45
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRAKSl
PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
(Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali
Kecamatan Percut Sei Tuan) Nama : Eko Tri Utami
Nim : 050921003
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departeman : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Marlon Sihombing, MA
Keberhasilan dari suatu pemerintahan terletak pada pemerintahannya sendiri, dalam hal ini pemerintah telah membuat Undang-undang mengenai pemerintahan desa, salah satunya adalah PP No. 72 Tahun 2005 tentang desa, yang isinya menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam perencanaan pembangunan desa, pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa seyogianya tidak merencanakan sendiri perencanaan pembangunan tersebut tanpa melibatkan lembaga lain. Lembaga yang paling berpengaruh untuk menampung aspirasi masyarakat adalah Badan Permusyawaratan Desa, maka seharusnya Kepala Desa sebagai kepala tertinggi Pemerintahan Desa harus bekerja sama dengar, BPD tersebut dalam menetapkan perencanaan pembangunan desa, serta harus mengikut sertakan masyarakat.
Sehubungan dengan itu maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitilian di Desa Sampali ini dengan tujuan untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun fokus penelitiannya adalah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan desa. Metode pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, observasi dan penelitian kepustakaan.
Dari analisa data yang penulis lakukan diperoleh gambaran bahwa peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan di desa Sampali sudah berjalan dengan baik dan masih perlunya diadakan perubahaan format keanggotaan pada Badan Permusyawaratan Desa yang lebih mencerminkan perwakilan dari setiap dusun.
(Keyword : Badan Permusyawaratan Desa, Perencanaan Pembangunan Desa)
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah akan sangat bergantung pada kesiapan Pemerintah Daerah dalam menata sistem pemerintahannya agar tercipta pembangunan yang efektif, efesien, transparansi, dan akuntabel serta mendapat partisipasi dari masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahannya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah dipandang perlu untuk menekankan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good
Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Governance) dalam mewujudkan
pembangunan daerah yang desentralistik dan demokratis.
Maka dalam penyelenggaraan pembangunan desa diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk mampu berpatisipasi dalam melaksanakan pembangunan desa serta melaksanakan administrasi pembangunan desa. Dengan demikian diharapkan pembangunan dan pelaksanaan administrasi desa akan berjalan lebih rasional, tidak hanya didasarkan pada tuntutan emosional yang sukar dipertanggungjawabkan kebenarannya (Suwignjo, 1982:1).
Hal ini mengisyaratkan bahwa keikutsertaan masyarakat di dalam perencanaan pembanguanan desa memang benar-benar sangat dibutuhkan untuk mensinkronkan rencana pembangunan desa yang akan dilaksanakan dengan apa yang
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan dan penghidupannya di desa. Karena bila tidak demikian, bisa saja pembangunan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan sehingga pembangunan yang dilaksanakan sia-sia belaka dan masyarakat sendiripun akan bersifat apatis terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan desa itu.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan Kecamatan, karena Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/ kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan kelurahan, desa memiliki hak untuk mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan.
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa merupakan pimpinan penyelengaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/ diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Dari keterangan dan paparan di atas terlihat bahwa perencanaan pembangunan desa adalah sesuatu yang sangat penting. Karena dari perencanaan pembangunan inilah arah pembangunan desa ditentukan. Karena itu sudah menjadi kewajiban pemerintahan desa untuk menampung aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Aspirasi masyarakat dapat tertampung dengan cara melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dalam perencanaan pembangunan tersebut. Karena pada dasarnya merekalah yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang merupakan sarana bagi Kantor Kepala Desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dan masyarakat guna merencanakan pembanguanan desanya. Di sini dibutuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat untuk ikut serta dalam merencanakan pembangunan di desanya sendiri. Berarti masyarakat dapat dikatakan harus berpartisipasi dan sebagai subjek dalam perencanaan pembangunan di desanya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
dilibatkan untuk menentukan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan objektif masyarakat yang bersangkutan. Dalam arti bahwa perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat sehingga program perencanaan pembangunan desa yang akan dicanangkan, masyarakat dapat berpartisipasi seoptimal mungkin. Ide-ide pembangunan harus berdasarkan pada kepentingan masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhannya yang menunjang terhadap pembangunan nasional. Ide-ide pembangunan desa demikian inilah yang akan ditampung dalam Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan akan dimufakatkan bersama dalam musyawarah pembangunan desa sehingga dapat direncanakan dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta partisipasi aktif nantinya pada saat pelaksanaan pembangunan desa.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan desa akan dilaksanakan pada musyawarah pembangunan desa antara pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan penghidupannya. Seperti kita ketahui bersama baik di media massa maupun media elektronik memberitakan bahwa perencanaan pembangunan desa sering tertunda. Oleh karena itu yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah apakah BPD benar-benar telah melaksanakan peranannya dalam perencanaan pembangunan desa sesuai dengan yang telah disepakati bersama.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
penelitian ilmiah dengan judul “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan)”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini berfungsi untuk membatasi studi dan mengacu pada pelaksanaan panelitian secara objektif terhadap objek penelitian. Selain itu dengan perumusan masalah yang jelas, akan memenuhi kriteria untuk memasukkan dan mengeluarkan data yang diperoleh dari objek penelitian. Jadi berdasarkan pemikiran ini dan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah : Bagaimanakah peranan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dengan dilakukannya penelitian ini adalah :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis terima selama perkuliahan di Departeman Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai kontribusi bagi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.5. Kerangka Teori
1.5.1. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Badan Permusyawaratan Desa merupakan organisasi yang berfungsi sebagai badan yang menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Anggotanya adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
BPD mempunyai peran yang besar dalam membantu Kepala Desa untuk menyusun perencanaan desa dan pembangunan desa secara keseluruhan. Dalam UU No. 32 dijelaskan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/ kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Dalam rangka pemberdayaan dan penguatan desa, pemerintah mendorong terbentuknya Badan Perwakilan Desa (BPD) yang dalam UU.No.32 tahun 2004 , menjadi Badan Permusyawaratan Desa.
Dalam melaksanakan kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legeslasi (menetapkan kebijakan desa) dan menampung serta menyalurkan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
aspirasi masyarakat bersama Kepala Desa. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Desa, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai lembaga legislasi, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki hak untuk menyetujui atau tidak terhadap kebijakan desa yang dibuat oleh Pemerintah Desa. Lembaga ini juga dapat membuat rancangan peraturan desa untuk secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi peraturan desa. Disini terjadi mekanisme check and balance system dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang lebih demokratis. Sebagai lembaga pengawasan, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi kebijakan desa, Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes) serta pelaksanaan keputusan Kepala Desa. Selain itu, dapat juga dibentuk lembaga kemasyarakatan desa sesuai kebutuhan desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.
1.5.2. Perencanaan
Sudah merupakan suatu keharusan bagi setiap organisasi yang akan mewujudkan tujuannya selalu melalui tahap perencanaan dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan merupakan tahapan awal dari suatu proses pembangunan. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan apa yang akan dilaksanakan, tujuan yang hendak dicapai, sasaran yang dipergunakan dan sebagainya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Maka dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan atau usaha yang terorganisir dalam mencapai tujuan, diperlukan perencanaan.
Menurut Prajudi Atmosoedirdjo (1972:177) sebagai berikut: “Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan daripada yang dijalankan dalam rangka pencapaian objek tertentu”.
Sementara itu Moekijat (1988:12) bahwa: “Perencanaan itu penting sekali dan harus ada dalam suatu organisasi. Perencanaan merupakan suatu keharusan dalam manajemen modern”.
Untuk mendukung pendapat di atas Dana Conyers (199l:4) menjelaskan hahwa perencanaan juga melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan, atau bagaimana memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di masa depan.
Pengertian di atas semakin dipertegas oleh J.B.Kristiadi (1995:12) menyebutkan bahwa “Perencanaan adalah pola perbuatan menggambarkan dimuka hal-hal yang akan dikerjakan kemudian. Dengan kata lain, planning adalah memikirkan sekarang untuk tindakan yang akan datang”.
Lebih lanjut Widjojo (1985:31) mengemukakan pendapat tentang azas-azas sebuah perencanaan yaitu :
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
a. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan.
b. Pilihan antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu maupun pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu yang lebih dahulu harus dipilih pula.
Setelah menguraikan pengertian tentang perencanaan sebagaimana disebut di atas, maka diperlukan beberapa persyaratan dalam penyusunan suatu perencanaan seperti yang dikemukakan S.P.Siagian (l987:108) dimana rencana itu harus :
a. Mempemudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. b. Dibuat oleh orang-orang yang sudah memahami tujuan organisasi.
c. Dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami teknik-teknik perencanaan.
d. Disertai oleh perincian yang teliti.
e. Tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran dan pelaksanaan. f. Bersifat sederhana.
g. Bersifat luwes.
h. Terdapat pengambilan resiko. i. Merupakan forecasting.
Selanjutnya perencanaan dipandang sangat penting, untuk dapat menjamin sistematisasi pelaksanaan pembangunan. Untuk ini hal yang perlu dipahami adalah
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
proses perencanaan atau tahapan-tahapan di dalam penyusunan perencaaan tersebut. Menurut Bintoro (1991:12) tahapan-tahapan penyusunan perencanaan itu meliputi : a. Tinjauan keadaan, yang meliputi identifikasi masalah-masalah pokok yang
dihadapi, seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai untuk menjamin kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan yang masih dikembangkan.
b. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana, untuk dapat mengetahui kecenderungan-kecenderungan perspektif masa depan.
c. Perkiraan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana tersebut.
d. Identifikasi kebijaksanaan dan atau kegiatan ini adalah tahap persetujuan rencana. Secara lebih terinci lagi, tahapan-tahapan perencanaan ini dijelaskan oleh S.P.Siagian (1987:108) dalam bukunya “Administrasi Pembangunan” adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi. b. Kumpulkan data-data.
c. Penganalisaan data-data. d. Penentuan beberapa alternatif.
e. Memilih cara-cara yang kelihatannya terbaik. f. Pelaksanaan.
g. Penilaian hasil yang dicapai.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Menurut S P. Siagian (1987:2) pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa/ nation building. Sementara Riyono Pratikno (1979:119) mendefenisikan pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial dimana diperkenalkan berbagai gagasan baru ke dalam sistem sosial untuk meningkatkan penghasilan perkapita serta standard hidup.
Lebih lanjut Bintoro (l983:59) menyebutkan bahwa pembangunan merupakan proses tanpa ada akhir, suatu kontinuitas perjuangan mewujudkan ide dan realitas yang akan terus berlangsung sepanjang kurun sejarah.
Berarti jelaslah bahwa suatu pembangunan tidak lain merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berencana dan dilaksanakan secara sadar.
b. Selalu diarahkan pada usaha peningkatan atau menuju kepada keadaan yang lebih baik.
c. Berlangsung terus-menerus.
Taliziduhu Ndraha (1982:71) mengemukakan bahwa: “pembangunan desa merupakan setiap pembangunan yang di dalam prosesnya masyarakat desa harus berpartisipasi aktif”.
Sementara Soewignjo (1985:24) juga mengemukakan pendapat mengenai pembangunan desa yaitu: “Pembangunan desa yaitu perencanaan pembangunan ‘dari, oleh, dan untuk’ masyarakat desa.”
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Dari defenisi di atas mengisyaratkan dengan jelas bahwa keikutsertaan masyarakat dalam proses penentuan pembangunan di desanya adalah sangat dominan. Melibatkan mental dan emosi masyarakat desa yang dapat mendorong mereka untuk menyumbang bagi tercapainya tujuan masyarakat dengan jalan mendiskusikan, menentukan keinginan, merencanakan dan mengerjakan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat.
Dalam penjelasannya oleh Syahyuti dari Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, partisipasi adalah proses tumbuhnya kesadaran terhadap kesalinghubungan di antara stakeholders yang berbeda dalam masyarakat, yaitu antara kelompok-kelompok sosial dan komunitas dengan pengambil kebijakan dan lembaga-lembaga jasa lain. Secara sederhana, partisipasi dapat dimaknai sebagai “the
act of taking part or sharing in something”. Dua kata yang dekat dengan konsep
partisipasi adalah “engagement” dan “involvement”.
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh inisitaif pembangunan. Maka, pembangunan yang partisipatif adalah proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan substansial yang berkenaan dengan kehidupan mereka. Dalam bidang politik dan sosial, partisipasi bermakna sebagai upaya melawan ketersingkiran. Jadi, dalam partisipasi, siapapun dapat memainkan peranan secara aktif, memiliki kontrol terhadap kehidupannya sendiri, mengambil peran dalam masyarakat, serta menjadi lebih terlibat dalam pembangunan. Pada akhirnya, tujuan partisipasi adalah untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
meningkatkan inisiatif masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan.
Jika dicermati, makna partisipasi berbeda-beda menurut mereka yang terlibat, misalnya antara pengambil kebijakan, pelaksana di lapangan, dan masyarakat. Para ahli telah mampu membuat pengklasifikasian partisipasi. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya ada tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada bentuk yang ideal, yaitu :
1. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran belaka. 2. Partisipasi informatif. Masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian. Akurasi hasil penelitian, tidak dibahas bersama masyarakat.
3. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, menganalisa masalah dan pemecahannya. Belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.
5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandiriannya.
6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.
7. Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk merubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.
Akhir-akhir ini telah lahir konvergensi antara hasrat pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan dan implementasinya dengan terciptanya good
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
lebih langsung. Intinya adalah bagaimana masyarakat dapat mempengaruhi pemerintah dan memaksa mereka agar lebih accountable.
1.5.4. Perencanaan Pembangunan Desa
Pentingnya perencanaan dalam setiap pembangunan, Bintoro (1983:2) menyebutkan : “Dengan perencanaan pembangunan dimaksudkan agar pembangunan terselenggara secara berencana, yaitu secara sadar, teratur, sistematis, berkesinambungan, mengusahakan peningkatan dan kemampuan menahan gojolak-gejolak di dalam pelaksanaannya.
Agar usaha-usaha pembangunan dapat berhasil mencapai sasaran, maka pengarahan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber yang ada perlu berpedoman pada suatu rencana yang terwujud dalam suatu bentuk perencanaan pembangunan. Bintoro (1987:12) menyatakan bahwa :
a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimal output) dengan sumber-sumber yang ada agar lebih efektif dan efisien. c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilaksanakan, bagaimana, bilamana, dan pada siapa.
d. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya untuk
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
mencapai tujuan-tujuan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien.
Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa suatu perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan pembangunan desa sangat membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Perencanaan pembangunan desa merupakan perencanaan pembangunan yang dilakukan masyarakat sendiri, dari dan untuk masyarakat sendiri, dengan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pembinaan serta pengawasannya dilakukan oleh pemerintah. Jadi, dengan proses pembangunan yang seperti ini apa yang menjadi harapan dan keinginan masyarakat desa dapat terpenuhi dan diwujudkan dalam bentuk nyata berlandaskan musyawarah.
Musyawarah merupakan salah satu asas dasar negara Indonesia. Musyarawah pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah Desa disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa. Musrenbang Desa dalam penjelasannya pada Buku 1 tentang Panduan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/ Kelurahan tahun 2008 adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa/ kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa/ kelurahan dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan desa dengan mengacu/ memperhatikan kepada rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) yang sudah disusun.
Musrenbang yang bermakna, akan membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan memotret potensi dan sumber-sumber
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
pembangunan yang tersedia baik dari dalam desa sendiri maupun dari luar desa.
Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/ kelurahan bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas pemerintah desa/ kelurahan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tatapemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tatapemerintahan dan pembangunan.
Perencanaan pembangunan desa sesuai dengan hakekat pengertian pembangunan desa yaitu perencanaan pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat desa. Desa adalah subjek pembangunan, namun dalam pelaksanaannya masih perlu bimbingan dan bantuan pemerintahan yang lebih tinggi (Marbun, 1988:12).
Dengan demikian berarti perencanaan pembangunan harus dilaksanakan oleh desa sendiri, bukan oleh pemerintah yang lebih tinggi. Melalui proses ini maka keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat desa dapat disalurkan (Suwignjo, 1982 : 25).
Dalam hal ini Kepala Desa sebagai pimpinan desa merupakan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk itu Kepala Desa harus mampu menggerakkan seluruh kalangan masyarakat desa untuk melaksanakan rencana yang telah ditetapkan oleh musyawarah Badan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Permusyawaratan Desa (BPD).
Untuk menggerakkan masyarakat desa, diperlukan suatu arahan dalam bentuk rencana kegiatan dari pelaksanaan pembangunan. Rencana tersebut ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
Perencanaan pembangunan desa adalah kegiatan yang bersifat menyeluruh, karena perencanaan itu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah desa yang cukup kompleks. Proses pengkajian yang harus dilakukan dalam menyusun suatu perencanaan pembangunan desa meliputi berbagai hal, antara lain :
1. Keadaan Potensi Fisik a. Penggunaan tanah, b. Tingkat kesuburan tanah,
c. Prasarana dan sarana yang tersedia, d. lain-lain.
2. Kependudukan a. Jumlah penduduk,
b. Tingkat kepadatan dan pertumbuhan, c. Usia sekolah,
d. Usia produktif.
3. Sosial budaya masyarakat desa 4. Ekonomi masyarakat desa
5. Sumber daya alam lainnya (Suwignjo, 1982 : 25)
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
desa yang terus-menerus dikembangkan dan dibina oleh pemerintah desa. Berkenaan dengan pentingnya data-data tersebut untuk rencana pembangunan desa maka Pemerintah Desa perlu mencatat secara teliti, cermat dan benar. Kebenaran data sangat diperlukan agar rencana yang disusun dapat secara realistis dilaksanakan, menguntungkan dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.5.4.1. Langkah-langkah Penyusunan Perencanan Pembangunan Desa
Menurut Suwignjo (1982) untuk meminimalisir permasalahan yang akan dihadapi dalam pembangunan desa maka sebelum menetapkan perencanaan pembangunan desa maka harus terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah kegiatan pertama dari unsur perencanaan pembangunan desa. Masalah yang perlu diperhatikan dari kegiatan ini adalah keadaan masa lalu, keadaan sekarang dan kecenderungan- kecenderungan di masa yang akan datang, yang meliputi beberapa faktor seperti :
- Faktor perkembangan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi penduduk. - Faktor pembatas, yang meliputi: luas wilayah, nilai-nilai sosial budaya,
dan sumber daya alam. 2. Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya setelah identifikasi masalah adalah dilakukan kegiatan pengumpulan data yang mempunyai kaitan dengan faktor-faktor yang diperlukan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
dalam penyusunan rencana pembangunan desa. Data tersebut diperoleh melalui penelitian lapangan atau berdasarkan data yang tertuang dalam papan potensi desa yang dijamin kebenarannya (Marbun, 1988 : 23).
Data tata ruang desa merupakan faktor pembatas, karena tidak ada perubahan dalam luas, yang terjadi hanya penggunaan tanah. Perubahan-perubahan penggunaan tanah terjadi karena adanya perubahan aktivitas ekonomi penduduk desa yang bersangkutan. Setiap perubahan perlu dicatat dalam buku register desa dan papan potensi desa.
3. Analisa Data
Langkah berikut setelah pengumpulan data ialah analisa data. Data disistematiskan, disusun sebagai suatu rencana, disusun sesuai urutan prioritas pembangunan. Langkah-langkah sistematis dalam penyusunan rencana pembangunan desa dilakukan melalui penjenisan rencana sesuai dengan tingkatannya. Dengan demikian manakala pada saat sekarang usaha di sektor industri dan jasa memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian maka masyarakat cenderung untuk memilih pada sektor industri dan jasa, sedangkan sektor pertanian ditinggalkan.
4. Penentuan Sasaran Pembangunan
Dengan telah ditetapkan urutan prioritas permasalahan yang harus diselesaikan melalui serangkaian kegiatan pembangunan maka dapat disusun sasaran-sasaran yang akan dicapai. Dalam penentuan sasaran harus pula diperhatikan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
faktor-faktor pendukung pelancar seperti sumber daya alam, sumber daya manusia serta faktor penghambat, seperti sulitnya transportasi, pengetahuan yang belum memadai dari aparat yang terlibat dalam perencanaan pembangunan.
Selanjutnya agar rencana sesuai dengan kemampuan dan dapat dilaksanakan, maka beberapa hal pokok yang perlu mendapat jawaban adalah :
a. Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai,
b. Berapa sumber yang dimiliki yang merupakan potensi (alam, manusia dan transportasi),
c. Apa masalah yang dihadapi,
d. Bagaimana program sebagai usaha mengatasi masalah tersebut, e. Dimana kegiatan itu dilakukan,
f. Kapan rencana itu harus dilaksanakan, dan waktu penyelesaiannya.
Dari uraian di atas maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa langkah-langkah utama di dalam penyusunan suatu rencana pembangunan desa terdiri dari :
a. Studi keadaan masa lalu dan keadaan masa sekarang serta kecenderungan di masa yang akan datang,
b. Penentuan di dalam menghadapi masalah-masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada berdasarkan studi analisa,
c. Tindakan yang dilaksanakan didasarkan pada tahapan-tahapan prioritas pembangunan dalam rangka pola pembangunan nasional dan daerah.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
d. Menyerasikan tindakan-tindakan itu dengan kondisi-kondisi serta batasan-batasan yang berpengaruh.
1.5.4.2. Jenis-jenis Rencana Desa
Ada beberapa jenis, perencanaan desa, dari rencana yang umum sampai rencana yang khusus. Rencana tersebut mempunyai kaitan antara satu dengan yang lain, karena rencana yang umum memberikan arahan kepada rencana yang khusus. Selanjutnya secara garis besar perencanaan tersebut akan diuraikan sebagai berikut : 1. Rencana Umum atau Rencana Induk
Rencana induk adalah suatu rencana peruntukan bumi air dan ruang angkasa yang akan menunjukkan dan memuat pedoman bagi perkembangan suatu desa dan wilayah sekitarnya untuk keperluan penghidupan dan kehidupan yang masih dalam batas kemungkinan.
Rencana Induk Desa merupakan rencana menyeluruh sehingga harus mempunyai kekuatan mengikat, untuk itu diperlukan legalitas hukum. Berhubungan dengan itu maka setiap Rencana Induk Desa suatu desa perlu disahkan oleh instansi yang lebih tinggi yang secara fungsional bertanggung jawab terhadap perencanan pembangunan suatu wilayah yang bersangkutan. Suatu Rencana Induk Desa harus mengandung segi-segi perencanaan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan atau mempunyai kaitan dengan berbagai Rencana Tata Guna Tanah,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
b. Suatu gambaran umum mengenai arah dan kecenderungan perkembangan dan perubahan desa yang diperlukan di masa yang akan datang,
c. Perumusan sasaran dan tujuan masyarakat desa di masa yang akan datang, d. Aspek kelembagaan yang diuraikan peranannya dengan jelas,
e. Suatu gambaran mengenai bentuk dan sifat perkembangan yang diperkirakan di masa yang akan datang,
f. Perumusan kebijakan umum serta strategi program pembangunan desa untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan desa.
Rencana Induk Desa digambarkan dalam bentuk peta dasar dengan uraian yang jelas dan mudah dimengerti. Materi Rencana Induk Desa yang perlu dikemukakan adalah :
a. Struktur tata ruang pemukiman desa, sesuai dengan fungsi desa yang bersangkutan,
b. Struktur lapangan kerja, dituangkan dalam struktur tata ruang kegiatan umum, c. Pola sirkulasi, pola jaringan utama, dituangkan dalam jaringan jalan dan
terminal,
d. Penempatan fasilitas pelayanan, dituangkan dalam struktur tata ruang sarana pelayanan masyarakat.
2. Rencana Terperinci Desa
Rencana Terperinci Desa adalah suatu rencana yang merupakan pengisian Rencana Induk Desa. Jika rencana induk belum ada maka Rencana Induk Desa
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
merupakan rencana pembangunan lingkungan atau sebagian dari pada lingkungan tersebut. Rencana terperinci desa merupakan pedoman dalam pelaksanaan operasional.
Sama halnya dengan Rencana Induk Desa, Rencana Terperinci Desa perlu pula dimusyawarahkan antara perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Perwakilan Masyarakat (LPM). Selanjutnya hasil musyawarah ini akan dituangkan dalam Keputusan Desa untuk mendapatkan pengesahan dari Bupati. Pengesahan Bupati merupakan dasar Keputusan Kepala Desa agar pelaksanaan dari Rencana Terperinci Desa lebih teratur, terarah dan mencapai tujuan pembangunan. Disamping itu Rencana Terperinci Desa tersebut berperan pula sebagai alat pengawasan, yaitu :
a. Pengawasan fisik desa, agar tercapai tertib pembangunan fisik desa,
b. Tata letak bangunan, agar dapat terjamin keamanan pembangunan desa dan kenikmatan lingkungan,
c. Pengawasan pelaksanaan pola tata guna tanah.
Selanjutnya perlu diketahui bahwa rencana terperinci desa memuat perencanaan zoning dan tata letak dari :
a. Lingkungan wisma (pemukiman) yang lengkap, b. Pusat lingkungan desa,
c. Jaringan jalan desa dengan rencana-rencana terperincinya,
d. Jaringan utilitas umum desa (air minum, drainase, sanitasi, listrik desa dan lain-lain),
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
e. Jalur hijau dan pertanaman desa, f. Fasililas sosial dan fasilitas spritual, g. Pembagian persil desa.
Rencana terperinci desa digambarkan pada peta dasar desa. Selanjutnya langkah kegiatan yang perlu dilakukan dalam memperlancar operasional Rencana Terpadu Desa adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan sarana administrasi yang dapat menjamin pelaksanaan rencana,
b. Menyusun program kerja yang realistis,
c. Menyusun program peremajaan, pemugaran dan perbaikan lingkungan, d. Mencari sumber dana, sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan, e. Masukan-masukan (input) rencana khusus.
3. Rencana Khusus Desa
Rencana Khusus Desa merupakan rencana pengisian suatu Rencana Terperinci Desa, yang merupakan rencana dari suatu bagian dari suatu lingkungan kecil desa atau sebagian dari keseluruhan desa terutama yang menyangkut suatu komponen kegiatan fungsional tertentu. Dengan demikian Rencana Khusus Desa merupakan pedoman pokok di dalam pelaksanaan suatu rencana, dan rencana khusus tersebut harus sesuai dengan Rencana Induk Desa dan Rencana Terperinci Desa.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Menurut Firman dan Martin (1982:10) menerangkan bahwa: “proyek adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu hasil atau sasaran tertentu dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan. Kegiatan tersebut diusahakan melalui penyediaan sumber-sumber dana, manusia dan peralatan.”
Dengan demikian proyek direncanakan, diarahkan dan diproyeksikan untuk menciptakan suatu hasil tertentu pada waktu yang telah ditentukan dalam mencapai sebagian dari tujuan yang luas dan atau besar, dengan cara yang tepat dan penggunaan sumber-sumber seperti personalia, peralatan dan dana secara efesien dan efektif.
Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka waktu dan penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun memperbaiki fasilitas-fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat sebagai wujud pelayanan pemerintah desa dan untuk meningkatkan kondisi sosial sekaligus untuk meningkatkan pembangunan nasional. Proyek mempunyai peranan yang penting dalam upaya pembangunan, karena melalui proyek dapat dicapai tujuan-tujuan program yang kesemuanya menunjang kepada pembangunan di segala bidang.
Perencanaan pembangunan proyek desa ini dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa yang dihadiri oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, LKMD, PKK, Kepala-kepala Dusun, dan tokoh masyarakat setelah sebelumnya BPD dan Pemerintah Desa menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakatnya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Pembangunan yang pendanaannya dapat dibiayai melalui swadaya masyarakat akan ditangani sepenuhnya oleh Pemerintah Desa dan penduduk desa. Inisiatif pembangunan ini berasal dari aspirasi-aspirasi masyarakat desa yang telah mereka tampung. Untuk urusan pencarian dana dari pembangunan ini adalah tugas dari anggota Badan Permusyawaratan Desa. Tugas Kepala Desa beserta aparaturnya hanyalah dalam pelaksanaan pembangunan tetapi tidak lepas dari pengawasan Badan Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan pembangunannya.
Pembangunan yang diperkirakan akan memerlukan dana yang sangat besar akan menjadi proyek desa dan pembiayaannya melalui APBD. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dalam penjelasannya menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
2. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
3. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
1.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk untuk menggeneralisasikan hal-hal yang bersifat khusus. Menurut Singarimbun (1989:24) menyatakan bahwa kerangka
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
konsep merupakan defenisi untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami.
Berdasarkan kerangka teori yang ada, dapat disusun defenisi konsep sebagai berikut :
1.7.Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah unsur Pemerintahan Desa yang merupakan badan legislatif desa sebagai wadah dan berfungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, membantu Kepala Desa untuk menyusun perencanaan desa dan pembangunan desa secara keseluruhan, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan desa dan penyelenggaraan pemerintahan desa.
1.8.Perencanaan pembangunan desa adalah prosedur resmi perencanaan pembangunan desa yaitu proses kegiatan yang dilaksanakan secara kontiniu dan menyangkut pengambilan keputusan, bagaimana memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada masa yang akan datang. 3. Proyek desa adalah perencanaan pembangunan yang dibuat dengan jangka waktu
dan penyediaan dana yang telah ditentukan untuk membangun ataupun memperbaiki fasilitas-fasilitas pedesaan yang dianggap dibutuhkan oleh masyarakat.
1.7. Defenisi Operasional
Singarimbun (1989:46) defenisi operasional adalah suatu batasan yang diberikan kepada satu variabel dengan cara memberikan arti atau mempersiapkan,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
memberikan suatu petunjuk operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel tertentu.
Dalam penelitian ini defenisi yang diambil adalah variabel tunggal yaitu: Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam perencanaan pembangunan desa dengan indikator :
1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dengan indikator : - Menyerap aspirasi masyarakat.
- Menindak lanjuti aspirasi masyarakat. 2. Rencana pembangunan desa dengan indikator :
- Penyusunan Rencana Induk Desa, - Penyusunan Rencana Terperinci Desa, - Penyusunan Rencana Khusus Desa.
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, serta sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Dalam bab ini bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Dalam bab ini disajikan gambaran umum lokasi penelitian seperti batas-batas wilayah, penduduk, mata pencaharian, pendidikan, agama, pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa serta rekapitulasi usulan proyek melalui APBD tahun 2007.
BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN
Bab ini memuat penyajian data dan analisa data secara mendalam yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu yang dapat diartikan menurut Nawawi (1983:63) sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Penelitian ini dilakukan di kantor Kepala Desa dan Kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jl. Pasar Hitam No. 30 Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2.3. Populasiasi Dan Sampel 2.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. (Sugiyono, 2003:90).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan seluruh pegawai Kantor Kepala Desa Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). (Sugiyono, 2003:91).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah
sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu : 1. Ketua BPD
2. Wakil Ketua BPD 3. Kepala Desa 4. Sekretaris Desa 5. Kaur Umum
2.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dengan perincian sebagai berikut :
1. Data primer diperoleh melalui :
a. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait mengenai hal-hal yang belum jelas, untuk pelengkap perolehan data infermasi. Wawancara merupakan alat utama dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang dijumpai di lapangan.
2. Data sekunder diperoleh melalui :
a. Penelitian Kepustakaan, dilakukan dengan mempelajari sejumlah tulisan, buku, karangan ilmiah serta peraturan perundangan yang relevan dengan penelitian ini.
b. Penelitian lapangan, dimana data diperoleh dengan melakukan studi lapangan.
2.5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, yaitu data yang di dapat melalui teknik pengumpulan data selanjutnya diberi interpretasi yang secukupnya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Geogarafis
Desa Sampali terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berjarak kira-kira 7 km dari ibu kota Kecamatan Percut Sei Tuan dengan
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
waktu tempuh kira-kira 1 jam dengan menggunakan bus angkutan umum pedesaan. Sedangkan dari ibu kota Kabupaten yaitu Deli Serdang kira-kira berjarak 2,5 km dengan waktu tempuh kira-kira 2 jam dengan menggunakan angkutan umum.
Adapun batas wilayahnya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Johar. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Indra Kasih. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medan Estate. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Setia.
Curah hujan di desa ini cukup tinggi yaitu mencapai 2.238 mm per tahun. Tinggi dari permukaan laut sekitar 5 m dengan suhu mencapai 240 C - 320 C yang merupakan kondisi cuaca iklim tropis dimana keadaan permukaan tanahnya kebanyakan hanya datar/ rata.
Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Sampali sangat banyak yaitu mencapai 18.043 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 4.281 KK. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yaitu 9.028 jiwa untuk laki-laki dan 9.015 jiwa untuk perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Sampali dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009 No. Dusun/ Lingkungan Jumlah KK Jumlah Penduduk Lk Pr Jlh 1. I 72 148 152 300 2. II 63 135 133 268 3. III 198 479 434 913 4. IV 255 556 533 1089 5. V 170 400 382 782 6. VI 175 351 359 710 7. VII 338 744 702 1446 8. VIII 74 164 159 323 9. IX 73 155 143 298 10. X 90 176 163 339 11. XI 118 225 256 481 12. XII 144 275 306 581 13. XIII 262 467 508 975 14. XIV 120 263 275 538 15. XV 59 108 99 207 16. XVI 109 216 199 415 17. XVII 103 223 190 413 18. XVIII 169 349 302 651 19. XIX 107 210 230 440
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009 20. XX 214 424 416 840 21. XXI 126 258 237 495 22. XXII 217 417 391 808 23. XXIII 65 135 122 257 24. XXIV 229 589 785 1374 25. XXV 161 362 282 644 26. Cemara Hijau 213 420 483 903 27. Cemara Asri 357 779 774 1553 Jumlah Total 4.281 9.028 9.015 18.043 Sumber : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa Dusun XXIII merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu berjumlah 257 jiwa dari total jumlah penduduk Desa Sampali sebanyak 18.043 jiwa. Jumlah yang paling banyak penduduknya adalah 1.553 jiwa yang merupakan daerah lingkungan komplek perumahan Cemara Asri.
Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, tentunya pembangunan di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan sangat dibutuhkan oleh penduduknya. Dan sebagian penduduk desa bekerja dan beraktifitas di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Di samping itu, ada juga yang bekerja keluar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Dengan demikian, baik penduduk yang bekerja di desa maupun diluar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, sangat membutuhkan infrastruktur,
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
terutama pembangunan jalan yang merupakan akses penting yang sangat berpengaruh untuk mendukung kegiatan sehari-hari penduduk desa dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Mengingat sebahagian penduduk Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan bekerja dan beraktifitas tidak di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan saja, tetapi ada juga yang ke luar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Dengan demikian, setiap penduduk baik yang bekerja di desa dan di luar Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, dapat merasakan manfaat dari peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dalam pembangunan desa. Karena telah memudahkan mereka untuk beraktifitas dalam kegiatan sehari-hari.
Pembangunan pada sektor fasilitas kesehatan, dan saluran air juga harus diperhatikan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Karena sektor ini juga merupakan kebutuhan penting penduduk desa yang sangat menunjang kehidupan penduduk desa.
Oleh karena itu, pembangunan yang tepat dan teroganisir harus terus ditingkatkan karena pembangunan adalah proses tanpa henti dengan tujuan untuk perubahan yang lebih baik. (Bintoro, l983:59). Sehingga sudah merupakan tugas dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan untuk terus menampung dan menyalurkan aspirasi dari penduduknya tanpa membeda-bedakan derajat, suku, dan agama.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Mata pencaharian penduduk Desa Sampali beraneka ragam. Untuk menopang dan kelangsungan hidupnya, mata pencaharian penduduk Desa Sampali lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.
Mata Pencaharian Penduduk Desa Sampali
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Peternak 1.107
2. Pegawai Negeri Sipil 1.573
3. Wiraswasta 2.285
4. Buruh swasta 6.947
5. Pegawai swasta 2.269
6. Pegawai BUMN/ BUMD 743
7. Pensiunan 472
8. Jasa 591
Jumlah 15.987
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Kalau dilihat keadaan penduduk Desa Sampali dari sudut mata pencaharian/ pekerjaan, maka penduduk yang bermata pencaharian buruh swasta adalah kelompok yang terbesar yaitu berjumlah 6.947 orang dari jumlah total penduduk yang bekerja yaitu 15.987 orang. Adapun penduduk yang berwiraswsata sebanyak 2.285 orang jumlah ini hampir seimbang dengan jumlah penduduk yang bekerja sebagai pegawai
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
swasta yaitu sebanyak 2.269 orang. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil yaitu sebanyak 1.573 orang, juga ada penduduk yang profesinya sebagai peternak yaitu sebanyak 1.107 orang, dan yang tidak terlalu banyak jumlahnya adalah penduduk yang bekerja sebagai pegawai BUMN/ BUMD yaitu sebanyak 743 orang, disektor jasa sebanyak 591 dan pensiunan sebanyak 472 orang.
Dari berbagai jenis mata pencaharian penduduk Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan pada tabel di atas, infrastruktur sangat dibutuhkan oleh penduduk khususnya pembangunan jalan yang merupakan kebutuhan penduduk dalam melakukan ativitas untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam menjalankan mata pencaharian mereka masing-masing, jalan adalah akses penting. Dan ada juga panduduk yang keluar desa untuk melakukan kegiatan sumber mata pencaharian mereka.
Melalui penampungan dan penyaluran aspirasi penduduk desa untuk perencanaan pembangunan yang tepat harus terus dilakukan oleh Badan Permusayaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan sebagai bukt i pelayanan mereka kepada penduduk desa.
Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam perekonomian dan pembangunan suatu daerah yang menunjang kesejahteraan masyarakat desa dan salah satu untuk mengentas kemiskinan. Pendidikan berhubungan dengan sumber daya manusia (SDM) semakin tinggi tingkat sumber daya manusia maka semakin maju suatu daerah.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Untuk memiliki sumber daya manusia tentu tidak terlepas dari proses belajar melalui sarana sekolah dan perguruan tinggi. Berikut gambaran sarana pendidikan yang berada di Desa Sampali.
Tabel 3.
Sarana Pendidilkan di Desa Sampali
No. Lembaga Jumlah
1. TK 3
2. SD 8
3. SLTP 2
4. SLTA 2
Jumlah 16 Buah
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 3 buah sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), 8 buah Sekolah Tingkat Dasar atau SD, dan 2 buah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), serta 2 buah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa pendidikan formal yang ada di kecamatan Palmatak terdapat 16 buah sekolah.
Untuk menunjang para pelajar di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan mencapai ke sarana pendidikan, jalan juga adalah akses penting mereka. Oleh karena itu, Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus terus memperhatikan kondisi jalan raya. Sehingga perencanaan pembangunan di sektor ini haruslah dikerjakan cepat dan tepat.
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Untuk pembangunan sekolah-sekolah di Desa Sampali, perencanaannya datang dari pihak sekolah yang bersangkutan, lalu mereka mengajukan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan untuk diketahui dan disetujui.
Sehingga pelajar juga dapat merasakan manfaat dari peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan dalam pembangunan di desanya.
Agama
Agama merupakan hak azasi manusia dan diberikan kebebasan untuk menganut agama menurut kepercayaan masing-masing. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah Persentase
1. Islam 15.926 88.27 %
2. Budha 1.209 6.70 %
3. Hindu 368 2.04 %
4. Kristen 540 2.10 %
Jumlah 18.043 100 %
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah pemeluk agama Islam sebanyak 15.926 orang atau 88.27 %. Sementara itu, jumlah pemeluk agama Budha sebanyak 1.209 orang atau 6.70 %, dan jumlah pemeluk agama Hindu sebanyak 368 orang atau 2.04 %, dan jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 540 orang atau 2.10 %. Berdasarkan data di atas tersebut menunjukan bahwa masyarakat yang ada di Desa Sampali beragama Islam yang paling dominan.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan harus merata dan jangan sampai terkesan oleh penduduk desa, bahwa yang dibangun hanya dilingkungan penduduk yang memiliki mayoritas agama tertentu saja. Oleh sebab itu, seluruh penduduk Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan baik yang beragama Islam, Budha, Hindu, dan Kristen harus dapat merasakan pemerataan dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan.
Untuk mengatasi hal ini, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan hendaknya meletakkan anggotanya di setiap Dusun sebagai wakil untuk penampungan dan penyaluran aspirasi penduduknya.
Adapun jumlah sarana-sarana ibadah yang terdapat di Desa Sampali antara lain :
Tab el 5. Sarana Ibadah
No. Sarana Ibadah Jumlah
1. Mesjid 19
Eko Tri Utami : Peranan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi Deskriptif Tentang Proyek Desa Melalui APBD Di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan), 2007.
USU Repository © 2009
3. Vihara 1
4. Pura 1
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Sampali 2007
Untuk pembangunan sarana ibadah, perencanaannya datang dari kenaziran mesjid ataupun pengurus dari setiap sarana ibadah dan diajukan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan untuk diketaui dan disetujui.
Pemerintahan Desa
Desa Sampali terdiri dari 25 (dua puluh lima) dusun, tiap-tiap dusun dipimpim oleh seorang Kepala Dusun. Kepala Dusun dipilih langsung oleh penduduk dusun tersebut. Pengangkatannya ditetapkan oleh keputusan Kepala Desa. Masa jabatan Kepala Dusun 5 tahun dan setelah itu bisa dipilih kembali. Untuk menjadi Kepala Dusun berpendidikan tamatan minimal SLTA yang merupakan persyaratan untuk pencalonan Kepala Dusun.
Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan di Desa Sampali dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan 5 orang Kepala Urusan. Adapun Kepala-kepala Urusan tersebut adalah :
1. Kepala Urusan Pemerintahan 2. Kepala Urusan Pembangunan