• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.02265/PP/M.IX/10/2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.02265/PP/M.IX/10/2004"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.02265/PP/M.IX/10/2004

Pemohon Banding : PT ABC

Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 21

Tahun Pajak : 2000

Pokok Sengketa : 1. Koreksi gaji + allowance dan honorarium 2. Koreksi upah harian

3. Koreksi honor psikotest 4. Koreksi komisi penjualan

5. Koreksi biaya pelaksanaan proyek 6. Koreksi insentif objek lain-lain 7. Koreksi tunjangan handphone 8. Koreksi tunjangan pendidikan 9. Koreksi biaya asuransi kesehatan

10. Koreksi uang saku makan/perjalanan dinas 1. Koreksi gaji + allowance & honorarium

Menurut Terbanding : Gaji + allowance dan honorarium adalah sebesar Rp.2.037.735.010,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang belum dipotong pajaknya.

Menurut Pemohon : Gaji + allowance dan honorarium adalah sebesar Rp.2.035.320.410,00, sehingga masih terdapat selisih sebesar Rp.2.414.600,00.

Pendapat Majelis : Dalam persidangan Pemohon memberikan bukti pendukung berupa general ledger, voucher gaji, pengobatan, bonus, fee instruktur, fee sponsor dan SRS- komisi penjualan.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap bukti yang diberikan Pemohon tersebut di atas, diketahui bahwa jumlah gaji + allowance dan honorarium adalah sebesar Rp.2.035.320.410,00 sehingga Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding sebesar Rp.2.414.600,00, tidak dapat dipertahankan.

2. Koreksi upah harian

Menurut Terbanding : Upah harian adalah sebesar Rp.6.149.845,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Dalam rekonsiliasi dapat menerima jumlah upah harian menurut general ledger Pemohon sebesar Rp.18.627.628,00 dan jumlah tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Setelah diadakan penelitian kembali terhadap general ledger besarnya upah harian adalah sebesar Rp.18.683.527,00 dan setuju bahwa jumlah tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Upah harian sebagai objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dilaporkan sesuai dengan Surat Pemberitahuan Tahunan adalah sebesar Rp.451.700,00 sehingga objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang belum dilaporkan dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21-nya adalah sebesar Rp.12.081.982,00.

Telah membuat rekapitulasi penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas objek sebesar Rp.18.683.572,00 dengan tarif sesuai yang digunakan Terbanding yaitu 10%.

(2)

Pendapat Majelis : Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas upah harian sebesar Rp.6.149.845,00 tetap dipertahankan dan terdapat objek Pajak Penghasilan Pasal 21 yang belum dilaporkan dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21-nya adalah sebesar Rp.12.081.982,00.

3. Koreksi honor psikotest

Menurut Terbanding : Besarnya honor psikotest adalah sebesar Rp.240.000,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Biaya honor psikotest sebesar Rp. 240.000,00 merupakan biaya psikotest pada saat rekruitment karyawan dan bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pendapat Majelis : Di dalam persidangan Pemohon memberikan bukti pendukung berupa general ledger dan kuitansi pembayaran.

Dalam rekonsiliasi Terbanding menyatakan dapat menerima penjelasan Pemohon tersebut dan atas pembayaran honor psikotest sebesar Rp.240.000,00 bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21,

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas bandijg, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa biaya honor psikotest bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 sehingga koreksi Terbanding atasbiaya honor psikotest tidak dapat dipertahankan.

4. Koreksi komisi penjualan

Menurut Terbanding : Besarnya komisi penjualan adalah sebesar Rp.57.301.180,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Besarnya komisi penjualan menurut general ledger adalah sebesar Rp.75.844.348,00.

Pendapat Majelis : Dalam persidangan Pemohon memberikan bukti pendukung berupa general ledger dan voucher SRS-komisi penjualan.

Dalam rekonsiliasi Terbanding dapat menerima jumlah komisi penjualan sebesar Rp.75.844.348,00.

Atas objek Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa komisi penjualan sebesar Rp.75.844.348,00 telah dilaporkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berk bahwa koreksi Terbanding atas komisi penjualan tidak dapat dipertahankan.

5. Koreksi biaya pelaksanaan proyek

Menurut Terbanding : Besarnya biaya pelaksanaan proyek adalah sebesar Rp.6.238.825,00 di mana jumlah tersebut telah sesuai dengan laporan keuangan sementara Pemohon yang diberikan pada saat pemeriksaan dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

(3)

Menurut Pemohon : Besarnya biaya pelaksanaan proyek adalah sebesar Rp.5.200.000,00 sesuai dengan rekonsiliasi Surat Pemberitahuan Tahunan 1721 dan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan (Final).

Setelah mempelajari angka pada kertas kerja pemeriksaan menurut Terbanding berasal dari rekapitulasi Surat Pemberitahuan Masa dengan jumlah total gaji, allowance dan honorarium sebesar Rp.2.037.735.010,00, dari jumlah tersebut sudah termasuk biaya pelaksanaan proyek sebesar Rp. 5.200.000,00.

Yang menjadi sengketa adalah koreksi biaya pelaksanaan proyek sebesar Rp.6.238.825,00 terdiri dari cabang Jakarta sebesar Rp.1.038.825,00 dan cabang Surabaya sebesar Rp.5.200.000,00.

Pendapat Majelis : Atas biaya pelaksanaan proyek cabang Jakarta sebesar Rp. 1.038.825,00 telah direklasifikasi ke account perjalanan dinas dan dalam persidangan telah diserahkan bukti pendukung atas reklasifikasi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas biaya pelaksanaan proyek tidak dapat dipertahankan.

6. Koreksi insentif objek lain-lain

Menurut Terbanding : Besarnya insentif objek lain-lain adalah Rp.11.117.016,00 yang sesuai dengan laporan keuangan sementara yang diberikan Pemohon pada saat pemeriksaan.

Menurut Pemohon : Biaya lain-lain di laporan keuangan yang definitif adalah sebesar Rp.10.607.575,00.

Jumlah tersebut merupakan pemberian tip kepada pegawai hotel, porter, supir dan lain-lain (biaya entertainment)bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Atas jumlah tersebut telah dikoreksi fiskal dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan (Final).

Pendapat Majelis : Berdasarkan penelitian terhadap bukti pendukung berupa general ledger dan voucher biaya lain-lain diketahui bahwa biaya lain-lain sebesar Rp.10.607.575,00 tersebut merupakan pemberian tip kepada pegawai hotel, porter, supir dan lain- lain (biaya entertainment).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa biaya lain-lain sebesar Rp.10.607.575,00 bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 sehingga koreksi Terbanding atas biaya lain-lain sebesar Rp.10.607.575,00 tidak dapat dipertahankan dan selsihnya sebesar Rp.509.441,00 tetap dipertahankan.

7. Koreksi tunjangan handphone

Menurut Terbanding : Besarnya tunjangan handphone adalah sebesar Rp.5.570.259,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Sesuai general ledger besarnya tunjangan handphone adalah Rp.5.570.259,00 dan dalam rekonsiliasi Pemohon dapat menerima koreksi Terbanding tersebut.

Pendapat Majelis : Dalam rekonsiliasi Pemohon menyatakan dapat menerima bahwa tunjangan handphone sebesar tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21,

(4)

8. Koreksi tunjangan pendidikan

Menurut Terbanding : Besarnya tunjangan pendidikan adalah Rp.2.554.413,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 karena merupakan tunjangan dan dibiayakan oleh Pemohon.

Tunjangan pendidikan tersebut termasuk dalam klasifikasi pemberian bea siswa dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Tunjangan pendidikan diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan instruktur Pemohon antara lain dengan mengikuti kursus dan seminar.

Tunjangan pendidikan sebesar Rp.2.554.413,00 bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 karena merupakan bagian dari biaya R&D dan merupakan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1994.

Pendapat Majelis : Berdasarkan pemeriksaan terhadap bukti pendukung berupa general ledger dan voucher biaya training, diketahui bahwa biaya training berupa tunjangan pendidikan diberikan Pemohon kepada karyawan (instruktur) dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan instruktur Pemohon antara lain dengan mengikuti kursus dan seminar.

Menurut Terbanding tunjangan pendidikan termasuk bea siswa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-281/PJ/1998 sehingga merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Tunjangan pendidikan yang diberikan Pemohon bagi karyawannya untuk mengikuti kursus dan seminar bukan merupakan bea siswa.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dlam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan tunjangan pendidikan bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 sehingga koreksi Terbanding atas tunjangan pendidikan, tidak dapat dipertahankan.

9. Koreksi biaya asuransi kesehatan

Menurut Terbanding : Biaya asuransi kesehatan sebesar Rp.8.138.000,00 adalah objek Pajak Penghasilan Pasal 21 karena merupakan premi yang dibayarkan pemberi kerja untuk karyawannya sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 281/PJ.6/1998.

Premi asuransi merupakan semacam tunjangan bagi karyawan di mana karyawan tersebut akan menerima manfaatnya.

Menurut Pemohon : Biaya asuransi sekehatan sebesar Rp.8.138.000,00 bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pemohon telah melakukan koreksi fiskal positif atas biaya tersebut pada Pajak Penghasilan Badan.

(5)

Pendapat Majelis : Dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 281/PJ.6/1998, disebutkan : “Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah : penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengurus), premi bulanan, uang lembur, …, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun”

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, premi asuransi yang dibayarkan Pemohon kepada perusahaan asuransi sebesar Rp.8.138.000,00 adalah objek Pajak Penghasilan Pasal 21, sehingga Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas premi asuransi, tidak dapat dipertahankan.

10. Koreksi uang saku makan/perjalanan dinas

Menurut Terbanding : Besarnya uang saku makan/perjalanan dinas adalah sebesar Rp.21.324.650,00 dan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Dalam rekonsiliasi Terbanding dapat menerima jumlah uang saku makan/perjalanan dinas menurut general ledger Pemohon yaitu sebesar Rp.25.175.000,00 dan atas jumlah tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Menurut Pemohon : Besarnya uang saku makan/perjalanan dinas menurut Surat Pemberitahuan Tahunan adalah sebesar Rp.3.475.000,00

Besarnya uang saku makan/perjalanan dinas menurut general ledger adalah sebesar Rp.25.175.000,00 dan dalam rekonsiliasi setuju bahwa jumlah tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Pendapat Majelis : Dalam rekonsiliasi Terbanding dapat menerima jumlah uang saku makan/perjalanan dinas menurut general ledger Pemohon sebesar Rp.25.175.000,00 dan Pemohon dapat menerima bahwa jumlah tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 21.

Dengan demikian terdapat tambahan objek Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa uang saku makan/perjalanan dinas sebesar Rp.3.850.350,00.

Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa uang saku makan/perjalanan dinas yang telah dilaporkan Pemohon sesuai dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebesar Rp.3.475.000,00 dimana merupakan bagian dari jumlah gaji, allowance dan honorarium sebesar Rp.2.037.735.010,00.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap data/dokumen dalam berkas banding, penjelasan Pemohon dan Terbanding dalam persidangan serta hasil rekonsiliasi, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas uang saku makan/perjalanan dinas sebesar Rp.21.324.650,00 tetap dipertahankan dan uang saku makan/ perjalanan dinas yang kurang dilaporkan dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21-nya oleh Pemohon adalah sebesar Rp.375.350,00.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, meneliti dan mempelajari lebih lanjut atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.36702/PP/M.I/16/2012 tanggal

Menurut Majelis : bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding serta penjelasan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan diketahui bahwa

Menurut Terbanding : bahwa sesuai keputusan keberatan Nomor: KEP-4084/KPU.01/2012 tanggal 27 Juli 2012, Terbanding pada pokoknya mengemukakan bahwa berdasarkan penelitian

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.34005/PP/M.XIII/15/2011 tanggal 4 Oktober 2011,

Bahwa didalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.54710/PP/M.IIB/16/2014 tanggal 17 Juli 2014 telah terdapat kekhilafan Majelis Hakim karena dalam putusannya Majelis Hakim

bahwa melihat bukti-bukti, dokumen, dan fakta-fakta hukum dalam persidangan, Majelis berpendapat bahwa banding Pemohon Banding atas koreksi Terbanding berupa Pajak Masukan

bahwa berdasarkan hasil uji bukti atas data dalam persidangan atas pendapat Pemohon Banding yang menyatakan Faktur Pajak Nomor : 010.000.07.00000422 dibatalkan dan diganti dengan

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.60106/PP/M.IIIB/16/2015 tanggal 12 Maret 2015,