• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATUBARA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BATUBARA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN 1945-1949."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BATUBARA PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN

1945 - 1949

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

DWITA ANGRIANI 3103121017

JURUSAN PENDIDKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Dwita Angriani. NIM 3103121017. Batu Bara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949. Jurusan Pendidikan Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah/S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Megeri Medan, 2014.

Tujuan Penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 2) Untuk mengetahui keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 3) Untuk mengetahui kehidupan sosial budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, 4) Untuk mengetahui kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial di Sumatera Timur 1946 dan pada masa Agresi Militer Belanda. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis mengadakan penelitian dengan mengunakan teknik Heuristik .Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, serta nara sumber yang digunakan adalah orang-orang yang mengetahui kondisi Batu Bara Pada Masa Perang Kemerdekaan Tahun 1945-1949, selain itu peneliti juga menggunakan studi kepustakaan dengan menelaah buku-buku, arsip dearah Batubara serta dokumentasi foto-foto yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulilahhirabbila’lamin segala puji hanya milik Allah SWT semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah azza wa jalla kepada segala nabi dan rasul nabi Muhammad

SAW kepada para keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Berkat rahmat dan pertolongan-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949”

Penulisan skripsi ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan sejarah di Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat berjuang sendiri tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi materil maupun spiritual. Di kesempatan ini ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bapak Prof.Dr.Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Lukita Ningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah dan selaku

dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak masukan, waktu dan tenaga kepada penulis demi terselesainya

skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

7. Bapak H. Mukhtar Tanjung, Bapak Aziz Ms, Bapak Yuhanan Bahar, dan Ibu Zainabun

(Informan) yang telah memberikan banyak informasi dan data kepada penulis dalam

(4)

8. Teristimewa dan dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibunda Ernawati dan Ayahanda Nirwansyah serta kakak dan

adik-adikku tersayang Desi Nirwana, Rizki Rahmadani, Widya Zulfani dan Afifa Aulya

atas segala kasih, motivasi, doa, perhatian serta dukungan moril dan material yang

senantiasa diberikan dengan tulus dan penuh kasih saying kepada penulis.

9. Kepada keluarga abang (Iwan), Ibu (Ramingsih), Uak (Harwati),Uak (Butang) yang telah

membantu penulis dalam melakukan penelitian dan menyediakan tempat tinggal selama

penelitian.

10.Buat yang tersayang Chandra Alim yang telah menjadi tempat sandaran dalam suka dan

duka penulis selama kuliah dan atas segala doa serta dukungan moril dan material.

Semoga kita berhasil dalam tujuan dan cita-cita yang kita impikan selama ini.

11.Buat teman-teman teristimewa Taruna Yudha, Lili Mutia Sani, Sulaiman, terima kasih

buat dukungan, semangat serta doanya dari awal kuliah sampai penulis dapat

menyelsaikan skripsi ini.

12.Kepada sahabat kesayangan peneliti, Nurhasanah, Jefri Duan Sinulingga, Elviyanto

Ermida. Terima kasih karena dari awal hingga sekarang masih tetap menjadi sahabat

yang telah banyak membantu, memotivasi. mendukung, menerima, memaklumi segala

kekurangan peneliti serta mau berbagai dalam suka dan duka.

13.Kepada teman-teman Reguler B Stambuk 2010, Dini Astri Suci, Noviani Soraya,

Sisjayanti Astrini, Rini Suryani Lumbantobing, Dewi Rahayu, Juliana, dan semuanya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kepada kalian telah menjadi

teman yang saling membantu selama di perkuliahan, saya sangat sayang kalian.

14.Kepada teman-teman PPLT SMK N 1 Sipispis, Syahputri Maharani, Mimi Khusminar,

Fitri Harianti, Eka Desi, Fitriana, Eva Satria, Ventry, Fransiska Cibro, Ahmad Faisal,

Leko Muhaya, Joshua Arman, Jaselton, Koko Andesten, Ahmad Septian, Radhi,

Gunawan, Muhammad Septian, Flamenco, Hendri, Ian Situmorang, dan Indra Maulana .

Terima kasih atas pertemanan selama 3 bulan yang mengalami sama-sama suka duka

yang tak terlupakan bersama penulis dan kenangan itu takkan pernah dilupakan oleh

penulis kelak, dan semoga kita semua menjadi orang sukses.

15.Buat Murid-murid SMK Negeri 1 Sipispis doa kalian juga membantu penulis dalam

(5)

Dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi

pembaca.

Medan,

Penulis,

Dwita Angriani

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 18

Tabel 4.2 ... 19

Tabel 4.3 ... 20

Tabel 4.4 ... 21

Tabel 4.5 ... 25

Tabel 4.6 ... 26

(7)

DAFTAR ISI

BAB III METODOPENELITIAN ... 15

3.1 Metode Penelitian ... 15

4.1.1 Keadaan Wilayah dan Penduduk ... 19

(8)

b. Keadaan Penduduk ... 23

c. Sarana Pendidikan ... 25

d. Sarana Kesehatan ... 26

e. Sarana Peribadatan ... 27

f. Sumber Daya Alam ... 28

g. Budaya Material Peninggalan Sejarah ... 31

4.1.2 Sejarah Singkat Kabupaten Batubara ... 32

4.2 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Wilayah Batubara .... 35

4.3 Wilayah Batubara ... 38

4.3.1. Wilayah Batubara Pada Masa Kolonial ... 38

4.3.2. Wilayah Batubara Setelah Kemerdekaan ... 41

4.4 Keadaan Pemerintahan Batubara ... 43

4.4.1. Keadaan Pemerintahan Batubara Pada Masa Pra Kolonial ... 43

4.4.2. Keadaan Pemerintahan Batubara Pada Masa Kolonial ... 45

4.4.3. Keadaan Pemerintahan Batubara Setelah Kemerdekaan ... 47

4.5. Kehidupan Sosial Budaya Batubara ... 49

4.5.1. Sistem Kekerabatan ... 49

4.5.2. Adat Istiadat ... 51

4.5.3. Seni ... 57

4.5.4. Heritage ... 57

4.5.5. Kehidupan Ekonomi ... 60

4.6. Kondisi Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan ... 62

4.6.1. Kondisi Batubara Pada Masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 ... 62

4.6.2. Kondisi Batubara Pada Masa Agresi Militer Belanda .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

(9)

B. Sarana ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

Lampiran 1. PETA KABUPATEN BATUBARA Lampiran 2. DAFTAR WAWANCARA

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa

Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

kemerdekaan 1945-1949 merupakan periode perang paling besar, Indonesia yang baru saja lahir

harus menghadapi kekuatan Jepang, sekutu yang dimotori Inggris serta Belanda yang ikut

membonceng. Bangsa Indonesia yang baru saja gegap gempita menjadi negara merdeka

menghadapi ancaman asing. Sekutu yang tidak menyadari bahwa Indonesia baru saja

memerdekakan dirinya melihat bahwa Indonesia masih kosong kekuasaan.

Walaupun Indonesia telah merdeka, Belanda tetap saja ingin menguasai Indonesia. Tujuan

utama operasi militer Belanda adalah untuk menguasai wilayah yang sebelum Perang Dunia II

merupakan penghasil devisa bagi pemerintah Hindia Belanda seperti perkebunan di Jawa dan

Sumatera. Tujuan kedua ialah untuk menguasai kota-kota sebagai pusat administrasi dan

pemerintahan, serta kota-kota pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera dalam usaha

memblokade dan memutuskan hubungan Indonesia dengan dunia luar.

Kabupaten Batubara adalah salah satu daerah di Sumatera yang ingin dikuasai Belanda.

Kabupaten Batubara adalah sebuah wilayah di pesisir pulau Sumatera, terletak di pinggir Selat

Malaka. Daerah ini banyak di aliri sungai yang membuat ranahnya subur. Kabupaten Batubara

menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 100 Desa/Kelurahan

Definitif. Wilayah Batubara secara geografis terletak antara 02030” – 03026” LU dan 99000” –

(11)

meter diatas permukaan laut mempunyai iklim tropis dengan temperatur udara antara 23-270 dan

curah hujan rata-rata 1.702 mm/tahun.

Kabupaten Batubara memiliki daerah perkebunan yang cukup luas yang menjadi salah satu

komoditi yang menjanjikan. Selain dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri,

hasil perkebunan juga merupakan komoditi ekspor yang mendapat tempat di pasar internasional.

Alasan pokok untuk mengembangkan perkebunan adalah adanya potensi pasar yang masih

cukup luas untuk komoditi hasil perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, coklat, kopi, teh,

dan lain-lain.

Kabupaten Batubara pada masa dahulu terdiri dari beberapa kerajaan kecil yang dipimpin

oleh seorang datuk yang secara turun temurun. Kerajaaan-kerajaan kecil itu antara lain

Kedatukan Tanah Datar yang pusat pemerintahannya berada di Padang Genting, Kedatukan

Lima Puluh yang pusat pemerintahannya berada di Perupuk, Kedatukan Pangkalan Pesisir yang

pusat pemerintahannya berada di muara sungai di Pesisir Selatan Malaka, Kedatukan Lima Laras

yang pusat pemerintahannya berada di Lima Laras, Kedatukan Bogak yang pusat

pemerintahannya berada di Kampung Bagak, Kedatukan Pagurawan yang pusat

pemerintahannya berada di Kuala Pagurawan, Kedatukan Tanjung Limau Purut yang pusat

Pemerintahannya berada di kampung Limau Purut, Kedatukan Sipare-pare yang pusat

pemerintahannya berada di Kuala Sipare-pare, dan Kedatukan Tanjung Kasau yang pusat

pemerintahannya berada di Tanjung Kasau.

Sebelum berlaku pengawasan Belanda atas Batubara tahun 1865, telah ada diketahui orang

bahwa di Batubara ada terdapat pusat perdagangan yaitu tempat berkumpulnya para pedagang

(12)

Raja di wilayah ini sangat gigih menjalankan perniagaan, bahkan selalu berlayar ke lain negeri

memperdagangkan barang dagangannya. Anwardi (2010:67)

Pada masa itu alat transportasi yang digunakan para saudagar untuk memperjaulbelikan

barang dagangannya yaitu perahu dan tongkang. sejumlah perahu dari Langkat, Deli, Serdang,

dan Batubara berjumlah lebih dari seribu buah mengangkut terutama lada, dan juga hasil-hasil

pertanian lain seperti sayuran, gambir, tembakau, beras, getah rambung, hasil hutan seperti

kemenyan, kamper, damar, rotan, lilin lebah, kayu pewarna, serta emas, budak, kuda, gading dan

belacan. Menurut Syahbandar setempat di antaranya enam ratus buah perahu dari Batubara, di

selatan Deli, dengan awak kapal yang merupakan pelaut pengangkut utama dari daerah Pesisir

Timur Laut. Perret (2010:88)

Pada tahun 1850 Pemerintahan Kolonial Belanda telah berhasil menguasai Kerajaan Siak

Sri Inderapura. Kemudian disusul dengan kontrak Belanda-Siak yang menyatakan seluruh

Negeri di bawah jajahan Siak berada di bawah penguasaan dan Perlindungan Belanda. Perjanjian

ini dibuat pada tanggal 1 Februari 1858. Perjanjian ini tidak diberitahukan kepada penguasa yang

memerintah negeri-negeri di Sumatera Timur, sehingga membuat para Datuk penguasa negeri

tidak menyenangi dan merestui kehadiran Belanda, termasuk Datuk-Datuk yang ada di Negeri

Batubara.

Belanda membangun perkebunan Tembakau dan perkebunan Karet di wilayah negeri

Batubara. Dengan adanya hasil dari perkebunan ini ditambah dengan banyaknnya hasil hutan dan

pertanian lainnya yang dapat diekspor keluar negeri membuat Belanda yakin perekonomian

Negeri Batubara akan berjalan baik. Hal inilah yang membuat Belanda berinisiatif membangun

(13)

Juga selanjutnya membangun Lapangan Terbang di Torab, satu kawasan yang berada di

Kedatukan Lima Puluh. Anwardi (2010:120)

Pada Tahun 1887 Belanda kembali merombak sistem pemerintahan di Sumatera Timur

yang selama ini dibawah residen. Belanda memindahkan keresidenan Sumatera Timur dari

Labuhan dan Bengkalis ke Medan. Kemudian keresidenan ini dibagi menjadi 5 afdeling. Setiap

afdeling di bawah kuasa seorang residen. Batubara dengan sembilan kedatukan yang ada di

dalamnya menjadi Afdeling Batubara, berkedudukan di Labuhan Ruku. Afdeling Asahan

berkedudukan di Tanjung Balai.

Untuk mengakhiri kekuasaan para Raja di Batubara, usaha-usaha yang dilakukan Belanda

antara lain menghapuskan lembaga Raja Muda (Putra Mahkota), mengahapus lembaga orang

besar kerajaan, menurunkan status kerajaan dengan politik kontrak dalam bidang produksi dan

ekonomi, menyatukan kerajaan-kerajaan (kedatukan) kedalam satu federasi, menghapus negeri

kedatukan kecil dan disatukan di bawah seorang kepala Pemerintahan yang dikehendaki

Belanda, dan menghilangkan sistem Kerajaan dan Pemerintahan langsung dipegang oleh

Belanda, seperti di Pulau Jawa.

Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agutus 1945, maka

seluruh kekuasaan Kedatukan di Batubara maupun sebagai Self bestur berakhir juga

kekuasaannya. Maka mulailah ditata struktur pemerintahan republik ini,mulai dari tingkat pusat

sampai daerah. Pada tanggal 17 Oktober 1945, daerah Onder Afdelling Labuhan Batu dijadikan

Daerah Tingkat II Kabupaten Labuhan Batu dengan ibu kotanya Rantau Prapat. Onder Afdelling

Tanjung Balai dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten Asahan dengan ibu kotanya Tanjung

Balai, sementara daerah Onder Afdelling Batubara tidak dijadikan Daerah Tingkat II Kabupaten,

(14)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Batubara Pada Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

2. Keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949.

3. Kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia

1945-1949.

4. Kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan Agresi Militer

Belanda.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945-1949?

2. Bagaimanakah keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949?

3. Bagaimanakah kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949?

4. Bagaimanakah kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan

(15)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui wilayah Batubara setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

2. Untuk mengetahui keadaan Pemerintahan Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949.

3. Untuk mengetahui kehidupan Sosial Budaya Batubara setelah proklamasi kemerdekaan

Indonesia 1945-1949?

4. Untuk mengetahui kondisi Batubara pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946 dan

Agresi Militer Belanda.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan penelitian ini memberi beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Menambah wawasan kepada pembaca khususnya penulis tentang keadaan wilayah

Batubara pada masa perang kemerdekaan.

2. Memberikan dorongan semangat kepada para pembaca untuk mempertahankan daerahnya

masing-masing dengan cara memajukan daerahnya dalam segala bidang.

3. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti masalah-masalah yang

sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.

4. Sebagai bahan masukan untuk sejarah local di Indonesia pada umumnya dan secara

khusus untuk Sumatera Utara

5. Hasil penelitian ini menjadi gambaran untuk menambah perbendaharaan ilmu untuk bahan

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

Batubara merupakan daerah yang sudah didiami oleh penduduk sejak tahun 1720 yang

bermigrasi ke Batubara sejak abad ke 16 M. berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah tertulis

Kerajaan Batu Bara dan Kerajaan Asahan adalah sama-sama kerajaan dengan wilayah territorial

masing-masing. Walau memang harus diakui, bahwa kerajaan Asahan lebih besar dari pada

Batubara, yang merupakan kerajaan konfederasi lima kerajaan kecil dengan sistem kedatukan.

Masuknya pemerintah Hindia Belanda ke wilayah ini tetap juga menghormati otonomi wilayah

Batubara dengan menempatkannya sejajar dengan Asahan dan Labuhan Batu sebagai

onderafdelling. Begitu juga dengan zaman Jepang, posisi Batubara sebagai Fuku Bunsyu lebih

tinggi kedudukannya dibandingkan dengan distrik dan onderdistrik yang terdapat di Wilayah

Asahan. Begitu pula dengan sistem Kewedanaan dengan 5 kecamatan dibawahnya.

Berita proklamasi di setiap daerah mengalami keterlambatan dikarenakan alat komunikasi

yang minim dan tentara Jepang yang menutup-nutupi berita proklamasi. Berita proklamasi di

setiap daerah berbeda-beda. Berita proklamasi di Batubara, khususnya di Simpang Dolok dibawa

oleh Pemuda Simpang Dolok pada pertemuan di Medan tanggal 4 Oktober 1945. Setelah

Kemerdekaan Indonesia, banyak terjadi perubahan di Batubara khususnya pada bidang

pembagian Wilayah Pemerintahan, Keadaan Pemerintahan dan Kehidupan Sosial budaya.

Sesuai dengan ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan Undang-undang

Nomor 1 tahun 1945 Komite Nasional Indonesia Asahan terbentuk, tetapi wilayah kesultanan

(17)

tangan dari Belanda. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, Kerajaan-kerajaan Kecil Batubara

langsung menyatakan dukungannya kepada Indonesia.

Pada masa Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946, kondisi di Batubara cukup stabil, tidak

ada pertumpahan darah dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita seperti yang terjadi di kerajaan

Sumatera Timur lainnya. Hanya saja ada keturunan dari kedatukan-kedatukan Batubara yang

menjadi korban penculikan. Serta banyak harta benda mereka yang dirampas. Pada masa Agresi

Mliter Belanda, Kabupaten Batubara khususnya wilayah Indrapura adalah sebagai pintu masuk

kedaerah Asahan. Dengan sendirinya kecamatan Lima Puluh dan Tanjung Tiram merupakan

garis pertahanan pertama dengan pasukan intinya akan Laut Republik Indonesia pangkalan III

dibawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution. Dengan berdiri Negara Sumatera Timur (NST) pada

tahun 1948 dengan wali Negaranya Dr. Tengku Mansur, maka berakhir pula kekuasaan Belanda

di seluruh wilayah Sumatera setelah Belanda mengakui kedaulatan NKRI pada tanggal 27

Desember 1949.

1.2 SARAN

1. Dengan mengetahui kondisi Batu Bara setelah kemerdekaan, hendaknya masyarakat

bekerjasama dengan pemerintah untuk tetap mempertahankan dan lebih memperbaiki

keadaan yang telah ada dan juga tetap menjaga nama baik Batu Bara dengan

meningkatkan berbagai prestasi.

2. Pemerintah serta masyarakat Batu Bara harus lebih menjaga dan melestarikan

peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di daerah-daerah Batu Bara agar

(18)

3. Kepada generasi muda Batu Bara sudah selayaknya untuk terus menggali peristiwa

sejarah local di daerahnya masing-masing untuk menambah wawasan tentang sejarah

daerah agar tumbuh sikap menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan

dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya di Wilayah Batu Bara..

4. Manfaatkan Sumber Daya Alam yang ada untuk mewujudkan percepatan pembangunan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anwardi, Dkk. 2010. Sejarah Batubara Dari Masa Ke Masa. Bappeda Batubara

Ibrahim, Syafwan, Rusli. Adat Budaya Resam Melayu Batubara. Bandung :

PT Puri Delco

Simanjuntak, Bungaran. 2010. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan. Jakarta :yayasan Obor

Indonesia

Perret, Daniel. 2010. Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur

Laut. Jakarta: KPG

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kodam II. 1984. Sejarah Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950.

Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan

Marwati, Nugroho. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta

: Balai Pustaka

Moedjanto, G. 1989. Indonesia Abad Ke-20 1 Dari Kebangkitan sampai

Linggarjati : penerbit Kanisius

Nasution, A.H. 1992. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 6 Perang

Gerilya Semesta 1. Bandung : Angkasa

Pemkab Batu Bara, 2012. Batu Bara Dalam Angka 2013. BPS Kabupaten Batu

Bara

Pempropsu. 1995. Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah. Medan :

Pempropsu

Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatera Timur. Jakarta: Sinar Harapan

Reid, Anthony. 2011. Menuju Sejarah Sumatera, Antara Indonesia dan

Dunia.Jakarta: Yayasan Obor

Sinar, T. Lukman. 1987. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USU Press

Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT Raja Grafindo

Gambar

Tabel 4.1  ..................................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya POESERA (Poesat Ekonomi Rakyat) akibat dari kekejaman Pemerintahan Militer

Selain itu untuk mendukung data penulis juga melakukan penelitian lapangan (Field Research) dengan observasi, wawancara dan data dokumentasi yang berhubungan

Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang datanya diperoleh dan hasil lapangan

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap dua tokoh jurnalis foto yaitu dua orang kakak beradik Alexius Impurung Mendur dan Frans Soemarto

Dengan masuknya Tentara Belanda ke Yogyakarta, pasukan TP yang telah bersiap di berbagai asrama untuk mengadakan latihan perang, segera mengundurkan diri ke luar kota,

Penelitian ini menggunakan metode sejarah (historis). Langkah-langkah metode sejarah adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah mendorong penulis sekaligus juga yang telah meluangkan waktunya dalam membantu

maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan