• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Status Gizi dengan Jumlah Makanan Selingan pada Anak SD "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Status Gizi dengan Jumlah Makanan Selingan pada Anak SD "X" Kota Bandung."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN JUMLAH MAKANAN SELINGAN PADA ANAK SD “X” KOTA BANDUNG

Jesica, 2012

Pembimbing I : Grace Puspasari, dr., M.Gizi Pembimbing II : Cindra Paskaria, dr., M.K.M.

Latar belakang Masalah kesehatan di Indonesia yang dihadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi, yaitu masalah gizi kurang dan gizi lebih yang memiliki prevalensi pada anak usia 6-12 tahun di Indonesia adalah 19,6% dan 18,8%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh asupan makanan anak salah satunya dari makanan selingan.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui gambaran status gizi anak sekolah SD “X” Kota Bandung dan mengetahui jumlah makanan selingan yang dimakan masing-masing anak serta adakah hubungan antara status gizi dengan jumlah makanan selingan anak sekolah dasar.

Metode penelitian Menggunakan metode non-eksperimental survei analitik dengan menggunakan Beverage and Snack Quesionnaire (BSQ) yang telah dimodifikasi dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan diberikan kepada 182 anak usia sekolah dasar yang telah diukur status gizinya. Analisis data menggunakan uji ANAVA dengan α = 0,05. Data mengenai gambaran status gizi anak dan gambaran frekuensi makanan selingan anak SD “X” Kota Bandung disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian Status gizi anak SD “X” Kota Bandung terdiri atas sangat kurus (1%), kurus (6,6%), normal (84,1%), gemuk/overweight (7,7%), dan sangat gemuk/obesitas (0,6%). Makanan selingan anak SD “X” Kota Bandung dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan frekuensi camilan kurang (78,1%), camilan sedang (20,3%), dan camilan lebih (1,6%).

Simpulan Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan jumlah makanan selingan anak SD “X” Kota Bandung.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS WITH SNACK AMOUNT IN STUDENTS OF “X” PRIMARY SCHOOL, BANDUNG

Jesica, 2012

1st Tutor : Grace Puspasari, dr., M.Gizi 2nd Tutor : Cindra Paskaria, dr., M.K.M.

Background Recent health issue in Indonesia is the problem of double nutritional burden, which are malnutrition and too much nutrition in children of 6 to 12 years old, with prevalence of 19.6% and 18.8% respectively. This can be affected by food intake, such as snacking.

Objectives To determine the nutritional status description of “X” elementary school students in Bandung, to attain the amount of snack eaten by each child, and to see if there any relation between nutritional status and the amount of snacking in elementary school students.

Methods Using non-experimental analytic survey methods with modified Beverage and Snack Questionnaire (BSQ) which had been translated into Bahasa Indonesia and was given to 182 elementary school students whose nutritional status had been measured. Data of children’s nutritional status and snacking frequency was analyzed with ANAVA test by α = 0,05 and presented in tables. Results “X” elementary school students’ nutritional status consisted of very

thin (1%), thin (6.6%), normal (84.1%), fat/overweight (7.7%), and very fat/obese (0.6%). Snacking in “X” elementary school, Bandung was categorized into three categories of less snacking (78.1%), average snacking (20.3%), and excess snacking (1.6%).

Conclusion Nutritional status had no relation with the amount of snacking on “X” elementary school students.

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 6

BAB II ... 7

TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Status Gizi ... 7

2.1.1 Definisi Status Gizi ... 7

2.1.2 Penilaian Status Gizi Secara Langsung ... 8

2.1.3 Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ... 11

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ... 13

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.4.2 Jumlah Asupan Energi ... 14

2.1.4.3 Frekuensi Makan ... 17

2.1.4.4 Tingkat Pendidikan ... 18

2.1.4.5 Pengetahuan ... 18

2.2 Masalah Kekurangan Gizi ... 19

2.2.1 Etiologi Gizi Kurang ... 20

2.2.2 Dampak Gizi Kurang ... 21

2.3 Masalah Kelebihan Gizi ... 21

2.3.1 Etiologi Gizi Lebih ... 22

2.3.2 Dampak Gizi Lebih ... 24

2.4 Makanan Selingan/Camilan (Snack) ... 25

2.4.1 Definisi Makanan Selingan/Camilan (Snack) ... 25

2.3.3 Peran Makanan Selingan/Camilan (Snack)... 28

2.3.4 Jenis-jenis Makanan Selingan/Camilan (Snack) ... 28

BAB III... 30

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Prosedur Penelitian ... 30

3.4 Metode Penelitian ... 31

3.4.1 Rancangan Penelitian ... 31

3.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 31

3.5 Prosedur Pengambilan/Pemilihan Sampel dan Penentuan Unit Analisis .... 32

3.5.1 Populasi Penelitian ... 32

3.5.2 Sampel Penelitian ... 33

3.6 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.6.1 Sumber Data Penelitian ... 33

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data... 33

3.6.2.1 Prosedur Penimbangan Berat Badan ... 33

3.6.2.2 Prosedur Pengukuran Tinggi Badan... 34

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.7 Pengolahan dan Analisis Data Serta Uji Validitas Data ... 35

3.8 Perizinan Penelitian ... 35

3.9 Aspek Etik Penelitian ... 35

BAB IV ... 36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

SIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Simpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Anak dan Remaja Menurut WHO 2007... ..8 Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut Kriteria

Asia Pasifik...10 Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang dianjurkan

(per orang per hari) anak usia 7-12 tahun...17 Tabel 4.1 Gambaran Status Gizi Anak SD “X” Kota Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015...36 Tabel 4.2 Gambaran Frekuensi Makanan Selingan Anak SD “X”

Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015...37 Tabel 4.3 Perbandingan antara anak dengan camilan kurang, camilan sedang, dan camilan lebih terhadap jenis makanan selingan yang dikonsumsi sehari-hari...38 Tabel 4.4 Hubungan Status Gizi dengan Jumlah Makanan Selingan Anak

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Piramida Makanan untuk Pemilihan Gizi

Seimbang...15 Gambar 2.2 Makanan dan Minuman Selingan berdasarkan Tingkat

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta Dalam Penelitian

(Informed Consent)...45

Lampiran 2 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian...46

Lampiran 3 Data Hasil Pengolahan SPSS...47

Lampiran 4 Foto Penelitian...48

Lampiran 5 Kuesioner Minuman Selingan Lembar 1...49

Lampiran 6 Kuesioner Makanan Selingan Lembar 2...50

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masa kanak-kanak yaitu khususnya antara 6-12 tahun atau sering disebut juga sebagai usia sekolah dasar (SD). Pada masa perkembangan ini anak mulai diarahkan menjauh dari kelompok keluarga agar dapat berpusat di dunia konsep diri dan intelektual (Wong, 2009). Pada masa ini dibutuhkan asupan nutrisi yang adekuat untuk menghindari masalah-masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mereka sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, dan perkembangan otak menjadi optimal (Suyatno, 2009). Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan tubuh, karena kebanyakan dari anak usia sekolah dasar memiliki banyak aktivitas yang dapat menguras tenaga sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan yang keluar (Moehji, 2003).

Oleh karena itu, diperlukan status gizi untuk pemantauan pola pertumbuhan anak. Status gizi merupakan indikator untuk menentukan baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari seseorang. Status gizi tiap anak berbeda-beda. Status gizi pada anak dibagi menjadi status gizi usia balita (bawah lima tahun) dan status gizi usia 5-18 tahun. Status gizi anak usia 5-18 tahun dikelompokkan menjadi usia 5-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Status gizi usia 5-18 tahun ini dapat ditentukan dengan menggunakan Z-score dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). pada indikator IMT/U, status gizi dikelompokkan lagi menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk/overweight, dan kegemukan atau obesitas (Riskesdas, 2010).

(10)

2 Universitas Kristen Maranatha dapat diartikan sebagai gangguan dari berbagai segi kesejahteraan perseorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi yang diperoleh seseorang dari makanan (Kesman, 2015). Pada tahun 2013, didapatkan prevalensi gizi kurang sebesar 19,8%, hal ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%) dan 2010 (17,9%). Prevalensi untuk gizi lebih adalah 18,8% (Ahdiah, 2014)

Ketidakseimbangan dari jumlah asupan makanan yang dimakan oleh seseorang dapat mengakibatkan masalah gizi. Seseorang yang mengalami kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya terhambat, dapat menyebabkan prestasi yang buruk, pendidikan yang menurun. Kelebihan gizi dapat mengancam status kesehatan, meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe II, gagal ginjal, penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskular, dll. Jika hal tersebut terjadi mulai pada usia anak-anak terutama di usia sekolah dasar, dapat mengakibatkan turunnya kualitas sumber daya manusia di kemudian harinya (Andrianto, 1990).

Menurut FAO/WHO proporsi pemenuhan zat-zat gizi dalam sehari berasal dari makanan utama dan makanan selingan. Jumlah asupan yang dimakan sangat mempengaruhi status gizi seseorang terutama bagi anak usia pertubuhan karena dapat menyebabkan beberapa dampak seperti yang telah dijelaskan di atas. Salah satu yang paling terpenting dari jumlah asupan yaitu dari makanan selingannya (Almatsier, 2010).

Makanan selingan yang terlalu banyak dikonsumsi dapat menyebabkan nafsu makan anak terhadap makanan utama menjadi menurun, sehingga gizi yang baik tidak terpenuhi dalam tubuh anak tersebut. Namun disamping itu pentingnya makanan selingan dikonsumsi adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik sehingga konsentrasi anak terhadap pelajaran atau aktivitas lainnya tetap terlaksana.

1.2Identifikasi Masalah

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha - Berapa jumlah makanan selingan yang dikonsumsi tiap harinya oleh anak

SD “X” Kota Bandung.

- Apakah status gizi berhubungan dengan jumlah makanan selingan yang biasa dimakan anak SD “X” Kota Bandung.

1.3Maksud Dan Tujuan

- Mengetahui gambaran status gizi pada anak sekolah SD “X” Kota Bandung.

- Mengetahui jumlah makanan selingan yang dikonsumsi tiap harinya oleh

anak SD “X” Kota Bandung.

- Mengetahui hubungan antara status gizi dengan jumlah makanan selingan anak SD “X” Kota Bandung.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

- Menambah informasi ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara status gizi dengan jumlah makanan selingan pada anak.

- Menambah daftar referensi untuk penelitian terhadap status gizi anak usia 6-12 tahun di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

- Menambah pengetahuan orang tua terhadap status gizi anak di SD “X” Kota Bandung.

(12)

4 Universitas Kristen Maranatha - Sebagai masukan terhadap pelayanan kesehatan di dinas kesehatan

Bandung.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan berkembangnya suatu negara, asupan pangan masyarakat akan lebih membaik. Asupan pangan tidak hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi dapat mempengaruhi anak-anak juga terutama usia sekolah dasar (6-12 tahun) yang termasuk dalam kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi yaitu kelompok yang rentan mengalami gangguan kesehatan, sehingga gizi pada anak sangat penting untuk dipantau agar tidak timbul masalah (Februhartanty & Iswaranti, 2004).

Masalah gizi yang timbul dapat menyebabkan dampak bagi kesehatan seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, maupun penyakit ginjal. Adapun masalah yang dapat mempengaruhi aktivitas atau tumbuh kembang anak yaitu seperti pertumbuhan terhambat, dan berkurangnya konsentrasi dalam belajar (Andrianto, 1990).

Asupan makanan yang baik terdiri atas makanan utama dan makanan selingan. Idealnya asupan makanan yang dimakan terbagi menjadi sarapan 20%, makan siang 44%, makanan selingan 14%, dan makan malam 28%. Jika terjadi kelebihan atau kekurangan yang terlalu banyak dari porsi makan tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan gizi (Almatsier, 2010).

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 untuk anak usia 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai Z-score dengan indikator IMT/U yang diklasifikasikan sebagai berikut :

- Sangat kurus : Z-score < -3,0 - Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d < -2,0 - Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d ≤ 1,0 - Gemuk : Z-score > 1,0 s/d ≤ 2,0 - Obesitas : Z-score > 2,0

(Riskesdas, 2010).

Di Indonesia, memakan makanan selingan atau sering disebut camilan atau snack sudah menjadi suatu kebiasaan karena semakin hari, semakin banyak pertumbuhan produsen penghasil makanan pengganti makanan pokok ini. Makanan selingan yang tidak dipilih dengan baik, berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, khususnya untuk usia anak sekolah dasar (Februhartanty & Iswaranti, 2004).

(14)

6 Universitas Kristen Maranatha 1.5.2 Hipotesis Penelitian

H-0 : Status gizi tidak berhubungan terhadap jumlah makanan selingan anak di

SD “X” Kota Bandung.

(15)

41 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Status gizi anak SD “X” Kota Bandung terdiri dari sangat kurus (1%), kurus (6,6%), normal (84,1%), gemuk (7,7%), dan sangat gemuk/obesitas (0,6%).

2. Jumlah makanan selingan anak SD “X” Kota Bandung dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu camilan kurang (78,1%), camilan sedang/normal (20,3%), dan camilan lebih (1,6%).

3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan jumlah makanan selingan pada anak SD “X” Kota Bandung.

5.2 Saran

1. Memantau jumlah makanan selingan anak agar seimbang dengan jumlah makanan utama.

2. Memberitahu kepada orang tua agar lebih cermat memberikan makanan selingan yang baik untuk anak.

3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan kuesioner yang menyertakan porsi makanan selingan.

4. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat terhadap asupan makanan anak secara keseluruhan.

(16)

42 Universitas Kristen Maranatha

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Andrianto, P. (1990). Gangguan Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.

Jakarta: ECG.

Anonymous. (2015). Materi Ajar PSG. Retrieved 2015, from fkm.ilearn.unand.ac.id/mod/resource/view.php?id=105

Apriadji, W. (1986). Gizi Keluarga. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Brown, e. a. (2005). Nutrition Through The Life Cycle (Second ed.). USA: Wadsworth Inc.

Conjecture Corporation. (2013). Retrieved 2015, from wisegeek.org. Connor, Z. (2007). Retrieved 2015, from zoeconnor.co.uk

Depkes RI. (2002). Program Perbaikan Gizi Makro. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI.

Depkes RI. (2004). Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Pedoman

Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes.

Februhartanty, J., & Iswaranti. (2004). Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia? Retrieved 2015, from www.gizi.net

Gibson, R. (2005). Principle of Nutritional Assessment (Second ed.). New York: Oxford University Press Inc.

(17)

43 Universitas Kristen Maranatha Jalal, F., & Sumali, M. A. (1998). Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan

Program Gizi Repelita VII untuk mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: LIPI.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Retrieved 2015, from gizi.depkes.go.id Kesman. (2015, July 8). Retrieved 2015, from indonesian-publichealth.com

Kesmas. (2014, April 17). Status Gizi, Menentukan Keadaan Gizi Dengan Penilaian Status Gizi. Retrieved 2015, from http://www.indonesian-publichealth.com/2014/04/status-gizi-dan-cara-menentukannya.html Krummel, D., & Etherton, K. (1996). Nutrition In Women's Health. USA: Aspen

Publisher.

Kurnia, R. (2014, Oktober 22). Retrieved November 18, 2015, from retnopastry.blogspot.co.id.

Ludamand. (2015). Retrieved 2015, from en.m.wikipedia.org/wiki/chocolate_bar. Moehji, S. (2003). Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar

Sinanti.

Nix, S. (2005). William's Basic Nutrition & Diet Therapy (Twelfth ed.). USA: Elseier Mosby Inc.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Proverawati, A., & Kusuma Wati, E. (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwati, S. (2001). Perancanaan Menu Untuk Pendderita Kegemukan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rijanti. (2002). Hubungan Konsumsi Makanan dan Faktor-faktor Lain dengan Status Gizi Anak Kelas 4 dan 5 PSKD Kwitang VIII Depok , tahun 2001. FKM UI.

Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Retrieved 2013, from riskesdas.litbang.depkes.go.id

(18)

44 Universitas Kristen Maranatha Soerjodibroto, W. (1993). Diit dan Exercise dalam Penanggulangan Kegemukan.

In Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Suhardjo. (1986). Pangan, Gizi, dan Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Sumanto, A. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: ArgoMedia Pustaka.

Supariasa. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Suyatno. (2009). Survei Konsumsi Sebagai Indikator Status Gizi. Yogyakarta:

Universitas Diponegoro.

Suyono, S. (1986). Hubungan Timbal Balik antara Kegemukan dengan Berbagai Penyakit, dalam Kegemukan : Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tirtawinata, T. C. (2006). Makanan dalam perspektif Al Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Wardlaw, G., & Jeffrey, S. (2007). Perspectives in Nutrition (Seventh ed.). New York: McGraw Hill Companies Inc.

WHO. (2000). Obesity: preventing and managing the global epidemic. Switzerland.

WHO. (2011). Obesity and Overweight. Retrieved 2015, from hptt://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html

Wirakusumah, E. (2004). Tip dan Solusi Gizi Agar Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause Dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

WKNPG. (2004). Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

Gambar

Tabel 4.1  Gambaran Status Gizi Anak SD “X” Kota Bandung
Gambar 2.2  Makanan dan Minuman Selingan berdasarkan Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

The FedEO pilot used and extended the GEOSS AIP Architecture with additional services, e.g, Product Programming, Service Orchestration, Processing Services,

AGMS Decision Approved and Ratified of the Annual Report of the Company for the year ended December 31, 2014, including the Activity Report of the Company,

Setiap instruksi (seperti.. tambah atau simpan) memiliki sandi atau kode yang berbeda atau dengan kata lain setiap mikroprosesor memilki Op-Code yang berbeda

Peserta didik dikatakan berhasil dengan cukup bila dapat menguasai 50% - 69% aspek yang dinilai. Peserta didik dikatakan berhasil dengan belum berhasil bila tidak

pelayanan dengan sikap keputusan berobat pada pasien. di Puskesmas

Pada tugas akhir ini, akan dilakukan evaluasi degradasi kualitas video pada beberapa pola paket data yang hilang di jaringan LTE, dengan menggunakan beberapa skenario yang

[r]

SMK YPUI Parung mengakui bahwa pengetahuan tentang manajemen itu penting. Baik itu berupa pengetahuan tentang manajemen pemasaran terkait bagaimana agar produk jasa yang ditawarkan