iv ABSTRAK
KONTAMINASI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN BAKTERI COLIFORM PADA SUSHI
Kinanti Citra Weny, 2016.
Pembimbing I : Dr. Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. dan Pembimbing II : Sri Nadya Saanin, dr., M.kes.
Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar, namun makanan dapat menjadi sumber penyakit bila terkontaminasi oleh mikroorganisme terutama bakteri. Pengolahan makanan yang tidak higienis adalah salah satu penyebab makanan terkontaminasi. Penyakit bawaan makanan merupakan salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat. Staphylococcus aureus dan Coliform merupakan bakteri indikator untuk penilaian sanitasi, baik sanitasi makanan maupun sanitasi pengolah makanan. Kedua bakteri ini banyak ditemukan pada sushi.
Maksud Penelitian. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat bakteri Staphylococcus aureus dan Coliform pada sushi.
Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan 12 sampel sushi Salmon Maki (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12) yang diambil dari pembuat berbeda.
Hasil Penelitian. Hasil penanaman sampel sushi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 pada Mannitol Salt Agar menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan jumlah bervariasi. Hasil penanaman sampel sushi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 pada Mac Conkey Agar menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri Coliform dengan jumlah bervariasi. Pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus lebih banyak daripada pertumbuhan koloni bakteri Coliform.
Kesimpulan. Terdapat bakteri Staphylococcus aureus dan Coliform pada sushi.
Kata Kunci: Staphylococcus aureus, Coliform, Sushi
v ABSTRACT
CONTAMINATION OF STAPHYLOCOCCUS AUREUS AND COLIFORM BACTERIA IN SUSHI
Kinanti Citra Weny, 2016.
Tutor I : Dr. Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. and Tutor II : Sri Nadya Saanin, dr., M.kes.
Background. Food is the most fundamental need of human, but food can be the source of disease when contaminated by microorganisms, mainly bacteria. Unhygienic food processing is one of the causes of food contamination. Foodborne diseases is one of the major problems in public health. Staphylococcus aureus and Coliform bacteria is an indicator for the assessment of sanitation, food sanitation and sanitation of food handlers. Both of these bacteria are found in sushi.
Aim. The aim of this study was to determine the presence of Staphylococcus aureus and Coliform bacteria in sushi.
Method. This was a descriptive study using 12 sushi samples of Salmon Maki (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, and 12) that were taken from different makers.
Result. The results of culturing sushi sample 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, and 12 on Mannitol Salt Agar showed the growth of colonies of Staphylococcus aureus bacteria with various numbers. The results of culturing sushi sample 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, and 12 on Mac Conkey Agar showed the growth of colonies of Coliform bacteria with various numbers. The numbers of Staphylococcus aureus colonies were more than the numbers of Coliform colonies.
Conclusion. There were Staphylococcus aureus and Coliform bacteria in sushi.
Key Words: Staphylococcus aureus, Coliform, Sushi
viii
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademik ... 3
2.1.1 Definisi Kontaminasi Makanan ... 6
2.1.2 Kontaminasi Fisik ... 6
2.1.3 Kontaminasi Bahan Kimia ... 7
2.1.4 Kontaminasi Mikroba... 8
2.2 Staphylococci ... 9
ix
2.2.1 Staphylococcus aureus ... 10
2.2.2 Intoksikasi Makanan oleh Staphylococci ... 11
2.3 Coliform ... 13
3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 23
3.1.1 Alat-alat Penelitian ... 23
3.4.4 Pengamatan Hasil Pembiakan ... 26
3.4.5 Identifikasi Bakteri ... 27
x
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
BAB IV ... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Uji Pendahuluan ... 29
4.2 Hasil Penelitian ... 30
4.2.1 Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ... 30
4.2.2 Identifikasi Bakteri Coliform ... 35
4.3 Pembahasan ... 39
4.3.1 Staphylococcus aureus ... 39
4.3.2 Coliform ... 42
BAB V ... 44
SIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 49
RIWAYAT HIDUP ... 62
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Penanaman Sampel Sushi pada Mannitol Salt Agar (MSA) ... 31 Tabel 4.2 Hasil Penanaman Sampel Sushi pada Mac Conkey Agar (MCA) ... 36
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Urutan Kejadian Kontaminasi Makanan oleh Staphylococcus sp ... 12
Gambar 2.2 Alur Produksi Sushi dan Sashimi. ... 22
Gambar 3.1 Salmon Maki ... 24
Gambar 4.1 Koloni yang Tumbuh pada Mannitol Salt Agar ... 30
Gambar 4.2 Pemeriksaan Makroskopik pada Mannitol Salt Agar ... 33
Gambar 4.3 Pemeriksaan Makroskopik pada LAD ... 34
Gambar 4.4 Tes Katalase ... 34
Gambar 4.5 Tes Koagulase ... 35
Gambar 4.6 Koloni yang Tumbuh pada Mac Conkey Agar ... 36
Gambar 4.7 Pemeriksaan Makroskopik pada Mac Conkey Agar ... 38
Gambar 4.8 Hasil Tes Biokimia ... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Pendahuluan ... 49 Lampiran 2. Data Lengkap Hasil Penelitian ... 53 Lampiran 3. Kontaminasi Bakteri Pada Makanan Siap Saji ... 60
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar karena
makanan adalah sumber energi manusia. Makanan yang dikonsumsi manusia
mempunyai banyak jenis dan berbagai macam cara pengolahan (Santoso, 2013).
Berbagai macam makanan tersebut dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam tubuh manusia sehingga manusia jatuh sakit. Salah satu cara untuk
memelihara kesehatan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu
dengan memastikan bahwa makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terhindar
dari penyakit. Banyak hal yang dapat menyebabkan suatu makanan menjadi tidak
aman, salah satu di antaranya adalah karena adanya kontaminasi (Thaheer, 2005).
Kontaminasi yang terjadi pada makanan dapat menyebabkan makanan tersebut
menjadi media bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan
yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (foodborne diseases)
(Susanna dan Hartono, 2003). Kontaminasi pada makanan dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, atau parasit (Arisman M., 2009). Penyakit bawaan makanan
merupakan salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat, baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Penyakit akibat keracunan makanan
merupakan penyebab utama sakit dan kematian di negara berkembang, yang
menyebabkan 1,9 juta kematian per tahun di tingkat global. Bahkan di negara
maju, diperkirakan 1/3 dari populasi terinfeksi penyakit bawaan makanan
(Andargie et al., 2008).
Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2014, sebanyak
864 wabah penyakit bawaan makanan di Amerika Serikat telah dilaporkan, terdiri
dari 13.246 orang sakit, 712 orang rawat inap, 21 orang meninggal, dan 21
penarikan makanan (Centers for Disease Control and Prevention, 2016). Di
Indonesia selama tahun 2015, telah tercatat 61 kejadian luar biasa (KLB)
keracunan pangan yang berasal dari 34 Provinsi. Dilaporkan jumlah orang yang
terpapar sebanyak 8.263 orang, sedangkan kasus KLB keracunan pangan yang
2
dilaporkan sebanyak 2.251 orang sakit dan 3 orang meninggal dunia. Frekuensi
KLB keracunan pangan banyak dilaporkan oleh Balai Besar POM di Bandung
sebanyak 12 kejadian (19,67%), diikuti Balai Besar POM di Semarang dan Balai
Besar POM di Surabaya masing-masing sebanyak 6 kejadian (9,84%) (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2015).
Staphylococcus aureus sangat erat hubungannya dengan manusia karena
merupakan flora normal pada berbagai bagian tubuh manusia terutama pada
saluran pernafasan, kulit dan rambut. Staphylococcus aureus juga dapat
ditemukan di udara, debu, kotoran, air, susu, makanan, minuman, peralatan
makan, dan hewan. Sumber utama penyebab kontaminasi Staphylococcus aureus
pada makanan adalah individu yang mengolah makanan, di samping itu dapat juga
melalui peralatan masak dan lingkungan sekitar (Salasia et al., 2009). Bakteri
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan
juga hewan. Penyebaran bakteri Coliform dari manusia ke manusia dapat terjadi
melalui jalur fekal oral yaitu dengan cara manusia memakan makanan yang telah
terkontaminasi feses manusia maupun feses hewan (Granato et al., 2014).
Staphylococcus aureus dan Coliform merupakan bakteri indikator untuk menilai
pelaksanaan sanitasi, baik sanitasi makanan maupun sanitasi penjamah makanan
(WHO, 2011).
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (termasuk dalam bakteri
Coliform) banyak ditemukan pada makanan sushi (Atanassova et al., 2008). Pada
tahun 1994, dilaporkan terdapat sepertiga dari 5.849 kasus penyakit didapat
melalui makanan yang disebabkan oleh ikan, kerang-kerangan dan produknya di
Jepang (WHO, 2006). Pada penelitian yang dilakukan oleh Yoshua pada tahun
2005, ditemukan bakteri Coliform hingga 102.600 cfu/gram pada sushi lama
(sushi yang diteliti 30 menit setelah penyajian) (Yoshua, 2012). Staphylococcus
aureus juga ditemukan pada salmon mentah dalam sajian sashimi di restoran
Jepang Kota Medan (Pasaribu, 2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Puah
dkk, terdapat kontaminasi Staphylococcus aureus sebanyak 26% pada 200 sampel
sushi dan sashimi (Puah et al., 2016). Hingga saat ini belum ada laporan di media
massa tentang warga Indonesia yang mengalami keracunan makanan akibat
3
mengonsumsi sushi. Namun di Hongkong, dari 1.481 kejadian keracunan
makanan yang dilaporkan, tercatat 3% (45 kejadian) disebabkan oleh konsumsi
sushi dan sashimi, jumlah orang yang keracunan adalah 142 orang, 66,7%
disebabkan oleh sashimi dan 33,3% disebabkan oleh sushi (Food and
Environmental Hygiene Department of HKSAR, 2000).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mempelajari adanya
kontaminasi Staphylococcus aureus dan bakteri Coliform pada sushi.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang diidentifikasi pada penelitian ini, adalah:
1. Apakah terdapat kontaminasi Staphylococcus aureus pada sushi.
2. Apakah terdapat kontaminasi bakteri Coliform pada sushi.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kontaminasi
Staphylococcus aureus dan bakteri Coliform pada sushi.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademik
Memberikan kontribusi ilmiah kontaminasi Staphylococcus aureus dan bakteri
Coliform pada bahan makanan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang mempelajari kontaminasi bakteri pada makanan.
1.5 Landasan Teori
Staphylococcus aureus dan Coliform merupakan bakteri indikator untuk
menilai pelaksanaan sanitasi, baik sanitasi makanan maupun sanitasi penjamah
makanan (WHO, 2011). Staphylococcus aureus merupakan patogen penting pada
manusia yang menimbulkan berbagai kasus penyakit antara lain infeksi kulit,
4
keracunan makanan, endokarditis, pneumonia, osteomyelitis, sepsis artritis dan
encephalitis (Tseng et al., 2004). Pada manusia yang sehat, S. aureus merupakan
flora normal pada berbagai bagian tubuh terutama pada saluran pernafasan, kulit,
dan rambut. S. aureus juga dapat ditemukan di udara, debu, kotoran, air, susu,
makanan, minuman, peralatan makan, dan hewan. Manusia dan hewan merupakan
reservoir utama. Sumber utama penyebab kontaminasi bakteri S. aureus pada
makanan adalah individu yang mengolah makanan, di samping itu dapat juga
melalui peralatan masak dan lingkungan sekitar (Salasia et al., 2009).
S. aureus memproduksi sekelompok toksin yang disebut pyrogenic toxic
superantigens. Superantigen ini terdiri dari toxic-shock syndrome toxin-1
(TSST-1) dan staphylococcal enterotoxins (SEs). Enterotoksin yang dihasilkan oleh S.
aureus merupakan penyebab utama keracunan makanan. Enterotoksin tersebut
dapat menyebabkan gastroenteritis dengan manifestasi klinis berupa muntah
dengan atau tanpa diare (Vasconcelos dan Cunha, 2010). Sifat terpenting dari SEs
adalah resisten terhadap enzim protease yang ada di saluran pencernaan seperti
pepsin dan resisten terhadap panas (heat-stable) (Balaban dan Rasooly, 2000).
Apabila makanan yang sudah terkontaminasi oleh S. aureus dimakan dan masuk
ke dalam saluran pencernaan, enzim protease yang berfungsi sebagai pemecah
protein tidak dapat bekerja melawan SEs karena sifat SEs yang resisten terhadap
enzim protease. Walaupun makanan yang dimakan sudah dimasak atau
dipanaskan, SEs tidak akan hancur karena sifat SEs yang resisten terhadap panas.
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan
hewan. Penyebaran bakteri Coliform dari manusia ke manusia dapat terjadi
melalui jalur fekal oral yaitu dengan cara manusia memakan makanan yang telah
terkontaminasi feses manusia maupun feses hewan (Granato et al., 2014).
Makanan dapat terkontaminasi oleh Coliform karena perilaku pengolah makanan
yang tidak higienis, pencucian peralatan yang tidak bersih, pengolah makanan
yang tidak sehat, dan penggunaan air pencuci peralatan yang terkontaminasi
Coliform (Mansauda et al., 2014). Jika terdapat bakteri Coliform pada makanan
maka hal ini menunjukkan kontaminasi yang bersifat patogen (Granato et al.,
2014).
5
Spesies dari Coliform yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah
Escherichia coli. Terdapat empat kelas Escherichia coli yang bersifat
enterovirulen, yaitu Escherichia coli enteropatogenik (EPEC), Escherichia coli
enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), dan Escherichia
coli enterohemoragik (EHEC). ETEC adalah penyebab utama traveller’s diarrhea
dan infantile diarrhea di Negara berkembang. Diare pada kasus ini berupa watery
diarrhea. Patogenesis diare oleh famili ETEC berkaitan dengan enterotoksin yang
dihasilkannya, yaitu heat labile toxins dan heat stable toxins. EIEC dapat
menginvasi sel-sel epitel mukosa usu sehingga menyebabkan terjadinya watery
diarrhea, disentri, demam, muntah, kram, nyeri perut hebat, dan tenesmus. EPEC
menyebabkan watery diarrhea dan disentri. EHEC menghasilkan Shiga-like
toxins yang dapat menyebabkan dua macam sindrom, yaitu hemorrhagic colitis
dan Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) (Arisman, 2009).
44 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Terdapat Staphylococcus aureus pada sushi.
Terdapat bakteri Coliform pada sushi.
Simpulan Tambahan
Staphylococcus aureus lebih banyak ditemukan dibandingkan bakteri Coliform.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian terhadap kehadiran bakteri penyebab kontaminasi makanan yang lain, seperti Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolityca,
Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Bacillus cereus, Vibrio
cholera, dan Vibrio parahaemolyticus.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel makanan yang lain.
Perlu diteliti kontaminasi dari yeast (ragi) dan mold (kapang) pada makanan.
KONTAMINASI
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
DAN
BAKTERI
COLIFORM
PADA
SUSHI
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ini dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
KINANTI CITRA WENY
1310198
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang begitu
besar kepada saya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kontaminasi Staphylococcus aureus dan Bakteri Coliform pada Sushi” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai
salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini banyak dijumpai kesulitan dan
hambatan, tetapi dengan bantuan berbagai pihak akhirnya karya tulis ilmiah ini
dapat diselesaikan, oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Philips Onggowidjaja, S.si., M.Si. selaku pembimbing I atas segala
perhatian, kesediaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, solusi, kesabaran
dan dukungan moral dalam menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
2. Sri Nadya Saanin, dr., M.kes. selaku pembimbing II atas segala perhatian,
kesediaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, solusi, kesabaran dan dorongan
moral dalam menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
3. Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., M.Kes., PA(K) yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu memperbaiki Karya Tulis
Ilmiah ini
4. Kepala Bagian dan Staff Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu dalam proses pengerjaan
penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
5. Keluarga tersayang, Ayah Dedy Iswanto, Ibu Ana Juniani, adik Dwi Rangga
Putra, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, dukungan moral dan
material sehingga memacu semangat penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini
6. Reinhard Joel Abraham Simbolon yang senantiasa menemani di kala suka
dan duka, memberikan semangat, kasih sayang, dan dukungan selama
vii
7. Sahabat-sahabat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Nurul
Fauziah, Andani Puspita Rani, Agnia Nursyifa Fitria Romdhon, Widya
Janeva Budhiniar, Frederica Mutiara Dili Nasti, Nadilla Citra Ananda, dan
Mohammad Iqbal Rizki yang selalu mendukung dan mengingatkan untuk
segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
8. Sahabat-sahabat saat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ayu Laraswati
Setianingbudi, Saraswati Oktora, Fina Lathifah Ardi, Fani Laila Ardi,
Rachmasari Dimas Pratiwi, Dzaky Tasilawati, dan Irham Fakhry yang selalu
memberikan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
9. Keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
semua pihak yang membaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bandung, Desember 2016
45
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M., & Motarjemi, Y. 1999. Basic Food Safety for Health Workers. Geneva: WHO.
Andargie, G., Kassu, A., Moges, F., Tiruneh, M., & Huruy, K. 2008. Prevalence of Bacteria and Intestinal Parasites among Food-handlers in Gondar Town, Northwest Ethiopia. Journal of Health, Population and Nutrition, 451-455.
Argudin, M. A., Mendoza, M. C., & Ridicio, M. R. 2010. Food Poisoning and Staphylococcus aureus Enterotoxins. Toxins, 1751-1773.
Arisman, M. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.
Atanassova, V., Reich, F., & Klein, G. 2008. Microbiological Quality of Sushi from Sushi Bars and Retailers. J Food Prot, 860-4.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan. InfoPOM, 9(2).
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2015. Laporan Tahunan
Badan POM 2015. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Balaban, N., & Rasooly, A. 2000. Staphylococcal Enterotoxins. International
Journal of Food Microbiology 61, 1-10.
Carroll, K. C., Butel, J. S., Morse, S. A., & Mietzner, T. 2016. Jawetz, Melnick, Adelberg's Medical Microbiology. In K. C. Carroll, & J. A. Hobden,
Bacteriology (pp. 203-208). United States: McGraw-Hill Education.
Centers for Disease Control and Prevention. 2016. Surveillance for Foodborne
Disease Outbreaks, United States, 2014, Annual Report. Atlanta: Centers
for Disease Control and Prevention (CDC).
Department of the Environment. 2002. Part 1 - Water Quality and Public Health.
The Microbiology of Drinking Water, 13.
Feng, C. H.-I. 2012. The Tale of Sushi: History and Regulations. Comprehensive
Reviews in Food Science and Food Society, 11, 205-220.
Food and Environmental Hygiene Department. 2015. Food Safety Guideline on Preparation of Sushi, Sashimi, Raw Oyster, and Meat To Be Eaten Raw. Hong Kong: Centre for Food Safety.
46
Food and Environmental Hygiene Department of HKSAR. 2000. Risk Assessment Studies Report No. 2 Microbiological Hazards Evaluation Sushi and
Sashimi in Hong Kong. Hong Kong: Food and Environmental Hygiene
Department of HKSAR.
Food Standards Australia New Zealand. 2016. Compendium of Microbiological
Criteria for Food. Retrieved November 25, 2016, from Food Standards
Australia New Zealand (FSANZ):
http://www.foodstandards.gov.au/publications/Documents/Compedium%2 0of%20Microbiological%20Criteria/Compendium%20of%20Microbiologi cal%20Criteria.pdf
Granato, P. A., Morton, V., & Morello, J. A. 2014. Laboratory Manual and
Workbook in Microbiology: Application to Patient Care. New York:
McGraw-Hill Education.
Guentzel, M. N. 1996. Escherichia, Klebsiella, Enterobacter, Serratia, Citrobacter, and Proteus. In S. Baron, Medical Microbiology 4th Edition (p. Chapter 26). Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston.
Leboffe, M. J., & Pierce, B. E. 2011. A Photographic Atlas for The Microbiology
Laboratory. Colorado: Morton Publishing Company.
Mansauda, K. L., Fatimawali, & Kojong, N. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform pada Saus Tomat Jajanan Bakso Tusuk yang Beredar di Manado.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT, 37-44.
Mouritsen, O. G. 2009. Sushi: Food for the Eye, the Body, and the Soul. Springer, 19.
Nespolo, N. M., Martineli, T. M., & Rossi Jr., O. D. 2012. Microbiological quality of salmon (Salmo salar) sold in cities of the state of SãO Paulo, Brazil.
Brazilian Journal of Microbiology.
NSW Food Authority. 2008. Report on Food Handling Practices and
Microbiological Quality of Sushi in Australia. New South Wales: NSW
Food Authority.
Ozawa, K., Oka, T., Takeda, N., & Hansman, G. S. 2007. Norovirus Infections in Symptomatic and Asymptomatic Food Handlers in Japan. Journal of
Clinical Microbiology, 3996-4005.
Pasaribu, S. R. 2016. Identifikasi Staphylococcus aureus pada Salmon Mentah dalam Sajian Sashimi di Restoran Jepang Kota Medan. USU Institutional
Repository.
47
Puah, S. M., Chua, K. H., & Tan, J. A. 2016. Virulence Factors and Antibiotic Susceptibility of Staphylococcus aureus Isolates in Ready-to-Eat Foods: Detection of S. aureus Contamination and a High Prevalence of Virulence Genes. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 1.
Rockliff, G. M. 2003. Food Survey Reports 2002-2003. Retrieved January 25, 2016, from ACT Government:
http://www.health.act.gov.au/datapublications/reports/food-survey-reports/food-survey-reports-2002-2003#quality%20of%20sushi
Salasia, S. I., Khusnan, & Sugiyono. 2009. Distribusi Gen Enterotoksin
Staphylococcus aureus dari Susu Segar dan Pangan Asal Hewan. Jurnal
Veteriner, 111-117.
Santoso, S. 2013. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sin-bin, D., NG, D., CRAIG, D., Xiu-mei, P., Sheng, D., Pak-leung, D., et al. 2014. Microbiological Guidelines for Food (For ready-to-eat food in general and specific food items). Centre for Food Safety, 26-7.
Staff, M. C. 2014. Food Poisoning. Retrieved January 30, 2016, from Mayo Clinic:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-poisoning/basics/causes/con-20031705
Susanna, D., & Hartono, B. 2003. PEMANTAUAN KUALITAS MAKANAN KETOPRAK DAN GADO-GADO DI LINGKUNGAN KAMPUS UI DEPOK, MELALUI PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS. Makara Seri
Kesehatan, 21-29.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Points). Jakarta: Bumi Aksara.
Todar, K. 2012. Textbook of Bacteriology. Madison: www.textbookofmicrobiology.net.
Tortora, G. J., Funke, B. R., & Case, C. L. (2016). Microbiology An Introduction. United States of America: Pearson Education.
Tseng, C. W., Zhang, S., & Stewart, G. C. 2004. Accessory Gene Regulator Control of Staphylococcal Enterotoxin D Gene Expression. Journal of
Bacteriology, 1793-1801.
V, A., F, R., & G, K. 2008. Microbiological Quality of Sushi from Sushi Bars and Retailers. J Food Prot, 860-4.
48
Vasconcelos, N. G., & Cunha, M. d. 2010. Staphylococcal enterotoxins:
Molecular aspects and detection methods. Journal of Public Health and
Epidemiology, 29-42.
Ward, J. D., & Ward, L. 2015. Principles of Food Science 4th Edition. Tinley Park: The Goodheart-Willcox Company, Inc.
WHO. 2006. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC.
WHO. 2011. Guide to Ship Sanitation. Geneva: World Health Organization.
Yoshua, S. 2012. Kontaminasi Salmonella sp. dan Coliform pada Beberapa Macam Sushi yang Dijual Sebuah Supermarket di Kota Bandung pada Tahun 2005. Maranatha Repository System.
Zschock, D. 2005. The Little Black Book of Sushi: The Essential Guide to the
World of Sushi. New York: Peter Pauper Press.