• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

10

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini dengan judul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Studi Pada BPD Bali Periode 2011-2013” yang dilakukan oleh Semadiasri pada tahun 2015. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen berupa CAR, NPL, dan tingkat inflasi, sedangkan variabel dependen berupa penyaluran kredit BPD Bali 2011-2013. Metode penelitian yang digunakan metode kuantitatif dengan objek penelitiannya data keuangan BPD Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit kepemilikan rumah BPD Bali, sedangkan CAR dan tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit kepemilikan rumah BPD Bali.9

Penelitian lainnya dilakukan oleh Dewi pada tahun 2016 dengan judul

“Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Pada PT Pegadaian Di Cabang Samarinda Seberang Kota Samarinda”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel indpenden berupa jumlah nasabah, tingkat suku bunga dan inflasi, sedangkan variabel dependen berupa penyaluran kredit pada PT Pegadaian di cabang Samarinda seberang kota Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis

9 Ketut Semadiasri, Desak Nyoman Sri Werastuti dan Edy Sujana, S. E. Edy Sujana.

"Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)(Studi Pada BPD Bali Periode 2011-2013)." JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi S1) 3.1 (2015).

(2)

regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah nasabah mempengaruhi penyaluran kredit pada cabang PT Pawn Persero di Samarinda secara hipotesis diterima. Suku bunga tidak mempengaruhi portofolio kredit di cabang PT Pawn Persero di Samarinda seberang kota Samarinda adalah hipotesis yang ditolak. Efek inflasi pada hipotek pinjaman di PT (Persero) cabang Samarinda seberang kota Samarinda adalah hipotesis ditolak.10

Pradana pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh LDR, CAR, ROA, dan Faktor Eksternal Perbankan Terhadap Volume KPR”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen berupa LDR, CAR, ROA, ROE dan faktor eksternal perbankan, sedangkan untuk variabel dependen adalah volume KPR pada Bank Persero periode 2008-2012. Metode yang digunakan adalah metode statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara bersama sama variabel LDR, CAR, ROA, BI rate dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap volume KPR. Sedangkan hasil dari uji parsial atau uji T adalah masing-masing variabel dalam penelitian yaitu LDR, CAR, ROA, BI rate dan inflasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume KPR.11

Indrawan pada tahun 2013 melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non

10 Ade Septevany Dewi. "Pengaruh jumlah nasabah, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap penyaluran kredit pada pt pegadaian di cabang Samarinda seberang kota Samarinda."

AKUNTABEL 13.2 (2017): 71-81

11 Yoga Pradana. “Analisis Pengaruh LDR, CAR, ROA, dan Faktor Eksternal Perbankan Terhadap Volume KPR (Study Kasus Pada Bank Persero 2008-2012) (Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2013), 6.

(3)

Performing Loan Kredit Pemilikan Rumah (Study Kasus Bank Persero Tahun 2006-2012)”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen berupa LDR, Bank Size dan Inflasi, sedangkan variabel dependen adalah Non Performing Loan kredit pemilikan rumah pada Bank Persero. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen (LDR, suku bunga SBI, Bank Size dan inflasi) signifikan berpengaruh terhadap perubahan rasio Non Performing Loan KPR. Secara parsial atau individu memiliki pengaruh signifikan terdapat hubungan yang negativ antara LDR dan bank size dengan perubahan nilai non performing loan. Sedangkan variabel SBI dan inflasi memiliki pengaruh positif pada bank Persero.12

Astuti pada tahun 2017 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Pemilikan Rumah Terhadap Jumlah Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) TBK. Kantor Cabang Pamanukan”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen berupa tingkat suku bunga KPR, sedangkan untuk variabel dependen adalah jumlah pengajuan KPR pada PT.

BRI KC Pamanukan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kauntitatif. Hasil dari penelitian diketahui bahwa suku bunga KPR berpengaruh terhadap jumlah pengajuan KPR, semakin tinggi suku bunga maka akan menyebabkan jumlah pengajuan KPR mengalami penurunan. Terdapatnya pengaruh antara tingkat suku bunga KPR

12 Risky Indrawan.“Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi Terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Study Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012) (Diss. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2013), 7.

(4)

terhadap jumlah pengajuan KPR pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pamanukan.13

Akbar pada tahun 2014 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performance Loan (NPL), Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pemerintah Di Kalimantan Selatan”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen berupa dana pihak ketiga, tingkat suku bunga kredit, Non Performance Loan (NPL), dan tingkat inflasi, sedangkan untuk variabel dependen adalah penyaluran kredit bank pemerintah di Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel dana pihak ketiga, suku bunga pinjaman, Non Performing Loan (NPL), dan inflasi mempengaruhi distribusi kredit (LDR) pada pemerintahan bank di Kalimantan Selatan.14

Lifstin Wardianti pada tahun 2014 melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun 2008 – 2012”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen yang berupa DPK, CAR, NPF dan SWBI, sedangkan untuk variabel dependen adalah pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah (BUS). Metode yang digunakan adalah analisis regresi liner dengan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan variabel

13Wati Aris Astuti, Novi Nurmala Dewi. 2017. "Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Pemilikan Rumah Terhadap Jumlah Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pamanukan" Majalah Ilmiah UNIKOM 15.1

14 Masithah Akbar, RR Siti Munawaroh. "Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performance Loan (Npl), Dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pemerintah Di Kalimantan Selatan." JURNAL ILMIAH BISNIS dan KEUANGAN 4.1 (2016).

(5)

DPK berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah. Variabel NPF berpengaruh negatif dan CAR serta SWBI belum mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan murabahah.15

Pratami pada tahun 2011 melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah”. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel independen yang berupa DPK, CAR, NPF dan ROA, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah pembiayaan pada perbankan syariah. Metode yang digunakan adalah regresi berganda dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan CAR, NPF dan ROA tidak mempunyai pengaruh terhadap pembiayaan. Apabila dilihat secara simultan, seluruh variabel penelitian mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan.16

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan. Pada penelitian terdahulu variabel inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) pada beberapa lembaga keuangan baik itu konvensional maupun syariah sudah pernah dilakukan. Selain itu, objek pembahasan pada

15 Lifstin Wardiantika, Rohmawati Kusumaningtyas. “Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun 2008 – 2012”. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) 2.4 (2014).

16 Wuri Arianti Novi Pratami, Harjum Muharam. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Study Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011). Diss. Universitas Diponegoro, 2011.

(6)

penelitian terdahulu berupa pembiayaan pada perbankan dan lembaga lainnya seperti pegadaian dan Bank Pengkreditan Daerah (BPD). Perbedaan permasalahan penelitian yang ingin diteliti adalah peniliti memfokuskan bagaimana pengaruh inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan pemilikan rumah pada Bank Umum Syariah secara keseluruhan pada periode 2015 sampai 2017.

Pada penelitian sebelumnya, variabel yang digunakan adalah variabel seperti ROA, DPK, SWBI, tingkat suku bunga, LDR dan NPL.

B. Landasan Teoritis 1. Perbankan Syariah

1) Sejarah Perbankan Syariah

Dilihat secara umum, bank adalah sebuah lembaga keuangan yang dalam kinerjanya melaksanakan tiga fungsi utama yaitu, menerima simpanan dari masyarakat, meminjamkan dan menyalurkan dana kepada masyarakat, serta memberikan jasa-jasa lainnya serta pengiriman uang. Sejarah perekonomian umat Islam mencatat bahwa akad yang digunakan dalam proses pembiayaan saat ini telah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Adapun praktik-praktik yang telah biasa dilakukan oleh lembaga keuangan pada zaman Rasulullah SAW seperti menerima penitipan harta, memberikan pinjaman uang baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan bisnis, serta transaksi pengiriman uang. Secara garis besar, fungsi utama perbankan modern

(7)

yang saat ini telah berjalan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat muslim sejak zaman Rasulullah SAW.17

Selain pada transaksi umum yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan cek juga telah dikenal secara luas pada saat meningkatnya perdagangan antara negeri Syam dan Yaman. Transaksi perdagangan tersebut berlangsung sekitar 2 kali dalam setahun, bahkan pada saat pemerintahan kholifah Umar bin Al-Khattab cek tersebut diberikan sebagai tunjangan untuk mengambil gandum di Baitul Mal bagi mereka yang berhak menerimanya. Selain itu, pemberian dana untuk modal kerja dengan menggunakan akad mudharabah, muzara‟ah, dan musaqah merupakan akad yang telah lumrah dikenal diantara kaum Muhajirin dan Anshor. Istilah yang digunakan oleh perbankan modern saat ini pun berasal dari khazanah ilmu fiqih. Contohnya seperti kata kredit yang dalam bahasa inggris disebut credit dan Romawi adalah credo, sebenarnya diambil dari istilah bahasa arab yaitu qard.18

Pada masa Rasulullah SAW, Khulafa‟ur Rosyidin, Dinansti Umayya dan Dinasti Abbasiyah, istilah instruksi bank tidak di kenal oleh masyarakat muslim. Pada masa Rasulullah SAW, fungsi lembaga keuangan dilakukan oleh perorangan saja. Masa Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan baru mulai berjalan namun tetap dilakukan oleh satu individu saja. Semakin banyaknya peredaran mata uang pada masa itu

17 Adiwarman A. Karim “Bank Islam Analisis Dan Praktik (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hlm 18.

18Kadim Sadr, “Money and Monetary Policies in Early Islam”, dalam Abbas Mirakhor dan Baqir Al-Hasani, Essay On Iqtisad: An Islamic Approach to Economic Problem, (Silver Spring: Nur Copr., 1989), hllm 202.

(8)

semakin membuat perbankan juga semakin berkembang pesat.

Banyaknya mata uang yang tersebar membuat dibutuhkannya keahlian untuk membedakan antara satu mata uang dengan mata uang lainnya.

Hal tersebut dikarenakan kandungan logam mulia yang terdapat pada setiap uang logam berbeda-beda. Adapun orang yang mempunyai keahlian seputar logam mulia tersebut disebut dengan naqid, sarraf, dan jihbiz. Transaksi ekonomi inilah yang kemudian menjadi cika bakal dari adanya transaksi penukaran mata uang (money changer) pada zaman modern saat ini.19

2) Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia

Sejarah perbankan syariah di Indonesia berawal dari berdirinya 3 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di kota Bandung tahun 1991 dan PT BPRS Heraukat di Nangroe Aceh Darussalam. Adapun yang mempelopori berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui lokakarya “Bunga Bank dan Perbankan” di daerah Cisarua Bogor pada tanggal 18 sampai dengan 20 Agustus tahun 1990. Pada Munas IV MUI menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan bank syariah yang kemudian dibentuklah tim kerja untuk merealisasikannya. Pada tahun 1991, didirikanlah bank syariah pertama yang diberi nama PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang baru beroperasi pada tahun 1992.20

19 Adiwarman A. Karim, “Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer” (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm 63.

20 Amir Mahmud dan Rukmana, “Bank Syariah: Teori, Kebijakan, Dan Study Empiris Di Indonesia” (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hlm 20.

(9)

A. PT Bank Muamalat Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bank Muamalat adalah bank syaria pertama yang berdiri di Indonesia. Pada tanggal 1 November 1991 ditanda tangani akte pendirian Bank Muamalat yang pada saat itu telah terkumpul dana pembelian saham sebesar Rp. 84 miliar. Landasan hukum yang menjelasakan seputar operasional bank syariah hanya berada dalam katagori “bank dengan sistem bagi hasil”. Dalam penjelasannya tidak terdapat rincian yang menyebutkan jenis usaha yang diperbolehkan dan lain sebagainya.

UU No 7 tahun 1992 hanya menjelaskan perbankan dengan sistem bagi hasil yang digunakan.21

B. Era Roformasi dan Perbankan Syariah

Pada era reformasi, perbankan syariah mengalami perkembangan yang cukup baik. Pada era tersebut, UU No. 10 tahun 1998 diterbitkan. Undang-undang tersebut berisikan tentang rincian landasan hukum perbankan syariah dan berbagai jenis usaha yang dapat dioperasikan oleh perbankan syariah. Selain itu, UU No. 10 tahun 1998 juga menjelaskan bahwa perbankan konvensional dapat membuka cabang syariah. Adapun kebijakan tersebut disambut dengan baik oleh masyarakat luas serta perbankan yang ada.

Beberapa perbankan telah melakukan usaha untuk memberikan

21Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik” (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm 26.

(10)

pelatihan kepada staffnya serta ada pula beberapa perbankan yang dengan jelas akan beralih kepada bank syariah.22

2. Inflasi

Inflasi dimaksudkan dengan suatu keadaan dimana meningkatnya harga-harga pada umumnya dan menurunnya nilai uang. Adapun salah satu penyebab inflasi adalah semakin banyaknya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Pada umumnya inflasi dalam suatu negara akan mempunyai tendensi untuk menguntungkan orang-orang yang mempunyai pinjaman dan bagi orang-orang yang penghasilannya berupa keuntungan dari suatu perusahaan. Sebaliknya inflasi akan cenderung merugikan orang-orang yang meminjam uang dan orang-orang yang mempunyai penghasilan tetap seperti para pegawai.

Inflasi berhubungan dengan tingkat suku bunga. Pada prinsipnya kenaikan suku bunga bisa menurunkan gairah perbankan dan nasabah dalam penyaluran kredit yang relative berbunga rendah. Dengan situasi perbankan yang bersemangat menyalurkan kreditnya dan pihak nasabah memiliki berbagai keperluan dengan berbagai pilihan yang disediakan perbankan, perbankan bisa memberikan bunga kredit yang kompetitif.

Tekanan kuat yang mengharuskan pemerintah menaikkan suku bunga bisa saja berkaitan dengan melonjaknya inflasi atau semakin terpuruknya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat SBI dinaikkan maka persoalan yang timbul bagi dunia perbankan adalah perbankan terpaksa

22 Ibid, Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik ..., 27

(11)

melakukan kebijakan untuk meningkatkan kenaikan suku bunga kredit perbankan. Selanjutnya, persoalan yang timbul adalah kenaikan suku bunga kredit dapat berimplikasi pada meningkatnya jumlah kredit macet sehingga terjadi kenaikan pada rasio kredit bermasalah.23

Pada inflasi lunak (inflasi yang kurang dari 5% setahun) dimana kenaikan harga barang naik secara lambat-laun, aktifitas manusia dilapangan perekonomian akan semakin bertambah. Lapangan pekerjaan akan semakin bertambah dan menyebabkan pengangguran semakin berkurang. Pada waktu seperti ini kenaikan biaya produksi diimbangi oleh kenaikan penjualan hasil produksi dipasar, bahkan kenaikan harga hasil produksi lebih tinggi dari kenaikan biaya produksi. Hal tersebut akan mendorong seseorang untuk memperluas produksinya.24

1) Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang- barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama.

Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

23 Irham Fahmi, “Manajemen Investasi” (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2012), hlm 80-81.

24 M. Manullang, “Ekonomi Moneter” (Jakarta: Balai Aksara, 1993), hlm 86.

(12)

Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index harga.

Beberapa index harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain :25

a) Index biaya hidup (consumer price index)

b) Index harga perdagangan besar (wholesale price index) c) GNP deflator

Ada tiga teori yang membahas mengapa inflasi itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori struktural :26

a) Teori Kuantitas

Sebagaimana diungkap sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.

b) Teori Keynes

Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik. Pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara

25 Nopirin, “Ekonomi Moneter Buku II” (Yogyakarta: BPFE UGM, 2000), hlm 25.

26 Alam, S. Ekonomi. (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm 221.

(13)

mencetak uang, misalnya. Inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.

c) Teori Struktural

Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk, jika yang digunakan adalah teknologi sederhana.

2) Jenis-Jenis Inflasi

Berdasarkan besarnya laju inflasi, inflasi dapat dibagi ke dalam tiga katagori, yakni merayap (creeping inflastion), inflasi menengah (galloping inflation), serta inflasi tinggi (hyper inflation).

Sebenarnya pembagian kedalam tiga katagori ini tidak ada patokan atau standar yang pasti. Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka yang relative lama.

Inflasi menengah (gloping inflation) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang-kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

(14)

mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat dari pada inflasi yang merayap (creeping inflation).

Inflasi tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai atau ditutup dengan mencetak uang.27

Inflasi berdasarkan sebabnya dibagi menjadi tiga, yaitu :28 a. Demand pull inflation

Inflasi ini terjadi akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi.

Akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

27 Ibid, Nopirin, Ekonomi Moneter Buku II …, 27.

28 Bambang Widjajanta, Aristianti Widyaningsih, Mengasah Kemampuan Ekonomi (Bandung: Penerbit Citra Praya, 2007), hlm 112.

(15)

b. Cost push inflation

Inflasi ini disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.

Akibat naiknya biaya faktor produksi, dua hal yang dapat dilakukan oleh produsen, yaitu langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi.

c. Bottle neck inflation

Inflasi ini dipicu oleh faktor penawaran (supply) atau faktor permintaan (demand). Jika dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya adalah sekalipun kapasitas yang ada sudah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan inflasi.

Adapun inflasi karena faktor permintaan disebabkan adanya likuiditas yang lebih banyak, baik itu berasal dari sisi keuangan (monetary) atau akibat tingginya ekspektasi terhadap permintaan baru.

3) Teori Inflasi Islam

Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan digunakannya mata uang dinar dan dirham. Syekh An Nabhani memberikan penjelasan beberapa alasan mengapa dinar dan dirham merupakan mata uang yang sesuai. Beberapa diataranya adalah :29

29 Naf‟an “Ekonomi Makro : Tinjauan Ekonomi Syariah” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm 114.

(16)

a. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak berubah-ubah.

b. Rasulullah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang, dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar mata uang.

c. Ketika Allah mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat tersebut dengan emas dan perak.

d. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitupun dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :30

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.

b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).

c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal non-produktif, seperti penumpukan kekayaan (hoarding).

30Rafiq al-Masri;a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on Societies – The Islamic Solution; Kuala Lumpur 1996.

(17)

Taqiuddin Ahmad Ibn Al-Maqrizi (1364-1441 M) adalah salah satu ekonom Islam yang mengatakan bahwasanya inflasi terbagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Natural Inflation

Inflasi jenis ini merupakan inflasi yang terjadi secara alamiah, sehingga manusia tidak mempunyai kendali di dalamnya untuk mencegah terjadinya inflasi jenis ini. Salah satu ekonom Islam yang bernama Ibnu Al-Maqrizi mengatakan bahwasanya inflasi ini terjadi karena jumlah penawaran agregatif (AS) yang semakin menurun dan permintaan agregatif (AD) yang semakin meningkat. Apabila di gambarkan dengan menggunakan persamaan konvensional maka pernyataan tadi sesuai dengan persamaan MV = PT = Y, dimana M = jumlah uang yang beredar, V = kecepatan peredaran uang, P = tingkat harga, T = jumlah barang dan jasa dan Y = tingkat pendapatan nasional (GDP).

Natural Inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabkanya menjadi 2 golongan yaitu :31

1. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor (X↑) sedangkan impor (M↓) sehingga net export nilainya sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif (AD↑) atau biasa disebut dengan Demand Pull Inflation. Pada masa khalifah Umar ibn Khattab

31 Adiarman Karim. “Ekonomi Makro Islami” (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 141.

(18)

r.a. peristiwa tersebut pernah terjadi. Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit nilainya dari pada nilai barang-barang yang mereka jual (positive net export).

Adanya positive net export akan mengakibatkan keuntungan, keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan di bawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik (AD↑). Naiknya permintaan agregatif akan mengakibatkn naiknya tingkat harga secara keseluruhan (P↑).

Kemudian khalifah Umar ibn Khattab melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut. Kemudian permintaan agregatif menjadi turun (AD↓) dalam perekonomian dan setelah pelarangan tersebut berakhir maka tingkat harga kembali normal.

2. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang atau embargo dan boycott atau yang biasa dikenal dengan istilah Cost Push Inflation. Hal ini juga pernah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn-Khattab yaitu pada saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga (P↑). Kemudian beliau mengimpor gandum dari Fustat-Mesir sehingga penawaran agregatif (AS) barang di

(19)

pasar kembali naik (AS↑) yang kemudian berakibat pada turunnya tingkat harga-harga.

b. Human Error Inflation

Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada natural inflation, maka inflasi–inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat di golongkan sbagai human error inflation atau false inflation. Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri sesuai dengan QS. Ar-Rum ayat 41 disebutkan :32

ِز� نا َط ْعَت ْىَُٓقِْٚزُِٛن ِط ا� ُ نا ْٖ ِذْٚ َا ْد َثَسَك اًَ ِتِشْحَثْنأَ ِّشَثْنا ٗ ِف ُداَسَفْنا َشََٓظ ْ٘

= ؤشنا( ٌَ ْٕ ُعِجْشَٚ ْىُٓ� هَعَنإْ ُهًِ َع 74

)

Artinya :

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah SWT merasakan kepada mereka sebaian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS.

Ar-Rum [30] : 41)”33

Human error inflation dapat di kelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut :34

32 Adiwarman Karim. “Ekonomi Makro Islami” (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm 142.

33 QS. Ar-Rum [30] : 41

34 Naf‟an. “Ekonomi Makro Tinjauan Ekonomi Syariah” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm 118.

(20)

a) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad administration)

Jika dilihat dari persamaan MV=PT, maka korupsi disini akan menggangu tingkat harga (P↑) karena para produsen akan menaikkan harga jual produksinya guna menutupi biaya-biaya

“siluman” yang telah dikeluarkan oleh para koruptor. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (hight cost economy). Pada akhirnya, akan terjadi enefesiensi alokasi sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan jika merujuk pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓). Selain menyebabkan inefesiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan administrasi yang buruk jika terus dibiarkan akan menyebabkan “kanker” yang amat membahayakan perekonomian pada keterpurukan “hyper inflation”.

b) Pajak yang berlebihan (excessive tax)

Menurut Al-Maqrizi, pejabat bermental koruptor akan menerapkan sistem perpajakan yang menindas rakyat. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi para petani yang merupakan kelompok mayoritas dalam masyarakat. Karena tertarik dengan

(21)

hasil pajak yang sangat menjanjikan, tekanan para pejabat dan pemilik tanah terhadap para petani akan menjadi lebih besar dan intensif. Frekuensi berbagai pajak untuk pemeliharaan bendungan dan pekerjaan-pekerjaan yang serupa semakin meningkat. Konsekuensinya, biaya-biaya untuk penggarapan tanah, penaburan benih, pemungutan hasil panen dan sebagainya meningkat. Akibatnya, para petani lebih memilih meninggalkan tempat tinggal dan pekerjaannya dari pada hidup dalam penderitaan. Dengan demikian, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja dan peningkatan lahan tidur yang sangat mempengaruhi tingkat hasil produksi padi serta hasil bumi lainnya dan pada akhirnya menimbulkan kelangkaan bahan makanan serta meningkatkan harga-harga.

c) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage)

Ekonom Islam, Al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebih jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga umum (inflasi). Kenaikan harga komoditi tersebut adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang atau nominal, sedangkan jika diukur dalam emas (dinar emas) maka harga komoditi tersebut jarang sekali mengalami kenaikan. Ibn Al-Maqrizi berpendapat bahwa uang sebaiknya di cetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi (jual-

(22)

beli) dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal kecil (agar tidak ditumpuk atau hoarding).

Dalam surah At-Taubah [9] ayat 34-35 Allah SWT berfirman :

ِْٚز� ناآَ � ٚ آَٚ

َلا َٕ ْيَا ٌَ ْٕ ُهُكْؤَِٛن ٌِ اَثْح� شنأَ ِساَثْحَ ْ�ا ٍَ ِياًشِْٛثَك � ٌ ِاا ْٕ ُُ َيآ ٍَ

َة َْ � زنا ٌَ ُْٔضُِْكَٚ ٍَ ْٚ ِز� نأَ ِالله ِم ْٛ ِثَس ٍْ َع ٌَ ْٔ� ذُصَٚ َٔ ِم ِغاَثْناِت ِط ا� ُ نا ِنَأ ٍباَزَعِت ْىُْ ْشِّشَثَف ِالله ِم ْٛ ِثَس ٙ ِفآَََ ْٕ ُقِفَُْٚ َ�َٔ َح� ع ِفْنأَ

ٗ ًَ ْحُٚ َوْٕ َٚ .ٍىْٛ

ْىُْ ُسُْٕٓ ُظ َٔ ْىُُٓتُُْٕ ُجَٔ ْىُُْٓا َثِجآَ ِت ٖ َٕ ْكُرَف َى� ُ َٓ َج ِساََ ٙ ِفآَْٛ َهَع = حتٕرنا( ٌَ ُْٔضُِْكَذ ْىُرُُْكاَي ا ْٕ ُقُْٔزَف ْىُكِسُفََِْ� ْىُذْضََُكاَياَزَْ

68 - 67 )

Artinya :

“…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka “inilah harta bendamu yang kau simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu” (QS. At- Taubah [9] : 34-35)”.35

Ibnu Katsir dalam tafsirnya Qur‟anil „Adzim (II/351-352) menyatakan bahwa setiap orang yang mencintai sesuatu dan mendahulukannya disbanding ketaatan kepada Allah, niscaya ia akan disiksa dengannya. Ha tersebut dikarenakan orang-orang yang disebut pada ayat ini lebih menyenangi untuk menimbun harta kekayaannya dari pada mentaati Allah. Maka dari itu kelak para penimbun harta akan disiksa dengan hartanya tersebut. Hal tersebut sesuai dengan

35 QS. At-Taubah [9] : 34-35

(23)

salah satu faktor yang menyebabkan inflasi yaitu semakin tingginya jumlah permintaan tanpa diimbangi dengan jumlah penawaran atau biasa disebut dengan istilah demand pull inflation36.

4) Dampak Inflasi

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukan bahwa inflasi dapat menurunkan pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian. Berikut ini adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap ekonomi masyarakat :37

a) Dampak inflasi terhadap pendapatan

Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan begitu, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang.

b) Dampak inflasi terhadap ekspor

Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir

36Rachman, Ainur, and Imron Mawardi. "Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate Terhadap Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah." Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 2.12 (2015).

37Alam. S. Ekonomi. (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm 223.

(24)

dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.

c) Dampak inflasi terhadap minat orang menabung

Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi.

d) Dampak inflasi terhadap kalkulasi harga pokok

Keadaan inflasi menyebabkan penghitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu.

Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang) dan lain-lain.38 Kekayaan yang dimiliki suatu bank terdiri atas aktiva lancar dan aktiva

38 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Edisi Kedua) (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hlm 121.

(25)

tetap, kedua aktiva tersebut merupakan penjamin solvabilitas bank. Dana (modal) digunakan untuk modal kerja dan penjamin likuiditas bank bersangkutan. Pada peraturan bank Indonesia Nomer 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko yang dinyatakan dalam Capital Adequacy Ratio (CAR).

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebagai berikut :39

Apabila kemampuan meningkatkan modal cukup, maka yang dikelola adalah sisi pembilang, yaitu peningkatan aktiva dapat dilakukan sesuai dengan peningkatan modalnya. Sedangkan apabila kemampuan meningkatkan modal kurang atau kecil, maka yang dikelola adalah pembaginya melalui penurunan ATMR atau tetap mempertahankan ATMR yang telah ada. Jika suatu bank mengurangi bobot resiko, maka akan menyebabkan bank tersebut cenderung mengurangi “exposure” pada aktiva terhadap kadar resiko tinggi. Tindakan tersebut akan menjadi kendala bagi ekspansi kredit karena kredit merupakan produk utama bank yang memiliki kadar resiko tinggi. Hal tersebut juga berakibat pada pengereman atau bahkan pemberhentian sementara pada ekspansi kreditnya.40

39 Ibid, Lifstin Wardiantika, Rohmawati Kusumaningtyas, Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan SWBI Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun 2008 – 2012 …, 3

40 Ibid, Herman Darmawi, Manajemen Perbankan …, 98.

(26)

Salah satu cara yang digunakan untuk menguji kecukupan modal suatu bank adalah dengan cara melihat rasio modal tersebut terhadap berbagai asset bank yang bersangkutan. Rasio modal dapat diukur dalam kaitannya dengan berbagai rekening neraca seperti total deposit, total asset atau asset beresiko. Rasio modal bank terhadap rekening neraca tersebut haruslah memberi petunjuk terhadap seberapa jauh tinkat kerugian yang dialami bank namun masih memiliki modal yang cukup guna menjamin keamanan dana milik deposan. Modal yang cukup berdasarkan rasio modal pada suatu bank tidak cukup mencegah terjadinya kegagalan suatu bank.41

Modal bank dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu modal inti dan modal pelengkap. Yang termasuk dalam modal inti atau modal sendiri adalah modal disetor, cadangan tambahan modal dan goodwill. Sedangkan yang termasuk dalam modal pelengkap adalah cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal dalam hal tertentu. Bank menyimpan dana deposan dengan jumlah yang besar, oleh karena itu Bank Sentral harus menetapkan beberapa sasaran pengawasan yang meliputi :42

a. Memberi perlindungan pada para pemegang deposit b. Keharusan menjaga penawaran uang yang stabil

Pada awal tahun 1980 terjadi ketimpangan struktur dan sistem perbankan international. Ketimpangan tersebut berupa krisis pinjaman

41 Ibid, Herman Darmawi, Manajemen Perbankan …, hlm 93.

42 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm 88.

(27)

negara-negara Amerika Latin, persaingan yang unfair pada Bank Jepang, Bank Amerika serta Bank Eropa pada pasar keuangan internasional, serta terganggunya situasi pinjaman international. Berdasarkan ketiga bentuk ketimpangan tersebut, maka BIS (Bank of International Settlement) membuat ketetapan perihal perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mana ketetapan tersebut haruslah diikuti oleh bank-bank seluruh dunia. Adapun formula ketetapan BIS (Bank of International Settlement) adalah “rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva yang mengandung resiko”. Pada penerapannya, ketetntuan 8% CAR (Capital Adequacy Ratio) dibagi menjadi 2 bagian yaitu :43

a) 4% modal inti (tier 1) yang terdiri dari shareholders equity, preferred stocks dan freereserves.

b) 4% modal sekunder (tier 2) yang terdiri dari subordinate debt, loan loss provisions, hybrid securities dan revaluation reserves. Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi- tingginya 100% dari jumlah modal inti. Menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi, bank syariah tidak dapat mengkatagorikannya sebagai modal. Hal tersebut dikarenakan pinajamn harus patuh pada prinsip qard yang mana dalam qard tidak diperbolehkan memberikan syarat-syarat seperti ciri-ciri atau syarat- syarat pada ketentuan yang dibuat.

43 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank Edisi Kedua (Jakarta: PT BUMI AKSARA, 1993), hlm 160-161.

(28)

Indonesia sebagai anggota BIS (Bank of International Settlement) harus mengikuti ketetapan yang telah ditentukan. Bank Indonesia yang merupakan pemegang otoritas moneter di Indonesia kemudian membuat kebijakan seputar CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/67/Kep/Dir tanggal 28 Februari 1991.

Resiko atas modal berkaitan dengan dana yang diinvestasikan pada aktiva beresiko, baik dengan resiko rendah atapun resiko tinggi. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR (Capital Adequacy Ratio), sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung resiko atas aktiva tersebut. Dalam menelaah ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) pada bank syariah, maka harus dipertimbangkan dahulu bahwa aktiva bank syariah dibagi menjadi 2 macam yaitu :44

a) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan atau kewajiban atau hutang (wadi‟ah atau qard dan sejenisnya)

b) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit And Loss Sharing Investment Account) yaitu murabahah (baik General Investmen Account atau mudharabah muthlaqah yang tercatat pada neraca atau on balance sheet maupun Restricted Invesment Account atau mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening administrativ atau off balance sheet).

44Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alfabeta, 2002), hlm 170.

(29)

Konsep teori permodalan pada bank syariah dan konvensional memiliki perbedaan. Dalam pandangan Islam, modal pinjaman (Subordinated Loan) termasuk dalam katagori qard yaitu pinjaman harta yang diminta kembali. Dalam literatur fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikatagerikan dalam akad tathawwu‟ atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.45 Sumber utama modal pada bank syariah adalah modal inti (Core Capital) dan kuasi ekuitas. Adapun yang dimaksud dengan modal itu adalah modal yang berasal dari pemilik bank itu sendiri dan terdiri atas modal yang disetor oleh pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan yang dimaksud dengan kuasi ekuitas adalah modal yang dicatat dalam rekening bagi hasil atau mudharabah. Kegagalan atau kerugian pada bank syariah dapat disangga dengan modal inti tersebut, yang mana juga berfungsi sebagai pelindung kepentingan para pemegang rekening titipan (wadi‟ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana- dana wadi‟ah atau qard.46

Secara bahasa (arab) modal atau harta disebut al-amal atau al- amwal. Secara harfiah al-mal (harta) adalah segala sesuatu yang dimiliki.

Adapun dalam istilah syar‟I harta diartikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut syariat Islam seperti

45 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah, Wacana Utama dan Cendekiawan, (Jakarta: Diterbitkan atas kerja sama BI dengan Tazkia Institute, 1999), hlm 223.

46 Muhamad, Manajemen Bank Syari‟ah (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMPYKPN, 2002), hlm 213.

(30)

bisnis, pinjaman, konsumsi dan hibah.47 Pengertian modal dalam konsep ekonomi Islam berarti semua harta yang bernilai dalam pandangan syar‟I dimana aktivitas manusia ikut berperan serta dalam usaha produksinya dengan tujuan pengembangan.

Pada kegiatan perbankan khususnya dalam segi permodalan, haruslah terbebas dari unsur riba yang di haramkan oleh Allah SWT.

Selain itu, Islam juga tidak membenarkan umatnya untuk menumpuk harta seperti yang disebutkan dalam surah Al-Hasyr ayat 7 yaitu :48

ٗ ًَ َرَْٛنأَ ٗ َتْشُقْنا ْٖ ِزِنَٔ ِل ْٕ ُس� شهِنَٔ ِّ � هِهَف ٖ َشُقْنا ِم ْْ َا ٍْ ِي ِّ ِنُْٕسَس ٗ َهَع ُاللهَءآَفَاآ َي ُىُكاَذَاآَئَ ْىُكُِْي ِءآَٛ ُِ ْغَ ْ�ا ٍَ ْٛ َت ًحَنُْٔد ٌَ ْٕ ُكَٚ َ� ْٙ َك ِم ْٛ ِث� سنا ٍِ ْتأَ ٍَ ْٛ ِكاَسًَْنأَ

ُكَٓ ََ اَئَ ُِ ْٕ ُع ُخَف ُل ْٕ ُس� شنا ششحنا( ِباَقِعْناُذْٚ ِذَش َالله � ٌ ِا َالله ْٕ ُق� ذا َٔ ا ْٕ َٓ َرَْاَف ُُّْ َع ْى

= :)

Artinya :

“Harta rampasan fai‟ yang diberikan Allah kepada Rasul Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah SWT, Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya (QS. Al-Hasyr [59] : 7)”49

47 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), hlm 157.

48Hugraheni, Endang. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional-Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Financing (BPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Syariah Mandiri. Diss.

Program Pasca sarjana UIN-SU, 2015.

49 QS. Al-Hasyr [59] : 7

(31)

Kekayaan yang diberikan Allah SWT kepada mahluknya adalah sebuah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Oleh karena itu Islam juga mewajibkan sirkulasi kekayaan agar tidak terjadi penumpukan harta di sebagian golongan saja.

Kesenjangan merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan oleh penumpukan harta. Oleh karenanya, hal tersebut sesuai dengan fungsi lembaga keuangan yaitu menyalurkan dana yang berasal dari masyarakat. Semakin banyaknya dana yang dihimpun suatu bank syariah, maka akan semakin banyak pula rasio modal yang akan disalurkan kembali untuk kegiatan perekenomian atau dalam bentuk produk perbankan lainnya.

Kekayaan yang dimiliki manusia akan di kelola sesuai dengan bagaimana cara manusia tersebut mengelola dan menyeimbangkan antara kebutuhan serta keinginan. Peran moral sangat penting guna membantu manusia dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta fokus pada kebutuhan. Selain itu, moral juga sangat penting guna meningkatakan kualitas muamalah yang berjalan dalam Islam. Pada hakikatnya, ekonomi Islam terletak pada bagaimana cara manusia mencari harta, menyimpan harta, dan membelanjakan hartanya. Dalam Islam telah dijelaskan konsep untuk membangun ekonomi dan menjauhkan manusia dari sifat serakah yang mana dapat

(32)

merusak tatanan kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa‟ ayat 5 yaitu :50

ْىُكَن ُالله َم َعَج ٗ ِر� نا ْىُكَنإَ ْيَاُءآَٓ َف� سناا ْٕ ُذْؤُذ َ�َٔ

ْىَُٓنإْ ُنُْٕقَٔ ْىُْ ْٕ ُسْكا َٔآَ ْٛ ِف ْىُْ ْٕ ُقُصْسا� ٔ اًً َٛ ِق

= ءاسُنا( اًفُْٔشْعَيً�َْٕق 8

)

Artinya :

“Dan janganlah kamu serakah kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan (QS. An-Nisa‟ [4] : 5)”

Ayat diatas menunjukkan bahwasanya fungsi dari harta adalah sebagai objek utama dari suatu perekonomian. Maksud dari objek utama dari suatu perekonomian adalah sebagai pokok kehidupan, bukan pokok kesenangan. Oleh karena itu yang perlu dititik beratkan adalah kedudukan harta yang seharusnya dicari dan di belanjakan oleh manusia guna menghidupi banyak orang, bukan hanya sekedar memenuhi keinginan dan hawa nafsu belaka. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyimpan dana tersebut pada lembaga keuangan syariah yang nantinya dana tersebut akan di kelola guna membantu masyarakat lain yang membutuhkan dana. Semakin banyak rasio modal yang dimiliki suatu perbankan maka akan semakin baik pula penyaluran dana atau pembiayaan yang dapat dilakukan.

50Dasrsono, Ali Sakti, dkk. “Masa Depan Keuangan Syariah Indonsia” (Jakarta Selatan : Tazkia Publishing, 2017), hlm 7.

(33)

4. Non Performing Financing (NPF)

Dalam peraturan Bank Indonesia tidak terdapat pengertian ataupun penjelasan mengenai pembiayaan bermasalah. Istilah Non Performing Financing (NPF) untuk fasilitas pembiayaan dan Non Performing Loan (NPL) untuk fasilitas kredit juga tidak ditemukan dalam peraturan Bank Indonesia. Namun pada Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dapat ditemukan istilah Non Performing Financing yang mana diartikan sebagai pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet.

Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya Non Performing Financing (NPF) yang baik adalah di bawah 5%. Likuiditas merupakan hal yang berhubungan dengan masalah hutang- piutang. Kewaiban adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Berkenaan dengan hutang piutang, disisi lain hutang piutang merupakan suatu pekerjaan yang didalamnya terkandung manfaat bagi masyarakat. Allah SWT menganjurkan untuk saling tolong menolong guna mempererat tali persaudaraan. Dalam kegiatan usaha modern yang banyak terjadi, syariat mewajibkan untuk menyegerakan pelunasahan hutang dan mengharamkan untuk menunda-nundanya. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman :51

51Hugraheni, Endang. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional-Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing

(34)

َعْناِتإْ ًُ ُكْحَذ ٌْ َا ِط ا� ُ نا ٍَ ْٛ َت ْىُرًْ َكَحاَرِا َٔ آَ ِهْْ َا ٗ َنِا َد َُ َيَْ�اأْ� دَؤُذ ٌْ َا ْىُكُشُيْؤَٚ َالله � ٌ ِا ِلْذ

� ٌ ِا ِّ ِت ْىُكُع ِعَٚا� ً ِعَِ َالله � ٌ ِا

= ءاسُنا( ا ًشْٛ ِصَتاًعْٛ ًِ َس ٌَ اَك َالله 8;

)

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (QS. An- Nisa‟ [4] : 58)”52

Ayat diatas menjelaskan tentang perintah kepada manusia untuk menunaikan amanah yang mana di dalamnya juga terkandung amanah untuk melunasi hutang bagi yang telah mampu melunasinya dan melarang untuk menunda-nunda pelunasan hutang. Perintah amanat dari Allah SWT disini mencakup berbagai bentuk seperti dalam hal jual beli, hukum perjanjian maupun amanat perusahaan. Semua pihak di dalamnya tanpa terkecuali memikul beban untuk selalu memelihara amanah. Kelalaian dalam membayar hutang akan mengakibatkan dampak buruk bagi suatu lembaga keuangan yang mana salah satunya adalah terhambatnya perputaran dana yang seharusnya disalurkan kepada masyarakat lainnya.

Pembiayaan bermasalah disini dapat diartikan dengan suatu pinjaman yang tidak dapat dilunasi oleh pihak debitur karena beberapa faktor seperti faktor kesengajaan dari pihak debitur, ataupun faktor

Financing (BPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Syariah Mandiri. Diss.

Program Pasca sarjana UIN-SU, 2015.

52 QS. An-Nisa‟ [4] : 58

(35)

eksternal lainnya yang menyebabkan gagal bayar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim disebutkan :

ًءاَع َق ْىُكَُُسْحَأ ْىُكُشَْٛخ � ٌ ِئَف )ىهسي ٔ ٘سا خثنا ِ أس(

Artinya :

“Sesungguhnya diantara orang-orang yang terbaik diantara kamu adalah orang yang sebaik-baiknya membayar hutang (HR. Bukhori dan Muslim)”

Pada hadits diatas dijelaskan bahwa golongan orang terbaik salah satunya adalah orang yang membayar hutang. Oleh karena itu, pinjaman yang dilakukan nasabah pada suatu lembaga keuangan adalah suatu hutang yang harus dibayar pada jangka waktu yang telah ditentukan.53

Pembiayaan bermasalah dari segi produktifitasnya berkaitan dengan kemampuan menghasilkan pendapatan bagi bank suatu bank, baik itu telah berkurang atau bahkan tidak ada lagi. Apabila dilihat dari segi Bank, pembiayaan bermasalah tersebut dapat mengurangi pendapatan, memperbesar biaya pencadangan yaitu PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). Apabila dilihat dari segi nasional, pembiayaan bermasalah dapat mengurangi kontribusi terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan, dan macet.54

53Hugraheni, Endang. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Beban Operasional-Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non Performing Financing (BPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Syariah Mandiri. Diss.

Program Pasca sarjana UIN-SU, 2015.

54 Faturrahman Djamil, “Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah”

(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 66.

(36)

Pada bank syariah istilah NPL (Non Performing Loan) diganti dengan istilah NPF (Non Performing Loan). Hal tersebut dikarenakan pada perbankan syariah tidak mengenal istilah kredit, prinsip yang digunakan adalah prinsip pembiayaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan syariah. NPF (Non Performing Financing) adalah jumlah pembiayaan yang bermasalah dan kemungkinan tidak dapat ditagih. Semamkin besar nilai NPF (Non Performing Financing) maka semakin buruk pula kinerja dari suatu perbankan syariah. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari NPF (Non Performing Ratio) adalah sebagai berikut :55

Dalam peraturan bank Indonesia Nomer 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang penilaian kualitas bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pasal 9 ayat 2, bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi menjadi lima golongan yaitu :

a) Lancar (L)

b) Dalam Perhatian Khusus (DPK) c) Kurang Lancar (KL)

d) Diragukan (D) e) Macet (M)

55 Adi Setiawan, Analisis Pengaruh Faktor Makro Ekonomi, Pangsa Pasar Dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Study Pada Bank Syariah Periode 2005-2008) (Jurnal Bisnis Dan Manajemen 2 (3)).

(37)

Besarnya NPF (Non Performing Financing) yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia adalah 5%, jika telah melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20% skor nilai NPF ditentukan sebagai berikut :

a) Lebih dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 c) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 d) Kurang dari 3%, skor nilai = 100

Apabila resiko pembiayaan meningkat, margin atau bunga kredit akan meningkat pula. Dalam sektor Islam, perbankan Islam tidak mengenal instrument bunga karena yang digunakan adalah margin atau bagi hasil baik itu pada keuntungan ataupun pada kerugiannya.56

Resiko yang terjadi dari pembiayaan atau pinjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya.57

1) Analisa sebab kemacetan a. Aspek internal

56 Rendy Kamal, “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Laba Perbankan Syariah Di Indonesia Periode September 2009 – Desember 2013” (Skripsi Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2014), 47.

57Ibid, Muhamad, Manajemen Bank Syari‟ah …, 267.

(38)

a) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut b) Manajemen tidak baik atau kurang rapi c) Laporan keuangan tidak lengkap

d) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan e) Perencanaan yang kurang matang

f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut

b. Aspek eksternal

a) Aspek pasar kurang mendukung

b) Kemampuan daya beli masyarakat kurang c) Kebijakan pemerintah

d) Pengaruh lain di luar usaha e) Kenakalan peminjam 2) Menggali potensi peminjam

Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran,

3) Melakukan perbaikan akad 4) Memberikan pinjaman ulang 5) Penundaan pembayaran

6) Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru (Rescheduling)

7) Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil

(39)

5. Pembiayaan Pemilikan Rumah

1) Pengertian Pembiayaan Pemilikan Rumah

Bank sebagai lembaga intemediasi keuangan (financial intermediary institution) selain melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, bank juga akan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Istilah kredit banyak dipakai dalam perbankan konvensional yang berbasis pada bunga (interest based), sedangkan dalam perbankan syariah lebih dikenal dengan istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing).58

Kredit perumahan atau pembiayaan pemilikan rumah merupakan jenis kredit perorangan kedua yang paling populer di kalangan bank umum. Seperti halnya dengan kredit kendaraan bermotor, bank dapat memberikan pembiayaan perumahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pemberian pembiayaan secara tidak langsung, bank memberikan pembiayaan kepada pemborong perumahan atau perusahaan real estate, yang selanjutnya akan menyalurkan pembiayaan tersebut kepada pembeli.

Di Indonesia, pembiayaan perumahan yang diberikan langsung kepada pembeli dan disebut kredit pemilikan rumah atau biasa disingkat KPR. Beberapa bank umum di Indonesia, yang pada saat

58Khotibul Umam. Perbankan Syariah (Dasar-Dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia). (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), hlm 101.

(40)

buku ini disusun, memberikan kredit pemilikan rumah antara lain adalah Bank Tabungan Negara, Bank Papan Sejahtera, Bank Niaga, Bank Bali, Citibank, Bank Perkembangan Asia, Bank Umum Nasional.

Bank umum di Indonesia yang memberikan kredit perumahan kepada perusahaan pemborong perumahan atau perusahaan real estate antara lain adalah bank umum pemerintah serta bank umum swasta tertentu, misalnya Bank Duta.

Ketika melayani para nasabah, bank-bank umum di Indonesia memfokuskan pemberian kredit perumahan mereka kepada golongan masyarakat tertentu. Bank Tabungan Negara misalnya, mengkhususkan diri untuk melayani anggota masyarakat golongan bawah dan menengah bawah yang ingin membeli rumah murah dengan ukuran 15-17 meter persegi, yang dibangun oleh PERUMNAS atau pemborong perumahan swasta. Kredit pemilikan rumah dari Bank Tabungan Negara diberikan dalam jangka 20 tahun dan dicicil secara bulanan.

Banyak bank-bank umum swasta melayani calon pembeli rumah dari masyarakat kelas menengah dan atas. Citibank misalnya, pada tahun 1988 dapat memberikan kredit perumahan Citibank sampai Rp. 500 juta (kurang lebih USD 225.000) untuk setiap rumah.

Maksimum jangka waktu kredit perumahan Citibank adalah 7 tahun dan pembayaran kembali kredit dilakukan dengan cara mencicil, yang dilakukan tiap bulan sekali.

(41)

Pada perjanjian pembiayaan perumahan, rumah yang di biayai dengan pembiayaan tersebut dipergunakan sebagai jaminan utama.

Bagi kreditur, jaminan rumah mempunyai satu manfaat khusus, yaitu nilai jaminan kredit tersebut dari tahun ke tahun meningkat. Debitur juga sering meminta kredit perumahan untuk memperbaiki atau merenovasi rumah, dengan jaminan rumah yang akan diperbaiki tersebut. Sudah barang tentu, pada saat perbaikan rumah selesai, nilai rumah yang dipakai sebagai jaminan kredit naik.59

2) Macam-Macam Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

KPR merupakan kredit yang dipergunakan untuk pembiayaan : 1. Pembiayaan rumah baru (dari developer atau perorangan)

Pembelian rumah baru dari developer apabila dilihat dari fisik rumah dapat dibagi menjadi 2 macam :

a) Bangunan rumah sudah jadi (ready stock)

b) Bangunan belum jadi masih berupa tanah (indent)

Apabila bangunan sudah jadi, sudah berdiri, jelas bank akan jauh lebih mudah untuk menilai fisik bangunan dan tidak sulit.

Apabila belum ada bangunan maka, pertama developer harus mau menjalin kerja sama dengan bank terlebih dahulu (belum di- splitzing per masing-masing rumah). Hal ini sangat beresiko untuk bank maupun pembeli rumah. Untuk penilaian rumah, umumnya

59 Siswanto Sutojo. Analisa Kredit Bank Umum. (Jakarta Pusat; PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995), hlm 37.

(42)

bank akan melihat daftar harga, beserta detail luas tanah dan bangunan.

Pengikatan kredit, khusus untuk rumah yang berupa indent.

Untuk meminimalkan resiko, hasil pencairan dana bisa dibagi menjadi beberapa skenario. Umumnya, pencairan dana dimasukkan ke dalam bentuk deposito atas nama developer (status blokir), deposito dapat dicairkan sesuai termin bangunan. Tetapi ini sesuai perjanjian yang dibuat sebelumnya (MOI) antara pihak developer dengan bank. Masih banyak skenario lainnya.60

2. Pembelian rumah bekas (second)

Untuk pembelian rumah bekas umumnya tidak banyak masalah. Hanya bank akan melihat dan meneliti kelengkapan dokumen dan legalitasnya. Yang pasti jaminan harus bersih tidak dalam sengketa, tidak diblokir, harus sesuai dengan buku tanah yang ada di BPN (Badan Pertahanan Nasional), dan sesuai peruntukannya dan tanahnya ada akses jalan secara fisik maupun surat (di gambar Situasi Sertifikat SHM atau SHGB), tidak ada rencana pemotongan jalan, tidak ada rencana pemerintah yang menyebabkan kerugian.

3. Pembelian ruko / rukan (sama dengan pembelian rumah bekas) 4. Pembelian apartemen baru / bekas

60 Maryanto Supriyono. Buku Pintar Perbankan. (Yogyakarta; Penerbit Andy Yogyakarta, 2011), hlm 124.

Gambar

Gambar 2.4  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah dapat mengetahui perbandingan performansi antara Fair Scheduler dan Hadoop Fair Sojourn Protocol Scheduler (HFSP) pada

revealed the essential meaning of the Quran and brought out the meaning to be a guidance for the spiritual seeker (salik) to obtain Knowledge of God (ma’rifatullah). Artikel ini

The aim of this paper is to investigate the influence of interior camera orientation, tie point matching and ground control points on the resulting accuracy of bundle adjustment

Tehnik pelaksanaan pengembangan mutu tenaga Pendidik melalui kegiatan kolokium dapat digambarkan sebagai berikut. Tenaga pendidik yang memiliki penemuan penemuan baru

“Utilisation of anaerobically treated palm oil mill effluent for composting process” at Workshop on Progress in Wastewater Treatment and Reuse Technology 2013, 19-22 December

1) Pekerjaan, berkaitan dengan ancaman fisik pekerjaan, kondisi tidak sehat terdapat dalam pekerjaan, misalnya pekerjaan yang memiliki resiko terhadap keselamatan

Jadi pada waktu itu sudah tertanam ide bahwa meningkatkan saling pengertian antar bangsa bukan hanya terbatas dengan Amerika saja tapi juga dengan bangsa-bangsa peserta