• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:

KASMAWATI SIREGAR 130304062

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

KASMAWATI SIREGAR 130304062

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar

Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI IMPOR SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama : Kasmawati Siregar

NIM : 130304062

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, Msi.) ( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196309281998031001 NIP. 196302041997031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) NIP: 196304021997031001

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

KASMAWATI SIREGAR (130304062), Dengan Judul Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara.

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.

Pada Tanggal : 08 Januari 2018

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : ( Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.) NIP. 196309281998031001

Anggota : 1. (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

2. ( Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si ) NIP. 196509261993031002

3. ( Ir. Iskandarini, MM, P,hD) NIP. 196405051994032002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ) NIP: 196304021997031001

(5)

ABSTRAK

Kasmawati Siregar (130304062/Agribisnis) dengan judul skripsi “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis apakah harga daging sapi domestik, harga daging sapi impor, produksi daging sapi, jumlah penduduk mempengaruhi impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

Daerah penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive). Untuk mengetahui pengaruh harga daging sapi domestik, harga daging sapi impor, produksi daging sapi, jumlah penduduk terhadap impor sapi. metode analisis yang digunakan yaitu dengan Regresi Linier Bergnda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga daging sapi domestik, jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap impor sapi, produksi daging sapi, harga daging sapi impor tidak berpengaruh signifikan terhadap impor sapi.

Kata kunci : Harga Domestik, Harga Impor, Produksi Daging, Jumlah Penduduk, Impor Sapi

(6)

ABSTRACT

Kasmawati Siregar (130304062) with the thesis entitled “ The Analyses of Influencing Factors of Cow Import in North Sumatera”. The research was supervised by Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting M.Si as the Chairperson of the supervisory committee and Bapak Dr. Ir Satia Negara Lubis, M.Ec as the Member of the supervisory committee.

The study was conducted with the aims to analyze about prices of beef domestic, prices of beef import, of beef production, total population affecting the import of cattle in north sumatera.

The research location selected purposively. To fine out the influence prices of beef domestic, prices of beef import, of beef production, total population to beef imports. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test.

The research results show that prices of beef domestic, total population significant effect on import, of beef production, prices of beef import have no significant effect on import.

Keywords : domestic, import prices, meat production, total population, import of cattle

(7)

RIWAYAT HIDUP

Kasmawati Siregar dilahirkan di Tapian Nadenggan pada 1 Mei 1995. Penulis merupakan anak ketiga dari 6 bersaudara dari Bapak Abdul Makmur Siregar dan Rosmawati Harahap. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut :

1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD N 112252 Sei Kanan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, masuk pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2007.

2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP N 4 Tapian Nadenggan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, masuk pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010.

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di MAS PP Darul Falah, masuk pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2013.

4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2017.

5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2016.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.

3. Bapak Dr.Ir. Satia Negar Lubis, M.Ec., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya dari awal perkuliahan untuk memberikan bimbingan, arahan, serta saran dan nasehat mengenai hasil akademik saya sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan baik.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Kedua orang tua penulis Bapak Abdul Makmur Siregar dan Rosmawati Harahap yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan banyak perhatian, kasih sayang, motivasi serta dukungan yang sangat besar baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

6. Keluarga Penulis, kakak Nur Samsi Hutabarat, SP yang telah memberikan banyak nasehat, perhatian, kasih sayang serta dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

7. Sahabat terbaik Kakak Suci, Kurnia, yang senantiasa menghibur saat penulis sedang bingung mengerjakan skripsi, hingga kini penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Sahabat terdekat Laila, Sari, Zaria, Nurul dan Khayati yang telah menemani hari-hari penulis dalam suka maupun duka sehingga masa perkuliahan tanpa terasa kini masa-masa perkuliahan akan usai.

9. Teman-teman seperdopingan Hasbul, Hayun, Vania, tempat saling berbagi informasi dan seluruh angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi.

10. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

11. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca

(10)

dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis menggucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 8

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Teori Permintaan Impor ... 10

2.2.2. Teori Produksi ... 11

2.2.3.Teori Harga ... 12

2.2.5. Teori Perdagangan………13

2.3. Penelitian Terdahulu ... 14

2.4. Kerangka Pemikiran ... 20

2.5. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.3. Metode Analisis data ... 23

3.4. Uji Asumsi Regresi Linier Berganda ... 24

3.4.1. Uji Normalitas ... 25

3.4.2. Uji Multikolonieritas ... 25

3.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 26

3.6.Definisi dan Batasan Operasional ... 26

3.6.1. Definisi ... 27

3.6.2. Batasan Operasional... 27

(12)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Keadaaan Geografi Sumatera Utara ... 28

4.2. Kondisi Iklim dan Topografi ... 29

4.3. Kondisi Demografi ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan ... 35

5.2. Hasil Analisis Data ... 37

5.2.1. Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda ... 37

5.2.1.1. Uji Normalitas ... 37

5.2.1.2. Uji Multikolonieritas ... 37

5.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 38

5.2.2. Pengujian Regresi Linier Berganda ... 39

5.2.3. Pengujian Hipotesis ... 41

5.2.2.1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 41

5.2.2.2.Pengujian Secara Serempak (Uji F) ... 42

5.2.2.3. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Produksi Daging dan Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 - 2015

4 2 Harga Daging Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun

2010 – 2015

5 3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan

Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2015

31 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis

Kelamin dan Kabupaten/Kota (jiwa) Tahun 2013

33 5 Jumlah Populasi Daging Sapi Di Provinsi Sumatera Utara

2010 – 2015

36

6 Uj multikolinearitas 38

7 Hasil Analisis Model Regresi 39

8 Uji Parsial (uji t) 43

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 21

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Volume Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara tahunm 2001- 2015

50 2 Harga Daging Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun

2001-2015

51 3 Produksi Daging di Provinsi Sumatera Utara Tahun

2001 – 2015

52 4

5 6 7 8

Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001 – 2015

Jumlah Populasi Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 – 2015

Harga Daging Sapi Impor di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2015

Hasil Uji Menggunakan SPSS dengan Metode Regresi Linier Berganda

Hasil Uji Menggunakan SPSS Metode Asumsi Klasik

53 54 55 56 58

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak sapi khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Seekor ternak mampu menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, susu dan hasil ikutannya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang. Sapi potong merupakan salah satu ternak yang dimanfaatkan sebagai penyedia kebutuhan daging dan memiliki potensi untuk dikembangkan (Sudarmono, 2008).

Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan sembako yang penting untuk peningkatan gizi masyarakat di dunia termasuk di Indonesia. Laju peningkatan populasi penduduk dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia mendorong peningkatan kebutuhan pangan dan konsumsi menu makanan rumah tangga bertahap mengalami perubahan kearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk peternakan). Komoditas daging, telur dan susu merupakan komoditas pangan yang berprotein tinggi Memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya. Laju pertumbuhan penduduk dan perubahan selera konsumen, akan menuntut perubahan pola konsumsi termasuk permintaan daging sapi yang merupakan komoditas peternakan strategis (Agus, 2015).

Di sisi lain, seiring dengan pertambahan dan peningkatan kesadaran masyarakat indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan maka

(17)

kebutuhan permintaan daging khususnya daging sapi menjadi semakin meningkat.

Sementara laju peningkatan populasi ternak sapi di dalam negeri sebagai bahan baku produksi daging tidak dapat mengimbangi laju pemintaan sehingga ketersediaan daging dalam negeri mengalami kekurangan untuk itu, untuk mendukung kecukupan daging tersebut, ternak sapi diharapkan untuk mencapai kebutuhan akan protein hewani tersebut.

Jumlah populasi ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi dari tahun 2012 sampai 2015. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah populasi ternak sapi pada tahun 2012 adalah 609.951 ekor, tahun 2013 sebanyak 523.277 ekor, tahun 2014 meningkat sebanyak 646.749 ekor, dan pada tahun 2015 sebanyak 666.496 ekor.

Di indonesia, sebagian besar peternak memelihara sapi digunakan sebagai sumber tenaga kerja atau sebagai tabungan (saving) untuk berjaga-jaga apabila membutuhkan uang, bukan sebagai penghasil daging. Hal ini yang menyebabkan produksi sapi domestik belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena mindset masyarakat yang memelihara sapi sebagai sumber tenaga kerja atau tabungan. Maka dari itu pemerintah melakukan impor sapi guna memenuhi kebutuhan daging domestik. Jumlah sapi impor di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi dari tahun 2011- 2015. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah impor sapi pada tahun2011 adalah 70.300 ekor, tahun 2012 adalah 38.400, tahun 2013 adalah 42.243, tahun 2014 adalah 34.964, tahun 2015 sebanyak 34.964.

(18)

Produksi daging menurut provinsi secara keseluruhan pada 2014 sebesar 497.670 ton dan di tahun 2015 tercatat sebesar 523.92 dengan pertumbuhan kenaikan daging sapi sebesar 4,15 persen setiap tahunnya. Persentase permintaan yang lebih tinggi dari pada penawaran daging ini akhirnya berimbas pada kebijakan impor dimana pemerintah Indonesia menetapkan impor untuk memenuhi kebutuhan daging Indonesia.

Dampak negatif yang sering terjadi dari perdagangan internasional berupa impor yang erat kaitannya dengan globalisasi menurut Sukirno (2012:382) adalah (1) menghambat pertumbuhan sektor industri (2) sektor keuangan semakin tidak stabil (3) memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi. Adanya dampak negatif impor harusnya menjadi peringatan bagi pemerintah untuk secepatnya merealisasikan swasembada bahan pangan, mengingat Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi cukup besar untuk melakukan swasembada pangan.

Tabel 1.1 Produksi Daging dan Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 - 2015

Tahun Produksi

(ton)

Volume Impor Sapi (ekor)

2010 1.570.760 45.000

2011 1.829.960 70.300

2012 2.454.660 38.400

2013 1.843.660 42.243

2014 2.265.630 38.964

2015 2.340.797 38.964

Total 12.305.467 273.871

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan Kementerian Pertanian, 2016.

(19)

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, dapat diketahui Jumlah volume impor sapi yang paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 70.300 ekor dan jumlah impor yang paling sedikit pada tahun 2012 sebesar 38.400 ekor.

Ketersediaan daging sapi sangat mempengaruhi harga daging sapi lokal.

Kenaikkan harga daging sapi berdampak dari ketidakseimbangan antara jumlah produksi dengan tingginya tingkat permintaan masyarakat. Kebutuhan daging sapi ditentukan oleh tingkat konsumsi daging sapi nasional berdasarkan jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi per kapita masyarakat (Harmini, 2011).

Dalam memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, Indonesia baru mampu menghasilkan 70% dari peternakan lokal, sedangkan 30% diperoleh melalui impor. Tingkat permintaan daging sapi yang terus menerus meningkat dan tidak seimbang dengan pasokan daging sapi lokal, Akhirnya pemerintah melakukan kebijakan dengan mengimpor sapi bakalan (Talib, 2008).

Tabel 1.2. Harga Daging Sapi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 - 2015

Tahun Harga daging

(Rp/Kg)

2010 60.000

2011 53.000

2012 78.000

2013 86.000

2014 96.000

2015 100.000

Total 473.000

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2016.

(20)

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, dapat diketahui bahwa harga daging sapi di tingkat provinsi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

Beberapa provinsi di Indonesia, harga daging sapi masih merupakan komoditas termahal dibandingkan dengan harga ternak lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas daging sapi serta rasanya yang tidak dapat digantikan dengan daging lainnya (Santosa, 1997).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut.

1) Apakah harga daging sapi dalam negeri berpengaruh terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

2) Apakah harga daging sapi impor berpengaruh terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

3) Apakah Produksi daging sapi berpengaruh terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

4) Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara.

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk menganalisis pengaruh harga daging sapi dalam negeri terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001-2015.

2) Untuk menganalisis pengaruh harga daging sapi impor terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2001-2015.

3) Untuk menganalisis pengaruh Produksi daging sapi terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun 2001-2015.

4) Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk dalam negeri terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun 2001-2015.

1.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini adalah :

1) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan pengembangan produksi dan tata niaga peternakan, khususnya sapi.

2) Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai ekonomi internasional

3) Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai masalah faktor- faktor yang mempengaruhi impor sapi.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan pustaka 2.1.1 Sapi

Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tertentu tersebut, mereka dapat dibedakan dari ternak lainnya meskipun masih dalam spesies yang sama, karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya (Tanari, 2001). Setiap bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang- kadang bisa membawa risiko yang kurang menguntungkan.

Daging sapi sangat besar manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan gizi berupa protein hewani. Karena sapi merupakan hewan pemakan rumput yang berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang kemudian diubah menjadi bahan bergizi tinggi dan diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging

(Sudarmono, 2008).

Protein dari daging sapi sangat penting karena mengandung semua asam amino esensial termasuk yang mengandung mineral S yang tidak dimiliki oleh protein nabati dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mudah dicerna. Selain itu daging sapi juga merupakan sumber utama mineral Ca, P, Zinc, Fe serta vitamin B2, B6 dan B12 yang penting bagi tubuh manusia (Talib, 2008).

Laju permintaan daging sapi yang lebih tinggi dari laju pasokan domestik menyebabkan harga daging sapi domestik selalu meningkat, hingga pasokan

(23)

impor semakin membesar. Harga impor yang lebih murah justru menyesuaikan dengan harga domestik yang cenderung naik (Ilham, 2009).

2.2. Landasan Teori

Kurva permintaan menunjukkan kesediaan konsumen untuk membeli suatu barang pada setiap tingkat harga yang harus mereka bayar. Semakin tinggi harga yang ditawarkan maka jumlah barang yang diminta semakin rendah dan apabila harga barang yang ditawarkan semakin rendah maka jumlah barang yang diminta semakin meningkat. Kurva penawaran menunjukkan kesediaan produsen untuk menjual barang pada tingkat harga yang ditawarkan. Jika harga suatu barang meningkat maka jumlah barang yang bersedia dijual produsen juga akan meningkat dan jika harga suatu barang menurun maka jumlah barang yang bersedia dijual produsen akan menurun (Pyndick, 2003).

Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Analisis permintaan dan penawaran digunakan untuk menggambarkan mekanisme pasar (Sugiarto, 2000).

Kurva penawaran menunjukkan jumlah barang yang bersedia dijual oleh para produsen pada harga yang akan diterimanya di pasar, sambil mempertahankan agar setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tetap. Sedangkan kurva permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga per unit berubah (Pyndick, 2003).

Menurut Basu swastha pengertian harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

(24)

dari barang beserta pelayanannya. Harga menurut Kotler dan Amstronga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa.

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan : makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suautu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

2.2.1 Teori Permintaan Impor

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan diantara jumlah permintaan dan harga. Hukum permintaan menjelaskan suatu sifat perkaitan diantara permintaan suatu barang dengan harganya, jadi hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan:

“Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan ke atas barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit permintaan ke atas barang tersebut” (Sadono Sukirno, 2003 : 76).

Adapun faktor-fakor yang mempengaruhi permintaan yaitu:

a. Harga barang itu sendiri: Sesuai dengan hukum permintaan bahwa jumlah barang yang diminta beruba secara berlawanan arah dengan perubahan harga secara nominal menyebabkan penggunaan tersebut ditunjukan oleh perubahan jumlah yang diminta secara berlawanan.

c. Jumlah Penduduk: Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan, tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih

(25)

banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat, penambahan daya beli ini akan menambah permintaan. (Lincolin Arsyad, 1991 : 22-25).

d. Produksi

Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan suatu produk tersebut yang berupa barang dan jasa (Assauri, 2004).

2.2.2 Teori Produksi

Menurut Josen (2013) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan input. Produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan input.

Menurut Deliarnov kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barang barang yang mampu bersaing dengan buatan luar negeri. Apabila produksi daging tidak mampu menutupi kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor. Tingginya bahan–bahan produksi mengakibatkan naiknya harga, sehingga menurunnya permintaan yang secara tidak langsung menyebabkan produsen menurunkan kapasitas produksi yang berdampak pada kenaikan jumlah impor.

(26)

2.2.3 Teori Harga

Menurut Simamora (2001:198), pengertian harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk. Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Harga juga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi market share-nya. Bagi perusahaan, harga tersebut akan memberikan hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam penetapan harga:

a. Starting Point

Situasi pasar, permintaan dan persaingan merupakan titik mulai (starting point) dalam penetapan harga.

b. Faktor Pembatas

Banyak yang membatasi keleluasan dalam menetapkan harga. Selain biaya, faktor-faktor lainnya adalah strategi bauran pemasaran, harapan perantara dan faktor-faktor lingkungan makro (sosial, ekonomi, budaya dan politik) dapat mempengaruhi penetapan harga sebagai faktor pembatas.

c. Aspek Managerial Organisasi

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga hanya menyangkut aspek manajerial saja. Perusahaan perlu menjelaskan siapa yang berwenang menetapkan harga di dalam perusahaan.

(27)

2.2.5 Teori Perdagangan Internasional

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Jika sebuah negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarnya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien.

Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1996).

Menurut teori Keunggulan Heckscher-Ohlin (H-O) Perdagangan internasional terutama digunakan oleh perbedaan faktor- faktor produksi antar negara. Teori ini dihubungkan oleh dua orang ekonom dari Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, menurut teori ini setiap negara lain, perbedaan ini menyebabkan perbedaan harga, untuk barang yang sama antar negara satu dengan yang lain. Teori Hecksher- Ohlin tentang pola perdagangan yang dinyatakan bahwa suatu negara apabila akan memproduksi akan menggunakan faktor produksi yang relatif banyak sehingga harga barang akan relatif murah.

Dari model Heckscher-Ohlin (H-O) ini dapat disimpulkan bahwa negara yang hanya mengandalkan faktor yang melimpah (kekayaan alam atau jumlah tenaga kerja melimpah) dan intensifitas pada faktor yang melimpah (upah tenaga kerja

(28)

2.3. Penelitian Terdahulu

Agus (2016) Tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisis pengaruh kurs, harga, dan PDB terhadap impor sapi australia ke Indonesia. Data yang digunakan yaitu kuantitatif tahun 2010-2014. Metode analisis yang digunakan adalah model analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh kurs, harga, PDB terhadap impor sapi australia dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

Hasil anlisis menunjukkan bahwa kurs dolar Amerika Serikat, harga daging sapi Australia, PDB Sektor Peternakan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap impor sapi Australia periode tahun 2010-2014. Kurs dolar Amerika Serikat dan harga daging sapi Australia secara persial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor sapi australia periode 2010-2014, sedangkan PDB sektor peternakan secara persial berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor sapi Australia periode 2010-2014.

Retno (2016) Tujuan dari penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor cabai di Indonesia. Data yang digunakan yaitu data time series tahun 2000-2014. Metode analisis yang digunakan adalah model analisis regresi berganda. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel produksi cabai domestik , kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap impor cabai di Indonesia, sedangkan variabel harga cabai domestik, konsumsi cabai domestik berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor cabai di Indonesia.

Meleriansyah dkk (2014) Tujuan dari penelitian adalah menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi volume impor dan produksi bawang putih di

(29)

Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series tahun 2003-2012. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan program spss.

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga bawang putih impor, produk domestik bruto dan produksi berpengaruh signifikan terhadap volume impor bawang putih di Indonesia. luas areal berpengaruh signifikan terhadap produksi bawang putih, sedangkan suku bunga dan tingkat upah tenaga kerja berpengaruh non signifikan terhadap produksi bawang putih.

Dewi dkk (2016) Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh tingkat produksi, harga, dan konsumsi terhadap impor bawang merah di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series tahun 1990 – 2013. Metode analisis yang digunakan analisis regresi linier berganda dan deskriptif dengan menggunakan program Eviews Versi 6.

Hasil analisis menunjukkan bahwa 1) secara simultan tingkat produksi, harga dan konsumsi berpengaruh secara signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia periode 1990 – 2013. 2) secara persial tingkat produksi pengaruh negatif dan signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia periode 1990 – 2013. Secara versial harga dan konsumsi pengaruh positif dn signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia periode 1990 – 2913. 3) variabel konsumsi merupakan variabel dominan yang berpengaruh terhadap impor bawang merah Indonesia periode 1990 – 2013.

Lestari (2014) Tujuan penelitian untuk menganalisis permintaaan impor daging sapi di Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data time series tahun 1997 –

(30)

2013. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskripsi dengan mengunakan model SDSL.

Hasil analisis menunjukkan permintaan impor daging sapi, penawaran daging sapi lokal, permintaan daging sapi domestik, harga daging sapi impor, kurs dan kebijakan pemerintah berupa tarif impor daging sapi secara rata- rata selama 17 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Hasil uji parameter dengan TSLS menunjukkan bahwa variabel penawaran daging sapi lokal berpengaruh negatif secara signifikan, sedangkan permintaan daging sapi domestik berpengaruh positif secara tidak signifikan dan harga daging sapi impor berpengaruh positif secara signifikan dengan permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara. Sedangkan hasil uji simultanitas dengan menggunakan uji hausaman menunjukkan bahwa penawaran daging sapi lokal memiliki hubungan simultan dengan permintaan impor daging sapi di Sumatera Utara.

Zainal (2008) Penelitian tentang pengaruh harga gula impor, harga gula domestik, dan produksi gula domestik terhadap permintaan gula impor di Indonesia. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang meliputi data impor kebutuhan gula pasir, harga gula impor, harga gula dalam negeri, produksi gula pasir di Indonesia dan permintaan model yang terjadi selama 20 tahun dari 1986-2005. Data dianalisis dengan teknik analisis ekonometrika yang menggunakan model Regresi Linear Berganda dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harga gula domestik, harga gula impor dan produksi gula domestik secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan impor gula pasir di Indonesia sedangkan secara parsial hanya variabel harga gula pasir domestik dan produksi gula pasir di Indonesia yang berpengaruh

(31)

secara signifikan terhadap permintaan gula impor di Indonesia sedangkan harga gula pasir impor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan gula impor di Indonesia.

Maria (2009) Penelitian tentang analisis kebijakan tataniaga gula terhadap ketersediaan dan harga domestik gula pasir di Indonesia oleh Maria (2009) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah, perdagangan gula di Indonesia tidak pernah lepas dari intervensi pemerintah. Pemerintah membuat kebijakan- kebijakan yang mengatur mengenai perdagangan gula pasir yang tentunya akan berdampak pada produksi gula pasir nasional, pemasaran atau distribusi, ketersediaan, impor, harga gula dalam negeri dan sebagainya. Hal ini dikarenakan perdagangan gula pasir bukan hanya pada masalah teknis saja, melainkan suatu sistem yang didalamnya banyak komponen yang mempengaruhi dan terpengaruh olehnya. Penelitian ini hendaknya memberikan gambaran mengenai peranan kebijakan tataniaga gula terhadap ketersediaan dan harga gula pasir domestik serta proyeksi (trend) di masa yang akan datang. Data yang digunakan berupa data time series dengan kurun waktu tahun 1970-2005 yang dianalisis dengan menggunakan alat analisis ekonometrika dengan model regresi dan trend didapatkan bahwa ketersediaan gula pasir secara signifikan dipengaruhi oleh luas area lahan perkebunan, jumlah pabrik gula, dan selisih harga gula pasir domestik dengan harga gula pasir dunia. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga gula pasir domestik secara signifikan dipengaruhi oleh kebijakan tataniaga pada setiap periode, produksi, konsumsi, harga gula pasir dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. Kebijakan tataniaga gula berpengaruh secara langsung terhadap harga gula pasir domestik tetapi terhadap ketersediaan gula pasir di Indonesia

(32)

kebijakan ini tidak berpengaruh secara langsung. Dengan mengikuti trend eksponensial maka pada beberapa tahun yang akan datang harga gula pasir domestik (eceran) terus mengalami peningkatan. Di lain pihak, melalui model trend kuadratik produksi gula pasir akan kembali mengalami penurunan.

Dachliani (2006) Impor gula di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1967 dan terus meningkat hingga saat ini. Ketergantungan pada gula impor berarti semakin rendah ketahanan pangan. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan gula pasir yang terus meningkat tidak dapat dimbangi oleh peningkatan produksi gula pasir di dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap volume impor gula pasir di Indonesia pada periode tahun 1980-2003. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Analisis menggunakan model regresi linier. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel produksi gula pasir berpengaruh negatif secara signifikan sedangkan stok gula pasir, konsumsi gula pasir dan pendapatan satu tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan terhadap volume impor gula.

Nurfahmi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor bawang putih di Indonesia tahun 2000-2013. Meskipun komoditi yang diteliti berbeda, namun variabel yang digunakan sama. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa produksi bawang putih dalam negeri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor bawang putih, konsumsi bawang putih dalam negeri berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

(33)

impor bawang putih dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor bawang putih.

Pamungkas (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh produksi, konsumsi dan harga terhadap impor bawang merah Di kabupaten brebes. Data yang digunakan yaitu data time series periode 2016 – 2010. Metode analisis data yaitu analisis regresi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS).

Berdasarkan hasil analisis varibel produksi bawang merah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume impor. Dari hasil analisis dapat di simpulkan bahwa produksi bawang merah selama kurun waktu 5 tahun fluktuatif dan jika diamati melalui data, produksi bawang merah mengalami kenaikan bawang merah hanya mengalami kenaikan sedikit tetapi di saat produksi bawang merah mengalami penurunan, penurunannya secara tajam, dan tidak sebanding disaat kenaikan. hasil analisis konsumsi dan harga bawang merah berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume impor bawang merah, variabel konsumsi bawang merah. Variabel konsumsi menunjukan bahwa konsumsi bawang merah selama kurun waktu 5 tahun cenderung meningkat sedangkan untuk variabel harga menunjukan bahwa harga bawang merah domestik mengalami peningkatan dan berdampak pada harga impor bawang merah lebih murah dibandingkan harga bawang merah domestik.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pikir adalah gambaran tentang keterkaitan antar variabel penelitian yang akan dikaji dan yang akan dibangun oleh peneliti untuk memecahkan masalah atau tujuan penelitian berdasarkan hasil tinjauan pustaka. Ada banyak faktor yang

(34)

mempengaruhi impor sapi impor di Provinsi Sumatera Utara. Tetapi dalam penelitian ini, penulis hanya memasukkan empat variabel, yaitu harga daging sapi dalam negeri, harga daging sapi impor, produksi daging dalam negeri, jumlah penduduk dalam negeri.

Suatu negara berkembang seperti Sumatera Utara yang saat ini memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yang sangat banyak, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi dari penduduk tersebut semakin tinggi. Dalam hal ini, pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan produksi dalam negeri dengan tujuan agar kebutuhan penduduknya bisa terpenuhi.

Masuknya sapi impor karena harga daging impor yang relatif lebih murah disamping adanya dumping price policy oleh negara pengekspor, akan berdampak terhadap perkembangan usaha peternakan sapi potong domestik. Laju pertumbuhan penduduk dan perubahan selera konsumen, akan menuntut perubahan pola konsumsi termasuk permintaan daging sapi yang merupakan komoditas peternakan strategis. Ternak sapi khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, susu dan hasil ikutannya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang.

(35)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Adanya Pengaruh

2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Harga daging sapi dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor sapi di provinsi sumatera utara.

2) Harga daging sapi impor berpengaruh negatif terhadap impor sapi di provinsi sumatera utara.

3) Produksi daging berpengaruh negatif terhadap impor sapi di provinsi sumatera utara.

Harga Daging Sapi Domestik

(X1)

Harga Daging Sapi Impor

(X2) Produksi Daging

Sapi Domestik (X3)

Impor Sapi (Y)

Jumlah Penduduk (X4)

(36)

4) Jumlah penduduk dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor sapi di provinsi sumatera utara.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu Provinsi Sumatera Utara. Yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan wilayah adalah Sumatera Utara yang merupakan produksi daging sapi terbanyak keenam seindonesia yaitu sebesar 23.268 ton, tetapi pemenuhannya masih bergantung pada impor sapi.

3.2 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data time series dengan range tahun 2001-2015 dengan bentuk semester, sehingga diperoleh 30 data untuk tiap variabel. Untuk mengubah data tahunan menjadi data semester ataupun sebaliknya, digunakan software eviews sebagai aplikasi memudahkan pengubahan data tersebut. Kemudian data yang diperoleh tersebut akan dianalisis dengan menggunakan alat bantu berupa software SPSS.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, Dinas Perternakan Sumatera Utara, dan sumber-sumber lain seperti jurnal penelitian dan media elektronik lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan analisis regresi linear berganda, dengan rumus persamaan regresi sebagai berikut:

Y =b + b X + b X + b X + b X +

(38)

Dimana :

Y = Impor sapi (Ekor/Tahun)

X1 = Harga daging sapi domestik (Kg) X2 = Harga daging sapi impor (Kg) X3 = Produksi daging sapi (Ton) X4 = Jumlah penduduk (Jiwa) = Faktor kesalahan

Kriteria uji :

H0 diterima jika nilai signifikansi H1 diterima jika nilai signifikansi

H0 = tidak ada pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas H1 = ada pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas

Sebelum analisis regeresi digunakan, maka terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik untuk selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis dengan bantuan program SPSS versi 20. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Koefesien Determinasi (R2), Uji F, Uji t.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui validitas analisis regresi. Analisis regresi yang valid memenuhi kaidah BLUE (BestLinier Unbias Estimator). Uji asumsi klasik pada umumnya mencakup Normalitas, Multikolinieritas, Heteroskedastisitas. Berikut ini penjelasan dari masing-masing Uji Asumsi Klasik:

(39)

a. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki data residual terdistribusi normal. Ada beberapa cara untuk menguji apakah data yang dapat dikatakan terdistribusi secara normal atau tidak, salah satunya dengan menghitung nilai D statistik. Uji ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Uji ini mula-mula menghitung nilai D statistik yang kemudian dibandingkan dengan D tabel jika Dhitung < Dtabel maka dikatakan terdistribusi secara normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = Data berdistribusi normal.

H1 = Data tidak berdistribusi normal.

Jika Dhitung < Dtabel α (n) maka H0 diterima.

b. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk melihat dimana korelasi antar variabel terikat. Jika ada dua variabel bebas maka dimana variabel tersebut berkorelasi sangat kuat maka secara logika persamaan regresinya diwakili oleh satu variabel saja. Pada pembahasan ini, multikolinieritas dinilai dari Variance Inflation Factor (VIF).

Jika nilai VIF < 10 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas. Kebalikannya jika VIF < 10 maka dinyatakan terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan yang satu dengan yang lainnya, apabila timbul ketidaksamaan varian maka persamaan yang dihasilkan bukanlah persamaan bersifat BLUE. Pada pembahasan kali ini untuk menguji apakah pada suatu data ada gejala

(40)

menghitung nilai F dan membandingkan dengan Ftabel untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas terhadap harga mutlak galatnya.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

1. Impor sapi adalah kegiatan perdagangan sapi dari luar negeri yang masuk ke Sumatera Utara dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan tujuan memenuhi kebutuhan daging sapi lokal (Ekor).

2. Produksi daging sapi adalah jumlah ketersediaan daging sapi pada suatu wilayah yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu dari peternakan lokal (Ton).

3. Harga daging sapi domestik adalah harga daging sapi lokal yang berlaku di Sumatera Utara (Rp/Kg).

4. Jumlah Penduduk adalah banyaknya jumlah populasi di Provinsi Sumatera Utara (Jiwa).

5. Harga daging sapi impor adalah harga daging impor yang dibayarkan importir (Rp/Kg).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder.

2. Penelitian dilakukan di Provinsi Summatera Utara untuk mengetahui analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor sapi di Sumatera Utara.

3. Penelitian mulai dilaksankan pada tahun 2017.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Letak dan Keadaaan Geografi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º LU dan 98º - 100º BT. Adapun batasan wilayah Sumatera Utara adalah sebagaiberikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia di Selat Malaka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah Pulau menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2. Sedangkan luas daerah terkecila dalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumaetra utara. Jumlah pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau berada di tepi pantai Barat dan 6 pulau berada di pantaiTimur.

(42)

4.2. Kondisi Iklim dan Topografi

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi SumateraUtara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 30,1°C, sebagian daerah berbukit dengan kemirigan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4°C.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasaya terjadi pada bulan November sampai denga Maret dan musim peghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.

4.3. Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah . Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, jumlah penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) sebesar 10,26 juta jiwa, kemudian dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982,204 jiwa.

(43)

Kepadatan penduduk pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 kemudian pada tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 168 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi1,22 persen per tahun. Pada tahun 2015 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.937.797 jiwa yang terdiri dari 6.954.552 jiwa penduduk laki-laki dan 6.983.245 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,59.

Pada tahun 2015 penduduk Sumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan. Jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan adalah 7.246,534 jiwa dan yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 6,691.263 jiwa.

Besarnya jumlah penduduk dengan kepadatannya pada masing-masing wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara beserta luas dari setiap wilayah dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, serta rasio jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

(44)

Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota tahun 2015

No. Kabupaten/ Kota

Luas Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

1 Nias 1.842,51 136.115 74

2 Mandailing Natal 6.134,00 430.894 70

3 Tapanuli Selatan 6.030,47 275.098 46

4 Tapanuli Tengah 2.188,00 350.017 160

5 Tapanuli Utara 3.791,64 293.399 77

6 Toba Samosir 2.328,89 179.704 77

7 Labuhan Batu 2.156,02 462.191 214

8 Asahan 3.702,21 706.283 191

9 Simalungun 4.369,00 849.405 194

10 Dairi 1.927,80 279.090 145

11 Karo 2.127,00 389.591 183

12 Deli Serdang 2.241,68 2.029.308 905

13 Langkat 6.262,00 1.013.385 162

14 Nias Selatan 1.825,20 308.281 169

15 Humbang Hasundutan 2.335,33 182.991 78

16 Pakpat Bharat 1.218,30 45.516 37

17 Samosir 2.069,05 123.789 60

18 Serdang Bedagai 1.900,22 608.691 320

19 Batu Bara 922,20 400.803 435

20 Padang Lawas Utara 3.918,05 252.589 64

21 Padang Lawas 3.892,74 258.003 66

22 Labuhanbatu Selatan 3.596,00 313.884 87 23 Labuhanbatu Utara 3.570,98 351.097 98

24 Nias Utara 1.202,78 133.897 111

25 Nias Barat 473,73 84.917 179

71 Sibolga 41,31 86.519 2.094

72 Tanjungbalai 107,83 167.012 1.549

73 Pematang siantar 55,66 247.411 4.445

74 Tebing Tinggi 31,00 156.815 5.059

75 Medan 265,00 2.210.624 8.342

76 Binjai 59,19 264.687 4.472

77 Padang Sidimpuan 114,66 209.796 1.830

78 Gunungsitoli 280,78 135.995 480

Sumatera Utara 72.981,23 13.937.797 191 Sumber: BPS Sumatera Utara 2016

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa luas wilayah paling tertinggi terdapat di langkat yaitu sebesar 6.262,00 sedangkan wilayah terkecil terdapat di Tebing Tinggi yaitu sebesar 31,00. Jumlah penduduk yang paling tertinggi di Medan

(45)

yaitu sebesar 2.210.624 sedangkan yang paling terkecil jumlah penduduknya di Pakpa Bharat yaitu sebesar 45.516. dan kepadatan penduduk yang paling tertinggi terdapat di Medan yaitu sebesar 8.342 sedangkan yang paling terendah di Pakpa Bharat yaitu sebesar 37.

(46)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota (jiwa) Tahun 2013

No. Kabupaten/

Kota

Laki-laki Perempuan Jumlah

Rasio Jenis Kelamin

1 Nias 66.295 69.820 136.115 94,95

2 Mandailing Natal 211.506 219.388 430.894 96,41 3 Tapanuli Selatan 136.683 138.415 275.098 98,75 4 Tapanuli Tengah 175.690 174.327 350017 100,78 5 Tapanuli Utara 145.105 148.294 293.399 97,85

6 Toba Samosir 89.211 90.493 179.704 98,58

7 Labuhan Batu 233.485 228.706 462.191 102,09

8 Asahan 354.706 351.577 706.283 100,89

9 Simalungun 423.202 426.203 849.405 99,30

10 Dairi 139.401 139.689 279.090 99,79

11 Karo 193.397 196.194 389.591 98,57

12 Deli Serdang 1.021.189 1.008.119 2.029.308 101,30

13 Langkat 510.288 503.097 1.013.385 101,43

14 Nias Selatan 153.097 155.184 308.281 98,66 15 Humbang

Hasundutan

90.790 92.201 182.991 98,47

16 Pakpat Bharat 23.001 22.515 45.516 102,16

17 Samosir 61.406 62.383 123.789 98,43

18 Serdang Bedagai 305.513 303.178 608.691 100,77

19 Batu Bara 201.697 199.106 400.803 101,30

20 Padang Lawas Utara

126.793 125.796 252.589 100,79 21 Padang Lawas 129.289 128.714 258.003 100,45 22 Labuhanbatu

Selatan

160.080 153.804 313.884 104,08 23 Labuhanbatu

Utara

177.283 173.814 351.097 102.00

24 Nias Utara 66.306 67.591 133.897 98,10

25 Nias Barat 40.609 44.308 84.917 91,65

71 Sibolga 43.394 43.125 86.519 100,62

72 Tanjungbalai 84.197 82.815 167.012 101,67

73 Pematang siantar 120.597 126.814 247.411 95,10 74 Tebing Tinggi 77.509 79.306 156.915 97,73 75 Medan 1.091.937 1.118.687 2.210.624 97,61

76 Binjai 132.197 132.490 264.687 99,78

77 Padang Sidimpuan

102.184 107.612 209.796 94,96

78 Gunungsitoli 66.515 69.480 135.995 95,73

Sumatera Utara 6.954.552 6.983.245 13.937.79 99,59 Sumber: BPS Sumatera Utara 2016

(47)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki paling tertinggi terdapat di Medan yaitu sebesar 1.091.937 sedangkan jumlah laki-laki yang paling terkecil terdapat di Pakpa Bharat yaitu sebesar 23.001. Jumlah perempuan yang paling tertinggi di Medan yaitu sebesar 1.118.687 sedangkan yang paling terkecil jumlah perempuan di Pakpa Bharat yaitu sebesar 22.515. dan rasio jenis kelamin yang paling tertinggi terdapat di Pakpa Bharat yaitu sebesar 102,16 sedangkan yang paling terendah di Nias yaitu sebesar 94,95.

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pembahasan

Sapi merupakan salah satu jenis ternak yang sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai penyedia kebutuhan pangan hewani bagi masyarakat. Menurut Sujarwo (2012), Sapi adalah salah satu hewan pemakan rumput yang berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang kemudian diubah menjadi bahan bergizi tinggi dan diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Akhir dari suatu peternakan untuk sapi adalah menghasilkan karkas berkuantitas tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila mampu menghasilkan karkas sebesar 59 persen dari berat badan sehingga diperoleh 46,50 persen rencahan daging yang dapat dikonsumsi. Tidak semua bagian dari tubuh sapi bisa menjadi karkas dan dapat dikonsumsi manusia. Karkas merupakan bagian terpenting yang meliputi bagian tulang dan daging yang telah dipisahkan dari bagian kepala, kaki, kulit dan jeroan.

Ketersediaan daging sapi dipengaruhi oleh populasi ternak di suatu daerah.

Populasi sapi yang ada belum mampu memenuhi permintaan daging sapi, sehingga pemerintah membuat kebijakan dengan mengimpor sapi bakalan untuk meningkatkan jumlah populasi sapi dalam negeri.

(49)

Tabel 5.1 Jumlah Populasi Daging Sapi Di Provinsi Sumatera Utara 2010 - 2015

Tahun Populasi Sapi

2010 412.670

2011 541.698

2012 609.951

2013 523.277

2014 646.749

2015 666.496

Total 3.400.841

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2016

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat jumlah populasi dari tahun ke tahun meningkat tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 523.277

Adapun faktor -faktor yang mempengaruhi Impor sapi di Sumatera Utara, namun karena adanya keterbatasan data yang diperoleh maka data yang digunakan sebagai faktor -faktor yang mempengaruhi Impor sapi di Sumatera Utara adalah harga daging sapi dalam negeri, harga daging sapi impor, produksi daging sapi, jumlah penduduk dalam negeri.

5.2 Hasil Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi impor sapi di Provinsi Sumatera Utara adalah dengan menggunakan teknik analisis linear berganda dengan bantuan program SPSS 20.

Dalam model analisis regresi linear berganda yang menjadi variabel terikatnya

(50)

adalah harga daging sapi dalam negeri, harga daging sapi impor, produksi daging, jumlah penduduk. Sebelum dilakukan analisis regeresi linear berganda, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik

Analisis uji prasyarat dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sebagai salah satu syarat dalam menggunakan analisis regresi berganda yang terdiri atas:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006).

Berdasarkan uji normalitas, dari hasil pengujian diperoleh nilai Kolmogorov- Smirnov dengan nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 (p = 0,163 > 0,05).

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.

b) Uji Mulitikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tinggi diantara variabel bebas. Torelance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai toleransi rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.

Berdasarkan aturan variance inflation factor (VIF) dan tolerance, jika nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

(51)

Tabel 5.2 Uji multikolinearitas

Model Collinearity Statistic

Tolerance VIF

Constant

Harga daging dalam negeri Harga daging sapi impor

,119 ,639

8,394 1,570

Produksi daging dalam negeri ,247 4,053

Jumlah penduduk ,114 8,785

Berdasarkan pengujian multikolinearitas pada tabel 5.2, maka diperoleh nilai tolerance di atas 0.10 dan VIF di bawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai tolerance dan VIF dari masing-masing variabel, maka model regresi ini layak dipakai dalam pengujian.

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Uji ini dapat dianalisis melalui uji Glejser dengan melihat tingkat signifikansi, jika tingkat signifikansi berada di atas 0,05 maka model regresi ini bebas dari masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil pengujian, tingkat signifikansi berada di atas 0,05 dimana nilai signifikansi harga daging sapi domestik 0,134, harga daging sapi impor 0,539 produksi daging 0,788 dan jumlah penduduk sebesar 0,131 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas

(52)

2. Pengujian Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian terdapat empat variabel bebas, harga daging sapi dalam negeri, harga daging sapi impr, produksi daging dalam negeri, jumlah penduduk Dalam Negeri serta satu variabel terikat, yaitu Impor Sapi di Provinsi Sumatera Utara.

Untuk menguji ada tidaknya pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel terikat maka dilakukan pengujian model regresi dengan bantuan program SPSS 20.

Tabel 5.3

Hasil Analisis Model Regresi

Variabel Coefisien

Regresi

T Sig

Constanst -418189,740 -3,051 ,005

X1 = Harga daging domestik -0,806 -2,116 ,044 X2 = Harga daging impor 0,000 0,244 ,809

X3 = Produksi daging 0,013 1,661 ,109

X4 = Jumlah penduduk 0,037 3,106 ,005

R2 = 0,782 F = 0,000

Dari hasil uji SPSS 20 diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut : Y = -418189,740 - 0,806X1 + 0,000X2 + 0,013X3 + 0,037X4 +

Dimana :

Y = Impor sapi (Ekor/Tahun)

X1 = Harga daging sapi domestik (Rp/Kg) X2 = Harga daging sapi impor (Kg/Rp) X3 = Produksi daging (Ton)

X4 = Jumlah penduduk (Jiwa)

(53)

= Faktor kesalahan

Koefisien – koefisien pada persamaan regresi linear berganda pada tabel 5.3 dapat dipahami sebagai berikut:

a. Jika segala sesuatu variabel bebas dianggap konstan, maka nilai impor sapi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar -418189,740

b. Koefisien regresi X1 = - 0,806, artinya harga daging sapi dalam negeri memiliki arah hubungan yang berbanding lurus (searah) terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengandung arti bahwa setiap satu rupiah peningkatan harga daging dalam negeri akan meningkatkan impor sapi di sumatera utara sebesar - 0,806 Ekor.

c. Koefisien regresi X2 = 0,000, artinya harga daging impor memiliki arah hubungan yang berbanding terbalik (berlawanan) terhadap impor sapi diprovinsi sumatera utara. Hal ini mengandung arti bahwa setiap satu rupiah peningkatan harga daging impor akan menurunkan impor sapi di provinsi sumatera utara sebesar 0,000 Ekor.

c. Koefisien regresi X3 = 0,013, artinya produksi daging sapi dalam negeri memiliki arah hubungan yang berbanding terbalik (berlawanan) dengan impor sapi di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengandung arti bahwa setiap satu ton peningkatan produksi daging sapi akan menurunkan impor sapi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,013 Ekor.

d. Koefisien regresi X4 = 0,037, artinya jumlah penduduk dalam negeri memiliki arah hubungan yang berbanding lurus (searah) dengan impor sapi di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengandung arti bahwa setiap satu jiwa peningkatan

(54)

jumlah penduduk akan meningkatkan impor sapi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,037 Ekor.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji R Square, uji t dan uji F.

a) Koefisien Determinasi (R2)

Uji R Square dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel terikat. Dari hasil regresi pada Tabel 5.3 menunjukkan pengaruh variabel X yaitu harga daging dalam negeri, harga daging impor, produksi daging dalam negeri, jumlah penduduk dalam negeri terhadap impor sapi di Provinsi Sumatera Utara (Y) diperoleh nilai R2 sebesar 0,782 yang menunjukkan bahwa 78,2% dari variasi perubahan impor sapi di sumut mampu dijelaskan oleh variabel – variabel harga daging sapi dalam negeri (X1), harga daging sapi impor (X2) produksi daging sapi (X3), jumlah penduduk dalam negeri (X4) . Sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,1% dijelaskan oleh variabel–variabel lain yang belum dimasukkan dalam model sehingga R2 sebesar 0,782 dinyatakan bahwa model valid.

b) Uji Simultan (uji F)

Uji simultan ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara bersama–sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan pengujian statistik pada tabel 11diperoleh Fhitung > Ftabel (11,151 > 2,759) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 karena lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ha diterima dan Ho

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berisi tentang pengertian / pendapat dari setiap kata dan kalimat menurut para pakar yang berhubungan dengan masalah khususnya tiap kata yang termuat dari judul skripsi disertai

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan mencoba menjelaskan cara pembuatan Website Fashion Dengan Menggunakan PHP dan MySQL. Dengan memanfaatkan fasilitas internet sehingga

Air pemadam kebakaran yang terkontaminasi harus dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.. Tindakan

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pertanian melakukan kegiatan untuk mendukung peningkatan produksi singkong ini dengan memberikan bantuan benih unggul

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh