• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN JERUK DI PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN JERUK DI PROVINSI BENGKULU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN

(RODHP)

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN

JERUK DI PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

(2)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN

(RODHP)

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN

JERUK DI PROVINSI BENGKULU

Oleh :

Sri Suryani M.Rambe

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

(3)
(4)

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN

NOMOR : 26/1801.019.001/012/RODHP2/2015

1. JUDUL RDHP

: Pendampingan Pengembangan Kawasan

Pertanian Nasional

2. SUMBER DANA

:

DIPA BPTP Bengkulu tahun 2015

3. PROGRAM

:

Penciptaan teknologi dan varietas berdaya

saing

a. Komoditas : Jeruk

b. Bidang Riset : Terapan

c. Jenis Penelitian : Diseminasi d. Status Penelitian : Baru

4. JUDUL KEGIATAN

:

Pendampingan Pengembangan Kawasan

Jeruk di Provinsi Bengkulu

5. LOKASI PENELITIAN

: 4

Kabupaten

KATA KUNCI : pendampingan, kawasan jeruk, pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat

6. PENELITI YANG TERLIBAT:

 Peneliti: 1 orang , Penyuluh: 2 orang

 Administrasi: 1 orang

7. TUJUAN :

Tujuan Akhir:

1. Meningkatkan produksi tanaman jeruk 2. Meningkatkan kualitas buah/produk jeruk 3. Meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani Tujuan Tahun 2015 :

1. Meningkatkan produktivitas melalui penerapan inovasi teknologi produksi jeruk

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang Inovasi teknologi dan pasca panen jeruk

3. Meningkatkan kinerja kelembagaan petani dalam penyebaran inovasi teknologi

(5)

4. Mempercepat penyebaran inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk sebanyak 25%.

Tujuan Tahun 2016 :

1. Meningkatkan produksi dan kualitas jeruk pada kawasan pengembangan jeruk

2. Menumbuhkan simpul-simpul penunjang agribisnis 3. Mempersiapkan pusat edukasi lapangan agribisnis jeruk

4. Meningkatkan jumlah adopter dan tingkat penerapan inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk

8. LATAR BELAKANG :

Pengembangan kawasan hortikultura merupakan program hortikultura di tingkat nasional yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil komoditas hortikultura. Pendekatan pengembangan hortikultura dilakukan secara terpadu dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang

dikenal dengan 6 (enam) pilar pengembangan hortikultura, yaitu : 1) pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, 2) penataan manajemen

rantai pasokan, 3) penerapan budidaya pertanian yang baik (good agricultural practices/GAP) dan standard operating procedure (SOP), 4) fasilitasi terpadu investasi hortikultura, 5) pengembangan kelembagaan usaha, dan 6) peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor (BBP2TP, 2009). Semua program di atas dapat dilakukan melalui peningkatan daya saing dan dukungan inovasi di semua lini dari hulu ke hilir melalui sistem agribisnis. Dukungan inovasi perlu diberikan untuk mewujudkan pembangunan subsektor hortikultura yang tangguh guna menghadapi persaingan global. Integrasi inovasi ke dalam program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura merupakan dukungan yang bersifat strategis untuk mempercepat terwujudnya subsektor hortikultura yang berdaya saing. Dukungan inovasi ini diarahkan untuk mengembangkan komoditas unggulan dalam sistem agribisnis industrial dan berkelanjutan dengan berbasis pada sumberdaya lokal (Puslit Hortikultura, 2009a).

Salah satu komoditas hortikultura buah-buahan unggulan nasional adalah komoditas jeruk. Kebutuhan buah-buahan termasuk jeruk belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri. Produksi jeruk siam, jeruk keprok dan jeruk besar di

(6)

Indonesia sebesar 1.615.191 ton, sedangkan produksi jeruk di Provinsi Bengkulu baru mencapai 9.610,8 ton. Produksi jeruk dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang terlantar ataupun yang tidak produktif menjadi kawasan pengembangan jeruk.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan sektor pertanian, terutama pengembangan tanaman buah-buahan di lahan kering. Lahan yang berpotensi tersebut merupakan lahan sementara yang tidak diusahakan atau lahan terlantar maupun lahan-lahan perkebunan yang tidak produktif. Wilayah tersebut mempunyai agroklimat yang sesuai untuk pertanaman jeruk sehingga berpotensi untuk menjadi wilayah pengembangan jeruk.

Salah satu kunci keberhasilan dari program pengembangan kawasan jeruk adalah tingkat inovasi teknologi yang diterapkan oleh pelaku usaha dari hulu sampai ke hilir. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai hasil penelitian dalam bentuk paket teknologi yang dapat meningkatkan mutu dan produktivitas komoditas jeruk.

Untuk mendukung program tersebut diperlukan kegiatan diseminasi untuk mempercepat penyampaian inovasi teknologi jeruk. Pendampingan merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan dalam mendukung mensukseskan program strategis kementerian pertanian. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan. Melalui pengawalan/pendampingan kegiatan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diharapkan minimal dapat menggunakan 25% inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian (Hendayana et al., 2009).

9. DASAR PERTIMBANGAN :

Salah satu program pengembangan kawasan hortikultura nasional adalah pengembangan komoditas buah-buahan karena kebutuhan buah-buahan bagi masyarakat belum dapat dipenuhi dari produksi buah-buahan di Indonesia. Jeruk merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Bengkulu. Pengembangan kawasan jeruk dilaksanakan pada 4 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Permasalahan yang dihadapi yaitu produktivitas tanaman dan kualitas buah jeruk relatif masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena pengetahuan petani

(7)

dan petugas masih terbatas sehingga penerapan inovasi teknologi belum optimal. Inovasi teknologi untuk komoditas jeruk sudah tersedia. Inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian yaitu pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) yang terdiri dari lima komponen teknologi, yaitu: (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara konsisten, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun.

Untuk meningkatkan penerapan inovasi teknologi dalam rangka mendukung pengembangan kawasan jeruk di wilayah Bengkulu, perlu dilakukan kegiatan pendampingan.

10.PERKIRAAN KELUARAN Keluaran Akhir:

1. Peningkatan produksi tanaman jeruk 2. Peningkatan kualitas buah/produk jeruk

3. Peningkatan pendapatan/kesejahteraan petani Keluaran Tahun 2015 :

1. Peningkatan produktivitas melalui inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk

2. Peningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk

3. Peningkatan kinerja kelembagaan petani dalam penyebaran inovasi teknologi 4. Percepatan penyebaran inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk

sebanyak 25%.

Keluaran Tahun 2016 :

1. Peningkatan produksi dan kualitas jeruk pada kawasan pengembangan jeruk 2. Penumbuhan simpul-simpul penunjang agribisnis

3. Tersedianya pusat edukasi lapangan agribisnis jeruk

4. Peningkatan jumlah adopter dan tingkat penerapan inovasi teknologi produksi dan pasca panen jeruk

(8)

11. PROSEDUR PELAKSANAAN : 11.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan pendampingan direncanakan dilaksanakan selama 2 tahun mulai tahun 2015 s/d 2016 pada 4 kabupaten di Provinsi Bengkulu meliputi Kabupaten Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.

11.2. Pendekatan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan : 1) partisipatif; 2) on farm trial (spesifik lokasi); dan 3) spectrum diseminasi multi channel (SDMC)

11.3. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk dilakukan berdasarkan program pengembangan kawasan jeruk Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 dan 2016. Kegiatan pendampingan akan dilaksanakan di lokasi pengembangan kawasan jeruk pada 4 (empat) kabupaten yaitu di Kabupaten Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.

Ruang lingkup kegiatan pendampingan kawasan jeruk meliputi: 1) identifikasi potensi sumber daya/pemetaan pengembangan kawasan jeruk ; 2)

identifikasi kebutuhan pengawalan teknologi; 3) sosialisasi/apresiasi; 4) display/demfarm inovasi teknologi produksi/PTKJS; 5) penyusunan dan penyebarluasan bahan diseminasi/penyuluhan melalui SDMC, 6) pertemuan/temu lapang, 7) sebagai nara sumber dalam kegiatan program pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu.

Fokus kegiatan pendampingan pada tahun 2015 adalah pada kawasan pengembangan jeruk di Kabupaten Lebong, khususnya di Kecamatan Rimbo Pengadang. Kawasan pengembangan jeruk di Kabupaten Lebong sekitar 250 ha yang berada pada Kecamatan Rimbo Pengadang dan Kecamatan Topos. Umur pertanaman jeruk beragam (baru tanam hingga 9 tahun). Wilayah ini mempunyai ketinggian sekitar 800 s/d 900 m dpl. Tipe Iklim berdasarkan Schmidt dan Ferguson mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 2500- 4500 mm/tahun. Sebagai petani kooperator kegiatan display/demfarm Inovasi

(9)

teknologi produksi jeruk adalah petani jeruk yang tergabung dalam kelompok tani/gabungan kelompok tani di Kecamatan Rimbo Pengadang.

Kegiatan pendampingan pada 3 (tiga) kabupaten lainnya (Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah) sebagai nara sumber dalam kegiatan sosialisasi/pelatihan/pertemuan yang diselenggarakan oleh dinas/instansi terkait, swasta maupun kelembagaan petani.

11.4. Bahan yang digunakan

 Alat tulis kantor dan komputer suplies (kertas, pena, tinta dll)

 Sarana produksi dan pendukung lainnya untuk demplot (kompos, pupuk, pestisida, alat perangkap dll)

 Daftar pertanyaan/kuesioner sebagai alat bantu dalam melaksanakan wawancara

 Bahan diseminasi dan bahan pendukung lainnya (bahan cetakan berupa leaflet/brosur/buku panduan, VCD dll)

11.5. Tahapan pelaksanaan kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan pendampingan meliputi: a. Persiapan

 Desk study, penyusunan dan penyempurnaan RODHP dan juklak, pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya/kawasan pengembangan jeruk

 Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pendampingan (alat/bahan pendukung lainnya).

 Koordinasi internal dan eksternal (Dinas Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) dan dinas terkait lainnya).

b. Pelaksanaan:

 Identifikasi potensi sumberdaya dan pemetaan kawasan pengembangan jeruk di Provinsi Bengkulu dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dari dinas/instansi terkait (Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten, Badan Koordinasi Penyuluhan/BP4K, Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), Badan Pusat Statistik dan lain-lain)

(10)

 Identifikasi kebutuhan pendampingan teknologi untuk petani dilaksanakan melalui koordinasi dengan dinas/instansi terkait, pengurus gabungan kelompok tani (gapoktan)/kelompok tani (poktan) dan petugas lapang. Selain itu juga dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD).

 Sosialisasi/apresiasi hasil identifikasi kebutuhan pendampingan dilaksanakan untuk menyamakan persepsi dengan instansi terkait dan untuk membagi peran/distribusi kegiatan yang dibutuhkan dari instansi terkait dalam mendukung pelaksanaan kegiatan.

Peserta sosialisasi/apresiasi adalah stakeholder instansi terkait, pengusaha/swasta,camat, lurah, petugas lapang, tokoh masyarakat , petani kooperator dan KTNA.

 Implementasi program

1). Implementasi inovasi teknologi

- Pelaksanaan percontohan berupa display/demfarm inovasi teknologi produksi dilakukan pada pertanaman jeruk kelompok tani seluas 5 ha di Kecamatan Rimbo Pengadang. Inovasi teknologi produksi komoditas jeruk yang diimplementasikan adalah Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) yang terdiri dari lima komponen teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara konsisten, (4) memelihara tanaman secara optimal dan (5) konsolidasi pengelolaan kebun. Selain itu akan dilakukan demplot inovasi teknologi untuk pengendalian penyakit busuk pangkal batang/akar dan busuk batang (Diplodia).

- Bimbingan pelaku dalam penerapan inovasi teknologi tersebut 2) Implementasi kegiatan diseminasi

- Penyiapan bahan diseminasi dilaksanakan pada awal kegiatan dan akan disempurnakan setelah dilakukan identifikasi kebutuhan teknologi dalam pengembangan kawasan jeruk. Bahan diseminasi yang disiapkan berupa leaflet/brosur/buku saku, buku panduan, VCD, alat peraga dan lainnya. Materi diseminasi seperti konsep PTKJS, teknologi produksi, pemupukan

(11)

tanaman, pengendalian hama penyakit utama untuk tanaman jeruk dan jumlah bahan diseminasi yang dicetak akan disesuaikan dengan kebutuhan sesuai hasil identifikasi kebutuhan teknologi.

- Penyebarluasan bahan diseminasi dilakukan melalui SDMC yaitu menggunakan berbagai saluran (stakeholder, swasta/pedagang, gapoktan/poktan), menggunakan berbagai metode/media diseminasi (melalui media elektronik meliputi RRI/website/ pemutaran film/VCD dan media cetak meliputi buku/brosur/ leaflet). Sasaran penyebarluasan bahan diseminasi meliputi 4 (empat) kabupaten yang mempunyai program pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah.

- Temu lapang dilaksanakan pada lokasi display/demfarm inovasi teknologi produksi/PTKJS di Kecamatan Rimbo Pengadang dengan peserta petani jeruk di wilayah pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu. Temu Lapang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.

3). Implementasi inovasi kelembagaan

- Pemberdayaan kelembagaan berupa pertemuan kelompok tani/gapoktan untuk meningkatkan kinerja (fungsi dan peran) sebagai saluran untuk mempercepat transfer teknologi.

- Pembinaan dilakukan juga untuk memperkuat pusat edukasi lapang PTKJS dan agribisnis jeruk

- Pertemuan dilaksanakan setiap bulan

 Sebagai nara sumber (pertemuan/pelatihan/sosialisasi) dalam kegiatan pengembangan kawasan jeruk yang diselenggarakan dinas/instansi terkait, swasta maupun kelembagaan petani di tingkat provinsi dan kabupaten. c. Parameter yang diukur

 Produktivitas tanaman jeruk

 Tingkat pengetahuan dan keterampilan petani tentang inovasi teknologi produksi/PTKJS dan pasca panen jeruk

(12)

 Peningkatan aktivitas kelompok tani/gapoktan

 Target dan realisasi jumlah pengguna dan sasaran diseminasi serta saluran diseminasi eksisting dan yang didampingi BPTP Bengkulu

 Jumlah adopter yang menerapkan inovasi teknologi d. Pengumpulan data dan metode analisis

Untuk memperoleh data produktivitas tanaman jeruk digunakan metode observasi. Pengamatan dilakukan pada pertanaman jeruk di lokasi display/demfarm inovasi teknologi produksi/PTKJS di Kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong dan pertanaman jeruk di sekitarnya pada awal dan akhir kegiatan pendampingan. Untuk memperoleh data produktivitas jeruk di kabupaten lainnya akan dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan didukung dengan data primer hasil wawancara langsung dari petani jeruk.

Metode pre-test dan post-test dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan petani/petugas. Pengumpulan data untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan petani/petugas akan dilakukan sebelum dan sesaat setelah pelaksanaan diseminasi dilakukan pada seluruh peserta diseminasi (Hal ini dilaksanakan pada setiap kegiatan diseminasi yang dilakukan). Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani pada akhir kegiatan pendampingan (pengetahuan yang sebenarnya) dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

Untuk mengukur peningkatan kinerja kelembagaan petani digunakan metode before-after. Kinerja yang diukur meliputi keaktifan poktan/gapoktan serta jumlah unit-unit kegiatan pada poktan/gapoktan yang sudah berfungsi dalam mendukung pelaksanaan usahatani jeruk.

Untuk mengukur jumlah adopter teknologi dilakukan penyebaran kuesioner pada setiap kegiatan diseminasi yang dilakukan. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan tentang tahapan adopsi yang telah dilakukan oleh petani serta perannya dalam penyampaian teknologi kepada pengguna/petani.

Untuk mengukur percepatan penyebarluasan inovasi teknologi digunakan metode before-after. Jumlah kegiatan diseminasi, bahan diseminasi, saluran diseminasi dan sasaran diseminasi eksisting dibandingkan dengan jumlah kegiatan diseminasi yang didampingi BPTP Bengkulu melalui SDMC.

(13)

Data yang diperoleh akan dianalisis secara diskriptif. Selain itu juga akan dilakukan uji t untuk mengetahui signifikansinya.

e. Pelaporan

Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan dilakukan setiap bulan (Laporan Bulanan), pada pertengahan tahun (Laporan Tengah Tahun) dan akhir tahun (Laporan Akhir Tahun).

12. ANALISIS RESIKO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu. Dengan memahami resiko, penyebab, dan dampaknya maka dapat disusun cara penanganan resiko (Tabel 1 dan 2).

Tabel 1. Daftar resiko pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2015.

NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK

1. Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar

- Masing-masing SKPD menjalankan

tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi

- Program

pengembangan kawasan jeruk tidak berjalan optimal 2 Penyediaan bahan

diseminasi terlambat - Pencetakan bahan diseminasi terlambat - Pelaksanaan aplikasi inovasi teknologi tidak sesuai rekomendasi 3 Teknologi tidak sepenuhnya diadopsi petani - Teknologi yang diintroduksikan sulit diterapkan - Peningkatan produktivitas tidak optimal

(14)

Tabel 2. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2015

NO. RESIKO PENYEBAB PENANGANAN

1 Koordinasi antar SKPD pendukung kurang lancar

- Masing-masing SKPD menjalankan

tupoksinya sendiri dan belum terintegrasi

- Melakukan koordinasi lebih intensif

2 Penyediaan bahan

diseminasi terlambat - Pencetakan bahan diseminasi terlambat - Melakukan pencetakan di tempat lain 3 Teknologi tidak sepenuhnya diadopsi petani - Teknologi yang diintroduksikan sulit diterapkan - Melakukan modifikasi agar teknologi lebih mudah digunakan 13. ANGGARAN YANG DIALOKASIKAN

Rincian anggaran kegiatan Pendampingan pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu selama 1 tahun.

No. Mata Anggaran Volume Harga

Satuan Jumlah (Rp) 1 Belanja Bahan

Bahan pendampingan dan bahan pendukung lainnya 1 tahun 12.000.000 12.000.000 ATK, Komputer Suplies, fotocopy

dan pelaporan 1 paket 4.522.500 4.522.500

Penggandaan, penjilidan laporan 1 paket 2.125.000 2.125.000

Bahan diseminasi/penyuluhan 1 paket 3.500.000 3.500.000

Dokumentasi 1 paket 2.000.000 2.000.000

Konsumsi 175 OK 50.000 8.750.000

2 Honor output kegiatan

UHL 157 OH 35.000 5.495.000

Petugas lapang 47 OH 100.000 4.700.000

3 Belanja jasa Profesi

Narasumber/Pengarah 2 OJ 500.000 1.000.000

4 Belanja Perjalanan Lainnya Perjalanan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan

42.500.000

(15)

Rincian dana per triwulan

No. Mata Anggaran Triw 1 Triw 2 Triw 3 Triw 4 Jumlah

I Belanja Bahan 9.000.000 16.672.500 3.500.000 3.725.000 32.898.000

1 Bahan pendampingan dan bahan pendukung

lainnya 4.000.000 6.000.000 2.000.000 0 12.000.000

2 ATK, Komputer Suplies, fotocopy dan

pelaporan 2.500.000 2.022.500 0 0 4.522.500 3 Penggandaan, penjilidan laporan 0 900.00 0 1.225.000 2.125.000 4 Bahan diseminasi/penyuluhan 1.000.000 2.500.000 0 0 3.500.000 5 Dokumentasi 0 1.000.000 0 1.000.000 2.000.000 6 Konsumsi 1.00.000 4.250.000 1.500.000 1.500.000 8.750.000

II Honor output kegiatan 800.000 3.850.000 3.300.000 2.045.000 10.195.000

1 UHL 0 1.750.000 2.800.000 945.000 5.495.000

2 Petugas lapang 800 2100 500 1100 4.700.000

0

III Belanja jasa Profesi 0 500.000 500.000 0 1.000.000

Narasumber/Pengarah 500.000 500.000 0 1.000.000

IV Belanja Perjalanan Lainnya 11.680.000 9.490.000 13.140.000 8.190.000 42.500.000 Perjalanan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan 11.680.000 9.490.000 13.140.000 8.190.000 42.500.000

Total 21.680.000 30.512.500 20.440.000 13.960.000 86.592.500

(16)

14. RENCANA OPERASIONAL

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan:

Desk study x

Penyusunan RODHP dan

juklak x x

Koordinasi Internal x x

Koordinasi dengan instansi

terkait x x 2. Pelaksanaan: Identifikasi potensi sumber daya x Identifikasi kebutuhan teknologi x Sosialisasi/Apresiasi hasil identifikasi kebutuhan pendampingan dengan stakeholder x Pelaksanaan display/demfarm PTKJS x x x x x x x x Bimbingan teknis x x x x x x x Penyiapan bahan/materi diseminasi x x Penyebaran materi diseminasi melalui media cetak dan elektronik

x x x Pemberdayaan kelembagaan x x x x Pengumpulan data x x x x x Temu Lapang x 3. Pengolahan data x x x 4. Pelaporan -Bulanan x x x x x x x x x x x x -Tengah Tahun x -Akhir x x

(17)

15. DAFTAR PUSTAKA

Asaad, M., Warda, Sahardi. 2006. Kajian Keragaan Teknologi dan Dampak Serangan Penyakit CVPD pada Tanaman Jeruk Siam Malangke. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia Batu, 28 – 29 Juli 2005: hal.253-256.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

BPS. 2013. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Departemen Pertanian. 2011. Perkembangan produksi tanaman buah periode 2008 – 2012.hortikultura.deptan.go.id [12 Februari 2014]

Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan. 2013. Pengembangan kawasan hortikultura Buah-buahan di Kabupaten Lebong. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kabupaten Lebong. Provinsi Bengkulu.

Dwiastuti, M. E., A. Triwiratno, O. Endarto, S. Wuryantini, dan Yunimar. 2011. Panduan Teknis Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Pusat Penelitian Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Endarto, O., A. Supriyanto, S. Wuryantini, A. Triwiratno. 2006. Evaluasi Penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) pada Daerah Endemis CVPD (Evaluation on Integratied Management for Healthy Citrus Orchards (IMHCO) at CVPD Endemik. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Tropika Indonesia Batu, 28 – 29 Juli 2005:hal.277-295.

Hendayana, R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan Inovasi Pertanian.http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/ mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/[22 Juni 2011]

Ridwan, H.K., A. Ruswandi, Winarno, A. Muharam dan Hadiyanto. 2008. “Sifat inovasi dan aplikasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat”. Jurnal Hortikultura 18: 477-490.

Rambe, S.S.M.R. 2013. Identifikasi Masalah Teknologi Dan Kelembagaan Dalam Pengembangan Kawasan Jeruk Di Kabupaten Lebong. Prosiding Temu Teknis. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Rambe, S.S.M. dan K. Dinata. 2013. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Jeruk di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Prosiding Inovasi Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan Spesifik Lokasi Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Provinsi Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Bengkulu.

(18)

16. LEMBAR PENGESAHAN

Penanggung Jawab RODHP,

Ir. Sri Suryani M.R., M.Agr NIP.19630805 198703 2 007

MENYETUJUI: Penanggung Jawab RDHP,

Ir. Ahmad Damiri,M.Sc NIP.196309201992031 001

Ketua Kelji Sumberdaya,

Nurmegawati, SP NIP. 198011242008012010 MENGETAHUI:

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP.195902061986031002

(19)

Lampiran 1. Tim Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Jeruk di Provinsi Bengkulu Tahun 2015

No Anggota Peneliti/Gelar Penjab Kegiatan/ NIP Keahlian Bidang Fungsional Jenjang Alokasi waktu (%) 1 Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr 196308051987032007 Ilmu Tanah Penyuluh Pertanian

Madya 15

2 Ir. Ruswendi, MP 196103201989031003 Sosial Ekonomi Peternakan

Penyuluh Pertanian

Madya 10

3 Dr.Rudi Hartono, SP., MP 197304301999031001 Ekonomi Pertanian Peneliti Muda 10 4 Kusmea Dinata,SP 198310242011011007 Hama Penyakit

Tanaman

Peneliti

Pertama 10

Gambar

Tabel   1.  Daftar  resiko  pelaksanaan  kegiatan  pendampingan  pengembangan  kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2015
Tabel   2. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan  pengembangan kawasan jeruk di Provinsi Bengkulu tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Gedung IT Center Lt.3 Sayap

Ritual aruno lahitolo mananolmerupakan jenis pernikahan adat di Negeri Amahai, Maluku Tengah, artinya adalah prosesi sarung baju mananol yang dikenal masyarakat

Dari hasil pengujian didapat bahwa penggunaan blower sebagai supercharger elektrik dapat meningkat, peningkatan rata-rata pada torsi sebesar 0,686 Nm, daya sebesar 0,5631

anggaran, jika tujuan kelompok dengan kohesivitas yang tinggi tidak sesuai dengan tujuan manajemen organisasi maka hal tersebut dapat menimbulkan

Daripada gambar itu, dapat diperhatikan bentuk kelok pengambilan gas oksigen oleh molekul-molekul asam linoleat adalah hampir sama yaitu laju pengambilan oksigen

• Pembangkitan populasi awal dapat dilakukan dengan membangkitkan array float 2 Dimensi dengan. ukuran Npop×Nkrom, dimana Nkrom=N

Pada budidaya tanaman tanaman kopi, penggunaan bahan tanam yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan

Instrumen yang digunakan yaitu meteran dan luxmeter dengan teknik pengumpulan data observasi langsung mengenai kondisi lingkungan fisik (penerangan,