• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Jenis pekerjaan proyek Prima Signature Hotel yang dikerjakan pada tempat terbuka yang mudah terkena pengaruh cuaca yang dapat menjadi sumber timbulnya penyakit dan gangguan kesehatan sehingga dari sinilah timbul faktor kesehatan kerja bagi para pekerja konstruksi. Kehilangan tenaga kerja akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan, ini berarti akan merugikan semua pihak yang berkepentingan dengan proyek yaitu pemberi kerja, kontraktor dan tenaga kerja itu sendiri beserta keluarganya.

Usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri, Pengawas (kepala kelompok kerja), perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerja sama yang baik antara semua unsur-unsur tesebut mustahil keselamatan dan kesehatan kerja dapat diwujudkan secara maksimal.

2.2 Prinsip K-3 Proyek dan Sistim Manajemen

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 05 / PRT / M / 2014 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pengertian K-3 yaitu : 1. Secara K-3 dapat didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran dalam

menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan

(2)

budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

2. Secara keilmuan K-3 didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

a. Sifat pekerjaan. b. Cara kerja. c. Proses produksi.

3. Kelemahan sistim manajemen

Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan dari pucuk pimpinan terhadap peran pentingnya K-3 meliputi :

a. Sikap manajemen yang tidak memperhatikan K-3 di tempat kerja.

b. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggung jawab dan pelimpahan wewenang bidang K-3 secara jelas.

c. Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapan yang tidak tegas. d. Tidak adanya standar atau kode K-3 yang dapat diandalkan.

e. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadiaan yang kurang baik.

Kelemahan sistem manajemen ini mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penyebab kecelakaan, karena sistim manajemenlah yang mengatur unsur-unsur produksi. Sehingga sering dikatakan bahwa kecelakaan merupakan adanya kesalahan manajemen dalam sistem manajemen yang menjadi penyebab masalah proses produksi.

Sedangkan sistem manajemen adalah merupakan rangkaian proses kegiatan manajemen yang teratur dan integrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya telah tersirat dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan dan merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai yaitu :

(3)

1. Tujuan Umum

a. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat di wujudkan peningkatan produksi dan produktifitas kerja.

b. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja yang selalu dalam keadaan selamat dan sehat.

c. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.

2. Tujuan Khusus

a. Mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja.

b. Menciptakan mesin, instalasi, pesawat, alat bahan, dan hasil produksi. c. Menciptakan lingkungan kerja dan tempat kerja yang aman, nyaman,

sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.

2.3 Pengertian Sistim Manajemen K-3 Proyek

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2014 Sistem manajemen K-3 merupakan bagian dari sistim manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

2.3.1. Struktur Organisasi

Kecelakaan kerja juga diartikan sebagai kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses aktivitas kerja. (Bobby Rocky Kani, 2013). Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan ini disebut sebagai bahaya kerja.

(4)

Bahaya kerja ini bersifat potensial jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan bahaya. Jika kecelakaan telah terjadi, maka disebut sebagai bahaya nyata. Program K-3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui penyeragaman unsur-unsur program dengan memanfaatkan berbagai sumber yang ada ke dalam satu strategi K-3 antara lain :

1. Mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan kebijakan K-3. 2. Membina dan melaksanakan sarana K-3 baik untuk fasilitas produksi yaitu

pemesanan peralatan, cara kerja dan alat pelindung maupun untuk hasil produksi, sedikit-dikitnya didasarkan atas peraturan perundangan, akomodasi dan standar.

3. Pemeriksaan langsung tentang pelaksanaan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja guna pengenalan bahaya – bahaya potensial dalam produksi dan produk.

4. Prosedur penyelidikan dan analisa kecelakaan untuk menentukan sebab kecelakaan dan mendapatkan langkah - langkah keselamatan dan kesehatan yang disesuaikan.

5. Peralatan perlindungan harus disediakan guna perlindungandiri di lingkungan yang berbahaya.

6. Penelitian tentang perusahaan untuk pengenalan bahaya kesehatan potensial dan untuk mengambil langkah - langkah perlindungan yang sesuai.

7. Fasilitas dan jasa – jasa kesejahteraan untuk penyediaan air minum, tempat atau kantin untuk makan yang nyaman dan bersih serta kemungkinan untuk pemeriksaan medis dan pengobatan.

8. Sistim pertolongan pertama untuk pengobatan dari luka - luka dan kegiatan lain yang diperlukan.

9. Melaksanakan audit interial

Program K-3 sebagaimana tersebut diatas hendaknya dibuatkan suatu penjadwalan sesuai dengan urutan prioritas kerugian penggunaan sumber atau unsur-unsur manajemen yang tersedia dan sasaran / target yang hendak dicapai.

(5)

2.3.2 Perencanaan

Perencanaan adalah merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, maka harus dilakukan secara sistematis, terorganisir dan hasilnya harus dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang ada. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan K-3 sekurang-kurangnya ada empat hal yaitu :

1. Masalah-masalah K-3 yang dihadapi.

2. Program-program kegiatan harus nyata atau benar-benar ada dan arahan yang baik untuk pencapaian tujuan dan sasaran K-3.

3. Cara untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran K-3 dengan memperhatikan sumber-sumber daya, konsisten dan skala prioritas.

4. Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan dan sasaran K-3.

Langkah-langkah perencanaan yang perlu diperhatikan oleh setiap perencanaan disarankan sebagai berikut :

a. Perencanaan yang efektif dimulai dengan perincian tujuan sasaran K-3 secara lengkap dan jelas, karena tujuan dan sasaran yang tidak jelas akan sulit untuk dimengerti dan sulit untuk merencanakan program-program kegiatan.

b. Setelah tujuan dan sasaran K-3 diterapkan langkah berikutnya menentukan program-program kegiatan yang didasarkan pada kebijakan K-3. Kebijakan K-3 adalah suatu pedoman yang mengarahkan sekaligus membatasi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan K-3.

c. Menganalisa dan menetapkan cara dan sarana untuk melaksanakan program kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran K-3 berdasarkan kebijakan K-3 yang ditetapkan.

(6)

2.3.3 Tanggung Jawab

Pembagian tanggung jawab antara fungsi dan kaitannya dengan masalah K-3 juga dilakukan pembagian tanggung jawab menurut jenjang jabatan dalam organisasi. Tanggung jawab K-3 antara supervisor dan manajemen adalah tidak sama besar akan tetapi masing-masing pimpinan harus mempunyai ciri K-3 dalam kepemimpinannya. Tanggung jawab yang sangat strategis berada pada petugas pengawas K-3 karena petugas ini membawahi langsung para tenaga kerja dan berbagai jenis pekerjaan (Undang - undang Nomor 13 tahun 2003).

2.3.4 Pelaksanaan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 dalam pelaksanaan program kegiatan K-3 sebagaimana dituangkan dalam rencana dan program K-3, maka sangatlah mendasar fungsi organik manajemen yaitu menggerakan setiap tenaga kerja yang ada di proyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Kenyataan penggerakan ditetapkan dalam program kegiatan K-3 adalah : 1. Mendapatkan orang – orang yang mampu mengerjakan K-3.

2. Menyampaikan kepada seluruh orang yang terlibat dalam proses produksi tentang tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

3. Menjelaskan apa yang perlu dia lakukan dan bagaimana melaksanakannya kepada setiap orang yang telah menerima tanggung jawab K-3.

4. Memberikan tanggung jawab, tugas dan wewenang sesuai dengan jenjang jabatan dalam proyek.

5. Membangkitkan rasa percaya diri mengenai kemampuanya dalam pencapaian tujuan dan sarana K-3.

2.4 Monitoring dan Evaluasi K-3

Dalam mengukur dan mengevaluasi kinerja K-3 untuk menentukan tingkat keberhasilan serta menetapkan tindakan perbaikan yang diambil, Proyek dapat melakukan suatu inspeksi, audit internal SMK3 dan audit sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh badan audit independen.

(7)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2014 evaluasi penerapan dan monitoring ini merupakan alat yang berguna untuk:

1. Mengatasi keberhasilan dan mengevaluasi penerapan SMK3. 2. Melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

3. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3. Dan untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh maka beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat pengujian peralatan.

2.5 Ruang Lingkup Penerapan Sistim Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Persyaratan keselamatan kerja merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping biaya juga jadwal kerja, karena jika pada suatu proyek terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dan tidak diperkirakan misalnya kecelakaan pada pekerja dilapangan maka akan berhubungan langsung dengan biaya proyek sehingga dalam merencanakan anggaran perlu dicantumkan anggaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektifitas dan ekonomis maka harus meningkatkan kesadaran tenaga kerja konstruksi untuk menggunakan alat-alat keselamatan kerja dipelukan upaya yang terus menerus.

Dari sini kita perlu mengetahui bahwa lebih aman dan lebih murah mengurangi kecelakaan dengan menyiapkan alat perlindungan diri, maka perusahaan konstruksi wajib menyediakan alat perlindungan diri keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja diantaranya ada dua kategori yang luas mengenai alat perlindungan diri :

1. Alat perlindungan diri yang harus dipakai :

a. Pelindung kepala yaitu memakai helm pengaman.

b. Pelindung kaki yaitu memakai sepatu pengaman atau sepatu boot pengaman.

c. Pelindung kulit yaitu pakaian kerja yang cocok. 2. Alat pelindung diri untuk pekerjaan khusus :

a. Untuk tangan yaitu memakai sarung tangan pelindung.

(8)

c. Untuk mata yaitu tergantung kebutuhan, misalnya pada saat pengelasan harus memakai kacamata las.

d. Untuk mecegah jatuh dari ketinggian yaitu memakai tali pengaman. e. Untuk mencegah kebisingan yaitu memakai pelindung telinga.

Dalam konsep pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam proyek besar dan yang sudah mulai diterapkan, jumlah nilai pekerjaanya cukup besar sehingga resiko timbul kecelakaannya juga cukup besar, maka membentuk unit keselamatan dan kesehatan kerja pada kantor pusat perusahaanya dan harus dipimpin oleh orang yang mempunyai sertifikat. Selain itu juga ada langkah-langkah kedua dalam membenahi ketentuan pelaksanaanya antara lain   :

1. Setiap proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh kontaktor, maka kontraktor tersebut harus mengangkat satu orang yang khusus mengamati

keselamatan dan kesehatan kerja dan petugas ini pada saatnya harus mempunyai setifikat.

2. Pemilik proyek harus mengangkat pula seseorang yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja dan dinamakan sebagai “Safety

Construction Officer”. Dengan pola demikian maka kedua belah pihak

mempunyai tanggung jawab terhadap keberadaan tenaga kerja yang dipekerjakan sebagai unsur produksi.

3. Adanya petugas tersebut masih akan dilapis dengan keberadaan “Safety

Constrution Inspector” yang ditempatkan pada Kanwil Depertemen

Tenaga Kerja dan melakukan “sweeping” ke bebagai proyek tentang keberadaan petugas keselamatan dan kesehatan kerja di proyek.

2.6 Pola Pelaksanaan dan Pengawasan Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Proyek Prima Signature Hotel

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan kontruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. Agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat

(9)

kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat terselenggara secara optimal, maka diperlukan suatu pedoman pembinaan dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan.

2.6.1 Pola Pengawasan

Pola pengawasan hakekatnya dibagi menjadi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Rencana sebelum konstruksi

a. Perencanaan 1) Metode kerja 2) Urutan kerja

a) Penempatan peralatan dan bahan b) Pembersihan

3) Sarana keselamatan dan kesehatan kerja a) Peralatan keselamatan

b) Rambu-rambu pengaman c) Mandi cuci kakus

d) Tempat istirahat 4) Pelayanan kesehatan

a) Organisasi b) Pola evaluasi

i) Pemilik proyek harus mengusahakan agar persyaratan yang dituangkan pada dokumen lelang harus terurai dengan jelas, sedangkan kontraktor utama memeriksa dengan teliti sesuai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja.

ii) Pemilik proyek harus mengusahakan agar calon kontraktor utama adalah perusahaan yang mempuyai reputasi baik dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.

iii) Supaya calon kontraktor, termasuk sub kontraktor juga memberikan rencana pelaksanaannya dibidang keselamatan dan kesehatan kerja untuk dievaluasi.

(10)

2. Kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja pada fase konstruksi a. Pengamanan lokasi kerja.

Hal-hal yang pelu diperhatikan :

1) Apakah lahan yang akan digunakan tidak bermasalah, baik status tanah, pendekatan kepada masyarakat dan instansi setempat perlu pula dilakukan.

2) Tidak mencemari sumber air minum, drainase, lingkungan seperti polusi suara dan debu perlu diminimalkan.

b. Ada baiknya, melakukan selamatan dalam rangka memulai pekerjaan dengan mengundang pemuka masyarakat pengurus lingkungan dan para pekerja. Dengan tujuan semoga pada pelaksanaan tidak terdapat kesulitan. c. Alat atau sarana keselamatan dan kesehatan kerja

1) Perlengkapan perlindungan: pagar proyek, hooding pagar pengaman, pelat form, jaring pengaman.

2) Perlengkapan keselamatan diri: helm, sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu boot.

3) Perlengkapan kerja: masker hidung, kacamata las ,sarung tangankhusus. 4) Rambu-rambu atau petunjuk (sign board): daerah wajib, daerah

berbahaya, dilarang merokok, tanah longsor.

5) Disediakan tangga kerja, tangga darurat dan diberi pegangan (hand

ralling), diberi jaring pengaman pada ruangan yang terbuka (core lift).

6) Pintu keluar masuk diberi penerangan yang cukup.

7) Pencegahan kebakaran dan peledakan: menyiapkan alat pemadam api dan ditempatkan pada lokasi-lokasi rawan kebakaran yaitu genset, gudang material, lokasi saat pengelasan, pemotongan dengan alat potong listrik.

8) Mengadakan latihan pemadaman api baik menggunakan alat pemadam kebakaran maupun manual. Mengadakan secara rutin pemeriksaan

(11)

d. Pemeriksaan kesehatan

1) Melakukan kerjasama dengan puskesmas, rumah sakit umum setempat, berkaitan dengan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

2) Menyediakan tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) secukupnya dan ditempatkan pada daerah rawan kotoran.

3) Menyediakan bak sampah induk, bak sampah dilokasi tertentu, corong sampah agar sampah tidak berterbangan dan membersihkan sampah setiap hari dengan kendaraan truck untuk diangkut keluar proyek. 4) Mewajibkan penyediaan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

(P3K) dikantor.

5) Penyemprotan obat anti nyamuk secara berkala.

6) Melakukan kerja bakti dan olahraga bersama setiap 1 minggu sekali. e. Lingkungan kerja

Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari untuk menghindari kotoran yang menumpuk, para pelaksana dibantu mandor dalam pengawasan dan hasil pemantauan dilaporkan unit keselamatan dan kesehatan kerja proyek.

f. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dilayani oleh rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan medis bila terjadi gangguan kesehatan. Bila memungkinkan pada proyek yang cukup besar disiapkan klinik dilengkapi para medis.

g. Kerapian

1) Meletakan sesuatu pada tempatnya agar selalu terlihat rapi dan bersih, untuk diusahakan :

2) Melaksanakan pekerjaan dengan cermat, tertib, serasi dan bersih serta terasa aman.

3) Barang dan alat yang selesai dipakai dikembalikan ketempat semula. Pengangkatan barang dan material dengan menggunakan tower crane,

(12)

h. Fase penyerahan proyek

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang cukup rawan adalah masalah penyerahan proyek dimana penyerahan proyeknya diserahkan tahap demi tahap. Oleh sebab itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Supaya dibuat prosedur penyerahan yang baik dan dimengerti oleh semua pihak serta tata cara pekerjaan yang sudah diserahkan dibuat dengan jelas.

2) Diusahakan agar sistem ijin kerja dan pengawasan lalu lintas antara daerah yang sudah diserahkan dan yang masih dikerjakan oleh pemborong ditentukan batas jelas.

3) Supaya diadakan pertemuan berkala untuk memecahkan masalah dan diadakan pengarahan kembali prosedur alarm dan evakuasi.

i. Evaluasi

1) Evaluasi mingguan

Berupa pencatatan suatu kejadian yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu rapat (meeting) dilanjutkan inspeksi kelapangan.

2) Evaluasi bulanan

Berupa data statistik yang merekam kejadian-kejadian keselamatan dan kesehatan kerja setiap bukunya dengan data pembanding terhadap bulanan sesudahnya.

3) Untuk mengevaluasi kecelakaan kerja dapat digunakan penggolongan kecelakaan kerja, sebagai berikut :

a) Meninggal dunia b) Cacat permanen total c) Cacat permanen sebagian d) Tidak mampu bekerja sementara

(13)

2.6.2 Sistim Pengecekan (check list)

Setelah semua perencanaan dipahami maka seorang Safety construction

Engineer harus memahami masalah yang akan dilaksanakan baik teori

maupun pelaksanaan ketentuan keselamatan kerja, diantaranya yaitu: 1. Keamanan di tempat Kerja

a. Sebelum anda mulai bekerja berfikirlah beberapa detik mengenai cara yang aman untuk pelaksaan anda.

b. Jangan menduga-duga bila anda ragu mengenal cara pelaksanaan pekerjaan atau penggunaan yang aman dan benar meminta penjelasan dari atasan atau mandor.

c. Laporkan semua keadaan yang tidak aman menurut anda kepada Pembina Keselamatan Kerja.

d. Jangan biarkan adanya lubang tanpa pengamanan yang dapat menjebloskan seseorang kedalamnya.

e. Apabila anda mengangkat suatu beban terlalu berat bagi anda carilah bantuan.

f. Jangan bekerja ditempat tinggi jika anda merasa lemah dan pusing, serta jangan membuang puing dari tempat tinggi pastikan membuangnya masuk kedalam talang sampah.

g. Jangan bercanda atau mengganggu orang lain selagi bekerja.

Tangga

a. Harus menggunakan tangga aman.

b. Tambahkan dengan baik ujung atas dan bawah tangga tidak dapat tertambat dengan baik harus ada seseorang yang memegangi pada waktu digunakan.

c. Jangan menaruh ujung bawah tangga pada bahan yang mudah lepas dan jangan menyandarkan tangga pada bahan yang rapuh. 2. Pertolongan pertama

a. Gunakan kotak obat yaitu Pertolongan Pertama di kantor proyek apabila terluka, lecet, tergores dan luka kecil lainnya. Ingat bahwa luka yang kecil dapat menjadi radang.

(14)

b. Luka harus segera dirawat, minta tolong jika anda ragu. c. Anda harus tahu dimana obat disimpan.

3. Lantai kerja, jembatan kerja, dan tangga

a. Jaga agar pada semua lantai kerja dan jembatan kerja tidak terdapat kotoran, halangan dan bahaya terjatuh.

b. Jangan menyimpan bahan dilantai kerja ataupun di jembatan kerja. c. Pastikan bahwa lantai kerja dan jembatan kerja diberi pagar

pengaman dan pada tepi lantainya dipasang papan pengaman tepi. 4. Penanganan bahan

a. Apabila bahan harus ditumpuk, pastikan bahwa bahan ditumpuk diatas dasar yang kuat dan rata dengan tumpukan yang rapi. b. Apabila mengambil bahan dari tumpukan selalu mengambil yang

paling atas terlebih dahulu.

c. Jangan menumpuk bahan dekat tepi bangunan atau lubang lain dilantai apabila bahan tersebut mudah jatuh.

d. Waspadai arah gerak anda selagi mengangkat beban, waspadalah terhadap bahaya terjatuh.

e. Apabila mengangkut material kedalam bangunan melalui tepi lantai tidak dapat dihindari, pastikan dahulu bahwa ada pagar pengamannya dan gunakan sabuk pengaman anda.

f. Apabila membawa bahan yang sifatnya menghalangi, misalnya tulangan beton yang panjang pastikan bahwa tidak ada orang di jalur lintasan.

5. Alat pelindung

a. Sabuk pengaman, helm pengaman, pelindung mata, sarung tangan dan alat sejenis adalah untuk melindungi anda.

b. Sebelum memulai pekerjaan, dapatkanlah semua perlengkapan perlindungan yang perlu dari pengawas.

c. Pastikan bahwa alat pelindung yang anda pakai pas ukurannya dan terpasang baik serta keadaanya juga baik sebelum dipakai.

(15)

6. Perkakas dan Peralatan

a. Gunakan perkakas dengan cara yang aman jangan gunakan peralatan yang belum anda kenal.

b. Jangan mengoper perkakas dengan cara melemparnya.

c. Semua perkakas dapat menyebabkan cidera apabila disalah guanakan. Gunakan perkakas dengan hati-hati sesuai dengan tujuan penggunaannya.

d. Selalu mematikan listriknya setelah menggunakan peralatan listrik.

2.6.3 Aplikasi Pelaksanaan

Setelah dilakukan sistim pengecekan, maka seorang Safety Construction

Engineer harus memahami masalah aplikasi pelaksanaan yang mencakup

beberapa hal dan aplikasi pelaksanaan tersebut antara lain : 1. Keamanan lapangan

a. Apakah tanah dilapangan sudah dibersihkan dari segala rintangan yang tidak perlu dan telah dibuatkan parit sementara untuk pengeringan yang memadai.

b. Apakah bahan yang ditumpuk diatas tanah diletakkan ditempat-tempat yang benar dan keadaanya stabil sehingga mencegah berkembangbiaknya hama.

c. Apakah semua sampah kayu dan puing di tanah telah dibersihkan rapi untuk disingkirkan.

d. Apakah alat keselamatan kerja yang diperlukan dilapangan cukup jumlahnya dan baik keadaannya.

e. Apakah pekerja dan karyawan menggunakan alat keselamatan kerja dengan benar.

f. Apakah lapangan sudah dibersihkan dahulu dari segala rintangan dan puing-puing kering dan kalau malam penerangan cukup dan aman.

g. Apakah semua lubang dilantai yang dapat mengakibatkan orang jatuh kedalamnnya sudah diberi pagar atau penghalang yang kuat setinggi lebih dari 3 m.

(16)

h. Apakah perlindungan diatas kepala memadai dan dalam keadaan baik.

i. Apakah pemeriksaan peralatan mesin yang digunakan dilapangan sudah dilakukan menurut jadwalnya.

j. Apakah semua bahan yang ditumpuk diatas lantai disusun secara aman dan stabil serta jauh dari lubang lantai.

2. Perancah

a. Apakah landasan perancah masih baik dan terpasang stabil.

b. Apakah batang penyangga tegak lurus dan terletak pada garis arah yang benar.

c. Apakah batang-batang penyangga datar terpasang dengan benar. d. Apakah perancah diperkuat kesamping dan diikat ke struktur. e. Apakah ada kayu yang tidak terikat terletak diatas perancah. f. Sudahkah saya melakukan pengecekan setiap hari bahwa pekerja

dari segala bidang pertukangan tidak ada yang melepas ikatan atau penguat.

g. Apakah lantai kerja telah dipasang dengan aman.

h. Sudahkah saya melakukan pengecekan dan mengganti bagian yang cacat.

i. Sudahkah saya melakukan inspeksi mingguan dan mencatatnya dalam buku catatan.

3. Menara hoist (lift bahan atau orang) dan struktur lantai kerja. a. Apakah lantainya baik dan kokoh.

b. Apakah pagar pengaman dan papan pengaman tepi seluruh lantai kerja masih terpasang.

c. Apakah struktur lantai dalam keadaan baik.

d. Apakah menara hoist tegak lurus dan tidak melenceng.

e. Apakah hoist tersebut berada dalam keadaan dapat beroprasi dengan baik.

(17)

f. Apakah semua pagar pengaman dan papan pengaman tepi jembatan kerja yang menghubungkan lantai kerja dengan menara pada bangunan masih terpasang baik.

g. Apakah lantai kerja sudah bersih dari puing dan bahan.

4. Bekisting

a. Apakah tiang penyangga cukup kuat dan terpasang dengan baik. b. Apakah skur - skur terpasang sebagaimana mestinya baik ujung

atas maupun ujung bawah.

c. Apakah semua penguat horizontal dan diagonal terpasang baik. d. Apakah terdapat tanda-tanda terjadi lendutan.

2.7 Standar sistem managemen K3 berdasarkan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001:2007 dan International  Standardization Organization ISO 14001:2004

1. Pelaksanaan yang mengembangkan kebijakan ISO 14001:2004 dan menerapkan sistem OHSAS 18001:2007.

2. Keterangan ISO 14001:2004 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi, sedangkan OHSAS 18001:2007 memuat spesifikasi standart atau persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(18)

2.7.1 Ruang Lingkup

Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) adalah

Standart kesehatan dan keselamatan kerja dan menentukan persyaratan untuk kesehatan dan manajemen keselamatan sistem kerja, (occupational health and safety) agar organisasi bisa mengendalikan risiko kesehatan dan keselamatan

kerja (occupational health and safety) dan dapat meningkatkan

kinerjanya.Standard OHSAS berlaku untuk setiap organisasi yang ingin:

1. Membangun sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (occupational health and safety) untuk menghilangkan atau meminimalkan

resiko bagi pihak yang berkepentingan pribadi dan lain yang bisa terkena bahaya keselamatan dan ksehatan kerja (occupational health and safety) yang

terkait dengan aktivitasnya.

2. menerapkan, memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (occupational health and safety).

3. memastikan kesesuaian dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (occupational health and safety) yang ditetapkan.

4. menunjukkan kesesuaian dengan standard Occupational Health and Safety

Assessment Series (OHSAS) ini dengan standard:

a. membuat penentuan nasib sendiri dan deklarasi diri, atau

b. mencari konfirmasi kesesuaian oleh pihak yang memiliki kepentingan dalam organisasi, seperti pelanggan, atau

c. mencari sertifikasi / registrasi sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (occupational health and safety) oleh organisasi eksternal.

Semua persyaratan dalam Standard Occupational Health and Safety

Assessment Series (OHSAS) ini dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam sistem

manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (occupational health and safety).

Luasnya aplikasi akan tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja (occupational health and safety), sifat kegiatan

(19)

Standar Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) ini

dimaksudkan untuk mengatasi keselamatan dan kesehatan kerja, dan tidak dimaksudkan untuk menangani bidang-bidang keselamatan dan kesehatan lainnya seperti kesejahteraan karyawan / program kesehatan, keamanan produk, kerusakan properti, atau dampak lingkungan.

2.7.2 Publikasi referensi

Publikasi lain yang memberikan informasi atau bimbingan yang tercantum dalam daftar pustaka disarankan bahwa edisi terbaru seperti publikasi harus dikonsultasikan.

Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18002,

Sistem Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja , Pedoman

pelaksanaan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001.

Organisasi Perburuhan Internasional : 2001, Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2.8 Proyek Pembangunan Proyek PRIMA SIGNATURE HOTEL

Latar belakang dibangunnya Proyek PRIMA SIGNATURE HOTEL di kota Jakarta adalah untuk menambah daya tampung pengunjung dan pengguna layanan baik layanan inap maupun layanan ruang pertemuan. Hal ini dikaitkan dengan perkembangan kota yang cukup pesat, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dan lahan perkotaan yang semakin sempit dan mahal. Sehingga Pembangunan Proyek PRIMA SIGNATURE HOTEL dianggap sebagai salah satu dari beberapa pemecahan masalah yang ada.

PRIMA SIGNATURE HOTEL terletak di Jl. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

Di Jakarta banyak hotel yang berdiri dengan bangunan arsitektur yang modern dan menggunakan fasilitas – fasilitas yang modern. Terutama fasilitas kenyamanan dan keamanan. hotel ini terletak di daerah yang sangat strategis di Jakarta Sehingga kemungkinan perusahaan akan beralih ke lokasi tersebut dengan persaingan yang sangat ketat untuk menarik perhatian para pengusaha. Hotel ini

(20)

di bangun dengan struktur bangunan 10 lantai dan 2 basement. PRIMA

SIGNATURE HOTEL termasuk dapat dikategorikan hotel yang berbintang 3.

Hotel ini juga sangat nyaman untuk lahan parkir karena di dukung dengan fasilitas parking yang sangat luas dan terjaminnya keamanan para pengunjung. Banyaknya pengendara menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk bisa menikmati fasilitas parkir yang disediakan oleh management building, serta adanya fasilitas-fasilitas lain seperti tampat kebugaran, kantin, bank dan lain sebagainya sehingga memudahkan para karyawan dalam mendukung setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dan grafik pada danau diketahui setiap waktu pengamatan menunjukkan adanya kenaikan suhu hanya pada pukul 12.00 meningkatnya suhu tersebut

Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang

khususnya meliputi banyak faktor, antara lain: masih sulitnya akses bantuan hukum bagi masyarakat Sum Sel karena masih kurangnya pengetahuan mengenai bantuan

Selanjutnya dore bullion dikirim ke logam mulia di Jakarta untuk dilakukan pemurnian emas dan perak oleh PT ANTAM yang mana merupakan satu-satunya pemurnian emas dan perak di

 Contoh kalimat tanya tersamar dalam kehidupan sehari- hari  Santun dalam bertanya sesuai dengan situasi komunikasi  Santun dan lugas dalam bertanya sesuai dengan situasi

Mendorong pendidikan sebagai agenda perlindungan buruh migran Indonesia harus menjadi salah satu usulan perombakan total UU No.39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga

namun lebih dari 20% responden menyatakan tidak puas karena petugas tidak selalu memberikan informasi tentang makanan yang harus dihindari, padalah pasien menganggap hal

Berdasarkan kegiatan pengabdian yang telah berlangsung maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : (1) Kegiatan yang telah dilakukan adalah sosialisasi kegiatan,