• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan adalah suatu proses dinamis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar penduduk, antardaerah, dan antarsektor. Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan tingkat pengangguran. Oleh karena itu, prioritas pembangunan adalah menghapuskan kemiskinan (Wijayanti dan Wahono, 2005: 215). Kesejahteraan rakyat dapat terwujud apabila pembangunan mengarah ke perubahan struktur masyarakat. Perubahan diawali dari proses peningkatan produksi dan distribusi yang selanjutnya dapat membuka kesempatan kerja. Kesempatan kerja dapat menciptakan peningkatan dan tabungan yang selanjutnya dapat digunakan untuk pemupukan modal bagi perubahan teknologi. Perubahan teknologi ini pada gilirannya kembali akan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas (Murjana Yasa, 2008: 89). Program penanggulangan kemiskinan seharusnya dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan, hal ini didasarkan pada pengalaman-pengalaman penanggulangan kemiskinan di Indonesia, ternyata berbagai program yang telah dilaksanakan pemerintah, baik melalui program yang telah dilaksanakan pemerintah, baik melalui program sektoral, regional, maupun Program Instruksi Presiden (Inpres) belum

(2)

2

memberikan hasil yang memuaskan. Kondisi ini terlihat dari masih tingginya jumlah keluarga yang masuk dalam golongan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) dengan alasan ekonomi pada tahun 2003, yakni meliputi 3,30 persen dari total keluarga (BKBKS Badung, 2003).

Penyelenggaraan program Keluarga Berencana (KB) dan pembangunan keluarga sejahtera pada era otonomi daerah, khususnya di Kabupaten Badung lebih memusatkan perhatian pada visi pembangunan di Kabupaten Badung, sebagaimana telah ditetapkan Bupati dan Wakil Bupati Badung pada Program Kerja Awal Masa Bakti 2005-2010, yakni : “Melangkah Bersama Membangun Badung Berdasarkan Tri Hita Karana Menuju Masyarakat Adil, Sejahtera dan Ajeg”. Memperhatikan salah satu butir strategis pada visi tersebut, bahwa pada dasarnya Kabupataen Badung bertekad secara bersama-sama mengantarkan masyarakatnya menuju hidup sejahtera. Guna dapat memberikan arah dan tujuan terciptanya suatu kondisi masyarakat hidup sejahtera, maka penyelenggaraan program KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Badung menitikberatkan kepada pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Peningkatan kualitas keluarga sejahtera tersebut memposisikan kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mecapai keluarga sejahtera di masyarakat. Tujuan pembangunan nasional adalah tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berbagai hambatan pembangunan yang dialami pemerintah Badung,

(3)

3

baik yang disebabkan oleh pengaruh internal maupun eksternal seperti politik, sosial, ekonomi maupun faktor alam menyebabkan tujuan yang ingin dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari masih tingginya proporsi angka kemiskinan. Pada tahun 1996 keluarga miskin di Kabupaten Badung berjumlah sekitar 2,63 persen dari total penduduk Kabupaten Badung yang saat itu mencapai 286,923 orang.

Akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997 yang berawal dari efek berantai (contangion effect) ekonomi Thailand yang pada akhirnya menimbulkan krisis multidimensional sehingga jumlah angka kemiskinan di Kabupaten Badung kembali naik menjadi sekitar 3,27 persen dari total penduduk pada tahun 1999. Pada tahun 2003 kemiskinan naik lagi menjadi 5,31 persen dari total penduduk Kabupaten Badung saat ini atau sekitar 351.077 orang. Angka ini juga diprediksi mengalami peningkatan pada tahun 2006 mengingat berbagai bencana alam yang melanda Indonesia serta kebijakan menaikkan harga minyak yang justru meningkatkan kembali angka kemiskinan (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2002). Kemiskinan menurut Hendriawan (Sudira, 2004) merupakan permasalahan yang kompleks, karena tidak saja berkaitan dengan rendahnya pendapatan dan konsumsi, namun juga terkait erat dengan pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan keterbelakangan (backwardness), ketidakberdayaan (powerlessness), ketidakmampuan menyampaikan aspirasi (vicelessness), kerentanan, rendahnya akses pasar. Terbatasnya kemampuan konsumsi, serta pengangguran, yang seringkali menimbulkan gejolak sosial yang merembet pada

(4)

4

isu SARA dan berakhir justru pada kehancuran ekonomi itu sendiri. Kabupaten Badung yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata ternyata masih menghadapi masalah kemiskinan yang harus segera dientaskan oleh pemerintah daerah mengingat jumlah KS I ternyata masih cukup tinggi. Pada Tabel 1.1 ditampilkan data jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I di Kabupaten Badung Tahun 2005 – 2009.

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I di Kabupaten Badung Tahun 2005-2009 Tahun Jumlah KK KS I (KK) % 2005 87.870 4.026 - 2006 91.188 4.154 3,18 2007 93.323 4.123 (0,75) 2008 94.525 4.568 10,79 2009 96.888 3.928 (14,01)

Ket. : Kepala Keluarga (KK)

Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) Angka dalam kurung = minus

Sumber : BKBKS (Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera) Kabupaten Badung, 2009

Tabel 1.1 menunjukkan, bahwa dari tahun 2005-2009 jumlah KS I di Kabupaten Badung mengalami fluktuasi, tahun 2005 jumlah KS I sebesar 4.026 KK, tahun 2006 jumlah KS I mengalami peningkatan sebesar 3,18 %, hal ini menunjukkan kebijakan pemerintah pada tahun 2006 belum mampu mengurangi kemiskinan. Pada tahun 2007, kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan mulai menunjukkan perubahan yang sedikit membaik, hal ini terlihat dari jumlah KS I yang mengalami penurunan sebesar 0,75 %, namun keadaan itu tidak bertahan lama karena pada tahun 2008 jumlah KS I kembali mengalami peningkatan sebesar 10,79 %, hal ini menunjukkan, bahwa diperlukan program

(5)

5

kerja yang lebih serius untuk mengentaskan kemiskinan. Tetapi pada tahun 2009 jumlah KS I mengalami penurunan sebesar 640 KK (14,01 persen). Artinya kebijakan pemerintah pada tahun 2009 sudah mampu mengurangi kemiskinan rumah tangga di Kabupaten Badung.

Pembangunan di Kabupaten Badung selama ini ternyata sarat dengan ketimpangan baik ketimpangan sektoral, antar kecamatan, maupun antara desa/kelurahan. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pembangunan yang telah berjalan selama ini yang terfokus di wilayah Badung Selatan, khususnya Kuta. Karena itu hasil pembangunan di Kabupaten Badung sebagian besar dinikmati oleh penduduk di wilayah tersebut, sedangkan wilayah Badung Utara dan Badung Tengah seperti Abiansemal, Petang, dan Mengwi yang jauh lebih luas wilayahnya menikmati hasil pembangunan yang sangat terbatas. Implikasinya jumlah keluarga KS I yang tersebar di Badung ternyata lebih banyak di Kecamatan Abiansemal, Mengwi, dan Petang. Pada Tabel 1.2 terlihat data jumlah KS I menurut kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2009.

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga (KK) KS I KK % 1 Kuta Selatan 17.067 452 2,65 2 Kuta 8.992 115 1,28 3 Kuta Utara 14.791 273 1,85 4 Mengwi 25.701 1.007 3,92 5 Abiansemal 22.743 1.701 7,48 6 Petang 7.594 380 5,00 Badung 96.888 3.928 22,18

(6)

6

Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa jumlah KS I terbesar di Kabupaten Badung adalah Kecamatan Abiansemal, Petang dan Mengwi. Kecamatan lainnya seperti Kuta dan Kuta Utara merupakan daerah yang memiliki KS I relatif kecil.

Pemerintah Kabupaten Badung selama ini telah mengupayakan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan diantaranya adalah Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Program Subsidi Langsung Tunai (SLT), dan Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Program ini pada hakikatnya terkait dengan program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, khususnya di bidang ekonomi sehingga dengan ketahanan dan kemampuan ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan kesehatan, pendidikan, serta kemampuan tumbuh kembang anak. Program UPPKS dilaksanakan untuk peningkatan pemberdayaan keluarga dalam bidang ekonomi produktif yang dirintis oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) melalui pemberdayaan usaha mikro yang berfungsi menggerakkan roda ekonomi rumah tangga melalui pembelajaran ekonomi dengan cara menggugah minat peserta untuk berwiraswasta.

Program UPPKS dipilih sebagai objek penelitian karena program ini memiliki kekhususan yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui pemberdayaan wanita. Sebagaimana diketahui bahwa wanita dalam rumah tangga memiliki peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan. Karena itu program peningkatan kesejahteraan keluarga akan lebih cepat tercapai melalui pemberdayaan wanita dalam rumah tangga, dengan memberikan keterampilan

(7)

7

yang produktif dan mengendalikan jumlah anggota keluarga melalui program keluarga berencana, sebagaimana misi program UPPKS. Pembinaan program ekonomi produktif merupakan modal pembinaan dan fungsi ekonomi keluarga. Selain itu usaha kelompok ini memberikan wadah untuk mengembangkan semangat berusaha, mengorganisasikan usaha ekonomi produktif dan sebagai penyalur berbagai jenis kredit, seperti : dana bergulir, dana BUMN, Kukesra, Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU), Kukesra Mandiri dan jenis kredit lain yang terjangkau. Pada Tabel 1.3 ditampilkan data jumlah kelompok, anggota, dan bantuan dana perguliran program UPPKS menurut kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2009.

Tabel 1.3 Jumlah Kelompok, Anggota, dan Bantuan Dana Perguliran Program UPPKS Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Kelompok UPPKS Jumlah Anggota Kelompok UPPKS (KK) Jumlah Bantuan Dana Perguliran (Rp.) 1 Kuta Selatan 3 85 15,000,000.00 2 Kuta 2 30 10,000,000.00 3 Kuta Utara 6 86 30,000,000.00 4 Mengwi 5 81 25,000,000.00 5 Abiansemal 9 204 50,000,000.00 6 Petang 6 161 27,500,000.00 Badung 31 647 157,500,000.00

Sumber : BKBKS Kabupaten Badung, 2009

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah kelompok UPPKS yang menerima bantuan di Kabupaten Badung adalah 31 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 647 KK, dan menerima bantuan dana perguliran sebesar Rp. 157.500.000,00. Jumlah kelompok yang terbesar berada di Kecamatan Abiansemal yaitu sebanyak 9 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 204

(8)

8

KK, dan menerima bantuan dana perguliran sebesar Rp. 50.000.000,00 sedangkan jumlah kelompok yang terkecil berada di Kecamatan Kuta yaitu sebanyak 2 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 30 KK, dan menerima bantuan dana perguliran sebesar Rp. 10.000.000,00.

Menurut BKKBN Jakarta (1995 : 9), kegiatan yang telah dilakukan oleh BKKBN sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam pelaksanaan program UPPKS antara lain:

1) Memberikan bantuan fasilitas permodalan kepada kelompok meliputi dana bergulir, dana BUMN, Kukesra, Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU) dan Kuskesra Mandiri.

2) Pembinaan dan pengembangan usaha kelompok melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terlihat dalam kegiatan.

3) Pembinaan jaringan usaha bertujuan untuk meningkatkan akses anggota kelompok dengan berbagai pihak.

4) Pembinaan produksi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan pasar.

Dalam penanggulangan kemiskinan, instrumen-instrumen yang akan digunakan oleh pemerintah pusat dengan regulasi berupa pedoman teknis tentang standar pelayanan minimal, bantuan-bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin.

Upaya penanggulangan kemiskinan harus dilakukan komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan taraf hidup

(9)

9

masyarakat melalui program UPPKS yang telah diselenggarakan oleh BKKBN dengan tahapan awal melakukan pendataan terhadap Keluarga Sejahtera (KS). Pelaksanaan pendataan KS di Kabupaten Badung dilakukan setahun sebanyak satu kali, yang dibantu bersama-sama dengan masyarakat, dengan maksud agar informasi yang akan diperoleh lebih lengkap yaitu tentang kesejahteraan keluarga sehingga dengan mengetahui jumlah KS maka dapat diketahui pula tingkat kesejahteraan keluarga, sehingga akan mempermudah pemerintah dalam pengambilan kebijakan lebih lanjut yang tepat guna dan tepat waktu berdasarkan atas visi dan misi BKKBN. Salah satu kecamatan di Kabupaten Badung yang melaksanakan program UPPKS adalah Kecamatan Mengwi. Kecamatan Mengwi terdiri dari 20 desa/kelurahan dengan jumlah anggota sebanyak 784 KK yang hanya tersebar di tiga belas desa/kelurahan masing-masing (BKBKS Kabupaten Badung, 2009). Pada Tabel 1.4 terlihat data jumlah keluarga sejahtera yang mengikuti program UPPKS menurut desa/kelurahan di Kecamatan Mengwi Tahun 2009.

Berdasarkan Tabel 1.4 terlihat bahwa jumlah Keluarga Sejahtera (KS) terbesar yang mengikuti Program UPPKS terdapat pada Desa Mengwitani yakni sebanyak 313 KK. Sedangkan jumlah Keluarga Sejahtera (KS) terkecil yang mengikuti Program UPPKS terdapat pada Desa Penarungan yakni sebanyak 11 KK. Untuk Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) terbesar yang mengikuti Program UPPKS berada pada Kelurahan Kapal yakni sebanyak 15 KK. Sedangkan jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) terkecil yang mengikuti Program UPPKS

(10)

10

terdapat pada Desa Sobangan dan Desa Gulingan yakni masing-masing sebanyak 2 KK.

Tabel 1.4 Jumlah Keluarga Sejahtera (KS) yang Mengikuti Program UPPKS Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Mengwi

Tahun 2009 No Desa / Kelurahan Jumlah Kelompok UPPKS KS I KS II KS III Jumlah 1 Desa Kuwum 1 8 5 2 15 2 Desa Sembung 3 8 38 10 56

3 Desa Werdi Bhuwana 1 5 16 4 25

4 Desa Sobangan 2 2 35 10 47 5 Desa Baha 2 - 36 8 44 6 Desa Penarungan 1 - 9 2 11 7 Desa Gulingan 3 2 59 20 81 8 Desa Mengwi 1 4 56 11 71 9 Desa Mengwitani 5 12 194 107 313 10 Desa Kekeran 1 - 12 4 16 11 Kelurahan Kapal 1 15 4 1 20 12 Kelurahan Sading 4 - 48 19 67 13 Desa Buduk 1 - 14 4 18 Kecamatan Mengwi 26 56 526 202 784 Ket. : KS I (Keluarga Sejahtera Tahap I)

KS II (Keluarga Sejahtera Tahap II) KS III (Keluarga Sejahtera Tahap III) Sumber : BKBKS Kabupaten Badung, 2009

Kecamatan Mengwi menerima bantuan dana bergulir sebesar Rp. 25.000.000,00, dari ketiga belas desa/kelurahan yang mengikuti Program UPPKS tersebut hanya 5 desa/kelurahan yang mendapatkan bantuan dana bergulir, masing-masing kelompok mendapatkan dana sebesar Rp. 5.000.000,00 yaitu Desa Kuwum, Desa Werdi Bhuwana, Desa Penarungan, Kelurahan Kapal, dan Kelurahan Sading. Hal ini ditampilkan pada Tabel 1.5.

(11)

11

Tabel 1.5 Jumlah Kelompok, Anggota, Bantuan Dana Perguliran, dan Nama Kelompok UPPKS yang Menerima Bantuan Dana Bergulir Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Mengwi Tahun 2009

No Desa/Kelurahan Jumlah Kelompok UPPKS Jumlah Anggota Kelompok UPPKS (KK) Jumlah Bantuan Dana Perguliran (Rp) Nama Kelompok

1 Desa Kuwum 1 15 5,000,000.00 Mawar I

2 Desa Werdi Bhuwana 1 25 5,000,000.00 Darma Pertiwi 3 Desa Penarungan 1 11 5,000,000.00 Merta Rauh 4 Kelurahan Kapal 1 20 5,000,000.00 Yudistira 5 Kelurahan Sading 1 10 5,000,000.00 Sedana Mekar

Mengwi 5 81 25,000,000.00

Sumber : BKBKS Kabupaten Badung, 2009

Selama ini program UPPKS telah dilakukan monitoring dan evaluasi melalui departemen terkait dalam bentuk pengisian kartu profil, pengisian kartu stratifikasi kelompok UPPKS, baik di tingkat desa, kecamatan, maupun tingkat provinsi. Namun untuk memperbaiki dan mengembangkan kelompok UPPKS di masa mendatang sangat perlu dilakukan evaluasi secara mendalam untuk mengukur keberhasilan program maupun berbagai kendala pengembangannya, sehingga berdasarkan informasi yang lengkap dan mendalam ini akan dapat diperoleh masukan untuk pembuatan kebijakan selanjutnya.

Keberadaan program UPPKS di Kecamatan Mengwi hingga saat ini belum pernah dievaluasi secara mendalam tentang berbagai variabel sebagai ukuran keberhasilan program sesuai dengan tujuan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mengwi yang tujuannya adalah untuk mengetahui efektivitas dan dampak program UPPKS tersebut.

(12)

12

Berdasarkan uraian dan latar belakang, maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat efektivitas program UPPKS di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?

2. Bagaimanakah dampak dari program UPPKS terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?

3. Bagaimanakah dampak dari program UPPKS terhadap kesempatan kerja keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui tingkat efektivitas program UPPKS di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

2) Untuk mengetahui dampak program UPPKS terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

3) Untuk mengetahui dampak program UPPKS terhadap kesempatan kerja keluarga di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

(13)

13 1.2.2 Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat secara praktis maupun teoritis.

1) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pelaksanaan program UPPKS, pengelolaan dan pembinaan program, serta memberikan gambaran yang jelas tentang pengentasan kemiskinan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan pengukuran maupun evaluasi terhadap sebuah program yang telah dilaksanakan.

1.3 Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab yang merupakan satu kesatuan utuh dengan sistematika penyajian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Landasan teori, rumusan hipotesis, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dan mendukung pembahasan penelitian, diuraikan dalam Bab II.

(14)

14 BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Deskripsi hasil penelitian dan juga pembahasan hasil penelitian dari rumusan masalah diuraikan dalam Bab IV.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh.

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Keluarga Sejahtera Tahap I di Kabupaten  Badung Tahun 2005-2009  Tahun   Jumlah KK  KS I (KK)  %  2005  87.870  4.026  -  2006  91.188  4.154  3,18  2007  93.323  4.123  (0,75)  2008  94.525  4.568  10,79  2009  96.888  3.928
Tabel  1.2  Jumlah  dan  Persentase  Keluarga  Sejahtera  Tahap  I  (KS  I)  Menurut Kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2009
Tabel  1.3  Jumlah  Kelompok,  Anggota,  dan  Bantuan  Dana  Perguliran  Program  UPPKS  Menurut  Kecamatan  di  Kabupaten  Badung  Tahun 2009  No  Kecamatan  Jumlah  Kelompok  UPPKS  Jumlah Anggota  Kelompok UPPKS       (KK)  Jumlah Bantuan Dana Pergulira
Tabel 1.4 Jumlah Keluarga Sejahtera (KS) yang Mengikuti Program UPPKS  Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Mengwi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar kenyataan tersebut, langkah strategis guna melindungi dan memberikan treatment serta perhatian yang lebih terhadap kondisi pendidikan masyarakat miskin

"% Pada a>al <ulan <erikutn)a diam<il formulir pern)ataan piutang <aru se<an)ak 1 lem<ar dan selama kartu piutang de<itur )ang

Pembahasan dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media boneka tangan dan pengaruhnya terhadap media pembelajaran daring dan ekonomi masyarakat yang

 Disajikan seperangkat komputer di ruangan Lab.Komputer, ditayangkan beberapa contoh program aplikasi, peserta didik dapat menjelaskan berbagai kegunaan perangkat lunak

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 110 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin Dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan Dan

Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa Distro Mesin Hujan memiliki kekuatan yaitu merupakan Distro pertama yang mengusung tema seni kata-kata

Karena Allah hanya menciptakan langit dan bumi serta isinya dalam enam hari, sedangkan hadits-hadits dari Nabi saling menguatkan bahwa yang

Prinsip Konservati sme akuntansi Konservatisme akuntansi menunjukkan reaksi kehati-hatian perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa yang akan datang