i
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN
METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
PADA CV INTRAFOOD
OLEH:
FRISCA AVRILIYANI WIDODO 232011249
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena oleh anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, ide, dan berbagai dukungan lainnya kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Bapak Marwata, SE, M.Si. PhD selaku wali studi.
Ibu Supatmi, SE., M.Ak., Akt selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing,
membantu, dan memberikan masukan pada penulis.
Bapak Michael Na selaku General Manager CV. Intrafood yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di perusahaan.
Bapak Jumarno, Bapak Rahman, Bapak Gores, dan staff CV Intrafood yang bersedia
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan penelitian ini.
Mami, Papi, dan adikku Eldo yang selalu memberi semangat, inspirasi, nasehat dan doa
sehingga penulis dapat terus maju dalam menyelesaikan proses perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
Dany Gunawan yang selalu menemani, memberikan bantuan ide, masukan, semangat serta support selama proses perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.
Teman-teman seperjuangan dalam penulisan skripsi, Chintia dan Yezia yang juga menjadi
teman satu kos Dipo 71, serta Akhsa Meliana, terimakasih untuk semua kenangan kebersamaan, kebahagiaan, perhatian, bantuan ide, dan dukungan selama tiga tahun ini.
My beloved best friend, Livia Margarita yang juga sedang berjuang dalam penulisan
skripsi di Universitas Parahyangan Bandung, terimakasih untuk motivasi, bantuan ide, canda tawa yang diberikan kepada penulis selama ini.
Grup teman-teman SMA Ursulin Solo (Livia, Indah, Maya, Michelle, Sylvi, Stephanie Halim, Shin-Shin, Leo) yang selama ini juga turut membantu dalam memberikan
berbeda-v
beda.
Liyien, Vania Christie serta teman-teman satu angkatan FEB 2011 yang telah berjuang
bersama selama tiga tahun ini, terimakasih untuk kebersamaan, bantuan, kerja sama, dan semua kenangan.
Teman-teman remaja dan jemaat GKI PosJem Mojosongo Solo terimakasih atas doa dan
dukungan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semua teman dan pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, terima kasih atas dukungannya hingga sekarang ini.
Tuhan Yesus Memberkati.
Salatiga, Oktober 2014
vi
MOTTO
For I know the plans I have for you,” declares the L
ORD, “plans to prosper
you and not to harm you, plans to give you hope and a future.
(Jeremiah 29:11)
So do not fear, for I am with you;
do not be dismayed, for I am your God.
I will strengthen you and help you;
I will uphold you with my righteous right hand.
(Isaiah 41:10)
vii
ABSTRACT
Inventory cost efficiency will be achieved if the company has done supply controlling of proper raw material. This research applies the EOQ method on raw material inventory of ginger in CV Intrafood. Data which used in this research are interview and observation. Data source which used are the report of raw material purchase and the usage of raw material ginger on 2012 and 2013. The result of this research shows that purchasing of raw material using EOQ method makes the company knows the number of purchases of raw material which is the most economical. The purchasing frequency is smaller than without the EOQ, reorder point is bigger, also there is amount of safety stocks. Total inventory cost is smaller using EOQ method, so there are cost efficiencies of raw material.
Keywords: Inventory Control the Raw Material of Ginger, EOQ Method, Cost Efficiency
viii
SARIPATI
Efisiensi biaya persediaan akan tercapai apabila pihak perusahaan telah melakukan pengendaliaan persediaan bahan bakunya dengan tepat. Penelitian ini mengaplikasikan metode EOQ pada persediaan bahan baku jahe di CV Intrafood. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara dan observasi. Sumber data yang digunakan yaitu laporan pembelian dan penggunaan bahan baku jahe tahun 2012 dan 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan metode EOQ perusahaan mengetahui kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis. Frekuensi pembelian menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa EOQ, batas atau titik pemesanan bahan baku (reorder point) menjadi lebih besar, serta adanya safety stock pada perusahaan. Total biaya persediaan lebih sedikit dengan menggunakan metode EOQ, sehingga terdapat efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Kata kunci: Pengendalian Persediaan Bahan Baku Jahe, Metode EOQ, Efisiensi Biaya
ix
KATA PENGANTAR
Economic Order Quantity (EOQ) adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian. Dengan adanya metode EOQ, perusahaan akan mampu meminimalisasi terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan, sehingga efisiensi total biaya persediaan bahan baku dapat tercapai. Penelitian ini dilakukan di CV Intrafood dengan data persediaan bahan baku jahe tahun 2012-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan dampaknya terhadap efisiensi biaya bahan baku pada CV Intrafood. Skripsi ini diberi judul : “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada CV Intrafood”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana jenjang Strata 1 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis berharap akan ada yang dapat melengkapi penelitian ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat menjadi sumber referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Salatiga, 24 Oktober 2014
x DAFTAR ISI
Halaman Judul ...i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ...ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ...iii
Ucapan Terima Kasih ...iv
Halaman Motto ………...vi
Abstract ...vii
Saripati ...viii
Kata Pengantar ...ix
Daftar Isi ...x
Daftar Lampiran, Daftar Tabel, Daftar Bagan ...xi
PENDAHULUAN ...1
TINJAUAN PUSTAKA………..………...4
Pengendalian Persediaan Bahan Baku...4
Economic Order Quantity ...5
Efisiensi Biaya Bahan Baku ...7
METODE PENELITIAN...7
Objek Penelitian ...7
Jenis dan Sumber Data ...8
Teknik dan Langkah Analisis ...8
HASIL DAN PEMBAHASAN ...10
Gambaran Perusahaan ...10
Penentuan Jumlah Persediaan Optimal Dengan Menggunakan Metode EOQ ...15
Analisis Efisiensi Biaya Bahan Baku ……….20
PENUTUP………... ...22
Kesimpulan ...22
Implikasi Terapan …………...22
Keterbatasan Penelitian ………..23
Saran ………...23
DAFTAR PUSTAKA ... xii
LAMPIRAN ... xiv
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian………..………...…. xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Laporan Pembelian Bahan Baku Jahe Serta Pemakaian Bahan Baku Jahe Tahun 2012 – 2013 (dalam satuan kg)………. 12
Tabel 2. Biaya Pemesanan ……… 14
Tabel 3. Prosentase Biaya Simpan, Harga Per Unit, dan Biaya Penyimpanan …………. 15
Tabel 3.1 Rincian Biaya Penyimpanan……….. 15
Tabel 4. Perhitungan Bahan Baku Jahe Tahun 2012 - 2013 CV. Intrafood (Trend Garis Lurus)………. 16
Tabel 5. Penentuan Pembelian Bahan Baku Optimal………. 18
Tabel 6. Perhitungan Bahan Baku Optimal……… 18
Tabel 7. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Jahe………... 20
Tabel 8. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Tahun 2012-2013………….... 20
Tabel 9. Efisiensi Total Biaya Persediaan Bahan Baku Jahe………. 21
Tabel 10. Aplikasi Metode EOQ Pada CV Intrafood………. 22
DAFTAR BAGAN Bagan 1. Proses Pembelian Bahan Baku……… 11
1 PENDAHULUAN
Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba atau keuntungan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan perusahaan harus mampu untuk menangani faktor-faktor tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu mengenai masalah kelancaran produksi. Masalah produksi merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Apabila proses produksi berjalan dengan lancar maka tujuan perusahaan dapat tercapai, tetapi apabila proses produksi tidak berjalan dengan lancar maka tujuan perusahaan tidak akan tercapai. Sedangkan kelancaran proses produksi itu sendiri dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan baku yang akan diolah dalam produksi.
Bahan baku merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam perusahaan manufaktur. Menurut Assauri (2004: 170-172), bahan baku merupakan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi. Jika terjadi ketidaktepatan dalam proses pengendalian bahan baku, maka akan terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam perusahaan, maka dari itu penting bagi perusahaan untuk mengadakan pengawasan/pengendalian atas persediaan. Salah satu pengendalian yang penting adalah pengendalian persediaan bahan baku karena persediaan merupakan unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah yang kemudian dijual kembali (Rangkuti, 2007:3).
Kesalahan dalam penetapan jumlah persediaan bahan baku dalam perusahaan akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Apabila persediaan bahan baku terlalu besar, akan mempengaruhi jumlah biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang dibeli perusahaan. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain: biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan
2
(penerangan, pemanas, atau pendingin), biaya keusangan, biaya asuransi persediaan, biaya penanganan persediaan, dan sebagainya (Daljono, 2004: 36-37).
Begitu juga sebaliknya jika jumlah persediaan terlalu kecil, juga dapat menekan keuntungan perusahaan karena adanya biaya stock out yaitu biaya yang terjadi akibat perusahaan kehabisan persediaan yang meliputi hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan karena permintaan konsumen tidak terpenuhi dan biaya lembur karena produksi tidak berjalan efisien (Puspika dan Anita, 2013). Menghindari kekurangan bahan baku (out of stock) yaitu perusahaan berusaha selalu menyediakan barang bagi pelanggan atau pembeli atau bahan mentah untuk mendukung jalannya proses produksi agar tidak terganggu. Perusahaan harus bisa mengelola persediaan dengan baik agar dapat memiliki persediaan yang seoptimal mungkin demi kelancaran operasi perusahaan dalam jumlah, waktu, mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah rendahnya (Hanafi, 2005).
Untuk meminimumkan biaya persediaan dapat digunakan analisis Economic Order
Quantity (EOQ). EOQ adalah volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian (Prawirosentono, 2001:49). Model EOQ menghitung persediaan optimal dengan memasukkan biaya pemesanan dan penyimpanan. Perencanaan metode EOQ akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan karena adanya efisiensi persediaan bahan baku di dalam perusahaan tersebut.
Perusahaan juga perlu menentukan waktu pemesanan kembali bahan baku yang akan digunakan atau reorder point (ROP) agar pembelian bahan baku yang sudah ditetapkan dengan EOQ tidak mengganggu kelancaran proses produksi. Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah titik waktu di mana sebuah pesanan baru harus dilakukan. Hal ini merupakan fungsi EOQ, tenggang waktu, dan tingkat di mana persediaan hampir habis (Hansen dan Mowen 2005: 474). Adapun tenggang waktu (lead
time) adalah waktu yang diperlukan untuk menerima pesanan ekonomis setelah pesanan
dilakukan.
Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan akan menjadi efisien. Efisiensi dalam perusahaan meliputi evaluasi atas segala sumber daya yang telah dioperasikan dalam perusahaan (Renta, Djoko, Nurseto. 2013). Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melaksanakan pemesanan bahan baku perlu direncanakan secara matang dan dikendalikan sebaik-baiknya, karena dengan pengoptimalan dalam pemesanan bahan baku, maka efisiensi biaya bahan baku akan
3
tercapai.
CV Intrafood merupakan perusahaan minuman siap saji tradisional Indonesia yang berdiri pada tahun 1984. Jahe wangi, jahe susu, dan kopi jahe adalah beberapa produk minuman tradisional yang diproduksi oleh CV Intrafood. Dalam proses untuk memproduksi bahan jadi perusahaan menggunakan bahan baku utama jahe. Oleh sebab itu, perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan baku untuk kelancaran proses produksi.
Persediaan bahan baku utama pada CV Intrafood yang berupa jahe belum direncanakan dengan menggunakan metode penghitungan yang tepat, sehingga persediaan bahan baku yang ada di perusahaan menjadi kurang optimal dan proses produksi kurang berjalan dengan lancar. Pernah beberapa kali CV Intrafood tidak dapat melakukan produksi karena kosongnya bahan baku jahe dalam gudang, selain itu CV Intrafood juga pernah mengalami penumpukan persediaan yang berlebih yang menyebabkan kualitas jahe menjadi berkurang karena terjadi penyusutan. Hal ini terjadi karena selama ini CV Intrafood hanya mengandalkan pada perkiraan pembelian atau pemesanan bahan baku dari bulan-bulan sebelumnya dan dengan melihat posisi persediaan terakhir di gudang yang akhirnya mengakibatkan proses produksi kurang lancar. Pemesanan yang dilakukan berulang-ulang dengan jumlah sedikit akan menyebabkan tingginya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, kontrol terhadap persediaan masih lemah karena perusahaan belum menentukan titik pemesanan kembali (reoder point) dengan tepat, karena pemesanan dilakukan ketika jumlah persediaan sudah hampir habis atau sekitar 4.000 kg menurut perkiraan perusahaan.
Penelitian ini mencoba mengaplikasikan metode EOQ ke dalam proses pengendalian bahan baku pada CV Intrafood. Dengan menggunakan metode EOQ dapat diketahui jumlah pembelian yang optimal setiap kali melakukan pemesanan bahan. Oleh karena itu, perusahaan dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam melakukan pemesanan yang mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan yang ada di gudang. Biaya persediaan dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga efisiensi biaya bahan baku juga dapat tercapai, serta dapat meningkatkan laba dalam perusahaan karena jumlah pesanan konsumen dapat terpenuhi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis pengendalian persediaan baku dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan bagaimana
4
pengaruhnya terhadap efisiensi biaya bahan baku pada CV Intrafood. Penelitian ini hanya berfokus pada bahan baku jahe saja, karena jahe merupakan bahan baku utama pada CV Intrafood. Penelitian ini mengambil periode 2012 - 2013 karena datanya lebih terkini, sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk perusahaan dalam melakukan pengendalian bahan baku di periode selanjutnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan dampaknya terhadap efisiensi biaya bahan baku pada CV Intrafood. Maka dari itu, manfaat penelitian ini adalah untuk memberi gambaran mengenai pengendalian bahan baku yang optimal dengan menggunakan metode EOQ, sehingga dapat digunakan sebagai masukan ke pihak manajemen perusahaan dalam menentukan perencanaan produksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pengertian menurut PSAK (IAI 2007:14.1) mendefinisikan persediaan sebagai berikut :
Persediaan adalah aset :
1. tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal,
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dan,
3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Efisiensi biaya persediaan akan tercapai apabila pihak perusahaan telah melakukan pengendalian persediaan bahan bakunya dengan tepat. Salah satu cara mengendalikan persediaan bahan baku adalah dengan melakukan pembelian sesuai rencana produksi dengan perhitungan yang tepat agar tidak mengalami kekurangan dan kelebihan dalam persediaan bahan baku.
Ada 2 sistem yang umum dikenal dalam menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode menurut Assauri (2004: 173) yaitu:
a. Periodic System yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
b. Perpetual atau disebut juga Book Inventories yaitu dalam hal ini dibina catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi ari persediaan sebagai akibat dari pembelian
5
ataupun penjualan dicatat atau dilihat dalam kartu administrasi persediaannya. Bila metode ini yang dipakai maka perhitungan secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali yang biasanya dilakukan untuk keperluan counter cheking antara jumlah persediaan menurut fisik dengan menurut catatan dalam kartu administrasi persediaannya.
Apabila manajemen perusahaan telah mengetahui berapa besarnya bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan proses produk dalam suatu periode tersebut, maka jumlah bahan baku yang akan dibeli akan dapat ditemukan pula. Penentuan jumlah bahan baku yang akan dibeli ini akan didasarkan kepada jumlah kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi, dengan mengingat data tentang persediaan yang ada didalam perusahaan. Persediaan awal yang benar-benar ada didalam perusahaan tersebut serta rencana untuk persediaan akhir didalam perusahaan perlu untuk diperhitungkan besarnya masing-masing. Jumlah bahan yang akan dibeli oleh perusahaan yang bersangkutan ini akan sama dengan jumlah kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi, kemudian dikurangi dengan persediaan awal yang ada didalam perusahaan yang bersangkutan (Ahyari, 2003: 175).
Economic Order Quantity
Economic Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan ekonomis adalah sebuah contoh dari sistem persediaan yang bertujuan menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total biaya (Hansen dan Mowen, 2005: 473). Adapun Carter (2009: 314) dalam bukunya Akuntansi Biaya berpendapat bahwa Economical Order Quantity atau kuantitas pemesanan ekonomis adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan.
Metode EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang lebih baik. Perencanaan metode EOQ dalam suatu perusahaaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga tidak mengganggu proses produksi dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Gitosudarno (2002: 112), out of stock akan timbul apabila penggunaan bahan dasar dalam proses produksi lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian atau pemesanan yang berikutnya datang.
6
untuk dilakukan pada setiap kali pembelian atau biasa disebut dengan EOQ menurut Carter (2009: 315), adalah sebagai berikut:
EOQ =
Dimana :
EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis
RU = permintaan atau kebutuhan bahan baku per tahun
CO = biaya pemesanan atau pembelian per pesan atau per pembelian CU = harga bahan baku per unit (kg)
CC = persentase biaya penyimpanan per tahun
Rumus yang dipakai untuk menghitung berapa kali perusahaan melakukan
pemesanan atau frekuensi pemesanan menurut Carter (2009: 315) adalah sebagai berikut: Frekuensi Pembelian =
Dimana :
RU = kebutuhan bahan baku per tahun
EOQ = kuantitas pemesanan atau pembelian ekonomis
Model EOQ (Economic Order Quantity) di atas hanya dapat dibenarkan apabila asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi: (Petty et al., 2005: 278)
1. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic Order Quantity) mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya mungkin bervariasi dari hari ke hari.
2. Harga per unit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon kuantitas dapat ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi model awal, mendefinisikan kembali biaya total dan menentukan kuantitas pesanan yang optimal. 3. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan per unit mungkin bervariasi sangat besar
ketika besarnya persediaan meningkat.
4. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan asumsi dapat diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order Quantity) awal dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk harga per unit variabel.
7
5. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan kasus umum, maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi dengan cara memesan persediaan pengaman.
6. Pesanan yang independen, jika multi pesanan menghasilkan penghematan biaya dengan mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka model EOQ (Economic Order
Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.
Efisiensi Biaya Bahan Baku
Jenis biaya persediaan bahan baku menurut Zulfikarijah (2005) yaitu biaya pembelian, biaya pengadaan ( biaya pemesanan), biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan (stockout cost). Menurut Handoko (1999: 339) efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan menurut Renta, Djoko, Nurseto (2013) efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum dan menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha mencari cara-cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999: 147), elemen harga pokok bahan baku menurut standar akuntansi yang lazim adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh dan menempatkan bahan baku sampai dengan siap diolah. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini dilihat dari bagaimana cara pengendalian persediaan bahan baku yang benar dan tepat agar sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian biaya yang diperlukan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
Untuk menghitung efisiensi biaya bahan baku yang dicapai sebelum dan sesudah menggunakan metode analisis EOQ yaitu dengan menghitung selisih total biaya persediaan bahan baku (Annual Cost / AC) sebelum menggunakan metode EOQ (perhitungan perusahaan) dengan setelah menggunakan metode EOQ. Adapun untuk pengertian efisiensi total biaya persediaan itu sendiri adalah selisih antara metode perusahan dengan metode Economic Order Quantity.
METODE PENELITIAN Objek Penelitian
8
Dalam penelitian ini objek penelitian yang digunakan adalah salah satu perusahaan manufaktur yang ada di kota Solo yaitu CV. Intrafood yang terletak di Jl. Ir. Juanda 235. Beberapa produk yang di produksi antara lain: jahe wangi, susu jahe, dan kopi jahe.
Jenis dan Sumber Data
Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan mengamati proses dan prosedur yang berkaitan dengan pengendalian bahan baku di CV. Intrafood. Wawancara dalam penelitian ini yang dimaksudkan yaitu wawancara tentang kebijakan perusahaan dalam melakukan pemesanan bahan baku, sehingga jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa prosedur dan kebijakan perusahaan dalam melakukan pemesanan bahan baku, sedangkan data kuantitatif berupa data jumlah pembelian bahan baku. Dalam penelitian ini sumber data didapat dari kepala bagian pembelian yang mengelola semua data persediaan bahan baku. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari wawancara dan observasi sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dibutuhkan dalam penghitungan EOQ, antara lain: jumlah pemakaian bahan baku jahe selama tahun 2012 – 2013, biaya pemesanan atau pembelian per pesan, harga bahan baku per kg, biaya penyimpanan per tahun, lead time (tenggang waktu tunggu).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan pembelian dan penggunaan bahan bahan baku jahe tahun 2012 dan 2013.
Tehnik dan Langkah Analisis
Teknik dalam penelitian ini adalah deksriptif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan suatu keadaan objek atau peristiwa secara mendetail lalu menyimpulkan serta menganalisisnya.
Langkah analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah persediaan optimal dengan menggunakan metode EOQ
Dalam menentukan jumlah persediaan optimal dengan menggunakan metode EOQ dilakukan berbagai analisis, diantaranya:
a. Analisis Kebutuhan Bahan Baku
Dalam penelitian ini menggunakan metode Trend Projection. Teknik ini menyesuaikan dengan garis trend suatu rangkaian titik-titik data historis suatu perusahaan dan kemudian diproyeksikan dengan ramalan periode yang akan
9 datang.
Adapun bentuk persamaan garis linear menurut Ahyari (1995: 45) adalah: Ŷ = a + bX
Dimana :
Ŷ = Peramalan kebutuhan bahan baku a = Konstanta
b = Bilangan waktu untuk satuan waktu X = Satuan waktu
b. Analisis pembelian bahan baku
Untuk dapat menentukan jumlah pemesanan atau pembelian yang optimal tiap kali pemesanan perlu ada perhitungan kuantitas pembelian optimal yang ekonomis atau Economic Order Quantity (EOQ).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah EOQ menggunakan rumus sebagai berikut: (Carter, 2009: 315)
EOQ = Dimana :
EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis
RU = permintaan atau kebutuhan bahan baku per tahun CO = biaya pemesanan atau pembelian per pesan atau per
pembelian
CU = harga bahan baku per unit (kg)
CC = persentase biaya penyimpanan per tahun.
2. Menghitung jumlah frekuensi pembelian menggunakan rumus sebagai berikut: (Carter, 2009: 315)
Frekuensi Pembelian =
Dimana :
RU = kebutuhan bahan baku per tahun
EOQ = kuantitas pemesanan atau pembelian ekonomis c. Analisis total biaya persediaan bahan baku
Analisis ini untuk mengetahui berapa total persediaan yang terdiri dari biaya pembelian bahan baku, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Dalam
10
penelitian ini, hanya dilihat dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Adapun rumusnya adalah: (Carter, 2009: 315)
Total biaya p Titik pemesanan kembali (reorder point) bahan baku perlu ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan kembali bahan baku dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Menurut Carter (2009: 319), titik pemesanan kembali yang disebutnya sebagai reorder point adalah saat jumlah persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan pengaman. Menurut Hansen dan Mowen (2005: 470), reorder point adalah titik waktu di mana sebuah pesanan baru harus dilakukan (atau persiapan dimulai). Rumus untuk menghitung jumlah reorder point adalah sebagai berikut: (Hansen dan Mowen 2005: 475)
Safety Stock = Tenggang waktu x (Tingkat penggunaan bahan baku
maksimal – Tingkat rata-rata penggunaan bahan baku)
Reorder Point = (Tingkat rata-rata penggunaan bahan baku x Tenggang waktu)+ Persediaan pengaman (Safety Stock)
2. Menganalisis efisiensi bahan baku dengan membandingkan hasil perhitungan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ
Untuk memperoleh total biaya persediaan bahan baku yang efisien diperlukan adanya perbandingan dengan menghitung selisih hasil perhitungan total biaya persediaan (AC) sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ selama 2 tahun, yaitu tahun 2012 dan 2013. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penghematan total biaya persediaan bahan baku dalam perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Perusahaan
CV Intrafood merupakan perusahaan minuman siap saji tradisional Indonesia yang berdiri pada tahun 1984. Penggunaan Jahe sebagai bahan utama dalam produk Intrafood terinspirasi oleh resep Jawa kuno, dimana jahe sering digunakan sebagai bumbu untuk memberikan rasa dan aroma yang khas. Jahe juga sangat dikenal khasiatnya di bidang pengobatan. CV Intrafood tidak menggunakan zat pengawet, pewarna maupun pemanis buatan, sehingga produk-produknya aman untuk dikonsumsi. Intra Jahe Wangi merupakan produk unggulan CV Intrafood yang berupa minuman serbuk tradisional. Intra Jahe Wangi
11
tersedia dalam berbagai kemasan, antara lain: dus isi 5 sachets, dus 20 sachets, dan
economy pack 10 sachets.
Visi dari CV Intrafood adalah “Menjadi produsen produk jahe nomor satu di Indonesia”, sedangkan misinya adalah “Kami berkomitmen selalu menciptakan minuman tradisional yang nikmat dan mudah untuk dikonsumsi dimana saja dan kapan saja.” Saat ini, produk Intra Jahe Wangi telah di ekspor ke berbagai negara, antara lain: Singapura, Kanada, Australia, Jepang, Hongkong, Amerika, dan Belanda.
Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku jahe, CV Intrafood memiliki 10 supplier dari berbagai daerah di sekitar Jawa Tengah (antara lain: Magelang, Matesih, Wonogiri, dan Boyolali). Saat ini, CV Intrafood memiliki 2 karyawan di bagian gudang yang bertugas untuk memberi identitas jahe, menghitung jumlah stock, dan membersihkan gudang. Setiap hari CV Intrafood melakukan proses produksi, sehingga stock dihitung setiap hari untuk mengetahui jumlah bahan baku yang tersisa di gudang. Ketika bahan baku jahe di gudang akan habis, bagian gudang akan melapor ke bagian pembelian, kemudian bagian pembelian melakukan order ke salah satu supplier jahe dan membuat faktur permintaan pembelian. Lead time yang digunakan untuk menunggu hingga bahan baku jahe datang adalah 3 hari. Setelah bahan baku jahe datang, bagian penerimaan barang sekaligus sebagai bagian Quality Control akan mengecek kualitas jahe (tampilan, jenis, dan kadar cemaran atau banyak tidaknya tanah yang menempel pada jahe), kemudian ditimbang, dicatat pada laporan penerimaan barang, dan diletakkan dalam gudang. Bahan baku jahe diletakkan di atas alas yang disebut dengan palet, karena apabila langsung menempel pada lantai dan dinding akan beresiko terkena ngengat. Karung yang digunakan untuk menampung jahe harus yang berjaring supaya tidak gampang busuk dan keadaan jahe dapat terlihat dari luar.
Bagan 1. Proses pembelian bahan baku
Data jumlah persediaan awal, pembelian bahan baku, pemakaian bahan baku, serta persediaan bahan baku jahe selama tahun 2012 – 2013 dapat dilihat pada tabel 1.
mengecek Bahan datang Menimbang, Lapor Bagian Gudang Bagian Pembelian Lapor Suplier jahe Order Bagian Penerimaan Gudang Bagian Produksi Lapor
12 Tabel 1
Laporan Pembelian Bahan Baku Jahe Serta Pemakaian Bahan Baku Jahe Tahun 2012 – 2013 (dalam satuan kg)
Tahun 2012 Bulan Persediaan Awal Pembelian Total Persediaan Pemakaian Persediaan Akhir Januari 12.089,4 39.500,0 51.589,4 42.320,8 9.268,6 Februari 9.268,6 42.080,0 51.348,6 41.660,0 9.688,6 Maret 9.688,6 35.275,0 44.963,6 39.780,0 5.183,6 April 5.183,6 43.480,5 48.664,1 44.160,0 4.504,1 Mei 4.504,1 44.833,0 49.337,1 42.880,7 6.456,4 Juni 6.456,4 40.687,0 47.143,4 37.540,0 9.603,4 Juli 9.603,4 35.352,0 44.955,4 34.670,5 10.284,9 Agustus 10.284,9 39.068,5 49.353,4 43.060,9 6.292,5 September 6.292,5 40.692,0 46.984,5 38.450,0 8.534,5 Oktober 8.534,5 38.732,0 47.266,5 43.090,0 4.176,5 November 4.176,5 46.524,0 50.700,5 44.800,0 5.900,5 Desember 5.900,5 46.425,0 52.325,5 45.310,5 7.015,0 Jumlah Total 91.983,0 492.649,0 584.632,0 497.723,4 86.908,6 Rata - Rata 7.665,3 41.054,1 48.719,3 41.477,0 7.242,4 Tahun 2013 Bulan Persediaan Awal Pembelian Total Persediaan Pemakaian Persediaan Akhir Januari 7.015,0 45.183,0 52.198,0 44.649,0 7.549,0 Februari 7.549,0 43.413,0 50.962,0 46.524,4 4.437,6 Maret 4.437,6 47.573,0 52.010,6 47.827,0 4.183,6 April 4.183,6 49.377,0 53.560,6 49.583,0 3.977,6 Mei 3.977,6 49.124,0 53.101,6 47.792,0 5.309,6 Juni 5.309,6 47.133,1 52.442,7 46.340,1 6.102,6 Juli 6.102,6 46.155,0 52.257,6 43.616,0 8.641,6 Agustus 8.641,6 48.972,9 57.614,5 48.671,7 8.942,8 September 8.942,8 44.202,0 53.144,8 45.547,2 7.597,6 Oktober 7.597,6 45.044,0 52.641,6 44.088,4 8.553,2 November 8.553,2 50.145,0 58.698,2 50.850,0 7.848,2 Desember 7.848,2 50.496,0 58.344,2 50.461,7 7.882,5 Jumlah Total 80.158,4 566.818,0 646.976,4 565.950,5 81.025,9 Rata - Rata 6.679,9 47.234,8 53.914,7 47.162,5 6.752,2
13 Sumber: CV Intrafood, 2014
Dari tabel 1 tentang laporan pembelian bahan baku jahe serta pemakaian bahan baku jahe tahun 2012 – 2013 di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah total pemakaian dan pembelian bahan baku jahe dari tahun 2012 ke 2013. Jumlah pemesanan yang dilakukan tiap bulannya tidak teratur, yaitu dapat melebihi dari jumlah pemakaian dan juga kurang dari jumlah pemakaian. Seperti pada bulan Juli tahun 2012 terdapat persediaan awal sebesar 9.603,4 kg, jumlah pembelian sebesar 35.352 kg, jumlah pemakaian sebesar 34.670,5 kg, dan jumlah persediaan akhir sebesar 10.284,9 kg. Pada saat jumlah pemesanan bahan baku melebihi jumlah pemakaian dapat menyebabkan stock jahe terlalu banyak dan menumpuk di gudang, sehingga berakibat pada menurunnya kualitas jahe karena terjadinya penyusutan. Hal ini dapat terjadi karena CV Intrafood melaksanakan produksi tidak hanya berdasarkan pesanan dari konsumen. CV Intrafood melakukan produksi setiap harinya berdasarkan perkiraan sesuai dengan permintaan bulan sebelumnya atau ketika ada event tertentu, seperti musim hujan dan pengadaan program hadiah.
Pada tahun 2012 dan 2013, bulan November dan Desember memiliki permintaan yang paling besar dari konsumen, karena pada bulan ini merupakan musim hujan, sedangkan pada bulan April jumlah permintaan juga besar karena CV Intrafood mengadakan program hadiah. Program ini diadakan 1 tahun sekali dengan memberikan hadiah kepada konsumen apabila mencapai omzet pembelian produk Jahe Wangi sejumlah ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, konsumen akan meningkatkan jumlah pembelian untuk mencapai omzet sesuai ketentuan tersebut. Permintaan yang tinggi dari konsumen menyebabkan jumlah pembelian persediaan jahe menjadi tinggi.
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa manajemen persediaan pada CV Intrafood lebih bagus pada tahun 2013 dilihat dari rasio pemakaian bahan baku dengan total persediaan. Pada tahun 2012 pemakaian bahan baku sebesar 85% dari jumlah total persediaan dan persediaan akhir di gudang sebesar 15%, sedangkan tahun 2013 pemakaian bahan baku sebesar 87% dari jumlah total persediaan dan persediaan akhir sebesar 13%. Hal ini menunjukan bahwa bahan baku lebih banyak terpakai di tahun 2013, sehingga persediaan akhir yang tersimpan di gudang tidak terlalu banyak. Bahan baku yang ada digudang sebagian besar digunakan untuk proses produksi dan sebagian disimpan untuk
14
cadangan produksi berikutnya maupun sebagai cadangan apabila bahan baku jahe yang dipesan tidak datang tepat waktu.
CV Intrafood memerlukan biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan baku baku jahe yang turut diperhitungkan didalam penentuan besarnya persediaan bahan baku jahe tersebut. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka digunakan data biaya persediaan yaitu:
1. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan bahan baku jahe pada CV. Intrafood terdiri dari biaya pembuatan faktur permintaan pembelian, biaya bongkar bahan, dan biaya telepon. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada bagian pembelian, biaya pembuatan faktur permintaan berupa kertas faktur pembelian, pesanan pembelian, dan laporan penerimaan bahan. Biaya bongkar bahan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar kuli gendong yang mengangkut bahan baku jahe dari truk sampai ke gudang. Biaya telepon untuk menelpon supplier dalam melakukan pemesanan bahan baku jahe. Berikut ini rincian biaya pemesanan dalam setahun pada tahun 2012 dan 2013, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Biaya Pemesanan
No Jenis Biaya Tahun
2012 2013 1. Biaya pembuatan faktur permintaan
pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan
330.000 385.000
2. Biaya bongkar bahan 480.000 560.000
3. Biaya telepon 730.000 851.000
Jumlah 1.540.000 1.796.000
Sumber: CV Intrafood, 2014 2. Biaya Penyimpanan
Besarnya biaya penyimpanan bahan baku jahe selama 1 tahun yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan perkiraan masa lampau sejak tahun 2010 yaitu sebesar 10% dari total harga bahan baku yang di simpan dalam gudang. Biaya penyimpanan meliputi biaya pemeliharaan bahan seperti: exhouse fan untuk menjaga kelembaban jahe didalam gudang dan palet sebagai alas jahe supaya tidak cepat rusak, serta biaya
15
penyusutan jahe. Biaya penyusutan jahe merupakan menurunnya kualitas jahe karena disimpan dalam gudang dalam kurun waktu tertentu. Data tentang biaya penyimpanan dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 3.1 mengenai data rincian biaya penyimpanan.
Tabel 3
Prosentase Biaya Simpan, Harga Per Unit, dan Biaya Penyimpanan
Tahun % Biaya Simpan Rata-rata Harga Per Kg (Rp) Biaya Penyimpanan
2012 10% 11.500 1.150
2013 10% 9.000 900
Sumber: CV Intrafood, 2014
Tabel 3.1
Rincian Biaya Penyimpanan
Jenis Biaya 2012 2013
Listrik (exhouse fan) Rp 575.000 Rp 514.150
Palet Rp 80.000 Rp 50.000
Penyusutan Rp 1.078.000 Rp 846.200
Total per bulan Rp 1.733.000 Rp 1.410.350 Total per tahun Rp 20.796.000 Rp 16.924.200
Sumber: CV Intrafood, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 biaya penyimpanan menjadi lebih sedikit daripada tahun 2012, hal ini disebabkan karena harga bahan baku jahe mengalami penurunan di tahun 2013. Selain itu, persediaan akhir di gudang lebih banyak di tahun 2012, sehingga biaya listrik dan palet lebih besar di tahun 2012.
Penentuan jumlah persediaan optimal dengan menggunakan metode EOQ
a. Analisis Kebutuhan Bahan Baku
Untuk mengetahui kebutuhan bahan baku pada bulan pertama tahun 2014 menggunakan metode trend projection, dengan rumus sebagai berikut: (Ahyari 1995: 45)
Ŷ = a + bX Dimana:
Ŷ = peramalan kebutuhan bahan baku
a = rata-rata penggunaan bahan baku selama tahun 2012 sampai 2013 b = bilangan waktu untuk satuan waktu
16
Data tentang penggunaan bahan baku selama tahun 2012 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Perhitungan Bahan Baku Jahe Tahun 2012 - 2013 CV. Intrafood (Trend Garis Lurus) No Bulan Y X XY X2 1 Januari 42.320,8 -23 -973.378,4 529 2 Februari 41.660,0 -21 -874.860,0 441 3 Maret 39.780,0 -19 -755.820,0 361 4 April 44.160,0 -17 -750.720,0 289 5 Mei 42.880,7 -15 -643.210,5 225 6 Juni 37.540,0 -13 -488.020,0 169 7 Juli 34.670,5 -11 -381.375,5 121 8 Agustus 43.060,9 -9 -387.548,1 81 9 September 38.450,0 -7 -269.150,0 49 10 Oktober 43.090,0 -5 -215.450,0 25 11 November 44.800,0 -3 -134.400,0 9 12 Desember 45.310,5 -1 -45.310,5 1 13 Januari 44.649,0 1 44.649,0 1 14 Februari 46.524,4 3 139.573,2 9 15 Maret 47.827,0 5 239.135,0 25 16 April 49.583,0 7 347.081,0 49 17 Mei 47.792,0 9 430.128,0 81 18 Juni 46.340,1 11 509.741,1 121 19 Juli 43.616,0 13 567.008,0 169 20 Agustus 48.671,7 15 730.075,5 225 21 September 45.547,2 17 774.302,4 289 22 Oktober 44.088,4 19 837.679,6 361 23 November 50.850,0 21 1.067.850,0 441 24 Desember 50.461,7 23 1.160.619,1 529 Jumlah 1.063.673,9 0 928.598,9 4.600 Rata-rata 44.319,7
Sumber: Data diolah, 2014
a = 44.319,7 b = 201,86
X = 25 (bulan ke-25 yaitu Januari 2014) Ŷ = a + bX
17 = 49.366,2 kg
Jadi, peramalan bahan baku untuk bulan ke 25 (Januari 2014) adalah sebesar 49.366,2 kg.
b. Analisis pembelian bahan baku
Dalam menentukan pembelian bahan baku yang optimal, dibutuhkan data mengenai jumlah permintaan atau kebutuhan bahan baku per tahun (RU), biaya pemesanan (CO), harga bahan baku per kg (CU), persentase biaya penyimpanan (CC), tenggang waktu (lead time), penggunaan bahan baku maksimum, dan rata-rata penggunaan bahan baku dapat dilihat pada tabel 5.
c. Analisis total biaya persediaan bahan baku
Jumlah total biaya persediaan bahan baku (AC) dapat diketahui setelah menghitung besarnya EOQ dan frekuensi pembelian. Data mengenai perhitungan-perhitungan tersebut serta perthitungan safety stock dan reorder
18 Tabel 5
Penentuan Pembelian Bahan Baku Optimal
RU = permintaan atau kebutuhan bahan baku per tahun
CO = biaya pemesanan atau pembelian per pesan atau per pembelian CU = harga bahan baku per unit (kg)
CC = persentase biaya penyimpanan per tahun.
Sumber: Data diolah, 2014
Tabel 6
Perhitungan Bahan Baku Optimal
EOQ = kuantitas pemesanan atau pembelian ekonomis
AC = total biaya persediaan bahan baku
Sumber: Data diolah, 2014
Tahun RU CO CU CC Lead Time
(hari)
Penggunaan Bahan Baku Maksimum
Rata-rata Penggunan Bahan Baku 2012 497.723,4 1.540.000 11.500 10% 3 45.310,5 41.477,0 2013 565.950,5 1.796.000 9.000 10% 3 50.850,0 47.162,5 Tahun EOQ = Frekuensi Pembelian AC = Safety Stock
= Tenggang waktu x (Tingkat penggunaan bahan baku maksimal – Tingkat rata-rata penggunaan bahan baku)
Reorder Point
= (Tingkat rata-rata penggunaan bahan baku x Tenggang
waktu)+ Persediaan pengaman (Safety Stock)
2012 36.510,73 14 kali Rp 41.987.334,79 383,37 4.531,05
19
Berdasarkan tabel 5 dan 6 di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan harga jahe dari tahun 2012 sebesar Rp 11.500 menjadi sebesar Rp 9.000 pada tahun 2013, dan terjadi peningkatan jumlah permintaan konsumen dari tahun 2012 ke 2013. Sehingga, jumlah penggunaan bahan baku maksimum dan rata-rata penggunaan bahan baku menjadi meningkat. Jumlah pembelian ekonomis (EOQ) mengalami kenaikan dari 36.510,73 kg menjadi 47.526,53 kg, hal ini disebabkan karena pada tahun 2013 jumlah kebutuhan bahan baku meningkat dan harga bahan baku per kg menurun. Frekuensi pembelian mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar 14 kali menjadi 12 kali. Penurunan jumlah frekuensi pembelian dan kenaikan jumlah EOQ di tahun 2013 berarti bahwa tahun 2013 lebih bagus daripada tahun 2012, karena dengan meminimalisasi jumlah frekuensi pembelian dapat menghemat biaya pemesanan. Besarnya total biaya persediaan bahan baku jahe (AC) pada tahun 2013 naik menjadi Rp 42.773.879,60, sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp 41.987.334,79. Kenaikan AC disebabkan oleh kebutuhan bahan baku (RU) dan biaya pemesanan (CO) meningkat di tahun 2013. Safety stock pada tahun 2012 lebih tinggi daripada tahun 2013 karena selisih tingkat penggunaan bahan baku maksimal dengan tingkat rata-rata penggunaan bahan baku pada tahun 2012 lebih besar daripada selisih pada tahun 2013. Dengan demikian, tahun 2013 lebih baik daripada tahun 2012, karena perusahaan tidak menyimpan bahan baku dalam jumlah besar yang akan meningkatkan biaya penyimpanan. Reorder point pada tahun 2013 lebih tinggi daripada tahun 2012, hal ini menandakan bahwa tahun 2013 lebih baik karena untuk memenuhi permintaan bahan baku yang lebih besar daripada tahun 2012, maka jumlah bahan baku yang harus tersedia sampai bahan datang lebih besar.
Dengan menggunakan metode EOQ, maka manajemen persediaan pada CV Intrafood menjadi lebih baik di tahun 2012 dan 2013. Jumlah frekuensi pembelian di tahun 2012 dan 2013 lebih kecil daripada yang selama ini dilakukan oleh CV Intrafood. Dalam setahun, CV Intrafood dapat melakukan pemesanan pembelian persediaan bahan baku jahe sebanyak 30 hingga 35 kali. Keputusan pembelian bahan baku yang selama ini dilakukan CV Intrafood yaitu melakukan pembelian bahan baku secara berkali-kali dalam jumlah kecil, karena perusahaan tidak ingin berisiko membeli bahan baku dengan jumlah besar yang menyebabkan bahan baku menjadi menumpuk di gudang. Hal ini menjadi kurang efisien karena dalam setiap pembelian bahan baku, ada biaya yang melekat pada bahan baku tersebut yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Jadi semakin sering frekuensi pemesanan bahan baku dilakukan perusahaan, semakin tinggi biaya persediaan
20
yang harus ditanggung perusahaan. Data mengenai perbandingan biaya persediaan bahan baku jahe menggunakan metode EOQ dengan yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7
Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Jahe
Macam-macam biaya
Perhitungan dengan model EOQ Perhitungan oleh CV Intrafood
2012 2013 2012 2013
Frekuensi
pembelian 14 kali 12 kali 30 kali 34 kali
Biaya Pemesanan Rp 615.996 Rp 739.522 Rp 1.540.000 Rp 1.796.000 Biaya
Penyimpanan Rp 20.796.000 Rp 16.924.200 Rp 20.796.000 Rp 16.924.200
Sumber: Data diolah, 2014
Analisis efisiensi biaya bahan baku
Untuk mengetahui besarnya efisiensi biaya bahan baku, yang pertama dilakukan adalah dengan menghitung besarnya AC (total biaya persediaan bahan baku) perusahaan. Dalam menghitung total biaya persediaan bahan baku, perusahaan menggunakan perhitungan sebagai berikut: (persediaan rata–rata 1 tahun x biaya simpan) + biaya pesan dalam 1 tahun. Perhitungan total biaya persediaan bahan baku jahe menurut perusahaan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Tahun 2012-2013
Tahun Total Biaya Persediaan Bahan Baku 2012 AC = (41.477,0 x 1.150) + 1.540.000
= Rp 49.238.550
2013 AC = (47.162,5 x 900) + 1.796.000 = Rp 44.242.250
Sumber: Data diolah, 2014
Kemudian membandingkan total biaya persediaan sebelum dan sesudah menggunakan metode EOQ. Untuk mengetahui perbandingan total biaya persediaan bahan baku menurut EOQ dengan total persediaan bahan baku yang dijalankan perusahaan dan
21
efisiensi yang dihasilkan selama periode tahun 2012 - 2013 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9
Efisiensi Total Biaya Persediaan Bahan Baku Jahe
Tahun AC menurut perusahaan
AC menurut EOQ Efisiensi 2012 Rp 49.238.550 Rp 41.987.334,79 Rp 7.251.215,21 2013 Rp 44.242.250 Rp 42.773.879,60 Rp 1.468.370,40
Sumber: Data diolah, 2014
Dari tabel 9 di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 tingkat efisiensi biaya persediaan bahan baku jahe yang dapat diperoleh perusahaan apabila menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp7.251.215,21. Hasil ini diperoleh dari selisih perhitungan total biaya persediaan menurut perusahaan dengan total biaya persediaan menurut EOQ. Sedangkan pada tahun 2013 tingkat efisiensi biaya persediaan bahan baku jahe yang dapat diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp1.468.370,40.
Total biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan total biaya persediaan bahan baku yang dihitung menurut EOQ, karena frekuensi pembelian bahan baku yang tinggi dengan jumlah pembelian yang kecil, sehingga perusahaan mengeluarkan biaya yang besar untuk biaya pesan dan biaya penyimpanan. CV Intrafood memilih untuk membeli dengan jumlah sedikit secara berkali-kali dengan alasan bahwa perusahaan tidak ingin berisiko membeli bahan baku dengan jumlah yang besar, karena pernah terjadi ketika perusahaan memesan dalam jumlah banyak ternyata permintaan konsumen sedikit, sehingga persediaan menjadi menumpuk di gudang dan menyebabkan penyusutan bahan baku dan kualitas bahan baku menjadi kurang bagus. Hal ini terjadi karena perusahaan hanya menggunakan perkiraan ketika memesan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa EOQ dapat meningkatkan efisiensi bahan baku dalam persediaan, karena ketika jumlah pembelian yang optimal diketahui, maka dapat mengurangi besarnya biaya pesan dan biaya penyimpanan yang timbul dari banyaknya persediaan yang menumpuk atau kurangnya persediaan.
Berdasarkan hasil analisis efisiensi biaya persediaan bahan baku di atas, CV Intrafood dapat melakukan efisiensi terhadap biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ, sehingga perusahaan dapat mengalokasikan anggaran persediaan yang berlebih untuk keperluan lainnya.
22 PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai efisiensi biaya persediaan bahan baku jahe dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah metode EOQ diaplikasikan pada CV Intrafood di tahun 2012 dan 2013, diketemukan bahwa kuantitas pembelian bahan baku jahe yang optimal pada tahun 2012 adalah sebesar 36.510,73 kg, sedangkan pada tahun 2013 pembelian yang optimal adalah sebesar 47.526,53 kg. Frekuensi pembelian bahan baku menjadi lebih kecil, batas atau titik pemesanan bahan baku (reorder point) menjadi lebih besar, serta adanya safety stock pada perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 10
Aplikasi Metode EOQ Pada CV Intrafood
Aplikasi Metode EOQ
Perhitungan dengan model EOQ Perhitungan oleh CV Intrafood
2012 2013 2012 2013
Kuantitas
Pembelian 36.510,73 kg 47.526,53 kg 16.400 kg 16.700 kg Frekuensi
Pembelian 14 kali 12 kali 30 kali 34 kali
Safety Stock 383,37 kg 368,76 kg - -
Reorder Point 4.531,05 kg 5.085 kg 4.000 kg 4.000 kg Sumber: Data diolah, 2014
2. Total biaya persediaan bahan baku jahe yang dihitung menggunakan metode EOQ lebih sedikit dibandingkan yang dikeluarkan oleh CV Intrafood, sehingga diperoleh efisiensi biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 7.251.215,21 (14,7%) pada tahun 2012 dan Rp 1.468.370,40 (3,32%) pada tahun 2013.
Implikasi Terapan
23
dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat diketahui kuntitas pembelian bahan baku jahe yang optimal serta efisiensi total biaya persediaan bahan baku. Implikasi terapan dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi pihak manajemen CV Intrafood kedepannya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode EOQ dalam melakukan pembelian persediaan bahan baku jahe, karena dengan metode EOQ, perusahaan dapat melakukan pembelian yang optimal dengan biaya yang lebih kecil. Sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan biaya persediaan dan penghematan yang diperoleh dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain.
2. Perusahaan sebaiknya menentukan besarnya persediaan pengaman (safety stock) dan pemesanan kembali (reorder point), karena dengan adanya penentuan safety
stock dapat mencegah terjadinya kekurangan bahan baku dan adanya reorder point
dapat menentukan waktu yang tepat dalam pembeliaan bahan baku sehingga tidak terjadi kekosongan persediaan bahan baku di gudang. Dengan demikian, proses produksi dapat berjalan lancar.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Data yang diperoleh hanya dari wawancara, tidak ada verifikasi langsung dengan bagian gudang yang berkaitan langsung dengan proses persediaan bahan baku jahe. 2. Asumsi yang digunakan dalam metode EOQ antara lain: permintaan konstan, harga per unit konstan, biaya pemesanan konstan, pengiriman seketika, dan pesanan yang independen. Sehingga apabila salah satu asumsi tidak terpenuhi, maka metode EOQ tidak dapat diterapkan.
Saran
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yaitu data yang diperoleh sebaiknya juga diverifikasi oleh bagian yang berkaitan langsung dengan proses persediaan, seperti melihat laporan keuangan biaya-biaya yang terkait dengan penghitungan metode EOQ.
xii DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 1995. Efisiensi Persedian Bahan. Yogyakarta: BPFE.
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi Buku Satu. Yogyakarta: BPFE.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep, dan Strategi). Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Carter, William K. 2006. Akuntansi Biaya. Krista (pen.). 2009. Jakarta: Salemba Empat.
Daljono. 2004. Akuntansi Biaya. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitosudarmo, Indrio. 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE .
Hanafi, Halim, 2005. Akuntansi dan Perbankan. PT. Raja Grafindo
Handoko, T. Hani, 1999. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Hansen, Don R. dan Maryanne Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen Buku 2. Fitriasari, Dewi dan Deny Arnos Kwary (pen). 2005. Jakarta: Erlangga.
Hidayanto, Taufik. (2007). “Analisis Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Pendekatan Model EOQ dan JIT/EOQ”. Jurnal Teknologi Industri. Vol. XI, No. 4, hal.315–322.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Per September 2007, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal 14.1.
Keown Arthur J., Martin John D., Petty J. William and Scott David F., 2005, IFinancial
Management : Principles and Applications, 10th ed., Pearson Prentice Hall, New Jersey.
xiii
Prawirosentono, Sujadi. 2001. Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus. Jakarta: Bumi Aksara.
Puspika, J. dan Anita, D. (2013) “Inventory Control dan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi Roti Pada Pabrik Roti Bobo Pekanbaru”. Jurnal Ekonomi. Vol. 21, No. 3, 3 September 2013.
Rangkuti, Freddy. 2007. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Renta, N., Djoko, H. dan Nurseto, S.(2013) “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rokok Pada PT. Gentong Gotri Semarang Guna Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan”. Diponegoro Journal of Social and Politic Vol. 2, No. 1, Januari 2013.
Robyanto, C.B., Antara, M. dan Dewi, R.K. (2013) “Analisis Persediaan Bahan Baku Tebu pada Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Situbondo, Jawa Timur”. Jurnal Agrobisnis dan Agrowisata.
Sulastiningsih dan Zulkifli. 1999. Akuntansi Biaya Dilengkapi dengan Isu-Isu
Kontemporer. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Zulfikarijah, Fien (2005). Manajemen Persediaan. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
xii LAMPIRAN
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Frisca Avriliyani Widodo Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 18 April, 1993 Agama : Kristen
Alamat : Jl Jaya Wijaya 90, Mojosongo, Solo Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. 1999 – 2005 : SD Marsudirini Surakarta 2. 2005 – 2008 : SMP PL Bintang Laut Surakarta 3. 2008 – 2011 : SMA Regina Pacis Ursulin Surakarta 4. 2011 – 2014 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
PENGALAMAN PANITIA / KERJA :
1. 2012 : Panitia Retret “Giving With Love” 2. 2012 – 2013 : Guru Les Matematika dan Akuntansi 3. 2013 – sekarang : Guru Sekolah Minggu