• Tidak ada hasil yang ditemukan

Page i. KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Page i. KATA PENGANTAR"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan “Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan” dapat diselesaikan. Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap UPT Pemasyarakatan terutama yang terdampak langsung dengan bencana. Pengalaman membuktikan bahwa pada saat terjadi bencana, UPT Pemasyarakatan tidak dapat berbuat apa-apa dan masing masing UPT Pemasyarakatan melakukan penanganannya atas dasar persepsi masing-masing Ka.UPT, sehingga potensi terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban cukup tinggi. Penerbitan pedoman penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan merupakan bentuk tanggungjawab Direktorat Jenderal Pemasyarakatan selaku pembuat kebijakan dalam rangka mewujudkan konsep pengurangan risiko bencana serta untuk meminimalisir korban dan potensi gangguan keamanan di UPT Pemasyarakatan, sehingga diharapkan UPT Pemasyarakatan menjadi UPT Pemasyarakatan tangguh bencana. Besar harapan saya semoga melalui pedoman penanggulangan bencana ini, setiap UPT Pemasyarakatan selalu siap dan tangguh dalam menghadapi bencana. Tidak lupa saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepda semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan pengalaman yang sangat berharga dalam penyusunan buku pedoman ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang tersaji.

Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi UPT Pemasyarakatan di seluruh Indonesia dalam rangka meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana.

Jakarta, Desember 2019 Direktur Keamanan dan Ketertiban,

Tejo Harwanto,Bc.IP,S.IP,M.Si .

Page | i. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

(5)

Page | ii. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 2

C. Dasar Hukum ... 2

D. Tujuan ... 4

E. Pengertian ... 4

BAB II UPT PEMASYARAKATAN TANGGUH BENCANA ... 7

A. Prioritas Program Penanggulangan Bencana Dilingkungan Pemasyarakatan ... 7

B. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana ... 7

C. Struktur Organisasi ... 8

D. Sarana dan Prasarana Pendukung Manajemen Resiko ... 10

E. Pengurangan Akibat Resiko Bencana ... .... 10

F. Riwayat Bencana di UPT Pemasyarakatan ... 11

G. Petunjuk Penyelenggaraan UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana ... 11

H. Petunjuk Penelolaan Bantuan Dana Bencana ... 21

BAB III PENANGGULANGAN BENCANA DI UPT PEMASYARAKATAN ... 23

A. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan ... 23

B. Kesiapsiagaan Bencana di Lingkungan UPT Pemasyarakatan ... 24

C. Tahapan Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan ... 31

D. Prosedur Ancaman Bencana di Lingkungan Pemasyarakatan... 33

BAB IV PENUTUP ... 44

LAMPIRAN 1. SOP GEMPA BUMI (PRA BENCANA) ... 46

LAMPIRAN 2. SOP GEMPA BUMI (SAAT BENCANA)... 58

LAMPIRAN 3. SOP GEMPA BUMI (PASCA BENCANA)... 50

LAMPIRAN 4. SOP TSUNAMI (PRA BENCANA)... 52

LAMPIRAN 5. SOP TSUNAMI (SAAT BENCANA) ... 54

LAMPIRAN 6. SOP TSUNAMI (PASCA BENCANA)... 56

(6)

Page | iii. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

LAMPIRAN 7. SOP GUNUNG MELETUS (PRA BENCANA)... 58

LAMPIRAN 8. SOP GUNUNG MELETUS (SAAT BENCANA)... 60

LAMPIRAN 9. SOP GUNUNG MELETUS (PASCA BENCANA)... 62

LAMPIRAN 10. SOP ASAP (PRA BENCANA)... 64

LAMPIRAN 11. SOP ASAP (SAAT BENCANA)... 66

LAMPIRAN 12. SOP ASAP (PASCA BENCANA) ... 68

LAMPIRAN 13. SOP KEBAKARAN (PRA BENCANA)... 70

LAMPIRAN 14. SOP KEBAKARAN (SAAT BENCANA)... 72

LAMPIRAN 15. SOP KEBAKARAN (PASCA BENCANA)... 74

LAMPIRAN 16. SOP BANJIR (PRA BENCANA) ... 76

LAMPIRAN 17. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI KUNING... 78

LAMPIRAN 18. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI MERAH ... 80

LAMPIRAN 19. SOP BANJIR (PASCA BENCANA) ... 82

LAMPIRAN 20. SOP LONGSOR (PRA BENCANA)... 84

LAMPIRAN 21. SOP LONGSOR (SAAT BENCANA) ... 86

LAMPIRAN 22. SOP LONGSOR (PASCA BENCANA)... 88

(7)

Page | 1. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah NKRI terbentuk dari pertemuan 3 lempeng tektonik dunia (di dunia terdapat 13 lempeng tektonik), yaitu dari selatan lempeng Indo-Australia, dari barat lempeng Pasific (keduanya lempeng samudra) dan dari utara lempeng Eurasia (lempeng benua). Hasil pertemuan tiga lempeng ini dihasilkan lempeng tektonik (garis merah) yang merupakan gempabumi dan deretan gunung api. Terdapat 129 gunungapi aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini dimonitor oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk lempeng tektonik dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempabumi dan tsunami. Secara geografis dan geologis Indonesia sebenarnya rawan terhadap bencana, seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin kencang bahkan kebakaran hutan. Bencana alam ini menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sangat parah. Bencana alam sebagai fenomena geografis, geologis dan geofisis tidak dapat dicegah terjadinya oleh manusia. Selain bencana alam ada juga bencana non alam seperti konflik sosial, epidemi, wabah penyakit serta kegagalan teknologi. Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk meredam risiko dan dampak bencana serta memperkecil jumlah korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang diakibatkan.

Dengan berbagai banyak terjadinya bencana, secara tidak langsung

memberikan risiko terhadap kondisi hunian di UPT Pemasyarakatan. UPT

Pemasyarakatan di seluruh Indonesia sebanyak 657 UPT Pemasyarakatan, dengan

jumlah warga sebanyak 254.303 orang, kondisi bencana menjadi risiko tinggi bagi

lembaga pemasyarakatan. Warga binaan pemasyarakatan merupakan orang yang

sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan/rumah

tahanan, dengan kata lain bahwa warga binaan pemasyarakatan mengalami

keterbatasan dalam bergerak, sehingga pada saat terjadi peristiwa bencana posisi

warga binaan pemasyarakatan memiliki keterbatasan untuk melakukan evakuasi

dan menyelamatkan diri dengan bebas sehingga menjadi sangat rentan terhadap

risiko bencana. Sementara itu, ada hak hak dasar manusiawi yang tetap harus

dipastikan dapat diakses oleh warga binaan, yaitu hak hidup. Berdasarkan

pengalaman dari berbagai peristiwa bencana yang sudah terjadi dan setidaknya

banyak menimbulkan kerugian baik jiwa maupun materi maka sangatlah tepat

(8)

Page | 2. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

apabila sudah saatnya Pemasyarakatan mempunyai suatu regulasi terkait penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan.

Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi manusia dan lingkungannya, merupakan tugas dan kewajiban bersama pemerintah dan masyarakat. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan untuk memperkecil, dan mengurangi risiko dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam atau bencana non alami. Saat ini, informasi kajian risiko bencana dapat dengan mudah diakses melalui InaRisk, portal kajian risiko bencana yang disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional. InaRisk merupakan portal kajian risiko bencana yang menampilkan informasi ancaman bencana, kerentanan (polulasi, kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan) kapasitas, dan risiko bencana.

InaRisk dapat digunakan oleh semua UPT Pemasyarakatan untuk mengetahui risiko bencana di wilayah masing masing, serta untuk mengetahui langkah langkah yang dapat dilakukan sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana, untuk mengurangi risiko bencana.

Pedoman Penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan ini disusun sebagai panduan bagi UPT Pemasyarakatan di seluruh Indonesia untuk berproses menuju UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana.

B. Permasalahan

Permasalahan yang ditemui terkait penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan, sebagai berikut:

1. Lokasi UPT Pemasyarakatan seluruh Indonesia yang berada di kawasan rawan bencana, utamanya bencana alam;

2. Warga binaan dan pegawai di UPT pemasyarakatan sangat rentan terhadap risiko bencana;

3. Belum ada panduan maupun Standard Operating Procedure (SOP) yang dapat menjadi acuan bagi UPT Pemasyarakatan untuk melaksanakan penanggulangan bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat bencana sampai pada rehabilitasi dan rekonstruksi untuk menuju UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana.

C. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

(9)

Page | 3. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Warga;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;

10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Internal Pemasyarakatan;

11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara;

12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara;

13. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.25/PRT/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangun Gedung;

17. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2016

tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.

(10)

Page | 4. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pedoman atau panduan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di lingkungan pemasyarakatan secara menyeluruh, terarah dan terpadu untuk mencapai UPT Pemasyarakatan tangguh bencana.

2. Tujuan Khusus

a. Menghindarkan atau mengurangi kerugian fisik maupun jiwa yang dialami oleh warga binaan dan pegawai UPT Pemasyarakatan;

b. Memberikan perlindungan terhadap risiko bencana bagi warga binaan dan pegawai UPT pemasyarakatan;

c. Mempercepat pemulihan fungsi UPT Pemasyakarakatan setelah terjadi bencana.

E. Pengertian

Pengertian istilah yang digunakan dalam pedoman ini merupakan pengertian istilah berdasarkan undang undang dan peraturan terkait.

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya penyintas (orang yang selamat) jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

3. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

(11)

Page | 5. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non struktural).

10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi penyintas (orang yang selamat), harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua pra sarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada

suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

(12)

Page | 6. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.

16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.

17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.

20. Tim Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk untuk menanggulangi keadaaan darurat dalam lingkungan suatu organisasi Unit kerja tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap Darurat).

21. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana adalah UPT Pemasyarakatan yang

mampu menurunkan resiko dan gangguan keamanan akibat bencana alam.

(13)

Page | 7. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan BAB II

UPT PEMASYARAKATAN TANGGUH BENCANA

A. Prioritas Program Penanggulangan Bencana di Lingkungan Pemasyarakatan Memperhatikan beberapa kejadian bencana di UPT Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan perlu menentukan prioritas program penanggulangan bencana di lingkungan Pemasyarakatan, hal ini diperlukan sebagai upaya dalam rangka menuju UPT Pemasyarakatan yang tangguh terhadap bencana. Berkenaan dengan hal tersebut prioritas program penanggulangan bencana yang perlu menjadi prioritas antara lain:

1. Mengurangi risiko bencana yang disebabkan oleh faktor alam dan kegagalan teknologi dengan mengurangi risiko kerugian jiwa, infrastruktur serta fasilitas yang ada dengan melakukan kegiatan deteksi dini terhadap ancaman baik yang bersifat struktural maupun fisik;

2. Manajemen Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan merupakan tahapan proses yang tidak terputus diawali dengan deteksi dini, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat bencana termasuk pertolongan yang dilakukan oleh tim tanggap darurat, serta rehabilitasi rekonstruksi;

3. Membangun sistem Penangulangan Bencana di lingkungan Pemasyarakatan berupa legislasi, kelembagaan, dan pendanaan yang berkesinambungan.

B. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana

Dalam rangka menuju UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana, terdapat 3 pilar yang perlu diisiapkan guna menuju UPT Pemasyarakatan tangguh bencana, sebagai berikut:

1. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan, meliputi:

a. Kelayakan bangunan;

b. Keamanan bangunan;

c. Jalur evakuasi didalam UPT Pemasyarakatan;

d. Lokasi dan/atau Ruang Aman (safe area/room) sebagai internal shelter;

e. Shelter evakuasi yang berada di dalam komplek fasilitas/UPT Pemasyarakatan;

f. Jalur evakuasi.

2. Kesiapsiagaan Bencana UPT Pemasyarakatan a. Tim Siaga;

b. Kajian Resiko (ancaman, kerentanan, kapasitas);

(14)

Page | 8. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan c. Rencana kesiapsiagan;

d. Rencana evakuasi;

e. Rencana kontigensi.

3. Penanganan Darurat UPT Pemasyarakatan

a. Rencana operasi penangganan darurat bencana;

b. Rencana evakuasi;

c. Rencana pemulihan awal.

Ketiga pilar tersebut di atas harus selalu dimonitoring, dievaluasi, dan dilatihkan.

C. Struktur Organisasi

(15)

Page | 9. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

1. M 01 ( Menteri ), dengan tugas sebagai berikut:

Memerintahkan pembentukan Pusat Crisis, dan menunjuk komando operasi penanganan darurat bencana di UPT Pemasyarakatan.

2. Crisis Center (Direktur Jenderal Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai berikut:

a. Memberikan perintah penugasan;

b. Membuat rencana kebutuhan tanggap darurat;

c. Mengelola informasi yang akurat untuk kepentingan internal dan pertanggungjawaban;

d. Mengendalikan akses keluar masuk bantuan dan informasi;

e. Mendokumentasikan kronologis kejadian bencana;

f. Membuat laporan prestasi kinerja minimum 2 (dua) kali dalam masa tanggap darurat.

3. Komando Operasi (Kepala Divisi Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai berikut:

a. Menyusun kajian cepat dan melaporkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Pemasyarakatan;

b. Menetapkan jaringan kerja pengendalian;

c. Membuka akses menuju lokasi emergency dan distres;

d. Mengendalikan dan melaporkan kegiatan koordinasi;

e. Menyusun perencanaan pengunaan anggaran tanggap darurat;

f. Membuat perintah penugasan tim tanggap darurat.

4. Perwira komunikasi dan Humas ( Kanwil ), dengan tugas sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap berita masuk dan keluar dari pos komando;

b. Mengkomunikasikan dengan semua unsur yang terlibat;

c. Membangun jaringan komunikasi dan berita dari lokasi bencana;

d. Melaporkan aktivitas pada komandan operasi.

5. Perwira logistik ( Kanwil/ UPT), dengan tugas sebagai berikut:

a. Menyusun daftar dan pencatatan semua aktifitas keluar masuk barang dan unsur pendukung, petugas, Tim IRT, bantuan dan logistik;

b. Membantu komandan operasi dalam tindakan, penyediaan bahan kebutuhan dasar, personil dan BBM, armada transportasi, sarana pra sarana tanggap darurat;

c. Menyusun rencana dan anggaran kebutuhan selama masa tanggap

darurat.

(16)

Page | 10. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

6. Operation (Kepala UPT Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengendalikan upaya evakuasi;

b. Mengendalikan berjalannya upaya penyelamatan;

c. Mengendalikan dan mengambil keputusan di daerah operasionalnya;

d. Memimpin Tim Emergency Respon Tim.

7. Pengamanan (Ka.KPLP/Ka.KPR), dengan tugas sebagai berikut:

a. Mengendalikan dan mengawasi parameter keselamatan;

b. Bersama Tim Operasi Tanggap Darurat, mengendalikan upaya wbp melarikan diri;

c. Mengendalikan dan mencegah risiko yang lebih besar dari bahaya lanjutan;

d. Mengurangi potensi ancaman dan risiko korban jiwa;

e. Melakukan pencatatan dan penghitungan wbp setiap pergantian shift.

f. Melakukan /memberikan informasi tentang upaya penyelamatan bersama operation tim;

g. Memfasilitasi keselamatan jiwa WBP;

h. Membuat kesepakatan dengan WBP untuk mengurangi risiko akibat bencana dan bencana susulan atau tindakan anarkis yang memanfaatkan situasi bencana;

i. Berkoordinasi dengan aparat terkait bidang keamanan.

D. Sarana dan Prasarana Pendukung Manajemen Resiko

Dalam rangka mendukung manajemen resiko ada beberapa sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain meliputi:

1. Akses internet mandiri;

2. Kamera multi fungsi / handphone;

3. Kajian risiko dan portal informasi kesiapsiagaan bencana online, misalnya:

InaRisk, MHEWS (Multi Hazard Early Warning System);

4. Radio transistor / Handy transiver;

5. Telepon satelit.

E. Pengurangan Akibat Risiko Bencana

1. UPT Pemasyarakatan yang memiliki kerentanan bencana alam tidak dalam kondisi melebihi kapasitas;

2. Tidak membangun UPT Pemasyarakatan di daerah yang rentan terhadap

bencana alam;

(17)

Page | 11. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

3. Dibutuhkan kemampuan mengelola informasi dan pelatihan menghadapi bencana alam;

4. Dibutuhkan teknologi dan lokal jenius akrab dengan bencana alam;

5. Profesionalisme pengendalian keamanan dan keselamatan.

F. Riwayat Bencana di UPT Pemasyarakatan

Riwayat bencana yang terjadi di UPT Pemasyarakatan, ancaman utama yang muncul secara mendadak mengerakan manusia secara naluriah untuk menyelamatkan dirinya, bagi warga binaan pemasyarakatan dorongan yang timbul adalah berupaya meninggalkan lokasi musibah.

Mengacu pada kejadian di Propinsi Sulawesi Tengah bentuk bencana memiliki 3 bencana yang berlangsung simultan, mulai dari gempa bumi, tsunami/

longsor, dan likuifaksi. Ancaman dari bencana alam ini adalah dorongan yang besar untuk keluar dari lembaga pemasyarakatan dengan paksa yang dilakukan oleh wbp.

Berdasarkan hal tersebut, uapaya menurunkan risiko bencana di UPT Pemasyarakatan dipengaruhi oleh pengelolaan Lingkungan, pengelolaan kebiasaan buruk manusia, kesediaan sarana keselamatan. Dipahami bahwa area pengamanan lembaga pemasyarakatan terbatas pada pengamanan statis berupa bangunan fisik tembok, pos jaga, portir, oleh sebab itu batas kemampuan mengamankan masyarakat dari pelanggar hukum berada pada pengamanan statis, jika pengamanan statis (tembok runtuh sebagai dampak awal bencana alam) maka lepaslah kendali pengamanan. Kerentanan ini akan menjadi hal yang perlu disiapkan rencana kesiapsiagannya untuk mengurangi jumlah korban jiwa pada bencana alam lanjutan.

G. Petunjuk Penyelenggaraan UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana

Kegiatan : Penanggulangan Bencana Alam di UPT Pemasyarakatan A. Umum

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara

(18)

Page | 12. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Warga;

7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode ETIK Pegawai Pemasyarakatan;

8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH.01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Internal Pemasyarakatan;

9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara;

10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara.

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor : 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

B. Mengukur skala tingkat kerusakan menggunakan pedoman sebagai berikut:

- Rusak ringan tingkat kerusakan 25 – 50 % - Rusak berat tingkat kerusakan 51 – 75 % - Rusak total tingkat kerusakan 76 – 100 %

PROSEDUR TETAP

JENIS KEGIATAN

PENANGGULANGAN BENCANA

UPT KEMASYARAKATAN HASIL KEGIATAN

Kesiapsiagaan

1. Kajian risiko bencana 2. Peta dan jalur evakuasi 3. Deteksi dini

4. Tanda bahaya

5. Sistem Peringatan Dini

6. Koordinasi dengan pihak terkait (BPBD, TNI dan POLRI).

Dilakukan sebelum terjadinya bencana , masa tidak menentu berupa kegiatan kajian (assessment) dan mempersiapkan Sistem Peringatan Dini.

Pos Komando Tanggap bencana Kemenkumham

1. Surat perintah Menteri kepada Dirjenpas

2. Perintah pembentukan organisasi komando tanggap darurat

nasional dan daerah

3. Membentuk pos komando divisi pemasyarakatan

4. Membentuk dan mengerakan

Setelah diterima laporan kejadian bencana yang dialami UPT

pemasyarakan berupa

kegiatan aksi inisiatif.

(19)

Page | 13. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

Emergency Response Ability.

5. Koordinasi dengan BPBD Daerah dan Pos Pendukung Nasional BNPB.

Tanggap darurat di lokasi bencana alam Dirjen PAS Divisi PAS

Upaya penyelamatan

1. Mengeluarkan warga binaan dari kamar

2. Mengarahkan ke titik evakuasi di dalam lokasi UPT Lapas.

Evakuasi

1. Melakukan penyelamatan penyintas (orang yang selamat) (warga binaan hidup) yang masih terjebak

2. Penyintas (orang yang selamat) tewas (penyintas (orang yang selamat) tewas tidak perlu dievakuasi saat terjadi bencana, tapi menunggu sampai bencana selesai) dan kondisi aman untuk melakukan evakuasi.

Pertolongan medis

Memberikan pertolongan medis bagi yang membutuhkan

Pengamanan

1. Mengamankan Warga binaan dari upaya melarikan diri

2. Mengamankan dokumen penting dan gudang senjata

3. Mengamankan pemenuhan kebutuhan dasar

Laporan bencana alam

Waktu Tanggap darurat Selama 14 hari , selanjutnya dilakukan tindakan rehabilitasi

ERT :

melakukan pengawasan, pembersihan dan penjagaan keselamatan narapidana dan

menangkal upaya pelarian atau pemberontakan

Rehabilitasi

Pemulihan

Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial

Penyintas (orang yang selamat)

Bencana Alam.

(20)

Page | 14. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

1. Rehabilitasi rumah/gedung fasilitas pendukung yang mengalami rusak total/rusak berat akibat bencana alam.

2. Hunian /Perbaikan kembali penyintas (orang yang selamat) bencana alam ketempat yang aman dari ancaman bencana alam

3. Perbaikan /hunian kembali penyintas (orang yang selamat) bencana alam yang berlokasi di daerah rawan bencana alam ketempat yang aman dari ancaman bencana alam.

4. Lakukan relokasi warga binaan di lembaga pemasyarakatan terdekat apabila diperlukan.

5. Pelaksanaan pemberian bantuan berupa kebutuhan dasar dan perlu mendapat bantuan kematian

Ringkasan assesment kecenderungan riwayat bencana dan tindakan di lembaga pemasyarakatan/rutan.

Kajian ini didasari pada tindakan Kepala UPT Pemasyarakatan yang dilakukan dengan ukuran tingkat informasi kewaspadaan bencana yang dikeluarkan institusi yang berwenang.

Fase bencana

Kecenderungan Tindakan penangulangan Fase momentum kejadian darurat bencana

Kementerian Ditjenpas Kanwil/ divpas Kepala UPT Komandan jaga Peringatan

1 kegiatan bencana

Melaporkan pada

kementerian

Memantau perkembangan

Kesiapsiagaan Siap siaga

Memberikan

informasi

bahaya yang

mengancam

(21)

Page | 15. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

pada wbp Peringatan

2 bentuk bencana

Memerintahkan kesiapsiagaan

Koordinasi kesiapsiagaan

kesiapsiagaan Siap siaga Membantu wbp untuk

menghadapi bencana (antara lain: melakukan evakuasi di dalam lapas, menyiapkan logistic selama masa darurat) Peringatan

bahaya dari

pemerintah

Menunjuk perwira crisis

Menentukan perwira crisis

Membentuk poskodal

Menugaskan komandan operasi

Sosialisasi strategi dan tahapan penyelamatan wbp yang telah dikelompokan.

Peringatan bahaya 3

Rencana pengurangan bencana/

pemindahan sebagian yang rentan

Siaga

penyelamatan diri dengan apd

Melindungi dokumen Membagi tugas tim wbp

Membantu cek penggunaan Alat Pelindung Diri

Menunjukan titik Evakuasi di dalam lembaga pemasyarakatan Melindungi dokumen dan logistik/ bahan makanan dan air. Serta bahan bahan yng mudah terbakar Distres

/kondisi bahaya

Mempersiapkan dukungan dan relawan

Mempersiap- kan

keberangkat- an

ERT

(Emergency

Perintah lisan waktu membuka kunci sel

Persiapan membuka pintu sel dan perintah tanda bahaya

Melindungi diri

dalam sel

dengan Alat

Pelindung Diri

(22)

Page | 16. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan Response

Tim) Tim Tanggap Darurat ke lokasi Pertolonga

n

Menerima laporan kejadian

Briefing ERT

Menyusun rencana tindak lanjut

Mengirimkan tim assessment penilaian

kerusakan

Melaporkan kerusakan dan penyintas (orang yang selamat)

Perintah menuju titik Evakuasi 1, dalam Lembaga Pemasyarakata n.

Menenangkan wbp dan persiapan Evakuasi

Buka kunci dan menyelamatkan dan memberi pertolongan Menuju titik Evakuasi Melakukan pendataan

1. Strategi penyelamatan mengeluarkan warga binaan dari sel atau keluar dari Lembaga Pemasyarakatan diukur dari tingkat kerusakan serta akses pengeluarannya (take and out tim) setelah bahaya berlalu.

2. Berdasarkan riwayat kerusakan Lembaga Pemasyarakatan diawali dari gempa, bahaya susulan akibat alam di Lembaga Pemasyarakatan yang berlokasi dekat pantai 7 menit kemudian akan terjadi tsunami .

3. Dipercaya bangunan dan tembok Lembaga Pemasyarakatan mampu menahan guncangan gempa sampai 7,2 SR. 7 (tujuh) menit ini (golden time) adalah keputusan yang dapat diambil kepala UPT Pemasyarakatan untuk pengurangan risiko bersama petugas dan WBP memimpin operasi penyelamatan dan menyelamatkan diri dengan kelompok wbp yang terakhir.

4. Penting diberi pengertian sebelum WBP meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan; “Untuk kembali ke lembaga pemasyarakatan setelah bahaya berlalu, Lembaga Pemasyarakatan masih menyediakan kebutuhan dasar bagi wbp yang kembali. Jangan menjadi dpo dampaknya menyusahkan diri dan keluarga. Akan ada kebijakan jika ada kepentingan keluarga selama pasca bencana (keluar menghadiri pemakamam keluarga inti/mengetahui kondisi keluarga yang terkena bencana). Mari berdoa bersama kita menyelamatkan diri dan saling melindungi”.

5. Bagi lembaga pemasyarakatan yang akrab dengan bencana ada baiknya strategi

penyelamatan diri dalam rangka mengurangi risiko akibat bencana tindakan ini

disosialisasikan secara tertulis dan diketahui semua orang yang berada dalam Lapas/Rutan

yang berada dalam peta bencana indonesia.

(23)

Page | 17. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

Rekomendasi Tindakan Pengamanan Prosedural Persfektif Kepemimpinan Berdasarkan Skala Kerusakan Yang Ditimbulkan Akibat Bencana Pada Parametri Pengamanan Statis

Kondisi Darurat

Kementerian Ditjenpas Kanwil/ divpas Kepala UPT Komandan jaga

Kerusakan tingkat satu 25 %

pengamanan statis rusak

Monitoring

Dukungan persetujuan dana bencana

Mengirimkan tim

assessment

Mengirimkan ERT

(Emergency Response Tim 15 hari kerja)

Koordinasi dengan POLDA/TNI/

DAMKAR/

BPBD

Menutup tembok yang rusak / stringline police

Mempersiapkan evakuasi dalam Lembaga

Pemasyarakat-an Melaporkan ke divisi

 Evakuasi di lokasi yang aman di dalam lembaga pemasyaraka tan

 Merawat yang luka

 Mengumpulk an yang tewas dan makamkan sesuai aturan.

Kerusakan tingkat dua 50 % bangunan tembok rusak

Menggalang bantuan

ERT membantu poskodal untuk

pengamanan di lokasi bencana

Melaporkan kondisi

kerusakan dan kemungkinan bahaya lanjutan

Menurunkan tim dan membuat policy line pada bagian yang rusak.

Mengelola poskodal 14 hari setelah distres

Mempersiapkan lokasi Evakuasi diluar Lembaga Pemasyarakata

Mempersiapkan Evakuasi menuju daerah aman di luar lembaga pemasyarakatan

Mengendalikan operasi

penyelamatan di Lembaga

Pemasyarakatan.

Mencegah terjadinya pemberontakan

Perintah menutup pelayanan Lembaga

 Memberi tanda pengenal khusus pada wbp .

 Mempersiapka n logistik dan kelengkapann ya

 Di daerah aman di dalam Lembaga Pemasyarakat an bagi yang masih selamat

 Merawat yang luka

 Petugas

memimpin

(24)

Page | 18. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan n yang terkena bencana Pemimpin perpindahan.

Koordinasi dengan polda setempat

Pemasyarakatan

Mengeluarkan tamu/ pengunjung Lembaga

Pemasyarakatan melalui portir . Menutup mengunci pintu portir

regu penyelamat beranggotaka n wbp

 Mengumpulka n yang tewas dan

makamkan sesuai aturan.

Kerusakan Tingkat tiga

75 % bangunan tembok rusak

Mengalang bantuan dan dukungan pemerintah

ERT membantu poskodal untuk

pengamanan

Menyalurkan bantuan

Menggalang relawan paska tanggap darurat.

Melaporkan kondisi

kerusakan dan kemungkinan bahaya lanjutan

Menurunkan tim dan membuat policy line pada bagian yang rusak

Mengelola poskodal 14 hari setelah distres

Mempersiap- kan lokasi Evakuasi di luar Lembaga Pemasyarakata n yang terkena bencana Pemimpin perpindahan.

Mempersiapkan pengawalan dan koordinasi

Mempersiapkan Evakuasi menuju daerah aman di luar Lembaga Pemasyarakat-an

Mengendalikan operasi

penyelamatan di Lembaga

Pemasyarakatan

Mencegah terjadinya pemberontakan

Perintah menutup pelayanan Lembaga Pemasyarakatan

Mengeluarkan tamu/

pengunjung lembaga

pemasyarakatan melalui portir.

Menutup

 Memberi tanda khusus pada wbp

 Mempersiapka n logistik dan kelengkapanny a

 Di daerah aman di dalam Lembaga Pemasyarakat an bagi yang masih selamat

 Merawat yang luka / tewas

 Petugas memimpin regu penyelamat beranggotakan wbp

 Memimpin wbp

meninggalkan

titik Evakuasi

1 menuju titik

Evakuasi 2 di

luar Lembaga

Pemasyarakat

(25)

Page | 19. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

dengan bantuan Polda setempat

mengunci pintu portir

an.

 Berkoordinasi dengan pihak terkait kanwil, polri, bnpb , muspika.

 Laporan ke crisis centre Kemenkumha m

Evakuasi Darurat /segera

Evakuasi dilakukan JIKA distres (gempa dan terjadi kerusakan besar 7,2 SR dan akan mendatang kan bahaya susulan dari kejadian alam tsunami bagi UPT Pemasyarak atan yang berada di tepi pantai

Dukungan pemindahan terkait keamanan dan

keselamatan

Dukungan logistik ERT dan relawan bertugas 15 hari

Memimpin perpindahan dari UPT

Pemasyarakata n yang

menerima musibah menuju UPT

Pemasyarakata n yang lebih aman, atau titik

Evakuasi yang disediakan pemerintah Mempersiapkan armada

evakuasi

Memberikan dukungan logistik relawan

Sosialisasi tanda yang digunakan WBP, lokasi

Mempersiap-kan Evakuasi menuju daerah aman di luar Lembaga Pemasyarakatan

Mengendalikan operasi

penyelamatan di Lembaga

Pemasyarakatan

Mencegah terjadinya pemberontakan

Perintah menutup pelayanan Lembaga Pemasyarakatan

Mengeluarkan tamu/

pengunjung Lembaga

Pemasyarakatan melalui portir.

Menutup

 Memberi tanda khusus pada wbp

 Mempersiapka n logistik dan kelengkapanny a

 Mempersiapka n sarana perlindungan diri darurat.

 Di daerah aman di dalam Lembaga Pemasyarakat an bagi yang masih selamat

 Merawat yang luka / tewas

 Petugas memimpin regu penyelamat beranggotakan wbp

 Memimpin wbp

meninggalkan

titik Evakuasi 1

menuju titik

(26)

Page | 20. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan crisis centre dengan pihak terkait

mengunci pintu portir]

Note Emergency Memerintahkan Jika kondisi memaksa pengeluaran warga binaan di pimpin oleh petugas melalui bangunan yang rusak / tembok yang bisa dilewati bergerak bersama menuju tempat aman diawali memberikan laporan tindakan darurat ke poskodal

Evakuasi 2 di luar Lembaga Pemasyarakat an dan

memberi tanda wbp

 Mempersiapka n penyataan wbp kembali lagi setelah kondisi aman.

 Melakukan tindakan pengeluaran warga binaan di pimpin oleh petugas dalam satuan gerak kelompok melalui bangunan yang rusak / tembok yang bisa dilewati bergerak bersama menuju tempat aman.

 Koordinasi dengan pos /pengendalian pengungsian sementara

 Menghitung

wbp untuk

menuju lokasi

Lembaga

Pemasyarakat

an terdekat

(27)

Page | 21. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

 Terkoordinasi terdata dan terdokumentasi di poskodal dan crisis centre Kementerian Hukum dan HAM RI setiap aktifitasnya.

 Pengeluaran warga binaan dilakukan paska distres bencana alam (gempa) TIDAK BOLEH DILAKUKAN JIKA bangunan Lembaga Pemasyarakatan tidak mengalami kerusakan sampai 25

% (tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan.

 Dalam hal terjadi ancaman tsunami, pengeluaran WBP dari dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat dilakukan secara terpimpin dan tidak melalui pintu P2U apabila terlihat tanda/bencana alam tsunami, serentak secara terpimpin (Karupam) menyelamatkan diri dengan membawa bekal/ sarana pelindung diri menuju ke lokasi yang lebih tinggi yang tidak terjangkau tsunami.

 Dampak bencana wbp melakukan pemberontakan sementara parametri (tembok keliling) tidak ada yang terbuka penanggulangannya terdapat pada Permenkumham Nomor 33 tahun 2015 tentang Peraturan Pengamanan pada Lapas/Rutan.

H. Petunjuk pengelolaan Bantuan Dana Bencana

Pada dasarnya, dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang mana juga mendorong partisipasi masyarakat. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, pemerintah mempunyai tanggung jawab antara lain:

1. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN yang memadai;

2. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai yaitu dana yang dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan sewaktu waktu apabila terjadi bencana;

3. Pada saat tanggap darurat menggunakan dana siap pakai yang disediakan oleh pemerintah dalam anggaran BNPB.

Tanggap darurat itu sendiri adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan layanan dasar, pelindungan, pengurusan, pengungsian, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana.

Berdasarkan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang Pengaturan Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana meliputi :

1. Sumber dana penanggulan bencana.

2. Penggunaan dana penanggulangan bencana.

3. Pengelolaan bantuan bencana dan.

(28)

Page | 22. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

4. Pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.

Penggunaan anggaran penanggulangan bencana baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah disediakan pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat / bencana dan pasca bencana. Dalam hal bencana alam berdampak kepada Lapas dan Rutan, maka langkah penangannya adalah sebagai berikut:

1. Pra bencana :

a. pembentukan Tim tanggap darurat.

b. pembuatan rekening hibah dalam rekening penerimaan bantuan bencana.

c. Sosialisasi rekening penerimaan bantuan hibah.

2. Saat tanggap darurat; penggunaan rekening tanggap darurat / rekening siap pakai dari APBN / APBD

3. Pasca bencana:

a. membuat laporan posisi saldo rekening penerimaan bantuan bencana.

b. membuat laporan pertanggung jawaban keuangan dana bantuan bencana.

Terkait dengan penerimaan dana hibah dan bantuan bencana harus

dibuatkan rekening penerima dana bantuan bencana alam dan diberikan nomor

register hibah serta dilaporkan secara periodik kepada Direktorat Jenderal

Anggaran dengan tembusan BNPB.

(29)

Page | 23. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan BAB III

PENANGGULANGAN BENCANA DI UPT PEMASYARAKATAN

A. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan

Infrastruktur UPT Pemasyarakatan yang harus disiapkan dalam upaya menuju UPT Pemasyarakatan tangguh bencana, adalah sebagai berikut:

1. Kelayakan bangunan UPT Pemasyarakatan;

2. Keamanan bangunan UPT Pemasyarakatan;

3. Jalur evakuasi di dalam UPT Pemasyarakatan;

4. Lokasi dan ruang aman (safe location/room) sebagai internal shelter di dalam lingkungan UPT Pemasyarakatan;

5. Jalur evakuasi dari UPT Pemasyarakatan keluar menuju ke lokasi yang lebih aman;

6. Lokasi shelter evakuasi yang berada di lingkungan UPT Pemasyarakatan.

Bangunan fasilitas komplek UPT Pemasyarakatan seharusnya dibangun di lokasi yang menghindari ancaman bencana alam yang sudah dideteksi oleh pemerintah di lokasi tersebut. Bangunan fasilitas kompleks UPT Pemasyarakatan harus dibangun sesuai aturan bangunan yang kuat dan serta aman untuk menjadi lokasi berlindung saat terjadi kondisi bencana, mengingat dalam situasi bencanapun ada aturan tidak boleh mengeluarkan wbp tanpa pertimbangan pertimbangan risiko yang meningkat. Tersedianya shelter evakuasi di dalam komplek UPT Pemasyarakatan merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai UPT Tangguh Bencana. Sehingga kompleks fasilitas UPT pemasyarakatan seharusnya aman dan menjadi lokasi berlindung saat terjadi kondisi bencana alam.

Kelayakan bangunan UPT Pemasyarakatan terkait lokasi dan kekuatan bangunan kompleks Lapas tersebut. Lapas terbagi atas 3 jenis yaitu Lapas Maksimum, Lapas Medium dan Lapas Minimum. Khusus untuk Lapas Maksimum, pembangunan infrastruktur lapas harus dibangun di lokasi yang bebas dari ancaman bencana yang bisa diprediksi akan terjadi di lokasi tersebut, misalnya banjir, longsor, gunung berapi, tsunami.

Lapas Maksimum lebih menekankan pada upaya pencegahan dan

kesipasiagaan, utamanya pemabungan bangunan Lapas Maksimum yang harus

benar benar menghindari ancaman bencana dan melengkapi Lapas Maksimum

dengan perlatan dan kelengkapan yang memadai. Sesuai dengan aturan yang

berlaku, saat terjadi kondisi bencana yang sangat massive, warga binaan yang

berada dalam lapas maksimum tidak diperbolehkan untuk dievakuasi keluar dari

(30)

Page | 24. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

kompleks Lapas Maksimum. Sehingga Lapas Maksimum seharusnya menjadi "The Last Safe Building Standing". Lapas yang memiliki ancaman bencana tsunami perlu agar pembangunan infrastruktur lapas tersebut juga memasukkan shelter bertingkat sebagai lokasi evakuasi di dalam kompleks fasilitas terssebut.

Infrastruktur setiap UPT Pemasyarakatan harus secara berkala di monitor, diuji kelayakannya, dan dievaluasi berdasarkan peraturan nasional yang berlaku mengenai kelayakan gedung, bangunan dan kelengkapan keamanan infrastruktur tersebut.

B. Kesiapsiagaan Bencana di Lingkungan UPT Pemasyarakatan

Kesiapsiagaan Bencana di UPT Pemasyarakatan perlu menyiapkan, sebagai berikut:

1. Tim Siaga

Tim Siaga di UPT Pemasyarakatan bertugas sebagai pelaksana dari semua rencana penanggulangan bencana yang telah disusun oleh UPT Pemasyarakatan tersebut berikut perangkat SOPnya. Tim Siaga merupakan tim yang bertugas 24/7 di UPT Pemasyarakatan tersebut, artinya TIM SIAGA adalah TIM JAGA atau REGU JAGA yang pengelolaan dan pembagian tugasnya diatur oleh UPT Pemasyarakatan.

Tim Siaga sebaiknya merupakan tim petugas jaga yang sudah ada di masing masing UPT Pemasyarakatan, yang diberikan peningkatan kapasitas terkait kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana. Untuk membentuk Tim Siaga, UPT Pemasyarakatan secara umum memiliki tiga tantangan terkait sumber daya, operasional dan kompetensi, sebagai berikut:

a. Jumlah pegawai Pemasyarakatan yang tidak memadai meskipun terlatih dengan baik (jumlah mencukupi dan kompeten);

b. Banyak Pegawai yang tidak terlatih (jumlah mencukupi namun sedikit kompetensi);

c. Terlalu sedikit pegawai yang mempunyai kompetensi atau tidak memiliki kompetensi.

Selain itu diperlukan kapasitas pegawai dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban, melakukan kontrol dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana di UPT Pemasyarakatan, mencakup, antara lain:

a. Kehadiran pegawai;

b. Prosedur serta praktik yang harus mereka ikuti;

c. Rasio pegawai dengan warga binaan pemasyarakatan;

(31)

Page | 25. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan d. Tanggung jawab yang berbeda;

e. Garis pelaporan;

f. Pengawasan terhadap pegawai.

Kompetensi pegawai juga perlu ditingkatkan untuk memberikan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan kepada pegawai di semua tingkatan untuk memastikan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana yang dilaksanakan sesuai dengan SOP keamanan di UPT Pemasyarakatan. Selain itu pelatihan kepada seluruh pegawai UPT Pemasyarakatan harus dilaksanakan sejalan dengan kerangka kerja operasional masing masing UPT Pemasyarakatan, termasuk kebijakan keamanan, prosedur operasi, praktik, rutinitas harian termasuk di dalamnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, rencana darurat, prosedur manajemen insiden dan bencana, penggunaan kekuatan, deskripsi pekerjaan dan kode perilaku. Prinsip- prinsip hak asasi manusia internasional dan standar manajemen UPT Pemasyarakatan yang diatur secara nasional harus mendukung semua pelatihan.

Tim Siaga juga harus melakukan patroli rutin semua area di UPT Pemasyarakatan, dan di dalam serta di luar perimeter keamanan (dinding, pagar, dll) bersamaan dengan patroli rutin harian dalam rangka:

a. Mendeteksi ancaman bencana secara dini, misalnya korslet listrik,dll;

b. Mencegah potensi insiden dengan memberikan kehadiran pegawai yang sering, mengidentifikasi gerakan atau kegiatan yang tidak sah,(maksudnya bagaimana).

c. Mendeteksi / mencegah pelanggaran keamanan dan ketertiban;

d. Mendeteksi dan mencegah ancaman terhadap dan atau merusak infrastruktur keamanan

e. Melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap elemen keamanan statis (kunci, penghalang, pagar, dinding, kawat berduri, penerangan, kebakaran peralatan, dll).

f. Mendeteksi barang yang dilarang atau tidak sah, termasuk barang yang dapat membantu pelarian dan atau mengakibatkan bencana misalnya tali, kawat, pemantik api, dll. atau digunakan sebagai senjata untuk mengidentifikasi kondisi kerja yang tidak aman.

g. Mengidentifikasi kesenjangan dalam keefektifan (bisa diperjelas) dan

merekomendasikan tindakan, termasuk pengembangan prosedur,

pelatihan dll, untuk mengatasinya. Prosedur harus mencakup frekuensi

(32)

Page | 26. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

patroli, staf patroli melaporkan pengamatan dan tindakan yang diambil oleh Kepala UPT untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi.

PENTING: Ketika Tim Siaga melaporkan pengamatan kepada Kepala UPT, kemudian Kepala UPT harus mengkonfirmasi informasi dan menilai risiko keamanan, dan menindaklanjuti laporan tersebut dengan segera.

2. Kajian Risiko (ancaman, kerentanan, dan kapasitas) UPT Pemasyarakatan Kajian risiko yang harus dilakukan oleh UPT Pemasyarakatan, adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Keamanan Statis, termasuk:

1) Infrastruktur dan peralatan yang digunakan untuk mengelola dan menahan warga. Infrastruktur fisik termasuk dinding bangunan, pagar, menara keamanan, penerangan, sel, penghalang, pintu, jalur evakuasi.

dan pos kontrol, dll.

2) Peralatan keamanan termasuk peralatan komunikasi, peralatan kerusuhan, peralatan kebakaran, dll.

Identifikasi keamanan yang memeriksa infrastruktur dianggap sebagai tindakan keamanan statis rutin. Informasi yang diperoleh melalui inspeksi rutin harus menjadi acuan bagi pengambilan langkah-langkah keamanan dinamis, termasuk hal-hal seperti perbaikan pintu, penghapusan penghalang, mengidentifikasi semua bangunan, hambatan keamanan, titik rawan, dan titik kontrol untuk daya dan air.

b. Identifikasi Kapasitas Tim Siaga, termasuk:

1) Jumlah anggota/staf yang menjadi tim siaga;

2) Pengaturan patroli rutin;

3) Pengetahuan, kemampuan, keahlian dan pengalaman anggota tim siaga dalam kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana.

Hasil identifikasi kapasitas Tim Siaga harus ditindaklanjuti dengan proses peningkatan kapasitas kepada tim siaga tersebut melalui pelatihan dan mentoring.

c. Identifikasi Jalur Evakuasi menuju ke lokasi aman (yang berada di dalam kompleks Lembaga Pemasyarakatan), terdiri atas:

1) Identifikasi pintu pintu keluar dari sel menuju jalur evakuasi ke arah lokasi aman;

2) Keamanan jalur evakuasi menuju lokasi aman tersebut;

3) Akses/pintu masuk ke lokasi aman.

(33)

Page | 27. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

d. Identifikasi Lokasi/Ruang Aman di dalam Komplek Lembaga Pemasyarakatan.

Lokasi/ruang aman di dalam kompleks Lembaga Pemasyarakatan dibutuhkan oleh semua UPT Pemasyarakatan sebab tidak semua jenis ancaman bencana harus melakukan evakuasi warga binaan pemasyarakatan keluar UPT Pemasyarakatan. Lokasi/ruang aman adalah ruangan (tempat tertutup) atau tempat terbuka aman yang berada di dalam UPT Pemasyarakatan, yang dibuat dengan standar keamanan dan dilengkapi dengan fasilitas akomodasi untuk warga binaan pemasyarakatan.

Akomodasi di Lokasi aman harus aman dan memenuhi standar nasional/internasional. Sebagai bagian dari rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana, UPT Pemasyarakatan harus mengupayakan untuk memiliki sumber daya/energi alternatif (generator diesel, tenaga surya, dll.), juga memiliki sumber air dengan infrastruktur saluran air limbah yang memadai.

e. Identifikasi Jalur Evakuasi keluar UPT Pemasyarakatan.

Dalam kondisi terburuk, dimana warga binaan pemasyarakatan harus dievakuasi keluar dari dalam UPT Pemasyarakatan, kajian risikonya terdiri atas:

1) Identifikasi pintu keluar dari lokasi aman menuju ke jaluar evakuasi ke arah luar UPT Pemasyarakatan;

2) Identifikasi keamanan gerbang keluar;

3) Identifikasi perimeter jalur evakuasi menuju ke lokasi shelter aman di luar UPT Pemasyarakatan.

f. Koordinasi dengan instansi keamanan dan penanggulangan bencana lokal terkait.

Koordinasi dengan instansi keamanan dan penanggulangan bencana

lokal, baik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Kepolisian

maupun Militer setempat sangat penting. BPBD setempat dapat

merupakan stakeholder UPT Pemasyarakatan dalam mempersiapakan dan

mengkoordinasikan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Militer

dan Kepolisian setempat merupakan stakeholder UPT Pemasyarakatan

jika dalam kondisi terburuk menghadapi ancaman bencana yang

mengharuskan untuk melakukan evakuasi terhadap seluruh warga binaan

(34)

Page | 28. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

pemasyarakatan keluar dari UPT Pemasyarakatan menuju lokasi yang lebih aman.

3. Rencana Kesiapsiagaan

Rencana kesiapsiagaan masing-masing UPT Pemasyarakatan meliputi, antara lain:

1. Mempersiapkan dan atau terkoneksi dengan deteksi dini/ early warning system lembaga/instansi pemerintah terkait, misalnya BMKG, VMBG (Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi), BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),dll;

2. Mempersiapkan dan mengelola tim siaga;

3. Mempersiapkan sistem komando penanganan darurat bencana;

4. Mempersiapkan sistem komunikasi cadangan;

5. Mempersiapkan rencana dan jalur evakuasi;

6. Mempersiapkan safe room beserta akomodasinya sesuai standar di dalam UPT Pemasyarakatan;

7. Mempersiapkan jalur evakuasi dan perimeter keluar dari UPT Pemasyarakatan menuju ke lokasi aman;

8. Mempersiakan shelter berikut akomodasinya sesuai standar.

4. Rencana Evakuasi

Masing masing UPT Pemasyarakatan harus terlebih dahulu membuat Aturan status bencana sebagai pra syarat melakukan evakuasi warga binaan keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Rencana evakuasi masing masing Lembaga Pemasyarakatan mengikuti petunjuk pelaksanaan lapas yang terbagi atas petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium, minimum security, dan bapas (balai pemasyarakatan). SOP kesipasiagaan dan evaluasi sesuai petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium, minimum dan bapas ini secara detail di masing masing jenis lapas pada lampiran berdasarkan status bencana masing masing.

Status Bencana berdasarkan levelnya sebagai berikut:

a. Status Siaga Bencana.

Status siaga bencana, artinya sudah ada peringatan dini dari pihak

berwenang terkait. Peringatan dini ini disertai dengan rekomendasi untuk

evakuasi keluar dari lokasi tersebut atau tidak. Jika tidak ada rekomendasi

(35)

Page | 29. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

untuk keluar dari lokasi tersebut, maka warga binaan cukup dipindahkan ke lokasi aman di dalam UPT Pemasyarakatan, dan tidak perlu di evakuasi keluar UPT Pemasyarakatan.

b. Status Darurat Bencana.

Status Darurat Bencana, artinya bencana sudah terjadi. Perintah evakuasi atau tidak perlu evakuasi sudah dikeluarkan oleh pihak berwenang terkait.

Kepala UPT Pemasyarakatan harus mengambil keputusan berdasarkan kajian risiko internal UPT Pemasyarakatan dan hasil koordinasi dengan Kepala divisi Pemasyarakatan apakah warga binaan akan di evakuasi keluar dari UPT Pemasyarakatann atau cukup di evakuasi ke lokasi aman di dalam komplek lapas sebab berada di kompleks Lembaga Pemasyarakat jauh lebih aman dari pada keluar dari UPT Pemasyarakatan tersebut.

c. Status Transisi Darurat Bencana ke Pemulihan Awal.

Status transisi darurat bencana ke pemulihan awal merupakan kondisi di mana bencana telah terjadi, proses pencarian dan penyelamatan warga sedang dan atau sudah berlangsung. Warga binaan Pemasyarakatan yang selamat perlu dirawat dan diurus sesuai dengan standar kemanusiaan yang berlaku. Secara khusus, keputusan untuk melakukan evakuasi warga binaan keluar dari UPT Pemasyarakatan harus berdasarkan pertimbangan risiko atas:

1) Keselamatan dan keamanan jiwa warga binaan;

2) Keselamatan dan keamanan jiwa pegawai Pemasyarakatan.

Akses ke dan dari area penahanan harus dikontrol dengan ketat hanya pegawai dan orang yang berwenang yang memiliki akses. Jika jumlah pegawai terbatas, maka Rencana Kontingensi untuk meminta bantuan Kepolisian dan Militer setempat mungkin juga diperlukan untuk menambah keamanan di UPT Pemasyarakatan. Penting untuk selalu mengedepankan keselamatan semua orang, setiap orang yang terluka harus dikeluarkan secepat mungkin dari tempat kejadian dan dirujuk ke layanan medis.

Dalam kondisi darurat bencana yang chaos, Kepala UPT dalam hal ini

melalui Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana di UPT

Pemasyarakatan harus menentukan derajat dan jenis kekuatan yang akan

digunakan oleh pegawai pemasyarakatan yang terlatih dan memberi wewenang

kepada mereka untuk menggunakannya dalam konteks keamanan dan

keselamatan baik staf tersebut maupun warga binaan.

(36)

Page | 30. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

Setiap penggunaan kekuatan yang tidak direncanakan dan spontan oleh pegawai pemasyarakatan harus dikaitkan dengan kebijakan dan prosedur UPT Pemasyarakatan yang ada dan pelatihan yang diterima. Penggunaan kekuatan semacam jika menghadapi kondisi tidak aman.

Penting untuk selalu diingat bahwa bagi warga binaan yang rentan ada pertimbangan khusus ketika berhadapan dengan warga binaan pemasyarakatan yang rentan (wanita, remaja, warga yang sakit jiwa, dll) dalam kondisi chaos. Penggunaan kekuatan, termasuk pengekangan, tidak boleh diterapkan pada warga binaan pemasyarakatan tersebut, kecuali tidak ada pilihan lain untuk manyelamatkan mereka.

5. Rencana Kontingensi

Setiap UPT Pemasyarakatan wajib membuat rencana kontingensi.

Rencana kontingensi tersebut menjelaskan elemen-elemen kunci yang perlu dikembangkan agar UPT Pemasyarakatan dapat secara efektif mengantisipasi, mengelola, melakukuan penanganan darurat bencana dan insiden dengan Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan serta melakukan proses transisi pemulihan awal.

Rencana kontingensi harus dijelaskan secara singkat padat, dalam kondisi darurat bencana siapa akan melakukan tugas apa dengan menggunakan metode apa. Rencana kontingensi dibuat dengan singkat padat jelas agar memudahkan saat akan diaktifasi menjadi rencana operasi darurat bencana. Isi dari rencana kontingensi adalah sebagai berikut:

a. Skenario terburuk yang mungkin terjadi di UPT Pemasyarakatan;

b. Penentuan status bencana dan secara rinci menjelaskan penggunaan wewenang untuk menangani kondisi darurat bencana/insiden tersebut;

c. Berdasarkan penentuan status bencana tersebut, rencana kontingensi dapat diaktifkan jika kondisi darurat yang harus ditangani lebih berat daripada kemampuan terpasang yang dimilki oleh Lembaga Pemasyarakat terkait. Rencana kontingensi diaktifasi untuk meminta bantuan dari pihak-pihak lain terkait baik lokal maupun nasional;

d. Peran, tanggungjawab dan rantai komando pegawai Pemasyarakatan (Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Lembaga Pemasyarakatan);

e. Koordinasi, kemitraan dan peran personel pendukung (polisi, pemadam

kebakaran, layanan medis, militer, BPBD, dll);

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan komunikasi terapeutik bidan dengan kepuasan ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal care di rumah bersalin Elly Kelambir

Mengikuti prosedur keamanan, keselamatan, dan kesehatan

Pembelajaran dalam Pelatihan Kewirausahaan Bagi Anak Putus Sekolah menggunakan Problem Base Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu suatu pengkondisian

Berdasarkan penelitian dan perhitungan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh simpulan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan

Seharusnya kalau ditinjau dari Pasal 4 ayat (1) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 TAHUN 2009 Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di

Alat analisis data menggunakan Struktural Equation Model (SEM). Hasil pengujian instrumen menyimpulkan bahwa semua variabel valid dan reliabel sebagai alat pengumpul

Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan

Urut Nama peserta Akademik NIP NUPTK Kelamin Tempat Lahir (Tgl/Bln/Thn) Kepagawaian Gol.. Rejang