• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PUG MELALUI PPRG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PUG MELALUI PPRG"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

H a l a m a n 1 |

EVALUASI PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL

PERCEPATAN PUG MELALUI PPRG

Evaluasi terhadap Kementerian Penggerak dan SKPD Penggerak di tingkat Pemda Provinsi untuk melihat capaiannya masing-masing dalam upaya percepatan PUG melalui PPRG Selain itu, evaluasi juga dilakukan terhadap Kementerian dan Lembaga serta SKPD Pemerintah Daerah Provinsi atas progres yang terjadi dalam pelaksanaan percepatan pengarusutamaan gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender.

DIREKTORAT KELUARGA, PEREMPUAN, ANAK, PEMUDA DAN OLAHRAGA BAPPENAS

TAHUN 2016

LAPORAN TENGAH

(2)

EVALUASI PELAKSANAAN SRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER (STRANAS PPRG)

DIREKTORAT KELUARGA, PEREMPUAN, ANAK, PEMUDA DAN OLAHRAGA BAPPENAS

TAHUN 2016

(3)

SUSUNAN KEANGGOTAAN

TIM EVALUASI PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

YANG RESPONSIF GENDER

A. PENANGGUNG JAWAB : Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan.

B. TIM PELAKSANA

Ketua : Direktur Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak.

Anggota : 1. Ir. Ani Pudyastuti, MA;

2. Ir. Destri Handayani, ME 3. Ir. Yosi Diani Tresna, MPM;

4. Ahmad Taufik, S.Kom, MAP;

5. Dani Ramadan, S.Si, MHR;

6. Renova G.M. Siahaan, SE, M.Sc;

7. Qurrota A’yun, S.Si;

8. Icha Puspitasari, S.Si;

9. Fithriyah, SE, MPA, Ph.D.

C. TENAGA PENDUKUNG : 1. Edy Budi Utomo;

2. Salamun.

(4)

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN ... 3

1.3. METODOLOGI ... 3

1.4. RUANG LINGKUP ... 7

1.5. KELUARAN (OUTPUT) ... 7

1.6. LIMITASI ... 7

BAB 2. SEJARAH DAN EVALUASI PPRG ... 9

2.1. EVALUASI PUG 2007 ... 9

2.2. EVALUASI UJICOBA PPRG 2011 ... 11

2.3. GENDER STOCKTAKING 2013 ... 13

BAB 3. HASIL EVALUASI STRANAS PPRG ... 15

3.1. GENDER STOCKTAKING K/L DAN SKPD PROVINSI PELAKSANA PPRG ... 15

3.2. GENDER STOCKTAKING KEMENTERIAN PENGGERAK PPRG ... 26

3.3. SKPD PENGGERAK TINGKAT PROVINSI ... 33

BAB 4. PENUTUP ... 37

4.1. KESIMPULAN ... 37

4.2. REKOMENDASI ... 37

(5)

H a l a m a n 1 |

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagai tindak lanjut dari disepakatinya Deklarasi Beijing dan Program Aksi (1995) terkait dengan strategi pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan, Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Instruksi ini mengharuskan semua kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk melaksanakan.

Sejak saat itu, telah dilakukan berbagai upaya dalam melakukan percepatan pelaksanaan PUG di berbagai bidang pembangunan. Dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004 telah terdapat 19 program pembangunan yang responsif gender, dan program yang responsif gender ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Kemudian, dasar pelaksanaan PUG dalam pembangunan diperkuat melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, 2010-2014, dan 2015- 2019 dimana gender ditetapkan sebagai salah satu prinsip yang harus diarusutamakan di seluruh program/kegiatan pembangunan. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi penguatan dasar hukum pelaksanaan PUG, baik pada tingkat Undang-undang maupun Peraturan Presiden.

Hingga tahun 2007, Gender dan Pembangunan hanya menyentuh pada perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan melalui metode analisis gender yang dimotori oleh Bappenas dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Pemikiran untuk melebarkan cakupannya ke penganggaran pembangunan mulai berkembang pada tahun 2007 dengan dilakukannya studi penganggaran dan pengembangan peranti penganggaran responsif gender. Pada tahun 2008 Kementerian Keuangan (melalui Ditjen Anggaran) menghasilkan piranti khusus untuk mengubah anggaran netral atau bias gender menjadi responsif gender, disebut Lembar Anggaran Responsif Gender (Gender Budget Statement).

Pada tahun 2009, inisiatif perencanaan dan penganggaran responsif gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya Tim Pengarah dan Tim Teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, nomor KEP.30/M.PPN/HK/03/2009. Selanjutnya, Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan penyusunan dan penelaahan rencana kerja dan anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), yaitu PMK nomor 119/2009, diperbaharui dengan PMK No. 104/2010, PMK No. 93/2011, PMK No.112/2012, PMK No. 94/2013, PMK No. 136/2014, dan PMK No. 143/2015. Di tahun 2016, Kementerian Keuangan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 163/PMK.02/2016 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Di masing-masing PMK tersebut dicantumkan bahwa PPRG dilaksanakan oleh K/L harus dengan melakukan analisis gender dan menyusun Gender Budget Statement (Lembar anggaran responsif gender/ARG) atau pernyataan bahwa anggaran sudah responsif gender.

(6)

H a l a m a n 2 | Pada tahun 2011, langkah ujicoba PPRG telah dilakukan terhadap tujuh K/L yaitu: i) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU), Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Hasil evaluasi ujicoba PPRG menunjukkan bahwa sebagian besar K/L ujicoba telah memenuhi target yang diharapkan oleh Tim Pengarah PPRG, yaitu setiap K/L menyusun minimal 1 (satu) Lembar ARG. Di beberapa K/L ujicoba seperti Kementerian PU, Kementan, Kemenkes, dan Kemenkeu, bahkan telah menyusun lebih dari satu Lembar ARG (hampir setiap unit eselon 1). Keberhasilan tersebut umumnya merupakan hasil dari keaktifan dan inisiatif pokja dan/atau tim focal point gender yang ada di masing-masing K/L.

Terkait pelaksanaan PPRG di tingkat daerah, sejak tahun 2010, telah ada 4 (empat) provinsi yang turut melaksanakan ujicoba atas inisiatif sendiri, yaitu: Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Provinsi Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berhasil melakukan ujicoba PPRG di seluruh atau sebagian besar SKPD-nya, sedangkan Provinsi DI Yogyakarta telah melakukan exercise analisis gender dan penyusunan Lembar ARG oleh hampir semua SKPD-nya. Keberhasilan tersebut umumnya didukung oleh komitmen gubernur serta inisiatif dan keaktifan instansi Penggerak PPRG.

Di samping keberhasilan yang telah dicapai, masih terdapat juga berbagai tantangan yang dihadapi terkait dengan Penggerak PPRG, yaitu: i) kurang jelas dan kurang berimbangnya peran masing-masing instansi Penggerak, sehingga untuk beberapa unit pelaksana teknis di K/L menganggap PPRG adalah tupoksi Kementerian PP dan PA; ii) koordinasi antar-instansi Penggerak yang masih di tingkat informal dan teknis, sehingga kurang jelas dalam hal akuntabilitas pengambilan keputusan; iii) penguatan dasar hukumPPRG dan mekanisme pengawalannya (pemantauan dan evaluasi); dan iv) penguatan kapasitas instansi Penggerak PPRG. Sementara, tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan PPRG di daerah, antara lain: i) penguatan dasar hukum PPRG di daerah, termasuk instrumen yang digunakan; ii) peran masing-masing instansi Penggerak PPRG kurang jelas dan kurang berimbang; iii) penetapan mekanisme pengawalan PPRG, yaitu pemantauan dan evaluasi yang responsif gender, baik oleh masing-masing SKPD maupun oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah; dan iv) penguatan kapasitas instansi Penggerak PPRG.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2012 telah diinisiasi penyusunan Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG (Stranas PPRG) yang dimaksudkan untuk percepatan pelaksanaan PUG sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2010-2014, yang sekaligus menunjang pada pencapaian tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance), pembangunan yang berkelanjutan, serta pencapaian target-target Millenium Development Goals (MDGs). Stranas PPRG ini, yang disertai juga dengan Petunjuk Pelaksanaan PPRG untuk K/L dan Pemerintah Daerah, ditandatangani melalui Surat Edaran Bersama (SEB) empat Menteri yaitu Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri PP dan PA, serta Menteri Dalam Negeri. Tujuan disusunnya Stranas PPRG adalah agar pelaksanaan PUG dalam tataran siklus pembangunan menjadi lebih terarah, sistematis dan sinergis, serta berkelanjutan, baik di tingkat nasional, maupun di tingkat daerah.

(7)

H a l a m a n 3 | Adapun arah kebijakan percepatan PUG dalam Stranas PPRG 2012-2014: 1) pelembagaan PPRG dengan membangun komitmen pejabat tertinggi dan tinggi K/L dan Pemerintah Provinsi; 2) koordinasi instansi penggerak dengan K/L teknis dan SKPD teknis; dan 3) peningkatan kapasitas K/L dalam melakukan analisis gender untuk menyusun lembar ARG. Selanjutnya, strategi umum dalam penerapan PPRG ke depan di tingkat nasional dan daerah yaitu: a) penguatan dasar hukum; dan b) penguatan koordinasi, baik antar-sesama instansi penggerak, maupun antar-penggerak dengan instansi pelaksana.

Sehubungan dengan berakhirnya Stranas PPRG di tahun 2014, maka pada tahun 2016, Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga-Bappenas bermaksud melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (Stranas PPRG) untuk menentukan langkah tindak lanjut ke depan dalam rangka pelaksanaan PUG.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan evaluasi ini adalah untuk:

1. Mengevaluasi pelaksanaan mandat oleh K/L Penggerak yang tercantum dalam Stranas PPRG;

2. Mengevaluasi pelaksanaan mandat oleh SKPD Penggerak yang tercantum dalam Juklak PPRG Daerah yang merupakan lampiran dari Stranas PPRG; dan

3. Mengevaluasi ketersediaan 7 prasyarat PUG dan pelaksanaannya, termasuk capaian, permasalahan dan tantangan, serta inovasi yang dilakukan oleh K/L/SKPD umum.

1.3. METODOLOGI

Metode Pengumpulan Data

Kegiatan evaluasi ini bersifat analisis deskriptif yang didukung oleh data, baik primer maupun sekunder. Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui penyebaran kuesioner, focus group discussion, wawancara mendalam, dan seminar dengan mitra kerja, para pakar, instansi terkait lainnya, LSM, dan mitra pembangunan. Kesemuanya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci terkait pelaksanaan kegiatan PUG/PPRG di tingkat pusat dan daerah. Selain itu, data kegiatan evaluasi ini juga didapatkan dari studi pustaka data K/L terkait hasil survei, serta hasil studi dan kajian yang pernah dilakukan terkait dengan pelaksanaan PUG pada umumnya dan PPRG pada khususnya. Hasil dari kajian ini disusun dalam suatu laporan, yang kemudian akan didiseminasikan melalui seminar akhir kegiatan.

Kerangka Kerja Evaluasi

Kegiatan evaluasi ini dilakukan melalui 4 tahapan, yang terdiri dari: 1) tahap gender stocktaking; 2) tahap evaluasi komprehensif; 3) tahap analisis dan rekomendasi; dan 4) tahap diseminasi hasil evaluasi.

Secara umum, gender stocktaking bertujuan untuk memberi gambaran tentang kelembagaan dan hasil pelaksanaan Stranas PPRG di setiap K/L/SKPD, baik di

(8)

H a l a m a n 4 | K/L/SKPD penggerak maupun non-penggerak. Secara khusus, gender stocktaking bertujuan untuk melakukan inventarisasi terhadap:

a. kebijakan/program/kegiatan relevan dengan PUG/PPRG yang dilaksanakan oleh masing-masing K/L/SKPD;

b. tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan PUG/PPRG; dan

c. solusi yang direkomendasikan oleh K/L/SKPD dalam rangka perbaikan dan percepatan pelaksanaan PUG melalui PPRG ke depan.

Hasil dari analisis tersebut digunakan untuk menentukan fokus evaluasi yang lebih komprehensif, sehubungan dengan luasnya cakupan Stranas PPRG. Fokus evaluasi yang dimaksud adalah K/L/SKPD terpilih, yang dianalisis lebih lanjut (komprehensif) untuk menghasilkan gambaran kemajuan, analisa dan rekomendasi pelaksanaan PUG ke depan yang lebih mendalam.

Tahap selanjutnya yaitu evaluasi komprehensif terhadap hasil K/L/SKPD terpilih yang diperoleh pada tahap gender stocktaking. Instansi driver PPRG (Bappenas, Kemenkeu, KPPPA dan Kemendagri) merupakan K/L yang masuk dalam tahapan ini mengingat bahwa keberhasilan pelaksanaan PPRG sangat ditentukan oleh K/L Penggerak. Sementara itu, K/L pelaksana PPRG dan SKPD akan dipilih berdasarkan kemajuan yang signifikan dalam melaksanakan PPRG di sektor dan wilayah masing- masing. Adapun, pemilihan K/L non-penggerak dan SKPD dengan kemajuan yang signifikan didasarkan pada pelaksanaan PPRG oleh K/L/SKPD tersebut dapat menjadi lessons learned dan best practices bagi K/L/SKPD lainnya dalam mempercepat pelaksanaan PPRG ke depan.

Tahap ketiga adalah tahap analisis dan rekomendasi. Berdasarkan hasil pada tahap pertama dan kedua, dilakukan analisis yang menyeluruh untuk menghasilkan gambaran utuh pelaksanaan PPRG di Indonesia, termasuk permasalahan, tantangan, serta praktik- praktik terbaik pelaksanaan PPRG. Dari permasalahan dan tantangan serta lessons- learned yang ada kemudian akan disusun rekomendasi ke depan terkait dengan pelaksanaan PUG dan PPRG di Indonesia. Tahap terakhir adalah tahap diseminasi hasil evaluasi. Diseminasi hasil evaluasi akan dilakukan melalui seminar akhir kegiatan yang melibatkan K/L, SKPD, lembaga non-pemerintah, akademisi, swasta, praktisi, serta perwakilan masyarakat. Diseminasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta terkait dengan PUG dan PPRG, serta kemajuan pelaksanaannya di Indonesia sehingga dapat memberikan multiplier effect melalui pemanfaatan hasil evaluasi oleh pihak-pihak terkait untuk mempercepat pelaksanaan PUG dan PPRG ke depan.

(9)

H a l a m a n 5 | Kerangka kerja evaluasi disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.1 Kerangka Kerja Evaluasi Pelaksanaan Stranas PPRG 2012-2014

(10)

H a l a m a n 6 | Dalam proses pelaksanaan evaluasi, tahap I gender stocktaking memerlukan waktu yang cukup panjang karena bergantung pada kecepatan respon dari K/L dan SKPD. Dengan keterbatasan waktu, gender stocktaking pada akhirnya menjadi sumber utama data dan informasi yang digunakan dalam evaluasi stranas PPRG ini. Kegiatan gender stocktaking dilakukan di seluruh K/L dan SKPD. Pengumpulan data diawali dengan pengiriman kuesioner kepada K/L/SKPD (Biro Perencanaan K/L dan Bappeda). Pengisian kuesioner tersebut dikoordinasikan oleh Biro Perencanaan K/L maupun Bappeda melalui focus group discussion internal bersama unit-unit kerja yang terlibat dalam pelaksanaan PUG/PPRG. Jangka waktu pengisian kuesioner adalah selama 2 (dua) minggu dari waktu kuesioner tersebut diterima oleh K/L/SKPD.

Pada bulan Juni 2016 mengawali proses gender stocktaking dengan mengirimkan lembar kuesioner A, B, dan C ke semua Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov). Kuesioner A, B, dan C beserta masing-masing petunjuk terlampir.

Kuesioner terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

- Kuesioner A adalah kuesioner dengan daftar pertanyaan umum yang ditujukan untuk seluruh Kementerian, Lembaga, dan SKPD Pemerintah Daerah Provinsi;

- Kuesioner B adalah kuesioner dengan daftar pertanyaan khusus, yang ditujukan kepada Kementerian Penggerak PPRG, yaitu Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri, dan Kementerian PP dan PA; dan

- Kuesioner C adalah kuesioner dengan daftar pertanyaan khusus, yang ditujukan kepada SKPD Penggerak PPRG di Pemda Provinsi, yaitu Bappeda, BP3AKB/SKPD yang membidangi Pemberdayaan Perempuan, BAKD/SKPD yang membidangi Keuangan Daerah, dan Inspektorat Daerah.

Khusus untuk K/L Penggerak diminta mengisi 2 (dua) kuesioner yaitu Kuesioner A dan B, sehubungan dengan posisinya sebagai K/L/SKPD pelaksana PUG dan juga sebagai Penggerak PPRG. Demikian pula halnya dengan SKPD Penggerak Pemda Provinsi diminta untuk mengisi kuesioner A dan C, sehubungan dengan posisinya sebagai SKPD pelaksana PUG dan juga sebagai SKPD Penggerak PPRG.

Titik mula gender stocktaking adalah tahun anggaran 2012, sesuai Stranas PPRG, hingga hingga 2016. Dengan demikian baik dokumen Lembar ARG/GBS, analisis gender, dan kegiatan-kegiatan serta surat penunjukan sedapat mungkin mulai 2012. Namun bila tidak tersedia, cukup yang ada saja. Tahun anggaran lingkup penilaian adalah 2010 hingga 2016 (disusun pada tahun 2009 hingga 2015). Khususnya TA 2016, kegiatan yang dinilai umumnya baru berjalan, atau akan dilaksanakan, sehingga belum dapat disimpulkan apakah kegiatan tersebut diimplementasikan secara responsif gender.

Perlu diketahui bahwa pemberian skor tidak dimaksudkan dalam rangka pemberian penghargaan/award, melainkan untuk menilai sejauh mana progres kementerian dalam pelaksanaan PUG dan PPRG. Dengan demikian hal-hal yang belum dapat dilaksanakan secara penuh dapat ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kebijakan yang tepat.

Adapun ketiga kriteria tersebut dibuat berdasarkan keberadaan dan tingkatan komponen yang dievaluasi dalam kuesioner. Rincian kuesioner A, B, dan C terlampir (Lampiran I).

Dua minggu setelah kuesioner-kuesioner disebar ke 34 Kementerian dan 30 Lembaga serta ke masing-masing SKPD dari 34 Pemda Provinsi, belum ada satupun instansi yang

(11)

H a l a m a n 7 | mengembalikan kuesioner yang telah diisi. Atas permintaan K/L dan Pemprov, waktu pengisian kemudian diperpanjang.

1.4. RUANG LINGKUP

Evaluasi Stranas PPRG ini mencakup antara lain: i) penyusunan kerangka konsep, tools, dan metodologi evaluasi Stranas PPRG; ii) studi pustaka meliputi evaluasi PUG dan PPRG serta gender stocktaking yang pernah dilakukan sebelumnya, termasuk hasil evaluasi PUG yang pernah dilakukan oleh kementerian lain; iii) melakukan penyusunan dan penyebaran instrumen/kuesioner terkait dengan kemajuan pelaksanaan PUG dan PPRG ke K/L/SKPD; iv) melakukan pemetaan terhadap progres yang sudah terjadi di K/L/Pemprov dalam percepatan pelaksanaan PUG/PPRG, termasuk best practices (praktik-praktik terbaik) sebagai lessons learned pelaksanaan PUG/PPRG ke depan; v) melaksanakan workshop dan indepth interview dengan K/L terpilih untuk mengetahui progress, permasalahan, dan tantangan pelaksanaan Stranas PPRG; vi) melakukan analisis terhadap hasil evaluasi baik pada Kementerian dan SKPD Penggerak PPRG serta pada Kementerian/Lembaga dan Pemprov Pelaksana PPRG; dan vii) penyusunan laporan dan rekomendasi.

1.5. KELUARAN (OUTPUT)

Keluaran (output) yang diharapkan dari kegiatan evaluasi ini adalah

a. hasil evaluasi pelaksanaan Stranas PPRG pada Kementerian dan SKPD Penggerak PPRG serta pada Kementerian/Lembaga dan Pemprov Pelaksana PPRG; dan

b. rekomendasi langkah tindak lanjut untuk pelaksanaan PUG ke depan.

1.6. LIMITASI

Dalam melaksanakan , terdapat beberapa limitasi, sebagai berikut:

a) Kementerian dan Lembaga

i) Hanya 25 dari 34 Kementerian (74%) yg merespon dengan mengembalikan kuesioner A yang sudah diisi.

14 Kementerian (56%) melakukan pengisian kuesioner A hanya oleh Biro Perencanaan tanpa melibatkan unit lain. Sisanya 11 Kementerian melibatkan unit kerja eselon lain.

ii) Hanya 19 dari 30 Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) (63%) yg merespon dengan mengembalikan lembar kuesioner yang sudah diisi.

Hanya 1 LPNK (LAN) yang pengisian kuesionernya melibatkan unit eselon selain Biro Perencanaan, sisanya hanya Biro Perencanaan.

iii) 6 Lembaga mengisi kuesioner tanpa penjelasan, sehingga data yang dihasilkan miskin informasi.

b) SKPD (Pemerintah Provinsi)

(12)

H a l a m a n 8 | i) Hanya 15 (45 %) Pemda Provinsi yang merespon dengan mengembalikan

lembar kuesioner yang sudah diisi.

ii) 9 dari 15 (60%) Pemprov yang merespon hanya melibatkan 1-8 SKPD dalam pengisian kuesioner.

iii) Beberapa SKPD mengisi kuesioner tanpa penjelasan, sehingga data yang dihasilkan miskin informasi.

iv) Keterbatasan anggaran (adanya pemangkasan anggaran) menyebabkan tidak dapat dilakukan wawancara mendalam pada tingkat provinsi.

c) Evaluasi Stranas PPRG ini baru sampai pada tahap penilaian keberadaan dokumen PUG dan PPRG. Dokumen yang ada dan belum dinilai kualitasnya yaitu Peraturan Menteri, Juklak/juknis, SK Tim/Pokja PUG dan PPRG, Lembar analisis gender, Lembar ARG, dll.

d) Evaluasi ini belum menilai dari sisi kualitas pelaksanaan PUG dan PPRG, misal tingkat pemahaman Pejabat Eselon 1-4 terkait PUG dan PPRG, kualitas analisis gender, kualitas penyusunan Lembar ARG, pemanfaatan data terpilah, perluasan pelaksana PPRG ke unit eselon II, dst.

(13)

H a l a m a n 9 |

BAB 2. SEJARAH DAN EVALUASI PPRG

Sejak dimasukkannya gender sebagai bagian dari strategi yang diarusutamakan dalam pembangunan, dimulai pada RPJMN I 2004-2009, Bappenas telah melakukan sejumlah evaluasi dan pengumpulan data dan informasi terkait gender. Pada tahun 2007, Bappenas melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUG di 18 Kementerian/Lembaga, 7 provinsi, dan 7 kabupaten/kota terpilih. Tujuan dari evaluasi tersebut untuk mengetahui sampai seberapa jauh Kementerian/Lembaga dan provinsi serta kabupaten/kota yang dikaji telah melaksanakan Inpres No. 9 Tahun 2000, serta peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan PUG. Lalu pada tahun 2009 ujicoba PPRG dimulai dan 7 K/L ditunjuk untuk menerapkan inisiatif PPRG tersebut dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan masing-masing. Tiga tahun kemudian, Bappenas menyelenggarakan Evaluasi Ujicoba PPRG terhadap 7 K/L tersebut. Kemudian pada tahun 2013, pada saat melakukan Background Study RPJMN III (2015-2019), Bappenas bekerjasama dengan Bank Dunia dan The Asia Foundation melakukan kegiatan Gender Stocktaking (Pengumpulan Data dan Informasi Gender- PDIG) terhadap 34 K/L. Hasil dari PDIG tersebut menjadi laporan suplemen terhadap Background Study RPJMN Bidang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Bappenas.

Evaluasi Stranas PPRG ini menggunakan evaluasi dan pengumpulan data/informasi tersebut sebagai semacam baseline informasi dalam evaluasi Stranas PPRG 2016 ini.

Dengan demikian ada gambaran yang lebih jelas mengenai progres dari K/L/Pemprov yang dievaluasi. Berikut kilas singkat atas evaluasi-evaluasi yang telah disebutkan di atas.

2.1. EVALUASI PUG 20071

Pada tahun 2007, Bappenas melakukan evaluasi PUG terhadap: 18 K/L (Depdiknas, Depkes, Depdagri, Depsos, Deptan, Depnakertrans, DKP, Dephukham, Menneg Ristek, Menneg KUKM, Menneg LH, Menneg PAN, BKKBN, BKN, LAN, Polri, Jakgung, dan MA); 7 provinsi (Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara) dan 7 kabupaten/kota (Kota Padang, Kab. Kampar, Kab.

Bekasi, Kab. Semarang, Kab. Lombok Barat, Kota Banjarmasin, dan Kota Manado). Lima aspek yang diukur dalam evaluasi tersebut adalah:

1) Dukungan (politik) pimpinan instansi;

2) Tersedianya wadah, baik struktural maupun fungsional yang memungkinkan PUG (berpotensi) terlembaga;

3) Ketersediaan dan efektifnya sistem data dan informasi yang terpilah menurut jenis kelamin;

4) Sumberdaya manusia (SDM) yang memahami dan mampu melaksanakan PUG;

dan

1 Kajian Unit Kerja Eselon II Tahun 2007 - Analisis Gender dalam Perencanaan Pembangunan. 2008.

Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak-Bappenas.

(14)

H a l a m a n 10 | 5) Trend/jumlah Program/Kegiatan yang responsif gender.

Kelima aspek tersebut dipilih karena merupakan prasyarat ideal minimal untuk melaksanakan PUG, khususnya untuk suatu proses perencanaan pembangunan yang responsif gender. Aspek ke -6 yaitu gender budget, tidak jadi dikaji saat itu, karena masih belum ada kesepakatan dalam definisi dan maknanya.

Adapun hasil dari evaluasi 2007 tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Dukungan Politik. 16 K/L telah mengeluarkan SK Menteri terkait untuk pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) PUG sebagai dukungan politik terhadap pelaksanaan PUG. Namun, pada beberapa K/L SK tersebut kurang tersosialisasi secara baik. Oleh karena itu keberadaannya seringkali hanya diketahui oleh orang- orang yang namanya tercantum di dalam SK tersebut. Dukungan politik ini sangat erat berkaitan dengan pemahaman, terutama pemahaman dari para pimpinan dan pengambil kebijakan. Kurangnya pemahaman yang benar mengenai Kesetaraan Gender dan PUG mengakibatkan hampir semua kegiatan hanya melanjutkan program-program yang ada, yaitu program-program dengan target spesifik perempuan (Wanita dan Pembangunan, bukan Gender dalam Pembangunan).

2) Wadah Kelembagaan. Tidak semua K/L yang dievaluasi memiliki wadah atau kelembagaan yang mengurusi gender, baik kelembagaan struktural maupun fungsional. Sebagian Pokja PUG terbentuk melalui kerjasama bilateral dan Pokja PUG berakhir dengan berakhirnya kerjasama tersebut. Kedudukan anggota Pokja rendah secara struktural yaitu pada eselon 4, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan pengawalan maupun melakukan terobosan-terobosan ke dalam sistem.

Best practice pada saat itu adalah dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional yang menetapkan Pokja pada level eselon 2 dan tidak dibuat dalam rangka kerjasama bilateral sehingga lebih bertahan.

3) Data Terpilah menurut Jenis Kelamin. Permasalahan ketersediaan data terpilah merupakan masalah klasik yang belum terselesaikan di semua K/ yang dievaluasi.

Belum adanya kebijakan yang mengharuskan untuk mengumpulkan data secara terpilah jenis kelamin, sehingga lebih sering ketersediaan data terpilah bergantung pada inisiatif unit kerja. Suatu usaha bersama dengan prakarsa dari Bappenas, Kemeneg. PP serta BPS untuk mensosialisasikan sekaligus melakukan pelatihan untuk K/L (bagian Pusdatin, perencana, pemegang program, dan peneliti) dalam hal bagaimana mengumpulkan data terpilah baik menurut jenis kelamin dan juga menurut kandungan isu gender (gender statistik) dikumpulkan dan dianalisis. Oleh karena jenjang birokrasi masih sangat kuat, maka diperlukan Surat Keputusan atau Peraturan Menteri untuk kegiatan ini dapat berlanjut.

4) Sumber Daya Manusia. Sangat terbatasnya jumlah pejabat dan staf yang “handal gender” sehingga rotasi pejabat menjadi semacam momok bagi keberlanjutan PUG di K/L. Banyaknya kesalahpahaman di kalangan pejabat eselon 1 dan 2 mengenai PUG menjadikan kegiatan advokasi gender dan PUG menjadi sangat esensial bagi pelaksanaan PUG di K/L.

5) Program Responsif Gender. Sebagian K/L sudah semakin terbuka menerima perspektif gender ke dalam program dan kegiatannya. Pejabat Eselon 3 dan 4 yang sudah dilatih melakukan analisis gender untuk perencanaan program merupakan ujung tombak dalam membawa PUG ke program dan kegiatan di unitnya masing-

(15)

H a l a m a n 11 | masing. Kendala yang masih dihadapi adalah meyakinkan pimpinan dan kolega kerjanya yang pada umumnya masih bias gender.

Adapun hasil evaluasi PUG di daerah cukup berbeda. Di beberapa daerah, walaupun telah memiliki sebagian besar dari 5 prasyarat PUG, namun pelaksanaan PUG tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sebaliknya, terdapat daerah tanpa kelengkapan prasyaratan ideal telah melaksanakan PUG meskipun baru pada program/kegiatan terbatas. Proses pelaksanaan PUG di daerah umumnya dapat dibagi ke dalam 3 pola umum. Pola pertama adalah daerah masih dalam tahap proses memenuhi prasyarat ideal seraya tetap melanjutkan program/kegiatan Perempuan dalam Pembangunan (WID). Pola kedua adalah masih dalam tahap proses memenuhi prasyarat ideal tetapi sudah mempunyai (beberapa) program/kegiatan dengan mengaplikasikan strategi PUG, walaupun masih bersifat ad hoc. Pola ketiga adalah prasyarat ideal masih belum terpenuhi, sudah melaksanakan PUG dengan fokus pada isu-isu tertentu. Akan tetapi kegiatan masih terisolasi sebagai kegiatan Pokja atau unit kerja yang berinisiatif. PUG belum dipakai sebagai strategi untuk mengintegrasikan isu gender ke dalam perencanan program pembangunan dan juga belum dilihat sebagai isu lintas bidang/unit kerja (cross-cutting issue).

2.2. EVALUASI UJICOBA PPRG 20112

Ujicoba PPRG dimulai sejak tahun 2009 yang dilaksanakan oleh 7 (tujuh) K/L, yaitu:

Kementerian PPPA, Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, dan Bappenas– dengan melakukan analisis gender dan menyusun gender budget statement (GBS). Sejalan dengan upaya perluasannya baik di tingkat nasional maupun daerah, maka pada tahun 2011 dilakukan evaluasi untuk menilai pelaksanaan ujicoba PPRG tersebut.

Lingkup penilaian evaluasi kali ini meliputi enam prasyarat PUG, yaitu: i) dasar hukum, ii) komitmen dan kelembagaan, iii) instrumen PPRG - termasuk di dalamnya program dan kegiatan, iv) kapasitas SDM, v) data dan informasi, dan vi) pendanaan. Dapat dilihat bahwa terjadi sedikit berubahan dalam penetapan prasyarat PUG, dimana dasar hukum dipisahkan dari komitmen, sedangkan komitmen digabungkan dengan kelembagaan.

Kemudian program dimasukkan ke dalam aspek instrument PPRG.

Hasil evaluasi ujicoba PPRG di tingkat K/L menunjukkan bahwa permasalahan yang ditemui di seluruh K/L ujicoba, antara lain adalah sebagai berikut dari sisi prasyarat PUG:

1) Dasar hukum: i) di dalam dalam PMK RKA-K/L telah dicantumkan bahwa GBS diletakkan pada tataran output. Akan tetapi, tidak dicantumkan target pelaksanaan PPRG yang jelas bagi masing-masing K/L setiap tahunnya; ii) tidak dicantumkannya manfaat dan insentif/disinsentif bagi K/L pelaksana PPRG tersebut; iii) belum adanya mekanisme penelaahan GBS di dalam PMK RKA-K/L; dan iv) belum adanya mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan yang dilampiri GBS, baik oleh K/L pelaksana PPRG sendiri maupun oleh motor penggerak.

2 Evaluasi Pelaksanaan Ujicoba Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender 2009-2010. 2011.

Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak-Bappenas.

(16)

H a l a m a n 12 | 2) Pemahaman, komitmen dan kelembagaan: i) walaupun PPRG telah diintegrasikan ke dalam proses perencanaan dan penganggaran sejak tahun anggaran 2010, namun dalam pelaksanaannya, PPRG masih terisolasi pada pokja PUG, yang dari segi kelembagaan lebih bersifat formalitas, ad hoc, dan merujuk kepada individu (bukan jabatan), sehingga menjadi sulit saat terjadi mutasi pejabat;

ii) masih rendahnya pemahaman pejabat eselon 1 dan 2 mengenai PUG dan PPRG baik di K/L maupun di lingkungan Tim Motor Penggerak, yang berdampak pada lemahnya komitmen pejabat eselon 1 dan 2, sehingga beberapa GBS yang telah disusun tidak/batal dianggarkan; dan iii) masih lemahnya koordinasi K/L dengan tim motor penggerak PPRG, yang salah satunya diakibatkan oleh belum seragamnya pemahaman tentang PPRG di antara K/L dan tim motor penggerak PPRG tersebut.

3) Instrumen PPRG: i) kurangnya pemahaman dalam penggunaan instrumen analisis gender dengan kesulitan terbesar dalam hal penentuan isu gender, keterbatasan data pembuka wawasan, dan membedakannya dengan data dasar/baseline, dan indikator gender, serta keterkaitannya dengan perubahan struktur dokumen perencanaan dan penganggaran; ii) arahan GBS memang belum mendorong penyusunan pada tingkat Kegiatan atau Output, melainkan mengarahkan pada tingkat Komponen dan Sub Komponen; iii) belum adanya sistem pendokumentasian GBS (baik di masing-masing K/L, maupun di Ditjen Anggaran-Kemenkeu). GBS yang telah diserahkan kepada DJA Kemenkeu belum dimanfaatkan oleh para motor penggerak untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PPRG, iv) ketidaksesuaian kerangka waktu penyusunan GBS. GBS dilampirkan pada saat pengajuan kegiatan pagu indikatif. Sementara itu, sebelum ditetapkannya pagu definitif, masih terdapat pembahasan anggaran yang dapat berdampak signifikan pada perubahan anggaran K/L yang bersangkutan termasuk kegiatan yang telah dilampiri GBS; v) masih disatukannya tematik antara ARG dan MDGs tujuan 3 di dalam sistem aplikasi RKA- K/L saat ini. Hal ini dapat menimbulkan kerancuan karena ada kegiatan MDGs tujuan 3 belum tentu ARG, dan sebaliknya. Terlebih lagi pada prinsipnya, ARG bukan merupakan tema, melainkan prosedur pelaksanaan penganggaran secara umum;

dan vi) tidak ada mekanisme verifikasi dari kegiatan yang termasuk di dalam tematik ARG/MDGs tujuan 3 tersebut, apakah kegiatan tersebut dilampiri GBS atau tidak.

4) Kapasitas SDM: i) belum memadainya kapasitas perencana/penyusun analisis gender dan GBS dalam hal memahami konsep gender dan PUG dan menuangkannya dalam analisis gender dan GBS; ii) belum dipahaminya oleh perencana/penyusun GBS bahwa kegiatan yang disusun GBS-nya sebaiknya bukan kegiatan baru; iii) kegiatan-kegiatan yang dianggarkan dengan GBS bukan termasuk prioritas nasional dan bukan merupakan isu strategis; iv) kurang memadainya kapasitas fasilitator untuk pelatihan dan pendampingan PPRG dalam hal teknis; v) kurang efektifnya pelatihan PPRG, terutama dari sisi kurikulumnya bahkan kadang membingungkan, dan vi) kurangnya keterlibatan motor penggerak lainnya, baik Bappenas maupun Kemenkeu, dalam pelatihan PPRG K/L.

5) Data terpilah dan informasi: Hingga tahun 2011 saat dilakukan evaluasi, ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin masih sangat minim. Hal yang sudah menjadi temuan pada evaluasi 2007, ternyata masih terus berlanjut hingga ujicoba PPRG dilaksanakan. Hal ini menunjukkan belum optimalnya upaya penyediaan dan pemutakhiran data terpilah, dan upaya yang ada belum dilakukan secara sistematis dan berkala.

(17)

H a l a m a n 13 | 6) Pendanaan: Anggaran pelaksanaan kegiatan terkait PPRG diambil dari anggaran Biro Perencanaan-Sekretariat Jenderal/Sekretariat Kementerian pada masing- masing K/L. Namun ada juga yang telah menganggarkan pada sub-biro perencanaan setditjen (unit eselon 1). Penganggaran pada unit eselon 1 lebih memudahkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan spesifik unit eselon 1 seperti pendampingan dalam analisis gender dan penyusunan lembar ARG.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan PPRG semuanya terkait dengan K/L motor penggerak PPRG (drivers), sebagai berikut: i) kurang jelas dan kurang berimbangnya peran masing-masing instansi motor penggerak, sehingga untuk beberapa unit pelaksana teknis di K/L menganggap PPRG adalah tupoksi KPP&PA; ii) koordinasi antara instansi motor penggerak yang masih di tingkat informal dan teknis, sehingga kurang jelas dalam hal akuntabilitas pengambilan keputusan; iii) penguatan dasar hukum PPRG dan mekanisme pengawalannya (pemantauan dan evaluasi); dan iv) penguatan kapasitas instansi motor penggerak PPRG.

2.3. GENDER STOCKTAKING 20133

Pengumpulan Data dan Informasi Gender (Gender Stocktaking) dilaksanakan di 34 K/L.

Lingkup penilaian PDIG meliputi kemampuan Kementerian/Lembaga menerjemahkan Inpres 9 Tahun 2000 tentang PUG sebagai strategi ke Renstra K/L, khususnya ke dalam visi, misi, tujuan, sasaran prioritas, sasaran strategis, target dan indikator. Selain itu dilihat pula penjabaran visi misi tersebut ke dalam program dan atau kegiatan di tingkat unit kerja eselon 1 dan 2, serta dilihat juga kelembagaan PUG yang dimiliki oleh masing- masing K/L.

Hasil evaluasi PDIG menunjukkan kondisi yang positif, namun masih ada beberapa kelemahan yang harus dibenahi. Hal positif adalah ada 11 (32,4 persen) K/L yang memiliki komitmen sangat kuat dengan memformulasikan visi dan misinya untuk berkontribusi secara langsung mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Terdapat 10 K/L (29,4 persen) yang memiliki komitmen cukup kuat dengan memformulasikan visi dan misinya agar berkontribusi secara tidak langsung mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Selebihnya 7 K/L (20,6 persen) memiliki komitmen kurang kuat dengan formulasi visi dan misinya yang tidak berkontribusi baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap kesetaraan dan keadilan gender. Ada 6 K/L yang tidak diterima dokumen renstranya (hardcopy ataupun online).

Mengacu pada prasyarat PUG, temuan PDIG sebagai berikut:

1) Landasan Hukum. Terdapat beberapa K/L yang mempunyai landasan hukum yang kuat berupa Peraturan Menteri tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender, Peraturan Menteri tentang Uji coba PPRG pada beberapa K/L, Peraturan Menteri tentang Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG), Peraturan Menteri tentang Penyusunan Data Terpilah Menurut Jenis Kelamin.

2) Kelembagaan. Terdapat beberapa K/L yang kelembagaan PUG-nya bersifat struktural dengan keanggotaan pejabat struktural eselon 1 hingga eselon 3, dan

3 Pengumpulan Data dan Informasi Program Gender dan Pembangunan RPJMN II: Kajian Pelengkap untuk Latar Belakang Kajian RPJMN III Bidang Kesetaraan Gender. Bappenas-World Bank-The Asia Foundation. 2013.

(18)

H a l a m a n 14 | kelembagaan PUG fungsional dengan keanggotaannya para ahli gender perwakilan dari berbagai lembaga, baik lembaga penelitian, BPS, PT/PSW, dan LSM;

3) Sumber Daya Manusia. Pada beberapa K/L telah memiliki sejumlah SDM yang paham tentang gender dan mampu mendesain PPRG melalui analisis gender GAP dan GBS,

4) Data Terpilah menurut Jenis Kelamin. Pada beberapa K/L telah memiliki sejumlah piranti untuk implementasi PPRG, baik berupa data terpilah menurut jenis kelamin, Modul ataupun panduan perencanaan dan penganggaran responsif gender, Modul atau panduan penyusunan data terpilah menurut jenis kelamin.

5) Program Responsif Gender. Pada beberapa K/L telah menerapkan PPRG pada beberapa program/kegiatan/sub-kegiatan dengan melampirkan GAP dan GBS sebagai bagian tak terpisahkan dari RKA yang mereka buat;

6) Partisipasi Masyarakat. Pada beberapa K/L telah melakukan jejaring dengan masyarakat, baik melalui kemitraan dengan LSM maupun PT/PSW dan memperoleh pendanaan dari lembaga donor di dalam dan luar negeri.

Berbagai hambatan yang dihadapi K/L dalam mengintegrasikan gender ke dalam perencanaan dan penganggarannya antara lain: (1) belum kuatnya komitmen pejabat struktural untuk mendukung integrasi gender dalam perencanaan dan penganggaran responsif gender; (2) belum meratanya kemampuan melakukan analisis dan perencanaan serta penganggaran responsif gender pada semua satuan kerja; (3) belum berfungsi atau terbentuknya kelembagaan PUG, baik berupa Pokja PUG maupun Fokal Poin Gender; (4) belum tersedianya pedoman evaluasi dan monitoring pelaksanaan PUG di setiap kementerian/lembaga; (5) belum dipilihnya kegiatan/program yang berdaya ungkit besar dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

(19)

H a l a m a n 15 |

BAB 3. HASIL EVALUASI STRANAS PPRG

3.1. GENDER STOCKTAKING K/L DAN SKPD PROVINSI PELAKSANA PPRG 3.1.1. Kementerian/Lembaga

Keberhasilan Kementerian Penggerak dalam mendorong percepatan PUG melalui PPRG di tingkat pusat dapat diukur melalui penilaian progress pelaksanaan PPRG di kementerian dan lembaga. Walaupun piranti pengukuran yang lebih akurat belum ada, namun kuesioner A yang telah dibagikan kepada 34 Kementerian dan 30 Lembaga dapat dijadikan alat untuk menilai dan melakukan estimasi terhadap progres yang telah dibuat.

Kuesioner yang telah diterima dari Kementerian, Lembaga, dan Pemprov diolah dengan diberi nilai 0 (nol) atau 1 (satu). Untuk setiap pertanyaan atau sub-pertanyaan, nilai 1 diberikan bila responnya “Ada/Sudah” dan nilai 0 bila responnya “tidak ada/belum”.

Setelah diberi nilai, lalu dijumlahkan dan nilai total diberikan bagi kementerian responden gender stocktaking tersebut.

Berikut adalah rekapitulasi skor dari Kementerian dan Lembaga. Skor tertinggi adalah 28 yaitu bila suatu instansi menjawab “ada/sudah” untuk setiap pertanyaan dan sub- pertanyaan kuesioner. Adapun skor terendah adalah 0 yaitu bila suatu instansi menjawab “tidak ada/belum” untuk setiap pertanyaan dan sub-pertanyaan kuesioner.

Perlu diketahui bahwa pemberian skor tidak dimaksudkan dalam rangka pemberian penghargaan/award, melainkan untuk menilai sejauh mana progres kementerian dalam pelaksanaan PUG dan PPRG. Dengan demikian hal-hal yang belum dapat dilaksanakan secara penuh dapat ditindaklanjuti dengan langkah-langkah kebijakan yang tepat.

Tabel 3.1 Rekapitulasi Skor dan Persentase Progres Kementerian

NO. KEMENTERIAN SKOR %

1 Kementerian Keuangan 28 100

2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 28 100 3 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 27 96,43

4 Kementerian Kelautan dan Perikanan 27 96,43

5 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 26 92,86

6 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 25 89,29

7 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas 25 89,29

8 Kementerian Pertanian 24 85,71

9 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 23 82,14

10 Kementerian Pertahanan 23 82,14

11 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 23 82,14

12 Kementerian Sosial 23 82,14

13 Kementerian Perhubungan 22 78,57

14 Kementerian Agama 20 71,43

15 Kementerian Dalam Negeri 18 64,29

(20)

H a l a m a n 16 |

NO. KEMENTERIAN SKOR %

16 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 16 57,14

17 Kementerian Pariwisata 16 57,14

18 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 15 53,57 19 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 10 35,71

20 Kementerian Pemuda dan Olahraga 8 28,57

21 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 6 21,43 22 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman 4 14,29

23 Kementerian Perindustrian 4 14,29

24 Kementerian Perdagangan 2 7,14

25 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 0 0,00

Tabel 3.2 Rekapitulasi Skor dan Persentase Progres Lembaga

NO. KEMENTERIAN SKOR %

1 Lemhanas 20 71,43

2 BPOM 19 67,86

3 BKKBN 16 57,14

4 LAN 9 32,14

5 BKN 7 25

6 BATAN 5 17,86

7 BPS 4 14,29

8 BAPETEN 4 14,29

9 BNP2TKI 4 14,29

10 BPKP 3 10,71

11 BMKG 3 10,71

12 PERPUSNAS 2 7,14

13 BASARNAS 1 3,57

14 BSN 0 0

15 BKPM 0 0

16 LEMSANEG 0 0

17 LKPP 0 0

18 ARSIP NASIONAL 0 0

19 LIPI 0 0

Dari skor yang dihasilkan, kementerian/lembaga/provinsi responden dikelompokkan ke dalam 3 kelompok: kelompok pertama Sangat Maju (advanced) skor 20-28;

kelompok kedua Maju (progresif) skor 10-19; dan kelompok ketiga Kurang maju (tertinggal) skor 0-9. Adapun ketiga kriteria tersebut dibuat berdasarkan keberadaan dan tingkatan komponen yang dievaluasi dalam kuesioner. Berikut adalah rincian kriteria dari tiga kelompok.

(21)

H a l a m a n 17 | KRITERIA SANGAT MAJU/PROGRESIF

Komitmen

- Adanya peraturan/keputusan menteri terkait pelaksanaan PUG dan PPRG di dalam kementerian; dan

- Kebijakan tersebut disosialisasikan dan dikomunikasikan pada setiap level eselon dan pada semua staf.

Kebijakan Responsif Gender

- Rencana Strategis Kementerian yang responsif gender; dan - Rencana Kerja Tahunan yang responsif gender; dan

- Adanya pedoman pelaksanaan/petunjuk teknis PUG/PPRG yang dikeluarkan dan disosialisasikan.

Kelembagaan PUG dan PPRG

- Adanya Tim/Kelompok Kerja PUG di tingkat eselon I (semua unit eselon I terlibat);

dan

- Adanya Fokal Poin Gender pada semua unit eselon I, dan bila memungkinkan semua unit eselon II.

SDMKualitas dan Kuantitas

- Adanya Fasilitator untuk internal kementerian;

- Adanya Tim Pelaksana PUG dan PPRG yang terlatih

- Adanya SDM Satker (pada semua unit eselon I, dan bila memungkinkan semua unit eselon II) yang terlatih dan mampu melakukan PPRG.

- Adanya pelatihan dan peningkatan kapasitas yang reguler Anggaran

- Adanya dana yang dapat menunjang pelaksanaan PUG dan PPRG kementerian; dan - Adanya lembar ARG/GBS yang sudah disusun dan sudah dianggarkan.

Data Terpilah menurut Jenis Kelamin

- Adanya kebijakan kementerian tentang penyediaan data terpilah; dan - Adanya data terpilah untuk sektor/bidang yang dikelola kementerian.

Penggunaan Analisis Gender dalam Perencanaan Program/Kegiatan - Digunakannya dan dilakukannya analisis gender dalam perencanaan

program/kegiatan kementerian; dan

- (Sebaiknya) Ada piranti pemantauan dan evaluasi kegiatan terkait PUG dan PPRG.

Partisipasi Masyarakat

- Adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan terkait PUG dan PPRG.

KRITERIA MAJU/PROGRESIF Komitmen

- Adanya peraturan/keputusan menteri terkait pelaksanaan PUG dan PPRG di dalam kementerian; dan

(22)

H a l a m a n 18 | - Kebijakan tersebut disosialisasikan dan dikomunikasikan pada setiap level eselon

dan pada semua staf.

Kebijakan Responsif Gender

- Rencana Strategis Kementerian yang responsif gender; dan/atau - Rencana Kerja Tahunan yang responsif gender; dan/atau

- (Sebaiknya) ada pedoman pelaksanaan/petunjuk teknis PUG/PPRG yang dikeluarkan dan disosialisasikan.

Kelembagaan PUG dan PPRG

- Adanya Tim/Kelompok Kerja PUG di tingkat eselon I (semua atau sebagian unit eselon I terlibat); dan

- Adanya Fokal Poin Gender pada semua atau sebagian unit eselon I.

SDM Kualitas dan Kuantitas

- Adanya Fasilitator untuk internal kementerian; atau

- Adanya Tim Pelaksana PUG dan PPRG yang terlatih; dan/atau

- Adanya SDM Satker (pada sebagian unit eselon I) yang terlatih dan mampu melakukan PPRG; dan/atau

- Adanya pelatihan dan peningkatan kapasitas, walaupun tidak reguler.

Anggaran

- Adanya dana yang dapat menunjang pelaksanaan PUG dan PPRG kementerian;

dan/atau

- Adanya lembar ARG/GBS yang sudah disusun dan sudah dianggarkan.

Data Terpilah menurut Jenis Kelamin

- Adanya kebijakan kementerian tentang penyediaan data terpilah; dan/atau - Adanya data terpilah untuk sektor/bidang yang dikelola kementerian.

Penggunaan Analisis Gender dalam Perencanaan Program/Kegiatan - Digunakannya dan dilakukannya analisis gender dalam perencanaan

program/kegiatan kementerian;

- (Sebaiknya) ada piranti pemantauan dan evaluasi kegiatan terkait PUG dan PPRG.

Partisipasi Masyarakat

- (Sebaiknya) ada keterlibatan masyarakat dalam kegiatan terkait PUG dan PPRG.

KRITERIA KURANG MAJU/TERTINGGAL Komitmen

- Belum ada peraturan/keputusan menteri terkait pelaksanaan PUG dan PPRG di dalam kementerian

Kebijakan Responsif Gender

- Rencana Strategis Kementerian belum responsif gender atau masih netral gender;

- Rencana Kerja Tahunan belum responsif gender atau masih netral gender; dan - Belum pedoman pelaksanaan/petunjuk teknis PUG/PPRG yang dikeluarkan dan

disosialisasikan.

(23)

H a l a m a n 19 | Kelembagaan PUG dan PPRG

- Belum ada Tim/Kelompok Kerja PUG di tingkat eselon I, atau ada tapi belum berfungsi;

- Belum ada Fokal Poin Gender atau hanya terdapat pada sebagian kecil unit eselon I.

SDMKualitas dan Kuantitas

- Belum ada Fasilitator untuk internal kementerian;

- Belum ada Tim Pelaksana PUG dan PPRG yang terlatih atau ada tapi tidak terlatih - Belum ada SDM Satker (atau hanya pada sedikit unit eselon I) yang terlatih dan

mampu melakukan PPRG;

- Belum ada pelatihan dan peningkatan kapasitas yang reguler.

Anggaran

- Belum ada dana yang memadai untuk dapat menunjang pelaksanaan PUG dan PPRG kementerian; dan/atau

- Belum ada atau ada lembar ARG/GBS yang sudah disusun dan sudah dianggarkan.

Data Terpilah menurut Jenis Kelamin

- Belum ada kebijakan kementerian tentang penyediaan data terpilah; dan/atau - Belum ada atau ada data terpilah untuk sektor/bidang yang dikelola kementerian.

Penggunaan Analisis Gender dalam Perencanaan Program/Kegiatan

- Belum digunakannya analisis gender dalam perencanaan program/kegiatan kementerian;

- Belum ada piranti pemantauan dan evaluasi kegiatan terkait PUG dan PPRG Partisipasi Masyarakat

- Belum ada keterlibatan masyarakat dalam kegiatan terkait PUG dan PPRG.

HASIL ANALISIS GENDER STOCKTAKING

Data dan informasi dari kuesioner yang telah diterima kemudian direkapitulasi untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi dan progres yang terjadi di Kementerian dan Lembaga (Lampiran I-II). Rekapitulasi dibuat per kementerian/lembaga dan provinsi, serta memuat pernyataan-pernyataan responden terkait kendala, solusi, inovasi, dan harapan ke depan terkait pelaksanaan PUG melalui PPRG.

Kuesioner A terbagi menjadi 10 bagian yaitu: 1) Pengetahuan tentang Strategi Nasional Percepatan PUG melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (Stranas PPRG); 2) Komitmen Pimpinan K/L/SKPD tentang pelaksanaan PUG/PPRG; 3) Kebijakan K/L/SKPD tentang PUG/PPRG; 4) Kelembagaan PUG di K/L/SKPD; 5) Sumber daya manusia di K/L/SKPD yang mampu melakukan PUG/PPRG; 6) Ketersediaan dana untuk pelaksanaan PUG/PPRG; 7) Ketersediaan data terpilah berdasarkan jenis kelamin; 8) Kemampuan melakukan analisis gender (GAP, Proba, dll); 9) Peran serta masyarakat (LSM, PT, ormas, mitra pembangunan, dll) dalam pelaksanaan PUG/PPRG;

10) Kendala dan solusi pelaksanaan PUG/PPRG.

(24)

H a l a m a n 20 | Secara umum, hasil rekapitulasi menurut 7 prasyarat PUG dari seluruh kementerian yang telah mengumpulkan yaitu:

NO. PERTANYAAN YA/ADA/

SUDAH %

DARI 25 K/L

A PENGETAHUAN TENTANG STRANAS PPRG

1 Apakah anda sudah tahu tentang Stranas PPRG? 22 88,00 2 Apa yang anda ketahui tentang Stranas PPRG?

Jelaskan! 22 88,00

3 Darimana anda mengetahui tentang Stranas

PPRG? 21 84,00

B KOMITMEN

1 Apakah ada peraturan menteri tentang

pelaksanaan PUG? 17 68,00

2 Bila ada peraturan Menteri, apakah sudah

disosialisasikan? 18 72,00

C KEBIJAKAN

1 Apakah Renstra institusi Saudara ada yang

mengandung isu gender? 19 76,00

2 Apakah ada Renja Tahunan K/L yang

mengandung isu gender? 16 64,00

3 Apakah ada pedoman Pelaksanaan/ Petunjuk

Teknis/ sejenisnya PPRG di internal K/L? 17 68,00 a) Bila ada, apakah sudah disosialisasikan,

kepada siapa dan bentuknya seperti apa? 15 60,00

D KELEMBAGAAN

1 Apakah ada POKJA PUG di K/L yang disahkan

pimpinan? 18 72,00

2 Apakah ada Focal Point Gender (FPG)? 20 80,00

a.1.) Apakah FPG sudah mendapat latihan PUG? 7 28,00

E SUMBER DAYA MANUSIA

1 Apakah ada fasilitator PUG/PPRG internal K/L? 15 60,00 a) Bila ada, apakah jumlahnya meningkat? 6 24,00 2 Apakah ada Tim Pelaksana (SDM) PUG dan PPRG? 19 76,00

a) Bila ada, apakah sudah mendapat pelatihan

PPRG dan isu terkait gender lainnya? 14 56,00

b) Apakah pelatihan dilakukan secara reguler? 8 32,00 3 a) Apakah ada SDM Satker yang mampu

melaksanakan PUG dan PPRG? 17 68,00

a.1) Apakah jumlah SDM Satker yang mampu melaksanakan PUG dan PPRG semakin

meningkat? 12 48,00

4 Apakah materi PUG/PPRG sudah diintegrasikan dalam modul pelatihan teknis, struktural, dan

fungsional? 12 48,00

F DANA

1 Apakah tersedia anggaran untuk menunjang pelaksanaan PUG/PPRG? (sosialisasi, advokasi,

pelatihan, workshop, pelaksanaan monitoring dan 20 80,00

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Kerja Evaluasi Pelaksanaan Stranas PPRG 2012-2014
Tabel 3.1 Rekapitulasi Skor dan Persentase Progres Kementerian
Tabel 3.2 Rekapitulasi Skor dan Persentase Progres Lembaga

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kubang Kutu 2, menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jumlah 20

Hasil : Hasil penelitian uji paired sample T-test pada kedua kelompok didapatkan hasil p=0,000<0,05 yang berarti ada pengaruh pemberian terapi laser berintensitas rendah dan

(1) Koordinator PUG Kementerian melalui Pejabat Pimpinan Tinggi Madya terkait melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PUG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

2 Rencana Usaha Kelayakan usaha dengan memperhatikan segi: Bahan Baku (Suplai, Mutu, Alternatif Sumber), Produksi (Peralatan, Kapasitas, Nilai investasi), Proses

Grafik perbandingan rata-rata kepadatan trikoma bawah pada generasi pertama dari kombinasi persilangan balik (Back-cross) kedelai G100H, Ichyou dan Willis ………41...

Bahasa seperti lahan yang tidak ada habisnya untuk digarap atau dijadikan objek penelitian oleh para peneliti, sifat bahasa yang dinamis memungkinkan para peneliti

MANUSIA  Sudah memiliki Fasilitator PUG dan PPRG, yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Namun tidak disebutkan berapa jumlahnya.  Sudah memiliki Tim Pelaksana PUG dan PPRG,

gender dengan kesulitan terbesar dalam hal penentuan isu gender, keterbatasan data pembuka wawasan, dan membedakannya dengan data dasar/baseline, dan indikator