• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

7 7 8 9 10 11 11

Faktor yang menyebabkan enuresis : Faktor fisik

Genetik/familial

Hambatan perkembangan Pola tidur

Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing

Kencing manis Susah buang air besar Alergi

Faktor psikis Stres Psikologi Lingkungan

Mengurangi kapasitas kandung kemih Enuresis Stres

ADH Kurang

Stres Anak usia prasekolahKejadian Enuresis BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Enuresis Pada Anak

a. Pengertian

Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya. Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa (Kurniawati, 2008). Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari kelainan fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis. Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat mengendalikan pengosongan kandung kemihnya. Pengertian lain menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari oleh anak berumur 5 tahun atau lebih baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2000).

b. Penyebab Enuresis

Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti adanya infeksi salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi juga dapat menyebabkan enuresis sekunder. Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga menjadi penyebab (kurniawati, 2008).

Suwardi (2000) menyatakan bahwa enuresis pada seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologik.

Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui.

c. Penyebab Enuresis pada Anak

(2)

Beberapa faktor etiologi yang paling sering ditemukan dalam berbagai penelitian adalah :

a. Genetik/familial.

Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis , salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis , dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis . Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68% akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%.

b. Hambatan perkembangan

Dasar keadaan ini adalah kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur pengosongan kandung kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan keterampilan yang dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi penggunaan otot-otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen yang menghasilkan voluntary mechanism berkemih. Melalui mekanisme ini anak dapat menggandakan kapasitas kandung kemihnya 4,5 tahun dibandingkan dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur 2 tahun. Anak yang gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya akan menjadi anak enuretik (Suwardi, 2000).

c. Psikologis

Frued dalam Kurniawati (2008) menyatakan bahwa anak yang sulit menahan kencing

sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak.

d. Genetik

Enuresis juga dapat terjadi karena faktor keturunan, bila kedua orang tua anak mempunyai riwayat enuresis maka 77% kemungkinan anak mereka mengalami hal yang sama. Jika hanya salah satu orang tua yang mengalami enuresis maka terdapat sekitar 44% kemungkinan anak akan terpengaruh. Namun jika kedua

(3)

orang tua tidak memiliki riwayat enuresis maka hanya 15% kemungkinan anak mengalami enuresis (Kurniawati, 2008).

e. Lain-lain, seperti pola tidur, lingkungan termasuk kebiasaan yang kurang baik, toilet trainning yang tidak adekuat.

Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya enuresis , pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian menunjukkan bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak enuresis . Terdapat hubungan antara lingkungan anak dengan enuresis , dilaporkan bahwa enuresis lebih sering terjadi pada anak-anak dari lingkungan sosial ekonomi rendah. Saat yang baik untuk memberikan latihan berkemih pada anak yaitu pada umur antara 18 – 30 bulan, saat tingkat pematagan pskologik anak mulai berkembang.

d. Cara mengukur enuresis

Kurniawati (2008) melakukan penelitian tentang kejadian enuresis berdasarkan faktor psikologis dan keturunan pada anak usia prasekolah 4 – 5 tahun di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan Surabaya melakukan observasi untuk mengukur variabel kejadian enuresis selama 1 minggu hasil observasi di kategorikan menjadi enuresis jarang sekali, jarang, sering, sering sekali

.

B. Stres pada Anak a.Pengertian

Menurut Yosep (2007) stres adalah tanggapan reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu stress dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari gangguan atau penyakit. Stres adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat (Atkinson, 2008). Sedangkan Selye (dalam

(4)

Rachmad, 2011) mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya.

b. Faktor Penyebab Stres pada Anak

Menurut Ekayati (2011), terdapat dua hal penyebab stres pada anak : i. Faktor normatif

Penyebab stres anak dari faktor normatif terjadi pada saat anak mengalami fase perkembangan fisiologis. Pada dasarnya faktor normatif ini merupakan bentuk produktif dari kecemasan yang nantinya membantu mereka untuk berkembang menjadi mandiri.

ii. Faktor lingkungan

Penyebab stres anak dari faktor lingkungan terjadi karena adanya perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yag dapat menjadi pencetus adalah : 1) perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak- anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga membuat mereka merasa sendiri dan ketakutan, 2) pindah. Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas. Pindah yang

dimaksudkan adalah pindah rumah, sekolah, maupun lingkungan bermain. Selain itu juga ada beberapa hal yang bisa menjadi pencetus, yaitu :

a. Kematian orang tua atau orang yang disayangi. Kematian ini sangat menimbulkan peristiwa traumatik bagi anak terlebih jika merasa penyebab kematian tersebut adalah mereka.

b. Kegiatan yang berlebihan (baik itu kegiatan sekolah, di luar sekolah atau rumah dan di dalam rumah).

c. Tekanan-tekanan dari teman sebayanya. Tekanan ini termasuk pelecehan, penyiksaan baik fisik maupun mental dan pengucilan.

c. Tanda gejala stres

Wong (2008) menyatakan bahwa tanda gejala stres pada anak meliputi perilaku, keadaan internal dan fisiologi. Perilaku anak stres tercermin dengan keadaan dominasi ekspresi wajah yang sedih dengan tidak ada atau berkurangnya rentang respon afektif, permainan atau pekerjaan soliter, cenderung menyendiri, tidak tertarik dalam permainan, menarik diri dari aktivitas menyenangkan dan hubungan yang sebelumnya telah dilakukan, nilai sekolah lebih rendah, kurang tertarik dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), aktivitas motorik hilang, kelelahan, keadaan sedih atau menangis, tergantung dan tidak mandiri atau agresif dan diskriptif. Tanda gejala stres

(5)

pada keadaan internal yakni ungkapan pernyataan merefleksikan harga diri rendah, rasa tidak berdaya atau perasaan bersalah dan ide untuk bunuh diri. Pada faktor fisiologi anak menjadi sering mengeluh merasa tidak sehat yang tidak spesifik, perubahan nafsu makan menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan dan perubahan pola tidur, anak menjadi tidak dapat tidur atau hipersomnia.

d. Cara mengukur stres pada Anak

Penelitian yang dilakukan oleh Noviekayati (2009) tentang pemetaan penyebab stres pada anak di Surabaya menyatakan bahwa data penyebab stres pada anak diperoleh dengan kuesioner skala menggunakan Penyebab Stres pada Anak (PSA) dengan indikator :

i. Faktor Normatif

1. Kebutuhan berkelompok

2. Kebutuhan penyelesaian tugas Perubahan fisiologis

ii. Faktor Lingkungan

1. Perceraian orang tua

2. Kehilangan orang yang disayangi 3. Perpindahan tempat tinggal

4. Perpindahan sekolah

5. Perpindahan lingkungan bermain 6. Tuntutan orang tua

7. Tekanan teman sebaya

e. Alat mengukur stres pada Anak

Alat ukut stres anak menggunakan kuesioner yang berisi penyebab timbulnya stres pada anak meliputi faktor normatif yakni Kebutuhan berkelompok, kebutuhan penyelesaian tugas, dan perubahan fisiologis serta faktor lingkungan yang terdiri dari perceraian orang tua, kehilangan orang yang disayangi, perpindahan tempat tinggal, perpindahan sekolah, perpindahan lingkungan bermain, tuntutan orang tua dan tekanan teman sebaya

C. Kerangka Teori

(6)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Suwardi (2000) dan Kurniawati (2008)

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah stres anak usia prasekolah di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang.

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian enuresis pada anak usia prasekolah di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang.

F. Hipotesis

(7)

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah “Ada hubungan yang bermakna antara stres anak usia prasekolah dengan kejadian enuresis di RA Al Iman Banaran Gunung Pati Semarang”.

Referensi

Dokumen terkait

Penciptaan tokoh Rose Thomas dalam pementasan naskah Perangkap memerlukan kajian yang teliti tentang bagaimana sebuah karakter bisa tercipta sesuai realitas namun

Sebagai perusahaan multinasional berkembang secara global dan memasuki pasar asing, perilaku etis dari pejabat dan karyawan menganggap penting ditambahkan sejak

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih, berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

1.5.1 Bercerita tentang sesuatu perkara dengan tepat, sebutan yang jelas dan intonasi yang betul menggunakan ayat yang mengandungi wacana.... Berhati-hati di

Ayat yang penulis ambil lebih mengarah tentang mereka yang mendirikan bangunan tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya. Fenomena yang terjadi sekarang adalah

Untuk melepas ketergantungan alutsista dari pihak negara produsen, dan juga dalam rangka mempersiapkan perang modern di masa datang, tidak ada pilihan lain bagi

Berdasarkan hasil implementasi algoritma AHP dan k-means pada recommendation system, dengan menerapkan algoritma AHP dan K-Means pada data produk komputer personal,

1.) Kehidupan beragama pada masa pra Hindu diteruskan dengan bentuk dan corak yang semakin kaya : upacara-upacara, kisah nenek moyang yang penuh mistik, sesaji terhadap nenek moyang