• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI RUSLI SETIAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI RUSLI SETIAWAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN AKAD IMBT (AL-IJARAH AL- MUNTHAHIYAH BITTAMLIK) TERHADAP MINAT

MASYARAKAT UNTUK MELAKUKAN

TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG

MAKASSAR

SKRIPSI

RUSLI SETIAWAN 105740006715

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS PENERAPAN AKAD IMBT (AL-IJARAH AL- MUNTHAHIYAH BITTAMLIK) TERHADAP MINAT

MASYARAKAT UNTUK MELAKUKAN

TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG

MAKASSAR

Rusli Setiawan NIM: 105740006715

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu (S-1)

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin, atas Ridho dan Rahmat Allah SWT, skripsi ini dapat diselesaikan. Sebuah Karya Ilmiah sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil.

2. Kakak tersayang, yang tiada henti memberikan semangat dalam penyelesaian studi.

3. Saudara-saudara seperjuangan semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas do’a dan motivasi yang diberikan kepada saya.

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

(HR. Ahmad)

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayat yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasullulah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Akad IMBT (Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik) Terhadap Minat Masyarakat Untuk Melakukan Transaksi Pembiayaan Di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Ayahanda H. Tawil dan Ibunda Hj. Rusna yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa pamrih. Dan Saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasullong,SE.,MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Agusdiwana Suarni,SE.,M.ACC., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus Pembimbimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik

(8)

viii

4. Ibu muryani Arsal, SE.,M.M.,Ak.,CA selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Saudara-saudara saya di LEBIH DARI SAUDARA (LDS). Ikatan Saudara yang terjalin tidak melalui darah dan garis keturunan tetapi persaudaraan yang dibentuk oleh sang waktu melalui rentetang peristiwa dan kenangan. Kak Fathonah, Kak Sudi, Anas, Akhsan, Uki, Nanda, Madang, Akbar, Nandar, Fauzi, Anggi, Isti, Ismi, Syara, Suci, Risda, Rira, Dini, Gina dan Kiki yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

8. Rekan-rekan Seperjuangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Islam Angkatan 2015 serta Keluarga Besar HIMAKIS yang selalu menjadi tempat untuk belajar dan memberikan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Meli Amanda yang selalu menemani penulis, memberikan semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi.

10. Terima kasih teruntuk semua kerabat dan teman-teman yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat,kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya pada pembaca yang budiman, penulis senantiasa menghadapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 10 Januari 2020

Penulis

(9)

ix

ABSTRAK

Rusli Setiawan. 2020. Analisis Penerapan Akad IMBT (Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik) Terhadap Minat Masyarakat Untuk Melakukan Transaksi Pembiayaan Di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar.

Skripsi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Dr. Muryani Arsal, SE.,MM.,Ak.,CA dan pembimbing II Agusdiwana Suarni, SE.,M.Acc

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan akad IMBT (al- ijarah munthahiyah bittamlik) terhadap minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan di bank bni syariah kantor cabang Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data sekunder mengenai penerapan akad IMBT (al-ijarah munthahiyah bittamlik). Data yang diolah bersumber dari kuesioner yang dibagikan kepada nasabah bank bni syariah kantor cabang Makassar. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data regresi linier sederhana. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa penerapan akad IMBT (al- ijarah munthahiyah bittamlik) di bank bni syariah kantor cabang Makassar telah di terapkan dan terdapat minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan.

Kata Kunci : Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik. Minat Masyarakat

(10)

x

ABSTRACT

Rusli Setiawan. 2020. Analysis of the Implementation of the IMBT Agreement (Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik) Towards Public Interest in Conducting Financing Transactions at the BNI Syariah Bank Makassar Branch Office. Thesis of Islamic Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University, Makassar. Supervised by supervisor I Dr. Muryani Arsal, SE., MM., Ak., CA and supervisor II Agusdiwana Suarni, SE., M.Acc

This study aims to analyze the application of the IMBT contract (al-ijarah munthahiyah bittamlik) to the interests of the public to conduct financing transactions at the Islamic branch of the Makassar branch office. This type of research used in this study is quantitative research with secondary data regarding the application of the IMBT contract (al-ijarah munthahiyah bittamlik).

The data processed were sourced from questionnaires distributed to BNI Syariah bank branch customers. The data analysis technique in this study is simple linear regression data analysis. Based on the analysis of the data that has been done, it can be stated that the application of the IMBT contract (al-ijarah munthahiyah bittamlik) at the BNI syariah bank Makassar branch office has been implemented and there is public interest in conducting financing transactions.

Keywords: Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik. Community Interest

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 6

B. Tinjauan Empiris ... 16

C. Kerangka Pikir ... 20

D. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional Variable ... 24

D. Populasi Dan Sample ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisis ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Geografis Penelitian ... 30

B. Hasil Penelitian ... 34

(12)

xii

C. Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 53

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1 Karakteristik Responden Menurut Umur ... 35

4.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 36

4.3 Karakteristik Responden Menurut pendidikan ... 37

4.4 Hasil Interpretasi Responden Terkait Akad IMBT ... 39

4.5 Tanggapan Responden Terkait Minat Masyarakat ... 42

4.6 Hasil Uji Regresi Sederhana ... 45

4.7 Hasil Uji T ... 46

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 47

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Skema Penerapan Akad IMBT ... 14 2.2. Kerangka Pikir ... 22 4.1 Struktur Organisasi ... 33

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai sebuah kepercayaan yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia selalu memposisikan dirinya untuk tidak saja menjadi kepercayaan, namun juga diterapkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Hidup Islami merupakan dambaan setiap pribadi muslim yang taat dan beriman. Menjalani kehidupan yang islami di berbagai aspek, termasuk ekonomi/ bisnis.

Ekonomi yang islami tidak hanya berbicara tentang perbankan yang islami, melainkan semua hal yang terkait dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan sehari-harinya dalam hal pemenuhan kehidupan hidup. Untuk itu lahirlah fiqh muamalah yang merupakan aturan atau tata cara yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan manusia yang bukan merupakan ibadah masuk kedalam kategori ini termasuk kegiatan perekonomian masyarakat.

Oleh karena itu muncullah lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank, sebagai lembaga intermediasi antara dua golongan masyarakat tersebut, agar keseimbangan dapat terjadi dalam memenuhi kebutuhan hidup masing-masing masyarakat. Lembaga keuangan bank dibagi menjadi Bank Konvensional dan Bank Syariah (Santoso. H dan Anik, 2015).

Pertumbuhan pesat perbankan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ternyata belum cukup untuk menghambat laju dominasi perbankan konvensional yang identik dengan praktik riba. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam bukanlah jaminan bank syariah

(16)

menjadi pilihan utama. Faktor sumber daya manusia yang kompeten dan profesional masih belum optimal di perbankan syariah serta pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah yang belum merata menjadi penyebab terhambat pertumbahan ekonomi Islam.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Perbankan Syariah No.10 tahun 1998 sebagai pengganti Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang bank Indonesia, yang mengakomodasi dan mendorong kehadiran perbankan syariah secara luas. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 yang menetapkan sistem perbankan di Indonesia sebagai dual banking system atau sistem perbankan ganda (konvensional dan syariah), di mana

mulai banyak bank-bank konvensional beroperasi dengan Unit Usaha Syariah nya, dan mulai muncul Bank Umum Syariah (BUS), yang kini ada 11 BUS yang berdiri di Indonesia. Kemudian lahirlah Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dengan disahkannya Undang- Undang No. 21 tahun 2008 tersebut maka landasan hukum tentang perbankan syariah telah cukup jelas dan kuat, baik dari segi kelembagaan maupun landasan operasionalnya. Selain itu juga terdapat aturan-aturan lain terkait dengan perbankan syariah, seperti al-Qur’an, hadits, kaidah fiqh dan lain-lain (Ulya, H.N, 2018).

Perkembangan bisnis syariah terutama yang diterapkan oleh entitas-entitas syariah terus dikembangkan dan disesuaikan dengan prinsip- prinsip syariah yang dimaknai sebagai dialektika ajaran normatif agama dengan praktik bisnis yang dalam pelaksanaannya berusaha menghindari adanya unsur riba, gharar dan maitsir. Dalam mengatasi riba, Islam menggantinya dengan mekanisme bagi hasil, baik dalam perbankan syariah, koperasi syariah, asuransi syariah dan lembaga syariah lainnya, disamping itu Lembaga keuangan syariah dipandang sebagai sarana Ta’awun (tolong-

(17)

menolong untuk kebaikan) dan prinsip menghindari Al-Ikhtinaz yaitu menahan uang dan membiarkannya menganggur tidak berputar untuk transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat (Graha, A.N dan Mudzakkir M.F, 2015).

Maka produk-produk yang di keluarkan oleh perbankan syariah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pembiayaan pun juga ikut berkembang. Tidak hanya mempertahankan bentuk akad yang sudah ada sejak zaman dulu, kini para cendekiawan dan para praktisi yang bergelut di perbankan syariah juga mengembangkan berbagai macam model bentuk akad baru. Berbagai model bentuk akad baru tersebut selain sebagai upaya untuk mengembangkan perbankan syariah juga sebagai bentuk penyesuaian perbankan syariah terhadap kemajuan perkembangan zaman.

Salah satu bentuk akad baru yang berhasil dikembangkan dalam dunia lembaga keuangan syariah yangada saat ini adalah akad pembiayaan “Al- Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik”. Akad ini telah marak dipraktikkan oleh

masyarakat dan dipandang banyak mendatangkan manfaat. Oleh karena itu, harus dicarikan solusi agar transaksi ini tetap bisa dilaksanakan dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Utamanya dengan prinsip keharaman penggabungan dua transaksi menjadi satu transaksi. Upaya inilah yang kemudian memunculkan konsep Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik (IMBT) atau Ijarah wa al-Iqtina‘ atau Ijarah Thumma al-Bay‘ (AITAB)

sebagai bentuk hybrid contract yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

IMBT adalah penggabungan antara akad ijarah dan bay’.Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal tidak begitu kuat dan jelas, maka hakikat IMBT lebih bernuansa sewa. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi

(18)

untuk membeli barang yang dimaksud pada akhir periode sewa. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa, sebelum transaksi jual beli dilakukan (Sarjana, S.A dan Hanifuddin, I, 2018).

Bank BNI Syariah sebagai salah satu perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah, dimana salah satu akad yang digunakan dalam pembiayaan yaitu akad IMBT. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan akad IMBT (al-ijarah al-munthahiyah bittamlik) terhadap minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan di bank bni syariah kantor cabang Makassar ?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang angkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan Akad IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) Terhadap Minat Masyarakat Untuk Melakukan Transaksi Pembiayaan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar ?

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan akad IMBT (Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik) di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar serta minat masyarakat terhadap akad tersebut dalam melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI Syariah.

(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis ialah dengan adanya penelitian dan kajian ini dapat memberikan informasi serta memperluas pemahaman pengetahuan dibidang Perbankan Syariah terkhususnya pada akad IMBT (Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik) sebagai salah satu produk perbankan syariah dalam transaksi pembiayaan bank.

2. Manfaat Praktek Lapangan ialah dengan adanya kajian dan studi kasus penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang produk perbankan syariah seperti Akad IMBT (Al- Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) pada penelitian ini, memberikan referensi bagi para mahasiswa di Indonesia Khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang ingin meneliti atau memulai kajian mengenai produk-produk perbankan syariah.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Al-Ijarah muntahiyah bittamlik (financial leasing with purchase option) atau akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan ini pada dasarnya merupakan istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu. Untuk mencari definisinya, maka kita harus mengurai kata yang terkandung di dalamnya lalu (secara etimologi) lalu baru kita dapat menyimpulkan defnisi secara keseluruhan (secara terminologi).

Dari susunan katanya, Ijarah muntahiya bittamlik memiliki susunan kata yang terdiri dari “at-ta’jiir / al-ijarah (sewa)” dan “at-tamliik (kepemilikan)”.

At-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr,yaitu imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala. Adapun alijarah: nama untuk upah, yaitu suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan (Nasrulloh Ali Munif, 2017).

Sedangkan al-ijarah dalam istilah para ulama ialah suatu akad yang mendatangkan manfaat yang jelas lagi mubah berupa suatu dzat yang ditentukan ataupun yang disifati dalam sebuah tanggungan, atau akad terhadap pekerjaan yang jelas dengan imbalan yang jelas serta tempo waktu yang jelas.

Sedangkan at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang lain memiliki sesuatu. Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti atau tidak. Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti

(21)

maka ini adalah jual beli. Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti maka disebut persewaan. Adapun menurut Habsi Ramli, Ijarah mumtahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesui dengan akad sewa (Nasrulloh Ali Munif, 2017).

Sementara itu Undang- Undang atau lembaga instansi yang ada di Indonesia memberikan definisi Ijarah mumtahiyah bittamlik sebagai berikut:

a. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Munthahiyah Bittamlik Berdasarkan Undang-Undang

Berdasarkan penjelasan pasal 19 ayat (1) UU Perbankan Syariah Tahun 2008, yang dimaksud dengan akad Ijarah munthahiyah bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

Pembiayaan Ijarah munthahiyah bittamlik merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah.

b. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Munthahiyah Bittamlik Berdasarkan Ketentuan Bank Indonesia

Berdasarkan lampiran surat edaran Bank Indonesia No. 5/26/

BPS/2003 tentang Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia halaman 111, yang dimaksud dengan Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah perjanjian sewa-menyewa suatu barang antara lessor/ muajjir (pemberi sewa) dengan lessee/musta’jir (penyewa) yang diakhiri dengan perpindahan hak milik objek sewa.

(22)

Berdasarkan Buku Kodifkasi Produk Perbankan Syariah, Lampiran SEBI No. 10/31/ DPbS tanggal 7 Oktober 2008 Perihal Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah PBI No. 10/17/PBI/2008 tanggal 25 September 2008, yang dimaksud dengan Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah transaksi sewa- menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.

Dalam ketentuan butir III.7.d Surat Edaran Bank Indonesia No.

10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 Perihal Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah ditegaskan bahwa pelaksanaan pengaihan kepemilikan dan atau hak penguasaan objek sewa dapat dilakukan setelah masa sewa yang disepakati oleh bank dan penyewa selesai.

c. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSNMUI/

III/2002 tentang Al-Ijarah Muntahiyya Bittamlik, yang dimaksud dengan sewa beli (al-ijarah munthahiyah bittamlik), yaitu perjanjian sewa menyewa yang disertai opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.

d. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik Berdasarkan PSAK No. 107 (Akuntansi Ijarah)

Berdasarkan Buku Kodifkasi Produk Perbankan Syariah, Lampiran SEBI No. 10/31/ DPbS tanggal 7 Oktober 2008 Perihal Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah PBI No. 10/17/PBI/2008 tanggal 25 September 2008, yang dimaksud dengan Ijarah munthahiyah bittamlik

(23)

adalah transaksi sewa- menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.

Dalam ketentuan butir III.7.d Surat Edaran Bank Indonesia No.

10/14/DPbS tanggal 17 maret 2008 perihal pelaksanaan prinsip syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syariah ditegaskan bahwa pelaksanaan pengaihan kepemilikan dan atau hak penguasaan objek sewa dapat dilakukan setelah masa sewa yang disepakati oleh bank dan penyewa selesai (Nasrulloh Ali Munif, 2017).

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

1) Ijarah munthahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa-menyewa antara bank sebagai pemberi sewa dan nasabah sebagai penyewa atas suatu barang yang menjadi objek sewa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa oleh nasabah kepada bank, yang mengikat bank untuk mengalihkan kepemilikan objek sewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa.

2) Bank syariah wajib melaksanakan pembiayaan berdasarkan akad Ijarah munthahiyah bittamlik sesuai prinsip syariah dan ketentuan- ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

3) Dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad Ijarah munthahiyah bittamlik tidak dimungkinkan barang yang dibiayai dibalik nama atas nama nasabah sejak awal sebelum masa sewa berakhir.

4) Resiko yang dihadapi bank syariah apabila pelaksanaan pembiayaan dengan akad Ijarah munthahiyah bittamlik

(24)

bertentangan dengan hukum dan prinsp syariah adalah pembatalan Ijarah munthahiyah bittamlik tersebut demi hukum.

2. Rukun dan Syarat Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Adapun Rukun dan Syarat Akad Ijarah munthahiyah bittamlik adalah:

Rukun

a. Penyewa (musta’jir) atau dikenal dengan lesse, yaitu pihak yang menyewa objek sewa. Dalam perbankan, penyewa adalah nasabah.

b. Pemilik barang (mua’ajjir), dikenal dengan lessor, yaitu pemilik barang yang digunakan sebagai objek sewa.

c. Barang/objek sewa (ma’jur) adalah barang yang disewakan.

d. Harga sewa/ manfaat sewa (ujrah) adalah manfaat atau imbalan yang diterima oleh mu’ajjir.

e. Ijab Kabul, adalah perjanjian serah terima barang.

Syarat

a. Kerelaan dari pihak yang melaksanakan akad.

b. Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam islam, dapat dinilai atau diperhitugkan, dan manfaat atas transaksi Ijarah munthahiyah bittamlik harus diberikan oleh lesse kepada lessor (Nasrulloh Ali Munif, 2017).

3. Implementasi Akad Ijarah Munthahiyah Bittamlik

Akad-akad yang dipergunakan oleh lembaga keuangan syariah, terutama perbankan syariah di Indonesia dalam operasinya merupakan akad-akad yang tidak menimbulkan kontroversi yang disepakati oleh sebagian besar ulama dan sudah sesuai dengan ketentuan syariah untuk diterapkan dalam produk dan instrumen keuangan syariah. Akad-akad tersebut meliputi akad-akad untuk pendanaan, pembiayaan, jasa produk, jasa operasional, dan jasa investasi.

(25)

Produk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan akad sewa- menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah munthahiyah bittamlik. Ijarah munthahiyah bittamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan perpaduan antara sewa menyewa dengan jual beli. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah.

Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi untuk membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum transaksi jual beli dilakukan. Secara teknis, implementasi IMBT juga diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17 Maret 2008 yaitu:

a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji (wa`ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan,

b. Bank hanya dapat memberikan janji (wa`ad) untuk mengalihkan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa setelah objek sewa secara prinsip dimiliki oleh bank,

c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dalam bentuk tertulis,

(26)

d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh Bank dan nasabah penyewa, dan

e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa, maka bank wajib mengalihkan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah yang dilakukan pada saat tertentu dalam periode atau pada akhir periode pembiayaan atas dasar akad IMBT (Santoso, Harun & Anik, 2015).

Sedangkan berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank syariah, tahapan pelaksanaan IMBT adalah sebagai berikut :

a. Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syariah,

b. Wa‟ ad antara bank dan nasabah untuk menyewa beli barang dengan harga sewa dan waktu sewa yang disepakati,

c. Bank Syariah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh nasabah,

d. Bank syariah membeli barang tersebut dari pemilik barang, e. Bank syariah membayar tunai barang tersebut,

f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syariah, g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa beli,

h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,

i. Barang diserahterimakan dari bank syariah kepada nasabah, dan j. Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara bank syariah dan

nasabah.

(27)

Berikut ilustrasi dari penerapan IMBT dalam KPR Bank Syariah yang digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah terhadap kepemilikan rumah tinggal dan atau investasi property (Santoso, Harun &

Anik, 2015).

Pelaksanaan IMBT dengan Wakalah: Fatwa DSN Nomor:

04/DSNMUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang Murabahah pada ketetapan Pertama ayat 9 dinyatakan: “Jika LKS hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik LKS.”Kalimat ”secara prinsip” yang ada di Fatwa DSN tersebut diterjemahkan dalam tataran praktis dalam konteks penerapan IMBT pada saat LKS membeli rumah yang akan dijadikan objek sewa dengan pernyataan sebagai berikut: ”Pada saat, LKS menyetujui permohonan nasabah untuk KPR secara IMBT, maka jika LKS telah melakukan konfirmasi pembelian kepada developer, maka secara prinsip LKS telah membeli rumah.

Walaupun secara akuntansi belum terdapat aliran dana kepada Developer/penjual, LKS berkomitmen untuk melakukan pembayaran uang pembelian rumah kepada developer yang diwakilkan kepada nasabah dengan menggunakan akad wakalah. Setelah rumah tersebut dibeli oleh LKS maka kemudian baru dapat dilakukan akad IMBT”

Penggunaan akad wakalah dimaksudkan untuk membutikan secara hukum positif bahwa nasabah telah menerima pembiayaan dari LKS serta nasabah telah mengetahui telah terjadi transaksi jual-beli antara LKS dengan developer/penjual/suplier. Jika terjadi wanprestasi di kemudian

(28)

hari akan tertutup peluang nasabah akan mengingkari bahwa ia telah menerima sejumlah pembiayaan dari LKS.

Gambar 2.1

Skema Penerapan AKad IMBT

Keterangan :

1. A: Rumah milik Developer PT. Makmur

1. B: Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk memiliki rumah kepada LKS dengan membawa semua berkasberkas yang dibutuhkan. Kemudian LKS melakukan proses analisa pembiayaan.

2. LKS telah menyetujui permohonan pembiayaan pemilikan rumah untuk nasabah, LKS melakukan Akad Wakalah dengan Nasabah untuk (transfer) pembayaran uang transaksi pembelian rumah sebesar Rp 450 juta atas nama LKS kepada Developer/penjual yang berasal dari rekening nasabah. Dalam contoh ini, nasabah telah melakukan pembayaran uang muka kepada LKS sebesar Rp 50 juta.

2. A: Rumah seluas xx m2 menjadi milik penuh LKS 3. LKS dan Nasabah melakukan Akad Pembiayaan berdasarkan Prinsip Ijarah (Muntahiya Bit Tamlik) selama 100 bulan untuk menyewa Rumah seluas xx m2 dengan uang sewa sebesar Rp 7 juta /bulan.

3. A: Nasabah menyewa Rumah seluas xx m2 milik LKS dan memperoleh

manfaat dengan menempati rumah tersebut

4. Nasabah membayar uang sewa bulan pertama sebesar Rp 7 juta hingga 99 (sembilan puluh sembilan) bulan ke depan.

5. Pemindahan pemilikan dapat dilakukan dengan Akad Hibah bilamana perjanjian pembiayaan beratahan sampai dengan akhir masa sewa. Jika, dipertengahan masa sewa nasabah ingin melakukan pelunasan pembiayaan dipercepat, maka LKS akan menggunakan akad Ba‟ i (Santoso, Harun & Anik, 2015).

(29)

4. Pengertian Minat Masyarakat

Minat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu gairah, keinginan. Minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang berbeda. Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk membuat pilihan aktivitas, kondisikondisi individual dapat merubah minat seseorang.

Sehingga dapat dikatakan minat itu tidak stabil sifatnya.

Secara istilah minat berarti suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

Berdasarkan definisi minat tersebut terdapat beberapa hal mengenai minat, yaitu : 1) Dalam minat terdapat pemusatan perhatian subyek terhadap obyek minat; 2) Ada usaha dari subyek untuk mendekati atau mengetahui atau memiliki atau menguasai ataupun berhubungan dengan obyek yang dilakukan dengan perasaan senang; 3) Ada daya penarik dari obyek. Pada dasarnya jika seseorang mempunyai minat pada sesuatu, maka ia akan menyambut baik dan bersikap positif dalam berhubungan dengan obyek atau lingkungan yang menjadi obyek minatnya. Dengan demikian minat merupakan sebuah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, dan situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.

(Asep Suryanto : 2017)

Sesuai dengan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah fungsi kejiwaan atau sambutan yang sadar untuk tertarik terhadap suatu objek baik berupa benda atau yang lain. Selain itu minat

(30)

dapat timbul karena ada gaya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.

B. Tinjauan Empiris

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, khususnya mengenai akad IMBT dan akad lain yang digunakan pada perbankan syariah dapat dilihat pada tabel 2.1

Perbedaan penelitian yang akan dijalankan dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada variable yang digunakan, yaitu pada penelitian Iskandar, Ilhaamie Abdul Ghani Azmi, Azian Madun (2012), Achmad Farid (2015), Husna Ni’matul Ulya (2018) hanya menggunakan salah satu akad ijarah atau murabahah. Kemudian pada penelitian Mohammad Fakhruddin Mudzakkir, Andi Nu Graha (2015) menggunakan kedua akad namun objeknya pada perusahaan leasing.

Sedangkan penelitian yang akan dijalankan menggunakan 2 akad yaitu akad ijarah dan murabahah. Objek pada penelitian ini adalah perbankan syariah yang belum diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu.

Iskandar, Ilhaamie Abdul Ghani Azmi dan Azian Madun vol. 07, No. 2 (2012). Judul penelitian “Pemahaman Nasabah Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh Terhadap Akad Mudharabah”. Kesimpulan dari penelitian ini bahwasanya Pemahaman nasabah terhadap akad mudharabah dapat mempengaruhi kepuasaan nasabah untuk tetap melakukan transaksi dengan perbankan islam. Oleh karena itu, perbankan islam, terutama Bank Muamalat Indonesia harus memberikan penjelasan yang baik kepada nasabah dan tetap melakukan sosialisasi kepada nasabah dan masyarakat untun meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Muamalat Indonesia.

(31)

Bagus Ahmadi vol. 7, No.2 (2012). Judul penelitian “Akad Bay, Ijarah Dan Wadi’ah Perspektif Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)”.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ijarah dalam komplikasi hukum ekonomi syariah (KHES) dimaknai dengan sewa barang dalam jangla waktu tertentu dengan pembayaran meliputi: rukun ijarah, syarat pelaksanaan dan penyelesaian ijarah, uang ijarah dan cara pembayarannya, penggunaan objek ijarah, pemeliharaan objek ijarah, tangung jawab kerusakan dan nilai serta jangka waktu ijarah, harga dan jangka waktu ijarah, jenis barang yang di-ijarah-kan dan pengembalian objek ijarah, pengembalian objek ijarah, ijarah muntahiyah bi al-tamlik dan sunduq hifz ida’/safe deposit box.

Zainal Abidin vol 10, No. 2 (2013). Judul penelitian “Akad Derivatif Dalam Transaksi Muamalah Kontemporer”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Akad yang biasa dipakai dalam transaksi muamalah kontemporer yang lazim dipakai dalam perbankan syariah ternyata merupakan gabungan dari beberapa akad, dimana setiap akad antara yang satu dengan yang lain sudah ada SOP yang jelas dan sudah sesuai dengan prinsip dasar sebuah akad sehingga kodifikasinya sudah standar. Demikian juga dari keabsahan dasar yang digunakan apalagi akad tersebut sudah digodok melalui proses yang panjang. Akad derivative tersebut merupakn bukti konkret ijtihad jama”i dalam ranah problematika kontemporer yang masih merujuk kepada khazanah klasik sehingga akad yang dihasilkan bisa diberi label akad derivative.

Achmad Farid vol. 6, No. 2 (2015). Judul penelitian “Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa Keuangan Di Ksu Syariah Usaha Mulia Probolinggo”.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah)

(32)

atau fee. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam prosentase.

Harun Santoso dan Anik vol. 01, No. 2, Juli (2015). Judul penelitian

“Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah”. Hasil penelitian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa produk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan akad sewa-menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah munthahiyah bittamlik. Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan perpaduan antara sewa menyewa dengan jual beli. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah.

Mohammad Fakruddin Mudzakkir dan Andi Nu Graha vol. 01, No. 2 (2015). Judul penelitian “Tinjauan Syariah Tentang Penerapan Akad Ijarah Al-Muntahiyah Bittamlik Di Perusahaan Leasing Syariah”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akad ijarah munthahiyah bittamlik yang diterapkan pada produk pembiayaan antara perusahaan leasing syariah dengan nasabah dengan berdasarkan pada hadist-hadist dan kutipan ahli dibandingkan dengan penerapan akad di perusahaan pembiayaan syariah maka dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan pembiayaan belum sesuai.

Nasrulloh Ali Munif vol. 03, No. 2, April (2017). Judul penelitian “Analisis Akad Ijarah Munthahiyah Bittamlik Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam prespektif hukum Islam IMBT (ijarah munthahiyah bittamlik) telah memenuhi asas-asas, rukun dan tiga syarat akad. Sedangkan syarat yang tidak terpenuhi yaitu syarat adanya kekuatan hukum karena pada Fatwa

(33)

DSN Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 terdapat ketentuan yang menimbulkan penafsiran ganda pada angka 2 bagian kedua yang mengatur ketentuan khusus dan Pasal 324 ayat (2) pada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

Para pakar ekonomi Islam baik itu pemikir ekonomi kontempore seperti Adimarwan, Al-Mujamma’ Al-Fiqhi, dan ulama klasik seperti Hanabillah, Malikiyah, Syaf’iyah dan Hanabalah, hukum akad IMBT adalah mubah (boleh). Sementara itu IMBT jika ditinjau dari persepektif hukum positif (KUHPerdata), IMBT merupakan perjanjian tidak bernama (Pasal 1319) yang timbul dari asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338) dan IMBT juga telah memenuhi syarat-syarat sah dari perjanjian (Pasal 1320) serta unsur-unsur perjanjian. Sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan dari akad perjanjian IMBT adalah adanya hak dan kewajiban bagi mereka yang melakukannya.

Husain Insawan vol. 02, No. 01 (2017). Judul penelitian “Al-Ijarah Dalam Perspektif Hadis; Kajian Hadis Dengan Metode Maudhu’iy”. Hasil dari penelitian ini adalah Kegiatan al-ijarah dapat dilakukan apabila telah memenuhi ketentuan syara mengenai rukun dan syaratnya, sebaliknya akan terjadi pembatalan (fasakh) jika terdapat pelanggaran dalam rukun dan syaratnya. Memberdayakan sanak-keluarga atau karib-kerabat dalam kegiatan al-ijarah jauh lebih utama dari pada orang lain dengan pertimbangan bahwa harta tersebut adalah milik pribadi. Sangat berbeda jika harta itu milik negara, ia mesti digunakan dan dikelola demi kepentingan masyarakat umum dan masyarakat bisa berpartisipasi untuk memberdayakannya.

Husna Ni’matul Ulya vol. 06, No. 01, Juni (2018). Judul penelitian

“Penerapan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) Pada Transaksi Lembaga Keuangan Syariah”. Hasil dari penelitian ini adalah Ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) berbeda dengan leasing, yaitu dalam pengalihan

(34)

kepemilikan obyek sewa. Dalam leasing kepemilikan pada akhir sewa dengan membayar uang tebusan, sedangkan pada ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) pengalihan obyek sewa dihibahkan kepada nasabah. Dalam pelaksanaan kedua jenis ijarah ini, diharapkan dilaksanakan dengan menganut prinsip syariah, sesuai dengan prinsip syariah di dalam perbankan syariah, yaitu adanya transparansi, kejujuran, adil, dan lain-lain, sehingga akan terjadi kepuasan dan kepercayaan antara kedua belah pihak, baik bank maupun nasabah.

Sunan Autad Sarjana dan Iza Hanifuddin vol. 03, No. 01 (2018). Judul penelitian “Ijarah Munthahiyah Bittamlik: Sebuah Alternatif Pemberdayaan Tanah Wakaf”. Hasil pnelitian ini dapat disimpulkan bahwa akad ini sangat cocok dan efektif diterapkan di Indonesia, mengingat tanah wakaf di sini sangat banyak, akan tetapi sedikit sekali yang dikembangkan menjadi wakaf produktif ataupun untuk tujuan bisnis. Karenanya pihak lembaga wakaf sebagai nadlir yang didukung oleh kementerian Agama perlu mengambil alternative pemberdayaan dengan akad Ijarah Munthahiyah bittamlik. Di

samping itu, pemerintah dalam hal ini kementerian agama perlu memberikan stimulus kepada bank atau lembaga keuangan syariah untuk ikut andil dalam investasi yang bisa mendorong pemberdayaan tanah wakaf.

C. Kerangka Pikir

Pesatnya perkembangan bank syariah Indonesia telah menjadi bukti bahwa tren ekonomi syariah sudah mulai di kenal oleh kalangan masyarakat.

Bukan hanya untuk kaum muslim itu sendiri, namun agama-agama lainpun diluar Islam sudah mulai menaruh kepercayaan pada sistem ekonomi yang berbasis syariah.

(35)

Melihat perkembangan dan keinginan masyarakat untuk bertransaksi pada bank syariah, menyebabkan banyaknya permintaan akan produk- produk bank Syariah bagi memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Bank BNI Syariah yang telah melakukan terobosan-terobosan baru dengan menghadirkan akad-akad baru dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satu akadnya adalah IMBT (Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik).

Akad IMBT merupakan akad Hybrid yang menggabungkan 2 akad antara akad Ijarah dan Murabahah. Akad sewa-menyewa barang yang memiliki opsi pemindahan kepemilikan atas barang sewaan pada akhir akad.

Dengan adanya akad IMBT diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat sehingga masyarakat mulai memusatkan perhatikan terhadap akad IMBT serta adanya usaha dalam melakukan transaksi pembiayaan khusus di Bank BNI Syariah.

(36)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka diduga bahwa akad IMBT (Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik) telah diterapkan dan terdapat minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI syariah kantor cabang Makassar

Bank BNI Syariah

Akad IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah

Bittamlik Transaksi Pembiayaan

1. Perhatian 2. Usaha

3. Daya Penarik

Minat Masyarakat

(37)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, pemilihan metode yang tepat sangat berguna, karena dengan menggunakan metode yang tepat akan membantu peneliti untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan data untuk memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan prosedur penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu memecahkan suatu masalah dengan cara pencarian data-data mengenai masalah yang diteliti. Menurut Arikunto (2010: 3) metode penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar selama kurang lebih satu bulan dari bulan agustus sampai September 2019.

Pemilihan lokasi penelitian karena lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti.

Pada lokasi tersebut peneliti dapat melihat banyak masyarakat yang ingin melakukan transaksi sehingga peneliti mudah mendapatkan data yag dibutuhkan dalam penyelesaikan penelitian tersebut.

(38)

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Akad IMBT (Al-Ijarah munthahiyah bittamlik) adalah penggabungan antara akad ijarah dan bay’. Semakin jelas dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk membeli barang di awal tidak begitu kuat dan jelas, maka hakikat IMBT lebih bernuansa sewa. Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi untuk membeli barang yang dimaksud pada akhir periode sewa. Sedangkan dari sisi jual beli, perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud terlebih dahulu melalui akad sewa, sebelum transaksi jual beli dilakukan (Sunan Autad Sarjana, Iza Hanifuddin, 2018).

2. Minat Masyarakat. Secara istilah minat berarti suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Berdasarkan definisi minat tersebut terdapat beberapa hal mengenai minat, yaitu : 1) Dalam minat terdapat pemusatan perhatian subyek terhadap obyek minat; 2) Ada usaha dari subyek untuk mendekati atau mengetahui atau memiliki atau menguasai ataupun berhubungan dengan obyek yang dilakukan dengan perasaan senang; 3) Ada daya penarik dari obyek. Pada dasarnya jika seseorang mempunyai minat pada sesuatu, maka ia akan menyambut baik dan bersikap positif dalam

(39)

berhubungan dengan obyek atau lingkungan yang menjadi obyek minatnya. Dengan demikian minat merupakan sebuah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, dan situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Asep Suryanto, 2017).

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah Generalisasi yang terdiri atas Objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpuannya (Sugiyono, 2018 : 80)

Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi objek/subjek atau sumber data penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar yang melakukan transaksi pembiayaan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono, 2018 : 81) Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling.

(40)

Menurut Sugiyono (2014 : 122) Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah penulis tentukan. Oleh karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling dengan menetapkan pertimbangan bahwa hanya nasabah yang mengambil pembiayaan yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, diperlukan adanya metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner (angket). Menurut Sugiyono (2018 : 142) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya”. Daftar pertanyaan mengenai gambaran umum dan pendapat responden mengenai penerapan akad IMBT (Al-Ijarah munthahiyah bittamlik) terhadap minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar.

Penggunaan kuesioner tepat menurut Sugiyono (2018) bahwa ;

a) Responden (orang yang merespon atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.

(41)

b) Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.

c) Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

d) Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

Angket atau kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk-bentuk yang lain yang disebut closed-ended question. Pertanyaan itu dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan pengetahuan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variable penelitian ini menggunakan skala likert. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Liket, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif untuk mengukur minat positif , dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur minat negatif.

Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS)

3. Netral atau Biasa (B)

(42)

4. Setuju (S)

5. Sangat setuju (SS)

Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima skala liket, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.

F. Teknik Analisis

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.

1. Analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat minat masyarakat dalam melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar dengan menggunakan akad IMBT (Al-Ijarah Munthahiyah Bittamlik). Menurut Sugiyono (2014 : 206) Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik.

2. Analisis dilaksanakan dengan menggunakan software SPSS versi 22 for windoes. Uji yang digunakan adalah :

(43)

a) Analisis regresi linear sederhana dilakukan terhadap Akad IMBT (Al- Ijarah al-munthahiyah bittamlik) dan minat masyarakat untuk menentukan pengaruh antar variabel. Rumus yang digunakan

Y = a + bx Keterangan :

a = itersep

b = koefisien arah atau koefisien beta

b) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas atau independen X (minat masyarakat) secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat atau dependen Y (akad al-ijarah munthahiyah bittamlik).

c) Uji koefisien determinasa dilakukan untuk melihat sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas X (minat masyarakat) terhadap variabel terikat Y (akad al-ijarah munthahiyah bittamlik).

Dengan kata lain, nilai koefisien determinasi ini berguna untuk memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi pengaruh yang diberikan variebel X (minat masyarakat) secara simultan terhadap variabel Y (akad al-ijarah munthahiyah bittamlik).

(44)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah geografis peneitian 1. Bank BNI Syariah

PT Bank BNI Syariah (selanjutnya disebut BNI Syariah atau Perseroan) merupakan hasil proses spin off dari Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang telah beroperasi sejak sejak 29 April 2000. Proses spin off dilandasi oleh terbitnya UU No.

21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. BNI Syariah secara resmi beroperasi pada 19 Juni 2010 setelah mendapat Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP. GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010, setelah sebelumnya pendirian Perseroan telah ditetapkan berdasarkan Akta No.160 dan telah disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Hukum

& HAM Nomor: AHU-15574, AH.01.01 Tahun 2010, Tanggal 25 Maret 2010.

Dengan mengusung visi “Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja”, BNI Syariah terus tumbuh menjadi penyedia layanan jasa perbankan syariah yang diperhitungkan di Tanah Air. Pertumbuhan usaha Perseroan selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan syariah. Pada akhir tahun 2018, total aset BNI Syariah telah mencapai Rp. 41,05 triliun dan menjadi salah satu yang terbesar di dalam industri perbankan syariah nasional.

Agar dapat memberikan pelayanan yang unggul kepada nasabah, Perseroan juga didukung oleh sistem teknologi informasi terdepan yang

(45)

telah tersertifkasi ISO 9001:2008, sehingga memungkinkan BNI Syariah untuk menyajikan layanan perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Pada Mei 2015, dalam rangka menunjang ekspansi bisnis dan menjaga likuiditasnya, Perseroan menerbitkan Sukuk Mudharabah Bank BNI Syariah I senilai Rp500 miliar dan mendapat peringkat idAA+(sy) dari Pefndo.

Pada Mei 2018, Sukuk tersebut telah dilunasi oleh Perseroan. Tahun 2018, dalam rangka merespon tren dan tantangan industry perbankan ke depan, BNI Syariah melakukan transformasi secara menyeluruh. Dengan mengangkat tema “Leading Transformational Change” BNI Syariah melakukan transformasi pada semua aspek, mulai dari niat/maksud, strategi, proses hingga hasil yang hendak dicapai. Salah satu program transformasi yang dijalankan BNI Syariah adalah transformasi digital. BNI Syariah ingin menjadi pemimpin di bidang digital banking di industri perbankan syariah di Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, selain meningkatkan kapasitas sistem teknologi informasi, BNI Syariah juga membentuk dua Divisi baru, yaitu Divisi Digital Banking dan Divisi Transactional Banking.

Pada akhir tahun 2018, jaringan usaha BNI Syariah tersebar mencapai 3 Kantor wilayah, 68 Kantor Cabang, 196 Kantor Cabang Pembantu, 16 Kantor Kas, 23 Mobil Layanan Gerak, dan 52 Payment Point. Selain itu, nasabah BNI Syariah juga dapat memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI Konvensional (Sharia Channelling Offce/SCO) yang tersebar di 1.584 outlet di seluruh wilayah Indonesia dan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan aset.

(46)

2. Struktur organisasi

Stuktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan hubungan antara bagian dengan komponen yang terdapat dalam suatu instansi. Dengan adanya struktur maka pembagian kerja dapat dispesifikasikan. Selain itu, struktur juga dapat menunjukkan fungsi dan kegiatan yang berbeda antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.

Struktur organisasi menunjukkan pengaturan antar hubungan bagian-bagian dari komponen dan posisi dalam suatu organisasi atau instansi. Struktur organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-sungsi atau kegiatan yang saling terkait.

Disamping itu juga menunjukkan hirarki dan wewenang dan tata hubungan laporan.

Struktur organisasi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar sebagai berikut :

(47)

Gambar 4.1 Stuktur Perusahaan

(48)

3. Visi dan misi

Dalam menjalankan sejumlah pelayanan dan program unggulannya, Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar memiliki :

Visi

Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja.

Misi

 Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada

kelestarian lingkungan.

 Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan

syariah.

 Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

 Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk

berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.

 Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

Visi dan Misi BNI Syariah telah disetujui oleh Direksi dan Dewan Komisaris BNI Syariah pada tanggal 23 Desember 2010 berdasarkan SK Direksi No.BNISy/DIR/403

B. Hasil Penelitian

Dalam pelaksanakan kegiata penelitian ini dengan metode kuantitatif, responden di bagi sesuai karakteristik responden, agar interpretasi terhadap hasil penelitian mengenai analisis penerapan akad IMBT (Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik) terhadap minat masyarakat untuk melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar.

(49)

Responden atau informan dari penelitian adalah nasabah yang melakukan akad pembiayaan IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik), hal ini dimaksudkan agar penelitian ini memperolah hasil yang memenuhi standar relevan dan kofeherensif. Penentuan jumlah responden oleh peneniti ditetapkan dalam interpretasi pendekatan purposive sampling, dengan pendekatan ini diperoleh responden sebanyak 30 responden.

Kegiatan penelitian ini, peneliti menetapkan karakterisik responden sesuaai orientasi responden yaitu: karakteristik umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh gambaran mengenai identitas dari responden yang menjadi sampel dan bagian objek dalam kegiatan penelitian ini.

1. Umur Responden

Sebagaimana penetapan karakteristik responden, maka peneliti menyajikan karakteristik ini dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Menurut Umur

No Umur responden Frekuensi Responden Frekuensi %

1 21-29 Tahun 15 50 %

2 30-39 Tahun 10 33.3 %

3 40-49 Tahun 5 16.7 %

Jumlah 30 Responden 100 %

Sumber data Olahan Kuesioner 2019

Berdasarkan uraian tabel diatas maka diperoleh hasil dari karakteristik responden dari segi umur yakni; responden yang berumur 21 – 29 tahun berjumlah 15 responden (50%), sedang responden yang berumur 30 – 39

(50)

tahun berjumlah 10 responden (33.3 %) dan responden yang berumur 40 – 49 tahun berjumlah 5 responden (16.7 %). Maka dapat di interpretasikan dalam perpekstif keilmuan bahwa rata-rata responden yang berumur 21 – 29 tahun merupakan nasabah yang melakukan akad IMBT di Bank BNI syariah kantor cabang Makassar.

2. Jenis kelamin responden

Karakteristik dari jenis kelamin responden dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu; kelompok pria dan wanita dan agar lebih jelasnya maka di sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Menurut jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Responden Frekuensi Responden Frekuensi %

1. Pria 17 56.7 %

2. Wanita 13 43.3 %

Jumlah Responden 30 responden 100 %

Sumber Data Olahan Kuesioner 2019

Berdasarkan data diatas maka dapat di deskripsikan bahwa karakteristik responden jenis kelamin pria mendominasi dalam melakukan transaksi pembiayaan menggunakan akad IMBT (Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik), yang mana jenis kelamin pria berjumlah 17 responden (56.7 %), sedang jenis kelamin wanita berjumlah 13 responden (43.3%) atau berada pada posisi lebih sedikit dari jenis kelamin pria.

(51)

3. Pendidikan Responden

Karakteristik responden dari segi pendidikan akan menggambarkan latar belakang dari responden, sehingga dalam kegiatan ini dapat di klarifikasikan sesuai dengan tingkat pendidikan responden yakni : D3, S1 dan S2, maka dari itu pengelompokkan karakteristik ini dapat di lihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

No. Pendidikan terakhir Frekuensi responden Frekuensi %

1. Akademik (D3) 3 10 %

2. S1 19 63.3 %

3. S2 8 26.7 %

Jumlah 30 Responden 100 %

Sumber Data Olahan Kuesioner 2019

Secara seksama, data di atas dapat di analisa di mana karakteristik responden di tingkat pendidikan sarjana mendominasi dimana tingkat pendidikan ini berada pada angka 19 responden (63.3 %), sedang dari tngkat pendidikan yang lain hanya tidak mencapai angka lebih dari angka 63.3 %, sehingga dapat di simpulkan bahwa responden tingkat pendidikan sarjana lebih mendominasi melakukan transaksi pembiayaan dengan akad IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik).

4. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam upaya meningkatkan jumlah nasabah pada bank bni syariah kantor cabang Makassar, maka di pandang harus melakukan pendekatan melalui metode interaktif dengan segala variabel yang berpengaruh

(52)

terhadap peningkatan jumlah nasabah di Bank Bni Syariah Kantor Caabang Makassar. Dimana dalam suatu penelitian harus menggunakan metode keilmuan agar di peroleh hasil yang relevan, maka untuk lebih jelasnya peneliti mengarahkan objek pada akad IMBT (Al-Ijaarah munthahiyah Bittamlik) dan Minat Masyarakat. Untuk lebih jelasnya maka peneliti menyajikan interpretasi dari reponden terkait analisis penerapan akad IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) terhadap minat masyarakat dalam melakukan transaksi pembiayaan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai berikut :

a) Akad IMBT (Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik)

Pada tabel 4.4 dibawah ini terdapat 7 pernyataan yang mengukur responden terhadap variabel AKAD IMBT di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar.

Akad IMBT merupakan penggabungkan 2 akad antara Ijarah dan bay’. Sehingga dengan variabel Akad IMBT akan memenuhi kebutuhan masyarakat akad produk-produk perbankan yang lebih memudahkan masyarakat. Untuk memperoleh hasil yang relevan berikut ini hasil interpretasi responden terkait variabel Akad IMBT, sebagai berikut :

(53)

Tabel 4.4

Hasil interpretasi responden terkait akad IMBT

No. Tanggapan responden STS TS KS S SS

1. Pembiayaan akad IMBT (Al- Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) merupakan akad sewa beli yang menguntungkan

- - 3

(3%) 15 (15%)

12 (12%)

2. Pembiayaan akad IMBT (Al- Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) atau sewa beli telah memenuhi criteria anda dalam transaksi pembiayaan yang syariah

- 2

(2%) 3 (3%)

15 (15%)

10 (10%)

3. Sebelum mengadakan transaksi pembiayaan akad IMBT (Al- Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) atau sewa beli harus

mengetahui dahulu

mekanismenya

- - 3

(3%) 17 (17%)

10 (10%)

4.

Aktivitas kegiatan dan

operasional akad

pembiayaan IMBT

(Al-Ijarah Al-Munthahiyah Bittamlik) atau sewa beli

yang dijalankan sudah sesuai dengan prinsip- prinsip syariah

- - 3

(3%) 12 (12%)

15 (15%)

5. Pembiayaan Al-Ijarah Al- Munthahiyah Bittamlik atau sewa beli merupakan produk yang halal sebagai salah satu akad permodalan usaha yang baik

- - - 21

(21%) 9 (9%)

Gambar

Gambar 2.2  Skema Kerangka Pikir
Gambar 4.1  Stuktur Perusahaan
Tabel 4.8  Hasil uji R 2
TABEL PENELITIAN TERDAHULU

Referensi

Dokumen terkait

Ijarah waiqtina adalah akad sewa menyewa antara bank (muaajir) dengan penyewa(mustajir) yang di ikuti janji bahwa pada saat yang di tentukan kepemilikan barang sewaan

Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik , dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah

Dalam hal perjanjian sewa-menyewa, risiko mengenai barang yang dijadikan obyek perjanjian sewa-menyewa dipikul oleh pihak pemilik barang (yang menyewakan), sebab pihak

menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

Dalam obligasi syariah ijarah ini perjanjian (akad) yang dilakukan adalah pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau

Dalam sistem sewa menyewa dilakukan secara langsung antara penyewa dan pemberi sewa, perjanjian tersebut dilakukan secara tertulis ataupun tidak tertulis sesuai dengan perjanjian yang

Dalam kegiatan sewa menyewa, bank syariah dapat menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan atau sewa beli dalam

tersisa, maka si penyewa dapat memilih berupa pengurangan sewa atau membatalkan perjanjian.45 Dalam hal perjanjian sewa-menyewa, resiko mengenai barang yang dijadikan objek perjanjian