• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN (Pre Nursery) KELAPA SAWIT (Elais guineensis) (Studi Kasus: Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN (Pre Nursery) KELAPA SAWIT (Elais guineensis) (Studi Kasus: Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang,"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus:

Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH :

ANGGI AULIA NASUTION 120304117

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

(

Studi Kasus

:

Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

OLEH:

ANGGI AULIA NASUTION 120304117

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

Anggi Aulia Nasution (120304117) dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Pembibitan (Pre Nursery) Kelapa Sawit (Elais Guineensis) (Studi Kasus: Di Kecamatan Selesai Dan Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Iskandarini. MM, P.hD sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September tahun 2017 bertujuan untuk menganalisis ketersediaan input produksi yaitu lahan, pupuk dan tenaga kerja dalam agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit. Untuk menganalisis besar komponen biaya yang dibutuhkan dalam agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit. Untuk menganalisis kelayakan finansial agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit. Dan untuk menganalisis strategi pengembangan agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit.

Metode penelitian dalam menentukan lokasi penelitian secara Purposive.

Pengambilan sampel menggunakan metode sensus dengan jumlah sampel sebanyak 32 petani. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji analisis kelayakan usahatani dan analisis SWOT.

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah ketersediaan input pembibitan kelapa sawit yang terdiri atas babybag, pupuk, pestisida dan tenaga kerja bersifat tersedia sedangkan kecambah tidak tersedia. Komponen biaya sebesar Rp. 6.639.860,- dengan komponen biaya tetap yang terdiri atas biaya PBB dan biaya penyusutan sebesar Rp 216.844,-. Komponen biaya variabel yang terdiri atas kecambah, babybag, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sebesar Rp 6.423.016,-. Secara finansial usahatani pembibitan kelapa sawit dapat dikatakan layak dengan nilai R/C per petani sebesar 1,78 (>1) artinya bahwa usahatani pembibitan kelapa sawit menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Strategi pengembangan agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit berada pada daerah I (Strategi Agresif).

Kata Kunci: Pembibitan Kelapa Sawit, Analisis Finansial, Analisis SWOT

(6)

Anggi Aulia Nasution (120304117) with the title of thesis "The Development Strategy of Palm Oil Nursery (Pre Nursery) (Elais Guineensis) (Case Study:

Selesai Sub-District and Besitang Sub-District, Langkat Regency)". Led by Mr Ir. Luhut Sihombing, MP as the head of the supervising commission and Mrs Ir. Iskandarini. MM, P.hD as a member of the supervising commission.

This research land as a conducted from June to September 2017 purposing to analyze the availability of production inputs, fertilizer and labor in the palm oil pre-nursery agribusiness, to analyze the large components of costs needed in the agribusiness of oil palm pre-nursery nurseries, to analyze the financial feasibility of agribusiness pre-nursery palm oil nurseries, and to analyze agribusiness development strategies for oil palm pre-nursery nurseries.

Purposive technique used to determine the research location. census method used in sampling with a sample of 32 farmers. Methods of data analysis using descriptive analysis, farming feasibility analysis test and SWOT analysis.

The research results obtained from this study are the availability of oil palm nursery inputs consisting of babybags, fertilizers, pesticides and labor are available while sprouts are not available. Cost component of Rp. 6,639,860, - with a fixed cost component consisting of UN fees and depreciation costs of Rp 216,844. Components of variable costs consisting of sprouts, babybags, fertilizers, pesticides and labor amounted to Rp. 6,423,016. Financially, oil palm nursery farming can be said to be feasible with a R / C value per farmer of 1.78 (> 1) meaning that the oil palm nursery farming is profitable and feasible to develop.

The agribusiness development strategy of oil palm pre-nursery nurseries is in area I (Aggressive Strategy).

Keywords: Palm Oil Nursery, Financial Analysis, SWOT Analysis

(7)

Anggi Aulia Nasution lahir di Langsa pada tanggal 25 Oktober 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang merupakan putra Bapak Masrun Nasution, SH dan Ibu Riza Octariana, SH.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Bhayangkari dan tamat tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kota Langsa dan tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kota Langsa dan tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kota Langsa dan tamat tahun 2012.

5. Tahun 2012 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB.

6. Bulan Agustus-September 2015 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Damakitang, Kecamatan Silou Kahean, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

7. Asisten Praktikum Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian pada tahun 2016

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Pengembangan Agribisnis Pembibitan (Pre Nursery) Kelapa Sawit (Elais Guineensis) (Studi Kasus: Di Kecamatan Selesai Dan Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat)”.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing,iMP sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Iskandarini, MM, P. hD sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memotivasi penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Ir. M. Jufri, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU yang telah memberi kemudahan dalam perkuliahan.

4. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Seluruh pegawai di FP-USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

6. Camat Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

(9)

8. Ayahanda tercinta Bapak Masrun Nasution, SH, Ibunda tersayang Ibu Riza Octariana, SH, MKn, Abangda dr. Ozzy M. Rieza Nasution dan Nenek tersayang Zahara Lubis yang sudah memberi motivasi, kasih sayang, nasihat, dan dukungan, baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

9. Kepada Sahabat penulis Kristina Hariyani Sitompul, SP, Febri Ramadhan, SP, Reza Maulana, SP, Raedy Ichsan dan Muslim, SS yang memberikan dukungan kepada penulis.

10. Para teman-teman penulis dari SS47 (Eddy, Zulfikar, Pahlevi dan Febri, SH,) dari grup Srikandi Syubidup (Alfredo, Ayub, Bakti, Rizky Dina, Fandhy, Gomal, Halim, Iid, Imam, Indah, Kirana, Nana, Nazly, Raihan, Ridho, dan Siti Vanny), Andrew dan Christ yang telah memberi semangat kepada penulis.

Seluruh teman-teman angkatan 2012 Program Studi Agribisnis FP-USU.

Serta seluruh teman-teman satu bimbingan skripsi.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karna keterbatasan dan kendala yang dihadapi penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini.

Medan, Agustus 2018

Penulis

(10)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Agribisnis Kelapa Sawit... 9

2.2 Kondisi Ketersediaan Bibit Sawit ... 15

2.3 Aspek Sosial Ekonomi Persemaian Kelapa sawit ... 16

2.4 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit ... 17

2.5 Landasan Teori ... 19

2.5.1 Faktor Produksi ... 19

2.5.2 Biaya ... 21

2.5.3 Penerimaan ... 22

2.5.4 Analisis Finansial ... 23

2.5.5 Analisis SWOT ... 24

2.6 Penelitian Terdahulu ... 27

2.7 Kerangka Pemikiran ... 27

2.8 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 31

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 33

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.5 Definisi Dan Batasan Operasional ... 44

3.5.1 Definisi ... 45

3.5.2 Batasan Operasional ... 46

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 47

4.1.1 Letak Geografis ... 47

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 48

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 50

(11)

5.1.2. Tahap Pemeliharaan ... 57

5.2 Komponen Biaya Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit ... 63

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani... 66

5.3.1. Pendapatan Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit ... 66

5.3.2. Analisis Kelayakan Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit 67 5.4 Strategi Pengembangan Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 78

6.2.1. Saran Kepada Petani ... 78

6.2.1. Saran Kepada Pemerintah ... 78

6.2.1. Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

Tabel Judul Hal 1.1. Data Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit

Sumatera Utara 2014-2016

1 3.1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan

Rakyat menurut Kabupaten/ Kota, 2015

32 3.2. Luas Tanam Tanaman Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat

Menurut Kecamatan, Tahun 2015

33 3.3. Skala Banding Secara Berpasangan (Pairwise Comparison) 39

3.4. Penilaian Bobot Faktor Strategi 40

3.5. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 41

3.6. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) 41 4.1. Banyaknya Penduduk Kecamatan Selesai Dirinci Menurut Jenis

Kelamin dan Desa/Kelurahan Tahun 2014*

48 4.2. Banyaknya Penduduk Kecamatan Besitang Per Desa Tahun

2015*

49 4.3. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Selesai Tahun 2016 50 4.4. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Besitang Tahun 2015 51 5.1. Kebutuhan dan Ketersediaan dan Biaya pada Tahap Pengolahan

Tanah dan Penanaman

53 5.2. Ketersediaan dan Pengguanaan Kecambah Rata-rata Per Petani

dan Per Hektar

54 5.3. Ketersediaan dan Penggunaan Babybag Rata-rata Per Petani dan

Per Hektar

55 5.4. Ketersediaan dan Penggunaan Lahan Rata-rata Per Petani dan

Ketersediaan Lahan Potensial

56 5.5. Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Rata-rata Per Petani

dan Per Hektar

57

5.6. Penggunaan Input pada Tahap Pemeliharaan 58

5.7. Kebutuhan dan Ketersediaan pada Tahap Pemeliharaan 58 5.8. Ketersediaan dan Penggunaan Pupuk Rata-rata Per Petani dan

Per Hektar

59 5.9. Ketersediaan dan Penggunaan Pestisida Rata-rata Per Petani dan

Per Hektar

61 5.10. Ketersediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Seluruh Petani dan

Rata-rata Per Hektar

62 5.11. Komponen Biaya Produksi Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit

di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

63

5.12. Average Fixed Cost, Average Variable Cost dan Average Cost Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

65

5.13. Biaya Rata-rata Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit di Kecamatan Selesai dan Kecamatan

66

(13)

Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

(14)

Gambar Judul Hal 1 Kerangka Pemikiran Strategi PEngembangan Agribisnis

Pembibitan (Pre Nursery) Kelapa Sawit (Elais Guineensis)

29

2 Diagram Analisis SWOT 43

3 Matriks Posisi SWOT Pengembangan Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit

74

(15)

No Judul

1 Karakteristik Petani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit Di Kecamatan Selesai dan kecamatan besitang, Kabupaten Langkat

2 Biaya Kecambah Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit 3 Biaya Babybag Usahatani Pembibitan Pre Nzursery Kelapa Sawit 4 Biaya Pupuk Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit 5 Biaya Pestisida Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

6 Biaya Upah Tenaga Kerja Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

7 Biaya Penyusutan Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit 8 Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa

Sawit

9 Biaya Variabel (Variable Cost) Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

10 Total Biaya (Total Cost) Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

11 Penerimaan (Total Revenue) Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

12 Pendapatan Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

13 Pendapatan dan R/C Ratio Usahatani Pembibitan Pre Nursery Kelapa Sawit

14 Penilaian Skor Parameter Faktor Internal 15 Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal 16 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

17 Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS) 18 Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal (EFAS)

19 Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS) 20 Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) 21 Normalisasi Bobot Faktor Internal

22 Normalisasi Bobot Faktor Eksternal

23 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Menurut Derom Bangun, Ketua GAPKI (Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia), pada tahun 2008 diperkirakan Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa sawit pun bisa menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan dan layak untuk ditiru.

Kesemuanya itu bergantung pada manajemen dan pemimpinnya (Pahan, 2006).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) dimasukkan pertama kali ke Indonesia pada tahun 1848 dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Mulai diperkebunkan secara komersial pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu (Sumatera Utara). Perkebunan kelapa sawit ini terus berlanjut dan berkembang.

Pengembangannya terhenti bahkan luas areal trus berkurang sampai tahun 1967 (Lubis, 2008).

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki perkembangan dalam luas areal, produksi dan produktivitas dalam 3 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1.1. Data Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Sumatera Utara 2014-2016

TAHUN LUAS LAHAN

(Ha)

PRODUKSI (Ton)

PRODUKTIVITAS (Kg/Ha)

2014 1.396.273 4.870.202 4.248

2015 1.443.820 5.099.246 4.301

2016 1.446.420 5.314.644 4.415

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan 2016

(17)

Dari Tabel 1 diketahui pada tahun 2014 luas areal di sumatera utara 1.396.273 Ha dengan produksi 4.870.202 Ton dan produktivitas 4.248 Kg/Ha. Kemudian pada tahun 2015 luas areal meningkat menjadi 1.443.820 Ha dengan produksi yang juga meningkat menjadi 5.099.246 Ton dan produktivitas 4.301 Kg/Ha. Dan pada tahun 2016 luas areal lahan di sumatera utara meningkat menjadi 1.446.420 Ha dengan produksi yang juga meningkat menjadi 5.314.644 Ton dan produktivitas 4.415 Kg/Ha. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dalam 3 tahun terakhir perkembangan kelapa sawit di Sumatera Utara mengalami perkembangan yang pesat baik dari luas areal, produksi dan produktivitas, sehingga kebutuhan bibit kelapa sawit pada Provinsi Sumatera Utara juga meningkat pesat setiap tahunnya.

Peningkatan ini sesuai dengan kebutuhan bibit yang semakin meningkat dilihat dari luas lahan yang terus meningkat.

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting dalam sektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tananam yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001).

Bibit kelapa sawit belakangan ini banyak beredar yang palsu atau bibit yang tidak resmi. Hal ini terjadi karena jumlah produksi benih/kecambah tidak sesuai dengan jumlah permintaan. Selain itu, masih minimnya informasi tentang bahan tanaman yang baik dan benar, kemudian harga benih palsu lebih murah, dan prosedur pembelian benih unggul yang dianggap konsumen terlalu menyulitkan. Pemalsuan benih kelapa sawit berakibat buruk terhadap masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia. Penurunan produktivitas akibat penggunaan benih palsu baru akan

(18)

terasa 4-5 tahun kemudian. Jika tanaman dari benih palsu ini tidak diganti, produktivitas yang rendah akan berlangsung selama siklus hidup tanaman kelapa sawit tersebut (sekitar 25 tahun).

Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang banyak dibutuhkan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit khususnya untuk perkebunan yang bergerak di bidang komersil karena investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanaman (benih/bibit) yang akan ditanam dan merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak.

Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas maka perlu sebuah sistem agribisnis yang terstruktur dan baik sehingga terbentuk sebuah sistem manajemen agribisnis yang baik. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam sistem agribisnis yang terkumpul dalam subsistem seperti sistem pra produksi, sistem produksi dan sistem pasca-produksi. Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang mengelola, mengatur dan memelihara penggunaan input produksi seperti pengelolaan benih, penggunaan pupuk dan pemeliharaan hama untuk menghasilkan produksi yang tidak hanya berorientasi pada hasil tapi pada kualitas.

Setiap subsistem dalam sistem agribisnis kelapa sawit di Indonesia mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Subsistem pengolahan menunjukkan bahwa akan berfungsi dengan baik

jika ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh subsistem produksi primer. Subsistem post produksi akan berhasil dengan baik jika didukung oleh subsistem produksi dan subsistem pra-produksi yang baik. Salah satu yang mempengaruhi subsistem pra-produksi adalah ketersediaan input yang

(19)

meliputi lahan, kecambah kelapa sawit, pupuk dan pestisida. Dan dari keseluruhan proses manajemen tersebut akan terbentuk sebuah sistem agribisnis pre-nursery yang kokoh dan terstruktur sehingga akan menghasilkan sebuah bibit yang berkualitas.

Teknologi budidaya yang diterapkan sangat mempengaruhi produktivitas bibit kelapa sawit. Benih merupakan bahan baku yang sangat penting dalam budidaya pembibitan. Akan tetapi, ketersediaan bibit dan pupuk sangat terbatas dan hanya dapat ditemukan di perusahaan resmi yang menjual benih sehingga benih (kecambah) relatif tinggi harga belinya dan prosedur pembeliannya sulit.

Lahan salah satu ketersediaan input yang penting dalam mendukung usahatani pembibitan kelapa sawit. Dalam pemilihannya diperlukan lokasi lahan strategis yang dekat dengan sumber air yang memudahkan proses penyiraman bibit serta tersedianya media tanam berupa tanah top soil di lokasi lahan pembibitan. Namun dalam pemilihan lahan tersebut masih mengalami hambatan dikarenakan tidak semua lahan terdapat sumber air yang mencukupi.

Biaya bahan baku dalam pembibitan kelapa sawit merupakan aspek penting dalam setiap kelayakan. Permasalahannya adalah dengan terbatasnya jumlah bahan baku dan benih yang tersedia maka otomatis biaya bahan baku produksi semakin mahal sehingga mengakibatkan keseluruhan proses pembibitan kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar termasuk pemeliharannya. Selain itu, proses penjualan bibit kelapa sawit khususnya 3-6 bulan dan 8-12 bulan sangat sulit karena petani rakyat jarang membeli bibit dalam jumlah yang banyak.

(20)

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja.

Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005).

Perkebunan kelapa sawit bersifat padat karya karena setiap Ha kebun memerlukan tenaga kerja 0,2 orang. Biaya tenaga kerja murah dengan produktivitas yang tinggi akan menurunkan harga pokok per unit (Pahan, 2006).

Ketersediaan input yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi khususnya dalam pembelian benih dalam menghasilkan bibit kelapa sawit input yang terbatas dan biaya produksi yang tinggi dalam menghasilkan bibit kelapa sawit yang berkualitas maka akan mengakibatkan kelayakan finansial pembibitan kelapa sawit dikategorikan kurang layak. Oleh karena itu, maka dibutuhkan sebuah analisis agribisnis pembibitan kelapa sawit yang sistematis sehingga dapat menekan biaya produksi yang tinggi. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti Analisis Agribisnis Pembibitan Pre-Nursery Kelapa Sawit.

Seperti halnya berbagai macam jenis usaha, para pelaku usahatani pembibitan kelapa sawit tentulah menginginkan agar usaha mereka dapat menguntungkan.

Kiranya dengan dilakukannya analisis finansial untuk pembibitan kelapa sawit, para petani dapat melihat layak atau tidak usahatani yang sedang dikelolanya serta dapat memberikan pencerahan bagi para pelaku agribisnis pembibitan kelapa sawit dapat membuat perhitungan-perhitungan dalam mengelola usahanya

(21)

sehingga yang diperoleh bisa optimal dan tentunya memberikan keuntungan (Maria, 2013).

Untuk membuat usaha agar berkelanjutan terus-menerus, maka pelaku agribisnis harus merencanakan langkah-langkah yang tepat untuk mengembangkan usaha agribisnisnya. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan. (Ferrel dan Harline, 2005).

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

Luas perkebunan kelapa sawit yang terus meningkat menunjukkan minat rakyat yang terus meningkat dalam usaha pembibitan kelapa sawit. Namun, peningkatan ini tidak serta merta didukung dengan kestabilan harga. Atas dasar inilah diperlukan perangkat ukuran berupa kriteria investasi untuk memberikan verifikasi terkait dengan kelayakan finansial usahatani pembibitan kelapa sawit.

Untuk mencapai maksud tersebut akan dilakukan perhitungan besaran-besaran terkait dengan kriteria investasi finansial untuk menunjukkan nilai kelayakan usaha. Seperti halnya berbagai macam jenis usaha, para pelaku usaha pembibitan kelapa sawit tentulah menginginkan agar usaha mereka dapat menguntungkan.

(22)

Kiranya dengan dengan dilakukannya analisis finansial untuk bibit kelapa sawit, para petani rakyat dapat melihat layak atau tidak usahatani yang sedang dikelolanya serta dapat memberikan pencerahan bagi para pelaku agribisnis pembibitan kelapa sawit untuk dapat membuat perhitungan-perhitungan dalam mengelola usahanya sehingga hasil yang diperoleh bisa optimal dan tentunya bisa memberikan keuntungan.

Melihat pemaparan hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis Pembibitan Pre-Nursery Kelapa Sawit disamping menganalisis kelayakan finansial agribisnis pembibitan pre-nursery juga.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti:

1) Bagaimana ketersediaan input produksi yaitu lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja dalam agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit?

2) Berapa besar komponen biaya yang dibutuhkan dalam Agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit?

3) Bagaimana kelayakan finansial Agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit?

4) Bagaimana strategi pengembangan agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit?

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis ketersediaan input produksi yaitu lahan, pupuk dan tenaga kerja dalam agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit.

2) Untuk menganalisis besar komponen biaya yang dibutuhkan dalam agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit.

3) Untuk menganalisis kelayakan finansial agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit.

4) Untuk menganalisis strategi pengembangan agribisnis pembibitan pre-nursery kelapa sawit.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bahan informasi bagi pemerintah sehingga dapat membantu dalam menganalisis usahatani kelapa sawit.

2) Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Agribisnis Kelapa Sawit

Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3,2 Milyar atau 50% dari penguguk dunia. Di daerah inilah, tingkat pertumbuhan ekonomi pada saat ini hingga tahun 2010 merupakan yang paling tinggi. Selain itu, konsumsi minyak per kapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh di bawah rata-rata penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia (Pahan, 2006)

Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan.

Sementara, minyak makan merupakan salah satu daro 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak makan di dalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa.

A. Subsistem Pra Produksi

Komoditi kelapa sawit yang merupakan komoditi agribisnis andalan harus ditangani sedemikian rupa sehingga pengembangan komoditi baik secara vertikal (melalui industry turunannya/hilir) maupun secara horizontal (perluasan areal) dalam berjalan dengan baik untuk menopang perekonomian nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, dukungan terhadap pelaksanaan pengembangan komoditi ini,

(25)

diantaranya pengadaan sarana produksi/saprodi, dirasakan sangat penting agar dapat menunjang kelancaran dalam kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit.

Sumber benih kelapa sawit tergabung dalam forum komunikasi produsen benih kelapa sawit. Forum ini beranggotakan 6 produsen benih kelapa sawit, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT.Dami Mas, PT.

Tunggal Yunus dan PT. Bina Sawit Makmur. Kapasitas produksi benih nasional adalah 124 juta per tahun yang berasal dari masing-masing produsen benih di atas secara berurutan sebesar 35 juta, 25 juta, 15 juta, 12 juta,12 juta, dan 25 juta kecambah. Keenam produsen benih tersebut pada dasarnya mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhan benih nasional, walaupun harus meningkatkan kapasitas produksi.

Bahan tanaman kelapa sawit bisa berasal dari persilangan berbagai sumber (inter and intra specific crossing) dengan metode reciprocal recurrent selection (RRS).

Di samping itu, bahan tanaman kelapa sawit unggul juga bisa dihasilkan dari pemuliaan pada tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan. Pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman dalam mencapai pertumbuhan yang baik di pembibitan. Pertumbuhan dan vigor bibit tersebut sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, mofologi kecambah, dan cara penanamannya.

Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian secara konprehensif. Selain menentukan sistem yang akan dipakai dalam pembibitan, kita juga perlu menentukan areal pembibitan. Sebelum menentukan lokasi pembibitan, perlu

(26)

dilakukan peninjauan ke lokasi rencana pembibitan, dengan tujuan yaitu untuk mengetahui sumber air yang terjamin.

Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekali pun tidak akan bisa mengekspresikan dan semuanya akan menjadi sia-sia.

Menurut Pahan (2006), Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi pesediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.

B. Sistem Produksi

Menurut Pahan (2006), Pembukaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Membuka lahan merupakan pekerjaan teknis yang mudah, asalkan tersedia peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan. Adapun hal yang

(27)

perlu diperhatikan dalam pembukaan lahan diantaranya kesesuaian lahan yang akan dibuka tersebut untuk budi daya tanaman kelapa sawit.

Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam operasional pembukaan lahan sampai penanaman antara lain:

 Membuat batasan areal yang akan dibuka.

 Memilih lokasi bibitan dan memulai pembibitan.

 Melakukan tender pembukaan lahan pada beberapa kontraktor.

 Membuat surat perintah kerja kepada kontraktor yang dipilih.

 Membuat batas blok-blok pekerjaan dalam areal yang akan dibuka.

 Membuat saluran drainase utama (jika diperlukan).

 Imas dan tumbang (semimekanisme).

 Pembakaran, perun (timbunan kayu), dan rumpuk atau perun dan rumpuk yang

di lakukan secara mekanis (tanpa bakar). Dalam konsep zero buning tidk diperbolehkan lagi membuka lahan dengan cara pembakaran. Sebagai alternatif pengganti, digunakan metode pembersihan lahan dari tegakan kayu dengan menggunakan alat berat seperti bulldozer dan excavator.

 Membuat jalan utama (diikut dengan jalan pengumpul dan saluran air).

 Membuat teras bersambung (khusus pada areal berbukit).

 Memancang.

 Membersihkan jalur tanam dan pasar tikus (jalan rintis).

 Menanam kacang-kacangan sebagai penutup tanah.

 Merawat kacang-kacangan penutup tanah.

 Menanam kelapa sawit.

(28)

Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok suatu industri perkebunan (Adiwiganda, dkk. 1996).

Perawatan tanaman merupakan suatu usaha untuk meningkatkan atau menjaga kesuburan tanah dalam lingkungan pertumbuhan tanaman guna mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi sesuai yang diharapkan. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dibagi atas dua, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM)

Kegiatan panen meliputi pelasanaan pemanenan berupa pemotongan TBS, pengutipan berondolan, dan pemotongan pelepah. Pada saat pemotongan TBS, pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu pemotongan TBS, pengangkutan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun pengangkutan ke dump truck serta menjaga buah tidak kotor Karena tanah atau debu. Pelukaan mempercepat peningkatan ALB dari 0,2 -0,7% sebelum dipotong, kemudian akan naik sebesar 0,9 – 1% setiap 24 jam ketika sudah di tanah, sehingga semakin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik (Lubis, 2008).

Pengangkutan TBS merupakan kegiatan akhir dalam pelaksanaan kegiatan panen.

Pengangkutan memeilik peranan penting dalam kegiatan pemanenan, sehingga TBS dan brondolan yang telah dipanen dapat segera tiba di PKS dan langsung diolah. Perencanaan pengangkutan panen sangat penting untuk memperhatikan agar mencapai mutu buah yang baik sehingga dapat rendemen yang tinggi (Lubis, 2008).

(29)

C. Subsistem Post Produksi

Menurut Pahan (2006), pengolahan merupakan suatu proses mengubah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang siap konsumsi. TBS yang telah dipanen dengan melalui tahap-tahap dan prosedur. Kemudian diangkut menuju tempat pengolahan. TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produksi setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO, MKS) dan inti (kernel, IKS) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya.

Stasiun proses pengolahan TBS menjadi MKS dan IKS umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai berikut:

 Penerima buah (fruit reception).

 Rebusan (sterilizer).

 Pemipilan (stripper).

 Pencacahan (digester) dan pengempaan (presser).

 Pemurnian (clarifier).

 Pemisahan biji dan kerner (kerner).

Sementara, stasiun pendukung berfungsi sebagai berikut:

 Pembangkit tenaga (power).

 Laboratorium (laboratory).

 Pengolahan air (water treatment).

 Penimbunan produk (bulking).

 Bengkel (workshop).

Dengan adanya dan kerja sama yang baik antara kedua stasiun ini, TBS dapat diolah secara maksimal menjadi minyak mentah atau crude palm oil (CPO, MKS)

(30)

dan inti (kernel, IKS) dan kemudian harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lain seperti minyak makan.

Pemasaran merupakan suatu kegiatan menyampaikan suatu produk yang dihasilkan oleh produsen kepada penggunaan produk atau konsumen. Prospek pemasaran MKS sangat cerah karena tekanan permintaan terhadap minyak goreng yang berasal dari MKS terus meningkat karena meningkatnya jumlah penduduk dan GDP dunia. Di samping itu, prospek pemasaran MKS juga dipengaruhi pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit.

Fluktuasi harga MKS pada saat ini lebih banyak disebabkan oleh goncangannya pasokan yang disebabkan oleh faktor internal serta faktor eksternal berupa tarikan harga pasaran dunia yang tinggi sehingga merangsang ekspor MKS dalam jumlah yang besar. Pembentukan harga MKS sangat ditentukan oleh situasi perdangan di luar negeri.

2.2 Kondisi Ketersediaan Bibit Sawit

Kondisi bibit sawit beberapa tahun terakhir sering kali terjadi peredaran benih palsu dikalangan pebisnis kelapa sawit. Benih yang tidak jelas asal-usulnya ini diperjual belikan karena permintaan yang terus meningkat, sementara ketersediaan benih kelapa sawit terbatas. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memproduksi benih palsu dan mengedarkannya.

Benih palsu sangat merugikan karena pertumbuhannya lambat dan produktivitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bibit hasil persilangan yang bersertifikat (Redaksi AgroMedia, 2012).

(31)

Sumber benih kelapa sawit tergabung dalam forum komunikasi produsen benih kelapa sawit. Forum ini beranggotakan 6 produsen benih kelapa sawit, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT.Dami Mas, PT.

Tunggal Yunus dan PT. Bina Sawit Makmur. Kapasitas produksi benih nasional adalah 124 juta per tahun yang berasal dari masing-masing produsen benih di atas secara berurutan sebesar 35 juta, 25 juta, 15 juta, 12 juta,12 juta, dan 25 juta kecambah. Ke enam produsen benih tersebut pada dasarnya mempunnyai potensi untuk memnuhi kebutuhan benih nasional, walaupun harus meningkatkan kapasitas produksi.

2.3 Aspek Sosial Ekonomi Persemaian Kelapa sawit

Perkebunan kelapa sawit sangat berpeluang merebut hati masyarakat karena prospek ke depannya sangat menguntungkan. Masyarakat perlu diberikan penyuluhan mengenai perkebunan kelapa sawit, mulai dari menanam sampai produksi yang disertai dengan pemasaran hasil produksi kelapa sawit. Berbagai manfaat ekonomi seperti tersebut di atas pembibitan kelapa sawit di Desa Tambunan A memberikan manfaat sosial berupa pemberdayaan masyarakat sekitar persemaian seperti tenaga kerja harian, borongan, bulanan, dan nila sisa

hasil persemaian yang masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat (Muchsin dan Hidayah, 2016).

2.4 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

(32)

Keluarga : Palmaceae Subkeluarga : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elais guineensis Jacq

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.

Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Morfologi tanaman kelapa sawit dapat diperhatikan berikut ini:

1. Akar

Akar kelapa sawit adalah akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikkula pada bibit uterus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm.

2. Batang

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil dan batangnya tidak memiliki kambium serta pada umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda ( seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Tinggi batan bertambah kira-kira 45cm/ tahun.

Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan 15-18 meter, sedangkan di alam liar dapat mencapai 30 meter.

(33)

3. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Anak-anak daun tersusun dua sampai ke ujung daun. Ditengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian:

- Kumpulan anak daunn (leaflets) yang memiliki helaian (lamina dan tulang anak daun (midrib).

- Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat

- Tangkai daun(petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.

- Selundung daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang. Luas daun meningkat secara progresif pada umur sekitar 8-10 tahun setelah tanam.

4. Bunga

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangka bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon lainnya dengan perantara angin atau serangga penyerbuk.

5. Buah

Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digynakan. Buah bergerombol dalam tandan yang munbul dari tiap pelepah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas

(34)

(FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%.

2.5 Landasan Teori 2.5.1 Faktor Produksi

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship (Soekartawi, 2002).

Tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif.

Ketersediaan benih kelapa sawit terbatas, harganya mahal dan tidak tersedia didaerah penelitian. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memproduksi benih palsu dan mengedarkannya. Benih palsu sangat merugikan karena pertumbuhannya lambat.

(35)

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu usaha adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis/usaha (operation, marketing, dan finance).

Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis/usaha tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar usaha selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena usaha tersebut memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), upah tenaga kerja, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan (Firdaus, 2008).

(36)

2.5.2 Biaya

Suatu unit usaha dalam menjalankan kegiatan produksi tentunya memerlukan biaya yang diperhitungkan sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan, sehingga dengan melihat besarnya harga yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha maka dapat digunakan sebagai penentu dalam penetapan harga jual yang dihasilkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekartawi (2003), bahwa biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan menyebabkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya maka dapat dipastikan bahwa usaha tersebut mendapatkan keuntungan.

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), bahwa biaya terdiri dari dua komponen yaitu:

a. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh produksi, sewa tanah, bunga pinjaman dan merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha persatuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap, dan besarnya tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.

b. Biaya variabel adalah kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha pada waktu tertentu, untuk pembayaran semua input variabel yang digunakan dalam proses produksi dan sifatnya sesuai besarnya biaya produksi terdiri dari bibit, makanan, bensin, dan sebagainya. Biaya berubah total (total variabel cost) merupakan biaya yang besar kecil dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Misalnya unuk meningkatkan produksi maka pupuk perlu ditambah. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang

(37)

diinginkan.Jumlah dari biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC) merupakan total biaya (TC) yang dikeluarkan dalam usaha produksi.

Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut.

Biaya Penyusutan Alat (BPA), merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan melihat nilai produksi cabang usahatani, total nilai produksi dan nilai penyusutan alat.

2.5.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan jumlah kuantitas hasil produksi dikalikan dengan harga dari kuantitas yang dihasilkan. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Pendapatan bersih atau keuntungan petani tergantung dua faktor utama yaitu penerimaan dari biaya usaha tani. Untuk mengetahui keuntungan atau pendapatan bersih.

Kelayakan usaha dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari pengusaha secara individu. Kelayakan usaha dapat diketahui dengan menggunakan 2 kriteria umum dikenal sebagai berikut : R/C, dan BEP. Analisis break even adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.

2.5.4 Analisis Finansial

Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil perbandingan semua faktor

(38)

ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu (Johan, 2011).

Menurut Ibrahim (2009), studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah

menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan.

Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan.

Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi dan dapat dikatakan bahwa usaha ini layak diusahakan. (Soekartawi, 2002).

2.5.5 Analisis SWOT

Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi serta

(39)

Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. (Siagian, 2004)

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan- tantangan yang dihadapi.

Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis.

Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.

Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan (David, 2009).

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, 2009) yaitu : 1) Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.

(40)

2) Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan.

Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat meruoakan sumber dari kelemahan perusahaan.

3) Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman).

Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

(41)

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT:

Strategi SO (Strength and Oppurtunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO (Weakness and Oppurtunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maria Nora Monica (2013) dengan judul skripsi “Analisis Kelayakan Finansial Kelapa Sawit Rakyat”. Studi kasus Kecamatan Bagan Sinemah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Menyimpulkan bahwa usaha perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah penelitian memiliki biaya rata-rata produksi per hektar selama setahun adalah Rp 9.961.585,-, secara financial, usaha perkebunan kelapa sawit rakyat didaerah penelitian dikatakan layak diusahakan dengan nilai NPV 13.028.717, IRR sebesar 13,88% dan B/C sebesar 2,82.

2.7 Kerangka Pemikiran

(42)

Petani pembibitan kelapa sawit sebagai pelaksana dalam usahatani mengharapkan produksi yang besar agar memperoleh penerimaan yang besar pula. Produksi akan mempengaruhi penerimaan usahatani tanaman Pembibitan Kelapa Sawit melalui tingkat harga.

Usahatani pembibitan kelapa sawit merupakan usaha yang dilakukan oleh petani Pembibitan Kelapa Sawit dengan mengelola input produksi yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan tanaman Pembibitan Kelapa Sawit.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi sesuai yang diharapkan oleh petani diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi adalah input produksi seperti, luas lahan, benih, modal, pupuk, dan tenaga kerja yang akan menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani pembibitan kelapa sawit. Pada umumnya pengelolaan input yang baik akan menghasilkan produksi yang besar.

Harga jual dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang diperoleh pemilik usahatani. Hasil produksi dikalikan dengan harga jual disebut total penerimaan.

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari hasil penjualannya.

Penerimaan yang besar belum tentu mencerminkan keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya, karena penerimaan merupakan pendapatan kotor dari usahatani selama satu periode. Dalam usahatani biaya usahatani harus diperhitungkan baik biaya tetap maupun biaya variabel.

(43)

Penerimaan, biaya, dan pendapatan yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam melihat apakah usahatani pembibitan kelapa sawit tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan.

Selanjutnya akan dilakukan analisis kelayakan ekonomis yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman pembibitan kelapa sawit. Adapun kriteria yang dipakai dalam penelitian ini antaralain Net R/C Ratio, BEP.

Usahatani pembibitan kelapa sawit di daerah penelitian layak atau tidak layak diusahakan dan dikembangkan di daerah penelitian dapat diketahui melalui analisis kelayakan usahatani dan analisis strategi pengembangan pembibitan.

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan Penerimaan

Pendapatan

Analisis Kelayakan Finansial Biaya Produksi

Harga Jual

Layak Tidak layak

Analisis Strategi Pengembangan Pembibitan kelapa sawit

Usahatani Pembibitan Kelapa Sawit

Hasil Produksi Bibit Ketersediaan Input (Lahan,

Benih,Pupuk, Pestisida) Input

(44)

= Menyatakan Pengaruh

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Agribisnis Pembibitan (Pre Nursery) Kelapa Sawit (Elais Guineensis) 2.8 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ketersediaan input di daerah penelitian belum memadai.

2. Komponen biaya produksi pembibitan kelapa sawit tinggi.

3. Usaha pembibitan kelapa sawit di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial.

4. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan usaha pembibitan kelapa sawit adalah strategi SO.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Pemilihan daerah penelitian atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

 Kabupaten Langkat dipilih atas dasar pertimbangan karena Kabupaten

Langkat merupakan salah satu sentra produksi kelapa sawit terbesar Sumatera Utara. Kabupaten Langkat memiliki luas lahan dan produksi tertinggi setelah Kabupaten Labuhan Batu Utara.

 Kecamatan Selesai dan Kecamatan Besitang dipilih karena Kecamatan

Selesai memiliki luas tanaman kelapa sawit rakyat terbesar setelah Kecamatan Besitang dan Kecamatan Batang Serangan.

Pada tabel berikut diuraikan luas tanaman dan produksi kelapa sawit tanaman perkebunan rakyat menurut kabupaten/kota pada tahun 2015.

(46)

Tabel 3.1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/ Kota, 2015

Luas Tanaman / Area (ha) Produksi

Kabupaten/ Kota Regency/ City

T B M Not Yet Prdouctive

T M Productive

T T M Unproductive

Jumlah Total

Production TBS / Bunch Of Palm

(Ton)

1 2 3 4 5 6

Kabupaten/ Regency

Nias - - - - -

Mandailing Natal 3 980,00 11 962,00 15,00 15 957,00 209 636,36 Tapanuli Selatan 2 283,00 3 020,00 34,00 5 337,00 51 304,55 Tapanuli Tengah 1 567,00 1 721,00 30,00 3 318,00 26 459,09

Tapanuli Utara 25,00 16,00 13,00 54,00 86,36

Toba Samosir 130,00 509,00 20,00 659,00 3 713,64

Labuhanbatu 2 710,33 31 865,00 73,00 34 648,00 474 600,00

Asahan 10 612,00 60 685,00 1 119,00 72 416,00 1 026 418,18

Simalungun 3 267,00 2 564,00 32,00 5 863,00 43 791,82

Dairi 34,00 122,00 20,00 176,00 1 104,55

Karo 476,00 765,00 93,00 1 334,00 8 627,27

Deli Serdang 2 796,00 11 682,00 83,00 14 561,00 196 017,18

Langkat 5 912,00 37 234,00 382,00 45 528,00 606 863,64

Nias Selatan 673,00 4,00 1,00 678,00 36,36

Humbang Hasundutan 74,00 174,00 41,00 289,00 618,18

Pakpak Barat 563,00 872,00 188,00 1 623,00 3 677,27

Samosir - - - - -

Serdang Bedagai 1 882,00 10 756,00 23,00 12 661,00 164 686,36

Batu Bara 2 155,00 6 310,00 37,00 8 843,00 95 545,45

Padang Lawas Utara 9 140,00 17 558,00 86,00 26 784,00 286 927,27 Padang Lawas 6 903,00 26 718,00 94,00 33 715,00 418 740,91 Labuhanbatu Selatan 1 961,00 40 171,00 606,00 42 738,00 619 736,36 Labuhan Batu Utara 5 940,00 61 680,00 618,00 68 238,00 862 727,27

Nias Utara - - - - -

Nias Barat - - - - -

Kota/ City

Padangsidempuan 10,00 41,00 18,00 699,00 75,00

Gunungsitoli - - - - -

Sumatera Utara 2015 63 093,00 328 429,00 3 967,00 345 489,00 5 101 384,09 2014* 58 096,03 354 932,90 3 446,18 416 475,11 5 745 235,23 2013* 62 271,72 348 646,12 3 998,00 141 915,84 5 612 066,73 2012* 60 613,91 347 451,74 3 778,11 411 843,76 5 511 644,29 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara

Source : Plantation office of Sumatera Utara Province

(47)

Keterangan/ note : *angka perbaikan

Tabel 3.2. Luas Tanam Tanaman Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan, Tahun 2015

kecamatan

2015

Luas Tanam (Hektar) Belum

Menghasilkan Menghasilkan Tidak

Menghasilkan Jumlah

Bohorok 749 2 714 5 3 468

Sirapit 194 1 213 - 1 407

Salapian 140 3 441 - 3 581

Kutambaru 120 790 5 915

Sei Bingai 220 2 618 4 2 842

Kuala 505 891 - 1 396

Selesai 575 3 419 5 3 999

Binjai 245 267 - 512

Stabat 158 155 - 313

Wampu 208 3 472 - 3 680

Batang Serangan 428 3 978 - 4 406

Sawit Seberang 78 244 - 322

Padang Tualang 215 610 5 830

Hinai 312 453 - 765

Secanggang 298 841 - 1 139

Tanjung Pura 248 1 888 2 2 138

Gebang 410 824 - 1 234

Babalan 86 185 - 271

Sei Lepan 540 2 536 - 3 076

Brandan Barat 71 759 - 830

Besitang 631 6 825 - 7 456

Pangkalan Susu 105 456 - 561

Pematang Jaya 130 940 - 1 070

LANGKAT 6 666 39 519 26 46 211

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2015

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode sensus yaitu dimana seluruh pengusaha pembibitan kelapa sawit di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel. Pengusaha pembibitan kelapa sawit di daerah penelitian ada 32

(48)

orang, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 32 sampel pengusaha kelapa sawit.

Sesuai yang dituliskan oleh Sugiyono (2008) total sampling adalah teknik pegambilan sampel dimana jumlah sama dengan populasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer diperoleh dari hasil penelitan pembibitan kelapa sawit serta dari hasil wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian melalui daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Metode penelitian menurut Supriana (2016) adalah cara-cara melakukan penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasi suatu objek berdasarkan fakta secara ilmiah. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis agar dapat ditarik kesimpulan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti. Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama

Tahap pertama yang dilakukan adalah menyiapkan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner bertujuan

Gambar

Tabel  5.15  menunjukkan  hasil  selisih  antara  masing-masing  faktor  internal  dan  faktor  eksternal  dari  peningkatan  pendapatan  petani  pembibitan  kelapa  sawit

Referensi

Dokumen terkait

digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan analisis gain score. Hasil pengembangan didapatkan produk media pembelajaran

Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis data untuk aplikasi Web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan Microsoft Internet Information Services

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat dan petunjuk-Nya serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan hasil analisis perbedaan kecemasan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah kelompok intervensi dilakukan tehnik lima jari

Gerstel dan Gross (1984) mengungkapkan bahwa pasangan pernikahan jarak jauh dengan tipe adjusting atau pasangan jarak jauh yang usia pernikahannya tidak lebih dari 5 tahun

Berhubungan penelitian ini, penulis akan cuba mencari dan meneliti apa sahaja problematika dakwah yang dihadapi oleh pengerak dakwah jakim dalam menyampaikan pesan Islam

Sardjito Yogyakarta dalam penelitian ini adalah data rekam medik dan hasil survey terbagi menjadi 6 yaitu: jenis kelamin, usia, status pekerjaan, penyakit

Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (MSPK) yang merupakan komponen dari Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SPPMP) telah dikembangkan