2/20/2016
1
Gambar 2. Konsep Tata Ruang Wisata! " # $ ! %
&
' (
'
)&)
*
+ ,
'+
(
+ + ' &)!') (
& -
)
&
)
!-!'
LS Yusiana, NNA Mayadewi
Program Studi Arsitektur Pertamanan – Fakultas Pertanian – Universitas Udayana Corresponding author: lury.yusiana@unud.ac.id
P-PNL-33
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan sebuah kajian yang dilakukan dengan metode
deskriptif kualitatif. Pendekatan dilakukan dengan mengurai
permasalahan dan pemecahan masalah. Tahapan tersebut dapat dilihat pada skema (Gambar 1).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tapak arkeologi bukan sekedar peninggalan sejarah, tetapi warisan yang dapat memberikan kita pemahaman tentang kehidupan dan budaya masyarakat di masa itu. Dalam pengembangannya, tapak arkeologi merupakan kawasan yang sangat sensitif. Akan tetapi, daya tarik yang besar menjadikan tapak ini diminati pengunjung. Tingginya jumlah pengunjung dapat memberikan dampak bagi tapak arkeologi. Berbagai kegiatan yang dilakukan pengunjung dapat menurunkan nilai benda atau tapak arkeologi itu sendiri. Hal ini menjadi tidak sejalan dengan pelestarian tapak arkeologi.
Tujuan Penelitian
1. Merencanakan lansekap wisata pada tapak arkeologi guna
mendukung kegiatan pelestarian cagar budaya
2. Merencanakan program interpretasi wisata tapak arkeologi yang bersifat edukatif.
Tapak
Rencana Penataan Tapak
Merencanakan tapak arkeologi sebagai suatu kawasan wisata budaya adalah upaya untuk menata suatu areal kegiatan wisata yang dapat mencerminkan ragam benda arkeologi, kekayaan ekologis dan budaya, potensi budaya, potensi ekonomi yang dimiliki serta
keindahan pemandangan lahannya. Penataan ini harus
mengakomodasikan berbagai kegiatan rekeratif dan edukatif
wisatawan atau pengunjung serta berbagai fasilitas pendukungnya sehingga kepuasan wisatawan dapat tercapai.
Konsep penataan tapak arkeologi untuk pengembangan wisata dapat memadukan antara konsep pelestarian cagar budaya dan konsep kearifan lokal yang dimiliki suatu lansekap (Gambar 2).
Ruang Pelestarian
Ruang Penyangga
Ruang Pemanfaatan Wisata
Program Interpretasi Wisata Budaya
Pengembangan interpretasi bertujuan untuk mengajak atau
•Ruang pelestarian merupakan ruang bagi kegiatan pelestarian dan ritual keagamaan.
•Ruang penyangga difungsikan sebagai ruang penelitian dan kegiatan penunjang pelestarian.
•Ruang pemanfaatan ditujukan bagi kegiatan wisata edukasi dan kegiatan penunjang wisata.
KESIMPULAN
Perencanaan tapak arkeologi bagi pengembangan wisata
menghasilkan konsep yang memadukan antara zonasi pada cagar budaya dan konsep kearifan lokal masyarakat. Penataan ruang yang dikembangkan tersebut terdiri atas ruang pelestarian, ruang penyangga, dan ruang pemanfaatan wisata.
Program interpretasi wisata didasarkan pada edukasi artinya kegiatan wisata lebih mengarah pada kegiatan yang mampu mengedukasi pengunjung tentang kawasan sejarah budaya. Kepuasan pengunjung nantinya yang menjadi tolok ukur keberhasilan program interpretasi wisata yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alderson WT, Low SP. 1996.Interpretation of Historic Sites. Second Edition, Revised. California : Altamira Press.
Nurisyah S, Damayanti VD. 2006. Pengembangan Interpretasi Wisata Pesisir Guna Mendukung Program Pendidikan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan. Di Dalam : Kumpulan Riset Kelautan: Jalan Menuju Kejayaan Bahari. Bogor: Bakosurtanal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Wisata Tapak Arkeologi
Potensi wisata dapat dilihat dari 3 aspek penting, yaitu kondisi fisik tapak, sosial budaya masyarakat lokal, dan visual.
Inventarisasi
Analisis dan Sintesis
Rencana Penataan
Program pengembangan Program Interpretasi Wisata Budaya
Kondisi Fisik Kondisi sosial budaya
Kondisi visual
Kepekaan
Fisik Kepekaan Sosial Budaya
Kepekaan Visual Potensi
Wisata Potensi Wisata
Potensi Wisata
Perencanaan Wisata Tapak Arkeologi Tapak Arkeologi
Gambar 1. Skema Tahapan Penelitian
Aspek Lansekap Wisata Kegunaan untuk wisata Fisik
•Tanah dan topografi •Hidrologi •Iklim •Vegetasi dan satwa •Benda arkeologi
•Dasar dalam menentukan daya dukung kawasan terhadap aktivitas wisata
•Obyek dan atraksi wisata •Kegiatan pendukung wisata •Menentukan penataan fasilitas wisata
Sosial Budaya
•Aktivitas keseharian •Aktivitas ekonomi •Aktivitas religi •Aktivitas sosial •Kearifan lokal
•Dasar dalam menentukan kerentanan masyarakat terhadap pengaruh asing
•Dasar dalam melihat akseptibilitas masyarakat dalam pengembangan wisata
•Atraksi wisata
Visual •Obyek pada tapak •Obyek di luar tapak
•Obyek dan atraksi wisata •Menentukan aktivitas wisata •Menentukan fasilitas wisata Tabel 1. Aspek wisata dan kegunaannya dalam wisata
Pengembangan interpretasi bertujuan untuk mengajak atau
memprovokasi dan menstimulasi minat dan kepedulian para pengunjung yang datang ke tapak arkeologi, sehingga pengunjung dapat mengerti dan mengapresiasi setiap benda-benda dan tapak arkeologi tersebut (Nurisyah dan Damayanti, 2006). Dalam merencanakan program interpretasi, perlu memperhatikan 3 hal (Alderson dan Low, 1996), yaitu siapakah pengunjung yang datang ke kawasan wisata, mengapa pengunjung datang ke kawasan wisata dan bagaimana pengembangan program interpretasi kawasan wisata tersebut.
Program interpretasi berbasis edukasi menjadi solusi bagi pengembangan wisata tapak arkeologi karena mampu meminimalisir
kerusakan pada tapak dengan membatasi aktivitas yang
mengeksploitasi tapak arkeologi. Program ini juga dapat