• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika 34 PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG Dyan Kunthi Nugrahaeni

1

dan Triane Indah Fajari

STIKES A. Yani Cimahi

ABSTRAK

Latar Belakang Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain:

kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, ketergantungan napza dan resiko terkena penyakit menular seksual. Permasalahan tersebut disebabkan kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi.

Tujuan Mengetahui bagaimana pengaruh konseling kesehatan remaja (KRR) terhadap pengetahuan dan sikap seksual remaja.

Metodologi Rancangan penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, yaitu pretest and posttest design with non equivalent group. Jumlah sampel sebanyak 58 orang yang diberikan konseling KRR dan 58 orang yang tidak diberikan konseling KRR. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat untuk mengetahui adanya perbedaan dengan Mann-Whitney Test. Besarnya pengaruh perlakuan dihitung dari mean hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding.

Hasil Pada kelompok eksperimen, hasil pretest pengetahuan seksual remaja dengan kategori baik 15,5%, setelah mendapatkan konseling menjadi 86,2%. Pada kelompok pembanding, hasil pretest dengan pengetahuan baik 5,2% dan posttest 3,4%. Pada kelompok eksperimen, sikap mendukung 44,8% setelah mendapat konseling menjadi 53,4%, pada kelompok pembanding, sikap mendukung hasil pretest dan posttest sebesar 50%. Hasil uji Mann Whitney test, didapatkan bahwa konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan (Pvalue 0,0005), dan sikap seksual remaja (Pvalue 0,0005). Konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan dengan skor 7 point lebih tinggi sedangkan sikap 5 point lebih tinggi pada kelompok eksperimen daripada kelompok pembanding.

Simpulan Konseling KRR berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap seksual remaja. Diharapkan pihak sekolah memberikan bimbingan dan konseling KRR secara rutin kepada siswa SMA.

Kata Kunci : KRR, Pengetahuan, Sikap, kuasi eksperimen Kepustakaan : 2004-2009 : 25

A. PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,

fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata

bebas penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi sehat secara mental, sosial dan kultural. Konseling

kesehatan reproduksi remaja (KRR) adalah suatu proses konsultasi dimana seorang konselor

memberikan informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja. Tujuan konseling KRR

adalah untuk memberikan informasi dan fakta kepada remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang

cukup untuk mengambil suatu keputusan mengenai tindakan yang akan diambil. Muatan pendidikan

yang disarankan dalam materi pemberian konseling KRR antara lain: seksualitas, penyakit menular

seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan napza.

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika 35 Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak dikehendaki (KTD), kehamilan dan persalinan usia muda, masalah ketergantungan napza yang meningkatkan resiko penyakit menular seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS), dan kekerasan seksual.

Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi berasal dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Orang tua yang diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak remajanya. Guru, yang juga diharapkan oleh orang tua dan remaja dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti: tabu, merasa tidak pantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan lain sebagainya. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan pemberian pendidikan mengenai kesehatan reproduksi.

Penelitian PKBI pada tahun 2005 yang dilakukan di 4 kota besar yaitu Jabotabek, Bandung, Surabaya, dan Medan tentang perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52% dengan kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI (2006), didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR).

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap seksual remaja yang mendapat dan tidak mendapatkan konseling KRR dan mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan dan sikap remaja.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, yaitu eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan penunjukan subjek secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian (Murti, 1997). Jenis desain eksperimen kuasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain sesudah dan sebelum dengan kontrol ( pretest and posttest design with non equivalent group). Skema rancangan adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Penelitian

PRETEST (X)

POSTEST (X)

PRETEST (X)

POSTEST (X) PERLAKUAN

(KRR)

Eksperimen

Pembanding

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah765 siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kesehatan reproduksi a

pembanding menggunakan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 61 siswa.

Uji statistik menggunakan statistik non parametrik, yaitu Mann perlakuan dihitung menggunak

eksperimen dan kelompok pembanding, dengan rumus :

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok eksperimen antara pretest dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan pada kelompok pembanding. Dari hasil pretest kelompok eksperimen, pengetahuan baik hanya 15,50%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 86,20%. Hasil pretest variabel sikap, responden yan memiliki sikap mendukung hanya 44,8%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 53,40%.

Untuk selengkapnya dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Hasil Pretest-Postest Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan Tidak Mendapat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010

Variabel Pengetahuan Seksual

1. Kelompok Eksperimen a. Kurang

b. Baik Jumlah

2. Kelompok Pembanding a. Kurang

b. Baik Jumlah Sikap Seksual

1. Kelompok Eksperimen a. Tidak Mendukung b. Mendukung

Jumlah Variabel

2. Kelompok Pembanding a. Tidak Mendukung b. Mendukung

Jumlah

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata

responden mengenai pengetahuan dan sikap seksual remaja, yaitu mean postest lebih tinggi pada Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah765 siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kesehatan reproduksi adalah 61 siswa dijadikan sebagai eksperimen dan sebagai pembanding menggunakan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 61 siswa.

Uji statistik menggunakan statistik non parametrik, yaitu Mann-Whitney Test. Pengaruh perlakuan dihitung menggunakan perhitungan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding, dengan rumus :

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok st dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan pada kelompok pembanding. Dari hasil pretest kelompok eksperimen, pengetahuan baik hanya 15,50%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 86,20%. Hasil pretest variabel sikap, responden yan memiliki sikap mendukung hanya 44,8%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 53,40%.

Untuk selengkapnya dilihat pada tabel di bawah ini :

Postest Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan pat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010

Pre test Post test

Jumlah % Jumlah

Kelompok Eksperimen

49 9

84,5 15,5

8 50

58 100 58

Kelompok Pembanding

55 3

94,8 5,2

56 2

58 100 58

Kelompok Eksperimen Tidak Mendukung Mendukung

32 26

55,2 44,8

27 31

58 100 58

Pre test Post test

Jumlah % Jumlah

Kelompok Pembanding dukung Mendukung

29 29

50 50

29 29

58 100 58

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) skor jawaban responden mengenai pengetahuan dan sikap seksual remaja, yaitu mean postest lebih tinggi pada

36 siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Margahayu Kabupaten Bandung yang berjumlah765 siswa. Siswa yang mengikuti kegiatan dalah 61 siswa dijadikan sebagai eksperimen dan sebagai pembanding menggunakan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 61 siswa.

Whitney Test. Pengaruh an perhitungan mean hasil pretest dan posttest pada kelompok

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dan sikap seksual remaja pada kelompok st dan postest ada perubahan yang cukup besar dibandingkan pada kelompok pembanding. Dari hasil pretest kelompok eksperimen, pengetahuan baik hanya 15,50%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 86,20%. Hasil pretest variabel sikap, responden yang memiliki sikap mendukung hanya 44,8%, setelah mendapatkan konseling meningkat menjadi 53,40%.

Postest Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan pat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010

Post test

%

13,8 86,2 100 96,6 3,4 100 46,6 53,4 100 Post test

% 50 50 100

rata (mean) skor jawaban

responden mengenai pengetahuan dan sikap seksual remaja, yaitu mean postest lebih tinggi pada

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika 37 kelompok eksperimen di bandingkan pada kelompok pembanding. Mean pengetahuan dan sikap, untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1 Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Gambar 1. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Gambar 2. Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja Analisis data menggunakan uji Mann Whitney Test dan diperoleh hasil bahwa konseling kesehatan reproduksi remaja berpengaruh terhadap pengetahuan dengan p-value 0,0005 dan sikap seksual remaja dengan p-value 0,0005.

Besarnya pengaruh untuk variabel pengetahuan sebesar 7, yang berarti bahwa remaja yang

mendapatkan konseling KRR pengetahuannya akan lebih tinggi 7 poin dibandingkan dengan remaja

yang tidak mendapatkan konseling KRR. Sedangkan besarnya pengaruh variabel sikap adalah

sebanyak 5, yang berarti bahwa remaja yang mendapatkan konseling KRR sikapnya akan lebih tinggi

5 poin dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan konseling KRR.

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika 38 Pengetahuan remaja adalah hal-hal yang harus diketahui remaja terkait seksualitas. Pentingnya pengetahuan seksual akan mendorong remaja untuk melakukan tindakan preventif atau promotif dalam kesehatan reproduksi. Sikap merupakan perasaan mendukung atau memihak (positif) maupun kurang mendukung atau tidak memihak (negatif) pada objek tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi atau bertindak apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan diberikannya konseling pada siswa secara rutin mengenai kesehatan reproduksi remaja akan berdampak pada peningkatan pengetahuan sehingga siswa lebih mengetahui kesehatan reproduksi secara benar dan bertanggungjawab. Dengan pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi, diharapkan siswa akan bersikap positif mengenai perilaku seksual, dan diharapkan tidak terjerumus pada masalah-masalah remaja mengenai seksual, diantaranya kehamilan tidak diinginkan, pernikahan di usia dini, aborsi, infeksi menular seksual, HIV-AIDS dan perilaku penyimpangan seksual lainnya.

D. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya konseling KRR dapat meningkatkan pengetahuan disertai sikap yang mendukung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung terhadap suatu stimulus, dalam hal ini adalah hal-hal terkait seksualitas dapat dimanifestasikan kedalam bentuk perilaku. Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dimana subjek tahu terlebih dahulu stimulus berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan menimbulkan respon yang lebih jauh berupa tindakan yang berhubungan dengan objek tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka cipta Athar, et, al. (2004). Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Cetakan 2. Jakarta : Pustaka Zahra BKKBN. (2002). Pemenuhan kebutuhan Remaja dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :

Family health international

Brink, J, Pamela., &Wood, J, Marilynn. (2000). Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan.

Edisi ke 4. Jakarta : EGC

Departemen keseharan RI. (2001). Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di Tingkat

Pelayanan Dasar. Jakarta : Bakti husada

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika 39 Format referensi elektronik direkomendasi oleh Achjar. (2006) Pengaruh Penyampaian Pendidikan Kesehatan Reproduksi oleh Kelompok Sebaya (peer group) terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja, http://jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2003) Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 19 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh BKKBN. (2008) Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 19 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Eha. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU Di Kabupaten Serang Banten, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh PKBI. (2003) PIK KRR, http://www.ceria.bkkbn.go.id, diperoleh tanggal 17 Februari 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Resnayati. (2000) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa SLTPN dan SMUN di wilayah Jakarta Timur, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Format referensi elektronik direkomendasi oleh Sekarningsih, Dwiati. (2001) Pengaruh Pembimbingan terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMU SF Asisi, http://www.jurnal.dikti.go.id, diperoleh tanggal 10 Maret 2010

Gulo. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT.Grasindo Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Moelino, L, et al. (2006). Multi Media Materi KRR. Bandung : TP-UKS Jabar

Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjahmada university press Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

_____________. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta _____________. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta _____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka cipta

Rasyid, M. (2007). Pendidikan Seks : Mengubah Seks Abnormal Menuju Seks yang Lebih Bermoral.

Semarang : Syiar Media Publishing

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika 40 Riyanto, A. (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Media

Sarwono, S (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

Sulaeman. (2000). Psikologi Remaja : Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung : Mandar maju

Surjadi, C, at, el (2001). Kesehatan Reproduksi, Narkoba dan Kota Sehat. Jakarta: JEN

Gambar

Tabel 1. Hasil Pretest-Postest Pengetahuan dan Sikap Seksual Remaja yang mendapat Konseling dan  Tidak Mendapat Konseling KRR di SMA N 1 Margahayu Bandung Tahun 2010
Gambar 1 Grafik Perbandingan Mean Pretest dan Postes Pengetahuan Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bahwa suatu tim futsal itu juga membutuhkan rasa memiliki dan komitmen agar tiap individu dalam tim terdorong untuk terlibat,

Tahap perencanaan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK bertujuan untuk menentukan karakteristik SK-KD suatu mata pelajaran apakah pembelajarannya dapat

Pengertian upacara adat itu sendiri adalah suatu bentuk kegitaan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh

Hanya saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan seksama dan penuh

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Iklim Organisasi dan Penempatan Pegawai secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan

hanya untuk membelah kayu, ada yang didesain khusus untuk memotong dan ada pula yang difungsikan untuk fungsi 'kombinasi' dalam arti baik untuk membelah maupun untuk memotong.