• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Tujuan perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi laba sudah kurang relevan lagi. Masa persaingan ketat yang terjadi saat ini membuat per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Tujuan perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi laba sudah kurang relevan lagi. Masa persaingan ketat yang terjadi saat ini membuat per"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF FINANCIAL PERFORMANCE ON STOCK MARKET PRICE AT SECTOR INFRASTRUCTURE, UTILITY, AND TRANSPORTATION IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX) METHOD Economic Value Added (EVA)

AND MARKET VALUE ADDED (MVA)

Mustika Sari

Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA).

ABSTRACT

Goal-oriented company profit maximization is not relevant anymore. The period of fierce competition that occurs when a company is required to set a goal to always consider the voices of the stakeholders. This is the underlying goal-oriented company that originally turned into a profit-oriented values. Company's financial performance measurement is needed to determine the success in achieving that goal. The existence of good financial performance will encourage investors to invest in the company. Is created as an approach to measuring financial performance is to approach Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA).

This research is trying to apply EVA and MVA concept to measure the performance of the company, to find out whether the company's performance as measured by EVA will affect the market price of its shares, as reflected by MVA. The purpose of this study to determine the financial performance of the Infrastructure Sector, Utilities and Transportation listed on the Stock Exchange based on the concept of EVA and MVA, and EVA determine the effect of MVA during the period 2004 to 2008. Sampling method used was purposive sampling.

Analysis tool used is simple linear regression by using SPSS 17.

Results of hypothesis testing each of the nine companies showed that firms Infrastructure Sector, Utilities and Transport, only two companies affect the EVA value its stock price reflected by MVA, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk and PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. While the value of EVA for the company's seventh Infrastructure Sector, Utilities and Transportation does not affect the market price of its shares. Conclusions from the results of hypothesis testing company-wide Infrastructure Sector, Utilities and Transportation shows the financial performance with EVA does not significantly influence the market price of its shares, as reflected by the MVA.

(2)

ABSTRAK

Tujuan perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi laba sudah kurang relevan lagi. Masa persaingan ketat yang terjadi saat ini membuat perusahaan dituntut untuk menetapkan tujuan dengan selalu mempertimbangkan suara para stakeholdernya. Hal ini mendasari tujuan perusahaan yang semula berorientasi pada laba berubah menjadi berorientasi pada nilai. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Adanya kinerja keuangan yang baik akan mendorong investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Maka terciptalah suatu pendekatan dalam pengukuran kinerja keuangan yaitu dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

Penelitian ini mencoba menerapkan konsep EVA dan MVA untuk mengukur kinerja perusahaan, untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan yang diukur oleh EVA akan mempengaruhi harga pasar sahamnya yang dicerminkan dengan MVA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI berdasarkan konsep EVA dan MVA, dan mengetahui pengaruh EVA terhadap MVA selama periode 2004 – 2008. Metode Sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alat analisa yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan menggunakan SPSS 17.

Hasil pengujian hipotesis setiap perusahaan menunjukkan bahwa dari sembilan perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, hanya dua perusahaan nilai EVA berpengaruh terhadap harga sahamnya yang dicerminkan oleh MVA yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Sedangkan nilai EVA untuk ketujuh perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi tidak mempengaruhi harga pasar sahamnya. Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis seluruh perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi menunjukkan kinerja keuangan dengan EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA.

Kata kunci: Economic Value Added (EVA) , Market Value Added (MVA).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tujuan perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi laba sudah kurang relevan lagi. Masa persaingan ketat yang terjadi saat ini membuat perusahaan dituntut untuk menetapkan tujuan dengan selalu mempertimbangkan suara para stakeholdernya.

Setiap perusahaan bertanggung jawab untuk selalu mengutamakan setiap kepentingan stakeholder dan hal ini

menuntut perusahaan untuk selalu menimbang semua strategi yang akan diambil dan dampaknya kepada para stakeholder.

Hal ini mendasari tujuan perusahaan yang semula berorientasi pada laba berubah menjadi lebih berorientasi pada nilai. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai

(3)

tujuan tersebut. Adanya kinerja keuangan yang baik, akan mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Maka, setiap pihak terutama pihak eksternal memerlukan informasi atas laporan keuangan perusahaan.

Analisis atas laporan keuangan sangat penting, karena dengan mengetahui laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Munawir, 2002:1). Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan pada laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan.

Selama ini analisis rasio keuangan yang lazim dipakai dalam penilaian kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio keuangan yang terbagi menjadi empat kategori utama, yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio likuiditas (Hendrata, 2001 : 4).

Rasio keuangan merupakan salah satu teknik atau metode dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan yang membandingkan antara nilai suatu rekening tertentu dengan nilai rekening yang lainnya dalam laporan keuangan.

Analisis rasio keuangan ini memiliki keterbatasan (Warsono, 2003:25).

Penilaian dengan menggunakan rasio keuangan tidak memperhitungkan adanya biaya modal (Cost of Capital) yang dapat mengindikasikan seberapa jauh perusahaan

telah menciptakan nilai bagi pemilik modal (Utama & Afriani, 2005).

Adanya perkembangan pemikiran – pemikiran di bidang manajemen, maka terciptalah suatu pendekatan atau metode baru untuk mengukur kinerja operasional suatu perusahaan yang memperhatikan kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditor dan pemegang saham).

Suatu pendekatan dalam pengukuran kinerja keuangan yaitu dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic Value Added (EVA) adalah salah satu alat ukur kinerja yang sepenuhnya memperhatikan kepentingan investor dan penyedia dana, model ini pertama kali dikemukakan oleh Stern Stewart & Co. of New York City sebuah perusahaan konsultan di AS pada tahun 1989.

EVA adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan dan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi dan juga mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada shareholder dengan memperhitungkan biaya modal (cost of capital). Metode EVA ini memasukkan semua unsur dalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan. Karena itu, EVA juga dikenal sebagai pengukuran total faktor kinerja.

(4)

Metode MVA (Market Value Added) juga merupakan metode yang dipopulerkan oleh Stern Stewart & Co. of New York City, dimana metode ini merupakan indikator eksternal yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk shareholder.

Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar akan mencerminkan ekspetasi pasar mengenai kesuksesan kinerja manajer dalam menginvestasikan modal yang telah dipercayakan padanya dan mengubahnya menjadi lebih bernilai.. Jika MVA bernilai positif berarti manajemen berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

Dan sebaliknya, jika MVA bernilai negative maka manajemen gagal dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

Dengan mengetahui EVA dan MVA yang merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada nilai perusahaan, dapat membantu manajemen untuk mengetahui berapa -the true cost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal, hal yang sesungguhnya menjadi perhatian investor bisa diperlihatkan secara jelas dan berapa jumlah sebenarnya dari modal yang diinvestasikan ke dalam bisnis. Dengan

demikian tujuan manajemen untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimisasi nilai perusahaan yang dapat dicapai. Nilai perusahaan yang tercipta ini akan mempengaruhi respon masyarakat yang dicerminkan dari naik atau turunnya harga saham.

Bisnis infrastruktur mendorong pembangunan energi, kesehatan, transportasi dan infrastruktur teknologi.

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur diyakini sebagai motor pembangunan suatu kawasan. Infrastruktur juga mempunyai peran yang penting dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Jaringan transportasi dan telekomunikasi dari Sabang sampai Merauke serta Sangihe Talaud ke Rote merupakan salah satu perekat utama Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tulang punggung distribusi baik barang, penumpang maupun jasa, serta merupakan aspek penting dalam peningkatan produktivitas sektor produksi.

Ketersediaan utilitas perumahan dan permukiman, seperti layanan air minum dan sanitasi secara luas dan merata serta pengelolaan sumber daya air yang

(5)

berkelanjutan turut menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sektor ini masih sangat kondusif dan masih dibutuhkan dalam proses pembangunan perekonomian nasional kedepan, atau dengan kata lain keberadaan sektor ini bisa merepresentasikan kapasitas negara Indonesia sebagai negara besar, karena itulah posisi sektor tersebut sangat penting dan strategis.

Melihat sangat pentingnya pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap nilai saham, maka penulis tertarik menuangkan dalam penelitian skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Pasar Saham Pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA)”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar sebagai emiten di BEI selama periode 2004– 2008 dengan pendekatan EVA?

2. Bagaimana harga pasar saham perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar sebagai emiten di BEI selama periode 2004 – 2008 dengan pendekatan MVA?

3. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga pasar saham yang dicerminkan oleh EVA dan MVA pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar sebagai emiten di BEI selama periode 2004– 2008?

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dengan hanya memperhatikan pada Neraca dan Laporan R/L perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi. Dibatasi untuk data neraca yang berakhir pada bulan Desember periode 2004 – 2008.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI berdasarkan metode EVA selama periode 2004 – 2008.

2. Mengetahui harga saham perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI yang dicerminkan melalui perhitungan MVA selama periode 2004 – 2008.

(6)

3. Mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap harga pasar saham yang dicerminkan oleh EVA dan MVA pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI selama periode 2004 – 2008.

LANDASAN TEORI

Economic Value Added (EVA)

Pengertian Economic Value Added (EVA) menurut Amin widjaja tunggal, 2001 adalah Suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).

Menurut S. David Young & Stephen F.

O’Byrne, EVA adalah tolak ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal. (S. David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001 : 831).

Market Value Added (MVA)

Market Value Added (MVA) merupakan suatu metode yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan kekayaan atau nilai tambah bagi para investornya atau selisih antara nilai perusahaan (nilai pasar kapital) dengan nilai buku saham (Hanafi, 2004 :

55). (Young & O’Byrne, 2001:26) menyatakan bahwa Market value added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan pada perusahaan MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi.

Kerangka Pemikiran

Pengaruh EVA dan MVA, Pada umumnya fluktuasi nilai pasar saham disebabkan adanya perubahan laba perusahaan. Metode EVA berhasil diciptakan adalah faktor yang paling relevan dalam pembentukan nilai yang akhirnya akan berpengaruh pada harga saham di Bursa Efek. Dengan kata lain bahwa nilai EVA yang dihasilkan merupakan indikator yang mempengaruhi penciptaan nilai MVA dimana MVA adalah selisih antara nilai pasar ekuitas perusahaan yang tercermin pada closing price per 31 Desember dengan modal ekuitas yang diinvestasikan.

Di Indonesia ada dugaan bahwa beberapa perusahaan,tetap banyak investor yang mencari saham perusahaan tersebut sehingga harga saham naik meskipun perusahaan tersebut memiliki EVA yang tidak baik. Sugiarsono (2002) menyatakan bahwa harga saham bersifat Forward

Kinerja Keuangan

(EVA)

Harga Pasar Saham (MVA)

(7)

looking yang artinya harga saham mencerminkan harapan investor terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas sekarang dan dimasa datang.

Adapun EVA lebih bersifat backward looking,yakni melihat hasil yang telah dilakukan manajemen dalam satu periode sehingga tidak mengherankan bila saham dari beberapa perusahaan yang memiliki EVA jelek tetap memiliki harga saham tinggi karena dicari banyak investor.

Menurut (Sartono, 2001:105), ada hubungan antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu perusahaan memiliki EVA yang negatif, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif atau sebaliknya jika EVA positif maka belum tentu MVA perusahaan akan positif.

Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya. Sehingga perusahaan dengan EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika investor memiliki harapan akan perubahan yang lebih baik pada perusahaan dimasa depan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah, tujuan, teori dan kerangka pemikiran maka dapat

diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut :

H : Kinerja keuangan yang tercermin dalam Economic Value Added (EVA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan yang tercermin dalam Market Value added (MVA).

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang telah go public dan selama periode 2004 – 2008 telah secara aktif menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling.

Data/Variabel Yang Digunakan

Data yang digunakan terdiri dari Laporan Keuangan perusahaan pada Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2008. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Variabel Independen yang diwakilkan EVA dan Variabel dependen yaitu harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA.

(8)

Uji Hipotesis

Hipotesis dari pengujian ini adalah :

Ho : Kinerja keuangan yang tercermin oleh Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham dicerminkan oleh Market Value Added (MVA) pada perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi.

Ha : Kinerja keuangan yang tercermin oleh Economic Value Added (EVA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham dicerminkan oleh Market Value Added (MVA) pada perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi.

Alat Analisis yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis kuantitatif yang dilakukan dengan analisis Regresi Linear Sederhana menggunakan SPSS Versi 17.

a. Menghitung Variabel Independen (X) yaitu Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)

Kriteria dari penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value

Added (EVA) / nilai tambah ekonomis sebagai berikut:

1) Jika Economic Value Added (EVA) >

0, berarti telah terjadi proses nilai tambah ekonomis lebih setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban.

2) Jika Economic Value Added (EVA) = 0, berarti titik impas atau break event point tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu membayar semua kewajibannya kepada para kreditur dan pemegang saham.

3) Jika Economic Value Added (EVA) <

0, berarti tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan para penyandang dana.

Dengan kata lain, perusahaan tidak mampu membayarkan kewajibannya kepada para kreditur dan pemegang saham.

Adapun alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai nilai tambah ekonomis adalah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai laba operasi bersih setelah pajak atau net operating profit after tax (NOPAT)

NOPAT = EAT + Biaya Bunga

(9)

2. Menghitung nilai invested capital Invested Capital = Jumlah Kewajiban

& Ekuitas – Jumlah Kewajiban Jangka Pendek

3. Menghitung WACC

WACC = {D x rd (1 – Tax)} + (E x rE) Keterangan :

D = Tingkat modal dari hutang rd = Biaya hutang

E = Tingkat modal dari ekuitas re = Biaya Ekuitas

Tax = Presentase pajak

4. Menghitung Capital Charges

Capital Charge = Invested Capital x WACC

5. Menghitung Nilai Economic Value Added (EVA)

EVA = NOPAT – Capital Charges

b. Menghitung Variabel Dependen (Y) yaitu Harga Pasar Saham Yang Dicerminkan Dengan Perhitungan Market Value Added (MVA).

Market Value added (MVA) adalah selisih antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan investor.

MVA = Nilai pasar – Modal yang diinvestasikan

Kriteria penilaian dengan menggunakan metode MVA adalah sebagai berikut :

a.) Jika MVA > 0, berarti manajemen mampu menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya.

b.) Jika MVA < 0, dapat disimpulkan berarti manajemen tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya.

c. Membentuk Persamaan Regresi Sederhana

Untuk korelasi antara Kinerja Keuangan dengan EVA dan Harga Pasar Saham dengan MVA dilakukan dengan analisis Regresi Sederhana.

Keterangan :

Y = Variabel dependen x = Variabel Independen a = Konstanta

b = Koefisien Parameter Y = a + bx

(10)

d. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji – t pada perumusan model regresi sederhana. T - test ini digunakan untuk menguji kelayakan apakah variabel independennya berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau sebaliknya.

PEMBAHASAN

Hasil perhitungan Kinerja Keuangan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi dengan menggunakan metode EVA. Nilai EVA diperoleh dengan rumus NOPAT – Capital Charges. Pada perusahaan sektor telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT indosat Tbk tahun 2004 – 2008 selama lima tahun berturut – turut berhasil menciptakan nilai EVA positif.

Hal itu menunjukkan bahwa manajemen telah berhasil menciptakan nilai bagi perusahaan. Perolehan nilai EVA terendah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp.

5.189.054,17 dan nilai EVA tertinggi pada tahun 2007 sebesar Rp. 11.224.423,78 dan pada PT Indosat Tbk nilai EVA terendah pada tahun 2006 sebesar Rp. 944.955,83 dan nilai EVA tertinggi pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.500.084,15. Hal ini menandakan hasil kinerja yang positif tersebut menunjukkan bahwa manajemen

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk mampu mengefektifkan setiap modal yang mereka miliki sehingga laba yang diperoleh perusahaan mampu menutupi biaya-biaya modal dan juga perusahaan sudah cukup baik dalam menciptakan nilai tambah ekonomis.

Pada sektor transportasi, PT Berlian Laju Tanker Tbk adalah satu – satunya perusahaan yang nilai EVA selama empat tahun berturut – turut bernilai positif. Namun pada tahun 2008 nilai EVA negatif yaitu Rp. - 1.523.326,90 dikarenakan lebih besar capital charges daripada NOPAT, nilai EVA terendah pada tahun 2004 sebesar Rp. 96.926,20 dan tertinggi pada tahun 2006 yaitu 737.229,22

PT Samudera Indonesia Tbk dan PT Steady Safe selama empat tahun memiliki nilai EVA negatif yang menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah tambah pada perusahaan maka perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih kecil dari biaya modal, sehingga terjadi ketidakefisienan dalam perusahaan. PT Zebra Nusantara Tbk selama tiga tahun terakhir pada tahun 2006, 2007 dan 2008 memiliki nilai EVA negatif.

Sedangkan PT Centris Multi Persada Pratama Tbk selama empat tahun memiliki nilai EVA positif namun pada tahun 2005 memiliki nilai EVA negatif.

(11)

Pada pembangunan jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk selama lima tahun berturut – turut memiliki hasil kinerja positif, yang berarti pihak manajemen perusahaan mampu mengefektifkan setiap modal yang mereka miliki sehingga laba yang diperoleh perusahaan mampu menutupi biaya-biaya modal dan juga perusahaan sudah cukup baik dalam menciptakan nilai tambah ekonomis. Pada sektor energi, PT Perusahaan Gas Negara Tbk pada tahun 2004 memiliki nilai EVA negatif, namun pada tahun 2005 – 2008 perusahaan dapat memperbaiki kinerja keuangannya yang ditunjukkan dengan nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Hal ini berarti terdapat nilai tambah ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur.

Hasil perhitungan harga pasar saham perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang dicerminkan dengan perhitungan nilai MVA. Nilai tambah dapat dihasilkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Indosat Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk selama lima tahun berturut – turut, yang berarti ini menunjukan bahwa perusahaan mempunyai nilai pasar yang lebih besar

daripada modal yang diinvestasikan sehingga dapat menambah tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modal pada perusahaan.

Sedangkan PT Perusahaan Gas Negara pada tahun 2004 memiliki nilai MVA negatif, namun pada tahun – tahun berikutnya perusahaan mampu menaikkan nilai pasarnya daripada modal yang diinvestasikan sehingga menambah tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modal pada perusahaan. PT Centris Multi Persada Pratama Tbk, PT Zebra Nusantara Tbk dan PT Steady Safe Tbk selama 5 tahun berturut – turut memilki MVA negatif, yang berarti perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai tambah bagi pemegang sahamnya.

Analisis Regresi Linier Sederhana Regresi Setiap Perusahaan

Setelah hasil perhitungan EVA dan MVA diatas, maka akan dicari apakah kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added) mempengaruhi harga pasar saham yang dicerminkan oleh perhitungan MVA (Market Value Added). Pengujian hipotesis ini menggunakan uji - T pada perumusan regresi sederhana. T-test ini digunakan untuk menguji apakah variabel independen (X) yaitu kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

(12)

dependen (Y) yaitu harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh perhitungan MVA.

Pengujian Hipotesis

NO. Perusahaan T - hitung T - tabel Keputusan 1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 5,547 3,182 Terima Ha

2. PT Indosat Tbk 3,003 3,182 Terima Ho

3. PT Berlian Laju Tanker Tbk 1,381 3,182 Terima Ho 4. PT Centris Multi Persada Pratama Tbk -1,195 3,182 Terima Ho 5. PT Samudera Indonesia Tbk 2,860 3,182 Terima Ho

6. PT Steady Safe Tbk -2,973 3,182 Terima Ho

7. PT Zebra Nusantara Tbk -0,838 3,182 Terima Ho

8. PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk 5,846 3,182 Terima Ha 9. PT Perusahaan Gas Negara Tbk 0,636 3,182 Terima Ho

Dari hasil pengujian hipotesis diatas, terdapat dua perusahaan yang memilki nilai t – hitung > t – tabel yang berarti nilai EVA (Economic Value Added) yang mempengaruhi harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA (Market Value Added) yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (5,547 > 3,182) dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (5,846 > 3,182). Sedangkan tujuh perusahaan sampel lainnya nilai EVA (Economic Value Added) tidak mempengaruhi harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA (Market Value Added). Berdasarkan pengujian hipotesis perusahaan – perusahaan sampel diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai EVA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap MVA pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi.

Regresi Seluruh Perusahaan

Untuk menguji seberapa besar pengaruh harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA pada keseluruhan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi akan diuji dengan regresi sederhana.Seluruh data dimasukkan secara bersamaan sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang diharapkan dan jumlah yang mencukupi.

(13)

dapat dilihat R (Koefisien korelasi) sebesar 0.031 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah antara variabel independen yaitu EVA dengan variabel dependen yaitu MVA. Dan R Square (koefisien determinasi) menunjukkan 0,01 atau 1 %. Hal ini berarti 1 % variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen yaitu EVA, sedangkan 99%

lainnya dari faktor lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier sederhana ini tidak layak dipakai penelitian, karena hampir keseluruhan variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model.

ANOVAb

Model

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 3.125E15 1 3.125E15 .040 .842a Residual 3.323E18 43 7.729E16

Total 3.326E18 44 a. Predictors: (Constant), EVA

b. Dependent Variable: MVA

Dari tabel diatas menunjukkan menunjukkan P value atau nilai Sig. 0.842 lebih besar dari 0.05 (0.842 > 0.05) maka Ho diterima, artinya bahwa tidak ada pengaruh antara secara signifikan antara

kinerja keuangan yang dicerminkan oleh EVA dan harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .031a .001 -.022 2.78002E8

a. Predictors: (Constant), EVA

(14)

Hasil pengujian hipotesis seluruh perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi menunjukkan t- hitung < t – tabel ( 0.201 < 2.017) yang berarti Ho diterima, hal ini menandakan bahwa kinerja keuangan yang dicerminkan oleh EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA.

Persamaan Regresi Linier Sederhana Hasil dari output didapat persamaan regresi sederhana yang dapat dilihat pada tabel 4.16 yaitu :

Y = a + bx

Y = 1.089E8 + 3.091x Keterangan :

1. Intercept atau konstanta sebesar 1.089E8

Tanpa adanya nilai EVA, nilai MVA adalah sebesar 1.089E8 2. Koefisien Regresi 3.091

Setiap kenaikan EVA sebesar 1 rupiah akan meningkatkan MVA sebesar 3.091 rupiah, atau kenaikan EVA 1 % akan meningkatkan MVA sebesar 0,03091 %.

Rangkuman Hasil Penelitian

Kinerja keuangan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan menggunakan EVA (Economic Value Added) menunjukkan terdapat tiga perusahaan yang memiliki nilai EVA positif selama lima tahun berturut – turut yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.

Selama lima tahun nilai MVA yang dimiliki PT Telekomunikasi Indonesia, PT Indosat Tbk dan PT Citra Marga Nushapala Persada Tbk bernilai positif .Margin positif ini menunjukan bahwa perusahaan mempunyai nilai pasar yang lebih besar daripada modal yang diinvestasikan sehingga dapat menambah

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.089E8 4.481E7 2.430 .019

EVA 3.091 15.371 .031 .201 .842

a. Dependent Variable: MVA

(15)

tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modal pada perusahaan.

Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA untuk menilai bagaimana efisiennya suatu perusahaan untuk menciptakan nilai tambah dan kemakmuran yang diciptakan.

Ternyata pasar tidak menggunakan EVA dalam menghargai perusahaan tersebut.

Hal ini terbukti dengan pengujian hipotesis setiap perusahaan dimana hanya dua perusahaan dari sembilan perusahaan sampel yang harga sahamnya dipengaruhi secara signifikan oleh EVA. Perusahaan itu adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Tidak semua perusahaan harga sahamnya dipengaruhi oleh EVA, seperti PT Indosat Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Centris Multi Persada Pratama Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Steady Safe Tbk, PT Zebra Nusantara Tbk, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Hasil pengujian hipotesis seluruh perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi menunjukkan t- hitung < t – tabel ( 0.201 < 2.017) yang berarti Ho diterima, hal ini menandakan bahwa kinerja keuangan yang dicerminkan oleh EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA. R (Koefisien korelasi) sebesar 0.031 menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah

antara variabel independen yaitu EVA dengan variabel dependen yaitu MVA.

Dan R Square (koefisien determinasi) menunjukkan 0,01 atau 1 %. Hal ini berarti 1 % variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu EVA, sedangkan 99% lainnya dari faktor lain. P value atau nilai Sig. 0.842 lebih besar dari 0.05 (0.842 > 0.05) maka Ho diterima, artinya bahwa tidak ada pengaruh antara secara signifikan antara kinerja keuangan yang dicerminkan oleh EVA dan harga pasar sahamnya yang dicerminkan oleh MVA.

EVA nampaknya belum menjadi acuan dalam menentukan saham yang bakal dibeli atau dilepas. Tidak ada jaminan apabila perusahaan tahun ini memiliki EVA positif akan menghasilkan EVA positif juga pada tahun berikutnya.

Demikian pula keterkaitan EVA dan kinerja saham di pasar. EVA nya bernilai positif belum tentu MVA nya positif , begitu pula kebalikannya. Sekalipun EVA nya bagus namun perusahaan tidak berkembang, tetap tidak ada yang mau membeli sahamnya. Investor dalam mengambil keputusan juga melihat dari harga saham bersangkutan. Saham yang bagus tapi mahal maka tidak banyak yang membeli.

(16)

Kesimpulan

Dari hasil perhitungan, analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka terdapat beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan,sebagai berikut :

1. Selama tahun 2004 – 2008 dengan pendekatan EVA, terdapat tiga perusahaan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk , PT Indosat Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk yang memiliki nilai EVA positif selama lima tahun berturut – turut, Hal ini menunjukkan bahwa manajemen berhasil menambahkan nilai bagi perusahaan. Sedangkan enam perusahaan lainnya memiliki nilai EVA positif dan juga memiliki nilai EVA negatif.

2. Harga pasar saham perusahaan pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi selama tahun 2004 – 2008 dengan melalui pendekatan MVA yaitu ternyata pasar menghargai perusahaan lebih dari modal yang diinvestasikan untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Indosat Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk, dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk yang selama lima tahun menghasilkan MVA lebih dari Nol.

3. Selama tahun 2004 – 2008, dari hasil pengujian hipotesis setiap perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, hanya dua perusahaan

sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yang kinerja keuangannya berpengaruh secara signifikan terhadap harga sahamnya yang dicerminkan oleh MVA yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. Sedangkan kinerja keuangan untuk tujuh perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi yaitu PT Indosat Tbk, PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Centris Multi Persada Pratama Tbk, PT Samudera Indonesia Tbk, PT Steady Safe Tbk, PT Zebra Nusantara Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga sahamnya yang dicerminkan oleh MVA dan dari hasil pengujian hipotesis seluruh perusahaan menunjukkan Kinerja keuangan yang tercermin oleh Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham yang dicerminkan oleh Market Value Added (MVA) pada perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi.

Saran

Agar kinerja keuangan perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi dikatakan baik, maka perusahaan harus menaikkan nilai EVA setiap tahunnya. Dan tidak semua emiten yang selama bertahun – tahun

(17)

menghasilkan EVA yang positif akan menghasilkan kinerja saham yang positif pula. Mengingat korelasi antara EVA dan kinerja saham kecil sekali.

Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi dapat mengambil kebijakan sebagai berikut :

1. Bagi para investor yang ingin menginvestasikan modalnya disuatu perusahaan disarankan agar terlebih dahulu menganalisis nilai EVA dan MVA perusahaan yang menjadi tujuan investasi.

2. Ketika perusahaan mulai menghadapi masalah yang mengarah kepada kerugian, maka perusahaan sebaiknya melakukan efisiensi pada beban usaha yang dikeluarkan agar dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi.

Perusahaan juga mengurangi komposisi biaya hutang dan biaya ekuitas agar tercipta pertumbuhan nilai bagi perusahaan dan meningkatkan harga saham dengan pembenahan – pembenahan seperti meningkatkan fasilitas kepada para pelanggan atau membuat produk baru yang dapat menarik pelanggan.

3. Bagi pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah faktor – faktor lainnya yang akan dapat mempengaruhi

perubahan harga saham, menambah data dan menambah sampel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Amartiwi, Rd. Dewi Sri Siti.

2007.“Pengaruh EVA terhadap MVA untuk Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Sektor Infrastruktur dan Transportasi di BEJ tahun 2000 – 2006”.Skripsi.

Jakarta : Universitas Gunadarma.

Aziz, Faizah Rizqa. 2008.”Pengaruh Economic Value Added Terhadap Market Value Added Pada Perusahaan Kelompok Barang – Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Jember : Universitas Jember.

Abdulsalam. 2008. “Perbandingan Analisis Penentuan Portofolio Optimal Dengan Karakteristik Keuangan (Studi Pada Sektor Properti dan Real Estate dan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.Skripsi.Malang : UIN.

Baridwan, Zaki.2004.Intermediate Accounting.Edisi

Kedelapan.Yogyakarta : BPFE.

Chair, Idham. 2006. “Analisa Kinerja Finansial Dengan Metode Economic Value Added dan Market Value Added Pada Perusahaan Publik Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Thesis.

MBIPB.

Dwitayanti, Yevi. ”Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi

(18)

Keuangan, Vol. 3, No. 1 : 59 – 71.2005.

Ghozali, Imam. Dan Irwansyah. 2002.

“Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA, dan ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”.

Jurnal Penelitian Akuntansi Bisnis dan Manajemen, No. 01, April 2002.

Hanafi. 2003. Analisa Laporan Keuangan.

UPP MPP YKPN. Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh, M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004 – 2005.

Yogyakarta : BPFE UGM.

Harahap, Sofyan Syafri. 2003.Teori Akuntansi. Jakarta : Bumi Aksara.

Hendrata, Daniel. 2001. “Analisis EVA Dan MVA Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham”. Skripsi. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.

Iramani dan Febrian, Erni. 2005, Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi & Keuangan, vol. 7, no.

1, Mei 2005: 1- 10.

Kamasari, Ratih Mitta. 2006. “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Maket Value Added (MVA) pada Perusahaan Publik”.

Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Nasser, Etty M. “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode EVA Dan MVA”. Media Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi, Vol. 3, No. 1, hal : 24 – 42. 2003.

Prastowo,Dwi dan. Rifka Juliaty. 2006.

Analisis laporan Keuangan. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Akademi Manajemen YKPN

Priyatno, Duwi.2008.Mandiri Belajar SPSS.Cetakan Ketiga.Yogyakarta : MediaKom.

Rahayu, Mariana Sri. 2007.“Analisis Pengaruh EVA Dan MVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”.

Skripsi. Yogyakarta : UII.

Rahman, Boyke. 2005.” “Analisis Pengaruh Pengukuran Kinerja Menggunakan Metode EVA dan MVA Pada Perusahaan – Perusahaan Asing dan Domestik”.Skripsi.Jakarta : Universitas Gunadarma.

Resmi, Siti. “ Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukuh Kinerja Perusahaan Sebuah Harapan Dan Kenyataan”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 20 – 36. 2002.

Sartono, Agus R.2001.Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.

Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE UGM.

Sawir, A.2003.Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

(19)

Tunggal, Amin Widjaja.2001.Memahami Konsep Economic Value Added dan Value Based Management (VBM). Jakarta : Harvarindo.

___________________. 2001.Economic Value Added, Teori, Soal dan Kasus. Jakarta : Harvarindo.

Warsono.2003.Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga. Malang : Banyumedia Publishing.

Young, David S. O’ bryne, Stephen F.

2001. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai.

Jakarta : PT Salemba Empat.

www.idx.co.id www.google.com

www.yahoofinance.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah case study. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel satu dengan variabel lainnya melalui hipotesis

• Pertanyaan tentang situasi kerja (situational question) adalah pertanyaan-pertanyaan tentang sebuah situasi kerja khusus untuk menentukan apa yang akan dilakukan

 Jika pasien atau keluarga menolak untuk dilakukan skrining ulang di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci – Kota Tangerang terhadap darah dan atau produk darah dari PMI, maka pasien

Penetasan induk paling baik yang didapat dari keempat metode yang dilakukan adalah pada metode 4 yaitu dengan salinitas ~0 berhasil menetaskan semua telur dalam kurun

- Bahwa setahu saksi rumah tangga Penggugat dan Tergugat awalnya rukun, namun kemudian antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi pertengkaran yang disebabkan

Meskipun menunjukkan angka penerimaan yang kurang maksimal, akan tetapi KPP Pratama Tanah Abang Dua telah melaksanakan kegiatan ektensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi

Kesimpulan yang diperleh dari hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut; (1)Distribusi dari lama rawat inap pasien DBD mengikuti pola ditribusi Generalized

Segala puji syukur dan hormat kemuliaan penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, sumber segala hikmat dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan