BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian BUMN
Menurut Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, BUMN adalah badan usaha milik negara yang berbentuk perusahaan (persero) sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah No.12 tahun 1998 dan perusahaan umum (perum) sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah No.13 tahun 1998.
Pada UU no. 19 tahun 2003 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan yang dipisahkan.
Maka secara garis besar yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang sebagian besar atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
2.1.1.1 Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN
Menurut UU No. 19 Tahun 2003, maksud dan tujuan dari pendirian BUMN yaitu:
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khusunya,
2. Mengejar keuntungan yang sesuai dengan tuntutan usaha bisnis,
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
2.1.1.2 Jenis-jenis BUMN
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1981, berdasarkan sifat BUMN dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Perusahaan Jawatan (PERJAN) berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat;
2. Perusahaan Umum (PERUM) berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum di samping mendapatkan keuntungan;
3. Perusahaan Perseroan (PERSERO) bertujuan memupuk keuntungan dan berusaha di bidang-bidang yang dapat mendorong perkembangan sektor swasta dan/atau koperasi, di luar bidang usaha PERJAN dan PERUM.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen.
Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan pernyataan manajemen
tentang kondisi perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang (rupiah).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendefinisikan bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai arus dana) dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Sedangkan Munawir (2002:5) menyatakan bahwa pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal dimana neraca menunjukan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukan sumber-sumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan modal perusahaann.
Zaki Baridwan (2004:17) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi- transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Dengan melihat beberapa pengertian laporan keuangan diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari laporan-
laporan yang melaporkan tentang posisi keuangan, tentang hasil operasi
perusahaan, dan tentang perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan
perusahaan dimana nantinya akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh
pemakai.
2.1.2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut IAI (2007:4) tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dann arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas.
Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Dwi Prastowo (2005:5) menyatakan laporan keuangan disusun untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan
evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut.
2.1.2.2 Jenis-jenis Laporan keuangan
Penyajian laporan keuangan harus mengacu pada Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU). PABU adalah suatu kebiasaan atau aturan yang baik untuk melaporkan laporan keuangan. PABU berfungsi juga sebagai aturan minimum yang harus dipatuhi ketika membuat laporan keuangan.
Di dalam neraca keuangan terdapat lima jenis laporan keuangan yang terdiri atas:
1. Neraca
Menurut Darsono dan Ashari (2004:18), pengertian neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Biasanya Neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan.
Neraca terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
a. Aktiva
Menurut IAI (2007:13), aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dimasa yang akan datang diharapkan akan diperoleh.
Aktiva terdiri atas:
1) Aktiva lancar yaitu aktiva yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas. Pengelompokkan yang umum adalah:
kas, piutang dagang, persediaan, investasi. Kas adalah yang
paling likuid sehingga ditempatkan pada bagian paling atas.
2) Aktiva tetap yaitu investasi pada tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan lain yang dilakukan oleh perusahaan.
3) Aktiva lain-lain yaitu investasi atau kekayaann lain yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak bisa dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.
b. Kewajiban dan Ekuitas
Menurut IAI (2007:13), kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat, sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan dikurangi semua kewajiban.
Kewajiban terdiri atas:
1) Kewajiban jangka pendek yaitu kewajiban kepada pihak kreditor yang akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Komponen kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang lain-lain.
2) Kewajiban jangka panjang yaitu kewajiban yang akan
dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi atau satu tahun. Komponen kewajiban jangka panjang
ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel, hutang
surat-surat berharga lain.
Ekuitas terdiri atas:
1) Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan perkiraan tambahan modal disetor.
2) Agio saham yaitu kelebihan selisih antara nilai jual saham dengan nilai nominal saham.
3) Laba ditahan 2. Laporan Laba Rugi.
Menurut Darsono dan Ashari (2004:20), pengertian laba rugi merupakan akumulasi aktiva yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
3. Laporan arus kas (cash flow).
Laporan ini menggambarkan perputaran kas (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
4. Laporan perubahan ekuitas.
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio atau disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.
5. Catatan atas laporan keuangan.
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi.
2.1.3 Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
2.1.3.1 Pengertian Kinerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:503), kinerja adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan/kemampuan kerja.
Mulyadi (2001:435) penilaian kinerja adalah penentu secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.3.2 Manfaat dan penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat melakukan perencanaan serta memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyadi (2001:420) penilaian kinerja mempunyai manfaat bagi manajemen untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, mutasi dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dann untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
2.1.3.3 Analisis kinerja melalui laporan keuangan
Kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangann perusahaan yang bersangkutan. Dari laporan tersebut dapat diketahui keadaan keuangan dan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu.
Bambang Riyanto (2001:327) menyatakan laporan financial memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan dimana neraca mencerminikan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.
Dari analisa yang dilakukan terhadap laporan keuangan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat menggunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Mengadakan interprestasi adalah analisa terhadap laporan financial suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan financial perusahaan yang bersangkutan.
2.1.4 Privatisasi
Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada
alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta
menyadari bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diberikan kepada sektor swasta.
Menurut Mardiasmo (2004:24), privatisasi merupakan salah satu upaya reformasi perusahaan publik untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan-perusahaan publik. Jadi privatisasi berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme pasar uang.
Indra Bastian (2001:224) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan privatisasi adalah berarti transaksi penjualan aset publik dan proses transfer kepemilikan. Privatisasi telah menaikkan peran pokok pada strategi ekonomi dan publik pemerintah.
Dalam PP RI No.33 tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan, yang dimaksud dengan privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta kepemilikan saham oleh masyarakat.
2.1.4.1 Tujuan Privatisasi
Dalam PP RI No.33 tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan, disebutkan bahwa privatisasi merupakan alat pembenahan BUMN untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, antara lain:
1. Peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan.
2. Perbaikan struktur keuangan dan manajemen.
3. Penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif.
4. Pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global.
5. Penyebaran kepemilikan oleh publik.
6. Pengembangan pasar modal domestik.
2.1.4.2 Metode Privatisasi
Indra Bastian (2001:226) menyatakan bahwa secara umum ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprivatisasi organisasi, yaitu:
1. Penawaran umum adalah penjualan suatu perusahaan melalui pasar modal sampai dengan 100% dari kepemilikan saham tersebut.
Penjualan saham di pasar modal yang dilakukan untuk pertama kalinya dikenal dengan istilah Penawaran Umum Perdana atau Initial Publik Offering (IPO).
2. Penempatan langsung (direct placement) adalah penjualan saham
organisasi sampai dengan 100% kepada pihak lain dengan cara
negosiasi, umumnya melalui tender.
3. Management Buy-Out/MBO adalah pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan dipimpin oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan.
4. Likuidasi adalah alat yang digunakan untuk menyebarkan kembali aset dan tenaga kerja atau karyawan untuk tujuan pemanfaatan yang lebih produktif.
5. Privatisasi lelang, berdasarkan SK Menkeu No.47/KMM.01/1996, pelelangan aset negara dapat dilakukan oleh Balai Lelang Swasta.
6. Kepemilikan dengan menggunakan Dana Perwakilan Privatisasi (Privatisation Trust Fund), metode yang akan dipertimbangkan penggunaannya, apabila saat ini organisasi tidak dapat dijual kepada pemilik modal atau kepada masyarakat.
7. Penjualan Aset, adalah metode yang memisahkan aset perseroan dari permasalahannya dan menjual aset tersebut sehingga dapat dipergunakan oleh swasta.
2.1.4.3 Keuntungan Privatisasi Bagi BUMN
Dari segi ekonomi mikro meningkatkan produktivitas, profitabilitas,
efisiensi dan pengurangan utang perusahaan BUMN. Privatisasi juga diharapkan
dapat meningkatkan Good Corporate Governance (GCG), masuknya sumber
keuangan baru ke perusahaan, dan pengembangan pasar. Manfaat alih teknologi
dan peningkatan jaringan juga diharapkan dalam privatisasi BUMN yang melalui
proses strategic sale.
Dari sisi ekonomi makro, tujuan privatisasi berorientasi pada ekonomi fiskal, yaitu untuk menambah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pemerintah, perbaikan iklim investasi, dan pengembangan pasar modal.
Obyektivitas ekonomi politik bertujuan melindungi aset nasional dengan pertimbangan melindungi bidang usaha yang berkaitan dengan nasionalisme, keamanan negara dan sumber daya alam. Banyak sekali pendapat yang berbeda dengan adanya privatisasi ini. Terdapat pro dan kontra. Ada yang menyatakan sangat setuju dengan privatisasi ini karena privatisasi memberi keuntungan bagi perusahaan tersebut. Privatisasi sebenarnya bukanlah menjual asset negara, namun memberi kesegaran bagi perusahaan. Perusahaan dapat berkembang dengan bertambahnya modal. Namun banyak orang yang menilai bahwa privatisasi membawa dampak yang kurang baik dari segi kepemilikannya.
Dengan penguasaan saham yang mayoritas dimiliki oleh perusahaan asing seolah- olah memberi kesan bahwa kita akan diatur atau disetir oleh orang asing. Namun itu tidak perlu dikhawatirkan bila pemerintah tidak menjual sahamnya lebih besar dari 40 %, hal itu untuk membatasi peranan kepada investor yang sebagian besar memiliki sahamnya
2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi finansial suatu perusahaan diperlukan suatu alat ukur
yang dapat membantu menginterprestasikan kondisi perusahaan tersebut. Alat
bantu untuk mengukur kondisi tersebut dapat berupa rasio-rasio dan skor dari
masing-masing rasio.
Menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN, bahwa penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan dalam kaitannya dengan tingkat kesehatan BUMN meliputi :
1. Imbalan kepada pemegang saham/ Return On Equity (ROE) Rumus :
Laba Setelah Pajak
ROE = X 100% ………..(1) Modal Sendiri
Definisi :
a. Laba setelah pajak adalah laba setelah pajak dikurangi dengan laba hasil penjualan dari :
1) Aktiva tetap
2) Aktiva Non Produktif 3) Aktiva Lain –lain
4) Saham Penyertaan Langsung
b. Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal sendiri dalam neraca
perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen
modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva tetap dalam
pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam modal sendiri tersebut
tersebut di atas termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan
statusnya.
c. Aktiva tetap dalam pelaksanaannya adalah posisi pada akhir tahun buku aktiva tetap yang sedang dalam tahapan pembangunan.
2. Imbalan Investasi/Return On Investment (ROI)
Rumus :
EBIT + Pernyusutan
ROI = X 100% ………. (2) Modal Usaha
Definisi :
a. EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari :
1) Aktiva Tetap 2) Aktiva Lain-lain 3) Aktiva Non Produktif
4) Saham Penyertaan Langsung
b. Penyusutan adalah depresiasi, amortisasi dan deplesi.
c. Modal Usaha/Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.
3. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus :
Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek
Cash Ratio = X 100% ……(3) Hutang Lancar
Definisi :
a. Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing- masing pada akhir tahun buku.
b. Hutang Lancar/Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku.
4. Rasio Lancar/Current Ratio Rumus :
Current Asset
Current Ratio : X 100% ……….. (4) Current Liabilities