• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIP WAWANCARA. Berarti memang suplemen sendiri ya di Tirto.id?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSKRIP WAWANCARA. Berarti memang suplemen sendiri ya di Tirto.id?"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A

(2)

TRANSKRIP WAWANCARA Narasumber: Irma Garnesia

Jabatan: Tim Riset Tirto.id

TRANSKRIP KATEGORI

Narasumber Namaku Irma Garnesia. Biasa dipanggil Irma aja.

Aku di Tirto sudah dari 2018. Terus aku di tim riset.

Biasanya tim riset itu kayak lebih ke bantu redaksi, sih. Kadang kita bikin tulisan data, kadang kita bantu redaksi untuk menyediakan data yang diminta. Nah, dalam konteks pemberitaan bencana sendiri waktu itu aku membantu Bu Restu untuk liputan ke Palu.

Jadi, Bu Restu yang wawancara lihat-lihat tulisannya gimana nanti, aku yang lihat data apa aja yang bisa di explore, bener enggak datanya kira-kira. Tapi sebenarnya aku dari 2019 udah nggak megang riset atau tulisan data, aku lebih ke fact-checking, kayak nulis-nulis klarifikasi tentang hoax.

Pembagian tugas di tim riset Tirto.id

Tim riset ini kayak suplemen gitu ya, membantu redaksi, tetapi kita juga departemen sendiri, dalam artian salah satu tugas kita itu membantu redaksi terus membantu newsroom dengan tulisan-tulisan data. Terus program kita sendiri juga fact-checking, riset mandiri, terus ada program-program kolaborasi gitu, gak cuma sama redaksi sebenernya, sama multimedia misalnya, bikin infografik, menyediakan data-data untuk advertising, macam-macam gitu.

Fungsi tim riset di Tirto.id

Peneliti Berarti memang suplemen sendiri ya di Tirto.id?

Narasumber Iya, betul

Peneliti Kalau menurut pemahaman Mba Irma sendiri, bagaimana makna jurnalisme data bagi Tirto.id?

Narasumber Menurutku lebih ke ini ya, jurnalisme data itu kayak, kita bisa menulis sesuatu yang panjang, sesuatu yang komprehensif dengan data. Gak cuma, misalnya,

Makna

jurnalisme

data

(3)

anggaplah ada satu kejadian, bom misalnya. Kita gak cuma menulis soal breaking news-nya aja, tapi ketika kita komparasikan satu data dengan data yang lainnya, misalnya latar belakang si terduga pelaku, terus kayak kejadian-kejadian teror di Indonesiadari tahun berapa gitu kita komparasikan datanya. Jadi kita bisa melihat bigger picture dari kekerasan teror yang terjadi di Indonesia. Nah, terus biasanya kalau misalnya pelakunya itu tergabung dalam suatu kelompok sendiri gitu ya, jadi kita bisa mengetahui juga gimana aksi orang ini, aksi kelompok ini kapan terakhirnya (melakukan pengeboman), motif- motifnya. Jadi banyak yang bisa kita lihat dan beragam hal yang bisa kita lihat kalau misalnya kita mau meng-explore data.

Peneliti Kalau untuk berita bencananya sendiri, isu lingkungan, atau spesifik di berita bencana, peran jurnalisme data seperti apa, Mba?

Narasumber Sama juga sih, kayak melihat sesuatu secara lebih komprehensif dan melihat bigger picture-nya.

Makna jurnalisme data Kalau bencana, kan, banyak juga sumber-sumber data dari pemerintah yang bisa diolah dan bisa dilihat untuk memetakan sebenarnya Indonesia itu aman gak sih dari gempa, kita bisa melihat dalam satu tahun terakhir berapa potensi gempa yang terjadi, terus kita bisa kalau mungkin, berdasarkandata-data yang lama, kita bisa proyeksikan kapan mungkin akan terjadi gempa lagi di kemudian hari agar kita lebih siap.

Bentuk-bentuk jurnalisme data dalam berita bencana

Dalam hal ini Indonesia sebenarnya daerah yang rawan bencana, dengan kita melihat jurnalisme data, kita melihat proyeksi-proyeksi data dari pemerintah segala macem, kita bisa prepare for the worst.

Makna

jurnalisme

data pada

pemberitaan

bencana

(4)

Peneliti Nah, kalau tadi Mba Irma sempat menyinggung banyak banget sumber-sumber dari pemerintah, ada gak sih hambatan waktu mencari sumber data ..

Narasumber Itu satu hal, aku mau tambahkan satu hal lagi.

Kalau misalnya dalam hal Palu ini, kemarin kita tuh liputannya setahun setelah gempa Palu. Jadi kita mau lihat sebenarnya sejauh apa sih perbaikan yang sudah dilakukan pemerintah di Palu. Sejauh apa sebenarnya masyarakatnya sudah bangkit dari bencana. Dan ternyata data yang dilaporkan pemerintah itu berbeda dengan yang terjadi di lapangan. Sebetulnya barangkali kita kalau di Jakarta, ‘paling ada praktik korupsi lah ya, kayak gini, kayak gitu’. Tapi ya, cuma sebatas itu aja kan.

Kita gak tau cerita mereka, kayak misalnya korupsi yang terjadi di daerah itu kayak gimana, terus banyak masyarakat yang gak dapat bantuan, padahal seharusnya mereka dapat bantuan administrasi yang susah.

Tantangan jurnalisme data

Dengan kita mengumpulkan data seperti itu, kayak data tanggal bantuannya kapan aja, terus kita beneran minta ke pemerintah data rumah yang rusak, data korban yang sudah dikasih dana stimulan, gimana mereka coping dengan hunian-hunian sementara yang sebenarnya tuh gak layak, dan malah rentan terjadi kekerasan seksual.

Bentuk-bentuk jurnalisme data dalam berita bencana

Banyak yang bisa digali di sana daripada melihat cuma kayak ‘oh pemerintah udah ngasih ini, itu, ya udah, harusnya Palu udah bisa bangkit dong’. Tapi sebetulnya kenyataan di lapangan gak seperti itu.

Nah, jadi iya ada masalahnya.

Makna jurnalisme data dalam berita bencana

Peneliti Berarti yang bisa diisi data dari pemerintah itu juga

kadang enggak cukup walaupun memang sudah

terbuka ke publik, bisa kita olah, tapi tetapobservasi

langsung itu sangat membantu jurnalisme data ini,

begitu ya, Mba?

(5)

Narasumber Iya untuk melihat kejadian yang sebenarnya di lapangan yang berbeda banget dari yangdisiarkan di Jakarta gitu atau yang konferensi konferensi pers pemerintah gitu

Fungsi/peran jurnalisme data

Peneliti Berperan peran cukup penting nggak sih untuk menyadarkan masyarakat bahwa sebenarnya suatu keadaan tuh sedang ga baik-baik saja

Narasumber Iya bisa, bisa seperti itu. Atau mungkin seperti ini sih, biasanya juga media-media tuh kan cenderung kayak menulis sesuatu yang clickbait gitu ya, terus satu berita aja terus nggak nge-follow up berita-berita yang lain gitu. Kayak kalo misalkan kita temukan dana bantuan pemerintah gitu di mana aja mungkin dia nggak cuma Palu atau dana bantuan daerah lain, itu rentan korupsi itu sudah langsung di dipelintir-in beritanya itu judulnya dibikin macam-macam gitu ya. Padahal sebenarnya lebih dalam dari semua itu.

Terus nanti isinya cuman tiga paragraf gitu kan ngeselin banget nggak ada follow up nya lagi udah get away with that aja gitu.

Kecenderunga n media massa menyiarkan berita bencana

Padahal sebenarnya dari 1 kasus korupsi aja tuh banyak hal yang bisa di-explore with data gitu.

Misalnya dalam kasus Palu kita lihat ke daerahnya terus kita lihat juga biasanya persoalannya tuh di mana, apakah di pemerintah pusat atau pemerintah daerah gitu. Jadi kita bener-bener teliti ngeliat masalahnya gitu itu. Kayak gimana sih nulisnya semua ini gitu

Bentuk-bentuk jurnalisme data dalam berita bencana

Peneliti Kalau di Tirto.id proses alur kerjanya itu di tim riset

seperti apa gambarannya, Mba? Maksudnya, apakah

dari awal mendapatkan topik atau misalnyamemang

mencari topik sendiri dari nol? Lalu brainstorming

sama timnya seperti apa, cara mencari sumber-

sumber untuk mendapatkan data itu seperti apa,

boleh dijelaskan, Mba?

(6)

Narasumber :

Kalau misalnya dulu itu enak ya sebelum pandemi itu kita bisa langsung ke lapangan gitu kan. Ya aku ceritain aja konteksnya tanpa pandemi lah. Jadi waktu itu WALHI mengundang kita untuk liputan sebenarnya kaya liputan lucu-lucu aja “ini ada setahun gempa Palu nih mau ke sana enggak ngeceknya” gitu. “Oh ya udah” gitu, terus aku dihubungi Restu. Terus dia lebih kayak mau ngasih pre-wawancara atau data-data dari WALHI, baca- baca dulu aja yang bisa dilihat gitu nah terus dari dokumen-dokumen itu lebih ke ini sih, kayak ngeliat apa yang bisa kita explore di sana terus baru nanti kita lihat ke lapangan gitu. Melihat juga apa yang enak buat diangkat datanya gitu. Kan ya data-data yang dikasih oleh WALHI dan pemerintah waktu itu juga sebenarnya beda-beda ya. Jadi kayak mana yang bener gitu. Nah, terus ada satu lagi NGO (Non- Governmental Organization), enggak cuman WALHI waktu itu Sultan Bergerak namanya, itu beda lagi datanya juga. Kenapa sih kalian NGO datanya tuh udah beda beda gitu terus nanti pemerintah udah beda juga datanya gitu. Nah, terus hal yang penting juga di sana itu adalah kan NGO ini nge-fasilitasin masyarakat untuk kayak advokasi-in masyarakat mau ngomong apa ke pemerintah gitu.

Makanya ada ini.

Proses kerja tim riset data Tirto.id (Tahap riset)

Nah, terus dari masyarakat dari kabupaten, daerah terpencil itu kita juga wawancara dan melihat apa- apa aja sebenarnya keluhan keluhan mereka gitu nah, itu yang saya visualisasikan dan sebenarnya sebelum ke sana itu nggak kepikiran mau bikin visualisasi itu.

Tapi itu kayak “wah menarik ini sebenarnya kalau kita bisa metakin sebenarnya masalah masalah mereka tu apa aja gitu”

Proses kerja tim riset data Tirto.id (Tahap pengumpulan data)

Peneliti Waktu lagi nge-risetnya itu ada nggak sih Mbak

kayak etika peliputan rencananya? Apa yang hal-hal

yang menurut Mbak Irma atau menurut value-nya

(7)

Tirto.id sendiri seperti apa dalam liputan bencana ini?

Narasumber Kalo non-disclosure agreement antar aku sama Restu itu sih kita nggak ngomongin ini, tapi kayak udah tahu sebenarnya. Jadi kan mereka itu udah sedih ya udah melewati hal-hal yang sulit segala macam gitu. Jangan kita sebenernya cuman menjual kesulitan-kesulitan mereka itu cuman kayak jurnalisme air mata, tapi apa yang bisa kita bantu sama mereka gitu. Kita ceritain cerita mereka terus what to do next gitu. Karena ya udah setahun mereka kayak gini kalau kita cuman kayak nyeritain narasi narasi air mata doang gitu nggak selesai-selesai mungkin sampai tahun depan keluhan-keluhan mereka gitu.

Satu lagi, mungkin lebih ke ini sih karena udah setahun gitu liputan bencana ini, sebaiknya itu kita nggak usah mulai lagi dari kayak apa yang terjadi pas tsunami misalnya terus kayak mengulang lagi catatan-catatan mereka harus mengungsi ke mana, terus kayak berapa banyak keluarga yang hilang, fokus aja ke kayak gimana tinggal hunian, ketidaknyamanan, bagian-bagian yang di yang di- explore-nya yang ada di sana.

Etika

pemberitaan jurnalisme bencana

Peneliti Nah kemudian proses selanjutnya setelah reset ke lapangan terus ada data dari WALHI dan NGOyang walaupun berbeda juga tapi tetap menjadi acuan, nah, selanjutnya tahapnya seperti apa, Mba?

Narasumber Oh jadi kita tuh waktu di sana itu ada waktu seminggu di Palu itu kayak figuring out mau explore berita kayak apa, ngambil foto wawancara terus kayak dapat data-data dan mengolah data juga ya dari walhi, Sultan bergerak, terus sempat konfirmasi juga ke kantor daerah waktu kayak udah berapa sih dana stimulan yang turun gitu. Terus ada waktu

Proses kerja

tim riset data

Tirto.id

(Tahap

pengumpulan

data)

(8)

sekitar 2 minggu pulang ke Jakarta untuk mengolah visualisasinya dan menulis.

Peneliti Kira-kira untuk 1 satu peliputan itu membutuhkan waktu berapa lama Mbak?

Narasumber 1 bulan, sebulan. Durasi

pengerjaan berita data Peneliti Kemudian dari konfirmasi itu, apa yangdidapatkan?

Apakah ada salah satu dari WALHI atau Sultan Bergerak yang ternyata benar?

Narasumber Aku agak lupa juga sebenarnya data yang waktu itu berbeda itu apa gitu, karena itu detail banget banget, apakah itu apa daftar orang yang menghuni hunian sementara atau dana stimulan sebenarnya gitu dan data yang dari pemerintah itu juga udah beda lagi gitu jadi ya, kalau menurutku ya, sebenarnya kayak kita gamblangin aja semuanya gitu yang dibilang walhi datanya seperti ini yang dibilang Sultan bergerak datanya seperti ini nanti yang dibilang pemerintah kayak gini gitu kan kita juga nggak bisa nge-judge aja sebenarnya mana yang bener atau mana yang engga. padahal sebenarnya antara dua yang dijiwai itu aja datanya nggak satu kesatuan gitu.

Tapi menurut hemat ku sebagai jurnalis data barangkali mungkin mereka juga melakukan risetnya berbeda. Kayak apa update datanya WALHI itu per kapan, misalnya update data Sultan bergerak itu kapan. Itu kan jumlahnya bisa berbeda

Tantangan jurnalisme data

Peneliti Kemudian untuk toolsnya, gimana sih cara Tirto.id

mengerjakan hasil riset tersebut sampai akhirnya

menjadi visualisasi data di website? Apa aja tools

yang digunakan mungkin bisa dijelaskan, Mbak

Irma?

(9)

Narasumber Kalau untuk mengolah datanya, ya spreadsheet ya.

Kayak beberapa ini tuh visualisasi, artikel pertama kekerasan seksual. Jadi sebenarnya di acara itu tuh kayak gede gitu ya satu provinsi gitu jadi apa ada lagi apa yang kita temuin itu yang kayak yang kayak advokasi korban kekerasan seksual gitu dan perempuan dan anak gitu yang salah satunya ya pasti bapak meningkat itu adalah pernikahan anak yang pada waktu itu. Ini visualisasinya tulisnya pakai timeline js ini bisa lihat aja di sini ya.

Tools yang digunakan dalam pembuatan berita jurnalisme data

Sebenarnya In-depth itu, aku yang ke lapangan itu lebih ke gather idea yang ada di sana, apa yang bisa divisualisasikan aku minta tim riset yang ada di Jakarta tuh untuk mengumpulkan data bantuan pemerintah dari 2018-2019 itu. Nanti lebih kayak, skater all over the place. Jadi Mungkin kita bisa punya gambaran total bantuan dari pemerintah itu berapa gitu. Walaupun sebenarnya kita nggak mungkin juga nanya berapa yang udah direalisasikan sebenarnya gitu ya, Karena beda-beda ya tiap Kementerian itu ngirim dan pemerintah pusat, pemerintah daerah, NGO, gitu jadi beda beda lagi gitu. Tapi at least kita punya gambaran gitu. Ini di dikerjain lewat spreadsheet dan timeline JS gitu.

Bentuk-bentuk jurnalisme data dalam berita bencana

Waktu itu aku tuh kedua daerah Palu sama Sigit kalau nggak salah enggak salah, nanti bisa kulihat lagi di petanya sih. Nah terus ini pakai flourish, sebelumnya kita category in datanya itu di spreadsheet nah terus ini berdasarkan desa atau kelurahan, kabupaten kota. Ini hasil wawancara dari masyarakat aja sih yang ada di sana, terus kayak gini keterangannya “untuk pembangunan hunian sementara sehingga belum semua warga mendapat hunian sementara, terus kesulitan air bersih dan jaringan telekomunikasi gitu gitu terus ya macam- macam bisa dieksplor sendiri nanti. Terus kalau infografik yang kayak gini itu dibikin Restu sendiri.

Tools yang

digunakan

dalam

pembuatan

berita

jurnalisme

data

(10)

Jadi waktu itu kita juga ke daerah tambang gitu. Ada yang kayak bilang kalau nggak salah NGO, kalau salah enggak “Palu itu nggak bisa bertahan karena banyak tambang dan investasi di daerah sana”.

Harusnya kan daerah rawan tsunami itu dibangun tanggul gitu, tapi di sini enggak.

Ini ada zona rawan bencana Pasigala ini didapat dari Sulteng bergerak jadi dia udah ada data ini persis kayak begini terus waktu itu kita udah tinggal embed aja gitu ke website kita. Ini ada alternatif lokasi area data lokasi huntara dan fasilitas air juga gitu. Jadi apakah sebenarnya fasilitas air dan hunian sementara itu terjangkau atau enggak oleh rakyat, gitu. Ini ada juga daerah sebelum dan sesudah tsunaminya gitu sebelum dan sesudah dan sesudah daerahnya difoto dari satelitnya, diambil dengan Google gitu.

Bentuk-bentuk jurnalisme data dalam berita bencana

Jadi memang pada dasarnya Tirto itu menggunakan flourish untuk visualisasi visualisasinya sih gitu, dan karena di flourish itu banyak template visualisasi data. Dan Tirto itu webnya juga dibangun sendiri gitu ya. Jadi kayak harus dikondisikan sebenarnya apa yang mau kita embed ke web-nya gitu. Dan sejauh ini kita pakai flourish aja gitu karena kayak gampang dan ringan gitu sih untuk desktop atau mobile version.

Tools yang digunakan dalam pembuatan berita jurnalisme data

Peneliti Selama selama proses peliputan ini, Mbak, menurut Mbak Irma tantangannya tuh apa aja sih Mbak?

Terutama untuk di jurnalisme data, selain kita sebagai jurnalis yang terjun ke lapangan untuk liputan bencana

Narasumber Lebih ke ini ya, waktu kita mau ke sana itu kita lebih kayak “kita mau nulis apa nih” gitu, kayak have no idea gitu. Walaupun ya aku bilang di awal kita kayak

Tantangan

jurnalisme

data

(11)

explore aja dulu segala macam gitu ya tapi sebenarnya kan ada kekhawatiran juga kita enggak bakalan dapat apa-apa pas di sana gitu. Dan aku sendiri punya kekhawatiran jurnalis data gitu ya udah tim riset gitu ya yang dibawa, tapi takutnya itu datanya tuh nggak bener gitu dapatnya, atau misalnya beda-beda. We come out with nothing, gitu.

Takutnya seperti itu.

Salah satu kesulitan lainnya juga adalah pas konfirmasi ke ini ya, kantor daerah ya, kalau nggak salah kantor walikota. Jadi waktu itu aku kayak “Ya udah ketemu jam 9” gitu, ketemu jam 9. Ternyata di sana orangnya udah mau pergi gitu. Nah terus “kalau nggak bisa ke sini daerah mana lagi?” gitu. “Oh ya udah ke kantor (apa lagi gitu) ya” disuruhnya gitu.

Dan nanya ke sini dilempar ke lantai 2, terus dilempar lagi ke mana gitu, terus kayak “minggu depan aja” “yah saya udah pulang” gitu. Sampai akhirnya seharian di sana tuh, akhirnya mereka nyerah gitu ya, baru akhirnya dapat setidaknya konfirmasi berapa dana yang udah disalurkan gitu gitu.

Nanti kamu baca aja gitu detailnya, lewat tulisan ini.

Peneliti Oh di artikelnya berarti ada proses jurnalisnya juga gimana step-stepnya menemukan data-data gitu Mbak?

Narasumber Iya ada. Kita sebenarnya datang ke banyak tempat ya, kayak enggak cuman ke acara acara diskusi dengan masyarakat aja atau acara yang diselenggarakan NGO-nya gitu, tapi juga kayak kita ngeliat gimana NGO-nya itu kerja gitu, gimana di belakang layarnya mereka menyiapkan advokasi itu gitu. Terus mungkin kalau misalnya ini, yang soal cerita derita korban kekerasan seksual ini kita juga ke hunian hunian sementara itu terus wawancara anak-anak yang menikah dibawah umur gitu.

Etika

pemberitaan

bencana

(12)

Enggak cuman rame-rame aja waktu itu ada sesi Aku restu sama satu wartawan Jakpost wawancara satu- satu gitu, jadi korban itu merasa aman bukan korban juga sih. Narasumber itu merasa aman cerita gitu. Itu salah satu kemampuan yang harus kita punya ya.

Bukan generally speaking ya sebenarnya, tapi ya ethically speaking, ya sebenernya gak harus jadi jurnalis, ya you know basically how to be a human gitu ya. Kita nggak bisa maksa juga korban itu untuk ngomong sesuatu yang menyakitkan buat mereka tanpa ada jaminan keamanan gitu. Misalnya kita aja yang tinggal sama mereka gitu kan.

Sebenarnya kami itu juga ditemenin sama orang- orang NGO yang laki-laki. Nggak mungkin dia ngomong dengan kita gitu. Terus juga ada advokatornya, mungkin ada hal-hal yang nggak mungkin dia sampaikan dengan orang yang mendampingi.

Peneliti Kalau bisa disimpulkan, selain kita harus peka akan situasi di lapangan tempat terjadi bencana itu, kita juga harus bisa pake tools-tools-nya seperti Flourish, tadi seperti spreadsheet-nya, Kita juga harus Mahir dalam hal itu begitu ya mbak?

Narasumber Iya. Kalau menurutku lebih kaya punya data state of mind sih. Jadi kayak ketika kita ke lapangan itu enggak cuman pada akhirnya pulang dengan tangan kosong aja gitu. Tapi apa yang kira-kira bisa kita jadikan data, bisa kita olah, dan kita visualisasikan gitu dari kunjungan kunjungan-kunjungan itu ya.

Kemampuan jurnalis data

Peneliti Selain itu Mba, dari pengalaman Mba Irma sendiri,

apa saja kemampuan- kemampuan yang harus

dibutuhkan seorang jurnalis data atau jurnalis

lingkungan yang ada gitu ketika peliputan, ketika

mengolah data nya?

(13)

Narasumber Ya bisa mengolah data gitu, ya walaupun gak ada datanya bisa tetap kayak relentless, mau bersusah payah gitu nyari-nyari data gitu. Nyari data itu susah ya. Kayak misalnya datang ke pemerintah langsung gitu, nanti data yang didapat itu kayak bentuknya foto atau bentuknya PDF gitu going little technical, ga dalam bentuk spreadsheet misalnya ya, kayak gitu kan susah untuk diolahnya gitu jadi kemampuan teknikal itu kita juga perlu punya. Terus tahu data mana yang bisa dijadikan acuan untuk pertama kali gitu. Maksudnya data sekunder itu kayak tingkat kepercayaannya itu basicly kita harus punya gitu.

Tingkat kepercayaan datanya Tirto begini. Ini sebenarnya bahan mengajar mengajarku sama Mbak Tami buat kapan-kapan kalau ada workshop buat mahasiswa. Jadi ini tingkat data sekunder yang dipercayai sama Tirto, yang pertama itu ya kayak Badan Statistik negara atau daerah, laporan pemerintah gitu ya terus yang dari pemerintah pemerintah. Terus ada ring duanya PBB, Bank Dunia gitu ya lembaga-lembaga UN riset internasional gitu.

Nah terus yang ketiga tingkat kepercayaannya baru kayak media-media asing atau tracking media lokal gitu. Ini lebih kaya biar pemerintahan kita lebih presisi aja sih

Kemampuan jurnalis data

Peneliti Berarti itu sumber-sumber yang biasa Tirto gunakan untuk di peliputan ini jurnalisme datanya?

Narasumber Iya, itu yang biasa dipakai itu Tirto sih kalau misalnya nyari-nyari data gitu ya. Tadi kan kayak ada timeline JS yang tadi. Nah ini sebenarnya kan dikerjain sama tim Jakarta dari tracking media- media lokal atau laman-laman Kementerian ini kan lamannya PUPR gitu ya. Nggak semuanya ada sumbernya ini loh. Harusnya dimarahin.

Pembagian

tugas di tim

riset Tirto.id

(14)

Peneliti Nah kalau penulisan sumber itu menurut Mba Irma penting gak sih, Mba?

Narasumber Ya penting sekali. Penting karena masyarakat itu berhak tahu gitu, kita dapat datanya itu dari mana

Atau “berdasarkan data yang kami terima” gitu. Apa datanya mana gitu jadi nggak transparan.

Barangkali kalau dulu itu, aku nggak tahu ini somehow related atau enggak tapi teori menurutku adalah dulu tuh jurnalis itu lebih kaya “oh kita melindungi Narasumber itu kita mau apa nggak apa tuh namanya nggak mengatakan narasumber kita siapa. Iya kalau narasumbernya dalam bahaya. Ini kan kalo kayak gini perlunya transparansi, gitu.

Pentingnya transparansi dalam jurnalisme data

Peneliti Biasanya, ada juga media-media yang mencantumkan hyperlink ke sumber data aslinya gitu, Mba. Tirto.id melakukan itu gak, Mba?

Narasumber Iya, aku ga tau kalo misalnya artikel Indepth itu kebanyakan mereka ini kan, liputan langsung, dan biasanya tuh jarang ngambil tracking media lain gitu karena kaya unnessacary sebenarnya gitu. Tapi kalau yang dilakukan periksa data Tirto kayak periksa data, periksa fakta itu kita mencantumkan sumber sumbernya, sumber-sumber Kredibel gitu.

Transparansi Tirto.id

Peneliti Selain pencantuman sumber itu ada ringkasan atau notes apa aja metode yang dilakuin sama jurnalisnya nggak untuk mendapatkan data itu sampai akhirnya jadi visualisasi?

Narasumber Sorry sorry sorry nggak kedengeran tadi

gitu. nggak ngasal ngasal aja. Biasanya kalau media media kebanyakan nulis tulisan data tuh kayak

“berdasarkan data yang kami dapatkan” dari mana?

(15)

Peneliti Selain pencantuman sumber dalam hal karakteristik transparansi ini, apakah Tirto juga menyelipkan cerita atau notes bagaimana jurnalis melakukan atau mendapatkan data itu sampai akhirnya dibuat visualisasi ada apa notes, metodenya, atau apa gitu gak, Mba?

Narasumber Oh ya itu penting. itu penting. Kalau di tim riset sendiri iya ya. Dalam hal kayak, gimana kita memperoleh datanya, terus misalnya nih contohnya laporan pemerintah, laporan pemerintah itu yang quarter berapa gitu ya biasanya laporan-laporan ekonomi itu kayak telat gitu kan datangnya, udah Mei 2021 tapi laporan pertumbuhan ekonomi misalnya baru kayak Januari 2021. Itu ya itu harus jelas kan gitu kapan mendapatkannya, data per kapan, terus sumbernya dari mana, gimana mengolahnya.

Karena sebenarnya data pemerintah itu banyak yaitu dan yang bisa jadi insight itu juga gak selalu explicit.

Kita bisa juga jumlahkan data ini itu, jumlahkan data apa supaya kita bisa dapat insight yang baru gitu. Itu juga kita harus jelas metodenya.

Kalau misalnya mau contoh bentar bentar. Nah ini salah satu artikel yang kutulis tentang laporan BPS menilik masuknya alokasi belanja pegawai jadi itu kayak aku catatin tiap-tiap anggaran daerah, dan realisasinya gitu jadi kayak beneran dijelaskan metodenya gimana dan findings-nya tuh apa.

Transparansi Tirto.id

Peneliti Ohh, di artikel ini ada ya, Mba?

Narasumber Tapi kadang apa yang dipegang tim riset itu enggak semuanya dipegang juga oleh tim redaksi gitu karena dari dulu emang beda, jurnalis being like journalist,

Pembagian

tugas tim riset

Tirto.id

(16)

terus biasanya yang ngajarin jurnalis redaksi Tirto ya ngeliat data atau mengolah data, itu tim riset gitu.

Jadi dulu dulu tuh kayak kita ngadain kelas gimana caranya membaca laporan pemerintah itu ya walaupun it sounds so boring tapi kadang-kadang tuh jurnalis tuh nggak tahu mana yang sebenarnya bisa ditulis, mana yang bukan begitu ya. Aku pun dulu juga kesulitan untuk membaca laporan pemerintah tapi ya akhirnya bisa gitu ya. Terus kayak apa biasanya kan jurnalis juga dapat press rilis terus percaya aja gitu. Padahal ya udah menjadi sudah menjadi rahasia umum aja kayak itu udah di bagus-bagusin lah sebenarnya gitu

Kemampuan jurnalis data

Peneliti Kadang malah promosi itu ya Narasumber Iya udah dari humasnya itu gitu

Peneliti Terakhir berarti harapan kedepannya seperti apa sih tentang jurnalisme data dan pentingnya untuk diterapkan ke berita bencana. Harapan seperti apa Mbak?

Narasumber Kalau harapanku lebih banyak lagi jurnalis yang bisa mengolah data, pakai Excel gitu. Kadang sebenarnya ada asumsi bahwa ketika masuk jurnalistik gitu nggak harus belajar matematika lagi nggak harus sama belajar statistik lagi gitu itu hal yang dihindari oleh jurnalis gitu padahal banyak hal yang bisa kita explore kalau misalnya kita menggunakan data.

Walaupun sebenarnya dulu aku berharap juga nggak usah nulis-nulis data pakai Excel gitu angka-angka

“ribet banget” gitu. Tapi ya ternyata menarik juga, kita bisa bikin cerita yang lebih bagus, kita bisa shaping trending gitu ya di sini. Membuat sesuatu yang baru.

Makna

jurnalisme

data

(17)

Harapanku lebih banyak media yang menerapkan ini, dimasukkan ke kurikulum gitu, jadi mahasiswa ataupun media ada titik temunya lah gitu. Karena ya untuk apa mahasiswa misalnya belajar jurnalisme data ya tapi ternyata nggak ada lapangan pekerjaannya. Kayak gitu tuh yang sepantaran Mba Tami udah balik balik S2 jurnalisme data gitu ya tapi ternyata nggak ada media yang mau pakai jasa kemampuan mereka gitu. Jadi kayak mudah- mudahan ada titik temunya gitu deh, mudah- mudahan lebih banyak inisiasi ini sih, gitu.

Tantangan jurnalisme data

Narasumber: Fahri Salam Jabatan: Redaktur Utama

TRANSKRIP KATEGORI

Peneliti Selamat malam bisa diperkenalkan dulu sebagai apa di Tirto.id dan dari tahun berapa join Tirto.id

Narasumber Oke selamat malam Nissi. Namaku Fahri salam aku kerja di Tirto sejak akhir 2016. Posisiku dari awal editor. Jadi di awal itu aku jadi editor di divisi In- depth, laporan mendalam, terus sejak pertengahan 2019 karena ada perubahan format di newsroom, aku dijadikan editor utama, ya gitu lah.

Peneliti Jadi sebenarnya penelitian saya ini tentang bagaimana tirto.id menerapkan jurnalisme data atau jurnalisme presisi. Dilihat dari profilnya juga memperkenalkan diri sebagai media yang menjunjung jurnalisme presisi.

Nah jadi ini sebenarnya apa sih makna jurnalisme

data itu sendiri? Dan apakah memang sudah dari

(18)

awal Tirto ini dibikin langsung memang mengarah ke jurnalisme presisi atau di pertengahan baru beradaptasi dan segala macamnya

Narasumber Di awal kayaknya dirancang berbasis datakayaknya di awal dirancang. Jadi diniatkan memang jadi online yang berbeda media online yang berbedadari

Di awal-awal sih begitu ya. Cuma menurut ku juga dalam perkembangannya justru kayaknya Tirto nggak terlalu ketat banget deh disebut sebagai media prinsip kerjanya itu dari data.

Makna jurnalisme data

Karena sepertinya ada penyesuaian gitulah. Karena ini kan bisnis ya, jadi nggak bisa bertahan dalam satu pendekatan aja. Pada akhirnya juga memakai, merancang, memperbarui format ulang berita- beritanya. Makanya ada beberapa artikel yang memang khusus base on research, base on data, tetapi juga ada artikel-artikel yang memang mengejar omongan pejabat, yang ngejar satu peristiwa, begitulah. Jadi gak terlalu unik juga sebetulnya. Nggak terlalu berbeda sebenarnya.

Penyesuaian Tirto.id seiring waktu

Peneliti Oke berarti untuk penerapan jurnalisme datanya ini ada rubrik khusus, ada juga yang ...

Narasumber .. iya ada, divisi Irma yang riset itu kan dia fokus, ada artikel khusus tentang periksa data, tapi gak tiap hari.

Peneliti Berarti cuma kalau ada satu peristiwa yang memang perlu diperdalam untuk jurnalisme datanya baru dibikin dengan tim riset itu sendiri ya Mas?

media online yang ada gitu ya. Yang mencari

kecepatan, ngejar-ngejar hard news, mengejar

peristiwa. Tirto.id awal-awal itu dibuat untuk

memperdalam peristiwa kemudian memakai

pendekatan atau angle yang berbeda gitu untuk

mendekati 1 peristiwa dengan, syukur-syukur

dengan adanya data, ada riset, dan sebagainya.

(19)

Narasumber Sebenarnya semua media punya tim risetnya.

Research and development kan kalau di perusahaan.

Ya di Tirto juga ada. Kan semua media ada. Terus tim ini kan bisa dipakai bisa diminta tolong untuk nyariin data gitu-gitu untuk kebutuhan artikel apa gitu. Misalnya kalau aku mau nulis tentang Nanggala, misalnya dalam 10 tahun terakhir berapa kali sih kapal selam di perairan Indonesia tenggelam gitu ya minta tim riset kira-kira gitu sih, team worknya sih itu

Peran tim riset Tirto.id

Peneliti Berarti kalau bisa dijelaskan dari awal, apa yang mendorong Tirto.id, kenapa mau mengarah ke jurnalis presisi?

Narasumber 5 Tahun lalu ketika didirikan, ekosistem media online di Indonesia kan belum baik sekarang. Dulu kan media online itu masih bertumpu pada kecepatan ya taruhlah ukurannya itu dari detik.com sampai sekarang ya. Terus kompas.com, merdeka, viva, kan cuma fokus ke peristiwa kan. Ada peristiwa apa hari ini kebanyakan juga peristiwa politik ya, pejabat ngomong apa Dan lain-lain, belum ada, menurut saya lima tahun lalu itu belum ada media online secara serius dijadikan platform sebagai jurnalisme mendalam. Itu 5 tahun lalu ya. Perkembangannya sekarang berbeda. Belum ada misalnya media 5 tahun lalu online, itu dia rutin tiap artikelnya ada infografik, belum ada. Tirto yang mengawali. Media lain tuh pakai infographic tapi enggak rutin, kita kan rutin tuh, tiap artikel ada infografik. Terus belum ada media online dulu 5 tahun lalu secara serius media sosialnya, kan belum ada. Nah Tirto tuh uniknya jadi pionir menseriusi itu, mengantisipasi bawa kelak itu audience bakal berubah gitu akan suka dengan model penyajian begitu. Tapi sayangnya juga ya karena kekuatannya terbatas kemudian juga ditiru oleh banyak media online lain yang udah gede gitu.

Maksudnya risetnya

Awal mula

jurnalisme

data di Tirto.id

(20)

kan gede ya, Detik itu hampir berapa orang 200 lebih mungkin pegawainya, Kompas juga gede sumber dayanya. Yaudahlah konsep-konsep itu ditiru sama mereka ya kalah lah kita.

Peneliti Berarti awal keresahannya adalah ekosistem media online yang berfokus pada kecepatan, dan Tirto ingin mengambil jalan yang memperdalam data, mengolah data, seperti itu ya Mas?

Narasumber Ya. Makanya impresinya bagus buat mahasiswa dulu dulu kan. Enggak tahu kalau sekarang. Ya harusnya sih Tirto juga berubah sih ya, penyajian kontennya itu harus dibikin lebih, apa yang baru lagi.

Sekarang kan banyak media yang fokus video, menyajikan video di Instagram, menyajikan video di Tiktok. Tirto ketinggalan sekarang tapi di awal kan dia pionir secara serius

Peneliti Berarti seiring perkembangannya waktu, seiring juga banyaknya media-media online yang mulai juga beralih ke jurnalisme data, apa yang masih bisa sampai sekarang ini untuk dikatakan, membedakan Tirto.id dengan media lainnya yang juga menerapkan jurnalisme data, mungkin ada ciri khasnya? Atau cara risetnya, atau dari visualisasi data nya seperti apa, Mas?

Narasumber Kayaknya sih jurnalisme ya gitu-gitu aja sih ya.

Orang yang mengawali laporan base on data gitu, terus media lain melakukannya ya sebenarnya sama aja. Nggak ada yang membedakan ciri khasnya.

Udah nggak ada secara garis besar. Mungkin kelak

kalau mau dibikin lebih serius lagi. Cuma sejauh ini

sih kayaknya masih biasa aja. Belum ada

breakthrough atau project gitu di mana Tirto bisa

dibedakan dengan media lain. Belum mulai lagi

bikin proyek kayak gitu lagi. Terakhir yang bikin

(21)

aku terkesan tuh waktu tim news sama tim riset gitu bikin laporan tentang 5 tahun kinerja DPR 2014- 2019. Itu menarik sih karena dia mengcompile banyak data, script data dari DPR, datang ke DPR, ngumpulin notulen. Kemudian dari situ kita bagi anglenya. Salah satunya juara diam, siapa sih fraksi yang paling diam di DPR? Isu perempuan tuh gimana sih? Selama 5 tahun tuh DPR paling sibuk ngomong apa sih? Itu menarik sih, tapi belum lagi ada bikin proyek serius kayak gitu lagi, belum ada.

Peneliti Itu pakai survei berarti ya, Mas?

Narasumber Engga itu dari data-data yang ada di DPR.Kan DPR itu kan terbuka datanya. Problem jurnalisme kan sebenarnya newsroom kasih waktu untuk writer atau

kesempatan itu dikasih. Kalau kamu kerja di media yang mencari kecepatan pasti gak mungkin kamu dikasih kemewahan untuk off dulu selama sebulan untuk mengulik satu subjek isu, itu kan nggak mungkin kalau kamu kerja di media yang ngejar kecepatan. Kamu malah dikejar-kejar untuk menulis berita 10 sampai 15 berita per hari. Kalau di Tirto kan nggak, ada kemewahan lah.

Tantangan jurnalisme data

Peneliti Berarti tentang adaptasi yang dilakukan dari awal berdirinya sampai sekarang, ada yang berubah enggak Mas dari mungkin metodenya, kan Mas Fahri pernah di Indepth juga tahun 2016, dibandingkan dengan sekarang perubahannya seperti apa Mas?

Peneliti Mungkin sistem kerjanya sih. Maksudnya gini, sistem kerja tuh, ya namanya media baru, dia punya semangat untuk pengen menonjol dan segala

Penyesuaian Tirto.id seiring waktu

perisetnya. Kebanyakan newsroom di Jakarta itu gak

kasih kebebasan atau investasi waktu dan dana ke

resources mereka untuk menggali atau

memperdalam sebuah isu. Di Tirto untungnya ya

(22)

macam. Menurutku itu sudah selesai sih. Terus sekarang Tirto sudah dikenal kan. Tinggal yang menjadi problem kan memaintenance keterkenalan ini untuk lebih untuk lebih kreatif lagi. Misalnya seperti audiens udah capek mungkin kalau disodori artikel riset gitu ya, tapi akan senang misalnyakalau kita nonton, berupa video gitu ya. Kayak kita suka nonton netflix ya, dokumenternya akan menariktuh.

Kita misalnya soal algoritma, algoritma di media sosial. Kalau di artikel mungkin capek ya orang, mungkin perlu nih Tirto atau media lain bikin isu yang relevan buat publik disajikan secara menarik.

Yang di artikel itu mungkin udah bosen ya, udah capek, karena pembacanya juga berubah kan.

Pembaca muda, mereka lebih suka visual kan. Jadi ke depan harusnya Tirto bisa menyajikan itu berbasis data lewat visual ya, lewat video kah, lewat Tiktok mungkin, supaya dia tetap relevan bagi pembacanya.

Kalau perubahan berikutnya itu yang penting sekarang, mungkin 3 tahun terakhir ya, kolaborasi dengan media lain. Kolaborasi dengan organisasi masyarakat lain. Karena aku menilai sekarang tuh udah enggak zamannya lagi kompetisi. Media itu ngapain berkompetisi gitu, toh mereka juga melayani publik. Kalau mereka terus-terusan berkompetisi sementara sistem yang mereka hadapi ini besar sekali. Misalnya kalau kita mau ngomong soal sistem oligarki di Indonesia ini kompleks sekali.

Kalau dikerjakan oleh satu media doang ya bisa sih tapi kamu bakal bertahan sampai kapan gitu.

Saranku sih yang berubah dari Tirto kolaborasinya.

Indepth tuh kolaborasi dengan media lain, kolaborasi

dengan organisasi masyarakat sipil yang lain. Tim

riset juga begitu. Timnya Irma dan kawan- kawan

juga berkolaborasi dengan konstitusi publik tentang

kesehatan selama pandemi, mereka sering

melakukan kolaborasi juga gitu.

(23)

Peneliti Nah terkait kolaborasi, sejauh ini yang Mas Fahri lihat sumber data yang bisa kita dapetin tuh cukup terbuka gak sih Mas untuk bikin liputan mendalam?

Narasumber Nggak. Di Indonesia nggak. Di Indonesia itu rumit, pemerintah Indonesia itu klaimnya aja kan mereka

Tirto harus coba sih kayak gitu.

Pernah ya tapi nggak direspon jadi yaudah. Tapi selama ini juga kita kalau minta informasi yang sifatnya yang sensitif, yang tertutup ya jalannya sih selalu ada sih. Maksudnya bisa lewat Whistle blower, bisa lewat LSM, dan lain-lain. Tapi kamu harus punya banyak jaringan, banyak kenalan, punya banyak strategi lah. Nggak bisa lurus-lurus aja gitu.

Tantangan jurnalisme data

Peneliti Berarti untuk kedepannya memang kita perlu beradaptasi juga dengan konten-konten visual supaya lebih menarik banyak publik juga, supaya nggak ngebosenin dengan berita panjang, ya Mas?

Kalau begitu kemampuan apa aja nih Mas yang dibutuhkan seorang jurnalis data untuk mengemasnya, untuk risetnya, untuk cari sumber yang kredibel.

Narasumber Figur profesional pasti perlu ya. Skill spesialis harus paham. Harus paham open source, minimal bisa florish-lah untuk penyajian data interaktifnya. Tapi kalau kamu mau bikin peta jaringan soal bisnis anak- anak Jokowi gitu ya, ya mungkin kamu harus pakai kumu. Tirto kemarin Bikin laporannya kan gitu ya, base on data perusahaan yang kita beli hampir 30 lebih perusahaan yang terafiliasi dengan bisnis anak- anak Jokowi.

Kemampuan jurnalis data ngomong bahwa “open government” tapi nggak

pernah mereka. Kita tuh kalau mau nyari data soal kejahatan yang ditutupi oleh pemerintah selalu tantangannya kan ya birokrasi dan lain-lainnya.

Makanya banyak organisasi sipil yang mengajukan

akses Informasi Publik lewat undang-undang

Informasi Publik.

(24)

Peneliti Untuk dapatkan data itu kita harus beli perusahaannya?

Narasumber Beli aja ke Kemenkumham, kita punya akun di Ditjen AHU, administrasi hukum umum. Update terakhir Rp50.000, tapi PT lengkap Rp500.000.

Kemarin itu kita bikin jejaring bisnis keluarga Jokowi.

Jadi kemampuan yang diperlukan, sebagai orang yang mau belajar data ya dia harus punya kemampuan spesialis itu ya kamu bisa tanya ke Irma.

Terus ya dia juga harus bisa menggali sumber, bisa investigatif lah, ini kemampuan yang juga gak bisa diserahkan ke pemula tapi harus belajar secara bertahap. Tapi semua bisa belajar kok. Sekarang kan udah banyak inisiatif wartawan yang serius belajar jurnalisme data, kita bisa ikut kelasnya, kursusnya gratis juga. Irma tuh punya klubnya, temanku juga punya klubnya sendiri. Udah mulai banyak kok sekarang jurnalis jurnalis yang bergabung dalam klub jurnalis data gitu udah banyak, tapi kalaukamu tanya ini 5 tahun lalu itu belum ada di Indonesia, tapi sekarang udah banyak. Media-media di Indonesia sudah mulai sadar soal betapa pentingnya jurnalis data, pentingnya punya data jurnalis atau wartawan data.

Kemampuan jurnalis data

Peneliti Kalau dari segi transparansi jurnalisme data, salah satu elemen jurnalisme data, perlukah seorang jurnalis indepth mencantumkan apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan data itu di artikelnya?

Narasumber Perlu lah. Kalau memang itu perlu ya. Tapi menurutku itu buat transparansi perlu lah. Misalnya di laporannya kasus kekerasan seksual di kampus, kolaborasi Tirto sama Jakarta Post sama Vice, itu

Transparansi

jurnalisme

data

(25)

kan kita bikin, kasarannya tuh, bikin proyeksi data sendiri gitu. Yang sebenarnya nggak menggambarkan secara real, tidak menggambarkan peta gambaran real-nya gitu di lapangan, tapi bisa jadi patokan atau proyeksi. Kita mengirim survei online, Google, ke semua orang yang kemudian menghasilkan kira-kira bunyinya “kekerasan seksual di kampus 174 penyintas di 79 kampus 29 kota”. Itu kan kita ambil dari data sendiri tuh. Kita menyebarkan sendiri dokumen online ke sukarelawan yang mau jawab. Terus kemudian kita nilai informasi dari relawan yang isi data itu. Ya itu hasilnya. Maksudnya, gimana kita mendapatkan itu, kita cerita juga untuk transparansi metodologinya.

Kita nerangin bawa ini nggak menggambarkan realitasnya tetapi kami melakukan ini karena belum ada, satupun organisasi baik sipil maupun pemerintah yang melakukan riset tentang kekerasan seksual di kampus kayak gitu. Itulah kenapa kita bikin riset ini, kita bikin survei ini, diisi oleh relawan entah korbannya, entah keluarga korban, entah saudara korban, entah teman korban, yang mendengar dan menyaksikan. Kita dibukalah transparansi itu. Terus ya ini yang kita dapatkan.

Dengan kata lain, kita ingin bilang bahwa “ini ada data keras kayak gini loh kita bisa menyimpulkan bahwa ini adalah puncak dari gunung es, ini bisa meluas, di hampir semua kampus di Indonesia.” Jadi disarankan ya harusnya kementerian pendidikan itu berpikir bahwa kasus ini itu menjadi prioritas mereka. Mungkin dia bisa bikin Peraturan Menteri buat pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di kampus kah gitu.

Peneliti Jadi memang sebenarnya kita perlu kita cantumkan juga metode apa yang kita lakukan di artikel yang kita buat ini, ya Mas?

Narasumber Iya perlu. Tidak semuanya, tapi kalau publik perlu

tau, harus banget lah dijelasin.

(26)

Peneliti Kalau menurut Mas Fahri sendiri publik tuh menilai pemberitaan di media dengan data ini seperti apa Mas? Adakah dampaknya?

Narasumber Teori umumnya kan begini, semakin bermutu jurnalisme, semakin bermutu juga sebenarnya

Bayangin misalnya kasus terbaru yang menyita banyak publik, kapal selam Nanggala.

Peran jurnalisme data untuk masyarakat

Bayangkan kalau televisi Indonesia nggak cuma Kecenderunga fokus ke kisah keluarga korban yang meninggal dan n media lain-lainnya, mengeksploitasi kesedihan. Tapi dia memberitakan

fokus ke Kenapa sih bisa ada kapal selam tenggelam kesedihan gitu misalnya. Fokus ke mengusut korban pertanggungjawaban gitu. Misalnya semua televisi

yang membangun narasinya itu. Mungkin akan ada dorongan ke pemerintah Kementerian Pertahanan yang anggarannya sangat besar, yang notabene dia bertanggung jawab membelanjakan pos alat tempurnya ya alutsista. Mungkin dia akan mempengaruhi publik yang sehat ya. Oh ini

kematian orang-orang ini tanggung jawab pemerintah, otoritas, yang punya kapal. Ini kapal udah berapa puluh tahun nggak pernah diperbarui dan lain-lain. Harusnya kan itu yang sebenarnya.

Tapi kan yang terjadi semua eksploitasi kesedihan.

Dan hasilnya ada inisiatif dari warga untuk patungan buat beli kapal selam itu. Kan aneh. Gak masuk akal gitu loh, kita harus patungan sementara kementerian yang bertanggung jawab itu punya anggaran paling besar di Indonesia. Itu menurutku efek dari pemberitaan yang menjual kesedihan, mengeksploitasi kesedihan. Kalau pemberitaannya dia mengusut tanggung jawab, efeknya mungkin lain.

demokrasi di negara tersebut. Maka semakin

bermutu juga masyarakat atau audience

memutuskan atau menyikapi sebuah masalah.

(27)

Peneliti Berarti kita juga berperan buat meningkatkan persepsi, mutu di masyarakat, ya. Berarti gimana nih Mas, di satu sisi kita berperan penting juga buat masyarakat, buat publik, tapi di satu sisi untuk keterbukaan data dan segala macamnya kita harus ekstra bekerja lebih ekstra lagi, harapan dari Mas Faris sendiri yang bisa ditingkatkan dari Tirto.id yang bisa membuat masyarakat lebih aware sama jurnalisme data, seperti apa, Mas?

Narasumber Sebenarnya gimana ya, tiap media kan punya positioning ya. Kalau aku sih punya pandangan bahwa jurnalisme itu bakal tetap relevan buat pembacanya ketika dia juga bisa melayani audiens tersebut. Maksudnya, kalau orang bilang kan jurnalisme itu institusi yang diharapkan progresif.

Jadi orang yang bekerja harus progresif. Misalnya soal undang-undang kekerasan seksual gitu ya, ya sebagai institusi progresif harusnya dia mendukung.

Untuk isu apapun ya yang jadi kontroversi, dia harus berpihak kepada sisi yang progresif. Nah, apakah pembacanya pakai Ikut atau enggak, ya itu soal lain.

Maksudnya, di banyak negara juga itu jadi tantangan. Di negara yang konservatif, jurnalis yang progresif pasti kena risiko karena dia melakukan kerja dengan baik dengan benar di jalan yang progresif itu. Kalau kita, kalau media atau institusi masih berpandangan bahwa “kita ngejar traffic, ngejar clickbait” ya kamu akan ditinggalkan. Karena pembaca juga akan makin pintar sekarang, dia akan kalah sama media sosial, ya akan ditinggalkan, semakin gak relevan gitu jurnalismenya. Ya jurnalisme data juga begitu. Jurnalisme data yang ngejar isu publik diperlukanlah sehingga dia akan tetap relevan. Tapi kalau dipakai cuma untuk membangun impresi gaya-gayaan, pokoknya nggak relevan gitu ya pasti ditinggalkan. Misalnya nih, hiburan sih, soal Slank, berapa kata cinta dalam

Makna

jurnalisme

data di Tirto.id

(28)

lagu-lagu Slank, ya mungkin menarik, tapi menurutku ya gak relevan buat publik.

Peneliti Oke, juga tadi Mas Fahri ada menyinggung gimana caranya bisa mengemas secara visual, dibikin lebih interaktif lagi, berarti kemampuan seorang jurnalis data juga cara mengemasnya ya Mas?

Narasumber Iya, problemnya storytelling-nya sih ya. Kita sudah beres dengan visualisasi gitu ya, tapi storytelling- nya gimana. Kalau di media di luar kan ada tuh Fox Video, menerangkan sesuatu dengan konteks yang gede, pakai video gitu kan. Belum ada di Indonesia yang secara serius bikin kayak gitu. Harus dibikin kayak gitu di Indonesia supaya jurnalisme datanya nggak ketinggalan banget gitu. Itu juga bisa menarik generasi kamu, generasi di bawah kamu. Kalau cuma ngertinya jurnalis tuh membosankan, ya mungkin orang juga nggak bakal tertarik lagi menjadi wartawan. Tapi kalau dia “oh jadi wartawan tuh menyenangkan, kita bisa belajar sesuatu yang baru, menyajikan informasinya lewat cara-cara kreatif,”

misalnya pakai Tiktok, atau pakai apa gitu sesuai dengan generasi yang sekarang gitu, ya mungkin orang bakal lebih tertarik. Problem di Tirto masih sama sih, kayak gitu. Kemampuan spesialis sih sudah oke ya, cuma storytelling-nya ini yang masih, menurutku, masih jadi isu sih. Perlu diperbaiki, evaluasi.

Tantangan jurnalisme data Tirto.id

Narasumber: Zakki Amali Jabatan: Editor Current Issue

TRANSKRIP KATEGORI

(29)

Peneliti Seperti apa makna jurnalisme data untuk Tirto.id?

Narasumber Jurnalisme data sebetulnya bukan barang baru bagi jurnalisme. Maksud saya, secara praktik, itu sudah dimulai sejak lama. Sudah jadi tugas jurnalis untuk mencari data secara presisi, memverifikasi, dan dari sumber kredibel.

Ketika sekarang varian jurnalisme berkembang ke arah khusus mencakup metode pengumpulan, visualisasi, bahkan jurnalisme investigasi juga berbasis data, maka sudah seharusnya kami beradaptasi.

Makna jurnalisme data

Peneliti Bagaimana pengerjaan jurnalisme data di Tirto.id?

Apakah suatu berita

dikerjakan dalam tim? Atau berita dikerjakan oleh individu (seorang jurnalis

data saja)? Bagaimana alur kerjanya?

Narasumber Bisa dikerjakan sendiri oleh jurnalis, bersama-sama atau melalui tim riset.

Peneliti Apakah Tirto.id memiliki tim khusus untuk membuat berita berbasis data? Atau reporter dari desk apapun dapat mengerjakannya?

Narasumber Desk khusus masuk tim riset, selain kemampuan reporter dituntut untuk bisa mengumpulkan data. Ini juga berlaku bagi editor untuk bisa membantu kerja- kerja reporter.

Pembagian tugas di Tirto.id

Peneliti Bagaimana proses pemilihan topik (khususnya tentang bencana) yang akan dijadikan berita berbasis data? Apa saja kriteria topik yang sesuai dijadikan berita data?

Narasumber Topik bencana sifatnya umum, artinya semua jenis

bisa masuk. Parameternya antara lain signifikansi

bencana, misal terjadi masif dan memicu bahaya

besar.

(30)

Peneliti Darimana sajakah biasanya sumber datanya?

Apakah Tirto.id punya basis data sendiri yang bisa diolah (misal, tim riset)? Atau selalu mengambil data dari sumber lain?

Narasumber Khusus untuk isu bencana di Indonesia, kabar baiknya semua otoritas kebencanaan terbuka dengan data-data yang mereka miliki, dan aktif memberi informasi. Semua data bencana diberikan ke publik.

Hampir tidak ada yang ditutup-tutupi.

Sumber data bencana

Peneliti Bagaimana jurnalis mengumpulkan big data untuk mereka olah? Dari mana saja sumber yang dapat digunakan jurnalis?

Narasumber Proses pengumpulan data melalui wawancarakepada sumber primer, sekunder dan tersier seperti pada umumnya standar peliputan isu lainnya. Sumber primer kepada warga terdampak bencana atau saksi mata. Sumber sekunder bisa mewawancarai otoritas kebencanaan di level pusat (BNPB) dan daerah (BPBD). Kemudian sumber tersier adalah melansir dari kantor berita Antara. Tirto menjadi pelanggan resmi berbayar, sehingga punya hak untuk melansir berita dari LKBN Antara, BUMN bidang jurnalistik.

Peristiwa bencana umumnya terjadi di luar daerah DKI Jakarta atau Jabodetabek, membuat kami kebanyakan memakai sumber sekunder dan tersier.

Meski demikian, tetap diusahakan untuk dapat akses ke sumber primer. Bila peristiwa berada di wilayah yang terjangkau reporter, tentu akan didatangi lokasinya seperti wilayah Jakarta Raya.

Namun selamapandemi COVID-19 setahun terakhir, kami tidak banyak melakukan kegiatan di lapangan.

Data dikumpulkan dari berbagai sumber sepanjang diperoleh secara kredibel dan terverifikasi. Dalam mengumpulkan data bencana, verifikasi harus betul- betul diperhatikan, karena tidak jarang satu informasi

Proses kerja

tim riset data

Tirto.id

(Tahap

pengumpulan

data)

(31)

lama muncul seolah-olah terkait satu peristiwa bencana yang sedang terjadi. Paling sering kami jumpai adalah ketika Gunung Merapi di DIY/Jawa Tengah mengalami erupsi, biasanya berita lama berupa video muncul di media sosial seolah mewakili peristiwa terbaru, ternyata peristiwanya lampau.

Salah satu cara verifikasi yang kami tempuh, sudah pasti menghubungi otoritas kebencanaan. Di Indonesia ada banyak dan punya spesifikasi masing- masing. Misalnya untuk bencana gempa, kami terlebih dahulu hubungi BMKG untuk tahu kekuatan atau magnitudo, lokasi dan daerah yang terjangkau atau dirasakan gempa. Kemudian kami hubungi BNPB atau BPBD untuk tahu apa saja dampak gempa, misalnya kerusakan rumah, korban jiwa, dan pengungsi. Singkatnya untuk berita bencana, verifikasinya bisa berlapis.

Sekarang informasi kebencanaan cepat sekali menyebar melalui kanal media sosial. Otoritas kebencanaan juga memiliki saluran informasi yang selalu diperbarui. Ada banyak saluran. Misalnya untuk aktivitas gunung api di Indonesia bisa memantau dari situs https://magma.vsi.esdm.go.id/

atau akun media sosial mereka

https://twitter.com/id_magma. Khusus untuk memantau aktivitas Gunung Merapi, otoritas lain juga punya akun media sosial yang lumayan

informatif seperti BPPTKG

https://twitter.com/BPPTKG. Kedua otoritas itu induknya Kementerian ESDM.

Untuk gempa, ada banyak saluran, paling umum lewat Twitter BMKG https://twitter.com/infoBMKG atau https://twitter.com/InfoHumasBMKG. Selain keduanya, bisa juga memantau akun media sosial

pejabat BMKG bagian gempa

Sumber data

bencana

(32)

https://twitter.com/DaryonoBMKG cukup informatif dan bisa dipahami awam.

Selain itu, ada juga aplikasi yang mengabarkan gempa terbaru ke telepon genggam. Notifikasi gempa akan ditampilkan, jika diizinkan oleh pemiliknya.

Nama aplikasinya real-time Earthquakes https://play.google.com/store/apps/details?id=id.bm kg.bmkgaeic&hl=in&gl=US. Bisa juga ke laman

BMKG khusus gempa

https://inatews.bmkg.go.id/light/?act=realtimeev.

Meski informasi bencana mudah didapat, tidak serta merta langsung mudah dipahami kecuali bila terbiasa dan sudah paham. Untuk itu, perlu menghubungi otoritas kebencanaan melalui WhatsApp atau telepon dan sejenisnya.

Para narasumber dari otoritas itu biasanya punya saluran untuk jurnalis, biasanya WhatsApp Group.

Secara berkala, informasi akan disebarkan ke grup dan bisa langsung dikutip dengan atribusi sumber informasi dari kepala humas.

Kenapa gempa dan gunung berapi saya singgung, karena daya rusak kedua jenis bencana ini dahsyat.

Bila luput menerima informasi, bisa fatal akibatnya sehingga ketika terjadi gempa, misalnya, harus cepat- cepat mengecek ke semua saluran yang mudah dijangkau.

Peneliti Kemampuan apa saja yang dibutuhkan oleh para jurnalis dalam mengerjakan berita jurnalisme data?

Narasumber Memahami karakteristik bencana. Setiap bencana bebeda-beda karakternya. Harus bisa paham apa itu

Kemampuan jurnalis bencana magnitudo gempa, apa itu tsunami, beda banjir

bandang dengan banjir kiriman, bisa membedakan

lahar panas dan lahar dingin. Selain itu tentu bisa

(33)

memperkirakan dampak ketika bencana datang.

Misal ketiga gunung berapi erupsi, kira-kira penerbangan bagaimana, abu ke arah mana dan daerah mana saja yang kena, ketinggian kolom abu dan panjang luncuran lahar dingin/panas berapa jauh.

Kemudian harus tahu kepada narasumber siapa bertanya serta tahu lama web dan media sosial otoritas bencana terkait.

Peneliti Apakah karakteristik transparansi penting diterapkan dalam jurnalisme data bagi Tirto.id? Bagaimana Tirto.id menerapkannya?

Narasumber Sumber data disebutkan dari mana saja, misalnya

media sosial, itu juga harus terverifikasi dan kredibel,

apalagi untuk sumber data dari otoritas dan warga

juga sama.

(34)

Daftar Artikel

1. Setahun Palu: Pemerintah Lamban Tangani Pascabencana https://tirto.id/setahun-palu-pemerintah-lamban-tangani-pascabencana- ejHb

2. Tambang, Investasi, dan Kegagapan Palu sebagai Daerah Rawan Bencana https://tirto.id/tambang-investasi-dan-kegagapan-palu-sebagai-daerah- rawan-bencana-ejNK

3. Derita Korban Kekerasan Seksual Penyintas Bencana Palu

https://tirto.id/derita-korban-kekerasan-seksual-penyintas-bencana-palu- ejKe

Tahun: 2019

Reporter: Restu Diantina Putri & Irma Garnesia Penulis: Restu Diantina Putri

Editor: Mawa Kresna

(35)

LAMPIRAN B

(36)

FORM KONSULTASI SKRIPSI / TUGAS AKHIR

NIM : 00000019969

Nama Mahasiswa : Nissi Elizabeth Program Studi : Jurnalistik

Nama Dosen Pembimbing : Diah Utami Kusumawati, S.Hum., M.A.

NO TANGGAL BIMBINGAN

CATATAN BIMBINGAN TANDA TANGAN PEMBIMBING 1 19/2/2021 Pendalaman konsep: membuat tabel konsep,

referensi, dan tabel potensial narasumber

2 26/2/2021 Diskusi untuk ganti subjek penelitian, revisi dan menambahkan beberapa poin di bagian konsep

3 5/3/2021 Mencari paradigma penelitian media yang lebih sesuai

4 22/3/2021 Bab 3 approved. Mulai menghubungi narasumber dan membuat list pertanyaan

5 9/4/2021 Update narasumber

6 7/5/2021 Membahas hasil wawancara dan analisis Bab 4

7 21/5/2021 Memperdalam hasil penelitian dan

pembahasan di Bab 4

(37)

8 28/5/2021 Menguatkan konsep pendekatan jurnalisme data, etika pemberitaan bencana,

transparansi jurnalisme data 9 2/6/2021 Konsultasi Bab 4 & 5

Cat:

Minimal bimbingan Skripsi/TA adalah 8 kali, Form wajib dilampirkan di laporan Skripsi

Tanda Tangan Pembimbing

( ) Diah Utami

Kusumawati

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 03/26/PP-PL/POKJA XVI/2015 Tanggal 7 Juli 2015 dan Berita Acara Hasil pelelangan Nomor : 03/26/BAHP-PL/POKJA XVI/2015 Tanggal 6 Juli 2015

20 1.01.01 Dinas Pendidikan Pembangunan RKB Darul Hupas Pelaksanaan APBD Bidang Pendidikan Belanja Modal Barang 353.400.000 1 paket Kab. Pesawaran APBD November Desember

dalam gambar bisa lebih aman, dan bagi pembaca guna mengembangkan aplikasi lebih lanjut, penulis sangat mengharapkan agar bisa menanbahkan beberapa algoritma agar

This study aimed to determine the prevalence of PL absence in various ethnic of Indonesian population and its relationship with gender and side of hand dominance..

Mata kuliah ini mengarahkan mahasiswa untuk mampu menguasai bidang ilmu dan pemahaman kepada mahasiswa tentang situasi energi dan konsep pengembangan bioenergi

dilakukan pada umur kehamilan 14-16 minggu, jika terlalu awal cairan amnion belum cukup banyak, sedang bila terlambat akan lebih sulit membuat kultur dari sel-sel janin yang

PEMAHAMAN DAN PENALARAN SISWA SMA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGENAI PENGGUNAAN VAKSIN PADA TUBUH MANUSIAA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil perbandingan ini terlihat bahwa satu mol satu mol tembaga(II) dapat berikatan dengan dua mol ligan 2-feniletilamin sesuai dengan perbandingan mol tembaga(II) :