• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

12

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain atau penelitian terdahulu dapat menjadi refrensi bagi peneliti dan perbandingan dalam teori dan hasil dari penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

Tamimi, Nugraha dan Widiartanto (2015) yang berjudul Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Laptop Merek Dell di Kota Semarang (Studi Kasus Pada Konsumen Laptop Merek Dell di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Hasil penelitiannya adalah variabel citra merek dan kualitas produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel kualitas produk memiliki pengaruh paling besar yaitu 56,3%, sedangkan citra merek memiliki pengaruh sebesar 46,7%. Secara bersama-sama (simultan) variabel citra merek dan kualitas produk memiliki kontribusi sebesar 59%

terhadap keputusan pembelian.

Fatlahah (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian Es Krim Wall’s Magnum. Hasil penelitiannya adalah Kualitas produk dan citra merek memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian es krim Walls Magnum di perumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya. Kualitas produk dan citra merek memberikan

(2)

kontribusi pengaruh terhadap keputusan pembelian es krim Walls Magnum di perumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya sebesar 48,3%, dan diketahui bahwa kualitas produk adalah variabel yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian es krim Walls Magnum diperumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya dan sisanya diberikan oleh faktor lain selain kualitas produk dan citra merek.

Andriani (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas Produk dan Daya Tarik Iklan terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie (Studi Di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya). Hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan atau pengaruh yang kuat antara variable kualitas produk dan daya tarik iklan terhadap keputusan pembelian Kopi Luwak White Koffie di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh besar secara parsial pada keputusan pembelian kopi luwak white koffie di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya adalah kualitas produk dengan nilai koefisien regresi sebesar 32,9%.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Tamimi,Nugraha dan Widiarto (2015), Fatlahah (2013), Andriani (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Persamaan variabel penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian oleh Tamimi,Nugraha dan

(3)

Widiarto (2015), Fatlahah (2013), Andriani (2013). Sedangkan perbedaan yang dilakukan oleh Tamimi,Nugraha dan Widiarto (2015), Fatlahah (2013) terdapat pada objek penelitiannya.

B. LANDASAN TEORI 1. Produk

Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperlukan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk ini meliputi keragaman produk, kualitas, desain, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan imbalan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2010), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.

Dalam hal ini memberikan batasan produk dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa suatu benda (object), pelayanan (service), kegiatan (acting), orang (person), tempat (place), organisasi dan gagasan dimana suatu produk akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain sejenis.

(4)

2. Atribut Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (2010), atribut produk merupakan karakteristik dari produk atau jasa yang menghasilkan kemampuan untuk memuaskan dinyatakan atau tersirat pada kebutuhan konsumen.

a. Kualitas Produk

Merupakan salah satu alat positioning utama dalam pemasaran yang mempunyai dampak langsung pada kinerja produk serta terhubung dekat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Kualitas produk memiliki 2 dimensi yaitu performance quality adalah kemampuan sebuah produk untuk melakukan fungsinya dan ketahanan produk dan conformance quality adalah suatu produk bebas dari kecacatan atau kerusakan dan konsisten dalam memberikan target tingkat kinerja.

b. Fitur Produk

Merupakan sarana kompetitif untuk mendiferensiasi produk perusahaan dari pesaing.

c. Gaya dan desain produk

Merupakan cara lain untuk menambahkan nilai pada pelanggan.

Desain yang baik tidak hanya fokus pada penampilan tetapi juga pada manfaat produk untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

Sedangkan gaya hanya menggambarkan penampilan produk. Gaya sensasional bisa menarik perhatian dan menghasilkan estetika yang

(5)

indah, tetapi gaya tidak benar-benar membuat kinerja produk menjadi lebih baik.

3. Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan hal yang harus diperhatikan perusahan pada saat proses produksi. Kualitas produk yang baik dapat menumbuhkan rasa kepercayaan konsumen sehingga harus benar- benar diperhatikan. Konsumen selalu ingin mendapatkan produk berkualitas sesuai dengan harga yang dibayarkan, tetapi konsumen cenderung memandang produk yang berkualitas merupakan produk yang mahal.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012) kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal ini termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk, juga atribut produk lainnya. Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Mutu atau kualitas merupakan tingkatan pemuasan suatu barang. Ada beberapa faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas produk, antara lain:

a. Proses pembuatan produk dan perlengkapan serta pengaturan yang digunakan dalam proses produksi.

b. Aspek penjualan

Apabila kualitas dari barang yang dihasilkan dari barang terlalu rendah akan dapat menyebabkan berkurangnya penjualan.

(6)

Sebaliknya apabila kualitas dari barang yang dihasilkan dari barang terlalu tinggi membuat harga jual semakin mahal sehingga jumlah yang terjual karena kemampuan beli terbatas.

c. Perubahan permintaan konsumen

Konsumen atau pemakai sering menginginkan adanya perubahan- perubahan barang yang dipakainya baik berupa kuantitas maupun kualitas

d. Peranan inspeksi

Selain dapat mengawasi atau menjadi kualitas standar yang telah ditetapkan juga berusaha untuk memperkecil biaya produksi.

Menurut Kotler dan Keller (2010) mengungkapkan ada sembilan dimensi kualitas produk, yaitu :

a. Bentuk (form)

Produk dapat dibedakan secara jelas dengan yang lainnya berdasarkan bentuk, ukuran, atau struktur fisik produk.

b. Ciri-ciri produk (features)

Karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangnya.

c. Kinerja (performance)

Berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

(7)

d. Kesesuaian/Ketepatan (conformance)

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam “janji” yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

e. Daya Tahan (durability)

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak.

Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet, produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas dibanding produk yang cepat habis atau cepat diganti.

f. Kehandalan (reliability)

Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

g. Kemudahan diperbaiki (repairability)

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten.

Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya

(8)

dipersepsikan lebih berkualitas dibanding dengan merek-merek yang tidak didengar.

i. Desain (design)

Keseluruhan keistimewaan produk yang akan mempengaruhi penampilan dan fungsi terhadap keinginan konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008), bahwa indikator kualitas produk yaitu varian rasa, fitur produk, daya tahan produk, manfaat yang diterima konsumen.

4. Merek

Inti merek berhasil adalah produk atau jasa yang hebat, didukung oleh perencanaan yang seksama, sejumlah besar komitmen jangka panjang, dan pemasaran dirancang dan dijadikan secara efektif. Merek yang kuat menghasilkan ketertarikan konsumen untuk memutuskan pembeliannya.

America Marketing Asociations mendefinisikan merek sebagai

“nama, istilah, tanda,symbol, atau desain atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan dari pesaing”.

Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2010), merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini dapat fungsional, rasional, atau nyata berhubungan dengan kinerja produk

(9)

dari merek. Perbedaan ini juga dapat lebih bersifat simbiolis, emosional, atau tidak nyata berhubungan dengan apa yang di dipresentasikan merek.

Pada intinya, merek adalah penggunaan nama, logo, trandemark, serta slogan untuk membedakan perusahaan-perusahaan dan individu- individu satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan.

Penggunaan konsistensi suatu merek, simbol, atau logo membuat merek tersebut segera dapat dikenali oleh konsumen, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap diingat.

Menurut Tjiptono (2011), merek bermanfaat bagi konsumen.

Merek dapat memberikan beraneka macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Terdapat tujuh manfaat pokok merek bagi konsumen yaitu :

a. Sebagai identifikasi sumber produk.

b. Penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu.

c. Pengurangan resiko.

d. Penekanan biaya pencarian (search cost) internal.

e. Janji atau ikatan khusus dengan produsen.

f. Alat simbol yang memproyeksikan citra diri.

g. Signal kualitas.

Menurut Tjiptono (2011), pemahaman mengenai peran merek tidak bisa dipisahkan dari tipe-tipe utama merek, karena masing-masing

(10)

merek memiliki citra merek yang berbeda. Ketiga tipe tersebut meliputi :

a. Atribute brands, yakni merek-merek yang memiliki citra mampu mengkomunikasikan keyakinan atau kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Terkadang sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara objektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung memilih merek-merek yang dipersepsikan sesuai kualitasnya.

b. Aspirational brands, yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek yang bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek semacam ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu (misalnya golongan kaya, prestisius dan popular).

c. Experience brands, mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared associations and emotions). Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenan dengan kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual.

(11)

5. Brand Image (Citra Merek)

Konsumen akan mengidentifikasi dan memberikan penilaian pada suatu produk melalui kualitas dan juga merek yang dimiliki oleh produk tersebut, merek dapat menjadi alasan yang kuat bagi konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Merek pada produk digunakan oleh perusahaan untuk menandakan bahwa produk tersebut merupakan buatannya dan hasil output yang perusahaan proses, sehingga perusahaan akan berusaha menciptakan merek yang menarik dan dapat dikenal dengan mudah sehingga memudahkan konsumen untuk dapat mengenali produk yang diproduksi perusahaan tersebut.

America Marketing Association (Kotler dan Keller, 2012) menyatakan bahwa “merek merupakan suatu istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk menjadi bahan pembeda dari barang atau jasa pesaing”.

Pengertian brand image menurut Tjiptono (2011) adalah deskripsi tentang asosiasi merek tertentu. Istilah “merek” sebenarnya memiliki banyak interpretasi dan tidaklah mudah membedakannya dengan produk dan market offering. Salah satunya interprestasi merek adalah sebagai citra merupakan serangkaian asosiasi yang dipersepsikan oleh individu sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung maupun tidak langsung atas sebuah merek.

(12)

Menurut Hasan (2013), brand image atau citra merek merupakan serangkaian sifat tangible dan intangible, seperti ide, keyakinan, nilai- nilai, kepentingan, dan fitur yang membuatnya menjadi unik.

Menurutnya, secara visual dan kolektif, sebuah brand image harus mewakili semua karakteristik internal dan eksternal yang mampu mempengaruhi bagaimana sebuah merek itu dirasakan oleh target pasar atau pelanggan.

Merek merupakan suatu simbol yang kompleks dapat menyampaikan enam tingkat pengertian, antara lain :

a. Atribut (attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam pikiran konsumen.

b. Manfaat (benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional danemosional.

c. Nilai (values), merek juga menyatakan suatu nilai produsennya.

d. Budaya (culture), merek dapat mempresentasikan budaya.

e. Kepribadian (personality), merek juga mencerminkan pribadi tertentu.

f. Pengguna (user), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu.

Citra merek adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan pemahaman seseorang tentang sesuatu. Persepsi konsumen akan merek bisa dirasakan setelah membeli produk dan merasakan. Konsumen yang telah mendapatkan masukan informasi

(13)

dapat menciptakan gambaran yang baik terhadap suatu merek.

Persepsi yang berbeda antar konsumen menciptakan berbagai informasi yang dapat dijadikan acuan untuk memutuskan pembelian.

Menurut Kotler dan Keller (2010) bahwa pengukur citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu :

a. Kekuatan (strengthness)

Dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki oleh merek yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya.

Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut sehingga bisa dianggap sebagai sebuah kelebihan dibanding dengan merek lainnya. Sekelompok kekuatan (strength) adalah keberfungsian semua fasilitas produk, penampilan fisik, harga produk, maupun penampilan fasilitas pendukung dari produk tersebut dan memiliki cakupan pasar yang luas.

b. Keunikan (uniqueness)

Adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk tersebut yang menjadi bahan pembeda dengan produk-produk lainnya. Dalam kelompok unik ini adalah variasi penampilan atau nama dari sebuah merek yang mudah diingat dan diucapkan, dan fisik produk itu sendiri.

(14)

c. Keunggulan (favorable)

Yang termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain, kemudahan merek produk diucapkan serta kemampuan merek untuk tetap diingat oleh pelanggan yang membuat produk terkenal dan menjadi favorit di masyarakat maupun kesesuaian antara kesan merek di benak pelanggan dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang bersangkutan.

6. Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternative tindakan. Keputusan selalu mengisyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.

Menurut Peter dan Olson (2013), suatu keputusan (decision) mencakup suatu pilihan diantara dua atau lebih tindakan atau perilaku alternative. Pemasar secara khusus tertarik pada perilaku pembelian, terutama pilihan konsumen mengenai merek-merek yang akan dibeli.

Sedangkan menurut Tjiptono (2011) keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.

Perilaku konsumen (consumen behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan

(15)

dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha, 2011), ada dua aspek penting dari arti perilaku konsumen diantaranya :

a. Proses pengambilan keputusan.

b. Kegiatan fisik yang kesemuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa ekonomis.

Untuk memahami perilaku konsumen melalui model rangsangan dan tanggapan yang ditunjukkan oleh seseorang, dimana rangsangan tersebut telah memasuki kesadaran untuk meresponnya. Secara sederhana model perilaku konsumen sebagai berikut:

Gambar 2.1. Model Perilaku Konsumen Sumber : Assael (2001)

Sesuai dengan model perilaku konsumen di atas, Assael (2001) mendefinisikan pengambilan keputusan konsumen adalah proses merasa dan mengevaluasi informasi merek, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek memenuhi kebutuhan konsumen dan memutuskan pada suatu merek. Menurut Assael (2001) ada dua

(16)

pengaruh luas yang menentukan pilihan konsumen. Pengaruh pertama yaitu konsumen individu yang mana kebutuhan, persepsi merek karakteristik, dan sikap ke arah alternatif yang mempengaruhi pilihan merek. Pengaruh kedua dari pengambilan keputusan konsumen adalah lingkungan. Lingkungan pembelian konsumen digambarkan dengan budaya (norma dan nilai masyarakat), dengan sub-budaya (bagian dari masyarakat dengan norma-norma berbeda dan nilai dalam kehormatan tertentu) dan dengan kelompok bertatap muka (teman, anggota keluarga dan kelompok referensi).

Ketika konsumen telah membuat suatu keputusan maka evaluasi pascapembelian, digambarkan sebagai umpan balik untuk konsumen individu, akan berlangsung. Selama dalam proses evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan mungkin akan merubah pola dalam memperoleh informasi, mengevalusi merek dan memilih suatu merek.

Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian dengan merek yang sama akan dipengaruhi oleh pengalaman mengkonsumsi dari konsumen itu sendiri. Pandangan terhadap perilaku konsumen dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi manajemen dan sisi konsumen (Assael, 2001). Dari sisi manajemen, perilaku konsumen merupakan bahan yang sangat penting untuk dipahami berkaitan dengan aktivitasnya terhadap suatu produk dan menjadi indikator seberapa jauh produk tersebut sukses di pasaran dengan melihat respon yang ditunjukkan oleh konsumen terhadap produk tersebut.

(17)

Menurut Kotler (2010), terdapat lima tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan . Kelima tahapan itu adalah :

a. Pengenalan Masalah.

Proses ini dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Apabila kebutuhan diketahui maka konsumen akan serta memahami kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi, pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan.

b. Pencarian Informasi.

Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.

Menurut Kotler (2010), sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu :

1) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, pengemasan.

(18)

3) Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen.

4) Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, pengunaan produk.

c. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.

Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu.

d. Keputusan Pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-benar mebeli produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung

(19)

terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.

Kotler (2010), menjelaskan bahwa “Keputusan pembelian konsumen meliputi enam sub-keputusan yaitu keputusan memilih produk, memilih merek, tempat pembelian, kuantitas, waktu dan metode pembayaran”. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan akhir ini ada pihak lain yang memberi pengaruh terakhir, yang harus dipertimbangkan kembali sehingga dapat merubah seketika keputusan semula.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya. Kotler (2010) menyatakan konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa puas dengan produk yang dibelinya ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen

(20)

tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi.

Andriani (2013) mengemukakan indikator untuk mengukur keputusan pembelian ini adalah pemilihan merek, waktu pembelian, frekuensi pembelian, dan jumlah pembelian.

C. KERANGKA PIKIR

Kerangka pikir berfungsi untuk mempermudah dalam suatu penelitian. Sesuai dengan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui Pengaruh Kualitas Produk dan Brand Image terhadap Keputusan Pembelian. Adapun untuk kualitas produk menggunakan indikator bentuk/varian dari produk tersebut (form), ciri-ciri produk (features), kinerja dari produk yang dihasilkan (performance),daya tahan yang dimiliki produk (durability), kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), desain produk sehingga menarik konsumen (design). Untuk brand imageindikatornya terdiri dari kekuatan merek yang ada pda produk (strengthness), keunikan nama merek dari sebuah produk (uniqueness), keunggulan yang dimiliki oleh produk (favorable). Keputusan pembelian indikatornya terdiri dari pemilihan merek, waktu pembelian, frekuensi pembelian dan jumlah pembelian.

(21)

Kerangka pemikiran teoritis yang dirumuskan oleh penulis dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Pikir D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012).

Hipotesis masih akan diuji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang paling berguna untuk membuktikan kebenaran daripada hipotesis itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian Andriani (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh yang kuat antara variabel kualitas produk dan daya tarik iklan terhadap keputusan pembelian kopi Luwak White Koffie di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh besar secara parsial pada keputusan pembelian kopi Luwak White Koffie di Fakultas Ekonomi

Kualitas Produk

Brand Image

Keputusan Pembelian

(22)

Universitas Negeri Surabaya adalah kualitas produk dengan nilai koefisien regresi sebesar 32,9%. Dari hasil tersebut maka dapat dihipotesiskan:

H1 = Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil penelitian Fatlahah (2013), yang menyatakan bahwa kualitas produk dan citra merek memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelianes krim Walls Magnum di perumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya. Kualitas produk dan citra merek memberikan kontribusi pengaruh terhadap keputusan pembelian es krim Walls Magnum di perumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya sebesar 48,3%, dan diketahui bahwa kualitas produk adalah variabel yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian es krim Walls Magnum diperumahan Griya Mapan Santosa, Rungkut Surabaya dan sisanya diberikan oleh faktor lain selain kualitas produk dan citra merek. Dari hasil tersebut maka dapat dihipotesiskan:

H2 = Brand Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil penelitian Tamimi, Nugraha, Widiartanto (2015) yang menyatakan bahwa variabel citra merek dan kualitas produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Secara bersama- sama (simultan) variabel citra merek dan kualitas produk memiliki kontribusi sebesar 59% terhadap keputusan pembelian. Seluruh variabel independen yaitu citra merek dan kualitas produk secara bersama-sama

(23)

(simultan) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Dengan pengaruh dari citra merek sebesar 0,432 dan pengaruh dari kualitas produk sebesar 0,365. Dapat diasumsikan bahwa semakin baik atau bagus citra merek dan kualitas produk yang diberikan oleh Dell maka semakin dapat meningkatkan keputusan pembelian. Dari hasil tersebut maka dapat dihipotesiskan:

H3 = Kualitas produk dan brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil penelitian Tamimi, Nugraha, Widiartanto (2015) yang menyatakan bahwa variabel citra merek memiliki pengaruh lebih besar pada pada keputusan pembelian sebesar 0,432 dibandingkan kualitas peoduk yang memiliki kontribusi sebesar 0,365. Dapat diasumsikan bahwa merek Dell mudah diingat oleh konsumen dan Dell mampu meberikan fungsi yang dijanjikan.

H4 = Brand Image berpengaruh domininan dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Gambar

Gambar 2.1. Model Perilaku Konsumen         Sumber : Assael (2001)
Gambar 2.2. Kerangka Pikir  D.  HIPOTESIS

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan varietas yang unggul meliputi Reskin, Gada, Imperial10, Osaka03, dan Maruti dilakukan untuk mendapatkan varietas yang tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum

Dari penyerapan dan penerimaan informasi mengenai merek oleh konsumen inilah yang membuat terciptanya sebuah image suatu merek produk, persepsi akan kualitas, serta

-sang takipsilim nang marinig niya sa kampanaryo ng kanilang simba$an ang malungkot na agunyas# na muna ang malaking kampana saka sumunod ang maliit# Bang+ .eng+ Bang+ .eng+ Babae

Untuk mendapatkan kedamaian, keharmonisan, keselamatan baik itu dengan Tuhan, antara sesama dan dengan alam, maka Upacara Maayu-ayu terus dilaksanakan setiap Purnama sasih

Allah SWT menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup lainnya. Allah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada hamba-Nya

Tahap ketiga merupakan pendidikan berbasis kompetensi untuk mencapai kemampuan profesi klinik dan kedokteran komunitas yang dilakukan minimal tiga semester (FKUI 4

Algoritma Support Vector Machine dapat diterapkan sebagai algoritma data training dalam sistem klasifikasi 6 sel darah putih (sel monosit, sel basofil, sel

Sebagai perbedaan, penelitian ini memiliki objek kajian buku teks Bahasa Indonesia kelas IV SD, sedangkan Harjulinah (2012) menggunakan dongeng yang merupakan karya