• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG

PEMBANGUNAN PARIWISATA PEDESAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

(Studi Evaluatif Di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran) Tim Pengusul:

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ..1

DAFTAR ISI ... ..2

RINGKASAN ... ....3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ..4

1.2 Rumusan Masalah ... ..7

1.3 Tujuan Penelitian ... ..7

1.4 Kontribusi Penelitian ... ..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)………...8

2.2 Paradigma Pembangunan Perdesaan Berbasis TIK……….9

2.3 Pariwisata Perdesaan………...11

2.4 Peta Jalan (Roadmap) Penelitian………...13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian... 14

3.2 Teknik Pengumpulan Data... 14

3.3 Teknik Analisis Data... 16

3.4 Diagram Tulang Ikan (Fishbone)... 17

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Rekapitulasi Anggaran Penelitian………....18

4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………...19

DAFTAR PUSTAKA………20

(3)

RINGKASAN

PEMBANGUNAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

(Studi di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran)

Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi poin strategis dalam mendorong kemandirian desa. Namun demikian seringkali desa ditempatkan sebagai objek, sehingga program-program pemanfaatan TIK terkadang hanya sampai pada tingkat kabupaten atau kecamatan. Padahal Keberadaan TIK selain dapat meningkatkan pelayanan juga bermanfaat dalam proses pengolahan data yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan, mendukung pengambilan keputusan, hingga pengembangan pariwisata desa. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan mendorong Pemerintah Desa dalam Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Desa untuk mengembangkan pariwisata. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1).

mengidentifikasi Paradigma Pembangunan Pariwisata di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran; 2) mengidentifikasi masalah dan strategi pelaksanaan TIK di Perdesaan; 3) mengidentifikasi efektif dan efisien TIK dalam peningkatan pengembangan pariwisata desa.

Untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti mengambil sampel di 10 Desa di Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran. Selanjutnya informan/narasumber penelitian ini adalah Kepala Desa, dan karyawan pengelola TIK Desa. Hasil Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat mendorong peningkatan penerapan TIK Desa dalam mendorong pengembangan pariwisata desa. Luaran Penelitian ini adalah Satu artikel ilmiah yang dimuat dalam Prosiding konferensi internasional yang terindeks SCOPUS; dan Satu artikel yang dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah yang diselenggarakan LPPM Unila.

Ketersiapan penelitian ini juga di dukung oleh Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Pesawaran, dan Forum TIK Desa Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran.

Kata Kunci:Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Pengembangan Pariwisata Desa, Kecamatan Way Ratai

(4)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi poin strategis dan tidak dapat dihindarkan dalam mendorong kemajuan pembangunan dan kemandirian desa. Digitalisasi desa dimaksudkan sebagai wadah partisipasi dan keterlibatan elemen masyarakat dalam berinovasi dan mendukung tujuan desa. Jika kita merujuk pada konsepsi pembangunan tradisional yang menganalogikan masalah pembangunan dengan

“keterbelakangan” (paradigma modernisasi) dan atau “ketergantungan” (pada paradigma dependensia), sains baru melihat masalah itu sebagai akibat dari adanya tatanan yang mengalami stagnasi dan atau terisolasi dari lingkungannya (Amien, 2005). Kondisi itu sering dialami oleh desa yang mengalami stagnasi dalam pembangunan dan terisolasi dari pusat pembangunan. Dalam rangka untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah dan antara desa dan kota, perlu ada perubahan paradigma dalam melihat desa. Dalam konteks ini, Desa ditempatkan sebagai sebuah subjek yang mandiri dengan potensi yang dapat dikembangkan, baik dari sisi potensi alam dan potensi pemberdayaan masyarakat. Dalam mendukung hal tersebut, pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau digitalisasi desa sudah menjadi kebutuhan, terutama bagi desa yang memiliki potensi pariwisata yang menarik. Pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi di pedesaan dimaksudkan agar dapat mendukung atau mendorong semaksimal mungkin tawaran pariwisata ke berbagai daerah, dengan begitu maka peluang keserjahteraan dari sektor pariwisata akan berkembang dengan baik.

Berkaitan dengan pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi di pedesaan diatur dalam UU No 6 Tahun 2013 Tentang Desa. Dijelaskan bahwa system informasi pembangunan desa menjadi penting dan strategis bagi pengembangan desa kedepannya.

Namun dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terdapat kesenjangan digital. Salah satu faktor yang menyebabkan kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan perdesaan adalah belum meratanya infrastruktur dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang berpengaruh terhadap pemanfaatan TIK di tingkat desa. Akibat menghadapi berbagai permasalahan terkait pembangunan dan keterbatasan infrastruktur, maka penggunaan

(5)

dan pemanfaatan TIK tidak dijadikan prioritas utama oleh pemerintahan desa. Namun di balik keterbatasan tersebut, muncul desa-desa yang mampu menggunakan dan memanfaatkan TIK guna mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di desa, sehingga mampu meningkatkan pembangunan desa tersebut.

Berdasarkan hasil assessment dan penelusuran paradigma pembangunan pedesaan yang dibangun melalui konsep Gerakan Desa Membangun (Suparyo, 2013): Sebagian Besar Desa di Kecamatan Way Ratai telah melewati fase pertama terkait pengembangan jaringan informasi pedesaan berbasis internet (website desa-desa dengan domain desa.id); 10 Desa tersebut yaitu:Desa Poncorejo, Desa Gunung Rejo, Desa Wates, Desa Ceringin asri, Desa Sumber jaya, Desa Harapan Jaya, Desa Pesawaran Indah, Desa Bunut, Desa Mulyosari, Desa Bunut Sebrang. Adanya pengembangan jaringan informasi berbasis internet di Desa tersebut diatas menjadi penting karena selama ini Informasi tentang desa di Kecamatan Tersebut kurang terpublikasi secara luas sehingga isu perdesaaan masih terpinggirkan. Keberdaan website desa sejatinya dapat dimanfaatkan sebagai ruang bagi desa untuk menegaskan atau menguatkan karakter atai identitas desa bersangkutan.

Namun Demikian, setelah ditelusuri secara digital dan wawancara mendalam menunjukkan, meskipun 10 desa tersebut telah memiliki website desa, tetapi sebagian besar desa dikecamatan Way Ratai masih mengalami kendala dalam pengembangannya.

Terlihat dari aktivitas website tersebut yang hanya aktif dibeberapa desa saja, selebihnya hanya formalitas atau tidak lagi dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan daya Tarik kedesa tersebut.

Tabel 1. Data Webseite Desa.Id di Kecamatan Way Ratai

No Kecamatan Desa URL

1 Way Ratai Poncorejo Poncorejo.desa.id

2 Way Ratai Gunungrejo Gunungrejo.desa.id

3 Way Ratai Ceringin Asri -

4 Way Ratai Wates Wateswayratai.desa.id

5 Way Ratai Sumber Jaya -

6 Way Ratai Harapan Jaya -

7 Way Ratai Pesawaran Indah -

8 Way Ratai Bunut -

9 Way Ratai Mulyo Sari Mulyosari.desa.id

10 Way Ratai Bunut Sebrang -

Sumber:https//gunungrejo.desa.id/daftar-alamat-website-desa-di-kabupaten-pesawaran-lampung/

(6)

Dalam Konteks digitalisasi Desa, sebagian besar masalah yang menghambat desa- desa di kecamatan Way Ratai berkembang disebabkan oleh beberapa hal: Pertama, keterbatasan SDM yang menguasai TIK dalam memantau maupun meminta informasi atas rencana dan pelaksanaan pembangunan desa masih rendah. Kedua, Infrastruktur jaringan yang terbatas dan sulit karena daerah berada dikawasan perbukitan sehingga berpengaruh terhadap kualitas dari internet itu sendiri; Ketiga, Dukungan anggaran baik dari Desa, dan pemerintah daerah yang rendah (TIK) belum menjadi prioritas utama bagi program kerja pemerintah daerah dan desa itu sendiri; Keempat, Tidak adanya peran pendamping dalam membantu pergerakan aktivitas internet desa baik dalam pemberian layanan maupun implementasi program kerja desa.dan terakhir, masih rendahnya komitmen dan political will kepala desa dan tim desa untuk merencanakan dengan baik pembangunan desa berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Dengan rendahnya tahapan pergerakan TIK desa dikecamatan Way Ratai secara tidak langsung telah berdampak pada pembangunan pedesaan itu sendiri, hal yang paling terdampak yakni potensi maupun produk unggulan desa tidak terpromosikan dengan maksimal sehingga potensi dan produk desa belum dikenal oleh masyarakat luas, kedua kebijakan yang dibuat oleh pemerintah desa menyangkut tata kelola sumber daya desa masih sangat minim serta belum didukung basis data yang akurat dan lengkap. Ketiga, pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah desa masih lambat karena layanan dilakukan secara manual. Keempat, Pemerintah desa belum mampu menerapkan keterbukaan informasi publik, Kapasitas masyarakat desa dalam memantau maupun meminta informasi atas rencana dan pelaksanaan pembangunan desa masih rendah, dan terakhir rendahnya rendahnya tahapan pergerakan TIK desa di Kecamatan Way Ratai berdampak pada pembangunan pariwisata di desa-desa tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mendorong Pemerintah Desa dalam Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Desa untuk mengembangkan pariwisata. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1).

mengidentifikasi Paradigma Pembangunan Pariwisata di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran; 2) mengidentifikasi masalah dan strategi pelaksanaan TIK di Perdesaan; 3) mengidentifikasi efektif dan efisien TIK dalam peningkatan pengembangan pariwisata desa.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana Pembangunan Pariwisata Pedesaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan mendorong Pemerintah Desa di Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran dalam Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Desa untuk Peningkatan Kualitas Pariwisata. Hal ini menjadi penting karena potensi Desa di kecamatan tersebut sangat strategis untuk dikembangkan menjadi paket pariwisata, oleh karenanya pengembangan IT Desa menjadi penting untuk dievaluasi dan dikembangkan.

1.4 Kontribusi Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengembangan ilmu khususnya tentang konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) , dan Pembangunan Pariwisata Desa.

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Teknologi informasi dan komunikasi dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan istilah information and communication technology (ICT). Secara umum teknologi informasi dan komunikasi dapat diartikan sebagai semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 99). Sedangkan menurut Isjoni dan Moh. Arif H. Ismail (2008: 142) menerangkan teknologi informasi dan komunikasi merupakan perpaduan seperangkat teknologi terutama mikroelektronik komputer, teknologi komunikasi yang membantu proses pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penghantaran, dan juga penyajian data informasi melalui berbagai media meliputi teks, audio, video, grafik, dan gambar.

Teknologi informasi dan komunikasi memiliki beberapa komponen utama yang mendukungnya. Komponen-komponen yang mendukung teknologi informasi dan komunikasi diantaranya adalah sistem komputer, komunikasi, dan keterampilan bagaimana menggunakannya (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 107).

1. Komputer (sistem komputer) Komputer meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan alat penyimpanan (storage). Sistem komputer terdiri dari komputer, software, informasi, pemrograman, manusia, dan komunikasi.

2. Komunikasi Beberapa fasilitas komunikasi yang sering digunakan diantaranya adalah modem, multiplexer, concentrator, pemroses depan, bridge, gateway, dan network card.

3. Keterampilan Penggunaan Semua kemajuan dan perkembangan teknologi yang ada akan sia-sia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu menguasainya.

Sebaliknya kebermanfaatan teknologi informasi dan komunikasi akan semakin terasa apabila sumber daya manusia yang ada mengetahui apa, kapan, dan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi tersebut dapat digunakan secara optimal

(9)

2.2 Paradigma Pembangunan Pedesaan Berbasis TIK

Paradigma merupakan suatu yang penting menjadi dasar dalam upaya memahami secara mendalam masalah-masalah kehidupan yang dihadapi dan mengatasinya secara mendasar. Pada tahapan praktis tertentu, paradigma pembangunan juga dapat dipandang sebagai kesatuan teori, model, strategi dan sistem pengelolaan tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan (Nawawi, 2009). Berbeda dengan konsep pembangunan tradisional yang umumnya menganalogikan masalah pembangunan dengan “keterbelakangan” (paradigma modernisasi) dan atau

“ketergantungan” (pada paradigma dependensia), sains baru melihat masalah itu sebagai akibat dari adanya tatanan yang mengalami stagnasi dan atau terisolasi dari lingkungannya (Amien, 2005). Kondisi itu sering dialami oleh desa yang mengalami stagnasi daam pembangunan dan terisolasi dari pusat pembangunan. Dalam rangka untuk mengatasi kesenjangan antar wilayah dan antara desa dan kota, perlu ada perubahan paradigma dalam melihat desa. Salah satunya menurut Zaini (2010) adalah melakukan perubahan paradigma pembangunan daerah tertinggal yang sebelumnya berbasis pada kawasan menjadi berbasis pada pedesaan (base on village). Berkaitan dengan pengembangan infrastuktur TIK di pedesaan, dalam UndangUndang No. 6 Tahun 2013 tentang Desa (UU Desa) dijelaskan bahwa sistem informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan akan menjadi salah satu prioritas dalam

Paradigma pembangunan pedesaan berbasis internet penting dilakukan di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Karena menurut (Amien 2005) kesediaan informasi merupakan “hak asasi” setiap komponen, karena pada dasarnya komponen tatanan membutuhkan informasi yang akurat serta tepat waktu demi untuk memilih tanggapan yang tepat waktu demi untuk memilih tanggapan yang tepat demi untuk memilih mempertahankan keberlangsungan keberadaannya dan juga untuk meningkatkan kualitas partisipasinya dalam membangun tatanannya. Berdasarkan hasil penelusuran sumber data yang penulis lakukan diperoleh informasi bahwa paradigma pembangunan pedesaan yang dibangun melalui GDM dilakukan dengan beberapa tahapan (Suparyo, 2013): 1. Mengembangkan jaringan informasi pedesaan berbasis internet dengan membangun website desa-desa dengan domain desa.id; 2. Mendorong desa mandiri teknologi dengan migrasi ke teknologi open source; 3. Meningkatkan pelayanan publik dengan aplikasi mitra desa; 4. Mengelola sumber daya berdasarkan

(10)

profil desa dengan survei sumber daya dan data geospasial dengan aplikasi lumbung desa (lihat: mitra.or.id); 5. Membangun desa dengan interkoneksi sistem dan regulasi yang mendukung desa untuk mengambil inisiatif pembangunan.

2.3 Pariwisata Pedesaan

Desa wisata adalah suatu bentuk perkembangan pariwisata yang menitik beratkan pada kontribusi masyarakat sekitar pedesaan dan pelestarian lingkungan area pedesaan.

Desa wisata memiliki produk wisata yang benilai budaya dan memiliki karakteristik traditional yang kuat (Fandeli, Baiquni, Dewi, 2013) Begitupun menurut Inskeep (dalam Fandeli, Baiquni, Dewi, 2013) mendefinisikan wisata pedesaan yang dimana sekelompok wisatawan tinggal dalam suasana yang tradisional, tinggal di desa untuk mempelajari kehidupan di pedesaan.

Desa Wisata adalah sebuah area atau daerah pedesaan yang memiliki daya tarik khusus yang dapat menajadi daerah tujuan wisata. Di desa wisata, penduduk masih memegang tradisi dan budaya yang masih asli. Serta beberapa aktivitas pendukung seperti sistem bertani, berkebun serta makanan traditional juga berkontribusi mewarnai keberadaan desa wisata itu sendiri. Selain faktor tersebut, faktor lingkunganiyang masih asli dan terjaga merupakan faktoripenting yang harus ada disuatu desa wisata (Zakaria, 2014)

2.4 Pengembangan pariwisata

Menurut Kementerian Pariwisata dalam Rencana Strategis Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015-2019 disebutkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata yaitu:

a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya saing di pasar internasional;

b) Mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya;

c) Memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan strategi pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang intensif, inovatif dan interaktif sehingga kinerja pemasaran pariwsata mencapai produktifitas maksimal; dan

(11)

d) Mengembangkan Kelembagaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien, dan mencapai produktifitas maksimal. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pengembangan pariwisata adalah meningkatkan daya saing hingga kancah internasional, meningkatkan perekonomian negara, menerapkan strategi pemasaran yang terpadu, dan mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata.

Pengembangan merupakan suatu proses atau suatu cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna. Pengembangan suatu destinasi pariwisata diharapkan tidak hanya dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat namun tetap memperhatikan karakter destinasi, budaya, dan daerah.

Didukung dengan pernyataan Suardana (2013:5) bahwa pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal, dan seterusnya. Dalam pengembangan destinasi pariwisata semestinya tidak hanya mengacu pada peningkatan ekonomi saja tetapi karakter, sejarah dan budaya yang dimiliki oleh suatu destinasi perlu untuk diperhatikan dan dipertahankan karena dari karakter dan budaya yang telah tertanam semenjak turun temurun menjadikan suatu destinasi terlihat berbeda dari destinasi yang lainnya sehingga akan memiliki suatu identitas yang akan tetap terjaga kelestariannya.

2.5 Teori pengembangan destinasi pariwisata

Cooper (1993:84-86) berpendapat bahwa dalam mengembangkan suatu destinasi pariwisata harus ada empat unsur yaitu Attraction, Amenities, Access, Ancillary services yang disingkat dengan formulasi 4A. Berikut dijelaskan secara terperinci:

a) Attractions adalah hasil dari buatan manusia, keindahan alam ataupun event yang menjadi motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi. Pada umumnya atraksi terpisah dari industri pariwisata berdasarkan kepemilikannya. Untuk

(12)

pengembangan pariwisata di masa depan akan dibutuhkan ahli khusus untuk mengelola atraksi (management of atrractions).

b) Amenities adalah pendukung pariwisata berupa fasilitas dan layanan dalam suatu destinasi. Hal ini sangat berkaitan dengan sektor lainnya. Contohnya jumlah kamar di hotel akan dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke hotel tersebut. Adapun bentuk dari amenitas seperti: akomodasi, food and beverage service, retail dan jasa lainnya.

c) Access adalah suatu sistem untuk mengefisienkan transportasi mulai dari akomodasi menuju atraksi dan sebaliknya. Sistem tersebut dapat berupa jalur bersepeda, bus, dan transport lainnya.

d) services Ancillary services melingkupi pemasaran, pengembangan dan koordinir aktivitas wisata. Organisasi ini dapat berupa organisasi publik/pemerintah dan swasta. Beberapa organisasi dapat mencakup regional ataupun nasional. Berikut beberapa layanan yang diberikan oleh organisasai berikut:

1) Promosi destinasi

2) Pengawasan dan koordinasi pengembangan

3) Penyediaan layanan informasi/reservasi untuk perdagangan dan umum 4) Mengkoordinasikan bisnis lokal

5) Menyediakan beberapa fasilitas (catering, sports, dan sebagainya) 6) Melaksanakan kepemimpinan dalam suatu destinasi

(13)

2.6 Peta Jalan (Roadmap) Penelitian

Tahap 1: mendorong isu wisata khas desa menjadi global dengan mendorong adanya web desa Id.

Tahap 2: Mendorong agar produk unggulan desa dapat dipromosikan dengan maksimal dengan mendorong riset pengembangan potensi desa yang mendukung wisata desa.

Tahap 3: Pengembangan dan peanfaatan aplikasi pendukung Sistem Informasi Desa untuk mendorong efektifitas kebijakan wisata desa

Tahap 4: Penyusunan standar prosedur operasional (SOP) penyediaan informasi dan pelayanan permintaan informasi oleh publik di desa sesuai UU No 14 tahun 2008 dan UU No 6 tahun 2014.

Tahap 5: Riset Pengembangan peningkatan kapasitas masyarakat desa dalam memantau maupun meminta informasi atas rencana dan pelaksanaan pembangunan wisata desa

Tahap 6 : Kolaborasi Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah dan penyedia jasa internet (ISP) lokal untuk askes internet di desa serta Pengembangan aplikasi pariwisata desa.

Mapping Realitas Pembangunan Pariwisata Pedesaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran

Dasar Dasar

Luaran 5-10 Tahun Kedepan

RISET PENGE MBAN

GAN RISET

PENGE MBAN GAN

(14)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mengevaluasi dan mendorong Pemerintah Desa dalam Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Desa untuk mengembangkan pariwisata. Sedangkan Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1).

mengidentifikasi Paradigma Pembangunan Pariwisata di 10 Desa se-Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran; 2) mengidentifikasi masalah dan strategi pelaksanaan TIK di Perdesaan; 3) mengidentifikasi efektif dan efisien TIK dalam peningkatan pengembangan pariwisata desa. Penelitian akan mengeskplorasi penerapan TIK dilakukan ditingkat desa dalam mendukung pembangunan pariwisata desa, memberikan gambaran mengenai bagaimana kemampuan SDM nya dalam pengoperasian TIK didesa, dan menangkap permasalahan yang dialami desa tersebut dalam melakukan kegiatan peningkatan pariwisata desa dengan dukungan TIK.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dengan melihat atau mengamati secara langsung mengenai sarana dan prasarana yang digunakan dalam penerapan TIK desa serta proses pemanfaatan TIK dalam mendukung kegiatan pemerintah desa terkait peningkatan pariwisata desa di Kecamatan Way Ratai. observasi didapat melalui beberapa saluran yakni, melalui berita atau informasi media massa. Dengan teknik observasi ini peneliti melakukan pengamatan secara terbuka diketahui oleh subjek peneliti, sedangkan sebaliknya informan peneliti dengan sukarela memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

(15)

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini berusaha menggali data dan informasi keterangan, penjelasan dan informasi penelitian. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin, yaitu mengajukan pertanyaan dikemukakan secara bebas, artinya kalimat tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok penelitian, kemudian dapat diperdalam dan dikembangkan sesuai dengan kondisi lapangan.Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara lebih mendalam terkait dengan pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pemanfaatan penerapan TIK desa guna untuk meningkatkan pariwisata desa yang ada di Kecamatan Way Ratai. Wawancara ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah ada. Pedoman wawancara digunakan sebagai pengontrol agar tidak terjadi penyimpangan masalah yang akan diteliti. Narasumber yang dipilih adalah yang mengetahui secara pasti dan terlibat langsung dalam kegiatan, serta wawancara dengan beberapa narasumber yang dianggap penting dalam kajian ini. Wawancara ini dilakukan dengan informan kunci atau informan pendukung untuk memperoleh data yang lengkap.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi akan dilakukan peneliti saat peneliti berada dilapangan. Menurut Sugiyono studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif akan semakin tinggi jika melibatkan/menggunakan studi dokumen dalam metode penelitian kualitatifnya. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, analisis dokumen dan atefak lainnya. Metode ini digunakan untuk memperkuat data dari hasil wawancara serta sebagai data pendukung penelitian.

Dokumentasi tersebut antara lain berupa bagaimana kemampuan SDM nya dalam pengoperasian TIK didesa, struktur organisasi, keadaan fasilitas peralatan TIK Desa dan data-data lainnya yang berhubungan dengan penerapan TIK desa dalam peningkatan Pariwisata Desa yang ada di Kecamatan Way Ratai.

(16)

3.3 Teknik Analisis Data

Hasil pengamatan yang telah diperoleh, yang dimulai dari pengumpulan data, yaitu mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan penerapan TIK desa dalam meningkatkan pariwisata desa yang ada di Kecamatan Way Ratai, mengeskplorasi penerapan TIK dilakukan ditingkat desa dalam mendukung pembangunan dan pariwisata desa, bagaimana kemampuan SDM nya dalam pengoperasian TIK didesa, serta menangkap permasalahan yang dialami desa tersebut dalam melakukan kegiatan peningkatan pariwisata suatu desa dengan dukungan IT.

(17)

3.4 Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Pendekatan Kualitatif

Luaran Penelitian

Lokasi Penelitian

Indikator Capaian

Digram 2: Diagram Alir dalam Bentuk Fishbone diagram Analisis penerapan Information

And Technology (TIK) desa dalam Peningkatan pariwisata Desa yang ada di kecamatan Way Ratai

Luaran Penelitian ini adalah 2 buah artikel jurnal berupa 1 artikel jurnal internasional bereputasi dan 1 artikel jurnal nasional terindeks.

1. Desa Gunungrejo 2. Desa Wates Way Ratai 3. Desa Ceringin Asri 4. Desa Bunut

5. Desa Mulyo Sari 6. Desa Bunut Seberang 7. Desa Poncorejo 8. Desa Pesawaran Indah 9. Desa Sumber Jaya 10. Desa Harapan Jaya

Berhasilnya penerapan Information And Technology (IT) desa diukur berdasarkan:

1. Sumber Daya Manusia;

2. Sarana dan Prasarana;

3. Anggaran;

4. Pelayanan IT dan

5. Standar inovasi TIK dalam pengembangan pariwisata desa

(18)

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Rekapitulasi Anggaran Penelitian

Agar penelitian ini dapat berjalan, berikut rekapitulasi Anggaran Belanja penelitian yang secara garis besar meliputi empat komponen yakni pengadaan alat dan bahan, Travel Expenditure, ATK/bahan habis pakai, serta laporan/disemenasi/publikasi. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini sebesar Rp. 20.000.000. Secara lebih rinci besaran anggaran yang dibutuhkan terlihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 1.

Rekapitulasi Anggaran Penelitian

No Keterangan Per Unit

(Rp)

Jumlah (Rp) I Pengadaan Alat dan Bahan (Max 30%)

Penelusuran Literatur 1.000.000

Fotocopy Literatur 1.000.000

Pemeliharaan Komputer dan Printer 1.750.000

Sewa Komputer 1.000.000

Total Pengadaan Alat dan Bahan 4.750.000

II Biaya Perjalanan 30%

1. Transportasi dan akomodasi ke lokasi

Sewa kendaraan 2.250.000

2. Konsumsi saat survey penelitian

5 orang x 4 hari x Rp. 50.000 1.000.000

Total Biaya Perjalanan 3.250.000

III ATK/BHP (Maks 20%)

Kertas HVS A4 10 rim @ 40.000 400.000

Kertas HVS F4 10 rim @ 40.000 400.000

Tinta Printer 2 pak @ 250.000 500.000

Buku Tulis, pena, pensil, penghapus 1 paket 200.000

Flasdisk 3 buah @100.000 300.000

Total ATK/BHP 2.000.000

III Laporan/Diseminasi/Publikasi (Maks 50%)

1. Laporan penelitian 1 paket 6.500.000

(19)

2. Biaya publikasi jurnal 3.000.000

3. Dokumentasi 500.000

Total Laporan/Diseminasi/Publikasi 10.000.000

Total Biaya 20.000.000

4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari selama 6 (enam) bulan dengan jadwal sebagai berikut:

Penelitian ini akan dilaksanakan dari selama 6 (enam) bulan dengan jadwal sebagai berikut:

No. Kegiatan Bulan

1

Bulan 2

Bulan 3

Bulan 4

Bulan 5

Bulan 6 1. Pra Penelitian

2. Pengajuan Proposal 3. Penelitian

4. Penulisan Laporan

5. Pembuatan Laporan Keuangan 6. Publikasi

0 1 2 3 4 5 6 7

Pra Penelitian Pengajuan Proposal Penelitian Penulisan Laporan Pembuatan Laporan Keuangan Publikasi

BULAN

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul K., Terra C.T. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta : Andi Andi Purnomo. 2007. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Solo : Yudhistira

Adisasmita R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu

Badri, M. 2016. Sistem Komunikasi Pembangunan Pedesaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Modula

Pengertian Dan Sejarah Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) 07FEB2013 by irarachman . Sumber:https://raihanaleslie.wordpress.com/2013/02/07/pengertian- dan-sejarah-teknologi-informasi-komunikasi-tik/ (diakses pada 16 Februari 2020) GDM (Gerakan Desa Membangun). (2014). Permasalahan dan Langkah Strategis

Penerapan TIK di Perdesaan. Sumber:

http://desamembangun.or.id/2014/06/permasalahan-dan-langkah strategispenerapan-tik-di-perdesaan/ (diakses pada 16 Februari 2020) UU No 6 tahun 2014 tentang Desa

Gambar

Tabel 1. Data Webseite Desa.Id di Kecamatan Way Ratai

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

168 Ibid.. terhadap moralitas serta kesadaran diri yang ditancapkan pada peserta didik. Hingga dapat menghidarkan peserta didik menjadi teroris, kekerasan dalam ber-agama,

Bahasa Tubuh Saat sedang diwawancara oleh penulis ketika sedang menjadi dragqueen, para informan biasanya sambil memainkan rambutnya, ketika duduk menyilangkan

tengah dihadapi dapat diantisipasi dan jika terlanjur terjadi mereka akan tau apa yang harus dilakukan (mengadvokasi diri sendiri). Pengaduan/keluhan yang dimiliki penggugat

Teacher: (Repeat the question) you can go to………..first, he want to know the shop Student : Go to sandwich shop and ………. Teacher : Where we can find

Usahatani jagung di daerah penelitian menunjukkan pada kondisi increasing return to scale, sehingga penggunaan faktor produksi seperti lahan usahatani, benih,

Pesan merupakan sebuah ide, gagasan, informasi, dan opini yang disampaikan oleh seorang komunikator kepada para komunikannya yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi

Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang untuk berbuat dan bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat. Selain itu

Kajian terdahulu diatas merupakan rujukan yang dilakukan peneliti sebab ada persamaan metode bimbingan rohani islan dalam pembiaan mental serta perbedaan kajian