• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar

1. Pengertian bahan ajar

Bahan ajar merupakan komponen dari keseluruhan kurikulum yang berisikan seperangkat materi/ substansi pembelajaran (teaching material) yang telah disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Prastowo, Andi).

Wina Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa bahan atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Sementara menurut Depdiknas (2006) bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Dengan adanya bahan ajar dapat dapat mempermudah dan membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran di Kelas. Salah satu contoh dari bahan ajar adalah buku ajar yang bisa berupa buku ajar, buku ajar bisa berupa LKS, Modul maupun Buku paket. Tentunya buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran haruslah buku ajar yang layak demi meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran, karena buku ajar sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran siswa di kelas.

2. Ciri- Ciri Bahan Ajar

Bahan ajar dapat dilihat dari beberapa aspek yang diantara lain adalah :

a. Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra penglihatan. Terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.

(2)

b. Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio

c. Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti video compact disk, film.

d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials) (Prastowo, 2012)

3. Buku Teks

Menurut jenisnya bahan ajar berupa teks termasuk dalam jenis bahan ajar jenis visual karena dapat dilihat oleh indra penglihatan. Menurut Nasution (1987) mengatakan bahwa buku teks pelajaran adalah bahan pengajaran paling banyak digunakan diantara semua bahan pengajaran lainnya.

Dalam kamus oxford, buku diartikan sebagai number of shrt of paper, either printed or blank, fastened together in a cover, yaitu sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong , yang dijilid dan diberi kulit. Hal serupa juga daoat ditemukan dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang mendifinisikan buku sebagai lembaran kertas yang berjilid, yang berisikan tulisan atau kosong (Setiawan, 2010).

Menurut Muslich (2009) buku teks dapat diartikan buku yang berisi uraian bahan mata pelajaran tertentu, disusun secara sistematis dengan acuan kurikulum yang berlaku dan diseleksi berdasarkan tujuan pembelajaran yang direncanakan serta digunakan sebagai acuan atau sumber belajar dalam proses pembelajaran di sekolah.

Sementara itu, buku sebagai bahan ajar disefinisikan sebagai buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

(Diknas, 2004). Buku teks pelajaran pada umumnya merupakan bahan ajar ajar hasil seorang pengarang atau tim pengarang yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran kurikulum yang berlaku.

(3)

Menurut Nasution (1997, u)ntuk lebih memahami mengenai arti penting dari bahan ajar ini, berikut dijelaskan tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan buku teks pelajaran (Prastowo, 2012).

1. Fungsi buku teks pelajaran

1) Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik.

2) Sebagai bahan evaluasi.

3) Sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum.

4) Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik, dan

5) Sebagai sarana untuk peningkatan karier dan jabatan.

2. Tujuan buku teks pelajaran

1) Memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran.

2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau memahami pelajaran atau mempelajari pelajaran baru, dan

3) Menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik..

3. Kegunaan buku teks pelajaran

1) Membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku.

2) Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran.

3) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.

4) Memberikan pengetahuan baru bagi peserta didik maupun pendidik.

5) Menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat dan golongan, serta menjadi sumber penghasilan, jika diterbitkan (Prastowo,2012).

4. Kualitas buku teks

Buku memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat modern, banyak hal yang dapat dipelajari dari buku. Bahkan, dapat dikatakan hampir semua segi kehidupan manusia direkam dalam buku. Dunia kini benar –benar dunia buku.

Buku adalah kunci kearah gudang ilmu pengetahuan, siapa yang ingin maju dan pandai haruslah menggunakan manfaat buku. Bagi seorang pelajar dan mahasiswa salah satu buku yang sangat diperlukan ialah buku teks atau buku pelajaran. Buku teks berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran

(4)

tertentu.Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurna pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya.

Butir – butir yang harus dipenuhi oleh buku teks sebagai pedoman penilaian buku teks sehingga buku teks tergolong berkualitas, berikut pedoman yang harus dipenuhi (Tarigan, 2009: 28), sebagai berikut:

a. Sudut pandang

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip dan sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan.

b. Kejelasan konsep

Konsep – konsep yang dijelaskan dalam suatu buku teks harus jelas dan tandas.

Keremangan – keremangan dan keamanan perlu dihindari agar siswa yang membaca jelas, mengerti dan dapat memahami isi kandungan buku tersebut.

c. Relevan dengan kurikulum

Buku teks ditulis untuk digunakan disekolah. Sekolah mempunyai kurikulum oleh karena itu buku teks harus relevan dengan kurikulum yang baru.

d. Menarik minat siswa

Buku teks ditulis oleh siswa. Oleh karena itu penulis buku teks harus mempertimbangkan minat –minatsiswa. Semakin sesuai buku teks dengan minat siswa, maka semakin tinggi daya tarik buku teks tersebut.

e. Menumbuhkan motivasi

Bukuteks yang baik ialah buku teks yang dapat membuat siswa, ingin, mau, senang mengerjakan apa yang diintruksikan dalam buku tersebut. Apalagi buku teks tersebut dapat mendorong dan menumbuhkan motivasi siswa.

f. Menstimulasi aktivitas siswa

Buku teks yang baik ialah buku teks yang merangsang, menantang dan menggiatkan aktivitas siswa. Disamping tujuan dan bahan, factor metode sangat menentukan hal ini.

g. Ilustratif

Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang mengena dan menarik. Ilustrsi yang cocok pastilah memberikan daya penarik tersendiri serta memperjelas hal yang dibicarakan.

h. Menghargai perbedaan individu

(5)

Buku teks yang baik tidak membesar – besarkan pendapat individu tertentu.

Perbedaan dalam kemampuan, bakat minat, ekonomi social dan budaya setiap individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.

i. Memantapkan nilai –nilai.

Buku teks yang baik berusaha untuk memantapkan nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat . uraian – uraian yang menjurus kepada penggoyahan, nilai – nilai yang berlaku pantas dihindarkan.

B. KTSP dan Kurikulum 2013 1. KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Menurut Prof. Dr. B. P.Sitepu, M.A. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan siswa.

Dengan demikian, isi kurikulum mengacu dan ditata berdasarkan rumusan tujuan pendidikan nasional. Apabila tujuan pendidikan nasional berubah, isi kurikulum pun perlu diubah.

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan

(6)

silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

a. kerangka dasar dan struktur kurikulum b. beban belajar

c. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI, semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada jenjang SMP/MTs pembelajaran sudah mulai dipisah-pisah menjadi mata pelajaran.

Kurikulum 2013 telah diterapkan pada tahun ajaran 2013/ 2014 dan telah dilaksanakn pada bulan juli lalu. Untuk saat ini penerapan kurikulum 2013 tidak merata di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, tetapi hanya dibeberapa sekolah yang sebelumnya telah mencapai status bertaraf internasioal.

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki manfaat, masing- masing tergantung pada situasi dan kondisi saat dimana kurikulum tersebut diberlakukan,adapun beberapa manfaat yang terdapat dalam Kurikulum 2013, antara lain :

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan,artinya Kurikulum 2013 memberikan otonomi luas kepada sekolah dan

(7)

satuan pendidikan, disertai sepeangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah setempat.

2. Kurikulum 2013 memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah- sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan ( loeloek, 2013) 3. Analisis Konsep

Dalam buku teori- teori belajar, Dahar mengatakan bahwa “ analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan- uutan pengajaran bagi pencapaian konsep”. Untuk melakukannya seorang guru hendaknya memperhatikan hal- hal berikut :

1) Nama Konsep. Oang dapat membentuk konsep- konsep tanpa memberi nama pada konsep- konsep itu, terutama pada tingkat konkret dan tingkat identitas. Misalnya, anak- anak yang masih kecil menyusun kata- kata mereka sediri untuk menyajikan konsep- konsep yang mereka bentuk. Tetapi setelah mereka masuk sekolah, mereka diberi pelajaran tentang nama- nama konsep yang telah diterima secara luas. Dengan menyetujui nama untuk suatun konsep orang dapat berkomunikasi tentang konsep itu.

2) Atribut- atribut kriteria dan variabel konsep. Atribut kriteria dari suatu konsep adalah ciri- ciri konsep yang perlu untyk membedakan contoh- contoh dan noncontoh- noncontoh, dan u tuk menentukan apakah suatu objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Walaupun semua atribut- atribut dari suatu konsep tidak diajarkan pada setiap pencapaian, guru hendaknya dapat menyadari hal ini untuk memastikan bahwa contoh dan non contoh selalu dibedakan.

Atribut variabel adalah ciri- ciri yang mungkin berbeda diantara contoh- contoh tanpa mempengaruhi inklusi dalam kategori konsep itu. Guru dapat mengubah atribut- atribut ini dalam contoh- contoh yang digunakan dalam mengajar.

3) Definisi konsep. Walaupun siswa tidak diharapkan untuk belajar definisi normal dari suatu konsep, analisis konsep harus memasukkan definisi yang diberikan.

Kemampuan untuk menyatakan suatu definisi dari suatu konsep dapat digunakan sebagai suatu kriteria bahwa siswa telah belajar konsep tersebut.

4) Contoh- contoh dan noncontoh- noncontoh. Dengan membuat daftar atribut- atribut dari suatu konsep, pengembangan konsep- konsep dan nonkonsep- nonkonsep dapat diperlancar. Klausmeier, Rosmiller, dan Sally menyarankan agar paling sedikit harus

(8)

dikembangakn satu himpunan rasional contoh- contoh. Suatu himpunan rasional terdiri atas contoh- contoh konsep yang dipasangkan dengan kekurangan satu atribut kriteria dalam setiap noncontoh.

5) Hubungan konsep dengan konsep- konsep lain. Superordinat, koordinat dan subordinat. Untuk sebagian besar konsep- konsep dapat dikembangkan duatu hirarki dari konsep- konsep yang berhubungan yang memperlihatkan bagaimana suatu konsep terkait pada konsep- konsep lain. Jika siswa telah mencapai suatu konsep superordinat, pelajaran dapat terdiri atas penambahan atribut- atribut kriteria bagi konsep yang akan dipelajar. Namun, jika belum mempelajari konsep- konsep superordinat, suatu definisi yang memberikan atribut- atribut kriteria akan lebih baik. Agar lebih bermakna, setiap atribut hendaknya didefinisikan. Konsep- konsep koordinat memberikan memberikan informasi tentangtg konsep- konsep yang berhubungan dan perlu informasi tentang konsep- konsep yang berhubungan dan perlu dibedakan, apakah sebelum atau sesudah konsep itu dipelajari. (Dahar, 1989) C. Taksonomi Bloom

Sudah banyak diketahui bahwa mula- mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu ranah kognitifdan efektif, tetapi dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan taksonomi Bloom ranah kognitif, karena hanya menganalisis buku teks saja.

Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah kepenilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang lebih tinggi. Keenam tingkatan tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :

1. Mengingat (C1), yang berarti mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang 2. Memahami (C2), yang berarti mengkontruksi makna dari materi pembelajaran,

termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru.

3. Mengaplikasikan (C3), yang berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

4. Menganalisisi (C4), yang berarti memecah- mecah materi menjadi bagian- bagian penyusunnya dan menentukan hubungan- hubungan antara bagian- bagian itu dan hubungan antara bagian- bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

5. Mengevaluasi (C5), mengambil keputusan berdasarkan kriteriadan/ standar.

(9)

6. Mencipta (C6) memadukan bagian- bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (Lorin & David, 2010).

Menurut pendapat Krathwol dalam jurnal penelitian yang berjudul Krathwol an Overview (2002) bahwa taksonomi yang direvisi menekankan pada struktur 2 dimensi yang meliputi pengetahuan dan proses berpikir kognitif. Keenam kategori Taksonomi yang telah direvisi disusun dalam suatu tingkatan yang terurut (dari level rendah (mengingat) hingga tinggi (mencipta)), tetapi lebih fleksibel dari pada taksonomi asli.

D. Procces Science

Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Procces Science lebih menekankan kepada langkah- langkah yang dilakukan oleh siswa (proses) pada saat melakukan pengamatan langsung.

Ada tujuh dasar Procces Science berdasarkan AAAS project 2061 yang diantaranya adalah :

1. Memuat tujuan pembelajaran dengan jelas.

Pada indikator ini menunjukkan bahwa buku teks memuat penjelasan materi secara menyeluruh dan terfokus pada materi yang akan diajarkan yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir secara logis.

2. Memperhitungkan gagasan-gagasan siswa.

Indikator ini menunjukkan bahwa buku teks dapat melibatkan siswa untuk mengungkapkan gagasannya sebagai prasyarat ataupun pengalaman- pengalaman yang mereka terima pada materi yang diajarkan.

3. Melibatkan siswa dengan fenomena yang relevan dengan materi pembelajaran.

(10)

Indikator ini menunjukkan bahwa buku teks menyediakan materi dengan fenomena yang relevan dan pengalaman belajar dengan lebih nyata baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Mengembangkan dan menerapkan konsep pembelajaran secara ilmiah.

Indikator ini menunjukkan bahwa buku teks memuat materi menghubungkan istilah- istilah bermakana dengan pengalaman yang relevan serta dapat memberikan pemahaman bagi siswa.

5. Mendorong siswa untuk mengambangkan kemampuan berfikir tentang fenomena, pengalaman dan pengetahuan yang saling berkaitan antar ketiganya.

Indikator ini menunjukkan bahwa materi dapat mendorong siswa untuk berpendapat dan menjelaskan gagasannya serta memberikan saran bagaimana mendiagnosa kesalahan siswa dalam menjelaskan tentang bagaimana kesalahan tersebutdi perbaiki dan merekomendasikan untuk bagaimana siswa mengembangkan gagasannya.

6. Penilaian terhadap perkembangan siswa selama proses pembelajaran.

Indikator ini menunjukkan bahwa buku teks memuat assesment sebagai strategi yang biasa digunakan yang diantaranya berupa lembar kerja siswa, studi kasus, maupun asah ingatan. Sehingga dapat membantu guru dalam menginterprestasikan tanggapan siswa serta untuk mendiagnosa kesulitan belajar apa yang dialami siswa

7. Meningkatkan lingkungan belajar sains,

Indikator inini menunjukkan bahwa buku teks dapat mendorong rasa ingin tahu pada siswa sehingga siswa dapat bertanya, serta menyediakan strategi untuk menvalidasi pengalaman pribadi dan sosial siswa yang relevan dengan ide- ide ilmiah

Karena dalam hal ini mata pelajaran IPA merupakan studi yang berkaitan dengan alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga mata pelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sehingga siswa perlu mengetahui dan dapat menguasai bagaimana

(11)

langkah yang benar dalam pelaksanaan pengamatan pada saat proses pembelajaran dimulai serta menumbuhkan sikap ilmiah dan kritis pada siswa.

E. Penelitian Terdahulu

1. Analisis penilaian guru terhadap buku ajar Biologi kelas X Semester genap MA Kabupaten Kendal/ Budi wahyono/ IAIN Walisongo

Dalam skripsi tersebut penulisnya meneliti empat kategori yangdiantaranya adalah kelayakan komponen isi, komponen bahasa, komponen penyajian, dan komponen kegrafikan yang hasilnya adalah sebagai berikut : Berdasaskan isi terdapat kekurangan mulai dari buku sulit untuk di pahami peserta didik. Berdasarkan kebahasaan terdapat kekurangan yaitu, bahasa yang terlalu tinggi untuk dapat dipahami peserta didik. Berdasarkan penyajian terdapat kekurangan, yaitu buku kurang pangayaan untuk soal dan latihan, gambar tidak berwarna, yaitu pada buku “Sains Biologi” terbitan tiga serangkai 2007 dan buku “Biologi kelas Xb” terbitan Sunda Kelapa 2006. Berdasarkan kegrafikan kekurangannya yaitu buku yang kurang sistematis.

Adapun kelbihan pada buku teks yang diteliti adalah Berdasaskan isi terdapat kelebihan mulai cakupan materi pada buku yang lengkap dan keluasan serta kedalaman materi sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Berdasarkan kebahasaan terdapat kelebihan yaitu, bahasa komunikatif dan ada buku yang sudah bilingual, yaitu buku “Biologi I” terbitan Yudhistira 2006 dan “Biologi bilingual” terbitan Yrama Widya 2007. Berdasarkan penyajian terdapat kelebihan, yaitu buku dilengkapi dengan gambar jelas dan berwarna, buku kaya akan unsur religi untuk mengenalkan dan mengkaitkan antara Islam dan Sains, yaitu pada buku “BIOESPO, menjelajah alam dengan Biologi” terbitan Jatra Grapihics 2008. Berdasarkan kegrafikan kelebihannya yaitu kertas bagus dan tampilan luar buku menarik.

2. Analisis buku ajar Biologi SMA kelas X di kota bandung berdasarkan literasi sains/ Yusuf Hilmi Adisendjaja/ Universitas Pendidikan Indonesia

Sebagian besar, buku teks Biologi tidak menyatukan 4 rangkaian satu sama lain yang bisa menunjukkan sifat sains secara menyeluruh, dan konten sains dipisahkan dari sifat sains yang digunakan oleh ilmuwan untuk mengembangkan

(12)

ide-ide dan teori-teori. Bagian teks tidak hanya harus memuat konten Biologi tapi juga harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelidiki sendiri, memahami peranan penting dari Biologi dalam masyarakat kita, dan menggambarkan cara yang dilakukan oleh ilmuwan pada urusan mereka dalam mengembangkan pemahaman pelajaran tertentu. Buku teks Biologi harus menyatukan semua aspek yang berhubungan dengan sains, termasuk penyelidikan hakikat sains, Interaksi sains, teknologi dan masyarakat, dan Sains sebagai cara mengenali teks itu sendiri secara langsung dan bukan dalam bagian terpisah (Chiapetta, Fillman dan Sethna, 1991a, 1991b). Dalam hal ini buku yang dianalisis sudah menyatukan semua aspek literasi sains, dengan demikian telah merefleksikan literasi sains namun proporsi tema literasi sains yang disajikan tidak seimbang, hanya salah satu tema literasi sains yang menonjol yakni Pengetahuan sains. Dalam buku ajar Biologi sebaiknya lebih banyak memunculkan tema Penyelidikan tentang hakikat sains yang diwujudkan dalam Keterampilan Proses Sains (KPS).

Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial sehingga pembelajaran sains (Biologi) akan lebih bermakna.

Dengan demikian belajar dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa mempelajari bahkan menemukan konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis.

Referensi

Dokumen terkait

Bhabinkamtibmas polsek bahuga laks giat door to door kpd perangkat kampung menyampaikan pesan kamtibmas kepada perangkat kampung untuk turut serta dan berperan aktif dalam

7. Memahami baahwa gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda. Memahami benda bergerak memerlukan gaya. Menyebutkan dan memberi contoh macam-macam gaya. Menjelaskan bahwa gaya

Sebaliknya masyarakat pengguna yang pengetahuannya kurang cenderung tidak memikirkan resiko yang muncul, Mereka lebih suka menpu diri dengan menganggap bahwa pemanfaatan

Peserta didik dapat berkerja secara mandiri, atau bekerjasama dalam kelompok, sesuai bidang tugas yang dikerjakan dalam pembelajaran mesin konversi energi.. Peserta didik

Kesimpulan yang didapat dari penulisan skripsi ini adalah tentang tugas Hakim Pengadilan Agama dalam memeriksa dan memutus perkara perceraian dengan alasan

95 6.6 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh di Luar Rentang Normal dengan Presbikusis pada Penduduk Lanjut Usia di Desa Tenganan Pegrinsingan, Kecmatan Manggis, Kabupaten

Hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif untuk variabel Brand Ambassador pada Shopee sudah dalam kategori yang baik dengan nilai persentase rata-rata

Berbeda dengan wanita yang berpendidikan rendah memaknai perkawinan sebagai proses interaksi pada hal yang baik dan buruk dalam keluarga, wujud atas rasa kasih sayang dan