• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Piutang

Dewasa ini,hampir semua transaksi bisnis dilakukan secara kredit atau pembayaran tunda. Penjualan barang dagang atau jasa secara umum dilakukan secara kredit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba atau keuntungan. Bahkan seseorang yang semula tidak berpikir untuk membeli sesuatu, menjadi bersedia membeli karena ditawar suatu produk yang dapat diperoleh secara bayar tunda atau kredit. Konsekuensinya bagi perusahaan tentulah menimbulkan banyaknya jumlah piutang yang tercantum di dalam neraca.

Jumlah piutang jumlah aktiva lancar yang cukup besar dimiliki oleh perusahaan saat ini umumnya.

2.1.1. Pengerti an Piutang

Menurut Horngren dan Harrison dalam bukunya (2007 : 436) mendefinisikan : “Piutang (Receivable) adalah klaim moneter terhadap pihak lain”

(2)

Sedangkan menurut Rudianto dalam bukunya (2012 : 210) “piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang, atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu yang tidak disertai dengan janji tertulis”

Sedangkan menurut Henrry (2008 : 195) menjelaskan bahwa piutang dapat diklasifikasikan menjadi kedalam tiga jenis, yaitu :

a. Piutang usaha (account receivable)

Yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan dapat ditagih dlam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 sampai 60 hari. Setelah ditagih, secara pembukuan piutang usaha akan berkurang disebelah kredit. Piutang usaha ada dalam neraca disisi aktiva lancar.

b. Piutang wesel (Notes Receivable)

Yaitu tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berutang berjanji kepada perusahaan (selaku pihak yang diutangkan) untuk membayar sejumlah utang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran

(3)

tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes, piutang wesel mengharuskan debitur membayar bunga.

Bagi pihak yang berjanji untuk membayar (pembuat wesel) instrumen kreditnya dinamakan wesel bayar, yang tidak lain akan disebut utang wesel.

Sedangkan bagi pihak yang dijanjikan untuk menerima pembayaran instrumennya dinamakan wesel tagih, yang akan dicatat dipembukuan sebagai piutang wesel.

Piutang wesel sama seperti piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debit sesuai dengan saldo normal untuk aktiva. Setelah ditagih (ditagih pembayar), piutang wesel juga akan berkurang disebelah kredit.

Piutang wesel diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar. Piutang wesel yang timbul sebagai akibat penjualan barang secara kredit akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar, sedangkan piutang wesel yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman sejumlah uang kepada debitur akan dilaporkan dalam neraca kreditur sebagai aktiva lancar ataupun aktiva tidak lancar, tergantung pada lamanya jangka waktu pinjaman.

(4)

c. Piutang lain-lain (Other Receivable)

Piutang lain-lain diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca. Contohnya adalah piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada investor sebagai hasil atas investsi), piutang pajak (tagihan perusahaan kepada pemerintah berupa resitusi atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan.

(Gambar 1). Perbedaan antara piutang dagang piutang wesel

Tanpa Bunga kwitansi Piutang dagang

Piutang dagang

Piutang wesel

Nilai nominal + bunga Ada bunga Janji tertulis

(5)

2.2 Pengakuan Piutang

Menurut Hadri dalam bukunya (2008 : 200) Pencatatan atau pengakuan akan adanya piutang yang timbul dari transaksi penjualan secara kredit berkaitan erat dengan prinsip pengakuan (realisasi) pendapatan.

Piutang dagang dan hasil penjualan sebagai pendapatan harus dicatat pada saat terjadinya penjualan. Piutang yang timbul dari transaksi penjualan atau penyerahan jasa secara kredit diakui dengan cara mendebit rekening piutang dagang dan mengkredit rekening penjualan atau pendapatan jasa. Sedang penerimaan kas atau pembayaran dari debitor diakui atau dicatat dengan cara mendebit rekening kas atau bank dan mengkredit rekening piutang dagang.

Jurnalnya dapat dilihat sebagai berikut :

tgl Uraian No. Bukti Debit Kredit

Piutang dagang Penjualan

(mencatat transaksi penjualan secara kredit)

Rp. 5000.000,-

Rp. 5000.000,-

Kas

Piutang dagang (mencatat penerimaan kas dari debitor)

Rp. 3.750.000,-

Rp. 3.750.000,-

(6)

Pengakuan piutang dagang tidak dapat dipandang secara terisolasi dari ketentuan pengakuan pendapatan, yang pada dasarnya mengacu pada prinsip realisasi (pendapatan). Pada prinsipnya piutang dagang harus diakui pada saat yang sama dengan pengakuan hasil penjualan secara kredit sebagai pendapatan, yaitu pada saat berpindahnya hak milik atas barang dari penjualan keepada pembeli, atau pada saat aktivasi pengadaan jasa diselesaikan, dalam hal menyangkut transaksi penyerahan jasa secara kredit.

2.3. Pengendalian Internal atas Piutang Usaha

Kalau kita berbicaramengenai pengendalian internal atas piutang usaha, maka sesungguhnyayang menjadi pusat perhatian kita adalah bagaimana pengamanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas perolehan fisik kas, pemisahan tugas (termasuk masalah otoritaspersetujuan kredit), sampai pada tersedianya data catatan akuntansiyang akurat.

Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Menejer penjualan tidak lah memiliki otoritas atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit pelanggan.

(7)

Apabila bagian penjualan merangkap bagian kredit, maka dikhawatirkan seluruh proposal kredit (tanpa kecuali) yang diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa adanya evaluasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, kemunkinan besar resiko akan muncul terutama terhadap calon pembeli dengan peringkat kredit yang buruk.

Dalam praktik, ketiadaan pemisahaan tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah lagi dengan kurang tepatnya dasar penghitungan komisi, seringkali menimbulkan peluang terjadinya tindakan kecurangan. Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha memperbesar komisi penjualan dengan cara yang tidak benar; diamana oknum bagian penjualan akan membuat seolah-olah penjualan barang dagangan ke pelangan sungguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan secara fiktif (barang tidak dijual ke pelanggan sungguhan namun disembunyikan). Nanti, begitu komisi diperoleh, oknum karyawan tadi akan mengembalikan barang yang telah disembunyikannya, selah-olah telah terjadi retut dari pembeli.

Seperti kita ketahui, penerapan pengendalian internal memang tidak terlepas dari biaya-biaya tambahan yang harus dikorbankan perusahaan.

Dalam hal ini, ingat kembali bahwa perusahaan pada dasarnya harus mempertimbangkan atau membandingkan antara besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan (dalam rangka eefektifnya pemisahaan tugas) dengan

(8)

manfaat yang akan diperoleh. Atas dasar pertimbangan cost dan benefit tadi, apabila perusahaan pada akhirnya lebih memilih untuk merangkap kedua fungsi (antara fungsi persetujuan kredit dan fungsi penjualan), maka dasar penghitungan komisi haruslah berdasarkan pada tingkat kolektibitas piutang, bukan omset penjualan. Artinya, komisi penjualan akan dihitung berdasarkan pada besarnya piutang usaha (yang ditimbulkan dari penjualan kredit) yang telah berhasil ditagih atau dikonversi menjadi uang kas.

Akan tetapi secara normatif, jika kita berbicara mengenai pemisahan tugas (dalam kaitannya dengan pengendalian internal atas piutang usaha), maka harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit, bagian penjualan, bagian pencatatan (akuntansi), dan bagian penagihan.

Fungsi persetujuan kredut da fungsi pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan.

2.4. Penilaian Piutang Dagang

Menurut Muhammad, Said, dalam bukunya (2005 : 70) menyatakan

“Untuk melaporkan piutang dagang atau usaha dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan, yaitu jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih”. Jumlah piutang usaha atau dagang tersebut dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih dengan jumlah piutang usaha bruto. Ini berarti bahwa piutang usaha harus dicatat bersih

(9)

setelah memperhitungkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih, potongan penjualan, retur serta pengurangan harga jual yang diantisipasikan.

2.5. Piutang Tidak Tertagih

Dalam sebuah praktik bisnis yang mengandalkan penjualan barang secara kredit, masalah adanya piutang yang tidak tertagih sudah menjadi hal biasa. Oleh sebab itu, dalm akuntansi, adanya piutang tidak tertagih diakui keberadaannya sehingga membentuk satu perkiraan tersendiri yaitu beban piutang tudak tertagih dan cadangan piutang tidak tertagih. Terdapat 2 kebijakan akuntansi atas piutang tidak tertagh ini yaitu kebijakan penghapusan langsung dan kebijakan estimasi atau taksiran.

Kebijakan penghapusan langsung menggunakan asumsi bahwa piutang yag dianggap tak akan tertagih sulit untuk diterima di kemudian hari.

Ini artinya, ada saja dari bagian piutang dagang yang tidak tertagih dan harus dihapus saja dari buku. Namun sebaliknya kebijakan estimasi atau taksiran piutang tidak tertagih menganggap bahwa sbagian dari piutang yang tidak tertagih, masih sangat mungkin untuk diterima dikemudian hari. Berdasrkan asumsi tersebut, maka dalm akuntansi terdapat dua metode untuk piutang tidak tertagih, yaitu :

1. Metode penghapusan langsung (write-off) 2. Metode cadangan/estimasi (Allowance)

(10)

2.5.1. Metode penghapusan langsung (write-o ff)

Metode penghapun langsung merupakan metode yang tegas dan tidak berandai-andai atas piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu. Apabila ada suatu estimasi bahwa sebagian dari piutang tidak akan tertagih, maka metode ini langsung menghapusnya dari buku perusahaan dengan mendebit perkiraan “piutang tidak tertagih” dan mengkreditkan “Piutang Dagang”.

Apabila dijurnal, maka akan kelihatan sebagai berikut :

Beban Piutang Tidak Tertagih xxx

Piutang Usaha xxx

Factor-faktor atau perihal yang membuat metode hapus langsung ini dipakai adalah :

1. Terdapatnya sebuah situasi yang di mana memang sangat tidak memungkinkan bagi perusahaan untuk mengestimasi besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih sampai dengan akhir periode, atau

2. Khusus bagi perusahaan yang menjual sebagian besar barang atau jasanya secara tunai, sehingga jumlah beban atas piutang usaha yang tidak dapat ditagih boleh dibilang sangat tidak material. Untuk hal yang kedua ini, tentu saja bahwa jumlah piutang usaha yang ditimbulkan dari kegiatan bisnis perusahaan hampir dapat dipastikan sangat kecil sekali.

(11)

2.5.2. Metode Cadangan / Estimasi

Merupakan metode yang masih mengasumsikan bahwa sebagian atau keseluruhan dari piutang tidak tertagih akan dapat diterima kembali pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, anggapan terhadap piutang tidak tertagih masih merupakan sebuah estimasi atau taksiran di mana pada masa yang akan datang masih bisa tetap ditagih. Apabila terdapat piutang tidak tertagih, diakhir tahun periode akuntansi akan dijurnal dengan cara mendebitkan “beban piutang tidak tertagih” dan mengkreditkan “cadangan piutang tidak tertagih” secara jurnal maka akan kelihatan sebagai berikut :

Beban Piutang Tidak Tertagih xxx

Cadangann Piutang Tidak Tertagih xxx

Nantinya begitu perusahaan mendapati bahwa ada pelanggan tertentu yang tidak bisa membayar, maka ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat penghapusan piutang atas pelanggan aktual tersebut adalah sebagai berikut :

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Piutang usaha-Tn. Y xxx

Kadangkala setelah perusahaan menghapus piutang usahanya atas pelanggan tertentu, kemudian ternyata pelanggannya tersebut beritikad baik dengan membayar sebagian uang. Untuk mencatat perolehan kembali atas sebagian dari piutangnya yang telah dihapus, perusahaan pertama kali harus

(12)

membalik jurnal penghapusa piutang yang telah dibuat di atas (tetapi hanya sebesar jumlah yang perusahaan dapat tagih kembali) dan lalu mencatat hasil penagiahan tersebut.

Piutang usaha-Tn. Y xxx

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Kas xxx

Piutang usaha-Tn. Y xxx

2.5.3. Dasar yang digunakan untuk mencatat estimasi

Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah yang dianggap tidak tertagih, yaitu :

1. presentasi Penjualan 2. presentasi Piutang

kedua dasar ini berlaku umum, pemilihan dasar yang akan digunakan sepenuhnya bergantung pada keputusan manajemen. Metode presentasi penjualan ini dianamakan sebagai metode laporan laba rugi, sebuah presentasi tertentu dari total penjualan kredit ditentukan dan digunakan untuk menghitung besarnya estimasi beban kredit macet. Metode

(13)

ini fokus pada penanandingan yang layak atas beban piutang tak tertagih terhadapa besarnya pendapatan penjualan terkait.

Sedangkan metode presentasi piutang, menekankan penilain piutang usaha pada niali bersihnya yang dapat direalisasi, yang nantinya akan dilapokan dalam neraca. Atau dengan kata lain, cara ini fokus pada penentuan figur piutang usaha yang realistis dapat ditagih .

2.6. Penggunaan Piutang Untuk Memenuhi Kebutuhan Kas

Sering kali perusahaan membutuhkan uang yang melebihi jumlah kas yang tersedia. Kebutuhan kas ini dapat dipenuhi dengan piutang. Terdapat dau cara penggunaan piutang untuk memenuhi kebutuhan kas segera, yaitu :

1. Piutang dipakai sebagai jaminan

Perusahaan yang memerlukan kas dengan segera dapat meminjam ke bank atau lembaga lainnya dengan jaminan berbentuk piutang usaha.

Hasil tagihan dari pelanggan biasanya diapakai untuk melunasi utang.

Jika terdapat pelanggan yang tidak dapat ditagih, maka menjadi tanggung jawab peminjam (perusahaan yang meminjamkan piutang) untuk mengganti jaminannya dengan piutang lain.

(14)

2. Menjual Piutang

Kebutuhan uang segera dapat dipenuhi dengan menjual piutang usaha ke bank atau lemabaga kredit atau ke perusahaan anjak piutang.

Semua kemungkinan dan resiko yang timbul berkaitan dengan piutang tersebut menjadi tanggung jawab pihak perusahaan yang membelinya.

Sebagai contoh, karena membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat, PT. Roda Niaga menjual piutang senilai Rp.500.000.000. syarat pembayara yang diterapkan perusahaan adalah 2/10, n/30. Cadangan kerugian yang sudah dibentuk sebesar Rp.20.000.000. Piutang sebesar Rp.500 juta ini dibeli oleh PT. Kunci Mas (sebuah perusahaan anjak piutang) seharga Rp.450.000.000. Setelah diteliti, piutang yang masih dalam masa potongan adalah Rp.400.000.000. jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut :

Kas

Potongan penjualan Cadangan kerugian piutang Kerugian anjak piutang

Piutang usaha

450.000.000 8.000.000 20.000.000 22.000.000

500.000.000

(15)

3. Mendiskontokan Wesel

Kebutuhan kas segera juga dapat dipenuhi dengan meminjam uang ke bank atau lembaga lain dengan jaminan (mendiskontokan) wesel tagih (janji tertulis tidak bersyarat dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang). Jika pada saat wesel jatuh tempo dan pihak penerbit wesel tidak melunasi kewajibannya, maka pihak yang mendiskontokan wesel bertanggung jawab terhadap pelunasan kewajiban kepada pihak kreditor

Sebagai contoh, PT. Kunci Mas memiliki wesl tagih bernilai nomial Rp.400.000.000. wesel tagih bertanggal 1 April 2012 tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2012. Pada tanggal 21 April 2012, PT. Kunci Mas mendiskontokan wesel tagih trsebut dengan tingkat diskonto 15%.

Berkaitan dengan pendiskontoan wesel tagih ini, maka slah satu langakah yang perlu dilakukan adalah menghitung hari diskonto.

- Apri = tanggal 21 s/d 30 = 10 hari - Mei = tanggal 1 s/d 31 = 31 hari - Juni = tanggal 1 s/d 30 = 30 hari - Juli (tanggal jatuh tempo) = 1 hari - Jumah hari diskonto = 72 hari

(16)

Jika wesel tersebut tidak berbunga, maka jumlah uang yang diterima oleh PT. Kunci Mas adalah nilai nomial wesel dikurangi dengan diskontonya, yaitu :

- Nominal wesel = Rp.400.000.000

- Diskonto = 400.000.000 x 72/360 x 15% = Rp. (12.000.000)

- Uang yang diterima = Rp.388.000.000

Jadi, jurnal yang dibuat untuk transaksi pendiskontoan wesel tersebut adalah sebagai berikut :

Kas

Beban Bunga Wesel Tagih

388.000.000 12.000.000

400.000.000

Jika wesel tersebut berbunga 24% per tahun, maka jumlah uang yag diterima oleh PT. Kunci Mas adalah :

- Nominal wesel = Rp.400.000.000

- Bunga wesel = 400.000.000 x 12% x 3/12 = Rp. 24.000.000

- Nilai jatuh tempo = Rp.424.000.000

- Diskonto = 400.0000.000 x 15% x 72/360 =Rp. (12.000.000) - Jumlah uang yang diterima =Rp.412.000.000

(17)

Jadi, jurnal yang dibuat untuk transaksi pendiskontoan wese tersebut adalah sebagai berikut :

Kas

Wesel tagih Pendapatan bunga

412.000.000

400.000.000 12.000.000

Referensi

Dokumen terkait

a) Neraca; adalah ringkasan mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu yang menunjukkan Aktiva sama dengan Kewajiban ditambah Ekuitas. Aktiva terdiri atas Aktiva Lancar dan

a) Risiko Kredit adalah risiko yang timbul akibat kegagalan nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Dalam hal ini

Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutangutimbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan

1) Aktiva berupa investasi, aktiva lancar diluar investasi, aktiva operasional dan aktiva lain-lain. Investasi pada aktiva bersih harus dinilai berdasarkan nilai wajar

Sedangkan menurut Rudianto (2012 : 210) “Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. dalam kegiatan normal

CAMEL di bawah 81 memperlihatkan kondisi keuangan yang lemah yang ditunjukkan oleh neraca bank, seperti rasio kredit taklancar terhadap total aktiva yang

Piutang dagang adalah piutang yang diakibatkan oleh penjualan yang dilakukan secara kredit sedangkan piutang wesel adalah piutang yang didukung dengan adanya

1) Aktiva lancar, yaitu yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu kurang dari satu tahun. Misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang. Aktiva