9
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi Dana PensiunSesuai UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun”
Dalam PP No. 77 Tahun 1992, Dana Pensiun adalah Dana Pensiun Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
Sedangkan menurut PSAK No. 18, Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
Dari definisi-definisi diatas yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dapat disimpulkan bahwa lembaga dana pensiun didirikan sesuai peraturan dan hukum yang berlaku di suatu negara, yang menjalankan fungsinya untuk mengelola dana milik peserta yang manfaatnya akan digunakan pada saat peserta telah mencapai usia pensiun.
10
B.
Lembaga Keuangan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)Di dalam UU No 11 tahun 1992 disebutkan bahwa Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan ProgramPensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau scluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja;
Sedangkan menurut PSAK No. 18, Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku sendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya, sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban bagi pemberi kerja. (PSAK No. 18)
Dari peraturan-peraturan diatas, dijelaskan bahwa DPPK didirikan oleh orang atau badan usaha yang mempekerjakan karyawan, dan pesertanya terbatas pada perusahaan yg mendirikan DPPK tersebut dan Mitra Pendiri (apabila ada). Antara DPPK, mitra kerja (apabila ada) dan peserta harus memiliki hubungan industrial. sedangkan untuk Dewan Pengawas dan Pengurus ditunjuk sendiri oleh perusahaan pendiri DPPK.
11
Selain itu pada lembaga keuangan DPPK terdapat dua pilihan program pensiunnya yaitu
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) 2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).
Untuk 1 (satu) DPPK tidak boleh menyelenggarakan 2 program PPMP dan PPIP sekaligus akan tetapi kalau 1 Pendiri mau mendirikan 2 (dua) DPPK, 1 (satu) untuk program PPMP dan 1 (satu) untuk program PPIP, maka hal ini diperbolehkan. Usia pensiun dalam DPPK sudah ditentukan dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) dan peserta tidak bisa menentukan usia pensiunnya sendiri-sendiri, rata-rata DPPK yang ada di Indonesia ini menentukan untuk usia pensiun normal 55 tahun dan untuk usia pensiun dipercepat 45 tahun.
Pada gambar 2.1 dijelaskan sumber iuran dana pensiun baik DPPK maupun DPLK, dimana
1. Pemberi kerja
2. Pemberi kerja dan peserta
12
Menurut Irmayanto (2002No. 230/KMK.017/1993 mengatur batas iuran maksimum
1. Iuran peserta : 7,5% x gaji dasar pensiun 2. Iuran pemberi kerja : 12,5% x gaji dasar pensiun 3. Jumlah Iuran : 20% x gaji dasar pensiun
Dalam DPPK dengan program PPIP, total iuran baik dari pemberi kerja maupun dari peserta (apabila Peserta diwajibkan membayar iuran) maksimal 20% dari PhDP (penghasilan dasar pensiun) [KMK 343/1998 Psl 16 (1)]. Sedangkan untuk PPMP manfaat pensiunnya tidak pasti tergantung dari besarnya iuran dan hasil pengembanganya, apabila hasil pengembangan
13
bagus, maka manfaat pensiunya pun akan bagus pula sedangkan apabila hasil pengembanganya kurang bagus, maka manfaat pensiunnya pun menjadi kecil.
Dalam tabel dibawah ini dijelaskan lebih rinci mengenai perbedaan PPIP dan PPMP pada DPPK
Tabel 2.1
Perbedaan PPIP dan PPMP pada DPPK
Keterangan PPMP PPIP
1. Penyelenggara Hanya dapat diselenggarakan oleh DPPK
Dapat diselenggarakan baik oleh DPPK maupun DPLK 2. Manfaat Pensiun
(MP)
• Besarnya manfaat pensiun sudah pasti, ditentukan dalam PDP dengan rumus tertentu.
• Tidak ada risiko besarnya MP bagi peserta
• Besarnya manfaat pensiun tidak pasti (sangat tergantung dari besarnya iuran dan hasil pengembangan)
• Ada risiko besarnya manfaat pensiun bagi peserta
3. Iuran Peserta • Besarnya iuran peserta (apabila ada) sudah pasti ditetapkan dalam PDP
• Besarnya iuran peserta (apabila ada) sudah pasti ditetapkan dalam PDP
14
• Besarnya iuran pemberi kerja tidak pasti dihitung oleh aktuaris, tergantung dari kecukupan dana untuk memenuhi kewajiban membayar MP yang besarnya sudah pasti
• Ada risiko pendanaan (iuran) bagi pemberi kerja
• Besarnya iuran pemberi kerja sudah pasti ditetapkan dalam PDP
• Tidak ada risiko pendanaan bagi pemberi kerja
4. Past Service Liability (PSL)
• Pada umumnya PSL diakui
• Konsekuensi pendanaan atas pengakuan PSL sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemberi kerja
• Peserta tidak boleh dibebani pendanaan atas PSL
• Tidak dikenal adanya PSL
5. Kenaikan Manfaat Pensiun
Dalam PDP dapat dijanjikan kenaikan manfaat pensiun guna mengimbangi kenaikan harga agar riil MP tidak habis termakan
Dalam PDP tidak ada dijanjikan kenaikan manfaat pensiun, sehingga nilai riil manfaat pensiun dapat habis
15
oleh inflasi termakan inflasi
6. Surplus • Apabila terjadi surplus pendanaan (kekayaan >
kewajiban akturia)
• Pemberi kerja dapat menikmati surplus pendanaan (bisa terjadi pemberi kerja tidak perlu membayar iuran kerja karena telah terjadi surplus pendanaan)
• Tidak dikenal adanya surplus sepanjang masa kerja, pemberi kerja harus membayar iuran, sebesar yang telah ditetapkan PDP
7. Defisit • Apabila terjadi defisit pendanaan (kekayaan untuk pendanaan< kewajiban akturia) Pemberi kerja harus menambah iuran
• Apabila defisit, iuran tambahan dapat dibayar lunas atau diamortisasi
• Peserta tidak boleh dibebani iuran tambahan untuk menutup
• Tidak dikenal defisit
• Disebut dana terpenuhi apabila seluruh iuran telah jatuh tempo telah dibayar lunas ke Dana Pensiun
16 defisit
8. Risiko Investasi Pada pemberi kerja Pada peserta
9. Administrasi dana Bersifat kelompok dan berkaitan dengan aspek aktuaria
• Individual account
• Iuran pemberi kerja dan iuran peserta (apabila ada) dan hasil pengembangannya dibukukan untuk dan atas nama rekening masing-masing
peserta sebagai MP 10. Laporan aktuaris Mutlak diperlukan pada saat
pendirian, secara berkala, dan setiap waktu apabila ada perubahan peraturan dana pensiunyang mengakibatkan perubahan, penggabungan, pemisahan dana pensiun
Tidak diperlukan karena kurang relevansinya
11. Pembayaran MP bulanan
Ada 2 opsi
• Dibayarkan sendiri oleh
Harus dialihkan ke perusahaan asuransi jiwa
17 DPPK atau
• Dialihkan ke perusahaan asuransi jiwa
12. Pajak atas MP • Kalau MP dibayarkan sendiri oleh DPPK, pajak dikenakan setiap bulannya pada saat manfaat dibayarkan pada peserta
• Kalau pajak dialihkan kepada perusahaan asuransi jiwa pajak dikenakan dimuka beserta final atas dana yang dibelikan anuitas
13. Tanggung jawab pembayaran
manfaat pasti
• Kalau manfaat peserta dibayarkan oleh DPPK, pendiri/ dana pensiun tetap bertanggung jawab untuk memenuhi pembayaran MP kepada peserta dan pihak- pihak yang berhak atas MP sampai selesai.
Tanggung jawab pembayaran MP secara
bulanan kepada peserta dan pihak-pihak yang berhak atas MP beralih kepada perusahaan asuransi jiwa. Kalau salah
pilih peserta dihadapkan
18
Sumber : http://gusbandi.blogspot.com/2010/02/perbedaan-ppmp- ppip-pada-dppk.html
Pada tabel 2.1 jelas disebutkan bahwa PPMP hanya boleh menjadi program lembaga keuangan DPPK. Besarnya hasil akhir yang akan diterima oleh peserta sudah pasti jumlah nominalnya karena sebelumnya telah dihitung oleh aktuaris. Akan tetapi, belum pasti untuk PPIP karena jumlah iuran yang dibayarkan oleh peserta disetiap waktu nya berbeda-beda, besarnya gaji, jabatan peserta, bisa mempengaruhi hasil akhir dari program ini.
Bagi peserta program dana pensiun akan lebih menguntungkan mengikuti program PPMP, karena apabila ada kekurangan bayar dana manfaat akan dibebankan pada iuran pemberi kerja, iuran hasilnya pun bisa berkembang, tidak termakan oleh inflasi, dan peserta juga tidak boleh dibebankan Past Service Liability (PSL). Akan tetapi hal ini merupakan suatu kerugian bagi pemberi kerja karena pemberi kerja harus mengeluarkan pengeluaran lebih untuk membayarkan dana pensiun pegawainya. Inilah sebabnya, mengapa lembaga dana pensiun dengan program PPMP mengalami penurunan dan tidak berkembang di Indonesia, sedangkan lembaga dana
• Kalau pembayaran MP dialihkan kepada perusahaan asuransi jiwa
pada risiko yang sangat tinggi
19
pensiun dengan program PPIP mengalami kenaikan dan tetap bertahan di kondisi perekonomian Indonesia.
C.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)Pada PSAK No. 18 dijelaskan bahwa “Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun Pekerja Mandiri, yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan”
Dan menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, “Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Perusahaan asuransi jiwa yang ingin mendirikan DPPK, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pemenuhan tingkat solvabilitas yang ditetapkan dalam peraturan perundangan di bidang perasuransian selama 8 triwulan terakhir. Syarat ini dipenuhi dengan menyampaikan surat rekomendasi dari instansi pengawas usaha perasuransian, yang menunjukkan pertimbangan
20
mengenai tingkat solvabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa yang bersangkutan. (Ref: Pasal 3 butir 1 KMK 228/1993 Jo Pasal I KMK 802/1993);
2. Pembuktian bahwa Perusahaan Asuransi Jiwa memiliki kinerja investasi yang sehat (Ref: Pasal 3 butir 3 KMK 228/1993 Jo KMK 802/1993) dengan menunjukkan sekurang-kurangnya:
3. Hasil yang memadai dari portofolio investasi;
4. Penempatan investasi yg tidak menyimpang dari ketentuan tentang investasi yang berlaku di bidang perasuransian (Ref: Pasal 4 KMK 228/1993 Jo KMK 802/1993) dengan menyampaikan surat rekomendasi dari instansi pengawas usaha perasuransian yang menunjukkan pemenuhan terhadap syarat di atas. (Pasal 9 ayat (1) KMK 228/1993 Jo KMK 802/1993);
5. Pemenuhan tingkat pembatalan pertanggungan Perusahaan Asuransi Jiwa selama 2 (dua) tahun terakhir (Ref: Pasal 3 butir 4 dan Pasal 5 ayat (1) KMK 228 jo Pasal I KMK 802) dengan menyampaikan surat dari instansi pengawas usaha perasuransian yang menunjukkan dipenuhinya persyaratan yang terdiri pernyataan pendiri atas kesediaan untuk menyampaikan hasil penilaian solvabilitas dan laporan investasi Perusahaan Asuransi Jiwa setiap triwulan (Ref: Pasal 3 butir 5 KMK
21
228/1993 Jo Pasal I KMK 802/1993); dan tah menjalankan usahanya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Dan apabila yang akan mendirikan DPLK adalah bank umum, maka syarat harus dipenuhi antara lain:
1. Pemenuhan tingkat kesehatan Bank dengan menyampaikan Surat rekomendasi yang menunjukkan pertimbangan Bank Indonesia mengenai tingkat kesehatan bank dan ketaatan pada ketentuan tentang investasi (Ref: Pasal 6 ayat (1) butir a s.d. d dan Pasal 9 ayat (1) KMK 228/1993 Jo Pasal I KMK 802/1993);
2. Pernyataan Pendiri atas kesediaan untuk menyampaikan laporan tingkat kesehatan bank secara kesuluruhan serta aspek permodalan, kualitas aktiva produktif dan pemenuhan BMPK setiap triwulan. (Ref : Pasal 6 ayat (3) KMK 228/1993 Jo Pasal I KMK 802/1993).
Peserta DPLK adalah perorangan atau pribadi baik karyawan suatu lembaga atau perusahaan maupun pekerja mandiri. Pekerja Mandiri yang dimaksud adalah pekerja atas usaha sendiri yang bukan merupakan karyawan dari orang atau badan usaha.
22 D. Akuntansi Dana Pensiun
Pengertian akuntasi menurut warren dkk (2005:10) menjelaskan bahwa secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu system informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi perusahaan
1. Jurnal Pencatatan Akuntansi Dana Pensiun
Pencatatan Transaksi Keuangan pada Dana Pensiun menurut Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan : KEP-2345/LK/2003
a. Penerimaan iuran pensiun
Akan dicatat dengan mendebet akun kas atau bank dan mengkredit akun iuran dana pensiun. Jurnal untuk mencatat penerimaan pensiun adalah sebagai berikut
(Dr) Kas/ bank xxx
(Cr) Iuran Pensiun-Pemberi kerja xxx
(Cr) Iuran Pensiun-Peserta xxx
b. Pencatatan Pembayaran Manfaat Pensiun
Hak manfaat pensiun para peserta sebelum dibayarkan adalah kewajiban bagi dana pensiun yang dimasukkan ke dalam akun kewajiban akturia. Oleh karena itu, bila peserta pensiun dan
23
menerima hak manfaat pensiun, di dalam pencatatannya akan mengurangi kewajiban akturial dengan jurnal
(Dr) Manfaat Pensiun xxx
(Cr) Kas xxx
c. Beban investasi
Terdiri dari beban transaksi, beban transaksi, beban pemeliharaan tanah dan bangungan, beban pensyusutan bangunan, beban manajer investasi, dan beban investasi lain. Jurnal yang dibuat untuk mengakui beban tersebut adalah sebagai berikut
Beban transaksi (dibayar tunai)
(Dr) Beban investasi-transaksi xxx
(Cr) Kas xxx
Beban pemeliharaan tanah dan bangunan (dibayar tunai) (Dr) Beban invetasi-Pemeliharaan tanah dan bangunan xxx
(Cr) Kas xxx
Beban penyusutan bangunan
(Dr) Beban Investasi-Penyusutan Bangunan Investasi xxx (Cr) Akumulasi Penyusutan Bangunan-Investasi Bangunan
xxx Beban manajer investasi (dibayar tunai)
(Dr) Beban Investasi-Manajer Investasi xxx
24
(Cr) Kas xxx
Beban Investasi lain (dibayar tunai)
(Dr) Beban Investasi-Beban Investasi lain xxx
(Cr) Kas xxx
d. Beban Operasional
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor KEP-2345/LK/2003, beban operasional terdiri dari gaji/honor karyawan, pengurus, dan dewan pengawas, beban kantor, beban pemeliharaan, beban penyusutan, beban jasa piihak ketiga, dan operasional lain. Jurnal yang dibuat untuk mengakui beban tersebut adalah sebagai berikut
Gaji/honor karyawan, pengurus dan dewan pengawas 9dibayar tunai)
(Dr) Beban operasional-gaji/honor karyawan xxx (Dr) Pengurus dan dewan pengawas xxx
(Cr) Kas xxx
Beban kantor (dibayar tunai)
(Dr) Beban operasional – Beban kantor xxx
(Cr) Kas xxx
Beban Pemeliharaan (dibayar tunai)
25
(Dr) Beban Operasional – Beban Pemeliharaan xxx
(Cr) Kas xxx
Beban Penyusutan
(Dr) Beban operasional –Beban Penyusutan xxx
(Cr) Akumulasi Penyusutan xxx
Beban Jasa Pihak Ketiga (dibayar tunai)
(Dr) Beban Operasional – Beban jasa Pihak Ketiga xxx
(Cr) Kas xxx
Beban Operasional lain (dibayar tunai)
(Dr) Beban Operasional – Beban Operasional lain xxx
(Cr)Kas xxx
e. Pencatatan Pendapatan
Pendapatan pada dana pensiun terdiri dari pendapatan bungan, pendapatan dividen, pendapatan sewa, laba/rugi, pelepasan investasi, dan pendapatan investasi lain. Jurnal yang dibuat untuk mengakui pendapatan adalah sebagai berikut
Pendapatan bunga
(Dr) Kas/ piutang hasil investasi xxx
(Cr) Pendapatan investasi bunga xxx
Pendapatan dividen
(Dr) Kas/ Piutang hasil investasi xxx
26
(Cr) Pendapatan Investasi-Dividen xxx Pendapatan Sewa
(Dr) Kas/ Piutang hasil investasi xxx
(Cr) Pendapatan investasi sewa xxx
Laba/ rugi pelepasan investasi (dicatat bersamaan dengan transaksi penjualan investasi, diambil contoh investasi dalam saham, posisi, laba)
(Dr) Kas/ Piutang investasi xxx
(Dr) Beban investasi-transaksi xxx
(Cr) Saham xxx
(Cr) Laba pelepasan investasi xxx
Pendapatan investasi lain
(Dr) Kas/ Piutang hasil investasi xxx (Cr) Pendapatan investasi-pendapatan investasi lain xxx
2. Laporan Akuntansi Dana Pensiun
Laporan akuntansi dana Pensiun, baik program PPMP dan PPIP mencakup antara lain:
a. Laporan aktiva bersih
merupakan laporan yang menggambarkan kekayaan bersih dana pensiun yang tersedia berdasarkan nilai wajar untuk membayar
27
manfaat kepada peserta. Komponen aktiva bersih dana pensiun adalah sebagai berikut:
1) Aktiva berupa investasi, aktiva lancar diluar investasi, aktiva operasional dan aktiva lain-lain. Investasi pada aktiva bersih harus dinilai berdasarkan nilai wajar sebagaimana diatur dalam surat keputusan menteri keuangan Nomor 76/KMK.017/1995 tentang laporan keuangan. Sedangkan aktiva operasionalnya disajikan berdasarkan nilai buku.
2) Kewajiban berupa kewajiban jangka pendek, dimana besarnya aktiva bersih adalah selisih antara jumlah aktiva dana pensiun dengan kewajiban selain kewajiban manfaat pensiun yang belum jatuh tempo.
Total seluruh aktiva dana pensiun tidak termasuk past service liability yang belum jatuh tempo, dikurangsi seluruh kewajiban, menunjukkan jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk memenuhi kewajiban manfaat pensiun pada tanggal pelaporan.
b. Laporan perubahan aktiva bersih merupakan laporan yang dapat memberikan informasi mengenai perubahan atas jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun serta menguraikan
28
penyebab terjadinya perubahan dari suat periode tertentu. Dalam uraian tersebut dipisahkan antara lain :
1) Penambahan aktiva bersih dana pensiun yang terdiri dari pendapatan investasi, peningkatan atau penurunan investasi, iuran jatuh tempo, pendapatan di luar investasi, pengalihan dana dari dana pensiun lainnya.
2) Pengurangan aktiva bersih dana pensiun terdiri dari beban investasi, beban operasional, beban di luar investasi dan operasional, manfaat pensiun, dan pengalihan dana ke dana pensiun lain. Laporan ini harus disajikan dengan format standar.
c. Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan keadaan keuangan dana pensiun pada saat tertentu dan terdiri dari kekayaan atau aktiva yang dimiliki serta kewajiban yang harus dipenuhi.
Laporan ini berazas utama biaya historis khusus untuk investasi yang ditentukan juga nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan sebagai selisih penilaian investasi (SPI)
d. Perhitungan hasil usaha
Menggambarkan hasil usaha dana pensiun pada periode yang bersangkutan. Supaya hasil usaha dapat memberikan informasi yang jelas, maka harus dipisahkan antara unsur pendapatan dan
29
beban dan juta antara kegiatan investas dan kegiatan diluar investasi. Komponen perhitungan hasil usaha dana pensiun adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan investasi 2) Beban investasi 3) Beban operasional
4) Pendapatan dan beban lain-lain e. Laporan arus kas
laporan ini dapat memberikan infonrasi kepada para pemakai laporan keuangan yang mengevaluasi perubahan aktiva bersih dalam pengaruhnya terhadap penerimaan dan penggunaan kas. Agar dapat menggambarkan kondisi kas sejelas-jelasnya maka laporan ini terdiri dari
1) Arus kas kegiatan investasi 2) Arus kas kegiatan operasional 3) Arus kas kegiatan pendanaan f. Catatan atas Laporan Keuangan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan-laporan tersebut.
Catatan atas laporan ini perlu mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
30
1) Penjelasan umum mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode pelaporan seperti : nama pendiri dana pensiun dan mitra pendirinya (jika ada); kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun, jumlah peserta program pensiun dan jumlah pensiunan; jenis program pensiun; iuran yang berasal dari peserta (jika ada); dll
2) Penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode laporan
3) Penjelasan singkat mengenai kebijaksanaan akuntasi yang penting
4) Penjelasan mengenai kebijaksanaan investasi 5) Penjelasan mengenai kebijaksanaan pendanaan
6) Rincian pembayaran manfaat pensiun untuk tahun berjalan 7) Rincian portfolio investasi
8) Perhitungan hasil usaha dana pensiun sebagai dasar perhitungan pajak yang terhutang
Menurut surat keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Nomor 2959/LK/1995 dan PSAK No. 18, asumsi dasar yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
31
a. Pembukuan secara akrual. Agar dapat memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban yang belum dibayar serta pembayaran pembayaran dimuka yang memberikan manfaat dimasa yang akan dating.
b. Penerapan prinsip kelangsungan usaha yang berkesinambungan.