• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Dalam Garis Besar Program Pembelajaran ( GBPP )terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas: 1994 )

2.1.2. Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha(berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian (Purwadarminta: 109 )

Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika.

2.1.3. Hasil Belajar.

Prestasi belajar berasal dari kata “ prestasi “ dan “belajar’ prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995: 787). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud, 1995: 14). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru.

(2)

Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.

2.1.4. Teknik

Dalam umum bahasa Indonesia teknik diartikan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (Purwadarminta: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan

2.1.5. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Asosiasi Pendidikan Nasional menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Arief S. Sadiman, dkk, 2008). Lesle J. Briggs berpendapat bahwa media adalah alat untuk member perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. Brown mengatakan bahwa media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar (Ridha Sarwono, 2008).

Media dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:

1) Media visual: yaitu media yang hanya dilihat, seperti foto, gambar, grafik.

2) Media Audio: adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti radio, MP3 player, ipod.

3) Media Audio Visual: yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video, televisi.

4) Multimedia: yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti suara, animasi, video, dan film.

(3)

5) Media realita: yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang, air, sawah, dan sebagainya.

Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengguaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan motifasi belajar siswa (Ridha Sarwono, 2008). Secara umum media mempunyai kegunaan memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka); mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra; menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama; memungkinkan anak didik belajar mandiri menurut kemampuan dan minatnya (Arief S. Sadiman, dkk, 2008).

Kriteria dalam memilih media pelajaran adalah sebagai ketepatan dengan tujuan pengajaran; dukungan terhadap isi bahan pelajaran; adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa; media yang dipergunakan mudah diperoleh, murah, sederhana, dan praktis penggunaannya; keterampilan guru menggunakan media dalam proses pengajaran; tersedia waktu untukmenggunakannya, sehinggan media tersebut dapat dimanfaatkan siswa selama pengajaran berlangsung; sesuai dengan taraf berpikir siswa (Arief S. Sadiman,dkk, 2008).

Media Pembelajaran sangat berperan dalam PBM. Media pembelajaran dapat mempertinggi PBM siswa yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi proses belajar yang dicapai. Ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran mempertinggi PBM. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran yang antara lain pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motifasi belajar, bahan akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai tujuan pembelajaran lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak merasa bosan. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru saja. Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa, taraf berpikir manusia mengikuti tahap pekembangan mulai

(4)

dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Melalui media pembelajaran, hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan (Nana Sudjana, 2001). Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Objek dari matematika adalah benda-benda pikiran yang sifatnya abstrak. Berarti objek matematika tidak dapat ditangkap /diamati dengan panca indera. Dengan demikian tidak mengherankan jika matematika tidak mudah difahami oleh sebagian siswa SD/ MI. Benda-benda pikiran yang bersifat abstrak tersebut dapat berasal dari Benda-benda-Benda-benda nyata yang sifatnya konkrit dengan melalui abstraksi dan idealisasi. Dengan demikian hal yang abstrak tersebut dapat dikurangi keabstakkannya dengan menggunakan model-model benda kongkrit. Model benda nyata yang digunakan untuk mengurangi keabstrakan materi matematika tersebut dinamakan alat peraga pembelajaran matematika.

Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai suatu perangkat benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dengan alat peraga hal-hal yang abstrak itu dapat disajikan dalam bentuk model-model berupa benda konkrit yang dapat dilihat, dipegang diputarbalikkan sehingga mudah difahami.

2.1.6. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media termasuk alat peraga, dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa dua orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.

b Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.

c. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

d. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. e. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

(5)

g. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.

Hamalik (1986) menemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan akan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad), mengemukakan terdapat empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual , yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris.

a. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak disenangi sehingga mereka tidak memperhatikan .

b. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi menyangkut masalah sosial.

c. Fungsi kognitif, media dapat terlhat dari temuan-temuan penelitian yang menggunakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca atau mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

(6)

2,1.7. Media Asli Sebagai Sumber

Media memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Media mampu membantu guru dalam mengungkapkan pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Fungsi dan peranan media pembelajaran yaitu (1)menangkap suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu,(2)memanipulasi keadaan, peristiwa-peristiwa, atau obyek tertentu, (3) menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Dari beberapa fungsi diatas media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa sehingga dapat memotivasi belajar siswa (Sutrisno 2008).

Media asli merupakan media paling nyata yang sangat membantu guru dalam menerapkan sesuatu kepada siswanya. Pengajaran realitas yang diselenggarakan di kelas dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan. Dalam mempergunakan benda-benda asli untuk tujuan pengajaran menurut Sudjana (2001) guru hendaknya memperhitungkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dimanfaatkan di kelas secara efisien,

(2) Bagaimana caranya agar semua benda itu bersesuaian sekali terhadap pola belajar siswa,

(3) Darimana sumbernya untuk memperoleh benda-benda itu. 2.1.8. Alat Peraga

Briggs dalam Noehi Nasution (2004, 7.3) berpendapat bahwa harus ada suatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena itu dia mendifinisikan alat peraga sebagai alat peraga sebagai; ”wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran”.

Terlepas dari ragamnya pengertian tentang alat peraga, jelaslah bagi kita bahwa alat peraga sebagai alat bantu dalam pembelajaran memiliki fungsi yang jelas, yaitu: memperjelas, memudahkan siswa dalam memahami konsep/prinsip atau teori, dan

(7)

membuat pesan kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa menarik, sehinggga motivasi belajar siswa meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efesien. 2.1.9. Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Pada dasarnya anak belajar melalui benda kongkrit. Untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau media. Benda-benda tersebut biasanya disebut dengan alat peraga. Penggunaan alat peraga tidak hanya pembentukan konsep anak, tetapi dapat pula digunakan utuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Beberapa macam alat peraga pembelajaran matematika antara lain:

1) Alat peraga Kekekalan Luas

Luas daerah persegi panjang, luas daerah persegi, luas daerah segitiga, luas daerah lingkaran, dalil Pythagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan balok, luas permukaan limas, tangram

2) Alat Peraga Kekekalan Panjang

Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung dan batang cuisenaire

3) Alat Peraga Kekekalan Volume

Blok Dienes, volume kubus, volum balok, volum prisma, volum tabung, volum kerucut, volum bola

4) Alat Peraga Kekekalan Banyak

Abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat

5) Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan

Uang logam, dadu, gasingan, paku payung, kartu, distribusi Galton (sesatan hexagon)

6) Alat Peraga untuk Pengukuran

Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahowk, jepit bola, spereometer 7) Alat Peraga Untuk Permainan Dalam Matematika

(8)

2.1.10. Landasan Penggunaan Alat Peraga

Di dalam penyusunan Rencana pembelajaran perlu juga adanya penrencanaan penggunaan alat peraga yang sesuai untuk membantu mempermudah menanamkan atau mengembangkan konsep yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran.

Ada beberapa alasan mengapa dalam pembelajaran matematika di SD /MI

(1). Siswa pada usia anak SD/MI, menurut Piaget, masih pada tahap operasi konkrit, yang belum bisa menangkap informasi-informasi yang sifatnya abstrak. Padahal matematika adalah pengetahuan yang bersifat abstrak. Jadi matematika hanya akan dapat difahami dengan baik oleh siswa SD/MI jika matematika disajikan dengan menggunakan benda-benda konkrit.

(2). Menurut teori dari Brunner, anak akan belajar dengan baik jika melalui 3 tahap,yakni Tahap enaktif, ikonik dansimbolik. Tahap enaktif merupakan tahap pengalaman langsung dimana anak berhubungan dengan benda-benda nyata /sesungguhnya.Tahap ikonik berkaitan dengan gambar, lukisan, foto atau film, sedangkan tahap simbolik merupakan tahap pengalaman abstrak. Jadi pada tahap enaktif siswa harus menggunakan benda nyata dalam memulai belajar matematika Benda yang diangap kongkrit dalam matematika adalah alat peraga tersebut.

2.1.11. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Penggunaan media, termasuk alat peraga, dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa Dua orang yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.

b Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.

h. Media menghasilkan keseragaman pengamatan

(9)

j. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

k. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa belajar

l. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.

Hamalik (1986) menemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan akan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad), mengemukakan terdapat empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual , yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris.

a. Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak disenangi sehingga mereka tidak memperhatikan .

c. Fungsi afektif, media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi menyangkut masalah sosial.

c. Fungsi kognitif, media dapat terlhat dari temuan-temuan penelitian yang menggunakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca atau mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

(10)

2.2. Metode Domonstrasi

2.2.1 Pengertian Metode Demonstrasi

Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut Muhibbin Syah dalqam bukunya, ” Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, adalah bahwa Metode secara harfiah berarti ”cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan: sebagai cara melakukan kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-kopnsep secara sistematis.

Dalam penggunaan metode ini guru bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang pelajaran itu. Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan visual siswa. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini (contoh: Pembulatan Biodiesel) bagaimana cara membuatnya?, terdiri dari bahan apa?, bagaimana proses mengerjakannya?)

Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah: 1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan

2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari

3. Pengalaman dan kesan sebagai hasilpembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:

1. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:

1. Anak didik terkadang suka rmelihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan 2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

3. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000)

(11)

Demonstrasi menjadi tidak efektif bila: benda yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa, siswa tidak dilibatkan untuk mencoba, dan bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya.

Dan mnurut Muzayyin Arifin, Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajarkan hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.

2.2.2. Metode Demonstrasi yang Efektif

Untuk melaksanakan metode Demonstrasi yang baik atau efektif ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari; perncanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri adanya evaluasi.

Adapun langkah-langkah tersebut adalah:

1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau ketrampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi dilakukan.

2. Mmpertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar digunakan, dan apakah ia merupakan metode yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan dmonstrasi tidak gagal.

4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,

sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba lebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.

6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh anak

(12)

b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.

8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu adanya diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.

2.3. Kajian Penelitian yang Relevan

Penggunaan Alat Peraga konkrit dalam proses belajar mengajar sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Hal ini pernah diteliti oleh Setyo Budi Hartanto dengan judul penelitian “Penerapan Media Belajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa kelas 5 SDN Labakrejo 03 Purwodadi, Pasuruan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media Belajar dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Perolehan rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan adanya penggunaan alat peraga benda konkrit dengan ketuntasan belajar sebesar 92,60 % (Setyo Budi Hartanto, 2009)

Chofiatus Saadah melakukan penelitian pada tahun 2007 dengan judul“Pengembangan Alat Peraga yang Digabung dengan Gambar Berwarna sebagai Media Pengajaran Bahasa Jerman”. Dari hasil analisis data yang dilakukan, sebanyak 85 siswa (69,67% responden) mengalami kesulitan dalam menghafal kosakata. Hasil analisis data angket adalah angket ahli media mencapai persentase 82,45%, dengan kriteria sangat valid. Angket ahli materi

mencapai persentase 80,76%, memenuhi kriteria valid. Angket guru bidang studimencapai persentase 89,36%, memenuhi kriteria sangat valid. Angket siswa kelasXI Bahasa SMA Negeri Tumpang mencapai persentase 90,76%, hal ini berarti

memenuhi kriteria sangat valid. Angket siswa kelas XI Bahasa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang mencapai persentase 90,51%, hal iniberarti memenuhi kriteria sangat valid. Sementara itu, analisis data hasil belajarsiswa di SMA Negeri Tumpang penguasaan kosakata siswa rata-rata mengalamipeningkatan sebesar 46,15%.

(13)

Di SMA Lab. UM penguasaan kosakata siswa ratarata mengalami peningkatan sebesar 15,38% (Chofiatus Saadah, 2007).

2.4. Kerangka Berpikir.

Dari pemikiran dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar.2.1 Skema Kerangka Berfikir 2.5. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit diduga dapat meningkatkan ketrampilan dan hasil peserta belajar peserta didik tentang pengukuran .Sekurang-kurangnya dalam hasil belajar siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Tindakan Kondisi Akhir Setelah menggunakan alat peraga konrit. Siklus I. Siklus II Kondisi Awal Ketrampilan siswa tentang pengukuran lebih meningkat. Menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga konkrit Belum menggunakan alat peraga konkrit Ketrampilan siswa tentang penggunaan alat ukur sangat rendah

Referensi

Dokumen terkait

Pada triwulan II tahun 2016 target yang telah dibebankan sesuai dengan Perjanjian Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

Salah satu masalah yang paling sering muncul adalah kegiatan informal di bidang perdagangan, yaitu kegiatan pedagang kaki lima (PKL). Tidak berbeda dengan sektor ekonomi

Metoda ini bertujuan untuk menilai “potensi resiko” pekerja yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, bukan pada menghitung peluang dan dampak kecelakaan kerja

Tujuan dilaksanakannya pelatihan di lingkungan wilayah kerja Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo dengan pertimba ngan, bahwa Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo memiliki

Lembaga yang bertujuan langsung untuk menciptakan tertib hidup dalam masyarakat adalah ..... Perhatikan beberapa contoh kegiatan sosial

Menurut (Winkel, 1996: 162) Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot

Sedangkan torso menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1207), adalah patung batang tubuh manusia tanpa lengan dan kaki yang didalamnya terdapat organ

Roestiyah N.K (2008) mengatakan, “metode diskusi adalah salah satu tehnik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini